Pada awalnya, konstruksi beton digunakan untuk rumway (landasan pacu), taxiway (landasan
parkir), dan apron (tempat parkir pesawat) bandara. Kontraktor pelaksana adalah perusahaan
“3B” dengan menggunakan 2 subkontraktor. Kontraktor mengubah komposisi beton untuk
runway dan apron dengan memperbanyak kerikil, air dan pasir (jumlah semen menjadi sedikit)
dengan tujuan untuk mendapatkan tambahan keuntungan.
Muncul pertanyaan, “dengan operasi pengadukan beton yang diawasi secara ketat dan rutin,
bagaimana kontraktor 3B dapat melakukan pengurangan kandungan semen dalam beton?”
Seorang operator kontraktor menjelaskan bahwa mereka mendapat informasi tentang inspeksi
yang akan diadakan. Ketika pengawasan datang mereka menggunakan komposisi yang benar
sehingga beton tampak diformulasikan dengan benar. Seorang operator komputer juga mengakui
bahwa dia diperintahkan untuk memasukkan data kandungan air yang negatif sehingga akan
muncul hasil kebutuhan semen yang lebih sedikit. Kontraktor 3B mengklaim hahwa owner
proyek masih berhutang karena pembayaran belum penuh, Owner herargumentasi bahwa
pengurangan pembayaran dilakukan untuk mutu beton yang tidak sesuai spesifikasi. Namun
kontraktor berdalih bahwa hasil uji laboratorium salah dan tidak ada masalah apapun dengan
konstruksi beton. Setelah runway bandara dioperasikan bertahun- tahun tidak muncul masalah
terkait dengan kekuatan beton runway.
Analisa terkait pelanggaran yang diberikan berdasarkan pada kode etik ACM
Pada kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver. Terdapat berbagai
pelanggaran yang ada, diantaranya yaitu :
Pada kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver ini, owner atau pemilik
mendukung dan meningkatkan integritas, reputasi, dan kehormatan engineering dengan:
3. Kepemimpinan Organisasi
Berdasarkan pemahaman mengenai kode etik ACM ini, dapat diketahui mengenai pelangaran
kode etik pada point yang mana pada kasus beton landasan pacu di Bandara Internasional
Denver. Point yang dilanggar dapat dilihat pada point (1), yang dimana pada point (1) ini
berbunyi, “Kontraktor harus mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan umum
dalam mengeriakan tugas profesionalnya”. Point (1) ini memiliki makna jika pada pekeriaannya,
para kontraktor harus mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan umum.
Kontraktor 3B mengklaim jika owner proyek masih berhutang karena pembayaran belum penuh.
Owner berargumentasi bahwa pengurangan pembayaran dilakukan untuk mutu beton yang tidak
sesuai spesifikasi. Tetapi, kontraktor berdalih bahwa hasil uji laboratorium salah dan tidak ada
masalah apapun dengan konstruksi beton. Tindakan yang dilakukan owner sebagai pemimpin
organisasi tersebut merupakan keputusan yang bijak, karena telah mengambil resiko yang berat
dikarenakan menyangkut perihal konstruksi beton.
Klausul dalam prinsip-prinsip dasar “Jujur dan tidak berpihak serta melayani publik,
perusahaan dan kliennya dengan penuh kesetiaan”.
Klausul dalam kode etik dasar “Kontraktor harus mengutamakan keselamatan, kesehatan,
dan kesejahteraan umum dalam mengerjakan tugas professionalnya”.
Reference Souce
http://saifoemk.lecture.ub.ac.id/files/2015/03/Etipro-4.pdf
https://dokumen.tips/documents/aplikasi-kasus-kasus.html