Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK 2

MAKALAH MENGINTERNALISASIKAN SIKAP DAN NILAI-NILAI LUHUR


TOKOH DALAM PERUMUSAN PANCASILA INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen pengampu :

DR. INE KUSUMA ARYANI, M.PD.

Disusun Oleh :

1. M. AJI ATKIYA ( 2306010058 )

2. RIZKI RAMADHAN ( 2306010060 )

3. FUAD ABDULLAH ( 2306010061 )

4. MUHAMMAD FARIQ FIKRI F. ( 2306010070 )

5. FAYYIZ MUKMIN M. ( 2306010103 )

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Menginternalisasikan
sikap dan nilai-nilai luhur tokoh dalam perumusan Pancasila Indonesia”.

Makalah ini membahas tentang proses perumusan dan pengesahan Pancasila


sebagai dasar negara Republik Indonesia, dengan menyoroti peran serta dan kontribusi
sikap serta nilai-nilai luhur para tokoh nasional. Harapan kami, makalah ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai bagaimana Pancasila menjadi
landasan ideologis dan moral bangsa Indonesia melalui kontribusi tokoh-tokoh luhur
yang membangunnya.

Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna
perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya dalam memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ….............................................................................
B. Rumusan Masalah ………................................................................
C. Tujuan Pembahasan …………………………………….................
BAB II: PEMBAHASAN
1.1 PENGARUH ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG TERHADAP PERUMUSAN
NILAI-NILAI LUHUR DALAM

PANCASILA.........................................................................................

1.2 PERDEBATAN DALAM SIDANG BPUPKI PERTAMA DAN PENGARUHNYA


TERHADAP PROSES PERUMUSAN

PANCASILA.........................................................................................

1.3 PERAN DAN KONTRIBUSI SIDANG BPUPKI KEDUA DALAM FINALISASI


PANCASILA SEBAGAI DASAR

NEGARA...........................................................................................

1.4 PERAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN SIDANG PPKI DALAM


MENGOKOHKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR

NEGARA........................................................................................

1.5 MASA SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN MEMENGARUHI


PENERIMAAN DAN IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM MASYARAKAT

INDONESIA.........................................................................................

BAB III: PENUTUP


1.6 Kesimpulan…………………………………………………………
1.7 Saran……………………………………………………………......
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………......
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai ideologi dan filsafat negara memiliki akar historis yang kuat.
Perumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan peristiwa penting dalam
sejarah Indonesia. Banyak tokoh dan pemikir nasional yang berpartisipasi secara aktif
dalam mengembangkan nilai-nilai luhur yang membentuk dasar Pancasila.

Zaman penjajahan Jepang, Sidang BPUPKI pertama dan kedua, Proklamasi


Kemerdekaan, dan masa setelah Proklamasi adalah peristiwa penting dalam perumusan
Pancasila. Selama periode ini, ide dan perspektif yang beragam dari tokoh-tokoh terkenal
Indonesia berkontribusi pada pembentukan gagasan tentang negara yang adil dan
berkeadilan.

B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana pengaruh zaman penjajahan Jepang terhadap perumusan nilai-nilai
luhur dalam Pancasila?

B. Apa yang menjadi perdebatan utama dalam sidang BPUPKI pertama yang
berpengaruh terhadap proses perumusan Pancasila?

C. Bagaimana sidang BPUPKI kedua memengaruhi finalisasi Pancasila sebagai


dasar negara?

D. Apa peran Proklamasi Kemerdekaan dan sidang PPKI dalam mengonsolidasikan


nilai-nilai luhur dalam Pancasila?

E. Bagaimana masa setelah proklamasi kemerdekaan memengaruhi penerimaan dan


implementasi Pancasila dalam masyarakat Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan
A. Mengungkap peran tokoh-tokoh terkemuka pada zaman penjajahan Jepang dalam
perumusan nilai-nilai luhur dalam Pancasila

B. Menganalisis perdebatan dan perbedaan pandangan yang muncul dalam sidang


BPUPKI pertama dan dampaknya terhadap perumusan Pancasila

C. Menyoroti pengaruh dan kontribusi sidang BPUPKI kedua dalam menghasilkan


finalisasi Pancasila sebagai dasar negara

D. Menilai pentingnya Proklamasi Kemerdekaan dan sidang PPKI dalam


mengokohkan nilai-nilai luhur Pancasila

E. Mempelajari bagaimana masa setelah proklamasi kemerdekaan memengaruhi


penanaman dan penerimaan nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 PENGARUH ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG TERHADAP PERUMUSAN


NILAI-NILAI LUHUR DALAM PANCASILA

Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Indonesia mengalami perubahan besar


dalam sejarahnya. Pemerintahan kolonial Belanda yang selama berabad-abad
mengendalikan Indonesia digantikan oleh pemerintahan Jepang. Perubahan ini membuka
peluang bagi bangsa Indonesia untuk merumuskan gagasan kemerdekaan dan nilai-nilai
luhur yang akan membentuk dasar Pancasila.

Pengaruh Zaman Penjajahan Jepang

1. Kebijakan Pemerintah Jepang: Pemerintah Jepang mengadopsi konsep "Asia Timur


Raya" yang bertujuan untuk mempersatukan negara-negara Asia di bawah kekuasaan
Jepang. Selama masa penjajahan Jepang, terjadi perubahan sosial, politik, dan budaya
yang memungkinkan bangsa Indonesia untuk lebih aktif dalam perumusan kemerdekaan.

2. Pendidikan dan Penyadaran Politik: Pemerintah Jepang membuka kesempatan


pendidikan yang lebih luas bagi warga Indonesia. Hal ini mendukung peningkatan
kesadaran politik di kalangan pemuda dan intelektual Indonesia, yang mulai
mempertimbangkan gagasan-gagasan tentang kemerdekaan dan nilai-nilai luhur.

3. Peran Para Tokoh: Tokoh-tokoh nasional seperti Soekarno, Hatta, Sutan Sjahrir, dan
Mohammad Natsir memiliki pengaruh besar selama masa penjajahan Jepang. Mereka
mendorong wacana kemerdekaan dan perumusan dasar negara yang adil dan merdeka.

1.2 PERDEBATAN DALAM SIDANG BPUPKI PERTAMA DAN PENGARUHNYA


TERHADAP PROSES PERUMUSAN PANCASILA

Sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan


Indonesia (BPUPKI) yang berlangsung pada 29 Mei 1945 adalah tonggak penting dalam
sejarah perumusan Pancasila. Sidang ini menjadi ajang pertama bagi para tokoh nasional
untuk merumuskan dasar negara yang akan menjadi dasar dari Pancasila.

Perdebatan dalam Sidang BPUPKI Pertama

1. Ruang Lingkup Negara: Salah satu perdebatan utama dalam Sidang BPUPKI pertama
adalah tentang ruang lingkup negara yang akan dibentuk. Beberapa anggota BPUPKI
mendukung gagasan negara yang hanya mencakup Pulau Jawa, sementara yang lain
berpendapat bahwa negara Indonesia harus mencakup seluruh wilayah bekas Hindia
Belanda.

2. Kedudukan Agama: Isu tentang kedudukan agama dalam negara juga menjadi
perdebatan penting. Ada desakan agar Indonesia berbentuk negara Islam, namun
sebagian lagi menolak.perdebatan ini terjadi karena perbedaan pendapat dari golongan
yang menginginkan agar kelak negara Indonesia adalah negara Islam, tetapi disanggah
oleh anggota lain yang berpaham nasionalisme.

3. Pancasila: Konsep awal Pancasila, meskipun belum dinamakan demikian, juga


menjadi perdebatan. Beberapa anggota BPUPKI mendukung prinsip-prinsip dasar seperti
keadilan sosial dan persatuan, meskipun istilah "Pancasila" belum digunakan.

Pengaruh dalam Perumusan Pancasila

Sidang BPUPKI pertama memiliki pengaruh signifikan dalam perumusan Pancasila.


Meskipun tidak mencapai kesepakatan penuh, sidang ini membuka diskusi penting
tentang ruang lingkup negara dan peran agama, serta mencetuskan ide-ide awal yang
akan menjadi komponen Pancasila.

1.3 PERAN DAN KONTRIBUSI SIDANG BPUPKI KEDUA DALAM


FINALISASI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
Sidang BPUPKI II (10-17 Juli 1945)

Bung Karno sebagai Ketua Panitia Kecil, pada Sidang BPUPKI hari pertama 10
Juli 1945, melaporkan berbagai usul yang telah dirumuskan dalam Rancangan Preambul
Hukum Dasar (Piagam Jakarta) yang telah ditandatangani oleh sembilan orang anggota
Panitia Kecil.

Sampai dengan hari kedua (11 Juli 1945) Ketua Sidang BPUPKI masih
memberikan kesempatan para anggota untuk memberikan masukan dan usul-usul yang
berhubungan dengan hukum dan UUD. Petang hari itu juga Panitia Perancang Undang-
Undang Dasar mengadakan sidang. Setelah membahas beberapa masalah yang akan
dimasukkan ke dalam Undang-Undang Dasar, rapat mengambil dua keputusan penting,
yaitu:

1. Menyetujui Rancangan Preambul yang sudah ditandatangani pada 22 Juni 1945, yaitu
Piagam Jakarta.

2. Membentuk Panitia Kecil Perancang UUD, yang berkewajiban merumuskan


rancangan isi batang tubuh UUD.

Berdasarkan dua keputusan tersebut berarti Panitia Perancang Undang-Undang Dasar


telah menyetujui Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD yang akan dipergunakan
nanti (Effendi, 1995: 21).

Pada 14 Juli 1945 BPUPKI bersidang lagi. Pada sidang ini Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar melaporkan hasil kerjanya, berupa rancangan Undang-Undang
Dasar yang terdiri dari tiga bahan, yaitu:

1. Rancangan Pernyataan Indonesia Merdeka atau Declaration of Independence.

2. Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar, yang isinya hampir sama dengan


alinea keempat Piagam Jakarta yang memuat dasar negara, sebagaimana yang termuat
dalam Piagam Jakarta
3. Rancangan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar, yang terdiri dari 42 pasal.

Pada sidang tanggal 15 dan 16 Juli 1945, membahas tentang Rancangan Batang
Tubuh Undang-Undang Dasar, yang disusun oleh Panitia Kecil Perancang Undang-
Undang Dasar. Setelah adanya beberapa perubahan, pada tanggal 16 Juli 1945 sidang
BPUPKI dapat menerima Rancangan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar.

Dalam sidangnya pada 17 Juli 1945, BPUPKI dapat menerima hasil kerja Panitia
Pembelaan Tanah Air dan juga menerima hasil kerja Panitia soal Keuangan dan
Ekonomi.

Menurut Pranaka (1985: 281-282) bahwa sidang umum pertama maupun kedua
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengungkapkan
adanya tiga ideologi yang yang memengaruhi perkembangan pemikiran pada waktu itu,
yaitu

(1) Ideologi kebangsaan, bahwa Pancasila merupakan salah satu formula ideologi
kebangsaan mengenai dasar negara, sebagaimana tampak dalam pidato Muh. Yamin,
Soepomo, dan Soekarno;

(2) Pengaruh ideologi Barat modern sekuler (bukan agama), yakni adanya pemikiran
untuk memisahkan urusan negara dari urusan agama, dan untuk menggunakan elemen-
elemen ideologi Barat modern sekuler dalam membangun negara Indonesia merdeka,
seperti hak-hak asasi manusia, hak-hak dasar warga negara, batasan kekuasaan negara
dan sistem parlementer; dan

(3) Ideologi Islam, hal ini tampak adanya pemikiran yang menghendaki agar agama
Islam menjadi dasar negara, dan juga adanya beberapa kehendak seperti agama Islam
sebagai agama resmi negara, batas-batas kebebasan beragama, dan presiden adalah orang
Indonesia asli yang beragama Islam.

Oleh karena itu, rapat BPUPKI yang kedua ini sangat berperan penting dalam
finalisasi Pancasila sebagai dasar negara.

1.4 PERAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN SIDANG PPKI DALAM


MENGOKOHKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

A. Peran Proklamasi Kemerdekaan: Proklamasi Kemerdekaan yang dibacakan oleh


Soekarno dan Mohammad Hatta pada 17 Agustus 1945 menjadi momen penting dalam
sejarah Indonesia. Ini adalah saat di mana Indonesia secara resmi mengumumkan
kemerdekaannya dari penjajahan Jepang. Proklamasi ini dapat dianggap sebagai langkah
awal dalam mewujudkan cita-cita Pancasila sebagai dasar negara.

B. Sidang PPKI 18 Agustus 1945: Sebelum sidang, anggota PPKI atas kehendak dan
tanggung jawab Ketua (Bung Karno) ditambah enam orang anggota, yaitu (1) Wiranata
Kusmah; (2) Ki Hadjar Dewantara; (3) Kasman Singodimedjo; (4) Sajuti Melik; (5) Iwa
Kusuma Soemantri; (6) Ahmad Soebardjo.
Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI akan mengadakan sidang yang rencananya akan
dimulai pada pukul 09.30. Bung Hatta meminta kepada Bung Karno sebagai Ketua PPKI
agar sidang diundur, karena Bung Hatta akan mengadakan pendekatan (lobby) dengan
kelompok Islam.

Setelah adanya kesepakatan dengan tokoh-tokoh Islam, Bung Hatta segera


melapor kepada ketua PPKI masalah hasil kesepakatan tersebut. Proses perumusan
Pancasila sebagai dasar negara pada akhirnya memunculkan kesadaran kerelaan atau
semangat berkorban dan lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada
kepentingan pribadi dan golongan, serta lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa. Kelompok Islam merelakan perubahan sila pertama "Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" menjadi "Ketuhanan
Yang Maha Esa". Ini hendaknya kita teladani.

1.5 MASA SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN MEMENGARUHI


PENERIMAAN DAN IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM MASYARAKAT
INDONESIA

Dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan, Pancasila


mengalami banyak perkembangan. Sesaat setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945,
Pancasila melewati periode-periode percobaan demokrasi. Pada kala itu, Indonesia
masuk ke dalam kurun percobaan demokrasi multi-partai dengan sistem lembaga
parlementer. Partai-partai politik zaman itu tumbuh sangat subur, dan taktik politik yang
ada cenderung selalu berhasil bagian dalam mengusung kelima sila sebagai dasar negara
(Somantri, 2006).

Pancasila saat masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, akhir tahun
1959, Pancasila melewati era kelamnya dimana Presiden Soekarno menerapkan sistem
demokrasi terpimpin. Pada zaman itu, presiden dalam rangka tetap memegang kendali
kebijakan terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik integrasi
paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, tata ini seakan menyimpang ideal-ideal
yang ada dalam Pancasila itu sendiri, salah satunya adalah sila permusyawaratan.

Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah kejadian bersejarah di Indonesia dimana


partai komunis berusaha melakukan pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden
Soekarno memberikan kewenangan untuk Jenderal Suharto atas Indonesia. Ini
menemukan kurun awal orde baru dimana kelak Pancasila mengalami mistifikasi.
Pancasila pada zaman itu menjadi kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila pada masa
negeri presiden Soeharto kemudia menjadicore-values (Somantri, 2006), akhirnya
kembali menodai ideal-ideal dasar yang sesungguhnya tertera dalam Pancasila itu
sendiri. Pada 1998, pemerintahan presiden Suharto berhenti dan Pancasila kemudian
masuk ke dalam era baru yaitu era demokrasi (Kasbal 2017).
BAB III

PENUTUP

1.6 Kesimpulan
Sejarah perumusan dan pengesahan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
adalah perjalanan yang sarat dengan pengorbanan, perdebatan, dan semangat
kemerdekaan. Proses ini melibatkan berbagai tahapan, termasuk zaman penjajahan
Jepang, Sidang BPUPKI pertama dan kedua, Proklamasi Kemerdekaan, Sidang PPKI
dan masa setelah proklamasi kemerdekaan dalam penerimaan Pancasila. Dalam setiap
tahap, nilai-nilai luhur dan aspirasi para tokoh bangsa memainkan peran penting dalam
membentuk Pancasila.

Zaman penjajahan Jepang memberikan peluang bagi pemikiran kemerdekaan dan nilai-
nilai luhur yang akan menjadi dasar Pancasila. Sidang BPUPKI pertama menjadi ajang
pertama untuk merumuskan gagasan dasar negara, dengan perdebatan tentang ruang
lingkup negara dan kedudukan agama. Sidang BPUPKI kedua adalah titik krusial dalam
finalisasi Pancasila, menciptakan kesepakatan tentang nilai-nilai luhur yang kemudian
diresmikan sebagai dasar negara melalui Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI, dan
masa setelah proklamasi kemerdekaan yang memengaruhi penanaman dan penerimaan
nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia.

1.7 Saran
1. Penting bagi generasi muda dan masyarakat Indonesia secara umum untuk lebih
memahami sejarah perumusan Pancasila. Ini akan membantu kita menghargai nilai-nilai
luhur yang menjadi dasar negara.

2. Semangat perjuangan para tokoh bangsa dalam merumuskan Pancasila harus dijadikan
inspirasi untuk terus memajukan Indonesia, mewujudkan prinsip-prinsip keadilan,
persatuan, dan kemerdekaan.

3. Pendidikan dan penelitian tentang sejarah perumusan Pancasila harus terus didukung
dan ditingkatkan, sehingga generasi masa depan memiliki pemahaman yang lebih
mendalam tentang nilai-nilai luhur Pancasila.

Dengan penghargaan yang lebih besar terhadap sejarah Pancasila dan dedikasi
untuk mempertahankan nilai-nilai luhur ini, kita dapat bersama-sama membangun masa
depan Indonesia yang lebih baik dan sesuai dengan cita-cita para pendiri negara.
Pancasila harus tetap menjadi landasan kuat yang mempersatukan beragam elemen
dalam masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Jenis Sumber Judul

Buku 1. Sudjatmoko. (2011). Kebijakan Pemerintah


Jepang di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama

2. Anderson, B. R. O'G. (2018). Imagined


Communities: Reflections on the Origin and
Spread of Nationalism. PT Gramedia Pustaka
Utama

3. Simanjuntak, P. H. M. (2018). Ketika


Indonesia Dilahirkan: 1928-1945. Kompas.

4. Soepomo, R. (2006). Menuju Penerangan


Nasional. Kepustakaan Populer Gramedia

5. Tukiran,Taniredja dan Suyahmo. 2020.


Pancasila Dasar Negara Paripurna.
Jakarta:Kencana.

Website 6. Kompastv,

7. detik com.

8. cnnindonesia.com

Jurnal Online 9. Maharani dan Dinie(2021).Penerapan nilai


Pancasila dari arus sejarah perjuangan dan
dampak globalisasi. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan Undiksha. Vol.9 No.2.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/J
JPP. (diakses Mei, 2021)

Anda mungkin juga menyukai