Anda di halaman 1dari 18

SESI 9

PENYUSUNAN RPP

1
MATERI 9
PENYUSUNAN RPP

Capaian Pembelajaran

1. Tujuan
Tujuan mengikuti materi ini peserta bimtek dapat
mengidentifikasi masalah dan solusi dalam menyusun RPP,
memahami pengertian, komponen, prinsip penyusunan,
dan analisis RPP berkaitan dengan Pembelajaran Abad 21,
4C, Literasi, PPK, HOTS, Profil Pelajar Pancasila dan
Moderasi Beragama

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti bimtek ini, peserta dapat:
a. Mengidentifikasi masalah dan solusi dalam menyusun
RPP
b. Menguraikan pengertian Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
c. Menjelaskan komponen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
d. Mendeskripkan prinsip penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
e. Menganalisis RPP berkaitan dengan Pembelajaran
Abad 21, 4C, Literasi, PPK, HOTS, Profil Pelajar Pancasila
dan Moderasi Beragama

2
Pokok-Pokok Materi

1. Masalah dan solusi dalam menyusun RPP


2. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4. Prinsip penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
5. Pembelajaran Abad 21, Literasi, PPK, HOTS, Profil Pelajar
Pancasila dan Moderasi Beragama

Uraian Materi

1. Masalah dan solusi dalam menyusun RPP


Kesulitan dalam menyusun RPP adalah masalah yang
seringkali dihadapi dalam kehidupan pembelajaran para
guru. Banyaknya kendala dalam penyusunan ini
menyebabkan guru menjadi kurang semangat. Kurang
semangat dalam arti kata kurang semangat dalam
menyusun RPP. Padahal sebagaimana yang kita ketahui,
seorang guru itu diharuskan dan diwajibkan untuk
menyusun RPP sebagai bukti kinerja guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran pada setiap satuan
pendidikan.

Pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan nomor 22 tahun tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana

3
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan
atau lebih. Adapun Pengertian Pembelajaran, menurut
Permendikbud nomor 103 tahun 2014 pasal 1 ayat 1,
adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.

Penyusunan RPP merupakan kewajiban setiap guru di


setiap satuan pendidikan. RPP disusun sesuai dengan
silabus dalam rangka mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik agar mencapai capaian
pembelajaran yang telah ditetapkan Permendikbud nomor.

Guru dapat mengembangkan RPP dilakukan sebelum awal


semester atau awal tahun pelajaran dimulai, namun perlu
diperbaharui sebelum pembelajaran dilaksanakan. Proses
pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajar dapat
dilakukan dengan cara:
1) Mandiri yaitu guru menyusun sendiri RPP dengan
mengacu Silabus.
2) KKG/MGMP di satu sekolah yaitu guru bekerjasama
dengan guru lain di satu sekolah menyusun sendiri
RPP yang dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh
kepala sekolah dan pengawas.
3) KKG/MGMP di satu sekolah yaitu guru bekerjasama
dengan guru lain dari sekolah lain menyusun sendiri
RPP yang dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh
pengawas atau pihak dari dinas pendidikan dan
kementerian agama kabupaten/kota.

4
4) Pada praktiknya, RPP sering menjadi kendala tersendiri
di kalangan guru. Ada beberapa faktor penyebab RPP
selalu menjadi kendala di kalangan para pendidik atau
guru. antara lain:
5) Guru belum sepenuhnya memahami esensi dari
masing-masing komponen penyusun RPP.
6) Regulasi yang mengatur tentang pembelajaran belum
dibaca dengan utuh atau bahkan tidak pernah dibaca.
7) Kemudahan mendapatkan file RPP dari guru satu ke
guru lain yang sebenarnya tidak bisa diterapkan di kelas
karena modalitas, karakteristik, potensi peserta didiknya
berbeda, namun RPP tersebut tetap saja digunakan.
8) Kecenderungan berpikir bahwa RPP merupakan
pemenuhan administrasi saja. Kendala ini dapat teratasi
jika guru mau berubah, dari pemahaman RPP sebagai
pemenuhan administrasi menuju RPP sebagai kewajiban
profesional.

2. Pengertian dan Komponen Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP)

Dalam Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016, Bab III


bahwa dinyatakan bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai
kompetensi dasar. Setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan

5
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP
disusun berdasarkan kompetensi dasar yang dilaksanakan
kali pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas:
a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b. identitas mata pelajaran;
c. kelas/semester;
d. materi pokok;
e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan
untuk pencapaian kompetensi dasar dan beban belajar
dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
tersedia dalam silabus dan kompetensi dasar yang
harus dicapai;
f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan
kompetensi dasar, dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian
kompetensi;
h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk
butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
ketercapaian kompetensi;
i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik mencapai kompetensi dasar yang

6
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
kompetensi dasar yang akan dicapai;
j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses
pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran;
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan
elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang
relevan;
l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui
tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan
m. penilaian hasil pembelajaran.

Catatan:

Bahwa dari 13 (tiga belas) komponen RPP yang telah diatur


dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proscs Pendidikan
Dasar dan Menengah, yang menjadi komponen inti adalah
tujuan pcmbelajaran, langkah-langkah (kegiatan)
pembelajaran, dan penilaian pembelajaran (assessment)
yang wajib dilaksanakan oleh guru, sednngkan komponen
lainnya bersifat pelengkap.

3. Prinsip Penyusunan Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP)

Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-


prinsip sebagai berikut:
a. Perbedaan individual peserta didik antara lain
kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi,
minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya
belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar

7
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan
peserta didik.
b. Partisipasi aktif peserta didik.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong
semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif,
inspirasi, inovasi dan kemandirian.
d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang
dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat
rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi.
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara
capaian pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar.
g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar,
dan keragaman budaya.
h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi
dan kondisi

8
4. Pembelajaran Abad 21, Profil Pelajar Pancasila dan
Moderasi Beragama
a. Pembelajaran Abad 21
Pada kurikulum 2013 diharapkan dapat
diimplementasikan pembelajaran abad 21. Hal ini untuk
menyikapi tuntutan zaman yang semakin kompetitif.
Adapun pembelajaran abad 21 mencerminkan empat
hal yaitu critical thinking, creativity, communication and
collaboration (4C).

1) Critical Thinking
Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk
memberikan penalaran dalam memahami berbagai
hal, memahami interkoneksi antara sistem. Peserta
didik juga menggunakan kemampuan yang
dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri,
peserta didik juga memiliki kemampuan untuk
menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan
menyelesaikan masalah.

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk


mewujudkan hal tersebut melalui penerapan
berbagai pendekatan pembelajaran, pembelajaran
berbasis masalah, penyelesaian masalah, dan
pembelajaran berbasis penemuan dan projek. Hal
yang perlu dilakukan guru adalah memberikan
kesempatan secara bebas dan bertanggung
bertanggung jawab kepada setiap peserta didik
untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Guru

9
mengajak peserta didik untuk menyimpulkan dan
membuat refleksi bersama-sama. Pertanyaan-
pertanyaan pada level HOTS dan jawaban terbuka
pun sebagai bentuk mengakomodasi kemampuan
berpikir kritis peserta didik.

2) Creativity
Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan
untuk mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan- gagasan baru kepada yang
lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda.

Guru perlu membuka ruang kepada peserta didik


untuk mengembangkan kreativitasnya. Kembangkan
budaya apresiasi terhadap sekecil apapun peran atau
prestasi peserta didik. Hal ini bertujuan untuk
memotivasi peserta didik untuk terus meningkatkan
prestasinya.

3) Communication
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk
memahami, mengelola, dan menciptakan
komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk
dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta
didik diberikan kesempatan menggunakan
kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya,
baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-
temannya maupun ketika menyelesaikan masalah
dari pendidiknya.

10
Abad 21 adalah abad digital. Komunikasi dilakukan
melewati batas wilayah negara dengan
menggunakan perangkat teknologi yang semakin
canggih. Internet sangat membantu manusia dalam
berkomunikasi. Saat ini begitu banyak media sosial
yang digunakan sebagai sarana untuk
berkomunikasi. Melalui smartphone yang
dimilikinya, dalam hitungan detik, manusia dapat
dengan mudah terhubung ke seluruh dunia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian


komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan
pesan atau berita dari dua orang atau lebih agar
pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang


sangat strategis untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan komunikasi peserta didik, baik
komunikasi antara peserta didik dengan guru,
maupun komunikasi antar peserta didik. Ketika
peserta didik merespon penjelasan guru, bertanya,
menjawab pertanyaan, atau menyampaikan
pendapat, hal tersebut adalah merupakan sebuah
komunikasi.

4) Collaboration
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan
kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan
kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran
dan tanggungjawab, bekerja secara produktif
dengan yang lain, menempatkan empati pada

11
tempatnya, menghormati perspektif berbeda.
Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab
pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat
kerja, dan hubungan masyarakat, menetapkan dan
mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri
sendiri dan orang lain, memaklumi kerancuan.
Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif
melatih peserta didik untuk berkolaborasi dan
bekerjasama. Hal ini juga untuk menanamkan
kemampuan bersosialisasi dan mengendalikan ego
serta emosi. Dengan demikian, melalui kolaborasi
akan tercipta kebersamaan, rasa memiliki, tanggung
jawab, dan kepedulian antar anggota.

b. Literasi
Literasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan baik
perorangan maupun secara bersama-sama dalam hal
mengakses, memahami dan menggunakan seseatu
melalui aktivitas membaca, menulis, melihat, menyimak
dan berbicara.

Membaca merupakan salah satu kegiatan berliterasi


untuk mengasah keterampilan berbahasa dalam proses
pembelajaran, karena dengan membaca peserta didik
dapat memperoleh informasi. Literasi tidak dapat
dipisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi
sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan
menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku
sekolah.

12
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah
upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran
yang warganya literat sepanjang hayat melalui
pelibatan publik. Literasi lebih dari sekadar membaca
dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir
menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam
bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.

Salah satu kegiatan literasi sekolah yaitu menjadikan


sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola
pengetahuan.

Literasi dapat dijabarkan menjadi; Literasi Dini (Early


Literacy), Literasi Dasar (Basic Literacy), Literasi
Perpustakaan (Library Literacy), Literasi Media (Media
Literacy), Literasi Teknologi (Technology Literacy),
Literasi Visual (Visual Literacy).

Gerakan literasi sekolah dapat menumbuhkan rasa


untuk memupuk kebiasaan dalam membaca agar
peserta didik dapat memiliki wawasan dan
pengetahuan yang luas tentang dunia.

c. Higher Order Thinking Skills (HOTS)


Higher Order Thinking Skills adalah kemampuan
berpikir kritis, logis, dan kreatif yang merupakan cara
berfikir tingkat tinggi yang terdiri atas kemampuan
menganalis, mengevaluasi dan mencipta.

13
Setiap jenjang HOTS memiliki kemampuan yang
berbeda seperti pada kemampuan menganalisis yang
artinya dapat mengelompokkan serta memilih informasi
sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Pada
kemampuan mengevaluasi artinya mampu untuk
menentukan kesesuaian antara masalah yang terjadi
dan dapat menyelesaikan suatu masalah dengan baik.
Pada kemampuan mencipta artinya mampu membuat,
mendesain dan mengembangkan suatu produk
sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas.

d. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


Penguatan pendidikan karakter yang memiliki arti
sebagai suatu gerakan yang mencerminkan pendidikan
yang berkarakter dengan harapan dapat memperkuat
karakter para peserta didik melalui harmonisasi olah
hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga yang
dikembangkan secara bersama-sama baik dalam satuan
pendidikan, keluarga, serta masyarakat.

Penguatan pendidikan karakter bertujuan untuk


membangun dan membekali peserta didik yang
merupakan generasi emas Indonesia di tahun 2045
dalam menghadapi dinamika perubahan di masa
depan, selain itu dengan PPK juga dapat
mengembangkan platform pendidikan nasional yang
menjadikan pendidikan karakter sebagai jiwa utama
dengan memperhatikan keberagaman budaya yang
ada di seluruh wilayah Indonesia.

14
e. Profil Pelajar Pancasila (PPP)
Profil pelajar pancasila merupakan rumusan kekhasan
pendidikan Indonesia yang menitikberatkan pada enam
elemen, yaitu (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan global, (3)
bergotong royong, (4) kreatif, (5) bernalar kritis, (6)
mandiri.

Elemen beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan


berakhlak mulia adalah pelajar yang memiliki akhlak
mulia dalam hubungannya dengan Tuhan YME.
Karenanya ia memahami ajaran agama dan atau
kepercayaannya serta menerapkan pemahaman
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Elemen
berkebinekaan global berarti pelajar Indonesia
mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan
identitasnya namun tetap mampu mengembangkan
cara berpikir terbuka dan global sehingga dapat
berinteraksi secara baik dengan budaya lain. Elemen
bergotong royong mengandaikan agar pelajar
Indonesia mampu melakukan kegiatan secara bersama-
sama dengan sukarela agar aktifitas yang dijalankan
terasa ringan, mudah dan lancar. Elemen mandiri
memiliki pesan spesifik agar pelajar Indonesia tumbuh
menjadi pribadi yang bertanggungjawab atas proses
dan hasil belajarnya. Elemen bernalar kritis adalah agar
pelajar Indonesia memiliki kemampuan memproses
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif secara

15
obyektif dan berbasis nalar kritis. Ia mampu
membangun keterkaitan dan hubungan antara satu
informasi dan dengan informasi lainnya, lalu
menganalisis dan menyimpukannya. Elemen kreatif
mengandaikan agar pelajar Indonesia mampu
mengindikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak.

f. Moderasi Beragama
Kementerian Agama RI mendefinisikan moderasi
beragama sebagai “cara pandang, sikap, perilaku yang
selalu mengambil posisi di tengah-tengah, selalu
bertindak adil, dan tidak ekstrem dalam beragama”
(Kemenag RI, Moderasi Beragama, 2019: 17 Moderasi
adalah jalan pertengahan, dan ini sesuai dengan inti
ajaran Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Oleh
karena itu, umat Islam disebut ummatan washathan,
umat yang serasi dan seimbang (QS. al-Baqarah/2:143).

Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat


Islam) “umat pertengahan”) agar kamu menjadi saksi
atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

Dengan demikian, moderasi sama pengertiannya


dengan al-washatiyyah – sebagaimana diungkapkan
dalam ayat di atas.

16
Menurut Ibnu Faris, sebagaimana dikutip oleh Muchlis
M. Hanafi (2009), bahwa al-washatiyyah berasal dari
kata wasath yang memiliki makna adil, baik, tengah dan
seimbang. Bagian tengah dari kedua ujung sesuatu
dalam bahasa Arab disebut wasath. Kata ini
mengandung makna baik seperti dalam ungkapan
hadis, ‘Sebaik-baik urusan adalah awsathuha (yang
pertengahan)’, karena yang berada di tengah akan
terlindungi dari cela atau aib (cacat) yang biasanya
mengenai bagian ujung atau pinggir.

Maka sejalan dengan ajaran Islam yang universal dan


bercorak seimbang, maka al-wasathiyyah didefinisikan
sebagai sebuah metode berpikir, berinteraksi dan
berperilaku yang didasari atas sikap tawazun
(seimbang) dalam menyikapi dua keadaan perilaku
yang dimungkinkan untuk dibandingkan dan dianalisis,
sehingga dapat ditemukan sikap yang sesuai dengan
kondisi dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
ajaran agama dan tradisi masyarakat.

Rangkuman

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana


kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan
atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam
upaya mencapai capaian pembelajaran. Setiap pendidik
pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP

17
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. RPP disusun berdasarkan capaian
pembelajaran yang dilaksanakan satu kali pertemuan atau
lebih.

Tugas

Untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi 9.


Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
maka peserta menjawab pertanyaan berikut:
1. Mengapa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
perlu dianalisis?
2. Apa kebermaknaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) bagi guru PAI?
3. Apa peran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
bagi guru PAI dalam proses pembelajaran?

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Setelah menyelesaikan tugas, peserta diminta untuk


menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
satu pertemuan yang sudah terintegrasi dengan
pembelajaran abad 21, 4C, literasi, PPK, HOTS, Profil
Pelajar Pancasila dan moderasi Beragama

18

Anda mungkin juga menyukai