Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIK BAGI HASIL BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)

DITINJAU DARI PERSPEKTIF AKAD MUDHARABAH

(Studi Kasus BUMDes Lentera Rakyat Desa Sukajeruk Kecamatan Masalembu


Kabupaten Sumenep).

Ahmad Mulqi_140711100046
Program Studi Hukum Bisnis Syariah, Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang, PO BOX 2, Kamal, Bangkalan – 69162
E-mail: ahmadmulqi58@gmail.com

Abstrak

BUMDes diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi di Desa yang juga

berfungsi sebagai lembaga sosial dan komersial. BUMDes adalah suatu lembaga atau

badan perekonomian yang ada unsur hukum yang mengikat, dibentuk dan dimiliki

oleh pemerintah Desa. BUMDes Lentera Rakyat menggunakan sistem bagi hasil.

Adapun bidang usaha yang dikelola BUMDes lentera rakyat yaitu peternakan sapi,

penjualan LPG dan kerajinan tangan (anyaman) yang berasal dari sumber potensi

desa sukajeruk.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) yaitu

memaparkan dan menggambarkan keadaan serta fenomena yang lebih jelas

mengenai situasi yang terjadi, maka jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis

penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan normatif

dan empiris. Sumberdata yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder, dimana data primer pengambilan data melalui buku-buku

atau sumber secara tertulis, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh
langsung dari lapangan.

BUMDes Lentera Rakyat selaku pengelola (shahibul maal) mengelola tiga

jenis bidang usaha, diantaranya; (1). Usaha peternakan sapi (2). Usaha Penjualan

LPG 3kg (3) Usaha kerajinan anyaman. Sumber dananya berasal dari pihak desa

selaku shahibul maal sebesar Rp. 70.000.000, modal Rp. 70.000.000 ini dijadikan

modal usaha dari tiga jenis usaha tersebut. BUMDes Lentera Rakyat menggunakan

sistem bagi hasil, apabila dikemudian hari ada keuntungan, maka keuntungan

tersebut dibagi antara pengelola BUMDes dengan Desa. Adapun pembagian nisbah

keuntungannya yaitu 50% untuk Desa dan 50% BUMDes Lentera Rakyat, apabila

terjadi kerugian maka kerugiannya akan dibagi bersama-sama BUMDes dengan

Desa, adapun 50% dari laba yang didapat oleh pengelola (shahibul maal) itu dibagi

lagi dengan seluruh pengelola serta pengurus BUMDes Lentera Rakyat, yang

persentasenya ialah, 20% untuk tambahan modal BUMDes Lentera Rakyat, 5%

untuk kepentingan dana sosial. 25% untuk kesejahteraan pengurus dan anggota.

Adapun 25% dari laba ini kemudian dibagi keseluruh pengelola serta anggota secara

merata, dengan alasan supaya tidak ada yang merasa diberatkan oleh salah satu

pihak.

Kata Kunci: BUMDes, Bagi Hasil, Akad Mudharabah.


Abstract

BUMDes are expected to be the driving force for the economy in the Village

which also functions as a social and commercial institution. BUMDes is an economic

institution / body that has a binding legal element, is formed and owned by the

Village government. BUMDes Lentera Rakyat uses a profit sharing system. As for

the business fields managed by the people's lantern BUMDes, namely cattle farming,

LPG sales and handicrafts (woven) that come from potential sources of the Sukajeruk

village.

This research is a type of field research (field research), which describes and

describes the situation and phenomena more clearly about the situation that occurs, so

the type of research used is qualitative research. This research approach uses a

normative and empirical approach. Sources of data used in this study are primary data

and secondary data, where primary data is collected through books or written sources,

while secondary data is data obtained directly from the field.

BUMDes Lentera Rakyat as manager (shahibul maal) manages three types of

business fields, including; (1). Cattle husbandry business (2). 3kg LPG sales business.

(3) Weaving handicraft business. The source of the funds came from the village as

shahibul maal, amounting to Rp. 70,000,000, capital of Rp. This 70,000,000 is used

as business capital for the three types of businesses. BUMDes Lentera Rakyat uses a

profit-sharing system, if in the future there is a profit, then the profit is shared

between the BUMDes manager and the village. As for the distribution of the profit
ratio, namely 50% for the Village and 50% for BUMDes Lentera Rakyat, if there is a

loss, the loss will be shared with the BUMDes and the Village, while 50% of the

profit earned by the manager (shahibul maal) is divided again with all managers and

management of BUMDes Lentera Rakyat, the percentage is, 20% for additional

BUMDes Lentera Rakyat capital, 5% for the benefit of social funds. 25% for the

welfare of management and members. As for 25% of this profit is then divided

equally among all managers and members, with the excuse that no one feels burdened

by either party.

Keywords: BUMDes, Profit Sharing, Mudharabah Akad.


PENDAHULUAN Undang-undang Nomor 6

A. Latar Belakang tahun 2014 yang mengatur tentang

Pembangunan pada hakekatnya Desa yang mengharuskan Desa untuk

bertujuan membangun kemandirian, membuat sesuatu usaha yang mengatas

termasuk pembangunan pedesaan. namakan badan usaha milik Desa.

Salah satunya adalah misi pemerintah Sama halnya seperti salah satu Desa

untuk membangun daerah pedesaan yang berada di Kecamatan Masalembu

yang dapat dicapai melalui yang bernama Desa Sukajeruk juga

pemberdayaan masyarakat untuk membentuk Badan Usaha Milik Desa

meningkatkan produktivitas dan (BUMDes) yang diberinama BUMDes

keanekaragaman usaha pedesaan, Lentera Rakyat. Pembentukan

ketersediaan sarana dan fasilitas untuk BUMDes diawali dengan inisiatif

mendukung ekonomi pedesaan, pemerintah atau kepala Desa dengan

membangun dan memperkuat istitusi pendamping desa Sukajeruk di

yang mendukung rantai produksi dan Kecamatan Masalembu kabupaten

pemasaran, serta mengoptimalkan Sumenep. Pengambilan keputusan

sumber daya sebagai dasar dalam pembuatan BUMDes tersebut

pertumbuhan ekonomi pedesaan. melalui musyawarah dengan

Tujuannya, untuk memberi peluang masyarakat Desa Sukajeruk. Karena

bagi kemampuan daerah dan pedesaan masyarakat juga akan terlibat dalam

sebagai tulang punggung ekonomi pengelolaan dan kemajuan BUMDes

regional dan nasional. Lentera Rakyat tersebut. Poin


penilaian yang mebuat Desa Sukajeruk dialami oleh BUMDes, misal dalam

yang menjadi salah satu Desa yang hal Smenanggung rugi karena dengan

patut di contoh oleh desa lain yaitu menggunakan sistem bagi hasil semua

dengan adanya BUMDes lentera masalah yang terjadi di BUMDes

rakyat yang berjalan dengan baik di tersebut harus ditanggung bersama

Desa Sukajeruk. apabila BUMDes mengalami untung

BUMDes lentera rakyat dibagi bersama dan apabila mengalami

menggunakan sistem bagi hasil rugi juga harus di tanggung bersama

(mudharabah), akad mudharabah sehingga tidak ada yang diberatkan

tersebut1 BUMDes Lentera Rakyat salah satu pihak2.

menggunakan dua macam usaha, yang Bagi hasil atau Mudharabah

pertama ada usaha peternakan dan merupakan suatu bentuk perjanjian

usaha perdagangan, dalam usaha kerjasama yang harus tunduk pada

perdaganga ada usaha perdagangan kaidah – kaidah yang berlaku dalam

LPG dan juga kerajinan tangan. muamalah Islamiyah. Secara

BUMDes Lentera Rakyat konseptual, mudharabah sebagai satu

menggunakan sistem bagi hasil karena bentuk akad kerjasama, banyak

dengan menggunakan sistem bagi hasil dibicarakan oleh ulama fiqih. Secara

dapat meringankan beban yang sedang operasional, prinsip ini merupakan

salah
1
Thabrani. Abdul Mukti. “Mudharabah
Perspektif Averroes (Ibn Ruyd)”. DIALOG:
Jurnal Iqtishadia. No. 1. Th. MMXIV. Juni
2
2014. 7-12. Ibid.,
satu jenis akad dalam badan hasil selain dapat meringankan beban

usaha3. Prinsip ini telah banyak atau masalah yang sedang di hadapi

digunakan oleh badan usaha untuk oleh BUMDes juga dapat mempererat

pembiayaan modal kerja dan investasi hubungan antara pengelola BUMDes

lainnya terhadap anggota4. BUMDes dengan Desa. BUMDes lentera rakyat

lentera rakyat menerapkan bagi hasil memiliki beberapa usaha yang sedang

dalam menjalanani kegiatan usaha dikelola yang sedang bergerak di

yang sedang di kelola. berbagai macam bidang diantaranya

yaitu bidang perdagangan seperti


BUMDes Lentera Rakyat
penjualan tong gas atau LPG dan
memilih untuk menerapkan sistem
penjualan hasil kerajinan tangan.
bagi hasil dalam pembagian untung
Selain perdagangan ada juga yang
dan rugi yang pengambilan keputusan
bergerak dibidang peternakan yang
sistem bagi hasil tersebut melalu
fokus pada ternak sapi. Hasil dari
musyawarah antara Desa dengan
beberapa usaha BUMDes tersebut
pengelola BUMDes Lentera Rakyat.
akan dibagi dengan menggunakan
Kedua belah pihak setuju dalam
sistem bagi hasil bagi untung dan bagi
pembagian untung dan rugi melalui
rugi, yang dimaksud dengan bagi
sitem bagi hasil Karena sistem bagi
untung dan bagi rugi ialah apabila
3
Muhammad. Etika Bisis Islam (Yogyakarta: BUMDes Lentera Rakyat memperoleh
AMP YKPN. 2004). 82-83.
4
Taufikul. Hulam. “Jaminan Dalam Transaksi
Akad Mudharabah Pada Perbankan Syariah”.
keuntungan maka keuntungan tersebut
DIALOG : Jurnal Mimbar Hukum. No. 3. Th.
MMX. Oktober 2010. 520-533. dibagi dua dengan Desa, dengan
menggunakan sistem pembagian 50% 2. Bagaimana tinjauan akad

untuk Desa dan 50% untuk BUMDes mudharabah terhadap

Lentera Rakyat. Sedangkan apabila penerapan sistem bagi hasil

mengalami kerugian maka kerugian BUMDES Lentera Rakyat di

tersebut juga ditanggung bersama- Desa Sukajeruk?

sama pihak BUMDes dengan Desa. C. Tujuan

Bagi hasil yang digunakan BUMDes 1. Mengetahui penerapan sistem

Lentera Rakyat menggunakan akad bagi hasil BUMDES Lentera

Mudharabah muqayyadah karena Rakyat di Desa Sukajeruk.

pihak Desa membatasi jenis usaha 2. Mengetahui tinjauan akad

serta tempat yang akan dikelola oleh mudharabah terhadap

BUMDes Lentera Rakyat. penerapan sistem bagi hasil

BUMDES Lentera Rakyat di


B. Rumusan Masalah
Desa Sukajeruk.
1. Bagaimana praktik sistem bagi

hasil BUMDES Lentera Rakyat

di Desa Sukajeruk?
METODE PENELITIAN dengan jalan langsung terjun

Metode penelitian yang digunakan kelapangan.

dalam penelitian ini meliputi: B. Sifat Penelitian

A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif

Jenis penelitian skripsi ini adalah karena analisis data yang dilakukan

termasuk penelitian lapangan (field tidak untuk menerima atau menolak

research) yaitu memaparkan dan hipotesis (jika ada) melainkan berupa

menggambarkan keadaan serta deskripsi atas gejala-gejala yang

fenomena yang lebih jelas mengenai dialami, yang tidak selalu harus

situasi yang terjadi, maka jenis berbentuk angka-angka. Metode

penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif adalah suatu metode yang

penelitian kualitatif, yaitu jenis digunakan untuk meneliti status

penelitian yang digunakan untuk kelompok manusia, suatu objek, suatu

meneliti pada kondisi objek yang kondisi, suatu sistem pemikiran,

alamiah dimana peneliti berperan ataupun suatu kelas peristiwa pada

sebagai instrument kunci5. Penelitian masa sekarang. Analisis deskriptif

ini juga bisa dikatakan sebagai bertujuan untuk memberikan deskripsi

penelitian sosiologis yaitu suatu mengenai subjek penelitian

penelitian yang cermat yang dilakukan berdasarkan data dari variabel yang
5
Wawan. Risnawan. “ Strategi Pemerinntah diperoleh dari kelompok subjek yang
Daerah Dalam Meneingkatan Kualitas Sumber
Daya Manusia di Kecamatan Panumbangan
Kabupaten Ciamis.” DIALOG: Jurnal Ilmiah
diteliti.
Ilmu Administrasi Negara. No. 4. Th.
MMXVII. Maret 2017. 574-580 C. Pendekatan Penelitian
Peneliti menggunakan dua pendekatan hukum. Penelitian ini dilakukan

penelitian diantaranya pendekatan dengan maksud untuk meberikan

normatif empiris yang akan dipaparkan argumentasi hukum sebagai dasar

dibawah ini: penentu apakah suatu peristiwa telah

1. Penelitian Hukum Normatif benar atau salah serta bagaimana

(Doctrinal Legal Research) sebaiknya peristiwa itu menurut

Penelitian hukum normatif adalah hukum7.

penelitian hukum yang meletakkan Pendekatan penelitian yang penulis

hukum sebagai sebuah bangunan sitem gunakan dalam penyusunan penulisan

norma. Sistem norma yang dibangun hukum ini adalah penelitian hukum

adalah mengenai asas-asas, norma, normatif atau kepustakaan.

kaidah dari peraturan perundangan, 2. Penelitian Hukum Empiris

putusan pengadilan, perjanjian, serta (empirical legal research)

doktrin (ajaran)6. Lebih lanjut Penelitian hukum empiris adalah suatu

mengenai penelitian hukum normatif metode penelitian hukum yang

yaitu penelitian yang memiliki objek berfungsi untuk melihat hukum dalam

kajian tentang kaidah atau aturan artian nyata dan meniliti bagaimana

hukum sebagai suatu bangunan sistem bekerjanya hukum dilingkungan

yang terkait dengan suatu peristiwa masyarakat. Dikarenakan dalam

penelitian ini maka metode penelitian


6
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad.
Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
hukum empiris dapat dikatakan
Empiris.cet. ke-4 (Yogyakarta: Pustaka
7
Pelajar. 2010). 33. Ibid.. 36.,
sebagai penelitian hukum sosiologis. Sumber data terbagi menjadi dua

Dapat dikatakan bahwa dalam yaitu:

menggunakan fakta-fakta empiris yang 1. Data Primer

diambil dari perilaku manusia, baik Sumber data primer adalah

perilaku verbal yang didapat dari sumber data pertama dimana sebuah

wawancara maupun perilaku nyata data dihasilkan. Data primer pada

yang dilakukan melalui pengamatan penelitian ini adalah data yang

langsung. Penelitian empiris juga diperoleh melalui wawancara dan

digunakan untuk mengamati hasil dari dokumentasi kepada pengurus

perilaku manusia yang berupa BUMDes Sukajeruk. Dalam hal ini,

peninggalan fisik maupun arsip.8 peneliti menggunakan wawancara

D. Sumber Data terstruktur, dimana seorang

Sumber data dalam penelitian pewawancara menetapkan sendiri

adalah suatu subjek dari mana data masalah dan pertanyaan-pertanyaan

diperoleh. Apabila peneliti yang akan diajukan untuk mencari

menggunakan kuesioner atau jawaban atas hipotesis yang disusun

wawancara maka sumber data disebut dengan ketat. Teknik wawancara yang

responden, yaitu orang yang merespon peneliti gunakan terstruktur (Tertulis)

atau menjawab pertanyaan peneliti. yaitu dengan menyusun terlebih

dahulu beberapa pertanyaan yang akan


8
Mukti Fajar dan Yulianto Ahmad. Dualisme
Penelitian Hukum Empiris dan Normatif disampaikan kepada informan.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010). 280.
Teknik observasi merupakan

2. Data Sekunder metode dengan melakukan

Data sekunder adalah data yang pengamatan suatu objek yang diteliti

diperoleh dari bahan kepustakaan yang secara langsung dan peneliti datang

relevan dengan permasalahan yang langsung ke lokasi tempat penelitian

diteliti. Bentuk dari data sekunder ini untuk melakukan penelitian atau

bisa berupa catatan tentang ADART pengamatan secara langsung dengan

BUMDes. Data sekuder ini dibutuhkan mencatat, dokumentasi, merekam

untuk melengkapi dan menunjang data secara audio dan visual. Agar seluruh

primer yang berhubungan dengan informasi yang diberikan oleh

permasalahan didalam penelitian. informan kepada peneliti tidak ada

3. Metode Pengumpulan Data yang hilang serta dapat jelaskan secara

Metode pengumpulan data adalah runtun.

langkah paling strategis dalam suatu


4. Teknik Wawancara
penelitian. Dalam hal ini peneliti harus
Teknik wawancara adalah
bisa mendapatkan data yang
kegiatan percakapan tanya jawab
diinginkan yaitu data yang memenuhi
antara dua orang dalam hal ini
standar data yang ditetapkan. Peneliti
informan dan peneliti untuk menggali
menggunakan tiga cara pengumpulan
informasi – informasi yang dibutuhkan
data, yaitu:
oleh peneliti.
a. Teknik Observasi
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah peneliti, lokasi yang ditetapkan oleh

mengumpulkan data melalui rekam peneliti adalah Desa Sukajeruk

digital, baik rekam digital suara atau Kecamatan Masalembu Kabupaten

rekaman pembicaraan wawancara, Sumenep, yang merupakan salah satu

video tayangan dalam proses pulau dari Kabupaten Sumenep.

penelitian atau rekam digital gambar Penelitian ini dilakukan pada bulan

atau hasil foto serta hasil tulisan atau November hingga bulan maret 2020.

catatan tertulis. Dengan dokumentasi Pembahasan Dan Hasil Penelitian

berupa foto maka sebagai bukti bahwa A. Praktik Bagi Hasil BUMDes

peneliti telah melakukan penelitian Lentera Rakyat Desa Sukajeruk

atau observasi kelapangan. Dalam hal BUMDes lentera rakyat

ini peneliti melakukan dokumentasi menggunakan sistem bagi hasil yang

berupa rekaman pembicaraan mengacu kepada ketentuan yang telah

wawancara, dan juga foto. ditetapkan oleh teori-teori yang ada,

E. Tempat dan Waktu yang lebih menekankan atau

Penelitian memperhatikan dalam penentuan akad

Penelitian ini bertujuan untuk yang dibuat antara pemilik modal

mendapatkan gambaran dan informasi (shahibul maal), yang berperan sebagai

yang lebih jelas dan lengkap. Oleh shahibul maal adalah pihak Desa

karena itu maka penulis menetapkan Sukejeruk, dengan pengelola BUMDes

lokasi penelitian adalah sesuai dengan

tempat yang telah ditetapkan oleh


selaku (mudharib)9. Sedangkan yang pihak Desa, sedangkan pihak

terlibat dalam aqidainnya adalah pihak pengelola BUMDes hanya mengikuti

dari pemerintah Desa dan pihak dari serta menyetujui peraturan yang telah

pengelola BUMDes Lentera Rakyat. ditetapkan oleh pihak Desa selaku

pihak pengelola atau pengurus shahibul maal. Desa hanya

BUMDes Lentera Rakyat terdiri dari memberikan tiga bidang usaha yang

penasehat, ketua BUMDes, sekretaris akan dikelola oleh BUMDes Lentera

BUMDes, bendahara, kepala unit Rakyat selaku pengelola BUMDes,

usaha perdagangan dan peternakan, ketiga bidang usaha tersebut

dan kepala unit usaha UMKM diantaranya; (1). Usaha peternakan

anyaman. sedangkan untuk sighatnya sapi (2). Usaha Penjualan LPG 3kg (3)

sudah tertera didalam surat perjanjian Usaha kerajinan anyaman. Dari ketiga

tertulis dalam bentuk AD-ART yang kegiatan usaha tersebut pihak

telah disepakati oleh pihak Desa pemerintah Desa Sukajeruk selaku

selaku shahibul maal dan pihak pemilik modal (shahibul maal)

BUMDes selaku mudharib atau memberikan modal sebesar 70 juta,

pengelola. Mengenai bidang usaha modal 70 juta tersebut akan dibagi lagi

yang akan dikelola oleh BUMDes untuk kebutuhan modal dari

Lentera Rakyat telah ditentukan oleh keseluruhan unit usaha BUMDes,

apabila ada laba atau keuntungan,


9
Hariaman Surya Siregar dan Koko
Khoerudin. Fiqih Muamalah Teori dan
maka masing-masing unit usaha akan
Implementasi. cet. ke-1 (Bandung: Rosda.
2019). 364. menyetorkan hasil atau laba dari
pendapatannya kepada ketua BUMDes Sistem bagi hasil yang

lentera rakyat yang nantinya akan digunakan oleh BUMDes Lentera

dibagi kepada seluruh pengelolanya Rakyat dengan Desa menggunakan

sesuai persentase, adapun persentase sistem pembagian secara merata,

pembagian keuntungannya adalah dengan artian sistem bagi hasil secara

sebagai berikut: 50% disetorkan merata adalah apabila BUMDes

kepada pemerintah desa sebagai mengalami kerugian maka kerugian

pendapatan asli desa (PADES), 20% tersebut akan ditanggung bersama oleh

untuk tambahan modal usaha kedua belah pihak dan apabila untung

selanjutnya yang akan diproduksi lagi, maka keuntungan tersebut juga dibagi

25% untuk kesejahteraan pengurus dan secara merata. BUMDes Lentera

anggota, atau hasil dari pengelolaan Rakyat menggunakan sistem bagi rata

semua unit usaha, yang nantinya akan dengan alasan supaya tidak ada yang

dibagi rata kepada semua pengelola, merasa diberatkan oleh salah satu

dan 5% untuk dana sosial. Sedangkan pihak. Kebijakan yang diambil oleh

apabila mengalami kerugian maka BUMDes Lentera Rakyat ini tidak

kerugian tersebut akan ditanggung sesuai dengan teori bagi hasil akad

bersama-sama pihak pengelola dan mudharabah, karena dalam teori bagi

pemberi modal (Desa), adapun hasil akad mudharabah dijelaskan

keuntungannya setiap ada (LPJ) atau bahwa bagi hasil yang sebenarnya

laporan pertanggung jawaban disetiap apabila usaha yang sedang dikelola

satu tahun sekali. mengalami rugi maka kerugian


tersebut akan ditanggung oleh pemilik Menurut ahli fiqh dari madzhab

modal, namun apabila kerugian Hanafi,10 bagi hasil diizinkan karena

tersebut disebabkan oleh kelalaian orang memerlukan kontrak ini.

pengelola maka yang menanggung Sedangkan madzhab Maliki,

kerugian tersebut hanya pengelola kebolehannya sebagai suatu

saja. kelonggaran yang khusus. Meskipun

. Kebanyakan dari pengelola bagi hasil tidak secara langsung

BUMDes mengatakan bahwa sistem disebutkan oleh al-Quran dan sunnah.

bagi hasil yang digunakan adalah bagi Akan tetapi merupakan sebuah

rata pengelola dan pemilik modal kebiasaan yang diakui dan

sama-sama menanggung rugi dan juga dipraktikkan oleh umat Islam.

sama-sama merasakan untung, alasan Kontrak bagi hasil harus

kedua belah pihak mengambil merinci dengan jelas jumlah

keputusan bagi rata adalah untuk modalnya. Ini dapat diwujudkan jika

saling menguatkan rasa kekeluargaan jumlah modal dinyatakan dalam satuan

antara pemilik modal dan pengelola. mata uang. Modal bagi hasil tidak

B. Bagi Hasil BUMDes Lentera boleh berupa satuan hutang yang

Rakyat di Tinjau Dari Akad dipinjam Mudharib pada saat

Mudharabah dilangsungknnya kontrak bagi hasil.

Teori ini telah sesuai dengan praktik

10
Ascarya. Akad dan Program Bank Syariah
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2014). 62.
sistem bagi hasil mudharabah Mudharib harus memiliki kebebasan

BUMDes Lentera Rakyat yang yang diperlukan dalam pengelolaan

pemodalannya dari shahibul maal yaitu kongsi serta dalam semua pembuatan

pihak Desa yang memberikan modal keputusan terkait kontrak bagi hasil

berupa uang secara tunai kepada pihak tidak boleh berisi syarat yang

pengelola BUMDes lentera Rakyat. menetapkan jangka waktu tertentu bagi

Mudharib menjalankan usaha dari kongsi. Syarat semacam ini dapat

modal yang diberikan oleh shahibul membuat kontrak tersebut batal,

maal sesuai dengan kesepakatan demikian menurut madzhab Maliki

bersama-sama antara shahibul maal dan Syafi’i.11 Teori ini sesuai dengan

dengan mudharib. Teori mudharabah yang diterapkan oleh BUMDes

ini sejalan dengan praktik sistem bagi Lentera Rakyat dalam melaksanakan

hasil badan usaha milik Desa akad mudharabah pada sistem bagi

(BUMDES) Lentera Rakyat yang hasil yang diterapkan oleh BUMDes

sistem pengelolaannya dilaksanakan Lentera Rakyat ini, pihak Desa

oleh pihak pengelola BUMDes selaku (shahibul maal) memberikan

pengelola atau shahibul maal tanpa kebebasan atas pengelolaan unit usaha

adanya ikut campur mengelola dari yang sedang di kelola oleh BUMDes

pihak Desa (shahibul maal), pihak Lentera Rakyat selaku mudharib,

Desa hanya berperan sebagai pihak Desa (shahibul maal) hanya

pemantau atau pengawas dari membatasi bentuk usaha yang akan

11
berlangsungnya usaha tersebut. Sayyid Sabiq, Fiqih Al-Sunnah, 78.
dikelola oleh mudharib, yaitu harus

memperdagangkan barang-barang

tertentu, didaerah tertentu. Shahibul

maal boleh melakukan hal ini guna

menyelamatkan modalnya atas

terjadinya resiko kerugian.

Kerjasama antar anggota atau

pengelola BUMDes memang menjadi

sesuatu yang penting untuk menjaga

kualitas serta kinerja BUMDes

kedepannya, sama seperti BUMDes

lentera Rakyat yang anggotanya tetap

solid karena menjaga komunikasi yang

baik antar anggota, sehingga sampai

saat ini BUMDes Lentera Rakyat Penutup

belum pernah mengalami kerugian.


A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan

pembahasan yang telah dijelaskan

di bab sebelumnya, dapat diambil

beberapa kesimpulan, antara lain:


1. Praktik bagi hasil BUMDes sedangkan apabila ditinjau dari

Lentera Rakyat menerapkan sitem akad mudharabah mengenai bagi

pembagian fifti-fifti, 50% untuk hasilnya tidak sesuai dengan teori

pemilik modal (Desa) dan 50% akad mudharabah karena

untuk pengelola BUMDes. Sistem keuntungan dan kerugiannya

pembagian ini dilaksanakan setiap sama-sama dibagi dua, teori akad

akhir tahun. Setelah semua hasil mudharabah menjelaskan bahwa

penjualan dari setiap unit usaha shahibul maal (Desa) yang

dikumpulkan kepada ketua menanggung kerugiannya.

BUMDes. Ketua BUMDes

menyetorkan hasil laporan

pertanggung jawabanya kepada

Desa (shahibul maal), serta

menyetorkan hasil dari nisbahnya

kepada pihak Desa.

2. Secara akad mudharabah

sistem bagi hasil BUMDes

Lentera Rakyat menggunakan

akad mudharabah muqayadah

karena Desa selaku pemilik modal

(shahibul maal) membatasi jenis

usaha dan tempat usaha,

Anda mungkin juga menyukai