Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 1

1. A. Imanuddin
2. Fitriani

Sewa guna usaha syariah


A. Definisi leasing Syariah
Istilah leasing berasal dari bahasa Inggris to lease yang berarti me-
nyewakan. Perusahaan leasing di Indonesia disebut perusahaan sewa guna
usaha. Kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan
barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pem- biayaan di sini
artinya jika nasabah membutuhkan barang-barang mo- dal seperti
peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kredit,
maka pihak leasing dapat membiayai keinginan nasabah sesuai dengan
perjanjian.

Dalam Buku Seri Literasi Keuangan OJK Pembiayaan disebutkan


bahwa sewa guna (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.

Dengan demikian, sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau


persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha adalah barang modal
dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa.
Sewa guna usaha bermanfaat antara lain:

1) sebagai sumber pembiayaan alternatif;


2) dapat memperoleh barang modal yang dibutuhkan dengan cepat &
mudah;
3) perjanjian pembiayaan yang lebih fleksibel perlindungan akibat ke-
majuan teknologi kapitalisasi biaya;
4) kemudahan penyusunan anggaran;
5) pembiayaan proyek skala besar.

Sedangkan yang dimaksud dengan sewa guna usaha (leasing)


syari- ah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk
digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara angsuran sesuai dengan prinsip syariah.

Dalam setiap transaksi leasing terdapat paling tidak 5 pihak yang


berkepentingan, yaitu:

1. Lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang dan dapat terdiri


dari beberapa perusahaan. Lessor disebut juga investors, equity, hold- ers,
owner, participants, atau trusters. Lessor merupakan perusaha- an yang
menyediakan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang
modal. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk mendapatkan kembali
biaya yang telah dikeluarkan untuk mem- biayai penyediaan barang modal
dengan mendapatkan keuntung- an. Sedangkan dalam operating lease,
lessor bertujuan mendapat- kan keuntungan dari penyediaan barang serta
pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta
pengoperasian barang modal tersebut.

2. Perusahaan Leasing (Lessor): Perusahaan leasing adalah pihak


yang menyediakan barang atau aset untuk disewakan kepada penyewa.
Mereka merupakan pemilik aset dan bertanggung jawab untuk
memfasilitasi proses penyewaan. Perusahaan leasing umumnya memiliki
banyak barang atau aset yang dapat disewakan, seperti kendaraan
bermotor, peralatan berat, mesin, atau bahkan properti. Perusahaan leasing
juga menetapkan persyaratan dan kondisi sewa, termasuk biaya sewa,
jangka waktu sewa, dan ketentuan lainnya.

3. Pemasok (Supplier): Pemasok adalah pihak yang menyediakan


barang atau aset yang akan disewakan kepada penyewa. Dalam konteks
leasing, pemasok adalah entitas yang menjual barang atau aset kepada
perusahaan leasing sehingga perusahaan leasing dapat menyewakannya
kepada penyewa. Pemasok ini bisa berupa produsen, distributor, atau
penjual yang memiliki persediaan barang atau aset yang diperlukan.

4. Lembaga Keuangan (Financial Institution): Lembaga keuangan,


seperti bank atau lembaga pembiayaan lainnya, dapat terlibat dalam
transaksi leasing sebagai pemberi pinjaman atau pembiayaan. Jika
penyewa membutuhkan pembiayaan untuk membayar biaya sewa atau
memperoleh barang atau aset yang akan disewa, mereka dapat mengajukan
pinjaman kepada lembaga keuangan. Lembaga keuangan akan
mengevaluasi kelayakan kredit penyewa dan memberikan pembiayaan
yang diperlukan.

5. Asuransi (Insurance): Asuransi memiliki peran penting dalam


transaksi leasing untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terlibat.
Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi leasing dapat mengambil
kebijakan asuransi untuk melindungi barang atau aset yang disewakan dari
kerusakan, kehilangan, atau kejadian tak terduga lainnya. Asuransi juga
dapat melindungi penyewa dan perusahaan leasing dari risiko keuangan
yang mungkin timbul akibat kerusakan atau kehilangan aset yang
disewakan.

B. Prinsip Dan Kegiatan Usaha Pembiayaan Syariah

Dalam POJK Nomor 31/POJK.05/2014 disebutkan bahwa perusa-


haan pembiayaan syariah adalah perusahaan pembiayaan yang seluruh
kegiatan usahanya melakukan pembiayaan syariah. Pembiayaan syariah
adalah penyaluran pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah,
yaitu ketentuan hukum Islam berdasarkan fatwa dan/atau per- nyataan
kesesuaian syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
Penyelenggaraan pembiayaan syariah wajib memenuhi sejumlah prinsip,
yaitu:
1. Memenuhi prinsip keadilan ('adil), yaitu menempatkan sesuatu hanya
pada tempatnya, memberikan sesuatu hanya pada yang ber-hak, serta
memperlakukan sesuatu sesuai posisinya.

2. Keseimbangan (tawazun), yaitu meliputi keseimbangan aspek ma- terial


dan spiritual, aspek private dan publik, sektor keuangan dan sektor riil,
bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan kelestarian.

3. Maslahah, yaitu segala bentuk kebaikan yang berdimensi duniawi dan


ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif serta harus
memenuhi 3 (tiga) unsur, yakni kepatuhan syariah (ha- lal), bermanfaat dan
membawa kebaikan (thoyib) dalam semua as- pek secara keseluruhan yang
tidak menimbulkan kemudaratan.

4. Universalisme (alamiyah), yaitu dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk


semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) tanpa membedakan suku,
agama, ras dan golongan, sesuai dengan sema- ngat kerahmatan semesta
(rahmatan lil alamin).

5. Serta tidak mengandung unsur:

a. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimi- liki,
tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserah- kan pada
saat transaksi dilakukan, kecuali diatur lain dalam syariah
b. Maysir, yaitu transaksi yang bersifat spekulatif (untung-untungan)
yang tidak terkait langsung dengan produktivitas di sektor rill
c. Riba, yaitu pemastian penambahan pendapatan secara tidak sah
(bathil) antara lain dalam transaksi pertukaran barang se- jenis yang
tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerah an (fadhl), atau
dalam transaksi pinjam-meminjam yang mem- persyaratkan
nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima
melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasiah).
d. Zhulm, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak
lainnya.
e. Risywah, yaitu tindakan suap dalam bentuk uang, fasilitas, atau
bentuk lainnya yang melanggar hukum sebagai upaya mendapatkan
fasilitas atau kemudahan dalam suatu transaksi.
f. Objek haram, yaitu suatu barang atau jasa yang diharamkan dalam
syariah.

Kegiatan pembiayaan syariah dapat dilakukan dengan mengguna-


kan akad tunggal dan/atau gabungan akad dari berbagai akad setelah terlebih
dahulu melaporkan setiap penggunaan akad tunggal.

Pada era OJK, terdapat sejumlah regulasi baru yang diterbitkan un-
tuk menyempurnakan regulasi Lembaga Pembiayaan, yaitu:

1. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28/POJK.05/2014 ten- tang


Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiaya- an dirilis
dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan
mendukung perkembangan usaha perusahaan pembiayaan yang bersifat
dinamis, diperlukan pengaturan perizinan usaha dan kelembagaan yang
komprehensif, jelas, dan memberikan kepastian hukum.
2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan dirilis dalam rangka
mendukung perkembangan perusahaan pembiayaan yang dinamis dan
mewujudkan industri perusahaan pembiayaan yang tangguh,
kontributif, inklusif, serta berkontribusi untuk menjaga sistem keuangan
yang stabil dan berkelanjutan.
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 30/POJK.05/2014 ten- tang
Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Pembiaya- an dirilis
dalam rangka memperkuat industri Perusahaan Pem- biayaan dengan
meningkatkan kualitas pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik.
4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2014 ten- tang
Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah dirilis dalam rangka
memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam, termasuk fatwa- fatwa yang
ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
C. Perusahaan pembiayaan
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan ke-
giatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan jasa. Perusahaan pem-
biayaan adalah badan usaha di luar bank dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank (LKBB) yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha "Lembaga Pembiayaan". Lembaga pem-
biayaan memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk memperoleh suatu
aset yang dapat memberikan nilai tambah melalui skema pinjam an atau
pembiayaan. Untuk itu, bagi masyarakat yang membutuhkan aset, namun
secara finansial masih terbatas, maka dapat menggunakan pembiayaan
sebagai salah satu alternatif cara untuk memperoleh aset tersebut.
Perusahaan pembiayaan, juga dikenal sebagai lembaga pembiayaan
atau perusahaan leasing, adalah institusi keuangan yang menyediakan
pembiayaan kepada individu dan perusahaan. Mereka berperan sebagai
perantara antara pemberi pinjaman (perusahaan pembiayaan) dan peminjam
(nasabah). Perusahaan pembiayaan memberikan dana kepada nasabah untuk
membiayai pembelian aset seperti kendaraan, peralatan, properti, atau
proyek tertentu.
Tujuan utama perusahaan pembiayaan adalah memberikan akses
pembiayaan yang mudah dan cepat bagi nasabah mereka. Mereka sering kali
menawarkan solusi pembiayaan yang lebih fleksibel dibandingkan dengan
bank atau lembaga keuangan tradisional. Perusahaan pembiayaan dapat
memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dengan
memfasilitasi pembelian aset yang diperlukan bagi individu dan bisnis.

a) Jenis-jenis Perusahaan Pembiayaan:

1. Pembiayaan Kendaraan: Perusahaan pembiayaan ini khusus


berfokus pada pembiayaan pembelian kendaraan, seperti mobil, motor,
atau truk.
2. Pembiayaan Peralatan: Perusahaan pembiayaan ini menyediakan
pembiayaan untuk pembelian peralatan bisnis, seperti mesin, peralatan
medis, komputer, atau peralatan industri.
3. Pembiayaan Properti: Perusahaan pembiayaan ini menyediakan
pembiayaan untuk pembelian atau penyewaan properti komersial atau
residensial.
4. Pembiayaan Proyek: Perusahaan pembiayaan ini fokus pada
pembiayaan proyek-proyek besar, seperti pembangunan infrastruktur atau
proyek konstruksi.

b) Peran Perusahaan Pembiayaan dalam Ekonomi:

1. Fasilitator akses pembiayaan: Perusahaan pembiayaan


membantu individu dan bisnis yang sulit memperoleh pembiayaan dari
sumber tradisional seperti bank. Mereka memungkinkan akses yang
lebih mudah dan cepat terhadap dana yang dibutuhkan.
2. Mendukung pertumbuhan usaha kecil dan menengah:
Perusahaan pembiayaan dapat membantu usaha kecil dan menengah
dengan memberikan pembiayaan untuk perluasan bisnis, pembelian
peralatan, atau modal kerja.
3. Meningkatkan daya beli konsumen: Dengan memberikan
pembiayaan untuk pembelian aset seperti kendaraan atau properti,
perusahaan pembiayaan meningkatkan daya beli konsumen dan
mendorong aktivitas ekonomi.
4. Mendorong inovasi dan perkembangan industri: Pembiayaan
peralatan dan proyek membantu mendorong inovasi dan perkembangan
industri dengan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk
pengembangan teknologi dan infrastruktur.

Anda mungkin juga menyukai