Dosen pengampu :
Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Menginternalisasikan
sikap dan nilai-nilai luhur tokoh dalam perumusan Pancasila Indonesia”.
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna
perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya dalam memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ….............................................................................
B. Rumusan Masalah ………................................................................
C. Tujuan Pembahasan …………………………………….................
BAB II: PEMBAHASAN
1.1 PENGARUH ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG TERHADAP PERUMUSAN
NILAI-NILAI LUHUR DALAM
PANCASILA.........................................................................................
PANCASILA.........................................................................................
NEGARA...........................................................................................
NEGARA........................................................................................
INDONESIA.........................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila sebagai ideologi dan filsafat negara memiliki akar historis yang kuat.
Perumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan peristiwa penting dalam
sejarah Indonesia. Banyak tokoh dan pemikir nasional yang berpartisipasi secara aktif
dalam mengembangkan nilai-nilai luhur yang membentuk dasar Pancasila.
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana pengaruh zaman penjajahan Jepang terhadap perumusan nilai-nilai
luhur dalam Pancasila?
B. Apa yang menjadi perdebatan utama dalam sidang BPUPKI pertama yang
berpengaruh terhadap proses perumusan Pancasila?
C. Tujuan Pembahasan
A. Mengungkap peran tokoh-tokoh terkemuka pada zaman penjajahan Jepang dalam
perumusan nilai-nilai luhur dalam Pancasila
PEMBAHASAN
3. Peran Para Tokoh: Tokoh-tokoh nasional seperti Soekarno, Hatta, Sutan Sjahrir, dan
Mohammad Natsir memiliki pengaruh besar selama masa penjajahan Jepang. Mereka
mendorong wacana kemerdekaan dan perumusan dasar negara yang adil dan merdeka.
1. Ruang Lingkup Negara: Salah satu perdebatan utama dalam Sidang BPUPKI pertama
adalah tentang ruang lingkup negara yang akan dibentuk. Beberapa anggota BPUPKI
mendukung gagasan negara yang hanya mencakup Pulau Jawa, sementara yang lain
berpendapat bahwa negara Indonesia harus mencakup seluruh wilayah bekas Hindia
Belanda.
2. Kedudukan Agama: Isu tentang kedudukan agama dalam negara juga menjadi
perdebatan penting. Ada desakan agar Indonesia berbentuk negara Islam, namun
sebagian lagi menolak.perdebatan ini terjadi karena perbedaan pendapat dari golongan
yang menginginkan agar kelak negara Indonesia adalah negara Islam, tetapi disanggah
oleh anggota lain yang berpaham nasionalisme.
Bung Karno sebagai Ketua Panitia Kecil, pada Sidang BPUPKI hari pertama 10
Juli 1945, melaporkan berbagai usul yang telah dirumuskan dalam Rancangan Preambul
Hukum Dasar (Piagam Jakarta) yang telah ditandatangani oleh sembilan orang anggota
Panitia Kecil.
Sampai dengan hari kedua (11 Juli 1945) Ketua Sidang BPUPKI masih
memberikan kesempatan para anggota untuk memberikan masukan dan usul-usul yang
berhubungan dengan hukum dan UUD. Petang hari itu juga Panitia Perancang Undang-
Undang Dasar mengadakan sidang. Setelah membahas beberapa masalah yang akan
dimasukkan ke dalam Undang-Undang Dasar, rapat mengambil dua keputusan penting,
yaitu:
1. Menyetujui Rancangan Preambul yang sudah ditandatangani pada 22 Juni 1945, yaitu
Piagam Jakarta.
Pada 14 Juli 1945 BPUPKI bersidang lagi. Pada sidang ini Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar melaporkan hasil kerjanya, berupa rancangan Undang-Undang
Dasar yang terdiri dari tiga bahan, yaitu:
Pada sidang tanggal 15 dan 16 Juli 1945, membahas tentang Rancangan Batang
Tubuh Undang-Undang Dasar, yang disusun oleh Panitia Kecil Perancang Undang-
Undang Dasar. Setelah adanya beberapa perubahan, pada tanggal 16 Juli 1945 sidang
BPUPKI dapat menerima Rancangan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar.
Dalam sidangnya pada 17 Juli 1945, BPUPKI dapat menerima hasil kerja Panitia
Pembelaan Tanah Air dan juga menerima hasil kerja Panitia soal Keuangan dan
Ekonomi.
Menurut Pranaka (1985: 281-282) bahwa sidang umum pertama maupun kedua
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengungkapkan
adanya tiga ideologi yang yang memengaruhi perkembangan pemikiran pada waktu itu,
yaitu
(1) Ideologi kebangsaan, bahwa Pancasila merupakan salah satu formula ideologi
kebangsaan mengenai dasar negara, sebagaimana tampak dalam pidato Muh. Yamin,
Soepomo, dan Soekarno;
(2) Pengaruh ideologi Barat modern sekuler (bukan agama), yakni adanya pemikiran
untuk memisahkan urusan negara dari urusan agama, dan untuk menggunakan elemen-
elemen ideologi Barat modern sekuler dalam membangun negara Indonesia merdeka,
seperti hak-hak asasi manusia, hak-hak dasar warga negara, batasan kekuasaan negara
dan sistem parlementer; dan
(3) Ideologi Islam, hal ini tampak adanya pemikiran yang menghendaki agar agama
Islam menjadi dasar negara, dan juga adanya beberapa kehendak seperti agama Islam
sebagai agama resmi negara, batas-batas kebebasan beragama, dan presiden adalah orang
Indonesia asli yang beragama Islam.
Oleh karena itu, rapat BPUPKI yang kedua ini sangat berperan penting dalam
finalisasi Pancasila sebagai dasar negara.
B. Sidang PPKI 18 Agustus 1945: Sebelum sidang, anggota PPKI atas kehendak dan
tanggung jawab Ketua (Bung Karno) ditambah enam orang anggota, yaitu (1) Wiranata
Kusmah; (2) Ki Hadjar Dewantara; (3) Kasman Singodimedjo; (4) Sajuti Melik; (5) Iwa
Kusuma Soemantri; (6) Ahmad Soebardjo.
Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI akan mengadakan sidang yang rencananya akan
dimulai pada pukul 09.30. Bung Hatta meminta kepada Bung Karno sebagai Ketua PPKI
agar sidang diundur, karena Bung Hatta akan mengadakan pendekatan (lobby) dengan
kelompok Islam.
Pancasila saat masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, akhir tahun
1959, Pancasila melewati era kelamnya dimana Presiden Soekarno menerapkan sistem
demokrasi terpimpin. Pada zaman itu, presiden dalam rangka tetap memegang kendali
kebijakan terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik integrasi
paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, tata ini seakan menyimpang ideal-ideal
yang ada dalam Pancasila itu sendiri, salah satunya adalah sila permusyawaratan.
PENUTUP
1.6 Kesimpulan
Sejarah perumusan dan pengesahan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
adalah perjalanan yang sarat dengan pengorbanan, perdebatan, dan semangat
kemerdekaan. Proses ini melibatkan berbagai tahapan, termasuk zaman penjajahan
Jepang, Sidang BPUPKI pertama dan kedua, Proklamasi Kemerdekaan, Sidang PPKI
dan masa setelah proklamasi kemerdekaan dalam penerimaan Pancasila. Dalam setiap
tahap, nilai-nilai luhur dan aspirasi para tokoh bangsa memainkan peran penting dalam
membentuk Pancasila.
Zaman penjajahan Jepang memberikan peluang bagi pemikiran kemerdekaan dan nilai-
nilai luhur yang akan menjadi dasar Pancasila. Sidang BPUPKI pertama menjadi ajang
pertama untuk merumuskan gagasan dasar negara, dengan perdebatan tentang ruang
lingkup negara dan kedudukan agama. Sidang BPUPKI kedua adalah titik krusial dalam
finalisasi Pancasila, menciptakan kesepakatan tentang nilai-nilai luhur yang kemudian
diresmikan sebagai dasar negara melalui Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI, dan
masa setelah proklamasi kemerdekaan yang memengaruhi penanaman dan penerimaan
nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia.
1.7 Saran
1. Penting bagi generasi muda dan masyarakat Indonesia secara umum untuk lebih
memahami sejarah perumusan Pancasila. Ini akan membantu kita menghargai nilai-nilai
luhur yang menjadi dasar negara.
2. Semangat perjuangan para tokoh bangsa dalam merumuskan Pancasila harus dijadikan
inspirasi untuk terus memajukan Indonesia, mewujudkan prinsip-prinsip keadilan,
persatuan, dan kemerdekaan.
3. Pendidikan dan penelitian tentang sejarah perumusan Pancasila harus terus didukung
dan ditingkatkan, sehingga generasi masa depan memiliki pemahaman yang lebih
mendalam tentang nilai-nilai luhur Pancasila.
Dengan penghargaan yang lebih besar terhadap sejarah Pancasila dan dedikasi
untuk mempertahankan nilai-nilai luhur ini, kita dapat bersama-sama membangun masa
depan Indonesia yang lebih baik dan sesuai dengan cita-cita para pendiri negara.
Pancasila harus tetap menjadi landasan kuat yang mempersatukan beragam elemen
dalam masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Website 6. Kompastv,
7. detik com.
8. cnnindonesia.com