Anda di halaman 1dari 4

KASUS BETON LANDASAN PACU DI BANDARA INTERNASIONAL DENVER

Pada awalnya, konstruksi beton digunakan untuk rumway (landasan pacu), taxiway (landasan
parkir), dan apron (tempat parkir pesawat) bandara. Kontraktor pelaksana adalah perusahaan
“3B” dengan menggunakan 2 subkontraktor. Kontraktor mengubah komposisi beton untuk
runway dan apron dengan memperbanyak kerikil, air dan pasir (jumlah semen menjadi sedikit)
dengan tujuan untuk mendapatkan tambahan keuntungan.

Dua subkontraktor mengajukan tuntutan hukum melawan kontraktor yang mengeriakan


perkerasan runway Subkontraktor yang bertugas mensuplai material kerikil dan pasir mengklaim
belum dibayar olch kontraktor 3B, karena pembayaran saat itu dapat meninggalkan jejak
penggunaan material dan komposisi beton yang tidak layak. Mutu beton kemudian di cek oleh
konsultan independen dan ternyata hasilnya menunjukkan bahwa beton runway mempunyai
kekuatan mutu yang benar. Subkontraktor menyatakan bahwa mutu beton yang tidak tepat dapat
menghasilkan kekuatan uji yang benar namun akan menghasilkan umur konstruksi yang lebih
pendek.

Selanjutnya, hasil penyelidikan kejaksaan menyatakan bahwa laporan inspeksi runway


dipalsukan selama pelaksanaan konstruksi. Laporan pengujian beton di laboratorium telah
dipalsukan untuk menyembunyikan beberapa hasil uji yang tidak masuk spesifikasi. Karyawan
laboratorium menyatakan bahwa perubahan data uji adalah prosedur operasi standar di
laboratorium tersebut. Jika hasil suatu pengujian tidak konsisten dengan hasil pengujian yang
lain, maka hasilnya akan diubah untuk menutupi perbedaan. Dalam hasil uji laboratorium juga
ditemukan bahwa kekuatan beton pada umur 7 hari lebih tinggi daripada umur 28 hari.
Karyawan laboratorium mengindikasikan bahwa hasil uji 7 hari telah diubah untuk membuat
beton tampak lebih kuat dari keadaan sebenarnya.

Muncul pertanyaan, “dengan operasi pengadukan beton yang diawasi secara ketat dan rutin,
bagaimana kontraktor 3B dapat melakukan pengurangan kandungan semen dalam beton?”
Seorang operator kontraktor menjelaskan bahwa mereka mendapat informasi tentang inspeksi
yang akan diadakan. Ketika pengawasan datang mereka menggunakan komposisi yang benar
sehingga beton tampak diformulasikan dengan benar. Seorang operator komputer juga mengakui
bahwa dia diperintahkan untuk memasukkan data kandungan air yang negatif sehingga akan
muncul hasil kebutuhan semen yang lebih sedikit. Kontraktor 3B mengklaim hahwa owner
proyek masih berhutang karena pembayaran belum penuh, Owner herargumentasi bahwa
pengurangan pembayaran dilakukan untuk mutu beton yang tidak sesuai spesifikasi. Namun
kontraktor berdalih bahwa hasil uji laboratorium salah dan tidak ada masalah apapun dengan
konstruksi beton. Setelah runway bandara dioperasikan bertahun- tahun tidak muncul masalah
terkait dengan kekuatan beton runway.

Analisa terkait pelanggaran yang diberikan berdasarkan pada kode etik ACM

Pada kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver. Terdapat berbagai
pelanggaran yang ada, diantaranya yaitu :

1. Keharusan moral umum

Pada kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver ini, owner atau pemilik
mendukung dan meningkatkan integritas, reputasi, dan kehormatan engineering dengan:

 Menggunakan pengetahuan dan keahliannya untuk peningkatan kesejahteraan manusia,


Jujur dan tidak berpihak serta melayani publik, perusahaan dan kliennya dengan penuh
kesetiaan, dan
 Berusaha meningkatkan kompetensi dan kebanggaan profesi engineering dan mendukung
organisasi professional dan organisasi engineering displin ilmunya.

2. Tanggung jawab professional

 Kontraktor harus mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan umum dalam


mengerjakan tugas profesionalnya.
 Kontraktor hanya boleh memberikan pelayanan dalam bidang kompetensinya.
 Kontraktor hanya boleh mengeluarkan pernyataan publik secara obyektif dan terpercaya.
 Kontraktor harus bertindak secara profesional untuk masing-masing perusahaan atau
kliennya sebagai orang yang dapat diandalkan dan terpercaya, dan harus menghindari
konflik kepentingan.
 Kontraktor harus membangun reputasi profesionalnya dengan memberikan
pelayananterbaik dan tidak boleh bersaing secara tidak jujur dengan kontraktor lain
 Kontraktor harus bertindak sedemikian rupa untuk mendukung dan meningkatkan
reputasi, integritas, dan kehormatan profesi engineering.
 Kontraktor harus melanjutkan perkembangan profesionalnya disepanjang karirnya, dan
harus memberikan kesempatan bagi perkembangan profesional para kontraktor yang
berada dibawah pengawasannya.

3. Kepemimpinan Organisasi

Berdasarkan pemahaman mengenai kode etik ACM ini, dapat diketahui mengenai pelangaran
kode etik pada point yang mana pada kasus beton landasan pacu di Bandara Internasional
Denver. Point yang dilanggar dapat dilihat pada point (1), yang dimana pada point (1) ini
berbunyi, “Kontraktor harus mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan umum
dalam mengeriakan tugas profesionalnya”. Point (1) ini memiliki makna jika pada pekeriaannya,
para kontraktor harus mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan umum.

Kontraktor 3B mengklaim jika owner proyek masih berhutang karena pembayaran belum penuh.
Owner berargumentasi bahwa pengurangan pembayaran dilakukan untuk mutu beton yang tidak
sesuai spesifikasi. Tetapi, kontraktor berdalih bahwa hasil uji laboratorium salah dan tidak ada
masalah apapun dengan konstruksi beton. Tindakan yang dilakukan owner sebagai pemimpin
organisasi tersebut merupakan keputusan yang bijak, karena telah mengambil resiko yang berat
dikarenakan menyangkut perihal konstruksi beton.

4. Kepatuhan terhadap kode etik ACM

 Klausul dalam prinsip-prinsip dasar “Jujur dan tidak berpihak serta melayani publik,
perusahaan dan kliennya dengan penuh kesetiaan”.
 Klausul dalam kode etik dasar “Kontraktor harus mengutamakan keselamatan, kesehatan,
dan kesejahteraan umum dalam mengerjakan tugas professionalnya”.

Reference Souce

http://saifoemk.lecture.ub.ac.id/files/2015/03/Etipro-4.pdf
https://dokumen.tips/documents/aplikasi-kasus-kasus.html

Anda mungkin juga menyukai