Anda di halaman 1dari 143

EVALUASI PENGEMBANGAN PARIWISATA MICE DAN

SPESIAL EVENT MELALUI ANALISIS PESTEL DI KOTA


MEDAN

AZIZA FAZIRA
NIM: 21509003

PROGRAM PASCASARJANA

POLITEKNIK PARIWISATA MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian dengan judul ”Evaluasi Perkembangan MICE dan Spesial Event melalui

Analisis PESTEL di Kota Medan”. Tujuan penulisan Tesis penelitian ini adalah untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Terapan Pariwisata (M.Tr.Par.) pada

Program Studi Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata di Politeknik Pariwisata

Medan.

Dalam penulisan Tesis ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

baik berupa moril maupun materil. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Ibu Nurzahida selaku Orang tua, Ahmad Luthfi Hutasuhut, S.Sos,. M.M suami tercinta,

ananda tersayang Arif Mulki Alfiza Hutasuhut serta seluruh keluarga di Jakarta yaitu Abang

Muhammad Zahir SIP, Zummara Nasir Spd, Abduh Thoriq SAG , dan Farida Nasir SAG.

yang telah memberikan doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis dalam

menyelesaikan Tesis ini.

2. Dr. Emrizal, S.Sos., M.T selaku direktur Pasca Sarjana Politeknik Pariwisata Medan yang

telah memberikan inspirasi dan menjadi mentor penulis selama melaksanakan program

Magister sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

3. Dr. Femmy Indriany Dalimunthe, S.Sos., M.Si. CHE selaku dosen Pembimbing yang telah

memberikan masukan serta arahan dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.

4. Dr. Sumihar Sebastiana, S.Sos., M.Si. selaku dosen pembimbing dua yang telah memberikan

masukan serta arahan dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.

5. Dr. Rahmad Darmawan,S.S, M.Hum selaku kontributor penulis dalam memberikan masukan

serta arahan dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.

6. Dosen dan staf pengajar pada Program Studi Magister Perencanaan dan Pengembangan

i
Pariwisata yang telah memberikan masukan dan motivasi dalam Tesis ini.

7. Jajaran The Management Grup atas dukungan dan fasilitas yang diberikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian ini.

8. Admin dan Tata Usaha Program Studi Magister Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata

Politeknik Pariwisata Medan yang telah memberikan kemudahan, pelayanan dan

memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Ketua Kelas dan Teman-teman seangkatan yang telah memberikan motivasi dan bantuan

yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu dalam penyelesaian Tesis ini.

Semoga bantuan, bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis, menjadi amal

ibadah disisi-Nya dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aamiin.

Medan, Oktober 2023

Aziza Fazira, S.Pd

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI........................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. v

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................11

1.3. Tujuan Penelitian............................................................................................................12

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian..................................................................................12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 14

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 14

2 2. Konsep Evaluasi 23

2 2.1 Pengertian Evaluasi 23

2 2.2 Instrumen Eveluasi 27

2.2.3 Proses Evaluasi 32

2 3. Konsep Pengembangan 35

2.3.1 Pengertian Pengembangan 35

2.3.2 Konsep Evaluasi Pengembangan Pariwisata 38

2.4 Konsep MICE 40

2 4.1 Pengertian MICE 40

2 4.2 Prinsip MICE 43

2 4.3 Indikator MICE 44

2 4.4 Faktor Penentu Destinasi Pariwisata MICE 45

iii
2.5. Konsep Pariwisata 6A 49

2.6. Konsep SWOT 51

2.7 Analisis PESTLE 53

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 55

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 55

3 1.1 Lokasi 55

3.1.2 Waktu Penelitian 55

3.2. Penentuan Responden 56

3.3. Sumber Data Penelitian 56

3.3.1 Data Primer 56

3.4. Teknik Pengumpulan Data 57

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Kualitatif 57

3.5 Teknik Analisis Data 58

3.5.1 Teknik Analisis Data Kualitatif 58

3.5.2 Kelebihan Analisis PESTEL 60

3.5.3 Kekurangan Analisis PESTEL 61

3.5.4 Kerangka Pemikiran 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 66

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian 66

4.1.1 Kondisi Geografis Kota Medan 66

4.1.2 Kondisi Politik Kota Medan 68

4.1.3 Kondisi Ekonomi Kota Medan 70

4.1.4 Kondisi Sosial dan Budaya Kota Medan 73

4.1.5 Kondisi Teknologi dan Inovasi Kota Medan 74

4.1.6 Kondisi Lingkungan Kota Medan 76

iv
4.1.7 Kondisi Hukum dan Regulasi yang Berlaku di Kota Medan 77

4.2 Hasil Penelitian 79

4.2.1 Pengembangan Pariwisata MICE dan Spesial Event di Kota Medan 79

4.2.1.1 Berdasarkan Analisis PESTEL 79

4.2.1.2 Berdasarkan Analisis 6A 88

4.2.2 Evaluasi Pelaksanaan Pariwisata MICE dan Spesial Event di Kota Medan 107

4.2.2.1 Berdasarkan Analisis SWOT 107

4.3 Pembahasan Penelitian 110

4.3.1 Pembahasan Pariwisata MICE dan Spesial Event di Kota Medan 110

4.3.2 Evaluasi Pelaksanaan Pariwisata MICE dan Spesial Event di Kota


Medan 124

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 134

5.1 Simpulan 134

5.2 Saran 135

Daftar Pustaka

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Rencana Strategis Dinas Pariwisata Kota Medan 6

Tabel 2: Penelitian Terdahulu 13

Tabel 3: Faktor dan Dimensi MICE 45

Tabel 4: Rencana Aksi Penyusunan Tesis 55

Tabel 5: Data Informan 57

Tabel 6: Indikator dan Dimensi Penelitian 62

Tabel 7: Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan 70

Tabel 8: Tingkat Pengangguran Kota Medan 70

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan 4

Gambar 2: Peta Kota Medan 6

Gambar 3: Data Pariwasata Bali 7

Gambar 4: Proses Instrumen Evaluasi Kerja 29

Gambar 5: Sistem Penilaian Prestasi Kerja 32

Gambar 6: Kerangka Berpikir 65

Gambar 7: Peta Batas Wilayah Kota Medan 68

Gambar 8: Grafik Inflasi 2017-2021 71

Gambar 9: Grafik Perkembangan Inflasi Bulanan di Kota Medan Tahun 2021 72

Gambar 10: Kegiatan Gerakan Melayu Serumpun 2022 89

Gambar 11:Beranda Kreatif Kota Medan 90

Gambar 12: Istana Maimun 91

Gambar 13: Vihara Gunung Timur 91

Gambar 14: Rumah Tjong A Fie 92

Gambar 15: Bika Ambon 93

Gambar 16: Soto Medan 93

Gambar 17: Ucok Durian 94

Gambar 18: Kualanamu International Airport 95

Gambar 19: Kereta Api Kota Medan 95

Gambar 20: Jalan Tol dalam Kota Medan 96

Gambar 21: Adimulia Hotel Medan 98

Gambar 22: Bus Trans Metro Deli 98

Gambar 23: Graha Anna Velangkani 99

Gambar 24: Expo Hall Santika di Medan 102

Gambar 25: Medan International Convention Center 103

Gambar 26: Event Medan Coffe Festival 104

vii
Gambar 27: Festival Budaya Melayu 104

Gambar 28: Pasar Petisah di Kota Medan 105

Gambar 29: Heaven Hell Pool & Lounge 106

Gambar 30: Post Block Kota Medan 111

Gambar 31: Flyer Beranda Kreatif Kota Medan 112

Gambar 32: Sosial Media Dinas Pariwisata Kota Medan 113

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri MICE (Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions) yang

berkembang mendorong peningkatan industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Kota

Medan .Hal ini kemudian membuat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

memasukkan Medan sebagai salah satu dari tujuh destinasi MICE yang berpotensi kuat

dan maju. Dari segi infrastruktur Kota Medan sudah memiliki potensi wisata MICE yang

cukup baik seperti berikut ini :

1. Aksesbilitas,

Kota Medan telah memiliki Bandara Internasional Kualanamu yang dilengkapi

dengan kereta cepat raillink dari bandara menuju pusat kota Medan. Bandara ini juga

menjadi pintu bagi 75 penerbangan internasional langsung.ke Medan, juga sebagai

gerbang perdagangan di wilayah barat Indonesia.

2. Amenitas

Medan memiliki lebih dari tujuh hotel bertaraf International. Medan juga

memiliki fasilitas MICE berupa hall, ruang meeting dan konvensi sebagai bagian dari

fasilitas hotel berbintang dengan kapasitas 1000 – 3000 orang.

3. Atraksi

Medan memiliki Wisata Sejarah seperti Istana Maimun, Lonsum, Tjong Afie,

Warrenhuis, TipTop.

4. Aktivitas

Kota Medan memiliki berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, mulai dari

wisata, belanja, kuliner, hingga hiburan. Kota ini juga memiliki beberapa festival dan
2

acara tahunan yang menarik, seperti Festival Danau Toba dan Ramadhan Fair

5. Paket Wisata

Kota Medan memiliki berbagai paket wisata yang tersedia untuk wisatawan.

Paket-paket ini biasanya mencakup transportasi, akomodasi, dan kegiatan wisata. Paket

wisata yang paling populer di Kota Medan adalah paket wisata Danau Toba, yang

mencakup kunjungan ke Danau Toba, Pulau Samosir, dan berbagai destinasi wisata

lainnya di sekitar Danau Toba. Paket wisata lainnya yang tersedia di Kota Medan adalah

paket wisata Medan City Tour, yang mencakup kunjungan ke berbagai tempat wisata di

Kota Medan, seperti Istana Maimun, Masjid Raya Medan, dan Tjong Afie, Lapangan

Benteng Medan. Paket wisata berburu kuliner juga tersedia di Kota Medan, yang

mencakup kunjungan ke berbagai tempat kuliner di Kota Medan untuk mencicipi

berbagai hidangan khas Medan.

6. Ancilary

Ancillary Kota Medan adalah layanan pendukung pariwisata yang tersedia di

Kota Medan. Layanan ini mencakup berbagai hal, seperti transportasi, akomodasi,

kuliner, belanja, dan hiburan. Kota Medan memiliki aksesibilitas yang cukup baik, baik

melalui jalur darat, laut, maupun udara. Kota ini memiliki jaringan jalan tol yang

menghubungkannya dengan kota-kota lain di Indonesia, serta memiliki pelabuhan dan

bandara internasional yang melayani penerbangan domestik dan internasional. Ancillary

Kota Medan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Layanan ini dapat

membuat wisatawan merasa lebih nyaman dan puas selama berlibur di Kota Medan.
3

Pemerintah telah menempatkan MICE sebagai produk unggulan pariwisata

nasional sebagai daya tarik wisatawan mancanegara. Pelaku bisnis pariwisata, asosiasi

pariwisata seperti ASITA, PHRI, INCCA, ASPERAPI, JCC, ICE BSD, dan Pemerintah

saling bergandengan tangan untuk menuju MICE terdepan. Sebagai bentuk kontribusi

Pemerintah dalam memajukan value dari kualitas SDA maupun SDM dalam kancah

MEA dan dinamika perekonomian Internasional dengan mengutamakan sembilan pilar

yaitu penguatan kelembagaan MICE, peningkatan aksesibilitas, peningkatan

infrastruktur, pengembangan SDM dan kualitas pelayanan,

Teknologi yang digunakan dan pengembangan konsep sustainability dalam

penyelenggaraan kegiatan MICE, sikap penjamin keselamatan dan keamanan (safety

and security), penguatan riset dan statistik, membangun citra destinasi dan menjaga

serta mempertahankan keberagaman alam dan budaya sebagai daya tarik destinasi MICE

(Mediatatama Binakreasi, 2016). Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia

dan secara geografis terletak paling dekat dengan negara Singapura, Malaysia dan

Thailand (negara yang telah maju industri MICE-nya) memiliki peluang besar dalam

pengembangan industri MICE..

Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara. Kota ini merupakan kota

metropolitan terbesar di luar Pulau Jawa dan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah

Jakarta dan Surabaya serta sebagai pintu gerbang wilayah Indonesia di bagian Barat.

Kota Medan menjadi tempat yang strategis sebab berada di jalur pelayaran Selat Malaka,

jalur perdagangan internasional negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Apalagi dengan diberlakukannya AFTA dan MEA yang diyakini akan semakin membuka

berbagai peluang pengembangan industri dan perdagangan. Dengan posisi yang sangat

strategis ini membuat Kota Medan senantiasa memiliki pertumbuhan di atas

pertumbuhan ekonomi nasional di provinsi Sumatera Utara seperti pada gambar


4

berikut.

2016 2017 2018 2019 2020


Medan Sumut

Gambar 1: Grafik pertumbuhan ekonomi Kota Medan


Sumber: BPS Kota Medan 2020

Industri MICE dapat dilihat melalui banyaknya event MICE yang

diselenggarakan dan juga pengelolaannya secara profesional. Ada beberapa elemen

industri MICE yaitu Professional Convention Organizer, Professional Incentive

Organizer, Professional Exhibition Organizer, Guide Tour, Hotel, Restoran,

Usaha kuliner, Usaha Souvenir, Exhibition Center, Pusat Perbelanjaan, dan

Transportasi yang memadai. Pada Tahun 2023 Kota Medan juga menjadi tuan rumah

perhelatan event nasional seperti Hari Pers Nasional, Gerakan Melayu Serumpun dan

Hari Dekranasda Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa MICE menjadi gerbang tujuan

wisata seperti Danau Toba, Tangkahan, Bukit Lawang serta Berastagi. Sebagaimana

terlihat pada gambar berikut:


5

Gambar 2: Peta Kota Medan


Sumber: BPS Kota Medan 2022

Pemerintah daerah Kota Medan mengembangkan aksesibilitas yang terintegrasi

untuk menunjang pengembangan pariwisata terutama wisatawan MICE. Sejak

ditetapkannya Pemerintah Kota Medan sebagai salah satu dari 10 destinasi MICE,

diharapkan akan terjadi peningkatan wisatawan nusantara maupun wisatawan

mancanegara untuk melakukan perjalanan business tourism. Bisnis atau industri MICE

dapat memberikan lebih banyak dampak positif dan daya tarik sebagai sebuah tujuan

wisata. Selain itu, sejarah yang gemilang sebagai penghasil perkebunan meninggalkan

jejak arsitektur Eropa di berbagai bangunan sudut kota, sehingga saat ini Medan menjadi

sebuah kota dengan perpaduan gaya hidup modern dan warisan kolonial seperti tabel

Rencana Strategis Dinas Pariwisata Kota Medan berikut.

Tabel 1: Rencana Strategis Dinas Pariwisata Kota Medan


6

No Realisasi Pencapaian Rasio Capaian (%)


Indikator Kinerja sesuai Tugas dan
Fungsi Dinas Pariwisata
. 2019 2020 2021 2019 2020 2021

Jumlah kunjungan wisatawan


82,09 14,82 1,28 0,82 0,15 0,01
1
dalam dan luar negeri

Jumlah penyelenggaraan event-


73,02 57,22 - 0,73 0,57 -
2 event yang meningkatkan kualitas

tata kelola destinasi wisata di Kota


Sumber: Dinas Pariwisata Kota Medan

Pertemuan, insentif, konvensi dan pameran (MICE) adalah salah satu segmen

pasar yang berkembang pesat bagi pariwisata di kota Medan. Apabila dibandingkan

dengan perkembangan pariwisata Bali, Kota Medan sangat jauh tertinggal. Berikut

adalah grafik pengembangan pawisata Bali.


7

Gambar 3 : Data Pariwisata Bali


Sumber: Data BPS Bali 2022

Dengan adanya perbandingan dari kedua kota ini, dapat diperhatikan ada

beberapa hal yang berbeda. Permintaan pariwisata meningkat dan permasalahan di sisi

penyelenggaraannya juga meningkat. Tesis ini dibuat untuk mengidentifikasi lima

tantangan utama yang berkaitan dengan mempromosikan perilaku kooperatif diantara

para pemangku kepentingan industri, dukungan pemerintah, sarana dan prasarana,

pelabuhan, infrastruktur, pelatihan dan pelayanan serta pemasaran yang harus dipenuhi

untuk memaksimalkan skala dan cakupan. Manfaat Penelitian ini membahas isu-isu yang

berkembang pada gilirannya dan menilai implikasi pemangku kepentingan di sektor

publik maupun swasta. Tesis ini membahas beberapa hal mengenai pariwisata MICE di

Medan yang mulai berkembang dengan orientasi Meeting, Insentive, Conference and

Exhibition atau MICE dan Spesial Event.

Latar belakang evaluasi pengembangan MICE (Meetings, Incentives, Con

ferences, and Exhibitions) di kota Medan melalui analisis PESTEL (Politik, Ekono

mi, Sosial, Teknologi, Lingkungan, dan Hukum) sangat penting untuk memahami

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan keberlanjutan industri


8

MICE di daerah tersebut. Berikut adalah beberapa alasan mengapa evaluasi ini

perlu dilakukan:

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi di Kota Medan masih belum bertumbuh sejak

pandemi Covid-19 bahkan sampai tahun 2023 yang seharusnya ekonomi di

tahun ini mengalami peningkatan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi saat ini

masih belum dapat dikatakan mengalami peningkatan ataupun stabil karena

pada saat ini, special event dan MICE di kota Medan masih sedang dalam tahap

pencobaan dan masih membutuhkan waktu, proses dan persiapan yang lebih

matang. Evaluasi PESTEL akan membantu dalam memahami kondisi ekonomi k

ota Medan, potensi pertumbuhan, serta bagaimana perkembangan industri MICE

dapat mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan memahami faktor ekono

mi, dapat diidentifikasi peluang untuk meningkatkan kontribusi MICE terhadap pe

ndapatan kota Medan.

2. Faktor Politik dan Regulasi

Kebijakan pemerintah (public policy) sangat penting diteliti agar apabila

pelaku MICE melaksanakan event memahami apakah regulasi menghambat

bisnis event ataukah mendukung bisnis event. Selain itu, Kondisi politik dan

regulasi di Medan saat ini terbilang bagus pada masa kedudukan walikota saat

ini. Walikota Medan (Bapak Bobby Nasution) membuat beberapa kebijakan

politik dan regulasi bisnis yang mendukung pelaksanaan bisnis/penyelenggaraan

MICE di Kota Medan. Analisis politik membantu memahami stabilitas pemerintah

daerah, kebijakan-kebijakan yang berpengaruh terhadap MICE, dan regulasi yan

g mengatur industri ini lebih dalam. Identifikasi perubahan kebijakan atau hukum
9

yang mungkin mempengaruhi industri MICE dapat membantu dalam perencanaa

n dan mitigasi risiko.

3. Dampak Sosial dan Budaya

Sosial dan budaya atau yang disebut kebiasaan masyarakat Kota Medan

pada masa Covid-19 sampai saat ini sudah berubah karena ada beberapa

himbauan seperti larangan berkumpul (sosial distancing). Dampak budaya

terhadap perkembangan MICE di Kota Medan juga dapat dilihat dari penghasilan

masyarakat di Kota Medan karena masyarakat yang datang ke event di Medan

kurang memiliki daya beli (willing spend money) apabila dibandingkan dengan

masa Covid-19. Keadaan ekonomi yang sudah berubah juga berpengaruh

terhadap tindak sosial dari masyarakat karena tingginya harga kebutuhan dan

jumlah kebutuhan meningkat pasca ekonomi padahal ekonomi belum pulih atau

belum siap menghadapi keadaan semula/sesudah Covid. Evaluasi faktor sosial d

an budaya membantu memahami preferensi dan nilai-nilai masyarakat, serta bag

aimana MICE dapat berkontribusi positif pada masyarakat lokal. Hal ini melibatka

n aspek seperti hubungan dengan masyarakat, keberlanjutan budaya, dan manfa

at sosial dari industri MICE.

4. Teknologi dan Inovasi

Pemanfaatan teknologi dan inovasi saat covid-19 semakin meningkat

drastis karena adanya pembatasan berkumpul yang membuat masyarakat mau

tidak mau harus menggunakan alat elektronik, teknologi dan inovasi yang

semakin maju serta berkembang. Analisis teknologi akan membantu mengidentifi

kasi perkembangan teknologi terbaru yang dapat meningkatkan efisiensi dan day

a tarik acara-acara MICE di kota Medan. Penggunaan teknologi dalam promosi, r

egistrasi, dan penyelenggaraan acara dapat ditingkatkan.


10

5. Aspek Keselarasan Hukum

Keselarasan hukum dan kepastian hukum di suatu daerah membuat

masyarakat merasa nyaman dan aman dalam melakukan bisnis. Sebaliknya,

ketidakpastian hukum di suatu daerah membuat masyarakat merasa ragu dan

tidak aman dalam melaksanakan bisnis. Perizinan MICE di Kota Medan

tergolong cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari sistem yang berlaku di kota Medan

yaitu, Perizinan Terpadu Satu Pintu oleh Pemerintah Kota Medan. Namun, di

Kota Medan tidak ada regulasi/hukum terkait legalitas dan kompetensi

penyelenggara acara di Kota Medan. Banyak pelaksana dan penyelenggara

event di Kota Medan yang tidak memiliki kualifikasi yang sesuai. Adapun

penyelenggara event di Kota Medan tidak memiliki badan hukum/legalitas

perusahaan yang jelas dan kompeten.

6. Konkurensi dan Peluang

Analisis PESTEL harus dipahami oleh stakeholder event seperti badan

eksekutif (Walikota, Sekretaris Daerah, Badan Pendapatan Daerah dan dinas

terkait lainnya), badan legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah khususnya

komisi terkait), serta pelaku (pebisnis) event di Kota Medan. Dengan memahami

aspek PESTEL, dapat diidentifikasi peluang baru dan bagaimana kota Medan da

pat bersaing dengan destinasi lain dalam industri MICE di tingkat regional atau n

asional.

Penyelenggara sering menilai keberhasilan suatu special event hanya

berdasarkan jumlah pengunjung yang hadir padahal kualitas sebuah event

juga perlu dijaga demi loyalitas atau regularitas pengunjung. Oleh karena

itu peneliti menganggap kajian ini penting karena jika tidak dilakukan

penelitian ini maka Medan akan tertinggal dari destinasi MICE dari
11

daerah lain seperti Bali Sebenarnya, ada beberapa hal lain yang bisa

dijadikan indikator keberhasilan sebuah event yang akan dijelaskan pada

bagian selanjutnya. Melalui pengukuran yang lebih komprehensif,

penyelenggara event mendapatkan data-data yang penting untuk

membantu dan memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang

perlu diperbaiki dan juga strategi apa yang bisa mendukung agar

terlaksana event MICE dengan baik. Oleh karena itu, penulis menarik

judul tentang Evaluasi Pengembangan Pariwisata MICE dan Spesial

Event Melalui Analisis PESTEL di Kota Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan pada

saat ini?

2. Bagaimana evaluasi pelaksanaan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Menggambarkan pengembangan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan.

2. Mengevaluasi pelaksanaan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan.

1. 4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah

1. Manfaat secara teoritis penelitian ini dimaksudkan sebagai bahan masukan untuk

menambah khasanah keilmuan dalam bidang pariwisata MICE dan special event .

2. Manfaat Praktis
12

a. Menjadi rekomendasi untuk pemangku kepentingan dan juga pelaku industri

MICE pariwisata di Kota Medan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi Pemerintah

Kota Medan dalam merumuskan strategi perkembangan pariwisata MICE dan

spesial event sehingga mampu menjadi sektor produktif sebagai penghasil

pendapatan daerah demi menciptakan kesejahteraan masyarakat Kota Medan.


13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini membahas dua topik utama dengan pendekatan grand theory

berbeda yaitu evaluasi pengembangan pariwisata MICE dan spesial event dengan

menggunakan analisis PESTEL. Untuk memperkokoh konstruksi teori penelitian, peneliti

juga merujuk pada konsep-konsep yang relevan dengan topik penelitian ini.

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2: Penelitian Terdahulu

Peneliti
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun)
1 Nadzir, Analisis Usaha Berdasarkan analisis yang dilakukan,

Muhammad Event Organizer penelitian ini menunjukan adanya

Miftahun MICE (Meeting, pertumbuhan industry jasa khususnya di

(2016) Incentive, bidang penyelenggaraan acara MICE

Conference, khususnya di area Yogyakarta dan

Exhibition) Melalui Surakarta. Namun, pertumbuhan

Kanvas Model tersebut ternyata belum mampu

Bisnis dan Peta ditangkap sepenuhnya oleh para pelaku

Empati: Studi usaha EO yang ada seperti BIS

Kasus Event Production di Surakarta dan Sky

Organizer di Entertainment di Yogyakarta dikarenakan

Yogyakarta dan tidak adanya analisis usaha yang

Surakart komprehensif seperti kanvas model

bisnis dan peta empati untuk mengetahui

bagaimana membentuk sebuah model

usaha yang solid dan mampu meraih


14

sustainable competitive advantage.

2 Fitri, Nursiah Pengembangan Persepsi stakeholder pemerintah

(2020) daya saing terhadap kondisi atribut destinasi

destinasi MICE di sebesar 3.9, lebih tinggi jika

Kota Medan dibandingkan dengan persepsi pelaku

industri MICE sebesar 3,3. Gap yang

terjadi sebesar 0,6 berada pada level

tinggi. Untuk itu pemerintah perlu

meningkatkan kondisi atribut atraksi,

ancellary service, aksesibilitas dan

amenitas sebagai strategi untuk dapat

meningkatkan daya saing destinasi. 2.

Hanya atribut amenitas yang memiliki

gap rendah sebesar -0,1 yang berarti

hampir tidak ada perbedaan persepsi

antara stakeholder pemerintah dan

pelaku industri MICE terhadap kondisi

atribut amenitas. Artinya fasilitas untuk

kegiatan MICE dirasakan sudah

mencukupi untuk melaksanakan kegiatan

MICE pada skala menengah.

3. Gap paling tinggi ada pada atribut

atraksi. Untuk itu pemerintah perlu

meningkatkan atribut atraksi yang

merupakan semua hal yang bisa

dipertontonkan, dipertunjukkan kepada

wisatawan, baik itu berupa kebudayaan,

kekayaan alam, atau atraksi buatan di


15

destinasi kota Medan agar dapat

meningkatkan daya saing destinasi.

4. Model Strategi pengembangan

detinasi berdasarkan metode Cooper

yang diusulkan dapat diprioritas

pengembangan dan perbaikan sebagai

berikut:

a)Atraksi; b)Ancillary Service;

c)Aksesibilitas; d) Amenitas

3 Jin Xu, Lisa Analysis of The penelitian yang dikumpulkan di China

Ruhanen, David MICE Tourism National Knowledge Infrastructure

J. Solnet (2022) Research in China (CNKI), termasuk lembaga penelitian,

in the Last Twenty jurnal penting, penulis inti dan

Years karakteristik eksternal lainnya, dan grafik

pengetahuan tentang kemunculan

bersama, pengelompokan, ledakan, dan

garis waktu kata kunci. Hasilnya

menunjukkan bahwa penelitian

pariwisata MICE di Tiongkok telah

mencapai kemajuan besar dalam 20

tahun terakhir. Namun, penelitian ini

umumnya kurang dalam hal investigasi

dan kerja sama jangka panjang, dan

teknologi dan pandangan ke depan tidak

cukup kuat. Penelitian di masa depan

perlu dilakukan ditingkatkan secara

mendalam, presisi dan teknologi, dan

pengembangan pariwisata MICE yang


16

berkelanjutan berkelanjutan harus

dianggap sebagai konsep dan tujuan

yang penting. Makalah ini memberikan

perspektif baru untuk pengamatan ilmiah

dan analisis penelitian dan

pengembangan pariwisata MICE di

Tiongkok.

4 Navaro, The role of the Makalah ini mengidentifikasi serangkaian

Alfredo,Mena, MICE sector in pola tindakan selama 50 tahun terakhir

(2021) Singapore's dalam model pengembangan pariwisata

tourism policy. A MICE yang unik dan sukses di negara

historical kota ini. Pola-pola tersebut meliputi

perspective intervensionisme, kolaborasi pemerintah-

swasta, perencanaan jangka panjang,

dan inovasi. Dengan menggunakan

sektor MICE Singapura sebagai studi

kasus, makalah ini juga memberikan

wawasan yang berharga tentang

dinamika proses kebijakan pariwisata.

Temuan ini menunjukkan bahwa

kebijakan publik yang ditujukan untuk

pengembangan segmen pariwisata

tertentu, yaitu MICE, tidak boleh

dianalisis secara terpisah dari area

kebijakan lainnya. MICE merupakan

kegiatan yang tertanam dalam proses

ekonomi, politik dan budaya yang lebih


17

luas.

5 Jumjuma (2020) Potensi Industri Hasil dan pembahasan penelitian telah

MICE (Meeting, dijelaskan sehingga dapat memberi

Incentive,Conferen kesimpulan dan saran yaitu sebagai

ce, ,Exhibition)di berikut: 1. Potensi MICE terdapat di kota

Kota Medan Medan. Hal ini dapat dilihat dari faktor-

Provinsi Sumatera faktor destinasi MICE yang telah ada di

Utara kota Medan yaitu: a. Aksesbilitas yang

terdiri dari airport yang telah memenuhi

standar internasional dengan fasilitas

telah berbasis digital dan jumlah

penerbangan yang sudah banyak. b.

Fasilitas pendukung yaitu exhibition

center yang telah ada sesuai standar

internasional dan valuta asing c. Unsur

Kepariwisataan Internasional yaitu hotel,

investor hotel, restaurant, money

changer, souvenir. 2. Hambatan yang

dihadapi pelaku industri MICE dalam

meningkatkan kota Medan sebagai

destinasi MICE adalah sumber daya

manusia yang belum memenuhi standar

kualitas sebagai tenaga kerja atau pelaku

MICE seperti belum adanya PCO atau

PEO yang memiliki kompetensi. 39

Selain itu juga faktor keamanan di kota

Medan merupakan hambatan dapat

meningkatkan kota Medan menjadi


18

destinasi MICE.

6 Lubis, Muhamm Analisis factor Hanya terdapat 1 faktor yang yang me

ad Rizki,dkk yang mpengaruhi keputusan konsumen dalam

(2022) memepengaruhi memilih MICC sebagai lokasi kegiatan

keputusan MICE di Medan, yaitu aksesibilitas deng

konsumen dalam an Nilai Eigenvalue Component sebes

memilih Medan ar 4.067 atau > 1 dan mampu menjelask

International an 81.330 % variasi.

Convention Center Tidak terdapat pengaruh antara aksesibili

sebagai lokasi tas terhadap pemilihan MICC untuk ke

kegiatan MICE giatan MICE berdasarkan nilai hitung

7 Gregoric, PESTEL analisis Metodologi yang digunakan dalam

Marina (2014) destinasi wisata penelitian ini adalah penerapan analisis

dalam perspektif PESTEL untuk membandingkan dan

bisnis pariwisata menganalisis dua destinasi internasional

(MICE dari sudut pandang bentuk bisnis

pariwisata (biasa disebut industri MICE).

Studi ini dilakukan untuk menerapkan

analisis PESTEL pada dua negara yaitu

Kroasia dan Qatar. Dengan menerapkan

analisis PESTEL dalam pariwisata, kita

dapat memperoleh manfaat dari

penilaian dan pemahaman tentang

perilaku global permintaan pariwisata.

Pendekatan makalah ini menunjukkan

bahwa peneliti telah menerapkan setiap

faktor analisis PESTEL pada kedua


19

negara; Kroasia dan Qatar dari perspektif

pariwisata MICE. Dasar analisis diambil

dari penelitian yang lebih luas yang

dilakukan oleh penulis dan mencakup

hal-hal berikut: penelitian kuantitatif dan

kualitatif tentang elemen-elemen kunci

dalam pariwisata bisnis di masing-

masing negara, serta penelitian sekunder

melalui data statistik, literatur terkait, dan

dokumen statistik terkait yang diambil

dari situasi saat ini di sektor pariwisata

bisnis di Kroasia dan Qatar.

8 Sitepu, Edi Tinjauan tentang Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan b

Sahputra konsep ahwa pegembangan MICE di Kota Meda

(2016) pengembangan n sangat dipengaruhi oleh

industry MICE kota 1) dukungan kebijakan pemerintah dala

Medan m pemberdayaan dan MICE,

2) partisipasi dunia usaha (EO, PCE, PE

O, Hotel, Restaurant, pengelola Conventi

on) dan 3) partisipasi dunia pendidikanda

lam menyediakan sumber daya manusia

professional di bidang MICE.2)Hasil surv

ei dan pengolahan informasi dari stakeho

lder industri MICE Kota Medan, jika ditinj

au berdasarkan kondisi objektif dan me

mpertimbangkan RT/RW yang ada, maka

pengembangan kawasan pariwisata yang

dapat mendukung industry MICE Kota M


20

edan ke depan dapat dikelompokkan me

njadi sejumlah zonasi:Wilayah Utara (zon

a Utara adalah kawasan industri dan Min

apolitan(dengan daya tarik wisata bahari,

perkampungan nelayan, kolam pemancin

gan, danau Siombak dan lain-lain).”Wilay

ah Tengah (zona tengah sebagai obyek

wisata budaya, sejarahkuliner, belanja.

Wilayah Selatan (wilayah Selatan cocok

untuk pengembangan wisata agro(conto

h: kebun tanaman hias, buah-buahan, ika

n hias ditambah dengan sejumlah wisata

alam untuk outbound, pemandian dan lai

n-lain).

Berdasarkan hasil survei persepsi stakeh

older

-Berbagai kegiatan pariwisatayang mend

ukung pengembangan MICE di Kota Med

an, antara lain; wisata bahari yang cocok

dikembangkan di Medan Belawan dan M

edan Labuhan.Untuk wisata heritage ba

ik dikembangkan di Medan Marelan, Med

an Labuhan.

Sumber: Pengolahan data

2.2 KONSEP EVALUASI

2.2.1 Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah mengukur hasil kondisi pelaksanaan dan menyelidiki apakah


21

program d i l a k s a n a k a n sesuai dengan apa yang diinginkan dan apabila tidak berada

dalam posisi untuk menghentikan atau memperbaiki. Penyelidikan yang diperlukan ini

disebut suatu evaluasi. Evaluasi dalam penggunaannya yang paling umum adalah suatu

proses yang dilakukan untuk menentukan nilai (value). Evaluasi dianggap sebagai cara

untuk menerapkan secara sistematis ide pengujian eksperimental atas pilihan kebijakan

dalam lingkungan yang terkontrol (Frank 2015)

Menurut Wirawan (2012) evaluasi adalah : “Riset untuk mengumpulkan,

menganalisa dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi,

menilainya dengan membandingkan dengan indikator evaluasi dan ahsilnya

dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi.”

Rossi dan Freeman (Wirawan, 2012) menyatakan mengenai evaluasi sebagai

berikut: Evaluation research is a systematic application of sosial research

prosedures in assessing the concepualization and design, implementation, and

ulitily of social interventiation programs.”

Menurut kedua pakar evaluasi tersebut evaluasi berkaitan dengan penelitian

sosial mengenai konsepsialisasi dan pendisainan, implementasi dan pemanfaatan program

intervensi sosial yang dilakukan oleh pemerintah.

Vendung dalam Wirawan (2012) menyatakan sebagai berikut: “Evaluation is

limited to governmen intervention only, that is, politically or administratively

planned social change, like public policies, publicprograms, and public service.”

Menurut Vendung, evaluasi berkaitan dengan intervensi pemerintah yaitu perubahan

sosial politik dan administratif yang direncanakan misalnya kebijakan publik, program

publik dan layanan publik. Evaluasi melihat ke belakang agar dapat membawa ke

depan. Evaluasi merupakan mekanisme untuk memonitor, mendemonstrasikan, dan

meningkatkan aktivitas pemerintah dan hasil-hasilnya sehingga pejabat publik dalam


22

pekerjaannya di masa akan datang dapat bertindak serta bertanggung jawab, kreatif dan

seefisien mungkin.

Sedangkan pandangan lain dari Wilyam N. Dunn, 1999 (dalam Nugroho, 2003)

istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka

(rating), dan penilaian (assesment). Evaluasi berkenan dengan produksi informasi

mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Evaluasi memberi informasi yang valid dan

dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan

kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik; evaluasi memberi sumbangan

pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan

target; dan evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan

lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Untuk menilai keberhasilan

suatu program perlu dikembangkan beberapa indikator atau kriteria.

Kriteria yang dikembangkan oleh Dunn dikutip dalam Subarsono (2006)

mencakup lima kriteria sebagai berikut:

1. Efektivitas. Apakah hal yang diinginkan telah dicapai?

2. Kecukupan. Seberapa jauh hasil yang dicapai dapat memecahkan masalah?

3. Pemerataan. Apakah manfaat telah dirasakan oleh seluruh kelompok masyarakat?

4. Responsivitas. Apakah hasil pelaksanaan telah memuat preferensi/nilai kelompok

dan dapat memuaskan mereka?

5. Ketepatan. Apakah hasil yang dicapai bermanfaat?

Dalam buku Evaluasi Kinerja Perusahaan (Husein Umar, 2005)

mendefinisikan Evaluasi sebagai berikut : “Suatu proses untuk menyediakan informasi

tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan

pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di
23

antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan

dengan harapan- harapan yang ingin diperoleh.”

Evaluasi memungkinkan pelaksana suatu program untuk mengetahui hasil yang

nyatanya dicapai. Penilaian yang objektif, rasional dan berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya dalam rencana akan diketahui apakah: hasil yang dicapai melebihi

target dan standar yang telah ditentukan, hasil yang dicapai sekadar sesuai harapan, atau

kurang dari yang ditentukan (dalam Arikunto, 2010)

Definisi evaluasi yang dituliskan dalam kamus Oxford Advanced Learner’s

Dictionary of Current English (AS Hornby: 1986) di kutip dalam Arikunto 2010,

evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya

untuk menentukan nilai atau jumlah. Selain arti berdasarkan terjemahan, kata- kata yang

terkandung di dalam definisi tersebut pun menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus

dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Suchman (Wirawan, 2012) mengaitkan evaluasi dengan konteks administrasi.

Kesuksesan suatu program evaluasi sebagian besar tergantung pada pemanfaatannya bagi

administrator dalam memperbaiki layanan dalam masyarakat. Suchman (Nugroho, 2003)

juga memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai

beberapa kegiatan yang telah direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.

Suchman mengemukakan 6 (enam) langkah dalam evaluasi, yaitu :

1. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi

2. Analisis terhadap masalah

3. Deskripsi dan standardisasi kegiatan

4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi


24

5. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan

tersebut atau karena penyebab yang lain

6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.

Definisi lain dikemukakan oleh Worthen dan sanders, 1973 (dalam Arikunto, 2010).

Dua ahli tersebut mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang

berharga tentang sesuatu; dalam informasi tersebut, juga termasuk mencari informasi

yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta

alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan

untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi

tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah

keputusan.

2.2.2 Instrumen Evaluasi

Dedi Rianto Rahadi (2010:39) menyatakan bahwa seluruh aktivitas dalam

lingkungan instansi pemerintah akan diukur dari sisi akuntabilitas kinerjanya, baik dari

sisi kinerja individu, kinerja unit kerja dan kinerja instansi, dan bahkan juga kinerja

pemerintahan secara keseluruhan. Di masa lalu pengukuran kinerja Pemerintah Indonesia

masih terfokus pada pengukuran masukan (input) dan keluaran (output). Dibanding

dengan pengukuran hasil (outcome), manfaat (benefit) dan dampak (impact). Pengukuran

ini masih berfokus pada sisi sumber daya yang telah dihabiskan tentang anggaran dan

realisasi anggaran, akan tetapi belum memberi perhatian yang memadai kepada hasil dan

dampak nyata program dan kegiatan pemerintah terhadap proses pelayanan masyarakat.

Hal yang sama juga tercermin dalam proses pelaporan dan pengawasan kinerja

penyelenggaraan pemerintahan.
25

Dedi Rianto Rahadi (2010:41) mengelompokkan fungsi penilaian (evaluasi)

dalam dunia pendidikan dan pembelajaran menjadi empat fungsi, yaitu

1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta didik

setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.

Hasil penilaian ini selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar

peserta didik (fungsi formati), dan untuk menentukan kenaikan kelas atau untuk

menentukan lulus-tidaknya seorang peserta didik dari suatu lembaga pendidikan

tertentu (fungsi sumatif);

2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pembelajaran. pembelajaran sebagai

suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain.

komponen-komponen yang dimaksud antara lain ialah tujuan, materi atau bahan

pembelajaran, metode dan kegiatan belajar-mengajar, alat dan sumber belajar, dan

prosedur serta alat penilaian;

3. Untuk keperluan bimbingan dan konseling, terutama untuk mengetahui hal-hal apa

seorang peserta didik atau sekelompok peserta didik memerlukan pelayanan remedial,

sebagai dasar dalam menangani kasus-kasus tertentu di antara peserta didik; dan

sebagai acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam rangka

bimbingan karir;

4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah. Hal ini berkaitan

dengan kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan evaluasi dalam rangka menilai

keberhasilan belajar peserta didik dan menilai program pembelajaran,yang berarti pula

menilai ketercapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Instrumen yang digunakan oleh satu sistem evaluasi kinerja suatu organisasi

berbeda dengan instrumen evaluasi kinerja organisasi lainnya. Perbedaan ini disebabkan
26

oleh perbedaan model evaluasi kinerja dan indikator kinerja yang digunakan. Walaupun

demikian, isi instrumen evaluasi kinerja pada prinsipnya sama dan berisi antara lain butir-

butir:

1. Nama organisasi/perusahaan

2. Identifikasi karyawan: nama karyawan, unit kerja, jabatan, pangkat.

3. Identifikasi penilai, nama penilai, jabatan, unit kerja.

4. Masa periode penilaian.

5. Butir-butir indikator kinerja,

6. Deskriptor level kerja,

7. Catatan penilai,

8. Tanggapan ternilai terhadap penilai,

9. Tanda tangan penilai dan ternilai.

Gambar 4: Proses Instrumen Evaluasi Kinerja


Sumber: Buku Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia

Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung capaian indikator kinerja


27

menurut Dedi Rianto Rahadi (2010) , yaitu:

1. Apabila diasumsikan bahwa semakin tinggi realisasi menggambarkan

pencapaian indikator kinerja yang semakin baik, maka untuk menghitung

capaian indikator kinerja digunakan rumus sebagai berikut.

Capaian Indikator Kinerja = Realisasi x 100%


Rencana

2. Apabila diasumsikan bahwa semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin

rendahnya pencapaian kinerja, digunakan rumus sebagai berikut:

Capaian Indikator Kinerja = Realisasi– Rencana x 100%


Rencana

3. Nilai capaian indikator kinerja:

Capaian Indikator Kinerja = S (Capaian Indikator kinerja X Bobot)


100%

Untuk mengembangkan skala nominal, pertama, butir-butir atau kejadian

dikategorikan. Jumlah butir-butir atau kajadian dalam setiap kategori dihitung dan

diberi angka khusus untuk saling membedakan. Angka-angka tersebut tidak

dapat dioperasikan dalam matematika, kecuali untuk mengukur modus dan

median. Dalam evaluasi kinerja, skala nominal hanya digunakan untuk

indentifikasi karyawan digunakan nomor induk pegawai, jenis kelamin, jenis

pekerjaan, dan posisi atau jabatan.

Skala ordinal adalah menempatkan data dalam ukuran ranking dari yang

tertinggi sampai terendah. Angka-angka ordinal lebih banyak menoperasikan

tentang besarnya, tidak seperti angkaangka pada skala sewenang-wenang. Jika

seorang manajer diminta untuk mengemukakan urutan tingkat disiplin lima

pegawai bawahanya, nomor 1 menunjukkan pegawai paling rajin, nomor 2

runnerup, dan seterusnya. Dalam evaluasi kinerja, skala ordinal antara lain
28

dipakai untuk skala anchor dalam instrument BARS, BOS, dan BES, penyusun

ranking kinerja pegawai dalam model Paired Comparison dan penyusunan

Deskriptor Level Kinerja.

Skala interval menunjukkan perbedaan yang sama antara nilai angka-

angka dalam skala. Jika digunakan dalam urutan, skala interval menunjukkan

jarak atau nilai spesifik dalam urutan angka pasangan, Jadi, kita dapat

membandingkan nilai-nilai angka tidak hanya dalam pengertian besar atau

tuanya angka, tetapi juga dalam pengertian beberapa lebih besar atau berapa

lebih tua. Skala interval menunjukkan jarak angka-angka dalam skala sama

perbedaannya. Dalam evaluasi kinerja, skala ini digunakan dalam Deskriptor

Level Kinerja.

Skala rasio merupakan skala paling tinggi yang memungkinkan opersai

matematika: menambah dan mengurangi, tetapi tidak memungkinkan mengalikan

dan membagi. Misalnya, jarak 10 dan 20 derajat celcius sama dengan jarak 30

dan 40 derajat celcius bukan berarti tidak ada panas. Pada suhu nol derajat

celcius masih ada panas. Akan tetapi, 20 cm dapat dikatakan dua kali 10 cm.

Jadi, titik nol yang sesungguhnya diperlukan untuk mengalikan dan membagi

skala rasio. Dalam evaluasi kinerja, skala rasio digunakan untuk menentukan

standar kinerja pegawai. Skala rasio digunakan untuk menentukan standar

produktivitas yang dapat dihitung, misalnya jumlah penjualan, jumlah unit produk

yang diproduksi, atau kecepatan merespons permintaan pelanggan.

2.2.3 Proses Evaluasi

Penilaian prestasi kerja pada sistem ini harus mengidentifikasi prestasi

kerja yang berhubungan dengan kriteria yang telah ditetapkan, mengukurnya dan

memberikan timbal balik pada karyawan dan departemen personalia ataupun


29

SDM. Apabila pengukuran prestasi kerja tidak ada keterkaitan dengan pekerjaan,

maka evaluasi/penilaian dapat mengarah pada hasil yang tidak akurat atau

menimbulkan bias (prasangka) oleh Werther dan Davis, dalam Dedi Rianto

(2010:74). Sebagaimana pada sistem penilaian prestasi kerja ini dapat

digambarkan bahwa setelah proses penilaian telah dilaksanakan maka ada

imbal-balik bagi karyawan atas hasil yang telah dicapai, kemudian catatan-

catatan tersebut dijadikan dasar pertimbangan untuk diputuskannya hasil

prestasi kerja karyawan. Penulisan buku ini, proses performance appraisal

(penilaian prestasi kerja) pada gambar tersebut merupakan tahapan-tahapan

yang akan diteliti guna mendapatkan hasil dari prestasi kerja karyawan selama

bekerja di perusahaan.

Gambar 5: Sistem Penilaian Prestasi Kerja


Sumber: Werther, B. William and Keith Davis, 1986. “Personnel management
And Human Resource, 2nd ed., Singapore: McGraw- Hill Book
Company

Mulai dari tahapan kriteria-kriteria atau faktor-faktor yang berhubungan

dengan prestasi kerja yang akan dinilai karena dituntut untuk menyelesaikan

proses kerja dengan baik hingga prestasi kerja yang dapat diukur dengan
30

mencantumkan poin-poin atau angka-angka pada setiap dimensi kerjanya.

Dengan demikian akan menghasilkan suatu hasil penilaian prestasi kerja yang

sesuai dengan objektivitas penilaian. Pelaksanaan kinerja adalah proses

sepanjang tahun dimana pegawai melaksanakan tugas atau pekerjaannya dan

berupaya mencapai kinerjanya dengan menggunakan kompetisi kerjanya.

Seperti dalam pelaksanaan kinerja, pelaksanaan kinerja merupakan aktivitas

bersama pegawai dan manajernya. Pegawai dan manajer mempunyai tanggung

jawab tertentu.

Menurut Dedi Rianto Rahadi (2010:75) upaya mencapai kinerjanya,

pegawai mempunyai tanggung jawab berikut.

1. Komitmen pencapaian tujuan. Tujuan yang telah ditetapkan bersama oleh

manajer dan pegawai belum menjadi tujuan sampai pegawai berkomitmen

dan termotivasi untuk mencapainya.

2. Meminta balikan dan pelatihan kinerja. Memberikan balikan dan pelatihan

kinerja merupakan tugas manajer. Akan tetapi, balikan dan pelatihan tidak

berguna tanpa pegawai menyadari pentingnya balikan dan pelatihan. Oleh

karena itu, pegawai harus mengharapkan balik dan pelatihan serta merasa

merupakan alat untuk mengembangkan kinerjanya.

3. Berkomunikasi secara terbuka dan teratur dengan manajernya. Dalam

melaksanakan tugasnya, pegawai berkomunikasi secara terbuka dan terus-

menerus untuk membahas balikan yang dikemukakan manajer. Selain itu, ia

akan membahas pekerjaannya atau tugas yang dikerjakannya. Apakah

sudah sesuai dengan prosedur dan standar kinerja atau belum – jika ragu

dalam melaksanakan tugasnya.

4. Mengumpulkan dan berbagi data kinerja. Dalam melaksanakan tugas dan


31

menyelesaikan proyeknya, pegawai mencatat informasi mengenai

kemajuannya atau seberapa besar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Ia

mengomunikasikan status tersebut kepada manajernya.

5. Mempersiapkan telaah kinerja. Pegawai selalu mempersiapkan diri saat

kinerjanya ditelaah oleh manajer. Jika sistem evaluasi kinerja menggunakan

MBO, evaluasi kinerja akan dilakukan secara formatif dan sumatif. Pegawai

selalu mempersiapkan evaluasi sumatif yang dalam pekerjaan pemasaran

dilakukan mingguan, bulanan, triwulanan, dan tengah tahunan. Pada akhir

tahun, pegawai-pegawai mempersiapkan evaluasi sumatif.

Pengelolaan kinerja akan melibatkan individu dan tim terutama dalam

mencapai target, dan bila tim itu memiliki kinerja yang baik, maka anggotanya

akan menetapkan kualitas target, mencapai target, saling memahami dan

menghargai, saling menghormati, tanggung jawab dan mandiri, berorientasi pada

klien, meninjau dan memperbaiki kinerja, bekerja sama dan termotivasi. Menilai

kinerja pegawai dapat dilakukan dengan mengukur secara kualitatif dan

kuantitatif hasil kerja pegawai, yaitu dengan cara melihat prestasi dan kontribusi

yang diberikan pegawai dalam bekerja. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah

karyawan melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan apakah

kinerjanya meningkat atau menurun, maka organisasi harus melakukan penilaian

kinerja kepada anggotanya yang dilakukan secara berkala. Kegiatan penilaian

kinerja adalah proses dimana perusahaan mengevaluasi atau menilai

kemampuan dan kecakapan kerja pegawai dalam melakukan suatu pekerjaan

yang dibebankan kepadanya.

2.3 KONSEP PENGEMBANGAN


2.3.1 PENGERTIAN PENGEMBANGAN
32

Pengertian pengembangan menurut Hasibuan (2011), adalah suatu usah

a untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyaw

an sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.

Menurut Nadler (Hardjana, 2011), pengembangan adalah kegiatan- kegia

tan belajar yang diadakan dalam jangka waktu tertentu guna memperbesar kemu

ngkinan untuk meningkatkan kinerja.

Menurut Seels & Richey (dalam Sutarti & Irawan, 2017), pengembangan

adalah suatu kajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan, dan evalu

asi program, proses dan produk yang memenuhi kriteria validitas, kepraktisan da

n efektivitas.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengemban

gan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah untuk

membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi produk yang semakin bermanfaat

untuk meningkatkan kualitas sebagai upaya untuk menciptakan mutu yang lebih

baik.

Pengembangan dapat dilakukan dalam berbagai bidang, seperti pendidik

an, bisnis, teknologi, dan lingkungan. Dalam bidang pendidikan, pengembangan

dapat dilakukan untuk menghasilkan media pembelajaran yang lebih efektif, met

ode pembelajaran yang lebih inovatif, atau kurikulum yang lebih relevan. Dalam

bidang bisnis, pengembangan dapat dilakukan untuk menghasilkan produk atau l

ayanan yang lebih berkualitas, strategi bisnis yang lebih efektif, atau sistem man

ajemen yang lebih efisien. Dalam bidang teknologi, pengembangan dapat dilakuk

an untuk menghasilkan produk teknologi yang lebih canggih, proses produksi ya

ng lebih efisien, atau sistem informasi yang lebih akurat. Dalam bidang lingkunga

n, pengembangan dapat dilakukan untuk menghasilkan teknologi yang lebih ram


33

ah lingkungan, kebijakan lingkungan yang lebih efektif, atau sistem pengelolaan l

ingkungan yang lebih berkelanjutan.

Dalam konteks pembangunan atau pengembangan suatu daerah atau sekto

r tertentu, konsep pengembangan sering kali terkait dengan upaya untuk mencap

ai pertumbuhan yang berkelanjutan, pemerataan distribusi sumber daya, peningk

atan kesejahteraan masyarakat, dan perlindungan lingkungan. Ini melibatkan imp

lementasi kebijakan, strategi, dan langkah-langkah konkret untuk mencapai tujua

n-tujuan tersebut.

Beberapa elemen penting dalam konsep pengembangan meliputi:

1. Kemajuan Ekonomi: Upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi y

ang berkelanjutan, mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, d

an meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat.

2. Kesejahteraan Sosial: Mencakup peningkatan akses terhadap layanan pe

ndidikan, kesehatan, perumahan, dan infrastruktur dasar. Pemerataan kes

empatan dan mengatasi ketidaksetaraan sosial juga merupakan fokus pent

ing.

3. Pelestarian Lingkungan: Merupakan aspek yang semakin penting dalam

konsep pengembangan modern. Perlindungan alam, pengelolaan sumber

daya alam secara berkelanjutan, dan penurunan dampak negatif terhadap l

ingkungan adalah prioritas.

4. Partisipasi dan Pemberdayaan: Mengikutsertakan masyarakat dalam pro

ses pembangunan dan memberikan akses kepada mereka untuk berperan

serta dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mere

ka.
34

5. Pengembangan Budaya dan Identitas: Memelihara warisan budaya, men

ghormati keberagaman, dan mempromosikan identitas lokal dalam proses

pengembangan .

6. Inovasi dan Teknologi: Mendorong inovasi, pengembangan teknologi, ser

ta pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan produktivit

as dan menciptakan nilai tambah.

7. Stabilitas dan Keberlanjutan: Merencanakan dan mengimplementasikan

kebijakan dan tindakan jangka panjang yang memastikan pengembangan

yang berkelanjutan, menghindari perubahan yang merugikan.

Dalam konteks pariwisata, konsep pengembangan juga melibatkan peng

embangan destinasi yang berkelanjutan, melindungi sumber daya alam dan bud

aya, meningkatkan infrastruktur pariwisata, serta memberikan manfaat ekonomi

dan sosial kepada masyarakat lokal.

2.3.2 KONSEP EVALUASI PENGEMBANGAN PARIWISATA

Pengembangan pariwisata merujuk pada proses perencanaan, pelaksana

an, dan pemantauan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan dan memajuk

an sektor pariwisata di suatu wilayah. Tujuannya adalah untuk menciptakan dam

pak positif pada ekonomi, masyarakat, budaya, dan lingkungan, serta meningkat

kan daya tarik dan keberlanjutan destinasi wisata. Pengembangan pariwisata mel

ibatkan berbagai elemen dan strategi yang berfokus pada peningkatan kualitas p

engalaman wisatawan, pemberdayaan masyarakat lokal, pelestarian sumber day

a alam dan budaya, serta peningkatan infrastruktur dan layanan.

Beberapa aspek penting dalam pengembangan pariwisata antara lain:


35

1. Perencanaan Strategis: Merumuskan visi, tujuan, dan langkah-langkah takt

is untuk pengembangan pariwisata, yang mencakup aspek ekonomi, sosial,

budaya, dan lingkungan.

2. Pemasaran dan Promosi: Memasarkan destinasi kepada calon wisatawan

dengan strategi yang efektif, termasuk pemanfaatan media sosial, pameran,

kampanye promosi, dan kerjasama dengan mitra bisnis.

3. Infrastruktur: Pengembangan atau peningkatan fasilitas dan infrastruktur ya

ng diperlukan, seperti jalan, bandara, transportasi, akomodasi, serta penyedi

aan layanan dasar.

4. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Melatih dan memberdayakan ten

aga kerja di sektor pariwisata, termasuk pelatihan dalam pelayanan, pandua

n wisata, manajemen destinasi, dan pelestarian budaya.

5. Keberlanjutan Lingkungan: Memastikan bahwa pertumbuhan pariwisata ti

dak merusak lingkungan alam dan budaya, melalui praktik berkelanjutan dal

am manajemen limbah, pelestarian alam, serta pengembangan wisata berta

nggung jawab.

6. Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan k

eputusan, mengintegrasikan kegiatan pariwisata dengan kehidupan lokal, da

n memastikan manfaat ekonomi yang merata.

7. Diversifikasi Produk Wisata: Mengembangkan beragam jenis wisata, sepe

rti ekowisata, wisata budaya, pariwisata kreatif, olahraga, dan acara khusus

untuk menarik berbagai segmen pasar.

8. Pengembangan Destinasi Wisata: Merancang destinasi yang menarik, den

gan tata kelola yang baik, fasilitas yang memadai, serta pengalaman yang u

nik bagi wisatawan.


36

9. Evaluasi dan Pemantauan: Terus mengukur dampak pengembangan pariw

isata, mengevaluasi keberhasilan program-program, serta melakukan perub

ahan jika diperlukan.

Pengembangan pariwisata yang baik memerlukan sinergi antara pemerint

ah, masyarakat, sektor swasta, dan berbagai pemangku kepentingan untuk menc

apai pertumbuhan yang berkelanjutan, manfaat bagi masyarakat lokal, serta pele

starian lingkungan dan budaya.

2.4 KONSEP MICE

2.4.1 Pengertian MICE

MICE, merupakan akronim bahasa Inggris yang berasal dari kata "Meeting,

Incentive, Convention, and Exhibition" (Indonesia: Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan

Pameran), dalam industri pariwisata atau pameran, adalah suatu jenis kegiatan pariwisata

yang merupakan suatu kelompok besar, biasanya direncanakan dengan matang,

berangkat bersama untuk suatu tujuan tertentu.

Pengertian MICE Menurut Pendit (1999:25), MICE diartikan sebagai wisata

konvensi, dengan batasan : usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran

merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa cendikiawan dsb) untuk membahas

masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Sedangkan menurut

Kesrul (2004:3), MICE sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang aktivitasnya

merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya melibatkan sekelompok

orang secara bersama-sama, rangkaian kegiatannya dalam bentuk Meetings, Incentive

Travels, Conventions, Congresses, Conference Dan Exhibition.

Meeting adalah istilah bahasa inggris yang berarti rapat, pertemuan atau
37

persidangan. Menurut Kesrul (2004:8), Meeting suatu pertemuan atau persidangan yang

diselenggarakan oleh kelompok orang yang tergabung dalam asosiasi, perkumpulan atau

perserikatan dengan tujuan mengembangkan profesionalisme, peningkatan sumber daya

manusia, menggalang kerja sama anggota dan pengurus, menyebar luaskan informasi

terbaru, publikasi, hubungan kemasyarakatan. Menurut Kesrul (2004:3), “Meeting

adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktivitasnya merupakan perpaduan antara

leisure dan business, biasanya melibatkan orang secara bersama-sama”. Meeting adalah

tindakan mengumpulkan beberapa orang disatu tempat, untuk berunding atau

melaksanakan tindakan tertentu. Frekuensi pertemuan mungkin tergantung pada

kebutuhan saat ini atau terjadi secara berkala dalam bentuk yang sudah terencana seperti

rapat umum, pertemuan komite, dan lainnya (CEC & IAPCO 1992).

Incentive adalah acara memotivasi termasuk dalam program yang ditawarkan

kepada peserta sebagai hadiah untuk peserta yang bekerja efisien. Terlepas dari klien dan

kontraktor, insentif juga dapat fokus pada keluarga karyawan (CEC & IAPCO 1992).

Undang-undang No.9 tahun 1990 yang dikutip oleh Pendit (1999:27), menjelaskan

bahwa perjalanan insentif merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan

oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan

penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi yang

membahas perkembangan ikegiatan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Kesrul

(2004:18), bahwa incentive merupakan hadiah atau penghargaan yang diberikan oleh

suatu perusahaan kepada karyawan, klien, atau konsumen. Bentuknya bisa berupa uang,

paket wisata atau barang.Menurut Any Noor (2007:5) yang dikutip dari SITE 1998

dalam Rogers 2003, juga memberikan definisi mengenai incentive adalah incentive

travel is a global management tool that uses an exceptional travel experience to

motivate and/or recognize participants for increased levels of performance in


38

support of the organizational goals.

Conference, pertemuan di mana peserta mengadakan konsultasi atau diskusi

yang mengarahkan untuk pembentukan fakta atau pemecahan masalah. Dibandingkan

dengan kongres, konferensi yang terorganisir biasanya pada skala yang lebih kecil. Para

ahli dikumpulkan untuk memfasilitasi pertukaran informasi pada topik tertentu. Menurut

(Pendit,1999:29), Istilah conference diterjemahkan dengan konferensi dalam bahasa

Indonesia yang mengandung pengertian sama. Dalam prakteknya, arti meeting sama saja

dengan conference, maka secara teknis akronim MICE sesungguhnya adalah istilah

yang memudahkan orang mengingatnya bahwa kegiatan kegiatan yang dimaksud sebagai

perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan sebuah Meeting, Incentive,

Conference Dan Exhibition. Pada hakekatnya merupakan sarana yang sekaligus adalah

produk paket-paket wisata yang siap dipasarkan. Kegiatan-kegiatan ini dalam industri

pariwisata dikelompokkan dalam sati kategori, yaitu MICE. Menurut Kesrul, (2004:7),

Conference atau konferensi adalah suatu pertemuan yang diselenggarakan terutama

mengenai bentuk-bentuk tata krama, adat atau kebiasaan yang berdasarkan mufakat

umum, dua perjanjian antara negara- negara para penguasa pemerintahan atau perjanjian

internasional mengenai topik tawanan perang dan sebagainya.

Exhibition adalah peristiwa di mana produk dan layanan dipamerkan atau

disajikan (CEC & IAPCO, 1992). Pijakan awal dari pengembangan sebuah industri

adalah memahami karakteristik industri tersebut. Karakteristik yang dimaksud disini

adalah kondisi terkini dari industri tersebut, terkait dengan jumlah perusahaan, kinerja

masing-masing perusahaan, hubungan antar perusahaan dan jejaring bisnisnya, kondisi

pasar dan persaingan antar perusahaan (Gan dan

Frederick, 2011). Berdasarkan hal ini DiPietro et al., (2008) menyarankan dalam

perencanaan pengembangan industri jasa MICE perlu dikembangkan terlebih dulu sebuah
39

kriteria seleksi. Lee dan Fenich (2016) mengemukakan bahwa dalam industri MICE

faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik konsumen serta perilaku mereka akan

memberikan gambaran tentang potensi ekonomi dari industri ini. Pearlman dan Mollere

(2009) menunjukkan dalam studi mereka bahwa konsumen di dalam industri MICE

melakukan evaluasi dari pilihan-pilihan mereka terhadap tujuan dan event yang menjadi

inti dari MICE tersebut.

Mc Cartney (2008) secara umum menjelaskan bahwa kejelasan dan integrasi

konsep MICE memudahkan proses evaluasi industri MICE. Wisatawan MICE memiliki

karakteristik yang berbeda dengan wisatawan leasure yang dapat dilihat dari jumlah

peserta MICE umumnya cukup besar, status tingkatan golongan dari peserta menengah

ke atas (businessman), biaya yang digunakan pada umumnya besar baik

biaya yang ditanggung peserta ataupun penyelenggara, menciptakan

lapangan kerja baru dan menyerap tenaga kerja yang cukup besar, sebagai media

promosi yang efektif, kesempatan dilakukan pada kondisi musim sepi (low season),

mengingat pada musim ramai (high season) peserta dihadapkan pada bisnisnya sendiri,

membuka dan menciptakan tujuan wisata menjadi pusat bisnis, dan peserta hampir

dipastikan membawa sponsor. Pendit (1999:34) menyatakan bahwa “Pameran

merupakan suatu kegiatan untuk menyebar luaskan informasi dan promosi yang ada

hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan

pariwisata”. Menurut Kesrul, exhibition adalah ajang pertemuan yang dihadiri secara

bersama-sama yang diadakan di suatu ruang pertemuan atau ruang pameran hotel,

dimana sekelompok produsen atau pembeli lainnya dalam suatu pameran dengan

segmentasi pasar yang berbeda.

2.4.2 Prinsip MICE


40

Menurut Undang-Undang Kepariwisataan RI No. 9 tahun 1990 menyebutkan

usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran meliputi jasa perencanaan,

penyediaan fasilitas, jasa pelayanan, jasa penyelenggaraan konvensi, perjalanan insentif,

dan pameran. Jadi usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran merupakan

usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan kelompok orang

(negarawan, usahawan, cendikiawan, dan sebagainya untuk membahas masalah-masalah

yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Pada umumnya kegiatan konvensi berkaitan

dengan usaha pariwisata lain seperti transportasi, akomodasi, hiburan, perjalanan pra dan

pasca konferensi.

Menurut Any Noor, proses penetapan ide MICE harus tetap berpedoman pada:

1. Sifat event yang akan diselenggarakan;

2. Tujuan event;

3. Bagaimana event dapat terselenggara

4. Keuntungan apa yang akan didapat oleh peserta dari terselenggaranya event.

2.4.3 Indikator MICE

Indikator dalam Penyelenggaraan MICE menurut Joe Golbatt adalah sebagai

berikut:

1. Riset

Riset dilakukan untuk menentukan kebutuhan, keinginan dan harapan dari target pasar.

Melalui riset yang dilakukan secara mendalam, penyelenggaraan dapat melihat trend

yang sedang berkembang, mengembangkan sistem penyediaan layanan baru dan

memecahkan masalah kecil sebelum menjadi besar. Yang dilakukan umumnya hanya

dengan menganalisis data sekunder dan laporan penyelenggaraan event sebelum-

sebelumnya ataupun dari pengalaman. Panitia bisa melakukan riset dengan menyebar

kuisioner atau melakukan focus group discussion.


41

2. Desain (rancangan)

Tahap ini adalah tahap perumusan tema dan konsep event. Proses ini membutuhkan

waktu cukup lama karena terjadi seleksi ide dan konsep event.

3. Planning

Tahap ini panitia mulai merumuskan strategi-strategi yang kemudian siap untuk

diimplementasikan. Pada fase ini pula panitia melengkapi sumber daya yang diperlukan

untuk penyelenggaraan event

4. Coordinating

Tahap ini penekanan diletakkan pada arus proses, koordinasi peserta dan pemecahan

masalah jangka pendek. Panitia mulai mengimplementasikan strategi-strategi yang telah

disusun, melakukan kegiatan audiensi, komunikasi kepada public, gladi bersih, dan

kegiatan-kegiatan pra-event lainnya. Tahap ini bisa dimulai kurang lebih satu setengah

bulan menjelang deadline penyelenggaraan event

5. Evaluations

Evaluasi terhadap penyelenggaraan event ini dapat dilakukan dengan metode review

secara menyeluruh atau per-sesi. Tolak ukur menilai keberhasilan penyelenggaraan event

dengan menggunakan indikator kuantitatif, seperti jumlah peserta atau undangan yang

hadir dan transaksi, sedangkan hasil dari evaluasi kualitatif dan diumumkan saat

penutupan acara.

2.4.4 Faktor Penentu Destinasi Pariwisata MICE

Destinasi Pariwisata menjadi ukuran dasar bagi destinasi MICE. MICE yaitu

destinasi tempat penyelenggaraan industri MICE mempunyai standar yang lebih tinggi

dari standar destinasi MICE. Menurut Crounch dan Ritchie dalam jurnal Jumjuma (2018)

untuk menjadi destinasi industri MICE diperhatikan beberapa faktor seperti dijelaskan
42

pada Tabel bawah ini:

Tabel 3: Faktor dan Dimensi MICE


Faktor Dimensi
Aksesibilitas a. Biaya: biaya transportasi yang diperlukan

b. Waktu:waktu tempuh atau jarak perjalanan ke lokasi serta biaya

c. Peluang: opportunity cost dari waktu yang diperlukan

d. Frekuensi: frekuensi koneksi menuju ke lokasi

e. Kenyamanan: kenyamanan penjadwalan koneksi atau

transportasi menuju ke destinasi

f. Hambatan: faktor yang menjadi hambatan dalam melakukan

perjalanan seperti visa dan bea cukai

Dukungan a. Dukungan lokal: tingkat dukungan yang ditawarkan oleh

Lokal asosiasi lokal

b. Convention center: tingkat perencanaan, dukungan logistik dan

dukungan promosi yang ditawarkan

c. Subsidi: tingkat subsidi yang ditawarkan oleh suatu destinasi untuk


membiayai penyelenggaraan event melalui pemberian potongan harga

dan subsidi
43

Peluang a. Pusat hiburan: ketersediaan restaurant, bars, teater, pusat hiburan

Kegiatan malam, dll.

Tambahan b. Pusat perbelanjaan: mal, department store besar, harga yang rendah, dll.

c. Wisata: arsitektur lokal, museum, monumen, objek wisata, taman,


peninggalan bersejarah, tour lokal, dll.

d. Pusat rekreasi: pusat olahraga dan kegiatan baik sebagai penonton


maupun sebagai peserta

e. Peluang profesional: mengunjungi klien lokal, negosiasi, transaksi


bisnis,membuat kesepakatan kontrak, dll.

Fasilitas a. Ketersediaan: apakah fasilitas akomodasi tersedia guna menunjang

Akomodasi pelaksanaan MICE

b. Kapasitas: jumlah kamar yang tersedia

c. Biaya: biaya akomodasi yang sesuai

d. Layanan: persepsi terhadap standar layanan

e. Keamanan: sejauh mana keamanannya


44

Fasilitas a. Kapasitas: kemampuan suatu lokasi dalam menyediakan fasilitas

Rapat dengan ukuran yang sesuai kebutuhan

b. Layout: kesesuaian tata letak fasilitas dan denah lantai

c. Biaya rapat: biaya ruang pertemuan yang diperlukan

d. Fasilitas ambience: kemampuan suatu lokasi dalam menciptakan


suasana dan lingkungan yang sesuai

e. Layanan: persepsi terhadap standar layanan

f. Keamanan: sejauh mana suatu lokasi dapat menyediakan ruang


pertemuan yang aman

g. Ketersediaan: apakah fasilitas rapat tersebut tersedia saat dibutuhkan

h. Convention Center: fasilitas ruangan yang dipecah

Informasi a. Pengalaman: apakah lokasi MICE tersebut telah mampu


menunjukkan kinerja yang memuaskan di masa lalu
b. Reputasi: bagaimana reputasi daerah tujuan tersebut
diantara perencana pertemuan lainnya
c. Pemasaran: efektivitas kegiatan pemasaran destinasi
45

Lokasi a. Iklim: keadaan iklim di daerah tujuan

b. Setting: daya tarik lingkungan destinasi

c. Infrastruktur: kesesuaian dan standar infrastruktur lokal

d. Keramahtamahan: sejauh mana daerah tuan rumah dan masyarakat

lokal unggul dalam menjamu atau menyambut pengunjung

Kriteria a. Risiko: kemungkinan terjadinya aksi unjuk rasa, bencana alam, boikot

Lainnya dan berbagai keadaan merugikan lainnya yang dapat mengganggu

kelancaran suatu kegiatan

b. Profitabilitas: tingkat di mana suatu lokasi dapat menghasilkan

keuntunganmaupun kerugian dalam penyelenggaraan MICE

c. Promosi asosiasi: apakah lokasi yang telah ditentukan dapat

meningkatkan kredibilitas penyelenggara dan meningkatkan

keanggotaan

d. Novelty: sejauh mana suatu lokasi merepresentasikan lokasi yang

baru untuk penyelenggaraan MICE berikutnya

(Sumber: Crouch dan Ritchie, 1998 dalam jurnal Jumjuma, 2018)

2.5 Konsep Pariwisata 6A

Terdapat variasi konsep elemen dasar suatu destinasi wisata. Inskeep (1991)

mengemukakan terdapat enam elemen komponen pengembangan pariwisata,yaitu atraksi

dan aktivitas, akomodasi, fasilitas dan layanan wisata lainnya, fasilitas dan layanan

transportasi, infrastruktur lain, dan elemen institusi.

Attraction atau Atraksi merupakan objek wisata yang menarik minat wisatawan.

Objek tersebut dapat berupa daya tarik wisata alam, wisata buatan, warisan budaya,
46

maupun acara khusus. Sebagai contoh yaitu danau, kolam renang, museum, pesta panen,

dan sebagainya. Selanjutnya accesbility atau aksesibilitas merupakan fasilitas berupa

sarana prasarana yang tersedia untuk dapat digunakan oleh wisatawan melakukan

perjalanan wisata menuju destinasi yang dipilih. Aksesibilitas mencakup misalnya

penyewaan kendaraan, tersedianya rute, atau pola perjalanan (Cooper dkk, 2000).

Aksesibilitas merupakan komponen penting dalam berinteraksi dengan rantai

kebutuhan konsumen dimulai dari tahap perencanaan perjalanan, transit hingga tujuan

(Eichhorn & Buhalis,2010).

Amenities atau amenitas merujuk pada fasilitas dan layanan yang disediakan di

destinasi pariwisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan meningkatkan

pengalaman wisatawan selama berlibur. Amenitas ini dapat mencakup berbagai aspek,

seperti akomodasi, restoran, tempat perbelanjaan, bank, fasilitas rekreasi dan sebagainya.

Penyediaan amenitas yang memadai dapat membantu destinasi pariwisata untuk

meningkatkan daya saing dan kepuasan wisatawan.

Available package merupakan ketersediaan paket wisata pada suatu destinasi.

Merupakan produk perjalanan yang ditawarkan oleh biro perjalanan. Produk tersebut

mencakup biaya perjalanan, hotel, dan fasilitas lainnya (Suwantoro: 1997). Dengan kata

lain paket wisata juga dapat dimaknai sebagai perjalanan wisata menuju ke satu atau

beberapa tujuan wisata yang menggunakan beberapa fasilitas perjalanan tertentu yang

dijual dengan pembayaran tunggal (Nuriata, 2014).

Activities atau aktivitas secara sederhana dapat dimaknai sebagai kegiatan

rekreasi yang dapat dilakukan oleh wisatawan saat melakukan kunjungan ke suatu

daya tarik wisata Buhalis (2000). Setiap destinasi memiliki tawaran aktivitas yang

berbeda-beda sesuai dengan karakteristik destinasi wisata tersebut (Brown and Stange).

Sebagai contoh aktivitas di pantai dapat berupa bermain pasir, camping, swafoto, dan
47

bermain air. Sedangkan aktivitas di pegunungan misalnya memetik buah langsung di

kebun, sight seeing, berkemah, dan sebagainya.

Ancillary service merupakan fasilitas layanan tambahan untuk mendukung

kegiatan wisata, misalnya bank, rumah sakit, kantor berita, pos, fasilitas telekomunikasi,

dan sebagainya.

2.6 KONSEP S W O T

Analisis SWOT adalah alat yang berguna untuk mengidentifikasi kekuatan (Stren

gths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threat

s) dalam konteks pengembangan pariwisata MICE di Medan. Berikut adalah cont

oh analisis SWOT untuk pengembangan pariwisata MICE di Medan:

1. Strengths (Kekuatan):

 Lokasi Strategis: Medan memiliki lokasi yang strategis di Sumatera Utara,

dengan aksesibilitas baik melalui transportasi udara dan darat.

 Keanekaragaman Budaya: Kaya akan kebudayaan Batak, Melayu dan etni

s lainnya, yang dapat menjadi daya tarik budaya bagi peserta acara MICE.

 Infrastruktur: Ada fasilitas konferensi dan akomodasi yang layak di Medan,

termasuk hotel, gedung konferensi, dan tempat-tempat pertemuan.

 Kemajuan Teknologi: Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yan

g meningkat di kota ini, memungkinkan promosi dan manajemen acara yan

g lebih efisien.

2. Weaknesses (Kelemahan):

 Keterbatasan Fasilitas Besar: Mungkin terbatasnya fasilitas ruang besar ya

ng sesuai untuk acara MICE skala besar.


48

 Kurangnya Pengenalan: Medan belum mendapatkan eksposur yang cukup

di tingkat internasional sebagai destinasi MICE, sehingga perlu upaya lebih

besar untuk mempromosikan kota ini.

 Kurangnya Pelatihan: Tenaga kerja di industri MICE mungkin membutuhka

n pelatihan lebih lanjut dalam manajemen acara, layanan, dan pemasaran.

3. Opportunities (Peluang):

 Peningkatan Pariwisata: Perkembangan pariwisata di Indonesia memberik

an peluang untuk pertumbuhan sektor MICE karena banyaknya kunjungan

bisnis dan konferensi.

 Kebutuhan Pertemuan Korporat: Medan adalah pusat bisnis dan perdagan

gan di Sumatera Utara, yang berarti ada permintaan untuk pertemuan bisni

s dan acara MICE.

 Pengembangan Infrastruktur: Perkembangan lebih lanjut dalam infrastruktu

r di Medan, seperti perluasan bandara atau pembangunan gedung konfere

nsi baru, dapat meningkatkan kapasitas untuk MICE.

4. Threats (Ancaman):

 Persaingan: Persaingan dari kota-kota lain dalam pengembangan MICE di

Indonesia, seperti Jakarta atau Bali.

 Ketidakpastian Keamanan: Isu-isu keamanan dan politik di Indonesia atau

di wilayah Asia Tenggara secara umum dapat memengaruhi persepsi para

peserta acara internasional.

 Dampak Lingkungan: Pengembangan MICE yang tidak terkendali dapat m

emiliki dampak negatif pada lingkungan, seperti peningkatan limbah atau k

erusakan alam.
49

Analisis SWOT ini dapat membantu dalam merumuskan strategi pengem

bangan yang tepat untuk meningkatkan sektor pariwisata MICE di Medan. Denga

n memanfaatkan kekuatan, mengatasi kelemahan, memanfaatkan peluang, dan

mengatasi ancaman, pengembangan pariwisata MICE dapat berhasil dan memb

erikan manfaat yang signifikan bagi kota Medan.

Analisis PESTEL

Analisis PESTEL adalah pendekatan yang memeriksa faktor-faktor politik,

ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan, dan hukum yang memengaruhi suatu

industri atau proyek. Dalam konteks pengembangan MICE (Meetings, Incentives,

Conferences, and Exhibitions) di Medan, analisis PESTEL dapat memberikan

wawasan yang komprehensif mengenai faktor-faktor yang memengaruhi

keberhasilan dan keberlanjutan sektor ini. Berikut adalah contoh analisis

PESTEL untuk MICE di Medan:

1. Politik

Stabilitas Pemerintah: Kestabilan politik di Medan dan Indonesia secara umum

penting untuk kepercayaan para pengusaha MICE dan wisatawan. Kebijakan

Pemerintah Peraturan dan kebijakan yang mendukung pengembangan industri

MICE, seperti insentif pajak atau perizinan, dapat memberikan dampak positif.

Hubungan Internasional Hubungan diplomatik dan perjanjian dagang dengan

negara-negara lain dapat memengaruhi jumlah kunjungan bisnis dari luar negeri

Berdasarkan laman Oxford College of Marketing, di dalamnya mencakup analisis terkait

kebijakan politik dan juga stabilitas serta kebijakan perdagangan, perpajakan, dan juga

fiskal.

2. Ekonomi
50

- Pertumbuhan Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi di Medan dan kawasan

sekitar berkontribusi pada permintaan acara bisnis dan investasi.

- Pengeluaran Bisnis. Kesehatan sektor bisnis lokal dan nasional memengaruhi

tingkat pengeluaran untuk konferensi, pertemuan, dan acara MICE.

- Nilai Tukar: Fluktuasi mata uang dapat memengaruhi daya beli wisatawan

internasional yang ingin mengadakan acara MICE di Medan.

3. Sosial:

- Kebutuhan Pertemuan Bisnis: Permintaan untuk acara MICE sebagai wadah

pertemuan bisnis dan industri.

- Perubahan Demografis : Pertumbuhan penduduk dan perubahan demografis

di kota Medan dapat mempengaruhi permintaan dan preferensi dalam acara

MICE.

- Ketahanan Budaya : Keberlanjutan budaya lokal dan keragaman budaya

dapat menjadi daya tarik bagi peserta acara MICE.

4. Teknologi

- Infrastruktur Teknologi: Ketersediaan infrastruktur teknologi seperti akses

internet cepat dan teknologi komunikasi modern penting untuk keberhasilan

acara MICE.

- Penggunaan Teknologi dalam Promosi : Potensi penggunaan media sosial,

platform online, dan aplikasi untuk mempromosikan acara MICE di Medan.

- Inovasi dalam Layanan : Penggunaan teknologi untuk meningkatkan

layanan dan pengalaman para peserta acara MICE.

5. Lingkungan

- Keberlanjutan : Dampak lingkungan dari acara MICE, termasuk pengelolaan

limbah, energi, dan perlindungan lingkungan alam.


51

- Pelestarian Budaya : Upaya untuk melestarikan warisan budaya dan

memastikan bahwa acara MICE tidak merusak keberagaman budaya

Medan.

6. Hukum

- Regulasi Industri : Peraturan yang mengatur industri MICE, termasuk

perizinan, regulasi keamanan, dan tanggung jawab hukum.

- Hak Kekayaan Intelektual : Perlindungan hak cipta, merek dagang, dan paten

dalam konteks acara MICE.

- Perlindungan Konsumen: Keamanan dan perlindungan konsumen dalam

acara MICE.

Analisis PESTEL di atas memberikan gambaran holistik mengenai faktor-

faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan MICE di Medan. Dengan

memahami faktor-faktor ini, upaya pengembangan dapat lebih terarah dan

berpotensi lebih sukses dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.


52

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi
Penelitian ini akan dilakukan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Adapun

alasan memilih lokasi ini antara lain:

1. Medan sebagai Kota terbesar ke-3 setelah Surabaya.

2. Medan sebagai salah satu dari tujuh destinasi MICE yang berpotensi kuat dan

maju

3. Lokasi tersebut perlu dikembangkan lagi untuk memajukan MICE di kota

Medan

3.1.2. Waktu Penelitian


Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu dimulai pada bulan

Agustus sampai dengan bulan Oktober tahun 2023. Adapun timeline pelaksanaan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4: Rencana aksi penyusunan tesis

Bulan 2023
No
Kegiatan
5 6 7 8 9 10

Persiapan proposal
1 √ √ √
penelitian
2
Seminar proposal √
3
Perbaikan proposal √ √
4
Observasi lapangan √ √ √

Penelitian dan analisis


5 √ √ √
data
53

6 Penyusunan draft tesis √ √

7 Revisi tesis √ √

Perencanaan sidang
8 √
tesis

Penelitian dilakukan dengan melakukan evaluasi perkembangan Pariwisata

MICE di Kota Medan dan waktu penelitian dilakukan selama bulan agustus sampai

dengan awal bulan Oktober 2023.

3.2 Penentuan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Pemerintah Kota Medan dalam hal ini Dinas

Pariwisata dan Dinas Pendapatan Daerah dan Asosiasi Pariwisata di kota Medan yaitu

Forum Backstager Indonesia Sumatera Utara, Asosiasi Perusahaan Penyelenggara Acara

(APPARA), Insan Event Indonesia (IVENDO) dan Perhimpunan Hotel Restoran

Indonesia.

3.3 Sumber Data Penelitian

Setiap penelitian menggunakan metode yang tepat, juga diperlukan kemampuan

memilih metode pengumpulan data yang relevan. Data merupakan faktor penting dalam

penelitian karena di dalam setiap penelitian pasti memerlukan data. Sumber data yang

digunakan:

3.3.1 Data Primer

Jenis data ini diperoleh secara langsung dari informan melalui wawancara. Dalam

menetapkan informan peneliti menggunakan teknik snowball sampling. Snowball

sampling adalah teknik penentuan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya

sedikit, lama kelamaan menjadi besar (Sugiyono, 2009:85). Dengan teknik snowball
54

sampling ini peneliti memilih beberapa informan. yaitu :

Tabel 5: Data Informan

No Informan Keterangan Inisial Informan

1 Kepala Dinas Pariwisata Medan Pengambil Kebijakan Infor-1

2 Ketua Backstager SUMUT Industri MICE Infor-2

3 Ketua Invendo SUMUT Industri MICE Infor-3

4 Ketua APPARA Industri MICE Infor-4

5 Kepala AHLI SUMUT Pemerintahan Infor-5

6 Ketua Komisi 3 Kota Medan Legislatif Infor-6

7 Ketua PHRI SUMUT Industri MICE Infor-7

Nama-nama di atas adalah yang menjadi key-informan atau informan kunci untuk

selanjutnya memberikan petunjuk siapa informan yang berkompeten yang mampu

memberikan data.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif

1. Observasi

Dalam melakukan observasi peneliti membatasi kepada event yang

menggunakan anggaran pemerintah dan berlokasi di kota Medan dalam hal ini Dinas

Pariwisata Medan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan, Dinas Koperasi Kota

Medan,, serta Organisasi yang bergerak di bidang MICE seperti Asosiasi Perusahaan

Penyelengggara Acara (APPARA), Forum Backstager Sumut, Insan Event Indonesia,

(IVENDO) serta Perusahaan Hotel Restoran Indonesia Provinsi (PHRI) Sumatera Utara

2. In depth interview

Peneliti memilih informan untuk dilakukan wawancara dengan melakukan teknik


55

wawancara terstruktur. Setelah mendapat informasi dari informan pertama peneliti

menetapkan informan selanjutnya sampai peneliti menyimpulkan data yang didapatkan

jenuh atau tidak ada informasi baru yang didapat.

3. Dokumentasi

Peneliti mengambil dokumentasi yang terkait objek penelitian untuk mendukung

informasi yang didapatkan melalui observasi dan in depth interview berbagi

pandangan, pengetahuan, atau ide-ide mengenai suatu subjek.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Teknik Analisis Data Kualitatif

Untuk analisis data kualitatif menggunakan analisis data PESTEL adalah singkatan dari

Political, Economic, Social, Technological, Legal, and Environment. Adapun rincian

analisis PESTEL adalah:

1. Politik

Peraturan pemerintah dan masalah hukum mempengaruhi kemampuan pariwisata

MICE untuk menjadi menguntungkan dan sukses. Analisis PESTEL bertanggung jawab

untuk mengevaluasi bagaimana ini bisa terjadi. Topik yang harus dipertimbangkan

termasuk pedoman pajak, hak cipta, dan penegakan hukum kekayaan intelektual,

stabilitas politik, peraturan perdagangan, kebijakan sosial dan lingkungan, undang-

undang perburuhan, dan peraturan keselamatan.

2. Ekonomi

Teknik ini terdiri dari memeriksa masalah ekonomi eksternal yang dapat

berperan dalam keberhasilan pariwisata event di Kota Medan. Faktor ini terdiri dari

evaluasi berbagai aspek seperti suku bunga, perubahan inflasi, pengangguran, produk

domestik bruto dan ketersediaan kredit.


56

3. Sosial

Dengan faktor sosial, pariwisata MICE dapat menilai lingkungan sosial ekonomi

pasar yang memungkinkan memahami bagaimana kebutuhan konsumen terbentuk dan

apa yang memotivasi untuk melakukan pembelian. Item yang akan dinilai meliputi

tingkat pertumbuhan penduduk, distribusi usia, sikap terhadap pekerjaan, dan tren pasar

tenaga kerja.

4. Teknologi

Teknologi sangat penting dalam bisnis pariwisata MICE karena dapat

mempengaruhi secara negatif atau positif. Dengan diperkenalkannya produk baru,

teknologi baru, dan layanan baru, pasar tertentu mungkin merasa sulit untuk beradaptasi,

jadi penting untuk mengevaluasinya dari semua sudut.

5. Ekonomi

Analisis ekonomi adalah proses mengumpulkan dan menganalisis data ekonomi

untuk memahami kondisi ekonomi. Analisis ekonomi dapat digunakan untuk berbagai

tujuan, termasuk memprediksi tren ekonomi: Analisis ekonomi dapat digunakan untuk

memprediksi tren ekonomi, seperti pertumbuhan GDP, inflasi, dan tingkat pengangguran.

Menganalisis kebijakan ekonomi: Analisis ekonomi dapat digunakan untuk menganalisis

kebijakan ekonomi, seperti kebijakan fiskal dan moneter. Mengevaluasi kinerja

perusahaan: Analisis ekonomi dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan,

seperti profitabilitas dan pertumbuhan.

6. Lingkungan

Analisis lingkungan adalah proses mengumpulkan dan menganalisis data

lingkungan untuk memahami kondisi lingkungan. Analisis lingkungan dapat digunakan

untuk berbagai tujuan, termasuk memprediksi tren lingkungan: Analisis lingkungan dapat

digunakan untuk memprediksi tren lingkungan, seperti perubahan iklim, polusi, dan
57

kepunahan. Menganalisis kebijakan lingkungan: Analisis lingkungan dapat digunakan

untuk menganalisis kebijakan lingkungan, seperti peraturan dan insentif. Mengevaluasi

dampak lingkungan: Analisis lingkungan dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak

lingkungan dari kegiatan manusia.

3.5.2 Kelebihan Analisis PESTEL

Berikut adalah kelebihan dari Analisis PESTEL:

1. Memahami Konteks Eksternal: Analisis PESTEL membantu organisasi memahami

lingkungan eksternal mereka, termasuk perubahan politik, ekonomi, sosial, teknologi,

lingkungan, dan hukum yang dapat mempengaruhi bisnis.

2. Antisipasi Risiko dan Peluang: Dengan memahami faktor-faktor makro, perusahaan

dapat mengidentifikasi risiko potensial dan peluang di pasar, yang memungkinkan

mereka untuk mengambil tindakan yang sesuai dan mengurangi ketidakpastian.

3. Basis Perencanaan Strategis: Analisis PESTEL menyediakan dasar untuk perencanaan

strategis jangka panjang dan membantu perusahaan dalam merumuskan strategi bisnis

yang lebih efektif dan relevan dengan kondisi eksternal.

4. Pemahaman Persaingan: Memahami faktor-faktor eksternal membantu organisasi

memahami bagaimana pesaing mereka dapat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal,

membuka peluang untuk mengambil keuntungan dari celah pasar.

5. Fokus pada Keberlanjutan dan Lingkungan: Analisis PESTEL juga membantu

organisasi mengenali isu-isu lingkungan dan keberlanjutan yang semakin penting bagi

konsumen dan masyarakat.

3.5.3 Kekurangan Analisis PESTEL

Berikut Kekurangan Analisis PESTEL:

1. Tidak Mendalam: Analisis PESTEL memberikan gambaran luas tentang faktor- faktor
58

makro tetapi tidak memberikan analisis mendalam tentang faktor-faktor tersebut.

Perusahaan mungkin perlu menggabungkan PESTEL dengan analisis lain untuk

pemahaman yang lebih rinci.

2. Kompleksitas Data: Memahami dampak dari setiap dimensi PESTEL bisa menjadi

rumit karena data yang relevan mungkin sangat bervariasi dan kompleks.

3. Ketidakpastian: Lingkungan eksternal selalu berubah, dan faktor-faktor politik,

ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan, dan hukum seringkali saling terkait dan

berdampak secara kompleks. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpastian dalam

interpretasi dan perumusan strategi.

4. Mengabaikan Faktor Internal: Analisis PESTEL hanya fokus pada faktor eksternal dan

mengabaikan faktor-faktor internal organisasi seperti kekuatan, kelemahan, dan

kapabilitas internal.

5. Keterbatasan Prediksi: Meskipun analisis PESTEL membantu dalam

memahami lingkungan eksternal, itu tidak menawarkan prediksi masa depan yang

pasti. Perubahan lingkungan bisa tidak terduga dan sulit untuk diprediksi. Meskipun

Analisis PESTEL memiliki beberapa kelemahan, tetapi sebagai alat analisis

yang kaya dan komprehensif, ini sangat berguna dalam membantu organisasi dalam

merencanakan, mengantisipasi perubahan, dan membuat keputusan strategis yang

lebih baik.

3.7 Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pikiran dan tabel indikator dapat dilihat pada tabel dan

gambar berikut.

Tabel 6: Indikator dan dimensi penelitian

ANALISI INDIKATOR &


DAFTAR PERTANYAAN
S DIMENSI
PESTEL Politik 1. Bagaimana stabilitas politik di Kota Medan?
59

2. Apakah ada hubungan politik yang mungkin


mempengaruhi pelaksanaan acara MICE?
3. Bagaimana hubungan antara pemerintah Kota
Medan dan pelaku MICE?
Ekonomi 1. Bagaimana kondisi ekonomi di Kota Medan?
2. Apakah ada pertumbuhan ekonomi yang
berpotensi meningkatkan permintaan acara
MICE?
3. Bagaimana adanya perubahan dalam nilai
tukar mata uang atau fluktuasi ekonomi global
mempengaruhi bisnis MICE di kota ini?
Sosial-Budaya 1. Bagaimana faktor budaya dan sosial di Kota
Medan mempengaruhi pelaksanaan acara
MICE? Apakah ada preferensi atau kebiasaan
lokal yang harus diperhatikan?
2. Bagaimana penerimaan masyarakat terhadap
acara-acara bisnis seperti konferensi dan
pameran?
Teknologi 1. Sejauh mana perkembangan teknologi di Kota
Medan mendukung industri MICE?
2. Apakah infrastruktur teknologi memadai untuk
keperluan acara-acara ini?
3. Bagaimana teknologi dapat digunakan untuk
meningkatkan pengalaman peserta acara
MICE di kota ini?
Environmental 1. Bagaimana Kota Medan menangani isu-isu
lingkungan terkait dengan acara MICE?
Apakah ada kebijakan atau praktik ramah
lingkungan yang diterapkan?
2. Bagaimana infrastruktur lingkungan (seperti
aksesibilitas transportasi umum dan fasilitas
ramah lingkungan) mempengaruhi acara
MICE?
Legal 1. Apa peraturan dan regulasi yang berlaku di
Kota Medan terkait dengan pelaksanaan acara
MICE?
2. Apakah ada persyaratan izin atau regulasi
yang perlu diperhatikan?
3. Bagaimana sistem hukum mempengaruhi
pelaksanaan kontrak dan perjanjian terkait
acara MICE di kota ini?
6A Attractiveness 1. Bagaimana Anda melihat daya tarik Kota
Medan sebagai destinasi pariwisata MICE dan
tempat penyelenggaraan acara khusus?
2. Apa yang membuat Kota Medan menonjol
sebagai pilihan untuk MICE dan acara khusus?
Apakah ada elemen unik yang menonjol?
3. Bagaimana faktor-faktor politik, ekonomi,
sosial, teknologi, lingkungan, dan hukum
berdampak pada daya tarik destinasi ini untuk
60

MICE dan acara khusus?


Accessibility 1. Bagaimana tingkat aksesibilitas ke Kota
Medan dari berbagai daerah dan luar negeri?
2. Bagaimana faktor-faktor ekonomi, teknologi,
dan hukum memengaruhi aksesibilitas bagi
peserta MICE dan acara khusus?
3. Adakah rencana atau upaya untuk
memperbaiki aksesibilitas dan transportasi ke
Kota Medan?
Amenities 1. Apa jenis fasilitas dan layanan yang tersedia di
Kota Medan untuk mendukung industri
pariwisata MICE dan acara khusus?
2. Bagaimana faktor-faktor ekonomi, sosial,
teknologi, dan hukum mempengaruhi
ketersediaan fasilitas dan layanan ini?
3. Apakah ada inisiatif untuk meningkatkan
fasilitas dan layanan yang tersedia?
Available 1. Bagaimana tingkat kesiapan infrastruktur di
Infrastructure Kota Medan untuk menangani acara MICE
besar dan acara khusus?
2. Bagaimana faktor-faktor ekonomi, teknologi,
lingkungan, dan hukum memengaruhi
pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur
ini?
3. Apakah ada rencana untuk memperkuat
infrastruktur yang ada?
Ancillary 1. Apa jenis layanan pendukung yang ada,
Services seperti perencanaan acara, transportasi lokal,
dan layanan keamanan?
2. Bagaimana faktor-faktor sosial, teknologi, dan
hukum mempengaruhi kualitas dan
ketersediaan layanan pendukung ini?
3. Adakah upaya untuk meningkatkan kualitas
layanan pendukung?
Ancillary 1. Apa daya tarik tambahan di sekitar Kota
Attractions Medan yang dapat menambah nilai bagi
peserta MICE dan acara khusus?
2. Bagaimana faktor-faktor lingkungan, sosial,
teknologi, dan hukum memengaruhi
pengembangan daya tarik pendukung ini?
3. Apakah ada usaha untuk mempromosikan dan
mengembangkan daya tarik tambahan ini?
SWOT Strengths 1. Bagaimana kemampuan unik Anda dalam
mengatur event-event khusus MICE?
2. Bagaimana kemampuan Anda dalam
mengelola detail dalam event-event khusus
MICE?
3. Bagaimana Anda berinovasi untuk
menciptakan pengalaman luar biasa bagi
61

peserta event?
Weaknesses 1. Bagaimana Anda bersaing dalam situasi
tersebut?
2. Apa tantangan utama yang biasanya dihadapi
dalam merencanakan spesial event MICE?
3. Apa keunggulan yang Anda lihat pada
penyelenggaraan spesial event dalam industri
MICE?
Opportunities 1. Bagaimana Anda berinovasi untuk
menciptakan pengalaman luar biasa bagi
peserta event?
2. Bagaimana pentingnya kerjasama dengan
partner atau penyedia layanan lain dalam
mencapai keberhasilan event?
3. Apa hal unik yang dapat Anda tawarkan dalam
spesial event MICE, yang mungkin belum
banyak diketahui oleh pesaing?
Threats 1. Apakah ada persaingan yang semakin ketat
dalam industri ini ?
2. Bagaimana Anda mengatasi kendala-kendala
teknis atau logistik yang mungkin muncul pada
event-event ini?
3. Apa strategi Anda untuk membangun dan
memelihara jaringan yang kuat dalam industri
MICE?

Sumber: Data Diolah (2023)

PERMASALAHAN PARIWISATA MICE DI KOTA MEDAN

PENGEMBANGAN PARIWISATA
EVALUASI PELAKSANAAN
MICE
MICE

METODE
KUALITATIF
62

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas analisis dan pembahasan hasil penelitian sesuai

dengan data dan fakta yang ditemui peneliti di lapangan. Hasil penelitian diperol

eh dari proses observasi, wawancara dengan informan, dan dokumentasi.

Instrumen penelitian berisikan pertanyaan yang menyangkut variabel dan

dimensi model analisis yang digunakan pada penelitian.

Pembahasan pada bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian: Deskripsi tentang wilayah penelitian,

politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan informasi.

2. Hasil: Penyajiian data yang didapat di lapangan sesuai dengan instrumen

penelitian, hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.

3. Pembahasan: Membandingkan hasil penelitian dengan teori dan analisis data

dengan menggunakan alat analisis dan model analisis yang relevan.

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis Kota Medan

Kota Medan adalah salah satu daerah otonom dengan status,

kedudukan, fungsi dan peranan yang cukup penting dan strategis baik secara

regional maupun nasional. Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara

yang sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan

dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kota Medan memiliki kedudukan

strategis yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara


63

sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti

Pulau Penang, Kuala Lumpur (Malaysia) dan Singapura. Berdasarkan

pertimbangan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota

Medan telah melalui beberapa kali perubahan. Pada tahun 1951, Walikota

Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 Tanggal 29 September 1951 yang

menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha yang meliputi 4 kecamatan

dengan 59 kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul

keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21

September 1951 agar daerah Kota Medan diperluas menjadi 3 (tiga) kali lipat.

Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973, Kota

Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri

dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Kemudian, berdasarkan luas

administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri

Nomor 140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986 ditetapkan pemekaran kelurahan

menjadi 144 kelurahan. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur

KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30

September 1996 tentang pendefinitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah

Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

35 Tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya

Daerah Tingkat II Medan dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan

151 kelurahan dan 2.001 lingkungan.

Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan

topografi yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan dua (2)

sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Di samping itu, Kota Medan

berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut dan secara
64

administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

Gambar 7 : Peta Batas Wilayah Kota medan


Sumber: BPS Kota Medan (2023)

4.1.2 Kondisi Politik Kota Medan

Kondisi dan situasi politik Kota Medan dari tahun 2019 sampai 2023

dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode 2019-2020 dan periode 2021-

2023.

Pada periode 2019-2020, Kota Medan dipimpin oleh Wali Kota Bobby

Nasution dan Wakil Wali Kota Aulia Rachman. Bobby Nasution terpilih dalam

Pilkada Medan 2018 sebagai calon independen dengan dukungan dari Partai

Golkar, Partai Demokrat, Partai NasDem, dan Partai Amanat Nasional. Pada

periode ini, kondisi politik Kota Medan relatif stabil. Bobby Nasution dan Aulia

Rachman berhasil membangun sinergi dengan DPRD Medan untuk mewujudkan

program-program pembangunan. Beberapa program prioritas yang berhasil


65

dilaksanakan antara lain:Pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dan

fasilitas umum. Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, Penanganan

banjir dan kemacetan.

Pada periode 2021-2023, Kota Medan menghadapi tantangan baru, yaitu

pandemi COVID-19. Bobby Nasution dan Aulia Rachman berhasil menerapkan

berbagai kebijakan untuk menangani pandemi, seperti pembatasan sosial

berskala besar (PSBB), vaksinasi, dan bantuan sosial. Selain pandemi COVID-

19, Kota Medan juga menghadapi tantangan lain, yaitu konflik sosial. Pada tahun

2022, terjadi konflik antara warga Medan dan warga pendatang di kawasan

Medan Helvetia. Konflik ini berhasil diselesaikan dengan baik oleh Bobby

Nasution dan Aulia Rachman.

Secara umum, kondisi dan situasi politik Kota Medan dari tahun 2019

sampai 2023 dapat dikatakan positif. Bobby Nasution dan Aulia Rachman

berhasil membangun pemerintahan yang stabil dan mampu menangani berbagai

tantangan yang dihadapi Kota Medan.

Berikut adalah beberapa peristiwa politik penting yang terjadi di Kota

Medan selama periode 2019-2023:

1. Tahun 2019: Bobby Nasution terpilih sebagai Wali Kota Medan

2. Tahun 2020: Kota Medan menerapkan PSBB untuk menangani pandemi

COVID-19

3. Tahun 2021: Kota Medan memulai program vaksinasi COVID-19

4. Tahun 2022: Terjadi konflik antara warga Medan dan warga pendatang di

kawasan Medan Helvetia


66

5. Tahun 2023: Bobby Nasution dan Aulia Rachman terpilih kembali sebagai

Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan

4.1.3 Kondisi Ekonomi Kota Medan

Kondisi ekonomi Kota Medan dari tahun 2019 sampai 2023 dapat dilihat

dari beberapa indikator, yaitu pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, dan

inflasi. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan dari tahun 2019 sampai 2023 dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7: Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di kota Medan

Tahun Pertumbuhan Ekonomi (persen)


2019 5,81%
2020 -2,11%
2021 3,67%
2022 5,55%
2023 5,03%

Sumber: Dinas Pariwisata Kota Medan

Dari tabel tersebut terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Medan

mengalami penurunan pada tahun 2020 akibat pandemi COVID-19. Namun,

pertumbuhan ekonomi Kota Medan mulai pulih pada tahun 2021 dan terus

meningkat pada tahun 2022 dan 2023.

Tingkat pengangguran Kota Medan dari tahun 2019 sampai 2023 dapat

dilihat pada tabel berikut:

Gambar 8: Tingkat pengangguran Kota Medan

Tahun Tingkat Pengangguran (persen)


2019 5,88%
2020 6,31%
2021 6,00%
2022 5,70%
2023 5,40%
67

Sumber: Dinas Pariwisata Medan 2023


Dari tabel tersebut terlihat bahwa tingkat pengangguran Kota Medan

mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2020 akibat pandemi COVID-19.

Namun, tingkat pengangguran Kota Medan mulai menurun pada tahun 2021 dan

terus menurun pada tahun 2022 dan 2023.

Berikut Perkembangan Inflasi Tahunan di Kota Medan Sumatera Utara dan

Nasional 2017-2021 (persen)

Gambar 8 : Grafik inflasi 2017-2021


Sumber: BPS SUMUT

Berikut Perkembangan Inflasi Bulanan di Kota Medan 2021 dalam bentuk

persen:
68

Gambar 9: Grafik Perkembangan Inflasi Bulanan di Kota Medan Tahun 2021


Sumber: Bps Sumut

Pendapatan daerah merupakan sumber dana utama dalam pembiayaan

pembangunan atau belanja daerah. Pada tahun 2021 Pendapatan Pemerintah

Kota Medan menurun sekitar 1 53 triliun rupiah dibandingkan tahun 2019

menjadi 3,99 triliun rupiah. Pendapatan tersebut 37,85 persen berasal dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD); 51,55 persen dari dana perimbangan; dan 10,60

persen sisanya dari lain-lain. Sementara itu realisasi belanja Pemerintah Kota

Medan tahun 2020 juga menurun menjadi 3 85 triliun rupiah atau lebih rendah

dari penerimaan pemerintah. Artinya terjadi surplus anggaran Pemerintah Kota

Medan pada tahun 2020 sebesar 134 miliar. Baik belanja langsung maupun

belanja tidak langsung menurun sekitar 1 2 triliun dari total belanja tahun 2019.

Secara umum, kondisi ekonomi Kota Medan dari tahun 2019 sampai

2023 menunjukkan adanya perbaikan. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan terus

meningkat, tingkat pengangguran terus menurun, dan inflasi mulai terkendali.

Berikut adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perbaikan kondisi


69

ekonomi Kota Medan:

1. Kebijakan pemerintah pusat yang mendukung pertumbuhan ekonomi,

seperti program pemulihan ekonomi nasional (PEN)

2. Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung investasi dan pertumbuhan

UMKM

3. Peningkatan daya beli masyarakat

4.1.4 Kondisi Sosial dan Budaya Kota Medan

Kondisi sosial dan budaya masyarakat Kota Medan dari tahun 2019

sampai 2023 dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: Aspek demografi,

pendidikan, kesehatan, budaya, sosial. Pada tahun 2022, Kota Medan memiliki

penduduk sebanyak 2.494.512 jiwa, dengan kepadatan penduduk 9.413

jiwa/km2. Mayoritas penduduk Medan bekerja di sektor perdagangan, sehingga

banyak ditemukan ruko di berbagai sudut kota.

Tingkat pendidikan masyarakat Medan terus meningkat dari tahun ke

tahun. Pada tahun 2023, angka partisipasi sekolah dasar (APSD) di Kota Medan

mencapai 99,5%, angka partisipasi sekolah menengah pertama (APDM)

mencapai 98,5%, dan angka partisipasi sekolah menengah atas (APMA)

mencapai 95,5%.

Kesehatan masyarakat Medan juga terus membaik dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2023, angka harapan hidup penduduk Medan mencapai 71,5 tahun,

angka kematian bayi mencapai 15 per 1.000 kelahiran hidup, dan angka

kematian ibu mencapai 30 per 100.000 kelahiran hidup.


70

Kota Medan merupakan kota multikultural yang dihuni oleh berbagai

etnis, seperti Melayu, Batak, Tionghoa, Minangkabau, dan India. Hal ini

tercermin dari keberagaman budaya yang ada di Kota Medan, seperti adat

istiadat, kesenian, dan kuliner. Secara umum, kondisi sosial dan budaya

masyarakat Kota Medan dari tahun 2019 sampai 2023 menunjukkan adanya

perbaikan. Tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat terus meningkat, dan

keberagaman budaya di Kota Medan tetap terjaga.

Berikut adalah beberapa peristiwa sosial dan budaya penting yang terjadi di Kota

Medan selama periode 2019-2023:

1. Tahun 2019: Diresmikannya Masjid Raya Al Mashun oleh Presiden Joko

Widodo

2. Tahun 2020: Kota Medan menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional ke-34

3. Tahun 2021: Kota Medan menjadi tuan rumah Festival Budaya Melayu Dunia

4. Tahun 2022: Terjadi konflik antara warga Medan dan warga pendatang di

kawasan Medan Helvetia

5. Tahun 2023: Kota Medan terpilih sebagai salah satu kota terbersih di

Indonesia

Pemerintah Kota Medan perlu terus berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakat, baik dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan, maupun budaya.

4.1.5 Kondisi Teknologi dan Inovasi Kota Medan

Kondisi teknologi dan inovasi yang ada di Kota Medan mulai tahun 2019

sampai dengan 2023 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini
71

dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: Peningkatan akses internet,

Peningkatan penggunaan teknologi digital, Peningkatan inovasi, Pengembangan

teknologi informasi dan komunikasi.

Pada tahun 2019, penetrasi internet di Kota Medan mencapai 65,2%.

Pada tahun 2023, penetrasi internet di Kota Medan meningkat menjadi 95,8%.

Peningkatan akses internet ini didukung oleh pembangunan infrastruktur

telekomunikasi, seperti jaringan serat optik dan 4G LTE.

Peningkatan akses internet juga mendorong peningkatan penggunaan

teknologi digital di Kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya

penggunaan perangkat digital, seperti smartphone, laptop, dan tablet. Selain itu,

masyarakat Medan juga semakin aktif menggunakan layanan digital, seperti e-

commerce, transportasi online, dan media sosial.

Pemerintah Kota Medan juga mendorong peningkatan inovasi di bidang

teknologi. Hal ini dilakukan melalui berbagai program, seperti inkubator bisnis

dan kompetisi inovasi. Pada tahun 2023, terdapat beberapa inovasi teknologi

yang berhasil dikembangkan oleh startup di Kota Medan, seperti aplikasi

pemesanan makanan dan layanan transportasi online.

Beberapa contoh perkembangan teknologi dan inovasi yang ada di Kota

Medan: Pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan publik. Pemerintah Kota

Medan memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan pelayanan publik.

Hal ini dilakukan melalui berbagai aplikasi, seperti aplikasi e-Samsat, e-KTP, dan

e-Pelayanan Kesehatan.

Pemerintah Kota Medan juga mengembangkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk mendukung pembangunan kota. Hal ini dilakukan melalui


72

berbagai program, seperti pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan

pengembangan aplikasi berbasis data. Pemerintah Kota Medan juga berupaya

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang teknologi. Hal ini

dilakukan melalui berbagai program, seperti pelatihan dan beasiswa pendidikan

teknologi.

Secara umum, kondisi teknologi dan inovasi yang ada di Kota Medan

menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini merupakan salah satu

faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

4.1.6 Kondisi Lingkungan Kota Medan

Situasi dan kondisi lingkungan Kota Medan dari tahun 2019 sampai 2023

menunjukkan adanya perbaikan, namun masih terdapat beberapa tantangan

yang dihadapi, yaitu peningkatan kualitas lingkungan. Pemerintah Kota Medan

telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan, antara

lain: peningkatan pengelolaan sampah, peningkatan penghijauan,

penanggulangan pencemaran udara dan air.

Hasil dari upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan untuk

masalah lingkungan dari 2019-2023, antara lain: Penurunan produksi sampah

Peningkatan luasan kawasan hijau, Penurunan tingkat pencemaran udara dan

air. Meskipun telah mengalami perbaikan, masih terdapat beberapa tantangan

lingkungan yang dihadapi oleh Kota Medan, antara lain:peningkatan jumlah

penduduk dan kendaraan bermotor, peningkatan aktivitas industri dan

perdagangan, dan perubahan iklim. Tantangan-tantangan tersebut dapat


73

berdampak pada kualitas lingkungan di Kota Medan, antara lain:peningkatan

volume sampah, penurunan kualitas udara dan air, peningkatan risiko bencana

alam.

Pemerintah Kota Medan perlu terus berupaya untuk mengatasi tantangan

lingkungan tersebut agar dapat mewujudkan Kota Medan yang bersih, sehat,

dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa peristiwa lingkungan penting yang

terjadi di Kota Medan selama periode 2019-2023:

1. Tahun 2019: Kota Medan terpilih sebagai salah satu kota terbersih di

Indonesia

2. Tahun 2020: Pemerintah Kota Medan meluncurkan program "Medan Bebas

Sampah"

3. Tahun 2021: Pemerintah Kota Medan memulai pembangunan taman kota

baru di berbagai lokasi

4. Tahun 2022: Pemerintah Kota Medan membangun instalasi pengolahan air

limbah (IPAL) di beberapa kawasan

5. Tahun 2023: Pemerintah Kota Medan meluncurkan program "Medan Hijau"

4.1.7 Kondisi Hukum Dan Regulasi Yang Berlaku Di Kota Medan

Kondisi hukum dan regulasi yang berlaku di Kota Medan dari tahun 2019

sampai 2023 menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari

beberapa indikator, yaitu: peningkatan kepatuhan hukum. Pemerintah Kota

Medan telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kepatuhan hukum,

antara lain: sosialisasi dan edukasi hukum kepada masyarakat, pengawasan dan

penegakan hukum. Upaya-upaya tersebut telah membuahkan hasil, antara


74

lain:menurunnya angka kejahatan, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap

hukum, peningkatan kualitas regulasi. Pemerintah Kota Medan juga berupaya

untuk meningkatkan kualitas regulasi, antara lain dengan melakukan

penyusunan regulasi yang lebih komprehensif dan terintegrasi, melakukan

evaluasi regulasi secara berkala. Upaya-upaya tersebut telah membuahkan

hasil, seperti:regulasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat, regulasi

yang lebih efektif dan efisien.

Meskipun telah mengalami peningkatan, masih terdapat beberapa

tantangan hukum dan regulasi yang dihadapi oleh Kota Medan, antara lain

ketersediaan sumber daya manusia, Kompleksitas permasalahan hukum,

Kebutuhan akan regulasi yang adaptif. Pemerintah Kota Medan masih

membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang hukum dan

regulasi. Kota Medan merupakan kota besar dengan berbagai permasalahan

hukum yang kompleks. Perkembangan zaman menuntut Pemerintah Kota

Medan untuk selalu menyesuaikan regulasi dengan kebutuhan masyarakat.

Pemerintah Kota Medan perlu terus berupaya untuk mengatasi tantangan

tersebut agar dapat mewujudkan Kota Medan yang tertib hukum dan regulasi.

Berikut adalah beberapa peristiwa hukum dan regulasi penting yang terjadi di

Kota Medan selama periode 2019-2023:

1. Tahun 2019: Pemerintah Kota Medan meluncurkan program "Medan Ramah

Hukum"

2. Tahun 2020: Pemerintah Kota Medan membentuk Satuan Tugas

Pemberantasan Pungli

3. Tahun 2021: Pemerintah Kota Medan meluncurkan program "Medan Smart


75

City"

4. Tahun 2022: Pemerintah Kota Medan meluncurkan program "Medan Bebas

Korupsi"

5. Tahun 2023: Pemerintah Kota Medan meluncurkan program "Medan Human

Rights City"

4.2.Hasil Penelitian

4.2.1 Pengembangan Pariwisata MICE dan Spesial Event di Kota Medan

4.2.1.1 Berdasarkan Analisis PESTEL

Berdasarkan observasi, wawancara dan dokumentasi yang peneliti

lakukan untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, yaitu: Bagaimana

pengembangan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan pada saat ini,

maka didapatkan hasil sebagai berikut :

A. Politik

Setelah peneliti melakukan wawancara dengan narasumber maka

didapatkan hasil wawancara sebagai berikut:

Stabilitas politik di Kota Medan menurut Infor-1 dalam kondisi relatif aman

dan kondusif. Hal tersebut juga didukung oleh dua informan lainnya. Akan tetapi,

Infor-4 menyatakan bahwa Situasi politik di kota Medan kurang stabil karena

menjelang tahun politik.

Hubungan politik sangat mempengaruhi pelaksanaan acara MICE.

Berdasarkan hasil wawancara, seluruh informan setuju dan menyatakan bahwa

situasi politik yang kondusif tentu akan mengakibatkan pelaksanaan acara MICE
76

berjalan dengan baik dan lancar.

Pemerintah Kota Medan dan Pelaku MICE memiliki hubungan yang baik,

Infor-1 menjelaskan bahwa untuk setiap event/kegiatan/acara Pemerintah Kota

Medan selalu melibatkan pelaku MICE hal ini bertujuan agar pelaksanaan

kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan terorganisir sesuai dengan yang

diharapkan. Infor-2 juga menyatakan bahwa Saat ini Pemerintah Kota Medan

dan Pelaku MICE memiliki hubungan yang baik, untuk setiap

event/kegiatan/acara Pemerintah Kota Medan selalu melibatkan pelaku MICE hal

ini bertujuan agar pelaksanaan kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan

terorganisir sesuai dengan yang diharapkan. Akan tetapi menurut Infor-3

hubungan antara pemerintah kota Medan dan pelaku MICE cenderung berubah

tegantung situasi, kondisi dan komunikasi.Hal tersebut didukung oleh Infor-5

yang menyatakan segala kebijakan Pemko akan berimbas dalam pelaksanaan

sebuah event terkait dengan peraturan penyelenggaraan, dll. Infor-4 yaitu

informan yang berasal politik menyatakan kalau secara politik, Kita pasti sangat

mendukung acara-acara yang bisa meningkatkan ekonomi kota Medan. Terlebih

acara-acara nasional dan internasional yang dibuat di Kota Medan. Infor-6 yang

berasal dari dinas pariwisata kota Medan menyatakan bahwa “hubungan kami

dengan pelaku MICE itu sangat bagus dan mereka juga sangat support apabila

kami mengadakan kegiatan kegiatan mereka sangat support membantu bukan

hanya dengan pariwisata saja tapi dengan juga membantu umkm. Sekarang pun

mereka sudah bekerja sama dengan badan dan dinas koperasi. Untuk

Memberikan kesempatan pada UMKM Kota Medan ditaruh di ditempatkan di

hotel-hotel itu disebut hotel maupun penyediaan barang barang hotelnya.”

Berdasarkan pertanyaan terkait regulasi atau kebijakan yang mendukung


77

atau menghambat perkembangan industri MICE maka Infor-1 menjelaskan

bahwa Sejauh ini tidak ada regulasi atau kebijakan yang menghambat

perkembangan industri MICE, justru kebijakan yang mendukung yang terjadi.

Infor-2 juga menambahkan bahwa Regulasinya sudah saling mengisi dan

mendukung namun ada beberapa poin yang dititipkan ke pemerintah supaya

ekosistem industri dapat berjalan lebih baik lagi. Infor-3 menambahkan bahwa

Perda spesifik khusus MICE belum ada. Saat ini, kita sedang mempersiapkan

perda untuk kemudahan investasi. Jadi, setelah adanya Perda kemudahan

investasi, diharapkan ada kegiatan MICE terlaksana dan setelah itu kita buat

perda MICE. Sedangkan Infor-4 menyatakan bahwa sampai dengan sekarang,

emang ada beberapa hotel yang belum membuka dirinya untuk bekerja sama.

Diakibatkan manajemen yang mungkin Berhubungan dengan internasional atau

negara luar sehingga Kita masih agak terbentur dengan regulasi yang mereka

buat.

B. Ekonomi

Setelah peneliti melakukan wawancara dengan narasumber maka

didapatkan hasil wawancara sebagai berikut:

Berdasarkan kondisi ekonomi di Kota Medan, Infor-1 menyatakan bahwa

Pemko Medan berhasil meningkatkan nilai perekonomian di Kota Medan pasca

Pandemi Covid-19 kemarin. Dari nilai -1,24 persen saat Pandemi, kini

pertumbuhan ekonomi berhasil naik menjadi 4,76 persen. Keberhasilan ini tidak

terlepas dari peran serta dan dukungan dari seluruh stakeholder di Kota Medan.

Hal tersebut didukung oleh Infor-2 yang juga menyatakan Kondisi ekonomi di

kota Medan sudah sangat timbal balik (baik). Infor-6 juga mendukung dengan
78

menyatakan Alhamdulillah semenjak Pandemi di tahun 2019 kemarin sekarang

Ini ekonomi di Kota Medan sangat meningkat, terutama perhotelan yang dulunya

memang pada saat pandemi itu sangat down turun ke bawah drastis sekarang

sudah mulai setiap apalagi terutama setiap weekend itu hotel hotel di Kota

Medan sangat penuh. Akan tetapi Infor-3 menyatakan bahwa kondisi ekonomi

masih stagnan/tetap. Infor-4 juga menambahkan bahwa Kondisi ekonomi Kota

Medan sedang tidak baik-baik saja. Daya beli masyarakat turun, selain itu timbul

fenomena kejahatan seperti pencurian pagar, pengangguran dan kondisi Kota

Medan yang sedang tidak aman. Kita juga dapat mendefinisikan kondisi ekonomi

melalui transaksi dan valuta (mata uang) negara asing dibandingkan dengan nilai

rupiah.

Berdasarkan pertanyaan Apakah ada pertumbuhan ekonomi yang

berpotensi meningkatkan permintaan acara MICE, didapatkan jawaban dari

Infor-1 bahwa Kondisi ekonomi di kota Medan sudah sangat timbal balik. Event

bisa meningkatkan kondisi ekonomi dan bahkan meningkatkan pendapatan

daerah dengan adanya pajak-pajak dan promosi acara. Hal tersebut juga

didukung oleh Infor-2 yang menyatakan bahwa setiap Kegiatan Acara MICE

selalu melibatkan para pelaku UMKM serta beberapa VENDOR demi suksesnya

acara/kegiatan tersebut. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi.

Berdasarkan perubahan dalam nilai tukar mata uang atau fluktuasi

ekonomi global mempengaruhi bisnis MICE di kota Medan maka Infor-1

menjawab bahwa sejauh ini tidak ada perubahan yang terjadi di kota Medan.

Infor-2 juga menambahkan bahwasannya selama belum ada international event

di Medan maka nilai tukar uang belum ada perubahan. Internatonal event yang
79

dimaksud bukan hanya sekedar transaksional saja namun juga kebutuhan event

yang mendatangkan barang logistik untuk didisplay (dipamerkan). Infor-3 juga

menambahkan bahwa Nilai tukar mata uang dan fluktuasi ekonomi global sangat

mempengaruhi bisnis MICE yaitu pengadaan barang, tempat, talent, dll.

C. Sosial dan Budaya

Infor-1 menyatakan bahwa preferensi konsumen menunjukkan kesukaan

konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Infor-2 juga menyatakan

bahwa Sangat terbantu karena dengan adanya event, masyarakat lokal menjadi

melek. Terlebih di kota Medan yang terdiri dari berbagai suku, ras yang beragam

(colorful) dan terekspos dan bahkan dengan adanya event, masyarakat dapat

mengetahui budaya yang ada di kota Medan. Infor-3 juga menambahkan bahwa

Medan adalah kota unik yang penuh social culture, pencampuran budaya dan

informasi. Infor-4 menyatakan Keragaman budaya dengan bahasa yang

beragam merupakan kekayaan kota Medan. Tegas tapi ramah, Blak-blakkan tapi

jujur, selain itu persaudaraan di Medan itu sangat tinggi serta kebiasaan makan

di luar (kuliner) membuat rasa bumbu makanan itu penting. Akan tetapi Infor-5

mengingatkan bahwa preferensi budaya lokal harus diperhatikan mengingat

penghormatan dan kelancaran acara MICE jangan sampai merusak tatanan lokal

yang sudah ada sebelumnya. Infor-6 dari pihak dinas pariwisata menambahkan

“seperti saya bilang diawal bahwa kami itu lebih ke promosi, jadi kami

mempromosikan budaya-budaya yang ada di Kota Medan melalui event event

ataupun melalui semacam kegiatan-kegiatan kecil, sehingga untuk pembinaan-

pembinaannya itu kami serahkan kepada Dinas Pendidikan dan kebudayaan”.

Berdasarkan penerimaan masyarakat terhadap acara-acara bisnis seperti

konferensi dan pameran maka Infor-1 menyatakan bahwa masyarakat kota


80

Medan sangat antusias terhadap acara bisnis. Infor-2 menambahkan bahwa

penerimaan masyarakat tergantung dari bagaimana meracik kebutuhan event,

bagaimana informasi acara yang menjangkau titik terluar dari masyarakat, dan

lainnya. Menurut saya, kota Medan sudah cukup besar penerimaan acara

bisnisnya. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Infor-3, masyarakat

sangat welcome dan akan berefek pada ekonomi kota Medan. Selain itu,

masyarakat kita mendapatkan insight. Infor-4 juga menambahkan masyarakat

sangat antusias karena memang kita lagi mencoba membuat suatu gebrakan

event event yang mungkin selama ini Kota Medan belum pernah terlaksana dan

akan kami laksanakan sehingga menjadi suatu antusias besar bagi masyarakat

untuk hadir di acara kita. Akan tetapi Infor-3 menyatakan masyarakat Medan

mau datang (ramai) tapi willing spending money dan spending powernya kecil.

D. Teknologi dan Inovasi

Berdasarkan pertanyaan sejauh mana perkembangan teknologi di Kota

Medan mendukung industri MICE maka, Infor-1 menyatakan Perkembangan

teknologi di Kota Medan saat ini sangat mendukung industri MICE. Infor-2

menambahkan bahwa perkembangan teknologi di kota Medan sudah cukup

bagus karena beberapa spot promosi sudah ada. Contohnya videotron,

ketersediaan power suppply, listrik merata, dan internet juga sudah tercover.

Namun, untuk Venue di Kota Medan belum mumpuni, baik kapasitas dan

kapabilitas. Infor-3 juga menambahkan Teknologi di Kota Medan cukup mampu

dan mendukung karena kita bisa melakukan investasi serta mendatangkan dari

luar kota. Infor-4 menambahkan bahwa Kota Medan sudah mulai menerapkan

teknologi berbasis modern. Infor-5 menyatakan pendapatnya bahwa apalagi


81

sudah 5.0 dan kami pun pemerintah Kota Medan itu sudah mulai

mengembangkan diri dengan teknologi. Kita juga sudah ada program pak wali itu

e-parking, ada juga untuk Dinas Pariwisata khususnya itu kami lagi

mengembangkan aplikasi yang namanya medan tourism dan ini nanti akan

berhubungan dengan seluruh pariwisata yang di Kota Medan, baik itu MICE,

hotel dan lain lainnya. Akan tetapi, Infor-6 menyatakan bahwa Perkembangan

teknologi di kota Medan terbilang kurang update karena informasi bukan One Big

Data.

Berdasarkan pertanyaan Bagaimana teknologi dapat digunakan untuk

meningkatkan pengalaman peserta acara MICE di kota ini? Maka Infor-1

menyatakan Pasti. Pengalaman terkait teknologi sangat interaktif dan sangat

membantu penyelenggara untuk menggali kebutuhan dan profile audience. Infor-

2 menambahkan Pada zaman sekarang sedang trend di sosial media flexing

(pamer) sesuatu yang terbaru. Infor-3 menambahkan Dengan memudahkan

registrasi, pemesanan bahan dan tempat, talent, dll. Infor-4 juga menambahkan

Harusnya ada go-tagging dan maps. Terkhusus penggunaan teknologi sebagai

daya tarik dan diferensiater. Infor-5 juga menceritakan bahwa Kita berikan kolom

saran pendapat dan juga kita lagi lagi mencoba nih oleh kepala bidang saya

setiap pintu masuk itu dibuatkan suatu alat untuk menghitung jumlah yang

menghitung jumlah massa yang hadir di dalam suatu event sehingga menjadi

evaluasi evaluasi kami terhadap setiap event yang kami laksanakan.

E. Lingkungan

Berdasarkan cara Kota Medan menangani isu-isu lingkungan terkait

dengan acara MICE dan kebijakan atau praktik ramah lingkungan yang
82

diterapkan, Infor-1 menjawab syarat menjadi kota MICE harus ada

peraturan/regulasi, salah satunya harga. Pricetag-nya harus benar, tata kelola

parkir dan fasilitas publik harus benar. Terkhusus untuk lingkungan, diperlukan

peran pemerintah, masyarakat, profesional dan akademis (pentahelix),

semuanya pasti akan terbungkus rapi dan lingkungan akan menjadi lebih

kondusif dalam penyelenggaraan event apapun. Infor-2 menambahkan untuk hal

tersebut kita memang harus mengikuti aturan (regulasi) yang berlaku. Contohnya

polusi suara (dB suara konser), perangkat dan penggunaan ecofriendly. Infor-3

menambahkan Isu lingkungan di kota Medan kurang populer (tidak terlalu

diprioritaskan) walau sudah ada perdanya. Infor-4 juga menjelaskan setiap

pengadaan acara MICE hendaknya sudah mengadakan semacam penelitian dan

observasi tentang aturan main, kebijakan dari Pemko dan kebiasaan lokal

tersebut di area MICE sehingga dapat meminimalkan isu-isu tersebut. Infor-5

juga menyebutkan bahwa Ia sangat mendukung terhadap lingkungan yang ada

di Kota Medan, baik itu kebersihannya, baik itu tentang kondisi alamnya dan

sekarang kami lagi proses pengorekan aliran sungai Deli yang untuk mengatasi

banjir yang selama ini ada di Kota Medan.

Berdasarkan infrastruktur lingkungan seperti aksesibilitas transportasi

umum dan fasilitas ramah lingkungan yang mempengaruhi acara MICE, Infor-1

menjelaskan bahwa infrastruktur di Kota Medan masih kurang, contohnya di

beberapa venue di kota Medan masih banyak lahan parkir kendaraan yang

kurang memadai. Infor-2 juga menambahkan untuk hal tersebut, transportasi

memang memiliki emisi buang dan masih sedikit penggunaan kendaraan ramah

lingkungan karena sangat mahal. Hal-hal tersebut (ecofriendly) akan mengubah

cost/ budget menjadi lebih tinggi. Infor-3 menjawab bahwa hal tersebut
83

tergantung dari kebijakan penyelenggara MICE. Walaupun begitu Infor-4

menjawab infrasturktur di Medan sangat mendukung, baik dari bandara, di kota

dan antar kota sudah sangat terintegrasi.

F. Hukum

Berdasarkan peraturan dan regulasi yang berlaku di Kota Medan terkait

dengan pelaksanaan acara MICE Infor-1 menjelaskan Hasil diskusi dari dinas

pariwisata kota Medan terdapat aturan profiling penyelanggara untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Contohnya penjualan tiket oleh

penyelenggara acara. Apakah benar ada perusahaannya, Valid tidakkah

acaranya. Infor-2 menambahkan bahwa dengan menerapkan ramah lingkungan,

mendukung sosial, budaya dan ekonomi setempat, dll. Infor-3 juga

menambahkan bahwa Regulasi sekarang kita lagi lagi proses di DPR tentang

pembuatan barcode rencana indo. Para wisatawan yang ini nantinya akan

menjadi suatu dasar payung hukum untuk melaksanakan tugas tugasnya.

Berdasarkan persyaratan izin atau regulasi yang perlu diperhatikan, Infor-

1 menjelaskan bahwa pada saat planning kita harus memikirkan efek acara dan

regulasi (peraturan) yang berlaku di daerah sekitar pelaksanaan event (venue).

Infor-2 juga menambahkan bahwa sampai saat ini peraturan dan regulasi di Kota

Medan masih standar. Belum ada peraturan khusus lainnya. Namun, Infor-3

menjawab bahwa menurut informan tersebut untuk saat ini yang perlu

diperhatikan hanya di bagian izin keramaian, dll. Infor-4 juga menerangkan

bahwa semenjak keluarnya Peraturan Pemerintah nomor 5 tahun 2021 bahwa

seluruh perizinan itu tidak ada lagi di dibebankan oleh Dinas pariwisata sehingga

Dinas Pariwisata Kota Medan tidak pernah lagi mengeluarkan izin apapun.
84

Berdasarkan sistem hukum yang mempengaruhi pelaksanaan kontrak

dan perjanjian terkait acara MICE di kota Medan, Infor-1 menjelaskan bahwa

sejauh ini belum ada sistem hukum regional yang berlaku. Namun, ada beberapa

kaidah-kaidah seperti korporasi tiket. Idealnya penyelenggara acara harus

memiliki sistem hukum dan berbentuk CV atau PT serta memiliki NIB atau SIUP.

Hal ini sangat berkaitan kepada stakeholder event tersebut. Infor-2

menambahkan bahwa pelaksanaan kontrak, terlebih penandatanganan diatas

materai perlu pemahaman lebih detail terkait legal (hukum) agar Event Organizer

tidak mengalami kerugian/tuntutan. Infor-3 juga mendukung dengan memberikan

pernyataan bahwa sistem hukum sangat mempengaruhi pelaksanaan kontrak

dan perjanjian terkait MICE. Terkhususnya tentang pembatalan kontrak

kerjasama. Infor-4 menambahkan bahwa sistem hukum tersebut dapat mengikat

dan tidak terlalu mengikat bergantung dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Infor-5 juga menambahkan bahwa apabila kita membuat suatu MOU tidak

sampai ke hukum-hukum lain.

4.2.1.2 Berdasarkan Analisis 6A

Daya tarik Kota Medan sebagai destinasi pariwisata MICE dan tempat

penyelenggaraan acara khusus MICE dan spesial event memiliki potensi yang

besar untuk pengembangan pariwisata MICE dan spesial event. Hal ini didukung

oleh beberapa faktor, antara lain:

A. Atraksi

Kota Medan memiliki potensi yang besar untuk pengembangan


85

pariwisata MICE dan spesial event. Hal ini didukung oleh berbagai macam

atraksi wisata yang tersedia, mulai dari wisata alam, wisata budaya, hingga

wisata kuliner. Kota Medan memiliki beberapa destinasi wisata alam yang

menarik, seperti: Kota Medan juga memiliki berbagai macam destinasi wisata

budaya, seperti: Istana Maimoon, Vihara Gunung Timur, Rumah Tjong A Fie, dll.

Kota Medan memiliki berbagai macam kuliner khas yang lezat dan menjadi salah

satu destinasi wisata kuliner yang populer di Indonesia. Beberapa kuliner khas

Medan yang populer antara lain:

Gambar 10: Kegiatan Gerakan Melayu Serumpun 2022


Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Medan

Gerakan Melayu Serumpun Istana Maimun merupakan kegiatan tahunan

yang digelar Pemerintah Kota Medan melalui kebudayaan melayu ditahun ini

GEMES juga sebagai rankaian event untuk memeriahkan peringatan Hari

Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-51 dan HUT Dekranasda ke 42 tahun

2023dimana Medan sebagai tuan rumahnya. yang ideal untuk penyelenggaraan

event MICE dan spesial event bertema kebudayaan seperti konferensi,

pameran, dan festival.yang sering diadakan di Istana Maimun Kota Medan.


86

Gambar 11: Beranda Kreatif Kota Medan


Sumber: Pemko Medan

Beranda Kreatif Kota Medan merupakan Pagelaran Spesial Event yang

diadakan oleh pemerintah Kota Medan yang di gelar setiap malam minggu di

halaman depan kantor Walikota Medan . Dalam event tersebut , masyarakat

maupun wisatawan dapat menikmati berbagai pertunjukan seni dan kreatifitas

dari para pelaku kesenian serta pamaeran produk - produk UMKM baik itu

produk makanan dan minuman,fashion maupun handcraf.


87

Gambar 12: Istana Maimun


Sumber: Detik.com

Istana Maimun merupakan salah satu ikon wisata di Kota Medan yang

dibangun pada tahun 1899. Istana ini memiliki arsitektur yang unik dan menjadi

salah satu destinasi wisata budaya yang populer di Indonesia. Istana Maimun

dapat menjadi lokasi yang ideal untuk penyelenggaraan event MICE dan spesial

event bertema budaya, seperti konferensi, pameran, dan festival.

Gambar 13: Vihara Gunung Timur


Sumber: Merdeka.com

Vihara Gunung Timur merupakan salah satu vihara Buddha tertua di

Indonesia yang terletak di Medan. Vihara ini memiliki arsitektur yang unik dan
88

menjadi salah satu destinasi wisata religi yang populer di Indonesia. Vihara

Gunung Timur dapat menjadi lokasi yang ideal untuk penyelenggaraan event

MICE dan spesial event bertema budaya, seperti konferensi, pameran, dan

festival.

Gambar 14: Rumah Tjong A Fie


Sumber: Tjongafiemansion.org

Rumah Tjong A Fie merupakan salah satu rumah bersejarah di Kota

Medan yang dibangun pada tahun 1895. Rumah ini memiliki arsitektur yang unik

dan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang populer di Indonesia.

Rumah Tjong A Fie dapat menjadi lokasi yang ideal untuk penyelenggaraan

event MICE dan spesial event bertema budaya, seperti konferensi, pameran, dan

festival.
89

Gambar 15: Bika ambon


Sumber: Liputan6.com

Bika ambon merupakan salah satu kue khas Medan yang terbuat dari

tepung terigu, telur, dan santan. Kue ini memiliki tekstur yang lembut dan rasa

yang manis.

Gambar 16: Soto Medan


Sumber: Tribun-medan.com

Soto Medan merupakan salah satu soto khas Medan yang terbuat dari

daging sapi, bihun, dan tauge. Soto ini memiliki kuah yang gurih dan kaya

rempah.
90

Gambar 17: Ucok Durian


Sumber: Kompas.com

Durian adalah salah satu makanan paling banyak dicari oleh mereka

yang datang ke kota Medan. Hal ini mendongkrak perkembangan ekonomi

kreatif di Kota Medan.

Dengan pengembangan yang tepat, Kota Medan memiliki potensi untuk

menjadi salah satu destinasi MICE dan spesial event terkemuka di Indonesia.

Berikut adalah beberapa contoh pengembangan pariwisata MICE dan spesial

event di Kota Medan berdasarkan atraksi yang tersedia dengan

mengembangkan paket wisata MICE dan spesial event yang menggabungkan

atraksi wisata alam, budaya, dan kuliner. Menyelenggarakan event MICE dan

spesial event bertema khusus, seperti kuliner, budaya, atau alam. Membentuk

tim promosi pariwisata MICE dan spesial event yang berfokus pada pemasaran

atraksi wisata yang tersedia. Dengan pengembangan yang tepat, Kota Medan

dapat menjadi destinasi MICE dan spesial event yang menarik dan mampu

bersaing dengan destinasi MICE dan spesial event lainnya di Indonesia.


91

B. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan

pariwisata MICE dan spesial event. Kota Medan memiliki aksesibilitas yang baik,

baik melalui transportasi udara, darat, maupun laut. Bandara Internasional

Kualanamu merupakan bandara internasional terbesar di Sumatera dan

melayani penerbangan dari berbagai kota di Indonesia dan mancanegara.

Gambar 18: Kualanamu International Airport


Sumber: Deliserdangmall

Gambar 19: Kereta Api Kota Medan


Sumber: Detik.com
92

Gambar 20: Jalan Tol dalam Kota Medan


Sumber: CNN Indonesia

Kota Medan juga dilalui oleh jalur kereta api dan jalan tol yang

menghubungkannya dengan kota-kota lain di Sumatera. Aksesibilitas yang baik

menjadi salah satu faktor yang menarik wisatawan untuk datang ke Kota Medan.

Wisatawan yang datang ke Kota Medan dengan mudah dapat mengakses

berbagai atraksi wisata yang tersedia. Hal ini dapat meningkatkan peluang

keberhasilan penyelenggaraan MICE dan spesial event di Kota Medan.

Beberapa contoh pengembangan pariwisata MICE dan spesial event di

Kota Medan berdasarkan faktor aksesibilitas adalah dengan meningkatkan

kualitas infrastruktur transportasi, seperti bandara, pelabuhan, dan jalan tol,

menyediakan transportasi umum yang nyaman dan terjangkau, meningkatkan

informasi dan promosi aksesibilitas Kota Medan. Dengan pengembangan yang

tepat, Kota Medan dapat menjadi destinasi MICE dan spesial event yang lebih

menarik dan mampu bersaing dengan destinasi MICE dan spesial event lainnya

di Indonesia.

Beberapa manfaat aksesibilitas yang baik bagi pengembangan pariwisata

MICE dan spesial event di Kota Medan adalah meningkatkan kemudahan

wisatawan untuk datang ke Kota Medan, meningkatkan peluang wisatawan

untuk mengikuti MICE dan spesial event di Kota Medan, meningkatkan efisiensi
93

penyelenggaraan MICE dan spesial event, meningkatkan daya saing Kota

Medan sebagai destinasi MICE dan spesial event. Oleh karena itu,

pengembangan aksesibilitas merupakan salah satu aspek penting yang perlu

diperhatikan dalam pengembangan pariwisata MICE dan spesial event di Kota

Medan.

C. Amenitas

Amenitas merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan

pariwisata MICE dan spesial event. Amenitas adalah fasilitas dan layanan yang

dapat mendukung kelancaran penyelenggaraan MICE dan spesial event, seperti

akomodasi, transportasi, dan fasilitas pendukung lainnya. Kota Medan memiliki

berbagai macam amenitas yang dapat mendukung pengembangan pariwisata

MICE dan spesial event. Berikut adalah beberapa contoh amenitas yang tersedia

di Kota Medan adalah akomodasi. Kota Medan memiliki berbagai macam

akomodasi, mulai dari hotel berbintang hingga homestay. Jumlah akomodasi di

Kota Medan terus bertambah seiring dengan meningkatnya kunjungan

wisatawan. Beberapa hotel terbaik dengan kualitas service yang mendukung

acara MICE dan Spesial Event di Kota Medan adalah Grand Cityhall Hotel &

Serviced Residences, Radison Medan, Grand Mercure Maha Cipta Medan

Angkasa, Hotel GranDhika Setiabudi Medan, Adimulia Hotel, Grand Central

Premier, Le Polonia Hotel & Convention Medan Managed by Tapotels, Desatu

Hotel, Swiss-Belinn Gajah Mada Medan, Cambridge Hotel Medan.


94

Gambar 20: Adimulia Hotel Medan


Sumber: Tiket.com

Kota Medan memiliki aksesibilitas yang baik, baik melalui transportasi

udara, darat, maupun laut. Bandara Internasional Kualanamu merupakan

bandara internasional terbesar di Sumatera dan melayani penerbangan dari

berbagai kota di Indonesia dan mancanegara. Kota Medan juga dilalui oleh jalur

kereta api dan jalan tol yang menghubungkannya dengan kota-kota lain di

Sumatera.

Gambar 22: Bus Trans Metro Deli


Sumber: GridOto.com

Kota Medan memiliki berbagai macam fasilitas pendukung MICE, seperti

ruang pertemuan, ballroom, dan pusat pameran. Kota Medan juga memiliki
95

berbagai macam fasilitas pendukung wisata, seperti restoran, tempat hiburan,

dan pusat perbelanjaan.

Gambar 23: Graha Anna Velangkani


Sumber: Liputan6.com

Keadaan amenitas di Kota Medan secara umum cukup baik. Namun,

masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, seperti kualitas akomodasi di

Kota Medan yang perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan

MICE dan spesial event yang semakin meningkat. Ketersediaan fasilitas

pendukung MICE di Kota Medan perlu ditingkatkan untuk mendukung

penyelenggaraan MICE dan spesial event berskala besar. Ketersediaan

transportasi umum yang nyaman dan terjangkau perlu ditingkatkan untuk

memudahkan wisatawan MICE dan spesial event untuk berkeliling Kota Medan.

Beberapa contoh pengembangan pariwisata MICE dan spesial event di

Kota Medan berdasarkan faktor amenitas adalah meningkatkan kualitas

akomodasi di Kota Medan, baik dari segi fasilitas maupun pelayanan.

Mengembangkan fasilitas pendukung MICE di Kota Medan, seperti ruang

pertemuan, ballroom, dan pusat pameran. Meningkatkan ketersediaan

transportasi umum yang nyaman dan terjangkau di Kota Medan. Dengan


96

pengembangan yang tepat, Kota Medan dapat menjadi destinasi MICE dan

spesial event yang lebih menarik dan mampu bersaing dengan destinasi MICE

dan spesial event lainnya di Indonesia.

Beberapa manfaat amenitas yang baik bagi pengembangan pariwisata

MICE dan spesial event di Kota Medan adalah meningkatkan kenyamanan dan

kepuasan wisatawan MICE dan spesial event. Meningkatkan efisiensi

penyelenggaraan MICE dan spesial event. Meningkatkan daya saing Kota

Medan sebagai destinasi MICE dan spesial event. Oleh karena itu,

pengembangan amenitas merupakan salah satu aspek penting yang perlu

diperhatikan dalam pengembangan pariwisata MICE dan spesial event di Kota

Medan.

D. Available Package

Kota Medan memiliki berbagai macam paket wisata MICE dan spesial

event yang ditawarkan oleh berbagai agen perjalanan dan penyelenggara event.

Paket-paket tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran

wisatawan. Beberapa contoh paket wisata MICE dan spesial event yang tersedia

di Kota Medan adalah Paket wisata MICE: Paket wisata MICE biasanya

mencakup akomodasi, transportasi, konsumsi, dan fasilitas pendukung MICE.

Paket ini biasanya ditawarkan untuk penyelenggaraan konferensi, pameran, dan

seminar.

Paket wisata spesial event: Paket wisata spesial event biasanya

mencakup akomodasi, transportasi, konsumsi, dan kegiatan wisata. Paket ini

biasanya ditawarkan untuk penyelenggaraan festival, konser, dan acara

olahraga.
97

Berikut adalah beberapa contoh paket wisata MICE dan spesial event yang

ditawarkan oleh agen perjalanan di Kota Medan:

Paket wisata MICE dan kunjungan ke Danau Toba: Paket ini mencakup

akomodasi di hotel berbintang di Danau Toba, transportasi antar-hotel dan

bandara, konsumsi selama acara, dan fasilitas pendukung MICE. Paket wisata

spesial event di Istana Maimun: Paket ini mencakup akomodasi di hotel

berbintang di Medan, transportasi antar-hotel dan Istana Maimun, konsumsi

selama acara, dan kegiatan wisata di Istana Maimun.

Kehadiran paket wisata MICE dan spesial event di Kota Medan dapat

membantu menarik wisatawan untuk datang ke Kota Medan. Paket-paket ini juga

dapat memudahkan wisatawan untuk merencanakan perjalanan MICE dan

spesial event mereka. Beberapa manfaat paket wisata MICE dan spesial event

bagi pengembangan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan adalah

memudahkan wisatawan untuk merencanakan perjalanan MICE dan spesial

event, meningkatkan efisiensi penyelenggaraan MICE dan spesial event,

meningkatkan daya saing Kota Medan sebagai destinasi MICE dan spesial

event.

Oleh karena itu, pengembangan paket wisata MICE dan spesial event

merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam

pengembangan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan.

Beberapa saran untuk pengembangan paket wisata MICE dan spesial

event di Kota Medan adalah menawarkan paket wisata yang beragam dan

menarik, menyesuaikan paket wisata dengan kebutuhan dan anggaran

wisatawan,menawarkan paket wisata dengan harga yang terjangkau,

mempromosikan paket wisata secara efektif. Dengan pengembangan yang tepat,


98

paket wisata MICE dan spesial event di Kota Medan dapat menjadi salah satu

daya tarik utama Kota Medan sebagai destinasi MICE dan spesial event.

E. Activity

Aktivitas pariwisata di Kota Medan yang mendukung pariwisata MICE dan

Spesial event di Kota Medan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: aktivitas

pariwisata yang bersifat umum dan aktivitas pariwisata yang bersifat khusus.

Aktivitas pariwisata yang bersifat umum adalah aktivitas pariwisata yang dapat

dinikmati oleh wisatawan MICE dan Spesial event, baik yang datang untuk

bekerja maupun untuk berlibur. Aktivitas ini dapat menjadi daya tarik tambahan

bagi wisatawan MICE dan Spesial event untuk datang ke Kota Medan. Beberapa

contoh aktivitas pariwisata yang bersifat umum di Kota Medan adalah Kota

Medan memiliki wisata Heritage yaitu mengunjungi tempat bersejarah di Kota

Medan seperti Istana Maimun, Vihara Gunung Timur, dan Rumah Tjong A Fie.

Kota Medan memiliki berbagai macam kuliner khas yang lezat, seperti bika

ambon, soto medan, dan Durian.

Gambar 24: Expo Hall Santika di Medan


Sumber: VenueMagz.com
99

Gambar 25: Medan International Convention Center


Sumber: Medan International Convention Center

Aktivitas pariwisata yang bersifat khusus adalah aktivitas pariwisata yang

dirancang khusus untuk wisatawan MICE dan Spesial event. Aktivitas ini dapat

menjadi sarana untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan

MICE dan Spesial event. Beberapa contoh aktivitas pariwisata yang bersifat

khusus di Kota Medan adalah konferensi. Kota Medan memiliki berbagai macam

fasilitas pendukung konferensi, seperti ruang pertemuan, ballroom, dan pusat

pameran. Kota Medan memiliki berbagai macam tempat penyelenggaraan

pameran, seperti ExpoHall Santika dan Medan International Convention Center.

Kota Medan memiliki berbagai macam festival, seperti Festival Danau Toba,

Festival Budaya Melayu, dan Festival Kopi.


100

Gambar 26: Event Medan Coffee Festival


Sumber: Facebook

Gambar 27: Festival Budaya Melayu


Sumber: Ameera
101

Pengembangan aktivitas pariwisata di Kota Medan yang mendukung

pariwisata MICE dan Spesial event adalah pengembangan destinasi wisata alam

dan budaya yang menarik dan beragam, pengembangan fasilitas pendukung

MICE dan Spesial event yang memadai, penyelenggaraan event MICE dan

Spesial event yang menarik dan berkualitas. Dengan pengembangan yang tepat,

aktivitas pariwisata di Kota Medan dapat menjadi salah satu daya tarik utama

Kota Medan sebagai destinasi MICE dan Spesial event.

F. Ancillary

Ancillary adalah produk atau layanan tambahan yang dapat ditawarkan

kepada wisatawan, selain dari produk dan layanan utama yang ditawarkan oleh

destinasi. Ancillary dapat menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan dan

dapat meningkatkan nilai tambah dari pariwisata di suatu destinasi. Kota Medan

memiliki berbagai macam ancillary yang dapat mendukung pengembangan

pariwisata MICE dan Spesial event. Beberapa contoh ancillary yang ada di Kota

Medan adalah wisata kuliner: Kota Medan memiliki berbagai macam kuliner khas

yang lezat, seperti bika ambon, soto medan, dan rendang. Wisata kuliner dapat

menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan MICE dan Spesial event yang ingin

merasakan pengalaman kuliner yang unik di Kota Medan. Kota Medan memiliki

berbagai macam pusat perbelanjaan yang menawarkan berbagai macam

produk, mulai dari fashion, elektronik, hingga oleh-oleh. Belanja dapat menjadi

aktivitas yang menarik untuk wisatawan MICE dan Spesial event yang ingin

menghabiskan waktu luang mereka di Kota Medan.


102

Gambar 28: Pasar Petisah di Kota Medan


Sumber: WaspadaOnline

Kota Medan memiliki berbagai macam tempat hiburan, seperti bioskop,

klub malam, dan tempat karaoke. Hiburan dapat menjadi sarana untuk

wisatawan MICE dan Spesial event untuk melepas penat setelah mengikuti

kegiatan MICE dan Spesial event.

Gambar 29: Heaven Hell Pool & Lounge


Sumber: Tripadvisor

Kota Medan memiliki berbagai macam moda transportasi, mulai dari

transportasi umum hingga transportasi pribadi. Layanan transportasi yang

memadai dapat memudahkan wisatawan MICE dan Spesial event untuk


103

berkeliling Kota Medan. Kota Medan memiliki berbagai macam agen perjalanan

dan penyelenggara event yang menawarkan berbagai macam paket wisata dan

layanan pendukung. Layanan wisata ini dapat memudahkan wisatawan MICE

dan Spesial event untuk merencanakan perjalanan mereka. Contoh

pengembangan ancillary yang dapat dilakukan di Kota Medan adalah

pengembangan wisata kuliner yang menarik dan beragam, pengembangan pusat

perbelanjaan yang lebih modern dan lengkap, pengembangan tempat hiburan

yang lebih beragam dan berkualitas, pengembangan moda transportasi yang

lebih efisien dan nyaman, pengembangan layanan wisata yang lebih profesional

dan terpercaya. Dengan pengembangan ancillary yang tepat, Kota Medan dapat

menjadi destinasi MICE dan Spesial event yang lebih menarik dan kompetitif.

4.2.2 Evaluasi Pelaksanaan Pariwisata MICE dan Spesial Event di Kota

Medan

4.2.2.1. Berdasarkan Analisis SWOT

Berdasarkan hasil deep interviewed yang dilakukan oleh peneliti dengan

inform-1, maka didapatkan hasil analisis SWOT sebagai berikut :

A. Strength (Keunggulan)

Keunggulan Kota Medan itu pertama adalah kota yang lebih mirip dengan

Singapura yaitu kota industri perdagangan selain itu Kota Medan lebih dekat

dengan asia seperti Malaysia, Singapura, Thailand dibandingkan daerah Jakarta

sehingga event-event kita yang ada di Kota Medan ini lebih diminati oleh orang

orang. Mulai dari yang seputaran di Kota Medan karena jarak jarak tempuh yang

sangat dekat.

Kemampuan unik Kota Medan dalam mengatur event-event khusus MICE


104

Sebenarnya sangat unik dan beragam, jadi kita sangat berterima kasih kepada

pihak Owner MICE karena sangat mereka sangat mendukung setiap acara-acara

yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Terkait mengelola detail dalam event-event khusus MICE tentang event

Kota Medan yang dilaksanakan MICE outdoor dan indoor itu kita tidak

mempersyaratkan terlalu khusus terhadap sertifikasi atau perizinan, karena kami

sudah memiliki atau mengantongi setiap perizinan setiap hotel ataupun gedung

MICE yang ada di Kota Medan sehingga hal untuk mempengaruhi event yang

kami laksanakan di gedung itu tidak terlalu kendala, tapi kami tetap bekerja sama

dengan gedung MICE. Itu kelengkapan isinya baik itu standarisasinya maupun

kelengkapan audio visual yang ada di dalam MICE

B. Weakness (Kelemahan)

Kelemahan dan tantangan utama adalah tempat event (venue) karena

Kota Medan belum memiliki hall yang besar, sehingga acara-acara yang konsen

dengan banyak pengunjung atau konser besar itu hanya bisa dilaksanakan di

Lapangan Udara Soewondo atau yang dulunya bandara polonia.

Kelemahan yang kedua adalah Sumber Daya Manusia dan vendor yang

masih kurang lengkap perlengkapannya di Kota Medan sehingga masih

menggunakan alat-alat yang ada di luar kota dan luar negeri.

Cara mengatasi kelemahan dan tantangan yang ada di kota Medan

adalah kita tetap bekerja sama dengan EO dan menghubungi vendor-vendor

yang ada perlengkapan yang kita butuhkan, baik itu dari luar kota maupun di luar

negeri. Seperti contoh tahun baru ini Kota Medan ingin membuat Drone Show,

yang hanya baru di Singapura atau di luar negeri saja, sehingga kami sedang
105

mencoba menghubungi dan meng-email mereka agar mereka ikut bekerja sama

dengan acara yang diselenggarakan oleh dinas pariwisata Kota Medan.

C. Opportunity (Peluang)

Peluang yang ada di Kota Medan adalah influencer dan konten creator

atau selebgram Dinas Pariwisata sedang mencoba membuat workshop atau

pelatihan-pelatihan dengan mengundang narasumber dari luar, seperti dari

Jakarta untuk melatih influencer ataupun konten kreator yang ada di Kota

Medan.

Pelaku ekonomi kreatif yang ada di Kota Medan selama ini selalu

menyembunyikan diri. Tapi di zaman Bapak Wali Kota Medan ini, beliau

menyiapkan wadah tempat kepada mereka untuk melakukan kegiatan di lokasi

yang sudah ditentukan sehingga mereka dapat menampakkan diri dan kita

kembangkan untuk dijadikan suatu Mega event di Kota Medan.

D. Threats (Ancaman)

Ancaman yang ada di Kota Medan adalah kita belum memiliki dan masih

mempersiapkan aturan-aturan dan penyesuaian peraturan yang baru seperti

Peraturan Daerah Nomor 29. Selain itu, Kota Medan masih harus

mengantisipasi segala bentuk dampak dari kebijakan-kebijakan yang diberikan

oleh Pemerintah Daerah Kota Medan.

Ancaman Kota Medan juga adalah kota Medan yang ingin menjadi kota

MICE di Indonesia, sehingga tidak hanya di Jakarta pertemuan-pertemuan

internasional dilaksanakan. Tetapi Kota Medan dapat menjadi tempat pertemuan

pertemuan internasional, sehingga kita selalu menyampaikan kepada pemilik

MICE untuk mengembangkan gedung dan ruangan mereka supaya sesuai


106

dengan standar internasional.

4,3 Pembahasan Penelitian

4.3.1 Pengembangan Pariwisata MICE dan Spesial Event di Kota Medan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan maka temuan yang

peneliti dapatkan terkait dengan tahapan pengembangan pariwisata MICE dan

spesial event yang telah ada dan dilaksanakan di Kota Medan jika merujuk pada

aspek pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut:

A. Perencanaan Strategis

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang

memiliki potensi pariwisata yang besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik

(BPS) Kota Medan tahun 2022, jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Medan

mencapai 1,2 juta orang, dengan jumlah wisatawan domestik sebanyak 1,1 juta

orang dan wisatawan mancanegara sebanyak 100 ribu orang.

Untuk mengembangkan potensi pariwisata di Kota Medan, Pemerintah

Kota Medan telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pariwisata Kota

Medan tahun 2021-2026. Renstra ini disusun berdasarkan analisis SWOT,

dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Medan

menjadi 2 juta orang pada tahun 2026.

Kota Medan juga memiliki berbagai potensi pariwisata yang dapat

dikembangkan seperti atraksi wisata, aksesibilitas, sarana dan prasarana. Kota

Medan memiliki berbagai atraksi wisata yang menarik, seperti wisata sejarah

(Tjong Afie) wisata budaya (Istana Maimoon), wisata alam (Penangkaran Buaya

Asam Kumbang), dan wisata kuliner (TipTop Restaurant). Kota Medan memiliki

aksesibilitas yang baik, baik melalui transportasi udara (maskapai penerbangan),


107

laut (pelabuhan), maupun darat (angkutan umum, bus Trans Metro Deli, dll).

Kota Medan memiliki sarana dan prasarana pariwisata yang memadai, seperti

hotel (Cambridge Hotel, Santika Dyandra Hotel, dll), restoran (TipTop restaurant,

Kopi Sunda, Istana Koki, dll), dan tempat wisata (Lapangan Merdeka).

Berdasarkan analisis SWOT, Pemerintah Kota Medan menetapkan

beberapa strategi untuk mengembangkan pariwisata di Kota Medan, antara lain

meningkatkan kualitas dan kuantitas atraksi wisata. Pemerintah Kota Medan

melakukan upaya pengembangan dan revitalisasi atraksi wisata yang ada, serta

mengembangkan atraksi wisata baru. Pemerintah Kota Medan berupaya

meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana transportasi, serta membangun

infrastruktur pariwisata. Hal tersebut dapat dilihat dari pembangunan jalan dan

jalur kereta api yang sedang dalam tahap pembangunan. Pemerintah Kota

Medan juga berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan

prasarana pariwisata, serta meningkatkan pelayanan kepada wisatawan.

Pembangunan dan revitalisasi Lapangan Merdeka yang dilakukan di tahun 2023

dan revitalisasi gedung kantor pusat pos kota Medan menjadi Post Block.

Gambar 30 : Post Block Kota Medan


Sumber: Detik.com
108

Pemerintah Kota Medan juga meningkatkan promosi pariwisata di dalam

dan luar negeri. Contohnya dengan adanya event Beranda Kreatif Kota Medan

(2023) yang menampilkan berbagai pertunjukkan yang menarik dan pilihan

produk UMKM dan kuliner kota Medan yang beraneka ragam.

Gambar 31: Flyer Beranda Kreatif Kota Medan


Sumber: Instagram Dinas pariwisata kota medan

Beberapa data Kota Medan yang dapat digunakan untuk mendukung

pengembangan pariwisata adalah jumlah penduduk yang berkisar 2,5 juta orang

dengan luas wilayah 265,1 km2. Iklim Kota Medan yang tropis dengan suhu rata-

rata 25-30 derajat Celcius.

Kota Medan memiliki berbagai kawasan wisata seperti kawasan wisata

sejarah. Contohnya Istana Maimun, Masjid Raya Al-Mashun, dan lain-lain.

Kawasan wisata budaya seperti Kampung Budaya Melayu, Rumah Bolon, dan
109

lain-lain. Kawasan wisata alam yang ada di sekitar kota Medan, seperti Danau

Toba, Bukit Lawang, dan lain-lain. Kawasan wisata kuliner Medan yang

mendapat julukan “surganya kuliner” dengan berbagai macam makanan khas

yang dapat dinikmati. Contohnya Soto Medan, Bika Ambon, Sate kerang Medan,

Mi rebus Medan, dan lain-lain.

B. Pemasaran dan Promosi

Pemasaran dan promosi merupakan salah satu faktor penting dalam

pengembangan pariwisata. Dengan pemasaran dan promosi yang tepat, kota

Medan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan destinasi wisata,

sehingga menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Pemerintah Kota Medan

telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pemasaran dan promosi

pariwisata, antara lain membuat website dan media sosial resmi Dinas

Pariwisata Kota Medan. Website dan media sosial ini digunakan untuk

mempromosikan berbagai destinasi wisata di Kota Medan.

Gambar 32: Sosial Media Dinas Pariwisata Kota Medan


Sumber: Instagram
110

Pemerintah Kota Medan mengikuti berbagai pameran pariwisata di dalam

dan luar negeri untuk mempromosikan Kota Medan sebagai destinasi wisata.

Kota Medan menjalin kerja sama dengan travel agent dan biro perjalanan. Kerja

sama tersebut dilakukan untuk meningkatkan penjualan paket wisata ke Kota

Medan. Pemerintah Kota Medan juga mengadakan berbagai kegiatan promosi

pariwisata, seperti festival, karnaval, dan lain-lain.

Beberapa strategi pemasaran dan promosi yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan pariwisata Kota Medan adalah mengoptimalkan penggunaan

media sosial. Media sosial merupakan salah satu media yang efektif untuk

mempromosikan pariwisata. Pemerintah Kota Medan dapat memanfaatkan

media sosial untuk mempromosikan berbagai destinasi wisata di Kota Medan,

serta memberikan informasi yang bermanfaat bagi wisatawan. Kerja sama

dengan pihak swasta, seperti travel agent dan biro perjalanan dapat membantu

Pemerintah Kota Medan dalam mempromosikan pariwisata Kota Medan.

Pemerintah Kota Medan juga dapat mengembangkan produk wisata yang

inovatif untuk menarik minat wisatawan. Misalnya, Pemerintah Kota Medan

dapat mengembangkan paket wisata kuliner, wisata sejarah, atau wisata budaya

yang unik dan menarik. Dengan pemasaran dan promosi yang tepat, Kota

Medan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Medan,

sehingga dapat meningkatkan perekonomian Kota Medan.

C. Infrastruktur

Infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan

pariwisata. Dengan infrastruktur yang memadai, Kota Medan dapat

memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi wisata.

Pemerintah Kota Medan telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan


111

infrastruktur pariwisata. Contohnya adalah dengan meningkatkan kualitas dan

kuantitas sarana transportasi. Pemerintah Kota Medan meningkatkan kualitas

dan kuantitas sarana transportasi, baik transportasi udara, laut, maupun darat.

Misalnya, Pemerintah Kota Medan membangun Bandara Internasional

Kualanamu yang merupakan bandara terbesar di Sumatera Utara. Pemerintah

Kota Medan juga membangun infrastruktur pariwisata, seperti jalan, jembatan,

dan tempat parkir. Misalnya, Pemerintah Kota Medan membangun jalan tol

Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi yang merupakan jalan tol pertama di Sumatera

Utara. Pemerintah Kota Medan juga telah berupaya untuk menata kawasan

wisata agar lebih nyaman dan menarik bagi wisatawan. Misalnya, Pemerintah

Kota Medan menata kawasan wisata Istana Maimun dan Masjid Raya Al

Mashun.

Beeberapa strategi pembangunan infrastruktur pariwisata yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan pariwisata Kota Medan adalah dengan

meningkatkan koordinasi antar instansi terkait. Pembangunan infrastruktur

pariwisata membutuhkan koordinasi yang baik antar instansi terkait, seperti

Pemerintah Kota Medan, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan Pemerintah

Pusat. Pemerintah Kota Medan juga dapat bekerja sama dengan pihak swasta

untuk membangun infrastruktur pariwisata. Pemerintah Kota Medan dapat

memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pembangunan infrastruktur pariwisata. Dengan pembangunan infrastruktur yang

memadai, Kota Medan dapat meningkatkan daya tarik sebagai destinasi wisata

MICE, sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

D. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam
112

pengembangan pariwisata. SDM yang berkualitas dan kompeten dapat

memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan, sehingga meningkatkan

kepuasan wisatawan dan mendorong mereka untuk berkunjung kembali.

Pemerintah Kota Medan telah melakukan berbagai upaya untuk

mengembangkan SDM pariwisata, antara lain dengan melaksanakan pelatihan

dan sertifikasi SDM pariwisata. Pemerintah Kota Medan telah bekerja sama

dengan berbagai lembaga untuk melaksanakan pelatihan dan sertifikasi SDM

pariwisata. Salah satunya adalah sertifikasi yang diselenggarakan oleh World

Bank melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) di tahun 2022 sampai Tahun

2023.

Pemerintah Kota Medan bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk

meningkatkan kualitas pendidikan pariwisata. Hal tersebut dapat ditinjau dari

kurikulum dan standar pariwisata yang dilakukan oleh Perguruan Pariwisata di

Kota Medan. Pemerintah Kota Medan juga melakukan sosialisasi dan edukasi

kepada masyarakat tentang pentingnya pariwisata. Hal tersebut dapat dilihat dari

dukungan pemerintah kota Medan atas berbagai pelatihan dan sertifikasi

kompetensi di Kota Medan.

Beberapa strategi pengembangan SDM pariwisata yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan pariwisata Kota Medan adalah dengan meningkatkan

anggaran untuk pelatihan dan sertifikasi SDM pariwisata. Anggaran sangat

diperlukan untuk melaksanakan pelatihan dan sertifikasi SDM pariwisata secara

berkelanjutan. Kerja sama dengan berbagai lembaga, seperti perguruan tinggi,

asosiasi, dan industri pariwisata, dapat membantu Pemerintah Kota Medan

dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata. Peneliti juga

mengusulkan agar kurikulum pendidikan pariwisata disesuaikan dengan


113

kebutuhan industri pariwisata kota Medan. Dengan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang berkualitas dan kompeten, peneliti yakin bahwa Kota Medan dapat

meningkatkan daya tarik sebagai destinasi wisata sehingga Kota Medan dapat

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

E. Keberlanjutan Lingkungan

Keberlanjutan lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam

pengembangan pariwisata. Dengan lingkungan yang berkelanjutan, Kota Medan

dapat memberikan pengalaman wisata yang menyenangkan dan berkesan bagi

wisatawan, serta menjaga kelestarian lingkungan. Pemerintah Kota Medan telah

melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan keberlanjutan lingkungan seperti

meningkatkan kualitas air. Pemerintah Kota Medan membangun instalasi

pengolahan air limbah (IPAL) untuk meningkatkan kualitas air, penanaman

pohon untuk meningkatkan kualitas udara, pengelolaan sampah secara

terintegrasi untuk mengurangi pencemaran lingkungan, sosialisasi dan edukasi

kepada masyarakat tentang pentingnya lingkungan.

Beberapa strategi peningkatan keberlanjutan lingkungan yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan pariwisata Kota Medan adalah dengan

meningkatkan anggaran untuk pengelolaan lingkungan. Anggaran yang

memadai diperlukan untuk melaksanakan berbagai program pengelolaan

lingkungan. Kerja sama dengan berbagai pihak, seperti masyarakat, swasta, dan

lembaga swadaya masyarakat, dapat membantu Pemerintah Kota Medan dalam

meningkatkan keberlanjutan lingkungan. Regulasi yang memadai juga diperlukan

untuk mendorong penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan. Dengan

lingkungan yang berkelanjutan, peneliti yakin Kota Medan dapat meningkatkan

daya tarik Kota Medan sebagai destinasi wisata, sehingga Kota Medan dapat
114

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

Beberapa contoh program peningkatan keberlanjutan lingkungan yang

dapat dilakukan di Kota Medan adalah program penanaman pohon. Program

tersebut dapat dilakukan di berbagai kawasan wisata, seperti taman, hutan kota,

dan tepi sungai. Program pengelolaan sampah dan penerapan sistem 3R

(reduce, reuse, dan recycle) untuk masyarakat Kota Medan. Program edukasi

lingkungan melalui kegiatan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat kota

Medan. Dengan menerapkan beberapa program tersebut, Kota Medan dapat

meningkatkan keberlanjutan lingkungan sehingga dapat mendukung

pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.

F. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor penting dalam

pengembangan pariwisata. Dengan partisipasi masyarakat, Kota Medan dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pariwisata, serta

mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam pengembangan pariwisata.

Pemerintah Kota Medan telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat seperti melakukan sosialisasi dan edukasi kepada

masyarakat tentang pentingnya pariwisata. Pemerintah Kota Medan melakukan

sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pariwisata, serta

manfaatnya bagi masyarakat. Pembentukan Kelompok Sadar Wisata

(Pokdarwis). Pokdarwis merupakan komunitas masyarakat yang dibentuk pada

tahun 2017 dan dilanjutkan lagi pada tahun 2023 oleh dinas pariwisata kota

Medan untuk mengembangkan kepariwisataan di suatu destinasi pariwisata.

Pemerintah Kota Medan juga mendorong pembentukan Pokdarwis di berbagai

kawasan wisata dan kelurahan di Kota Medan. Hal tersebut dapat dilihat dari
115

website dan berita kota Medan. Pemerintah Kota Medan juga harus melibatkan

masyarakat dalam pengelolaan destinasi wisata, seperti menjadi pemandu

wisata, petugas keamanan, dan petugas kebersihan.

Beberapa strategi dari peneliti untuk peningkatan partisipasi masyarakat

dapat dilakukan untuk meningkatkan pariwisata Kota Medan adalah dengan

meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat. Komunikasi dan

koordinasi yang baik dengan masyarakat diperlukan untuk membangun

kepercayaan dan kemitraan. Pelatihan dan pendampingan juga dapat

meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengembangan pariwisata Kota

Medan. Pengembangan regulasi yang memadai diperlukan untuk mendorong

peran aktif masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Dengan partisipasi

masyarakat yang tinggi, peneliti berharap Kota Medan dapat meningkatkan daya

tarik sebagai destinasi wisata dan jumlah kunjungan wisatawan.

Beberapa contoh program peningkatan partisipasi masyarakat yang

dapat dilakukan di Kota Medan adalah program pelatihan pemandu wisata.

Program ini dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi masyarakat

sebagai pemandu wisata. Program pemberdayaan masyarakat, program ini

dapat dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui

pariwisata. Program edukasi pariwisata, Program ini dapat dilakukan untuk

meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pariwisata. Dengan menerapkan

beberapa program tersebut, Kota Medan dapat meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Kota Medan.

G. Diversivikasi Produk Wisata

Diversifikasi produk wisata merupakan salah satu strategi yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan daya tarik destinasi wisata. Dengan diversifikasi


116

produk wisata, Kota Medan dapat menawarkan pilihan wisata yang beragam

bagi wisatawan, sehingga dapat menarik minat wisatawan dari berbagai latar

belakang. Kota Medan memiliki berbagai potensi wisata yang dapat

dikembangkan, seperti Wisata sejarah. Kota Medan memiliki banyak

peninggalan sejarah, seperti Istana Maimun, Masjid Raya Al Mashun. Wisata

budaya (budaya Melayu, Batak, dan Tionghoa), Wisata alam (Danau Toba, Bukit

Lawang, dan Taman Nasional Gunung Leuser).

Pemerintah Kota Medan telah melakukan berbagai upaya untuk

mengembangkan diversifikasi produk wisata, antara lain mengembangkan

destinasi wisata baru. Pemerintah Kota Medan mengembangkan destinasi

wisata baru, seperti Kampung Budaya Melayu, Rumah Bolon, dan Danau Toba

Sibiru-biru. Pemerintah Kota Medan juga meningkatkan kualitas atraksi wisata

yang ada, seperti Istana Maimun dan Masjid Raya Al Mashun. Pemerintah Kota

Medan juga mengembangkan produk wisata baru, seperti paket wisata kuliner,

wisata sejarah, atau wisata budaya.

Beberapa strategi diversifikasi produk wisata yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan pariwisata Kota Medan adalah meningkatkan kerja sama dengan

berbagai pihak. Kerja sama dapat dilakukan dengan berbagai pihak, seperti

masyarakat, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat untuk membantu

Pemerintah Kota Medan dalam mengembangkan diversifikasi produk wisata.

Produk wisata yang inovatif dapat menarik minat wisatawan dari berbagai latar

belakang. Promosi produk wisata dapat dilakukan untuk meningkatkan

awareness wisatawan terhadap destinasi wisata di Kota Medan. Dengan

diversifikasi produk wisata yang tepat, Kota Medan dapat meningkatkan daya

tarik sebagai destinasi wisata, sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan


117

wisatawan.

Beberapa contoh diversifikasi produk wisata yang dapat dilakukan di Kota

Medan adalah pengembangan paket wisata kuliner. Paket wisata ini dapat

ditawarkan kepada wisatawan yang ingin menikmati berbagai macam makanan

khas Kota Medan. Pengembangan wisata sejarah berbasis digital dapat

menggunakan teknologi digital untuk menghadirkan pengalaman wisata yang

lebih menarik dan interaktif. Pengembangan wisata budaya berbasis komunitas

yang melibatkan masyarakat lokal dalam penyelenggaraan wisata, sehingga

dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat. Dengan

menerapkan beberapa strategi tersebut, peneliti berharap Kota Medan dapat

meningkatkan diversifikasi produk wisata sehingga mendukung pengembangan

pariwisata yang berkelanjutan.

H. Pengembangan Destinasi Wisata

Pengembangan destinasi wisata merupakan salah satu faktor penting

dalam pengembangan pariwisata. Dengan pengembangan destinasi wisata yang

tepat, Kota Medan dapat meningkatkan daya tarik destinasi wisata sehingga

dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Kota Medan memiliki berbagai

destinasi wisata yang dapat dikembangkan, seperti destinasi wisata alam di

sekitar Kota Medan (Danau Toba, Bukit Lawang, dan Taman Nasional Gunung

Leuser). Destinasi wisata sejarah (Istana Maimun, Masjid Raya Al Mashun),

Destinasi wisata budaya (budaya Melayu, Batak, dan Tionghoa), Destinasi

wisata kuliner (Soto Medan, Bika Ambon, dll).

Pemerintah Kota Medan telah melakukan berbagai upaya untuk

mengembangkan destinasi wisata, antara lain pemeliharaan dan perbaikan

infrastruktur. Pemerintah Kota Medan melakukan pemeliharaan dan perbaikan


118

infrastruktur di destinasi wisata, seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum.

Peningkatan kualitas atraksi wisata untuk meningkatkan kualitas atraksi wisata,

seperti Istana Maimun dan Masjid Raya Al-Mashun. Pengembangan fasilitas

penunjang untuk mengembangkan fasilitas penunjang di destinasi wisata, seperti

pusat informasi wisata, tempat parkir, dan toilet.

Beberapa strategi pengembangan destinasi wisata yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan pariwisata Kota Medan adalah meningkatkan kerja sama

dengan berbagai pihak. Kerja sama dengan berbagai pihak dapat dilakukan

dengan masyarakat, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat untuk

membantu Pemerintah Kota Medan dalam mengembangkan destinasi wisata.

Pengembangan destinasi wisata yang inovatif juga dapat menarik minat

wisatawan dari berbagai latar belakang. Peningkatan promosi destinasi wisata

dapat meningkatkan awareness wisatawan terhadap destinasi wisata di Kota

Medan. Dengan pengembangan destinasi wisata yang tepat, Kota Medan dapat

meningkatkan daya tarik sebagai destinasi wisata sehingga dapat meningkatkan

jumlah kunjungan wisatawan.

Beberapa contoh pengembangan destinasi wisata yang dapat dilakukan

di Kota Medan adalah pengembangan Danau Toba sebagai destinasi wisata

prioritas: Pemerintah Kota Medan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara dan Pemerintah Pusat untuk mengembangkan Danau Toba

sebagai destinasi wisata prioritas. Pemerintah Kota Medan juga berupaya

mengembangkan kawasan wisata heritage di Kota Medan, seperti kawasan

Kesawan dan kawasan Kampung Madras. Pengembangan destinasi wisata

berbasis komunitas, seperti wisata budaya dan wisata alam yang dikelola oleh

masyarakat lokal. Dengan menerapkan beberapa strategi tersebut, Kota Medan


119

dapat meningkatkan pengembangan destinasi wisata sehingga dapat

mendukung pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.

I. Evaluasi dan Pemantauan

Pemerintah Kota Medan telah melakukan berbagai upaya untuk

mengembangkan pariwisata seperti pengembangan destinasi wisata.

Pemerintah Kota Medan mengembangkan berbagai destinasi wisata, seperti

Danau Toba, Bukit Lawang, dan Taman Nasional Gunung Leuser. Diversifikasi

produk wisata seperti wisata alam, wisata budaya, dan wisata kuliner.

Pemasaran dan promosi melalui berbagai media, seperti media cetak, media

elektronik, dan media sosial. Pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan,

dan fasilitas umum. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bekerja

sama dengan berbagai lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM

pariwisata. Keberlanjutan lingkungan dengan menerapkan prinsip-prinsip

keberlanjutan lingkungan dalam pengembangan pariwisata. Partisipasi

masyarakat yang mendorong partisipasi masyarakat dalam pengembangan

pariwisata.

Untuk mengetahui keberhasilan dari upaya-upaya tersebut, Pemerintah

Kota Medan perlu melakukan evaluasi dan pemantauan secara berkala. Evaluasi

dan pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode,

seperti survei, wawancara, dan analisis data.

Evaluasi dan pemantauan merupakan kegiatan penting dalam

pengembangan pariwisata. Dengan melakukan evaluasi dan pemantauan secara

berkala, Kota Medan dapat mengetahui keberhasilan dari upaya-upaya

pengembangan pariwisata yang telah dilakukan sehingga dapat dilakukan

perbaikan dan penyesuaian.


120

Beberapa contoh evaluasi dan pemantauan yang dapat dilakukan oleh

Pemerintah Kota Medan untuk pengembangan pariwisata adalah evaluasi

terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Evaluasi tersebut dapat dilakukan untuk

mengetahui apakah jumlah kunjungan wisatawan meningkat atau menurun.

Evaluasi terhadap kepuasan wisatawan dapat dilakukan untuk mengetahui

apakah wisatawan puas dengan destinasi wisata, produk wisata, dan pelayanan

yang diberikan. Evaluasi terhadap keberlanjutan lingkungan dapat dilakukan

untuk mengetahui apakah pengembangan pariwisata tidak berdampak negatif

terhadap lingkungan. Evaluasi terhadap partisipasi masyarakat dapat dilakukan

untuk mengetahui apakah masyarakat berpartisipasi aktif dalam pengembangan

pariwisata. Dengan melakukan evaluasi dan pemantauan secara berkala, Kota

Medan dapat memastikan bahwa pengembangan pariwisata Kota Medan

berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

4.3.2 Evaluasi Pelaksanaan Pariwisata MICE dan Spesial Event di Kota

Medan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan maka temuan yang

peneliti dapatkan terkait dengan evaluasi pelaksanaan pariwisata MICE dan

spesial event yang telah ada dan dilaksanakan di Kota Medan jika merujuk pada

delapan faktor penentu destinasi pariwisata MICE adalah sebagai berikut:

A. Aksesibilitas

Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki

potensi besar untuk pengembangan pariwisata MICE dan spesial event. Hal ini

didukung oleh berbagai faktor, antara lain lokasinya yang strategis, fasilitas yang

memadai, serta kekayaan budaya dan sejarah. Namun, dalam pelaksanaannya,

masih terdapat beberapa hal yang perlu dievaluasi terkait aksesibilitas kota
121

Medan. Beberapa hal tersebut adalah masih terdapat beberapa kawasan yang

belum terjangkau oleh transportasi umum di Kota Medan. Selain itu, kualitas

layanan transportasi umum juga perlu ditingkatkan, terutama dalam hal

ketepatan waktu dan kenyamanan.

Infrastruktur pendukung, seperti jalan, trotoar, dan fasilitas pejalan kaki,

juga perlu ditingkatkan untuk mendukung kenyamanan aksesibilitas kota Medan.

Jalan yang rusak dan trotoar yang tidak memadai dapat menghambat mobilitas

wisatawan, terutama wisatawan yang memiliki keterbatasan fisik. Selain itu,

kondisi jalanan kota Medan yang sering banjir juga perlu diperhatikan untuk

mendukung pelaksanaan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan.

Pengetahuan masyarakat kota Medan tentang aksesibilitas juga perlu

ditingkatkan. Hal tersebut sangat penting untuk meningkatkan peluang dan

frekuensi serta memastikan bahwa wisatawan dapat mengakses berbagai

fasilitas dan layanan dengan mudah.

Beberapa rekomendasi untuk meningkatkan aksesibilitas kota Medan

adalah pemerintah kota dapat bekerja sama dengan pihak swasta untuk

meningkatkan ketersediaan sarana transportasi umum, terutama di kawasan

yang belum terjangkau. Selain itu, kualitas layanan transportasi umum juga perlu

ditingkatkan. Pemerintah kota Medan perlu melakukan perbaikan dan

pembangunan jalan, trotoar, dan fasilitas pejalan kaki. Selain itu, aksesibilitas

bangunan publik juga perlu ditingkatkan. Pemerintah kota Medan harus bekerja

sama dengan pihak swasta dan organisasi masyarakat untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang aksesibilitas. Hal tersebut dapat dilakukan

melalui berbagai kegiatan, seperti sosialisasi, pelatihan, dan kampanye. Dengan

meningkatkan aksesibilitas di kota Medan, maka kota Medan dapat semakin


122

meningkatkan daya tarik sebagai tujuan wisata MICE dan spesial event.

B. Dukungan Lokal

Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki

potensi besar untuk pengembangan pariwisata MICE dan spesial event. Hal ini

didukung oleh berbagai faktor, antara lain lokasinya yang strategis, fasilitas yang

memadai, serta kekayaan budaya dan sejarah. Dalam pelaksanaannya,

dukungan lokal dari masyarakat dan pelaku industri pariwisata di Kota Medan

sangat penting. Dukungan tersebut dapat berupa partisipasi dalam kegiatan

MICE dan spesial event, serta promosi dan pemasaran destinasi wisata di Kota

Medan.

Beberapa evaluasi pelaksanaan pariwisata MICE dan spesial event di

Kota Medan terkait dukungan lokal adalah partisipasi masyarakat. Partisipasi

masyarakat dalam kegiatan MICE dan spesial event di Kota Medan masih perlu

ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajak masyarakat untuk terlibat

dalam penyelenggaraan acara, seperti menjadi panitia, volunteer, atau peserta.

Selain itu, asosiasi-asosiasi dan stakeholder di Kota Medan juga harus saling

mendukung. Promosi dan pemasaran destinasi wisata di Kota Medan juga perlu

ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pelaku industri

pariwisata lokal, seperti travel agent, hotel, dan restoran di kota Medan.

Beberapa rekomendasi dari peneliti untuk meningkatkan dukungan lokal

dalam pelaksanaan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan adalah

meningkatkan partisipasi masyarakat. Pemerintah kota Medan harus bekerja

sama dengan organisasi masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam kegiatan MICE dan spesial event. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai

kegiatan, seperti sosialisasi, pelatihan, dan kampanye. Pemerintah kota dapat


123

bekerja sama dengan pelaku industri pariwisata lokal untuk meningkatkan

convention center dan venue event di kota Medan. Hal ini dapat dilakukan

melalui berbagai tingkat perencanaan, dukungan logistik dan dukungan promosi

yang dilakukan di kota Medan. Dengan meningkatkan dukungan lokal, maka

Kota Medan dapat semakin meningkatkan daya tarik Kota Medan sebagai tujuan

wisata MICE dan spesial event.

Beberapa contoh dukungan lokal yang dapat dilakukan oleh masyarakat

dan pelaku industri pariwisata di Kota Medan adalah masyarakat dapat menjadi

peserta dalam kegiatan MICE dan spesial event di Kota Medan. Masyarakat

dapat menjadi panitia atau volunteer dalam penyelenggaraan kegiatan MICE dan

spesial event di Kota Medan. Pelaku industri pariwisata lokal dapat

mempromosikan dan memasarkan destinasi wisata di Kota Medan untuk

menyelenggarakan kegiatan MICE dan spesial event di Kota Medan. Dengan

dukungan lokal yang kuat, maka Kota Medan dapat menjadi tujuan wisata MICE

dan spesial event yang lebih menarik dan kompetitif.

C. Peluang Kegiatan Tambahan

Kota Medan memiliki potensi besar untuk pengembangan pariwisata

MICE dan spesial event. Hal ini didukung oleh berbagai faktor, antara lain

lokasinya yang strategis, fasilitas yang memadai, serta kekayaan budaya dan

sejarah. Dalam rangka meningkatkan daya tarik Kota Medan sebagai tujuan

wisata MICE dan spesial event, perlu dilakukan pengembangan kegiatan

tambahan yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung.

Beberapa peluang kegiatan tambahan yang dapat dikembangkan di Kota

Medan adalah tersedianya pusat hiburan, pusat perbelanjaan, wisata, pusat

rekreasi, dan peluang profesional. Kota Medan dapat menjadi tuan rumah
124

berbagai kegiatan MICE dan spesial event, baik skala nasional maupun

internasional. Kegiatan MICE dan spesial event dapat menarik wisatawan dari

berbagai kalangan, termasuk wisatawan mancanegara. Kota Medan memiliki

kekayaan budaya yang beragam, yang dapat menjadi daya tarik wisatawan.

Kegiatan budaya, seperti festival, pertunjukan seni, dan pameran, dapat

diselenggarakan untuk mempromosikan budaya Kota Medan. Kota Medan juga

memiliki wisata kuliner yang beragam dan lezat. Kegiatan kuliner, seperti festival

kuliner, kelas memasak, dan wisata kuliner, dapat dikembangkan untuk menarik

wisatawan yang menyukai wisata kuliner. Kegiatan tambahan tersebut dapat

disinergikan dengan kegiatan MICE dan spesial event yang sudah ada di Kota

Medan. Dengan demikian, dapat semakin meningkatkan daya tarik Kota Medan

sebagai tujuan wisata MICE dan spesial event. Berikut adalah beberapa

rekomendasi untuk pengembangan kegiatan tambahan di Kota Medan:

D. Fasilitas Akomodasi

Fasilitas akomodasi di Kota Medan perlu dievaluasi untuk memastikan

bahwa kebutuhan wisatawan dapat terpenuhi. Berikut adalah beberapa evaluasi

pelaksanaan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan terkait fasilitas

akomodasi seperti ketersediaan hotel. Kota Medan memiliki berbagai jenis hotel,

mulai dari hotel bintang lima hingga hotel melati. Namun, ketersediaan hotel di

Kota Medan masih belum memadai untuk memenuhi kebutuhan wisatawan,

terutama wisatawan mancanegara.

Kualitas hotel di Kota Medan perlu ditingkatkan, terutama dalam hal fasilitas dan

pelayanan. Hal ini penting untuk memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi

wisatawan. Harga hotel di Kota Medan juga perlu bersaing dengan harga hotel di

kota-kota lain di Indonesia. Hal ini penting untuk menarik wisatawan, terutama
125

wisatawan dengan anggaran terbatas.

Beberapa rekomendasi untuk meningkatkan fasilitas akomodasi di Kota

Medan adalah pemerintah kota Medan perlu bekerja sama dengan pihak swasta

untuk meningkatkan ketersediaan hotel di Kota Medan. Pemerintah kota perlu

memberikan insentif kepada hotel untuk meningkatkan kualitas fasilitas dan

pelayanan. Pemerintah kota perlu bekerja sama untuk mengembangkan wisata

alternatif di Kota Medan, agar dapat menarik wisatawan dengan anggaran

terbatas. Dengan meningkatkan fasilitas akomodasi, maka dapat semakin

meningkatkan daya tarik Kota Medan sebagai tujuan wisata MICE dan spesial

event.

Beberapa contoh upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

fasilitas akomodasi di Kota Medan adalah pemerintah kota Medan dapat

membangun hotel baru, baik hotel berskala nasional maupun internasional.

Pemerintah kota harus memberikan subsidi kepada hotel untuk meningkatkan

kualitas fasilitas dan pelayanan. Pemerintah kota dapat bekerja sama dengan

pihak swasta untuk mengembangkan homestay dan guest house. Dengan upaya

yang tepat, maka Kota Medan dapat memiliki fasilitas akomodasi yang memadai

dan berkualitas, sehingga dapat menjadi tujuan wisata MICE dan spesial event

yang lebih menarik dan kompetitif.

E. Fasilitas Rapat

Fasilitas rapat di Kota Medan perlu dievaluasi untuk memastikan bahwa

kebutuhan wisatawan dapat terpenuhi. Berikut adalah beberapa evaluasi

pelaksanaan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan terkait fasilitas

rapat adalah ketersediaan ruang rapat. Kota Medan memiliki berbagai jenis

ruang rapat, mulai dari ruang rapat kecil hingga ruang rapat besar. Namun,
126

ketersediaan ruang rapat di Kota Medan masih belum memadai untuk memenuhi

kebutuhan wisatawan, terutama wisatawan mancanegara.

Kualitas ruang rapat di Kota Medan perlu ditingkatkan, terutama dalam hal

fasilitas dan pelayanan. Hal ini sangat penting untuk memberikan kenyamanan

dan kepuasan bagi wisatawan. Harga ruang rapat di Kota Medan perlu bersaing

dengan harga ruang rapat di kota-kota lain di Indonesia. Hal ini penting untuk

menarik wisatawan, terutama wisatawan dengan anggaran terbatas.

Beberapa rekomendasi untuk meningkatkan fasilitas rapat di Kota Medan

adalah Pemerintah kota Medan perlu bekerja sama dengan pihak swasta untuk

meningkatkan ketersediaan ruang rapat di Kota Medan dan memberikan insentif

kepada penyelenggara rapat untuk meningkatkan kualitas fasilitas dan

pelayanan. Pemerintah kota Medan juga perlu bekerja sama dengan pihak

swasta untuk mengembangkan wisata alternatif di Kota Medan, agar dapat

menarik wisatawan dengan anggaran terbatas. Dengan meningkatkan fasilitas

rapat, maka Kota Medan dapat semakin meningkatkan daya tarik sebagai tujuan

wisata MICE dan spesial event.

Beberapa contoh upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fasilitas rapat

di Kota Medan adalah pemerintah kota dapat membangun pusat konferensi baru,

baik pusat konferensi berskala nasional maupun internasional, memberikan

subsidi kepada penyelenggara rapat untuk meningkatkan kualitas fasilitas dan

pelayanan. Pemerintah kota dapat bekerja sama dengan pihak swasta untuk

mengembangkan ruang rapat di hotel dan gedung perkantoran. Dengan upaya

yang tepat, maka Kota Medan dapat memiliki fasilitas rapat yang memadai dan

berkualitas, sehingga dapat menjadi tujuan wisata MICE dan spesial event yang

lebih menarik dan kompetitif.


127

Beberapa contoh fasilitas rapat yang dapat dikembangkan di Kota Medan

adalah ruang rapat berteknologi tinggi, ruang rapat yang dapat dikonfigurasi,

ruang rapat yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung, seperti sistem audio-

visual, Wi-Fi, dan makanan ringan. Ruang rapat yang menawarkan

pemandangan kota Medan atau alam. Dengan mengembangkan fasilitas rapat

yang inovatif dan menarik, maka Kota Medan dapat menjadi tujuan wisata MICE

dan spesial event yang lebih kompetitif di tingkat nasional dan internasional.

F. Informasi

Informasi tentang Kota Medan perlu dievaluasi untuk memastikan bahwa

wisatawan dapat memperoleh informasi yang akurat dan terkini. Beberapa

evaluasi pelaksanaan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan terkait

informasi kota medan adalah ketersediaan informasi. Informasi tentang Kota

Medan masih belum tersedia secara lengkap dan terkini. Hal ini dapat

menyulitkan wisatawan dalam merencanakan perjalanan mereka ke Kota

Medan. Kualitas informasi tentang Kota Medan perlu ditingkatkan, terutama

dalam hal keakuratan dan kelengkapan. Hal ini penting untuk memberikan

informasi yang bermanfaat bagi wisatawan. Informasi tentang Kota Medan perlu

diakses dengan mudah oleh wisatawan. Hal ini dapat dilakukan dengan

menyediakan informasi dalam berbagai bahasa dan media.

Beberapa rekomendasi untuk meningkatkan informasi tentang Kota

Medan adalah pemerintah kota perlu bekerja sama dengan berbagai pihak,

seperti pelaku industri pariwisata, organisasi masyarakat, dan pihak swasta,

untuk menyediakan informasi yang lengkap dan terkini. Pemerintah kota Medan

perlu bekerja sama untuk mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi,

agar informasi tentang Kota Medan dapat diakses dengan mudah oleh
128

wisatawan. Dengan meningkatkan informasi tentang Kota Medan, maka Kota

Medan dapat semakin meningkatkan daya tarik sebagai tujuan wisata MICE dan

spesial event.

G. Lokasi

Lokasi Kota Medan yang strategis merupakan salah satu faktor

pendukung pengembangan pariwisata MICE dan spesial event. Kota Medan

terletak di pusat Pulau Sumatera, yang merupakan salah satu pulau terbesar di

Indonesia. Kota Medan juga terletak di jalur pelayaran internasional, yang

menghubungkan Indonesia dengan negara-negara di Asia Tenggara dan Asia

Timur.

Beberapa evaluasi pelaksanaan pariwisata MICE dan spesial event di

Kota Medan terkait lokasi adalah aksesibilitas. Kota Medan memiliki aksesibilitas

yang baik segi transportasi udara, laut, maupun darat. Hal ini memudahkan

wisatawan untuk mencapai Kota Medan. Kota Medan merupakan kota

multikultural, yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras. Hal ini menjadikan

Kota Medan sebagai kota yang menarik untuk dikunjungi wisatawan dari

berbagai latar belakang. Kota Medan memiliki potensi pasar yang besar, baik

wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal ini didukung oleh besarnya

jumlah penduduk di Pulau Sumatra dan sekitarnya.

H. Kriteria Lainnya

Pengembangan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan

memiliki beberapa risiko, antara lain pengembangan pariwisata MICE dan

spesial event membutuhkan biaya yang besar. Hal ini dapat menimbulkan risiko

ekonomi, jika kegiatan tersebut tidak berhasil menarik wisatawan.


129

Pengembangan pariwisata MICE dan spesial event dapat menimbulkan dampak

sosial, seperti perubahan tata ruang, meningkatnya harga lahan, dan

meningkatnya kriminalitas. Pengembangan pariwisata MICE dan spesial event

dapat menimbulkan dampak lingkungan, seperti kerusakan alam dan

pencemaran lingkungan. Pengembangan pariwisata MICE dan spesial event di

Kota Medan memiliki potensi untuk meningkatkan profitabilitas, baik bagi

pemerintah kota, pelaku industri pariwisata, maupun masyarakat kota Medan.

Pemerintah kota Medan dapat memperoleh pendapatan dari pajak, retribusi, dan

jasa lainnya. Pelaku industri pariwisata dapat memperoleh keuntungan dari

penjualan jasa dan produk wisata.Masyarakat dapat memperoleh manfaat dari

peningkatan lapangan kerja, pendapatan, dan kesejahteraan.

Pemerintah kota Medan perlu bekerja sama dengan asosiasi pariwisata

untuk mempromosikan Kota Medan sebagai tujuan wisata MICE dan spesial

event. Asosiasi pariwisata dapat membantu pemerintah kota untuk membangun

jaringan dengan pelaku industri pariwisata di tingkat nasional dan internasional

Mengembangkan produk dan layanan wisata yang inovatif dan menarik Novelty

Kota Medan

Pengembangan pariwisata MICE dan spesial event di Kota Medan

memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan perekonomian, sosial, dan

lingkungan kota. Untuk mencapai potensi tersebut, pemerintah kota perlu bekerja

sama dengan berbagai pihak untuk mengatasi risiko, meningkatkan profitabilitas,

dan mempromosikan Kota Medan sebagai tujuan wisata MICE dan spesial event

yang unik dan menarik.


130

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berpedoman pada temuan, hasil dan pembahasan penelitian tentang

evaluasi pengembangan pariwisata MICE dan spesial event melalui analisis

PESTEL di kota Medan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

5.1 Simpulan

Berpedoman pada temuan, hasil dan pembahasan penelitian tentang

evaluasi pengembangan desa wisata berbasis sepuluh pengembangan desa

wisata hijau di desa wisata kampung warna warni Tiga Rihit maka dapat ditarik

kesimpulan yakni sebagai berikut:

1. Dari hasil analisis PESTEL yang dilakukan peneliti maka didapatkan

simpulan bahwa pengembangan MICE dan spesial event di kota Medan

sangat dipengaruhi oleh dukungan dan kebijakan pemerintah dalam

pemberdayaan MICE dan spesial event. Partisipasi dunia usaha (EO,

hotel, restoran dan pengelola convention center harus saling bekerja

sama untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di

bidang MICEdan spesial event. Dari hasil analisis 6A yang dilakukan

peneliti maka didapatkan simpulan bahwa Kota Medan masih belum

memiliki convention center yang menampung ribuan orang untuk

penyelenggaraan MICE dan spesial event. Selain itu, Amenitas ataupun

keamanan di kota Medan masih belum kondusif untuk menjadi tuan

rumah bagi penyelenggaraan event MICE dan Spesial event.

2. Evaluasi pengembangan MICE dan spesial event di kota Medan masih

sangat minim dan atraksi maupun kegiatan event yang dilaksanakan di


131

kota Medan belum dikordinasikan dengan baik oleh Dinas Pariwisata Kota

Medan untuk menjadi calendar of event yang ada di berbagai kota di Indonesia

seperti di Jakarta dan Bali.

5.2 Saran

Adapun saran peneliti terkait pemanfaatan hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kota Medan harus memiliki convention center dengan kapasitas 3.000

orang dengan skala internasional dan membuka diri terhadap pasar

Eropa dan Timur Tengah. Selain itu, Pemerintah kota Medan juga harus

meningkatkan kenyamanan dan situasi lingkungan yang kondusif untuk

membuat suatu event skala besar di kota Medan.

2. Menjalin kerja sama antara pemerintah kota Medan dengan para

stakeholder event, Pokdarwis, dan Balai pertemuan untuk memenuhi

kebutuhan wisatawa serta mengupdate informasi terkait kota Medan.

Selain itu perlu adanya kerja sama antar dinas yang terkait dengan

kegiatan MICE dan Spesial Event di Kota Medan.


132
133

DAFTAR PUSTAKA

Any Noor, Author: Any Noor, Publisher:Bandung : Alfabeta, 2013, Subject: Event

Organizer - Manajemen , Isbn: 978-602-8361-11-8

Buhalis, D. (2000) Marketing the Competitive Destination of the Future. Tourism

Management, 21, 97-116. http://dx.doi.org/10.1016/S0261-5177(99)00095-3

CEC & IAPCO, 1992 dalam Nugroho, Sidiq P., & dkk).

Cooper, dkk. “Tourism Principles and Practice Second edition.” United States of

America: Longman, 2000

Eichhorn, V., & Buhalis, D. (2010). Accessibility: A key objective for the

tourism industry. In. Accessible Tourism: Concepts and Issues. Haarhoff,

R.

Fitri, Nursiah (2020). Pengembangan daya saing destinasi MICE di Kota Medan

Frank, Gerald, Mara. 2015.Handbook Analasis Kebijakan Publik ;

Teori,politik dan

Metode. Bandung : Nusa Media

Gan L. and Frederick J. ( 2011) Consumers' attitudes toward medical tourism .

Available at http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm

Gregoric, Marina (2014). PESTEL analisis destinasi wisata dalam perpsektif

bisnis pariwisata (MICE)

Jin xu, Lisa Ruhanen, David J, Solnet (2022). Analisis of the MICE Tourism research in

China in the last twenty years

Jumjuma (2020). Potensi Industri MICE (Meeting, Incentive,Conference,

Exhibition)di Kota Medan Propinsi Sumatera Utara

https://mice.kemenparekraf.go.id/news/c25f41f5-a7bd-4824-b997-cab91bac5722
134

Medan Siap jadi Destinasi MICE unggulan Desember 2021)

kesrul. (2004). Meeting Incentive Trip Conference Exhibition. Graha Ilmu. Koestomo, A. C.

(2014)Lee dan Fenich (2016) mengemukakan bahwa dalam industri MICE faktor-faktor

yang terkait dengan karakteristik konsumen serta perilaku

Lubis Muhammad Rizki, dkk (2022). Analisis factor yang mempengaruhi keputusan

konsumen dalam memilih Medan International Convention Center sebagai lokasi

kegiatan MICE

McCartney .G (2008), The CAT (Casino Tourism) and the MICE (Meetings, Incentives,.

Conventions, Exhibitions): Key Development Considerations for

Navaro,Alfredo, Mena (2021) The Role of the MICE sector in Singapore’s tourism policy.

Ahistorical perspective

Nadzir,Muhammad Miftahun (2016). Analisa usaha Event Organizer MICE

(Meeting,Incentive,Conference,Exhibition) melalui kanvas model bisnis dan peta

empati; studi kasus Event organizer di Yogyakarta dan Surakarta

Nuriata. (2014). Paket Wisata. Bandung: Alfabeta. Pitana dan Gayatri. (2005).

Sosiologi Pariwisata, Yogyakarta: CV Andi Offset.

Pendit, Nyoman. (1999). Ilmu Pariwisata. Jakarta: Akademi Pariwisata. Trisakti.

Pitana, Gede. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Sitepu, Edi Sahputra (2016). Tinjauan tentang konsep pertimbangan industry MICE kota

Medan

Suwantoro, Gamal. (2004). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi. Suwantoro.

(1997). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Wirawan. 2012. Evaluasi ; Teori, model, standar, Aplikasi dan profesi. Jakarta : PT

Rajagrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai