Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

perkumpulan adalah bertemunya antara subjek hukum yang satu dengan yang lainnya di
suatu tempat teretentu dan didalamnya ada sebuah aktifitas yang sudah disepakati bersama untuk
mencapai tujuan tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama, perkumpulan juga asuk dalam
badan hukum karena di dalamnya terikat dengan Negara atau penegakan hukum yang
mempunyai visi dan misi teretentu, namun tidak semua perkumpulan itu dikatan bagian daripada
badan hukum, akan tetapi hanya perkumpulan yang dilindungi oleh atasan, bisa dari pihak
pertanian, sipil, militer, dan ketatanegaraan yang melindunginya, jadi tidak asal mengadakan
perkumpulan yang berkaitan langsung dengan naungan pemerintah akan tetapi harus mengetahui
apa isi dan maksud daripada perkumpulan tersebut.

Adapun ciri-ciri suatu perkumpulan yang sah menurut badan hukum. Pertama, tujuan dan
organisasi ditentukan oleh para anggota. Kedua, anggota itu sewaktu waktu dapat diganti. ketiga,
ada hubungan pelaksanaan tujuan dengan pekerjaan yang harus dilakukan oleh para anggotaatau
alat perlengkapan badan itu. Jadi semua yang ada dalam suatu perkumpulan ada aturannya, dan
aturannya itu mengikat baik dari ketua sampai pada anggota perkumpulan.

Funsi daripada perkumpulan itu sendiri tidak lain adalah sarana antara pemerintahan untuk
melaksanakan pengabdiannya pada masyarakat, untuk membantu masyarakat yang merasa
adanya ketrbatasan pengetahuan atau masalh ekonomi untuk mencapai kesejahteraan, fungsi
kedua adalah sarana bagi masyarakat ketika mengadakan suatu kerjasama dengan pemerintah
mislnya dalam memperoleh bantuan untuk kepentingan bersama ,maka peran suatu perkumpulan
digunakan dalam hal tersebut.

Di awal tahun 2020 dengan adanya penyebaran covid-19 tentu banyak sekali kegiatan-
kegiatan yang terkendala, dan bahkan sampai ada yang terlarang demi memutus mata rantai
penyebaran virus corona, berbagai aturan atau kebijakan yang dikeuarkan oleh pemerintah
setempat atau dari pemerintahan pusat. Salah satunya fatwa MUI yang menegaskan bahwa setiap
manusia harus berikhtiar untuk menghindari terpaparnya virus corona, dan begitu pula pasien
yang terpapar virus harus menisolasi diri agar tidak menyebarnya virus tersebut, seseorang yang
tidak terkena virus ada dua ketentuan, pertama, jika orang tersebut berada di zona rawan boleh
tidak melakukan shalat jum’at berjamaah dan shalat berjamaah lainnya. Jika seseorang yang
berada di zona aman maka baginya wajib melaksanakan shalat seperti biasanya.

Disisi lain covid-19 ini yang menyebabkan adanya kerugian di kalangan banyak orang,
virus ini juga memiliki segi positifnya, diantara lain ; menutup tempat-tempat maksiat, mencegah
pengiriman barang berbahaya bom, narkoba, menutup pantai-pantai yang berpotensi membuka
aurat. Semua hal pasti ada efek negative dan efek positifnya, tergantung seseorang yang
menghadapi situasinya.

Oleh karena itu meskipun ada penyebaran covid- 19 suatu perkumpulan yang ada di suatu
desa kasengan yang dinamakan “BUN-BUN ABADI” menyikapi hal tersebut dengan perasaan
biasa-biasa saja dan tidak mengenal protokol kesehatan dan surat edaran kepolisian yang terlalu
fokus akan kejadian tersebut.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sikap anggota kelompok tani bun-bun abadi yang tengah merebaknya
penyebaran virus corona ?
2. Apa faktor yang menyebabkan perkumpulan ini tidak dibubarkan oleh pihak yang
berwajib ketika penyebaran virus tersebut mulai menyebar ?
3. Apa yang terjadi jika mereka tidak mematuhi protokol kesehatan tentang pemutusan
mata rantai covid-19 ?
III. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana sikap anggota kelompok tani bun-bun abadi yang
tengah merebaknya penyebaran virus corona !
2. Untuk menyelidiki faktor apa yang menyebabkan perkumpulan ini tidak dibubarkan
oleh pihak yang berwajib ketika penyebaran virus tersebut mulai menyebar !
3. Untuk mengetahui apa yang terjadi jika mereka tidak mematuhi protokol kesehatan
tentang pemutusan mata rantai covid-19 !

Anda mungkin juga menyukai