Anda di halaman 1dari 5

Nama : Kuni Farikhah

NIM : 43030200050

UAS METODE PROSES SOSIAL

Pada tayangan video yang disajikan, maka dapat disimpulkan permasalahan sosial yang
terdapat dalam video berupa pembuangan sampah sembarangan di sungai, baik sampah plastik
atau sampah lainnya. Sehingga sampah tersebut menumpuk di pojokan sungai. Sehingga perlu
adanya motivasi atau dorongan dan kerjasama untuk mengatasi permasalahan membuang sampah
sembarangan tersebut.
Kondisi Sungai Brantas, makin berat. Di tepian sungai yang merupakan pemukiman, dan
sebagian warga masih punya kebiasaan menjadikan sungai sebagai tong sampah, sampah plastik
saset dan popok ketika dibuang di sungai menimbulkan pencemaran air yang berat. Padahal
sebagian orang menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti mandi mencuci, bahkan
sebagai jamban. Dengan kebiasaan membuang sampah sembarang ke sungai ini membuat warga
tak peduli dengan lingkungan. Selain terbiasa, warga juga merasa tidak ada orang atau pemerintah
yang melarang warga membuang sampah sembarangan ke sungai, sehingga warga pun akan terus
berlanjut membuang sampah ke sungai. Mereka membuang sampah ke sungai Brantas kemudian
mengalir ke Bengawan Solo. Sampah ini biasanya kalau sampah plastik menumpuk ke kota
Malang, sedangkan sampah yang terdapat daun bambunya maka sampah itu menuju ke Dampit,
ujar ibu pemulung sampah. Biasanya sampah juga berasal dari Kota Lama dan kampung Muharto.
Banyak plastik sachet yang dibuang ke sungai, seperti produk yang bermerk wings,
unilever, indofood, serta sianter top. Sampah plastik merupakan kategori sampah residu yang
susah terurai di alam, sehingga seharusnya disediakan tempat pengolahan sampah supaya
masyarakat tidak membuang sampahnya di sungai.
Salah satu peneliti di video yang disajikan mengatakan bahwa, daur ulang sampah itu
bukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pembuangan sampah di sungai, akan tetapi
itu semua dibutuhkan kerjasama dan tanggung jawab serta motivasi dari masing-masing
konsumen, pemerintah maupun produksi barang yang berkemasan. Menurut peneliti yang berada
dalam video mengatakan bahwa sebaiknya produsen itu lebih membuat atau mendesign produk
kemasan yang bisa di daur ular kembali supaya menghindari banyaknya sampah plastik, selain itu
juga bisa membuat kemasan yang bisa dipakai kembali dan berulang-ulang. Sebagian masyarakat
kecil akan merasa terganggu dengan adanya sampah di sungai, karena pencemaran air yang ada
dan sudah terkontaminasi, masyarakat kecil akan kesulitan mendapatkan air bersih, baik untuk air
minum, mandi serta mencuci pakaian.
Oleh karena itu jika dikaitkan dengan materi metode proses sosial, dalam kasus membuang
sampah sampah sachet di sungai maka dapat dihubungkan dengan salah satu teori Motivasi dan
Kerjasama. Mengapa demikian? karena keduanya memberikan penguatan terhadap pemecahan
permasalahan atau solusi terkait masalah membuang sampah sachet di sungai tersebut.
Membuang sampah sembarangan masih menjadi salah satu penyakit yang masih melekat
dalam masyarakat Indonesia, terutama kasus yang ditayangkan dalam video tersebut. Hal itu dapat
mengakibatkan dampak buruk ke lingkungan, seperti banjir, pencemaran air, berkurangnya air
bersih dan lain-lain. Salah satu penyebab banjir yaitu membuang sampah sembarangan di sungai.
Ini juga ditegaskan oleh salah satu pejabat pemerintah, yang menyatakan bahwa kesadaran untuk
membuang sampah pada tempatnya masih minim, pada gilirannya dapat mengakibatkan banjir dan
menimbulkan penyakit. (Ronny, 2014)
Beberapa tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ini antara lain
melalui penyuluhan, penempelan poster-poster di tempat-tempat publik, dan pemasangan rambu-
rambu larangan membuang sampah. Undang-undang dan peraturan pemerintah yang ada pun
belum dijalankan dengan baik. Selain itu partisipasi masyarakat dalam membuang sampah juga
masih kurang. Partisipasi masyarakat sesungguhnya diberi ruang bahkan dimandatkan dalam
undang-undang. Dalam UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pasal 14 dijelaskan
bahwa “Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan dengan
pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau produknya”. Sedangkan pada pasal
15 dijelaskan bahwa “Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya
yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam”. Dari kedua pasal di atas maka dapat
disimpulkan bahwa sebuah produsen juga memiliki peran sebagai motivator masyarakat untuk
membuang sampah pada tempatnya. Akan tetapi, realita yang terjadi pada tayangan video di atas
bahwa masih banyak sampah sachet yang berserakan di sungai. Apabila produsen mengganti
kemasan dengan kemasan yang bisa di daur ulang atau bisa dipakai kembali maka akan
mengurangi atau menghindari sampah plastik yang berserakan di sungai. Karena pada dasarnya
sampah plastik akan sulit di daur ulang dan sulit terurai, kecuali jika dibuat kerajinan yang bisa
dimanfaatkan lagi. Akan tetapi, yang terjadi masyarakat itu sulit mengeluarkan ide-ide kreatif dan
munculnya rasa malas untuk memanfaatkan sampah plastik tersebut. Apalagi di kota-kota banyak
warga penduduk yang masing-masing memiliki karir tetap, sehingga akan sulit membagi
waktunya. Sehingga perlu adanya dorongan atau motivasi agar sampah-sampah plastik dapat
bermanfaat. Bukan memberi dampak negatif tapi malah memberi dampak positif.
Berkaitan dengan fenomena membuang sampah sembarangan di sungai tersebut, maka
pemerintah dan produsen perlu terus memberikan dorongan atau motivasi agar masyarakat
mempunyai keinginan dan pandangan yang berbeda mengenai masalah sampah. Metode
pemberian motivasi kepada masyarakat itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, salah satu
model atau bentuk untuk itu adalah berupa suatu tanda visual yang dapat ditempatkan ke berbagai
media.
Motivasi merupakan kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat
persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan. Ada dua kategori motivasi,
yaitu motivasi intrinsik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri dan motivasi ekstrinsik
dari luar individu. (Herpen dkk, 2002).
Dalam beberapa teori motivasi, salah satunya yaitu teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi,
teori ini menyebutkan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi berbagai faktor, baik internal
maupun eksternal. (Suwatno dan Priansa, 2011). Faktor internal adalah bagaimana seseorang
menilai diri sendiri, gengsi, harapan pribadi, kebutuhaan, keinginan, kepuasan kerja, prestasi kerja
yang dihasilkan. Sementara faktor eksternal, bergubungan antara lain dengan: profesi dan mata
pencaharian, pier-group, lembaga atau organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan pada
umumnya, sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya. Pentingnya mengetahui faktor-
faktor mempengaruhi motivasi dalam diri seseorang dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mengubah perilaku suatu individu. Pemahaman kebudayaan masyarakat merupakan kebutuhan
utama dalam kegiatan kampanye. (Lee dan Johnson, 2004). Masyarakat masih mempunyai
kebudayaan membuang sampah sembarangan. Oleh karena itu, perlunya mengetahui alasan
masyarakat melakukan tindakan tersebut sehingga dapat ditemukan faktor-faktor apa saja yang
dapat memotivasi mereka. Faktor-faktor inilah yang kemudian digunakan untuk merancang
sebuah sarana informasi dan intruksi. , Desain Komunikasi Visual dapat digunakan sebagai sarana
informasi dan instruksi. Dengan demikian berbagai bentuk visual, diantaranya ikon, lambang,
maskot atau tanda, yang bertujuan memberikan informasi dan intruksi untuk membuang sampah
pada tempatnya sehingga dapat digunakan sebagai sarana kampanye. (Cenadi, 2004). Akan tetapi
dengan adanya himbauan atau design komunikasi visual tersebut belum tentu membuat masyarakat
itu sadar akan hal itu, beberapa orang masih terpaku dengan diri sendiri bahwa mereka tidak
membutuhkan tanda peringatan atau himbauan apapun. Bahkan jika itu ada, maka itu tidak akan
berpengaruh pada seseorang. Akan tetapi itu berlaku pada orang yang benar-benar kurang peduli
dengan lingkungan dan kesadaran masih kurang. Oleh karena itu, dalam membuat konsep design
visual harus mengandung unsur motivasi untuk mendorong atau membuang sampah sembarangan,
seperti visual yang paling menarik perhatian masyarakat dan mengamdung ancaan-ancaman dari
dampak negatif membuang sampah sembarangan itu sendiri. Sehingga lama kelamaan dengan itu
semua, masyarakat akan mulai terbiasa dan sadar bahwa membuang sampah sembarangan di
sungai itu sangat berdampak buruk bagi masyarakat itu sendiri. Selain membuat gambar
komunikasi visual, pemerintah ataupun masyarakat sebaiknnya juga perlu membangun sebuah
rumah kreatif atau membuat inovasi baru untuk mengajak masyarakat agar terdorong membuat
karya atau kerajinan dari sampah sachet itu dan menjadi peluang bisnis sehingga menjadi ladang
penghasilan.
Kesimpulan
Untuk membuat suatu kebiasaan positif suatu masyarakat, maka seseorang itu harus diberikan
sebuah motivasi. Motivasi dapat bersumber dari individu maupun luar individu, Sumber motivasi
dari luar individu tidak hanya berupa sebuah ujaran atau tertulis namun juga dapat diwujudkan
dalam bentuk visual atau himbauan. Dengan melakukan pengamatan terhadap kebiasaan
masyarakat maka ditemukan faktor-faktor apa saja yang bisa memotivasi perilaku masyarakat
menjadi lebih baik kemudian dari faktor-faktor itu dapat diwujudkan ke dalam suatu bentuk
kegiatan yang nyata.
Perlunya memahami sasaran target sebelum merancang sebuah sebuah design atau visual sangat
penting. Masyarakat yang menyadari kebiasaan buruknya itu akan membawa dampak negatif,
sudah menerima akan himbauan dan peringatan bahwa membuang sampah itu harus pada
tempatnya. Akan tetapi masyarakat yang masih keras kepala dan tetap membuang sampah di
sungai, mereka perlu dorongan dan motivasi yang kuat agar mereka dapat sadar diri akan kebiasaan
buruknya.
DAFTAR PUSTAKA

Cenadi, C. S. 2004. Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual. Jurnal Nirmana Vol 1 No
1. Universitas Petra Surabaya.
Herpen, Marco; Praag, Mirjan and Cools, Kees. 2002. The Effects of Performance Measurement
and Compensation on Motivation and Emperical Study. Conference of The Performance
Measurement Association in Boston pp. 1-34
Lee, Monle dan Johnson, Carla, 2004. Prinsip-prinsip pokok periklanan dalam perspektif global.
Diterjemahkan oleh Haris Munandar dan Dudy Priatna. Edisi 1. Jakarta: Prenada.
Ronny, NT. (2014, 30 Agustus). DPRD Imbau Masyarakat Jangan Buang Sampah Sembarangan.
Antaranews (online), 1 halaman. Tersedia :
http://kalteng.antaranews.com/berita/233316/dprd-imbau-masyarakatjangan-buang-
sampah-sembarangan (diakses pada 23 Desember 2022)
Suwatno and Priansa, D.J. 2011. Manajemen SDM Dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung
: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai