Anda di halaman 1dari 35

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PAI

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Desain Pembelajaran PAI

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M. Pd. I


Dr. Agus Purwowidodo, M. Pd

Oleh:

Nurhuda Irfandani 1880506230031


Irfatun Nadzifah 1880506230022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2023

1
PEMBAHASAN

A. Pengembangan RPP atau Modul Ajar IKM pada Mata Pelajaran PAI
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan jangka
pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan guru
dalam pembelajaran . Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP
disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan
penjadwalan di satuan Pendidikan.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pemerintah melalui Departemen
Pendidikan Nasional, berkewajiban menetapkan berbagai peraturan tentang
standar penyelenggaran pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Standar nasional pendidikan yang dimaksud meliputi: (1) standar
isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar pendidikan dan
tenaga kependidikan,(5) standar saran dan persaranan, (6) standar pngelolaan, (7)
pembiayaan , dan (8) standar penilaian pendidikan.1
Salah satu dari kedelapan standar itu adalah standar isi.Standar isi memuat
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), yang harus dicapai siswa setelah
mengikuti pembelajaran dalam jenjang dan waktu tertentu, sehingga pada gilirannya
mencapai standar kopentensi lulusan (SKL).Agar peserta didik dapat mencapai SK,
KD, maupun SKL secara optimal, perlu didukung oleh berbagai standar lainnya dalam
sebuah sistem yang utuh. Salah satu standar tersebut adalah standar proses.
Standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan
perencanaan pembelajaran seperti pelaksanaan pembelajaran (RPP) khususnya pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah.

1
Undang- Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerinah no. 19. Th.2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

2
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau
lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
Silabus. RPP merupakan komponen penting dari KTSP, yang pengembangannya harus
dilakukan secara profesional.
RPP dikembangkan berdasarkan karakteristik dan kondisi sekolah, serta
kemampuan guru dalam menjabarkan menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran yang
siap dijadikan pedoman pembentukan kompetensi peserta didik. Agar guru dapat
membuat RPP yang efektif, dan berhasil guna, dituntut untuk memahami berbagai
aspek yang berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, dan prosedur pengembangan,
serta cara mengukur efektiitas pelaksanaanya dalam pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembalajaran (RPP) KTSP yang akan bermuara pada
pelaksanaan pembelajaran, sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu : identifikasi
kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.
1. Identifikasi kebutuhan bertujuan untuk melibatkan dan memotivasi siswa, agar
kegiatan belajar dirasakan oleh mereka sebagai bagian dari kehidupannya dan
mereka merasa memilikinya.
2. Identifikasi kompetensi yang harus dipelajari dan dimiliki siswa, perlu dinyatakan
sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar. Siswa perlu
mengetahui tujuan belajar, dan tingkat-tingkat penguasaan yang akan digunakan
sebagai kriteria pencapain secara eksplisit, dikembangkan berdasarkan tujuan-tujan
yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, penilaian pencapaian kompetensi harus
dilakukan secara objektif, berdasarkan secara kinerja siswa, dengan bukti
penguasaan mereka terhadap suatu kompetensi yang telah ditentukan.
3. Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana pelaksanaan
pembelajaran, sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang
mencangkup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program.
Komponen program mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik,
media dan sumber belajar, waktu belajar, dan daya dukung lainya.2

Dalam RPP terdapat beberapa komponen-komponen yang meliputi:


1. Identitas Sekolah
2. Identitas Mata Pelajaran

2
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Remaja Rosda Karya, Bandung, 2007), hlm 216.

3
3. Kelas/Semester
4. Materi Pokok
5. Alokasi Waktu
6. Tujuan Pembelajaran
7. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
8. Materi Pembelajaran
9. Metode Pembelajaran
10. Media pembelajaran
11. Sumber Belajar
12. Langkah-langkah Pembelajaran
13. Penilaian Hasil Pembelajaran.3
Penilaian pembelajaran merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam
RPP, Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan
RPP berdasarkan silabus. Komponen-komponen sistem pendidikan yang mencakup
sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu tenaga kependidikan guru
dan non guru. Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa: “Komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat
sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan pengelola satuan
pendidikan (penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan)”.4

B. Prinsip Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Pengembangan RPP harus memperhatikan perhatian dan karakteristik peserta
didik terhadap materi standar yang dijadikan bahan kajian.dalam hal ini perlu
diperhatikan agar guru jangan hanya berperan sebagai transformator, tetapi harus
berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan gairah dan nafsu belajar, serta
mendorong peserta didik untuk belajar, dengan menggunakan berbagai fariasi media,
dan sumber belajar yang sesuai, serta menunjang pembentukann standar kompetensi
dan kompetensi dasar . untuk kepentingan tersebut, terdapat beberapa prinsip yang
harus diperhatikan dalam pengembangn RPP, antara lain sebagai berikut:5

3
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,2016)
hlm. 6.
4
Isnawardatul Bararah, Efektifitas Perencanaan Pembelajaran dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, Jurnal Mudarrisuna, Vol. 7, No. 1, 2017, hlm. 133.
5
Barnawi & M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), hlm. 84.

4
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan denga jenis kelamin, kemampuan
awal, tingakat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang, norma,
nilai, dan/ atau lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreatifitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan
pengayaan, dan remedi.
5. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antar SK, KD,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapai kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun
dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan karagaman budaya.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi inormasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan
kondisi.
Hal ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip penyusunan RPP sesuai dengan
standar proses. Dalam kaitannya dengan pengembangan RPP berbasis karakter, nilai-nilai
yang dikembangkan seperti Religius, Jujur, Toleransi, disiplin, Kerja keras, Kreatif,
Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai
prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli
sosial, dan Tanggung jawab.6

6
Fibriyan Irodati, Skripsi “Implementasi Pengembangan RPP Berbasis Karakter dalam Pembelajaran
Mata Pelajaran PAI Kelas XI di SMK Negeri 6 Yogyakarta”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013), hlm.
19.

5
Pengembangan RPP berbasis karakter RPP dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan terintegrasi. Bentuk integrasi yang dilakukan dengan cara memasukan nilainilai
karakter di atas ke dalam RPP. Dalam implementasi pendidikan karakter, terdapat mata
pelajaran yang berdampak pembelajaran sekaligus dampak pengiring, serta mata pelajaran
yang hanya memiliki dampak pengiring saja. Mata pelajaran yang berdampak pembelajaran
sekaligus dampak pengiring, mata pelajaran tersebut terkait langsung dengan
pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia. Dalam hal ini, Pendidikan agama Islam (PAI)
adalah termasuk dalam mata pelajaran yang memiliki dampak keduanya. Mata pelajaran
tersebut sudah mengenalkan nilai-nilai dan menjadikan peserta didik peduli serta
menginternalisasi nilai-nilai karakter.7
Rencana pelaksanaan pembelajaran berisi garis besar (outline) apa yang akan
dikerjakan oleh guru dan peserta didik selama proses pembelajaran, baik untuk satu kali
pertemuan maupun beberapa kali pertemuan.8 RPP merupakan gambaran langkah-langkah
pembelajaran yang dibuat oleh guru PAI untuk setiap pertemuan, karena merupakan
langkah kegiatan, maka sering juga disebut sekenario pembelajaran.
Dalam mengembangkan RPP, Guru diberi kebebasan untuk mengubah,
memodifikasi, dan menyesuaikan silabus dengan kondisi sekolah dan daerah, serta dengan
karakteristik peserta didik dan kemampuan guru sendiri dalam menjabarkan RPP yang siap
diimplementasikan dalam pembelajaran dan siap dijadikan pedoman pembentukan
kompetensi peserta didik. Oleh karena itu guru dituntut memahami aspek yang terkait
dengan hakekat, fungsi, prinsip, dan prosedur pengembangan serta cara mengukur
efektifitas pelaksanaan pembelajaran.
Kemampuan guru mengembangkan RPP secara kontekstual dan mandiri
merupakan indikator bahwa guru telah menguasai materi ajar dan metode pembelajaran
yang akan digunakan sehingga menyebabkan perubahan peran dan fungsi guru dalam
proses pembelajaran.
RPP Idealnya dibuat oleh guru sendiri karena guru lebih paham kondisi peserta
didik yang akan diajar, sehingga pengembangan pengalaman pembelajaran dan indikator
yang ada dalam silabus dapat dikembangkan secara kontekstual dengan
mempertimbangkan lingkungan dan sumber lain yang relevan terlebih pada mata pelajaran

7
Fibriyan Irodati, Prinsip Pengembangan RPP Berbasis Karakter dalam Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam, Jurnal Ar-Rihlah: Inovasi Pengembangan Pendidikan Islam ,Vol. 6, No.1, 2021, hlm. 140.
8
Kasful Anwar dan Hendra Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran KTSP, (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm 182.

6
PAI yang sangat fleksibel dan memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan peserta didik, baik ditinjau dari keunikan sekolah maupun karakteristik
daerah yang tidak sama antara sekolah satu dengan sekolah lainnya, bahkan antara kelas
yang satu dengan kelas yang lain. Tampaknya kondisi ini belum dimanfaatkan guru PAI
dengan baik.Hal ini tersirat dengan indikator terkait dengan materi ajar al-Qur’an yang
hanya menekankan pada mampu membaca atau memahami ayat dan memberikan contoh
atau menampilkan perilaku sesuai materi. Demikian juga tidak hanya indicator yang lebih
mengembangkan materi untuk menghilangkan kesan bahwa PAI hanya bersifat
indoktrinasi dan bersifat ritual ibadah mahdah. Disamping itu diperlukan pengalaman
belajar yang dapat menanamkan kesadaran sebab akibat dalam realitas kehidupan dengan
mengungkapkan pendapat, serta dengan menjawab persoalan riil yang dapat menjadi
inspirasi bagi perilaku yang terkait dengan pengembangan iptek, seni, dan budaya.

C. Langkah-Langkah Pengembangan RPP Berkarakter


Dalam pengembangan RPP (PAI) yang diintegrasikan dengan penanaman
karakter, seorang guru harus menyadari bahwa dirinya adalah murobby atau orang yang
merawat atau membimbing murid-murid agar bisa mengembangkan potensi-potensi
kebaikan dalam diri mereka agar bermanfaat bagi dirinya sendiri dan mampu
memuliakan kehidupan sesame. Ini adalah prinsip atau konsep mendasar “al-tarbiyah”
dalam pendidikan islam yang harus dipahami dan dihayati oleh setiap guru yang hendak
memulai tugas belajar mengajar.9
Langkah-langkah minimal penyusunan dan pengembangan Rencana Pelaksnaan
Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan identitas RPP, Tujuan Pembelajaran,
Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran,
Sumber Belajar, dan Penilaian. Setiap komponen mempunyai arah pengembangan
masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan.
1. Menentukan Identitas
Terdiri dari: Nama Sekolah, Mata Pelajaran, Kelas, Semester, Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, indikator, dan Alokasi Waktu.
Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. RPP boleh disusun untuk satu Kompetensi Dasar

9
Direktorat Pendidikan Madrasah, Wawasan Pendidikan Karakter Dalam Islam, (Kementrian Agama,
2010), hlm 138.

7
b. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus.
(Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar – Indokator adalah suatu alur pikir yang
saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.10
Kompetensi yang dikembangkan harus mengandung muatan yang menjadi materi
standar, yang dapat diidentifikasi berdasarkan kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat,dan ilmu pengetahuan.
Dalam pengembangan RPP yang diintegrasikan dengan pendidikan karakter guru
diharapkan mampu mengidentifikasi nilai-nilai luhur yang hendak ditanamkan
kepada siswa dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai tersebut kedalam proses
pembelajaran sebagai satu kesatuan pencapaian kompetensi siswa.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi
kompetensi, yaitu :
1) Hendaknya mengandung unsur proses dan produk
2) Bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk perilaku nyata
3) Mengandung pengalaman belajar yang dierlukan untuk mencapai kompetensi
4) Pembentukan kompetensi disesuaikan pula dengan visi dan misi sekolah.11
Materi standar merupakan isi kurikulum yang diberikan kepada peserta
didik dalam proses pembelajaran, dan pembentukan kompetensi .Secara umum
materi standar mencangkup tiga komponen utama, yaitu ilmu pengetahuan,
proses, dan nilai-nilai yang dapat dirinci sesuai dengan kompetensi dasar serta
visi dan misi sekolah. Dalam menentukan materi standar harus dipilih materi
yang sesuai dengan kompetensi dasar, dan diurutkan sesuai dengan ruang lingkup
(scope) dan urutannya (skuensi), serta perlu dirancang dan diorganisir sedemikian
rupa, agarmampu membentuk kompetensi peserta didik. Sehubungan dengan itu
seorang guru sebagai manager kurikulum di sekolah diharapkan dapat
mengembangkan dan memilih materi standar sesuai dengan kebutuhan, dan
perkembangan jaman,serta minat, kemampuan,dan perkembangan peserta didik.
c. Indikator merupakan:
1) Ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memeberikan gambaran bahwa peserta
didik telah mencapai kompetensi dasar

10
E Mulyasa, Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Bandung: Remaja rusda Karya, 2007),
hlm 224
11
Ibid…, hlm 225.

8
2) Penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku
yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
3) Dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan,
dan potensi daerah.
4) Rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur dan/ atau dapat
diobservasi
5) Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
d. Menentukan Alokasi waktu.
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.
2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Pendidikan berkarakter dalam islam bertujuan sebagai “al-tarbiyah”. Dimana
pendidik membimbing murid dengan menginternalisasi nilai-nilai yang relevan atau
pengetahuan-pengetahuan dan kecakapan yang dimaksudkan menciptakan kehidupan
madrasah dan tata hidup masyarakat yang berkeadilan dalam norma dan nilai-nilai
keislaman dan kebangsaan.
Tujuan pembelajaran, boleh salah satu atau keseluruhan tujuan pembelajaran,
mislanya siswa dapat :
a. Menyusun makalah tentang sejarah perjuangan Rosul di Madinah
b. Menerapkan suasana sosial, budaya, dan politik pada saat perjuangan Rasul di
Madinah.
c. Memaparkan metode/ strategi dakwah Rasul di Madinah
d. Menjelaskan tokoh-tokoh penting yang terlibat dalam perjuangan dakwah Rasul di
Madinah.
e. Menjelaskan tentang hikmah memahami sejarah Rasul di Madinah.12
Bila pembelajaran dilakukan lebih dari satu pertemuan, ada baiknya tujuan
pembelajaran juga dibedakan menurut waktu pertemuan, sehingga tiap pertemuan dapat
memberikan hasil.

12
Pramudita Budiastuti, dkk, Analisis Tujuan Pembelajaran dengan Kompetensi Dasar pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Dasar Listrik dan Elektronika di Sekolah Menengah Kejuruan, Jurnal Edukasi
Elektro, Vol. 5, No. 1, 2021, hlm. 45.

9
3. Menentukan Materi Pembelajaran
Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran dapat diacu dari indikator.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran,
satuan pendidikan, dan potensi daerah karena pendidikan adalah bagian dari
pembentukan watak dan karakter peserta didik, maka disini harus dicantumkan
indicator karakter apa yang hendak diintrodusir lewat kurikulum ini.
4. Menentukan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan
sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik
pendekatan dan/ atau strategi yang dipilih.
Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan metode
yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik:
a. Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses,
kontekstual, pembelajran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya.
b. Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inkuiri, observasi, tanya
jawab, e-learning dan sebagainya.13
Penentuan metode pembelajaran erat kaitannya dengan pemilihan strategi
pembelajaran yang paling efisien dan efektif dalam memberikan pengalaman belajar
yang diperlukan untuk membentuk kompetensi dasar.Dalam setiap pembelajaran dan
pembentukan kompetensi, guru dapat menggunkan berbagai variasi metode, dan
berbagai variasi media untuk mencapai tujuan pembelajaran.Dalam hal ini guru
diharapkan dapat memilih dan menggunakan berbagai metode dan media pembelajaran
yang dapat menumbuhkan maktivitas dan kreativitas peserta didik.
5. Menetapkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangkapencapaian
kompetensi dasar. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik. Karena proses pembelajaran merupakan bagian dari upaya pembentukan
karakter siswa, maka pembelajaran mencangkup kreatifitas yang mengandung unsur-
unsur penanaman karakter luhur didalamnya. Pelaksanaan pembelajaran merupakan

13
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 32.

10
implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Langkah-langkah minimal yang harus dipenuhi pada setiap unsur kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut:14
a. Kegiatan pandahuluan
1) Orientasi: memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan
dibelajarkan, dengan cara menunjukan benda yang menarik, memberikan
ilustrasikan, membaca berita di surat kabar, menampilkan slide animasi dan
sebagainya.
2) Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi yang
akan diajarkan.
3) Motivasi: guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi,
bidang-bidang pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, dsb.
4) Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari.
Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara
garis besar.
5) Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelaksanaan
pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran)
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari
3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai
4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus
b. Kegiatan inti
Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui siswa untuk dapat
mengkontruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-
masing.Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar siswa dapat
menunjukan perubahan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan
pembelajaran dan indikator.

14
Kasful Anwar dan Hendra Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran KTSP, (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm 185.

11
metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran,
yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.15
1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
b) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
c) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
d) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
dan
e) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio,
atau lapangan
2) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna;
b) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
d) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
e) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
f) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
g) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok;

15
Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), hlm. 84.

12
h) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan;
i) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a) memberikan umpan balik posiif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
b) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber,
c) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan,
d) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar
c. Kegiatan penutupan
1) Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/ simpulan.
2) Guru memerikasa hasil belajar siswa. Dapat dengan memberikan tes tertulis atau
tes lisan atau meminta siswa untuk mengulang kembali kesimpulan yang telah
disusun atau dalam bentuk tanya jawab dengan mengambil 25% peserta didik
sebagai sempelnya.
3) Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar
kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remedial/ pengayaan.
Dalam kegiatan penutup, guru:
a) bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
b) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik
tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e) menyampaikan rencana pembelajaranpada pertemuan berikutnya.
Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk seluruh
rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang dipilih,
13
menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya.Oleh karena itu, kegiatan
pendahuluan/ pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam
setiap pertemuan.
6. Memilih Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus
yang dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media,
nara sumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional, dan
bisa langsung dinyatakan bahan ajar apa yang digunakan. Misalnya, sumber belajar
dalam silabus dituliskan buku referensi dalam RPP harus dicantumkan bahan ajar yang
sebenarnya.
Jika menggunakan buku, maka harus ditulis judul buku teks tersebut,
pengarang, dan halaman yang diacu. Jika mengggunakan bahan ajar berbasis ICT maka
harus ditulis nama file, folder penyimpanan, dan bagian atau link file yang digunakan,
atau alamat website yang digunkan sebagai acuan pembelajaran.
7. Menentukan Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan. Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk
instrumen, dan instrumen yang dipakai.

D. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses pengumpulan, menganalisis dan


menginterpretasi informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Bisa dikatakan
bahwa evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran yang
bertujuan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang bisa dijadikan dasar untuk
mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta
keefektifan pengajaran guru.
Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi bisa diartikan sebagai suatu
proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Evaluasi pembelajaran bisa juga diartikan sebagai penentuan
kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang

14
dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu.
Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar
adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif
(sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotorik (keterampilan, gerak, dan tindakan).16
Selain yang telah dijelaskan diatas, secara umum tujuan evaluasi pembelajaran
ialah untuk mengetahui keefektifan dan efesiensi sistem pembelajaran secara luas.
Sistem pembelajaran yang dimaksud meliputi: tujuan, materi, metode, media, sumber
belajar, dan lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Selain itu, evaluasi
pembelajaran juga ditujukan untuk menilai efektifitas strategi pembelajaran, menilai,
dan meningkatkan efektifitas program kurikulum, menilai, dan meningkatkan
efektifitas pembelajaran, membantu belajar peserta didik, mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan peserta didik, serta untuk menyediakan data yang membantu dalam
membuat keputusan.17
Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana
keberhasilan yang telah dicapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi di mana
peserta didik mendapatkan nilai yang memuaskan, maka akan memberikan dampak
berupa suatu stimulus, motivator agar peserta didik dapat lebih meningkatkan prestasi.
Pada kondisi di mana hasil yang dicapai tidak memuaskan. maka peserta didik akan
berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian
stimulus positif dari guru/pengajar agar peserta didik tidak putus asa.18
Adapun manfaat dari pelaksanaan evaluasi pembelajaran, beberapa yang paling
utama ialah:
1. Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah
berlangsung/dilaksanakan pendidik.
2. Membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil pembelajaran.
3. Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka upaya
meningkatkan kualitas keluaran.19
Terdapat beberapa model evaluasi pembelajaran yang dikembangkan oleh para
peneliti yang bisa digunakan untuk mengevaluasi sebuah program. Model evaluasi

16
Elis Ratnawulan, Evaluasi Pembelajaran, (Pustaka Setia : Bandung, 2014), hal. 30.
17
Asrul, Evaluasi Pembelajaran, (Medan : Citapustaka media, 2014), hal. 21.
18
Idrus, Evaluasi dalam Proses Pembelajaran, Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 9, No.
2, 2019, hlm. 922-923.
19
Ina Magdalena, Hadana Nur, dan Raafiza Putri, Pentingnya Evaluasi dalam Pembelajaran dan Akibat
Memanipulasinya, Bintang: Jurnal Pendidikan dan Sains, Vol. 2, No. 2, 2000, hlm. 249.

15
sendiri bisa diartikan sebuah desain evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang
biasanya model evaluasi tersebut dinamakan sama dengan nama pembuatnya atau
model evaluasinya. Meskipun antara satu model evaluasi dengan model lainnya
berbeda namun pada dasarnya semua model evaluasi pembelajaran memiliki maksud
yang sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi mengenai objek
yang dievaluasi, yang bertujuan untuk mengumpulkan bahan pengambilan keputusan
dalam menentukan tindak lanjut suatu program.
Beberapa model yang banyak dipakai untuk mengevaluasi program pendidikan
antara lain:
1. Model evaluasi CIPP, model ini dikembangkan oleh Stufflebeam, model CIPP yang
merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu context, input,
proces, and product.
2. Model Kirkpatrick, model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal
istilah “Kirkpatrick four levels evaluation model”. Model kirkpatrick ini
mengevaluasi program pelatihan.
3. Model Stake (Countenance model), model eevaluasi program yang diperkenalkan
oleh Stake dikenal dengan model Countenance (keseluruhan). Model ini juga
disebut model evaluasi pertimbangan.
4. Model Alkin, dalam merumuskan model evaluasi program yang disusunnya, Alkin
membuat batasan konstruk evaluasi sebagai suatu proses penentuan area yang akan
dievaluasi.
5. CSE-UCLA Evaluation Model, CSE-UCA adalah akronim dari Center for the Study
of Evaluation University of California in Los Angeles.
6. Discrepancy model/model provus, model kesenjangan digagas oleh Malcolm
Provus yaitu evaluasi yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui tingkat
kesesuaian antara standar yang telah ditentukan dalam program dengan penampilan
aktual dari program tersebut.
7. Measurement model, model ini dipandang sebagai model yang tertua dalam sejarah
penilaian dan lebih banyak dikenal didalam proses penilaian pendidikan. Tokoh-
tokoh penilaian yang dipandang sebagai pengembang model ini adalah R.
Thorndike dan R.I. Ebel.
8. Congruence Model, model ini dipandang sebagai reaksi terhadap model yang
pertama. Tokoh-tokoh evalusi yang merupakan pengembangan model ini antara
lain, W. Tyler, John B. Carrol, dan Lee J. Cronbach. kegiatan evaluasi dimaksudkan
16
sebagai tujuan-tujuan pendidikan telah dapat dicapai siswa dalam bentuk hasil
belajar yang mereka perlihatkan pada akhir kegiatan pendidikan.
9. Illuminative model, model iluminatif ini lebih menekankan pada penilaian
kualitatif. Tujuan evaluasi model ini adalah mengadakan studi yang cermat terhadap
system maupun program yang bersangkutan. Salah satu tokohnya yang menonjol
adalah Malcolm Parlett.20
10. Model Scriven, scriven merancang dua model evaluasi yaitu Goal-Free Evaluation
Approach dan Formative-Summative Model. Evaluasi model goal free evaluation,
fokus pada adanya perubahan perilaku yang terjadi sebagai dampak dari program
yang diimplementasikan, melihat dampak sampingan baik yang diharapkan maupun
yang tidak diharapkan dan membandingkan dengan sebelum program dilakukan.21
Adapun pada pembahasan ini akan berfokus pada model evaluasi yang terakhir
yaitu model Scriven, yang memfokuskan pada merancang dan melaksanakan evaluasi
secara formatif dan sumatif. Yangmana secara lengkap akan dibahas pada pembahasan
berikutnya.

E. Kurikulum Merdeka
1. Hakikat kurikulum merdeka
Kurikulum pada hakekatnya merupakan suatu rencana yang menjadi
pedoman dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Apa yang dituangkan dalam
rencana banyak dipengaruhi oleh perencanaan-perencanaan kependidikan. Adapun
pandangan tentang Eksistensi pendidikan diwarnai dengan filosofi pendidikan yang
dianut perencana. Perlu diperhatikan bahwa setiap manusia atau individu, dan
ilmuwan pendidikan, masing-masing memiliki sudut pandang perspektif sendiri
tentang makna kurikulum. Menurut pandangan tradisional, sejumlah pelajaran yang
harus dilalui siswa di sekolah merupakan kurikulum, sehingga seolah-olah belajar
di sekolah hanya mempelajari buku teks yang telah ditentukan sebagai bahan
pelajaran.22 Sedangkan menurut pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar

20
Miftahul Fikri, dkk, Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: Nulisbuku, 2019), hlm. 35.
21
Al Fajri Bahri, Evaluasi Program Pendidikan, (Medan: Umsu press, 2022), hlm, 27.
22
Alhamuddin, Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum di Indonesia sejak Zaman Kemerdekaan
hingga Reformasi, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2019), hlm. 18.

17
rencana pembelajaran, kurikulum disini dianggap sebagai sesuatu yang benar-
benar terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.23
Kurikulum Merdeka sebagai opsi pemulihan pembelajaran yang
dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemdikbudristek) menerbitkan kebijakan mengenai pengembangan Kurikulum
Merdeka. Opsi kebijakan pengembangan Kurikulum Merdeka ini diberikan kepada
satuan pendidikan sebagai tambahan upaya untuk melakukan pemulihan krisis
pembelajaran selama 2022-2024 akibat adanya pandemi COVID-19. Kebijakan
Kemdikbudristek mengenai Kurikulum Nasional akan dikaji ulang pada tahun 2024
berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran, merujuk pada kondisi
di mana pandemi COVID-19 yang menyebabkan kendala dan dampak yang cukup
signifikan dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan.24
Setelah diterapkannya kebijakan kurikulum tersebut, nantinya akan terjadi
banyak perubahan terutama dari sistem pembelajaran. Salah satunya yaitu belajar
dengan outing class, di mana outing class ini adalah salah satu program
pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas agar siswa memiliki
keterampilan dan keahlian tertentu. Outing class juga merupakan metode belajar
yang menyenangkan, mengajarkan para siswa untuk lebih dekat dengan alam dan
lingkungan sekitar.
Selama pembelajaran dengan menggunakan metode ini, guru dan siswa akan
lebih dapat membangun keakraban, lebih santai, dan tentunya lebih menyenangkan.
Sistem pembelajaran akan didesain sedemikian rupa agar karakter siswa terbentuk,
dan tidak terfokus pada sistem perangkingan yang menurut beberapa penelitian
hanya meresahkan, tidak hanya bagi guru tetapi juga anak dan orang tuanya.25
Berikut ini merupakan perbedaan yang diperoleh pada Kurikulum Merdeka
Belajar dengan Kurikulum sebelumnya yang berlaku pada jenjang SD, SMP, SMA,
dan Perguruan Tinggi:
a) Jenjang SD
Pada kurikulum merdeka belajar, penerapannya pada penggabungan mata
pelajaran IPA dan IPS menjadi satu yaitu “Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial”

23
Ali Sudin, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: UPI Press, 2014), hlm. 39.
24
Tono Supriatna, Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran, Inovasi Kurikulum: Jurnal
UPI, Vol. 19, No. 2, 2022, hlm. 255.
25
Siti Baro’ah, Kebijakan Merdeka Belajar Sebagai Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan, Jurnal
Tawadhu, Vol. 4, No. 1, 2020, hlm. 1062-1065.

18
dan menjadikan mata pelajaran Bahasa Inggris yang awalnya berupa mata
pelajaran pokok menjadi mata pelajaran pilihan.
b) Jenjang SMP
Pada kurikulum merdeka belajar, penerapan mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) yang awalnya berupa mata pelajaran pilihan,
maka menjadi mata pelajaran wajib yang harus dimiliki oleh semua jenjang
SMP.
c) Jenjang SMA/SMK
Pada kurikulum merdeka belajar, tidak ada lagi peminatan seperti IPA,IPS, atau
Bahasa. Lalu di jenjang SMK model pembelajaran yang didesain lebih
sederhana berupa 70% mata pelajaran kejuruan dan sisanya mata pelajaran
umum. Tidak hanya itu pada jenjang SMA/SMK masa pendidikan siswa
dituntut untuk dapat menghasilkan produk berupa esai ilmiah seperti halnya
mahasiswa yang menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi. Hal itu
diperuntukkan untuk para siswa agar mampu berpikir kritis, ilmiah dan analitis.
d) Jenjang Perguruan Tinggi
Pada kurikulum merdeka belajar, mahasiswa diberikan kesempatan terbuka
untuk mempelajari banyak hal sesuai dengan minatnya tanpa terbatasi oleh
program studi yang ditempuh. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan beberapa
cara seperti magang, pertukaran mahasiswa, penelitian, wirausaha, KKN atau
proyek-proyek independent.26
Kebijakan Merdeka Belajar juga memiliki empat pokok kebijakan, yaitu
Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) zonasi. Isi Pokok kebijakan Kemdikbud RI tertuang dalam paparan
Mendikbud RI di hadapan para kepala dinas Provinsi, Kabupaten/Kota se-
Indonesia, di Jakarta pada 11 Desember 2019, yangmana isinya sebagai berikut:
a) Ujian Nasional (UN), akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan
Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa
(literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan
penguatan pendidikan karakter. Pelaksanaan ujian tersebut akan dilakukan oleh

26
Madhakomala, dkk, Kurikulum Merdeka dalam Perspektif Pemikiran Pendidikan Paulo Freire, At-
Ta’lim: Jurnal Pendidikan, Vol. 8, No. 2, 2022, hlm. 166.

19
siswa yang berada di tengah jenjang sekolah, kelas 4, 8, dan 11. Sehingga dapat
mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Hasil
ujian tidak digunakan untuk basis seleksi siswa ke jenjang selanjutnya.
b) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diterapkan dengan ujian yang
diselenggarakan oleh sekolah. Ujian tersebut digunakan untuk menilai
kompetensi siswa yang dapat dilakukan dalam bentuk tes tulis atau bentuk
penilaian lainnya yang lebih komprehensif, seperti portofolio dan penugasan
(tugas kelompok, karya tulis dan sebagainya). Dengan begitu guru dan sekolah
lebih merdeka dalam penilaian hasil belajar siswa.
c) Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP akan
disederhanakan dengan memangkas beberapa komponen. Dalam kebijakan baru
tersebut, guru secara bebas dapat memilih, membuat, menggunakan dan
mengembangkan format RPP. Tiga komponen inti RPP terdiri dari tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan asesmen. Penulisan RPP ditulis
dengan efisien dan efektif sehingga guru memiliki banyak waktu untuk
mempersiapkan dan mengevaluasi pembelajaran itu sendiri.
d) Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), akan menggunakan sistem
zonasi dengan kebijakan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi
ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah. Komposisi PPDB jalur
zonasi dapat menerima siswa minimal 50%, jalur afirmasi minimal 15%, dan
jalur perpindahan maksimal 5%. Sedangkan untuk jalur prestasi atau sisa 0- 30%
lainnya disesuaikan dengan kondisi daerah. Daerah berwenang menentukan
proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi.27
Dari sini dapat dipahami bahwa, Merdeka Belajar adalah upaya untuk
menciptakan suatu lingkungan belajar yang bebas untuk berekspresi, bebas untuk
berinovasi, bebas dari berbagai hambatan terutama tekanan psikologis. Dalam
penerapannya, bagi guru dengan memiliki kebebasan tersebut lebih fokus untuk
memaksimalkan pada pembelajaran guna mencapai tujuan (goal oriented)
pendidikan nasional, namun tetap dalam rambu kaidah kurikulum.

2. Tujuan kurikulum merdeka

27
Ineu Sumarsih, dkk, Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak, Jurnal
Basicedu, Vol .6, No. 5, 2022, hlm. 8250.

20
Kurikulum merdeka belajar memiliki tujuan yang sangat positif bagi seluruh
personel yang terlibat dalam proses pembelajaran. Adapun Tujuannya sebagai
berikut:28
a) Setiap orang yang terlibat didalamnya memiliki kebebasan untuk berinovasi
demi mengembangkan kualitas pembelajaran
b) Guru dituntut untuk belajar kreatif agar mampu memberikan pengalaman
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa
c) Siswa diberi kesempatan untuk belajar secara mandiri untuk memperoleh
berbagai macam informasi untuk mendukung proses pembelajarannya
d) Setiap unit pendidikan berhak untuk mengelaborasi setiap faktor yang akan
mendukung proses pembelajaran di kelas
e) Adanya penghargaan keberagaman yang ada dalam sistem pendidikan.
3. Manfaat kurikulum merdeka
Manfaat Kurikulum Merdeka Belajar yang bersifat memberikan kebebasan
kepada seluruh komponen dalam satuan pendidikan dari Sekolah, Guru hingga
siswa. Kurikulum Merdeka merupakan salah satu kurikulum yang merubah konsep
sistem pembelajaran di Indonesia. Nadiem Makarim Kurikulum Merdeka dapat
mencapai sebuah keberhasilan pendidikan Indonesia untuk dapat mengedepankan
pembelajaran bagi siswa.29
Membangun Suasana belajar menarik dan menyenangkan membuat suasana
pembelajaran tidak membosankan bagi guru maupun siswa dalam melaksanakan
aktivitas belajar, dengan tujuan memperbaiki kualitas pembelajaran. Kebebasan
Berekspresi dengan pelaksanaan pembelajaran memberikan kesempatan kepada
siswa maupun guru bebas berekspresi mulai dari menyatakan pendapat, berdiskusi
tanpa harus terbangun tekanan psikologis khususnya untuk siswa. Efektif
meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru adalah dengan mengembangkan
kemampuan serta kompetensi bagi masing- masing guru sesuai dengan mata
pelajaran yang ia kuasai. Kualitas pendidikan juga akan lebih baik jika sesuai
dengan cita-cita pendidikan nasional tidak hanya mencerdaskan peserta didik tetapi
mampu memberikan manfaat kepada guru.

28
K.D Ainia, Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya bagi
Pengembangan Pendidikan Karakter, Jurnal Filsafat Indonesia, Vol. 95, No. 101, 2020, hlm. 43.
29
K.D Ainia, Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara… hlm. 45.

21
4. Kebijakan kurikulum merdeka
Salah satu kurikulum yang sedang diupayakan adalah dengan sistem merdeka
belajar. Merdeka belajar dimaknai sebagai rancangan belajar yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk belajar dengan santai, tenang, tidak merasa tertekan,
gembira tanpa stress dan memperhatikan bakat alami yang dimiliki para siswa.
Fokus dari pada merdeka belajar adalah kebebasan dalam berpikir secara kreatif
dan mandiri. Guru sebagai subjek utama yang berperan diharapkan mampu menjadi
penggerak untuk mengambil tindakan yang memberikan hal-hal positif kepada
peserta didik. Kesimpulan mengenai konsep belajar adalah bentuk tawaran dalam
menata ulang sistem pendidikan nasional. Penataan ulang tersebut dalam rangka
menyongsong perubahan dan kemajuan bangsa agar dapat menyesuaikan
perubahan zaman.30
Menurut Kemendikbud, Merdeka Belajar adalah memberikan kebebasan dan
otonomi kepada lembaga pendidikan dan merdeka dari birokratisasi. inti Merdeka
Belajar adalah sekolah, guru dan murid memiliki kebebasan untuk melakukan
inovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif. Kebijakan merdeka belajar
dapat terwujud secara optimal melalui:
a) Peningkatan kompetensi kepemimpinan, kolaborasi antar elemen masyarakat,
dan budaya
b) Peningkatan sarana prasarana serta pemanfaatan teknologi informasi pendidikan
di seluruh satuan pendidikan
c) Perbaikan pada kebijakan, prosedur, dan pendanaan pendidikan
d) Penyempurnaan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.
Perubahan Kebijakan Merdeka Belajar akan terjadi pada kategori: (1)
ekosistem pendidikan; (2) guru; (3) pedagogi; (4) kurikulum; dan (5) sistem
penilaian. Pada lingkungan pendidikan, Kemendikbud akan mengubah pandangan
dan praktik yang bersifat mengekang kemajuan pendidikan, seperti penekanan pada
pengaturan yang kaku, persekolahan sebagai tugas yang memberatkan, dan
manajemen sekolah yang terfokus pada urusan internalnya sendiri menjadi
ekosistem pendidikan yang diwarnai oleh suasana sekolah yang menyenangkan,

30
Dwi Aryanti dan M. Indra Saputra, Penerapan Kurikulum Merdeka sebagai Upaya Dalam Mengatasi
Krisis Pembelajaran (Learning Loss), Educatio: Jurnal Ilmu Kependidikan, Vol. 18, No. 1, 2023, hlm. 19.

22
keterbukaan untuk melakukan kolaborasi lintas pemangku kepentingan
pendidikan.31

5. Indikator kurikulum merdeka


Kurikulum merdeka belajar memiliki beberapa indicator untuk mencapai
tujuan pembelajaran, adapun indikator kurikulum merdeka akan dijelaskan sebagai
berikut:
a) Partisipasi siswa-siswi dalam pendidikan Indonesia yang merata.
Dari indikator tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa jenjang,
yaitu :
1) Menerima, yaitu siswa mau memperhatikan suatu kejadian atau kegiatan.
2) Menanggapi, yaitu siswa mau terhadap suatu kejadian dengan berperan
serta.
3) Menilai, yaitu siswa mau menerima atau menolak suatu kejadian melalui
pernyataan sikap positif atau negatif.
4) Menyusun, yaitu apabila siswa berhadapan dengan situasi yang menyangkut
lebih dari satu nilai, dengan senang hati menyusun nilai tersebut,
menentukan hubungan antara berbagai nilai dan menerima bahwa ada nilai
yang lebih tinggi daripada yang lain.
5) Mengenali ciri karena kompleks nilai, yaitu siswa secara konsisten bertindak
mengikuti nilai yang berlaku dan menganggap tingkah laku ini sebagai
bagian dari kepribadiannya.
b) Pembelajaran yang efektif
Mengidentifikasi unsur-unsur atau elemen-elemen pembelajaran sebagai
berikut :
1) Kualitas pembelajaran.
2) Tingkat pembelajaran yang memadai.
3) Ganjaran
4) waktu
c) Tidak adanya ketertinggalan anak didik
Selama masa pandemi 2 tahun silam seluruh peserta didik tertinggal
pembelajaran karena mereka melakukan pembelajaran melalui daring untuk itu

31
Permendikbud No. 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2020-2024, Jakarta: Depdiknas.

23
dengan adanya kurikulum merdeka belajar peserta didik harus mengejar
ketertinggalan materi pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu indikator dari
program kurikulum merdeka belajar ini membuat percepatan/ akselerasi dari
pembelajaran yang telah tertinggal dan memperkuat pembelajaran pendidikan
pancasila dengan mengutamakan sikap-sikap moral, kemudian pada kurikulum
merdeka belajar ini juga siswa juga dituntut untuk menciptakan proyek yang
dapat menjadi wirausaha salah satu contohnya membuat sesuatu yang bernilai
jual. selama masa pandemi, harapan pemerintah dengan adanya kurikulum
merdeka belajar ini dapat mengejar ketertinggalan materi pembelajaran di
sekolah.
6. Ciri-ciri kurikulum merdeka
a) Bersifat membebaskan, membebaskan yang diartikan sebagai proses
memerdekakan dari segala belenggu formalistik yang malah akan mencetak
generasi tidak mampu kritis terhadap segala hal dan tidak mampu berkreasi
dalam berbagai situasi.
b) Mencakup semangat keberpihakan, keberpihakan yang dimaksud adalah
pendidikan harus disajikan dengan sepenuh hati, karena pendidikan merupakan
hak semua manusia.
c) Berprinsip partisipatif, yang mengharuskan adanya sinergi antara sekolah, wali
murid dan juga lingkungan. Hal ini bertujuan agar pendidikan menjadi sebuah
hal yang relevan dengan apa yang dibutuhkan peserta didik dan juga sebagai
sarana controlling perkembangan peserta didik.
d) Kurikulum yang berbasis kebutuhan, point ini memperkuat point sebelumnya.
Biar bagaimanapun sistem yang baik akan menghasilkan output yang baik juga.
e) Menjunjung asas kerja sama, maksudnya adalah sinergi antara guru dan murid
untuk bekerja sama menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
f) Evaluasi yang dititik beratkan pada peserta didik, karena pembelajaran bisa
dibilang berhasil jika peserta didik diposisikan sebagai subjek yang harus terus
menerus di evaluasi perkembanganya.
g) Percaya diri, tidak dapat dipungkiri bahwa kepercayaan diri akan sangat
menunjang dalam pengembangan potensi peserta didik dalam kapasitas
individu maupun sosial.

24
F. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif dalam
IKM

Evaluasi formatif dan sumatif adalah suatu model evaluasi yang dikembangkan
oleh seorang ahli yang bernama Scriven. Pada awalnya Scriven menggunakan istilah
outcome evaluation of an intermediate stage in development of the teaching instrument
pada tahun 1967. Konsepsi Scriven Model Michael Scriven lengkapnya Michael John
Scriven seorang filsuf akademis dan akademisi yang terkenal karena konstribusinya
dalam teori dan praktik evaluasi. Salah satu yang sering disebut sebagai Scriven Model
adalah model evaluasi formatif dan sumatif.
Selengkapnya ia menyatakan perbedaan kedua macam evaluasi itu bahwa
Evaluasi formulatif ini digunakan untuk membantu proses pengembangan program
sedangkan evaluasi sumatif digunakan untuk menaksir seluruh nilai, arti, atau makna
dari suatu program telah di kembangkan. Konsep setelah di kembangkan
mengondisikan dengan eksplisit bahwa evaluasi sumatif bukan bagian dari proses
mengembangkan program. Penelitian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif
menujukan bahwa hasil yang diperoleh pada evaluasi formatif berupa UTS (Ujian
Tengah Semester). Sedangakan evaluasi suamtif yang diperoleh berupa UAS ( Ujian
Akhir Semester). Dari ujian tersebut guru dapat melakukan penilain siswa dari hasil
jawaban ujian tersebut.32
Pada evaluasi formatif, pengumpulan data dan informasi diarahkan pada
kekurangan atau kesalahan yang ada dalam program yang dievaluasi. Data dan
informasi yang dikumpulkan akan digunakan untuk perbaikan program atau produk
sebagaian ataupun secara keseluruhan. Evaluator hanya bertindak untuk memperoleh
keputusan hasil evaluasi, sedangkan tindak lanjut hasil evaluasi dikembalikan kepada
stakeholder. Kemudian evaluator konsultan ahli disesuaikan dengan jenis program yang
dievaluasi, misal untuk program pembelajaran yang dilibatkan ahli mata pelajaran
(Subject Matter Expert), special pembelajaran (Learning Specialist), spesialis pebelajar
(Learner Specialist). Sedangkan pengguna atau sasaran program yang terlibat adalah
pendidik profesional (guru) dan peserta didik dan/atau orangtua (bila dilibatkan dalam
program).33

32
Ina Magdalena, dkk, Menganalisis Pelaksanaan Evaluasi Formatif Siswa di MI Nurul Huda Kota
Tangerang, Nusantara : Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, Vol. 2, No, 3, November 2020, hlm. 488.
33
Helda Kusuma Wardani, Fajarsih Darusuprapti, Mami Hajaroh. “Model-Model Evaluasi Pendidikan
Dasar (Scriven Model, Tyler Model, dan Goal Free Evaluation”. Vol.6 No.1, Januari 2022.

25
Evaluasi sumatif hanya dilakukan setelah program dilaksanakan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang dapat dianalisis dalam menentukan nilai
keefektifan & efisiensi kemanfaatannya. kinerja. Tujuan utama evaluasi sumatif untuk
menentukan apakah program memenuhi harapan.
Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui seberapa jauh program
yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan. Perbaikan
dapat segera dilakukan ketika hambatan dan kendala yang ada teridentifikasi. Evaluasi
sumatif bertujuan untuk mengukur ketercapaian program. Fungsi evaluasi sumatif
dalam evaluasi program pembelajaran adalah sebagai sarana untuk mengetahui posisi
atau kedudukan individu di dalam kelompoknya.34
Adapun beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam merancang dan
melaksanakan evaluasi formatif dan sumatif adalah sebagai berikut :
a) Komprehensif, progresif dan terintegrasi dengan baik ke dalam aktivitas di dalam
kelas
b) Sesuai dengan tujuan, outcome kompetensi yang mereka inginkan untuk dinilai
c) Jelas, bermanfaat, tidak ambigu.35
Sedangkan langkah-langkah Formatif dan Sumatif Evaluation Model, dalam
model evaluasi formatif dan sumatif dilakukan dengan menggunakan empat tahap
yaitu: need assesment, program planning, formative evaluation, summative
evaluation.
a) Needs assessment, dalam tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan
masalah, a) Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan
keberadaan program, b) Kebutuhan apakah yang terpenuhi dengan adanya
pelaksanaan program tersebut, c) Apa tujuan jangka panjang dalam program
tersebut.
Ini sebagaimana yang terdapat dalam pembahasan kurikulum merdeka, yaitu hal-
hal yang perlu diperhatikan sebelum menentukan masalah dan bisa terwujud dengan
optimal maka bisa melalui, 1) peningkatan kompetensi kepemimpinan, kolaborasi
antar elemen masyarakat, dan budaya, 2) peningkatan sarana prasarana serta
pemanfaatan teknologi informasi pendidikan di seluruh satuan pendidikan, 3)

34
Suharsimi Arikunto, Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis
Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal.42
35
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal.36

26
perbaikan pada kebijakan, prosedur, dan pendanaan pendidikan, dan 4)
penyempurnaan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.
b) Program planning, dalam tahap kedua evaluator mengumpulkan data yang terkait
langsung dengan pembelajaran dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang
telah diidentifikasi pada tahap kesatu. Dalam tahap perencanaan ini program
pembelajaran dievaluasi dengan cermat untuk mengetahui apakah rencana
pembelajaran telah disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Evaluasi tahap ini
tidak lepas dari tujuan yang telah dirumuskan.
Ini sebagaimana yang terdapat dalam pembahasan kurikulum merdeka yaitu Upaya
pemerintah terhadap perubahan revolusi industri yang begitu cepat ialah melalui
edukasi. Proses edukasi telah melalui berbagai fase. Fase 1 adalah pembelajaran
yang berpusat pada guru, dimana guru sebagai pusat pengetahuan dan buku
pelajaran sebagai sumber materi. Fase 2, pembelajaran berpusat pada interaksi
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Fase 3 adalah pembelajaran yang
berpedoman pada kolaborasi. Fase 4 adalah pembelajaran yang lebih fleksibel dan
kreatif, fase ini pembelajar dapat menekuni lintas bidang ilmu ataupun
pembelajaran jarak jauh. Fase ini, pendidikan dapat melampaui batas. Artinya,
akses pembelajar terhadap informasi sangatlah luas. Maka peran guru haruslah
mampu memfasilitasi pembelajar agar mereka tetap on the track. Guru harus
mampu menyediakan kegiatan bagi pembelajar untuk memecahkan masalah dan
berbasis pada team-work. Pada sistem penilaian, pembelajar dinilai berdasarkan
proses berjuang selama kegiatan pembelajaran dan bukan atas dasar tes dan nilai
saja. Dengan alasan tersebut, maka pemerintah menerapkan pendidikan yang
merdeka, atau dikenal dengan merdeka belajar.
c) Formative evaluation, Dalam tahap ketiga ini evaluator memusatkan perhatian pada
keterlaksanaan program. Dengan demikian, evaluator diharapkan terlibat dalam
program karena harus mengumpulkan data dan berbagai informasi dari
pengembang program.
Ini sebagaimana yang terdapat dalam pembahasan kurikulum merdeka yaitu
Berprinsip partisipatif, yang mengharuskan adanya sinergi antara sekolah, wali
murid dan juga lingkungan. Hal ini bertujuan agar pendidikan menjadi sebuah hal
yang relevan dengan apa yang dibutuhkan peserta didik dan juga sebagai sarana
controlling perkembangan peserta didik.

27
d) Summative evaluation, Dalam tahap keempat, yaitu evaluasi sumatif, paraevaluator
diharapkan dapat mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari
program. Melalui evaluasi sumatif ini, diharapkan dapat diketahui apakah tujuan
yang dirumuskan untuk program sudah tercapai, dan jika belum, dicari bagian mana
yang belum dan apa penyebabnya.36
Ini sebagaimana yang terdapat dalam pembahasan kurikulum merdeka yaitu
Evaluasi yang dititik beratkan pada peserta didik, karena pembelajaran bisa dibilang
berhasil jika peserta didik diposisikan sebagai subjek yang harus terus menerus di
evaluasi perkembanganya.
Karena bagaimanapun juga evaluasi formatif adalah evaluasi yang biasanya
dilakukan ketika suatu produk atau program tertentu sedang dikembangkan dan
biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk melakukan perbaikan
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah program
berakhir. Tujuan dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur pencapaian program.
Implementasi evaluasi formatif dan sumatif dapat digunakan untuk mengevaluasi
proses pembelajaran pada penelitian tindakan kelas.

G. Prosedur Pengembangan Evaluasi Formatif Sumatif


1. Perencanaan Evaluasi
Perencanaan evaluasi dilakukan untuk memfasilitasi pengumpulan data, sehingga
memungkinkan membuat pernyataan yang valid tentang pengaruh sebuah efek atau
yang muncul di luar program, praktek, atau kebijakan yang di teliti. Kegunaan dari
perencanaan evaluasi adalah : (1) perencanaan evaluasi membantu untuk
mengetahui apakah standar dalam menyatakan sikap atau perilaku telah mencapai
sasaran atau tidak, jika demikian sasaran akan dinyatakan ambigu dan akan
kesulitan merancang tes untuk mengukur prestasi siswa; (2) perencanaan evaluasi
adalah proses awal yang dipersiapkan untuk mengumpulkan informasi yang
tersedia; (3) rencana evaluasi menyediakan waktu yang cukup untuk mendesain tes.
2. Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai
dengan perencanaan evaluasi. Dengan kata lain tujuan evaluasi, model dan jenis

36
Farizal Fetrianto, Penerapan Formative Summative Evaluation Model Dalam Penelitian Tindakan,
Pendidikan Olahraga Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Prosiding Seminar Nasional Profesionalisme
Tenaga Profesi PJOK, 2017.

28
evaluasi, objek evaluasi, instrumen evaluasi, sumber data, semuanya sudah
dipersiapkan pada tahap perencanaan evaluasi yang pelaksanaannya bergantung
pada jenis evaluasi yang digunakan. Jenis evaluasi yang digunakan akan
mempengaruhi seorang evaluator dalam menentukan prosedur, metode, instrumen,
waktu pelaksanaan, sumber data dan sebagainya.
3. Monitoring Pelaksanaan Evaluasi
Monitoring dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi pembelajaran
telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah ditetapkan atau belum, dengan
tujuan untuk mencegah hal-hal negatif dan meningkatkan efisiensi pelaksanaan
evaluasi. Monitoring mempunyai dua fungsi pokok (1) melihat relevansi
pelaksanaan evaluasi dengan perencanaan evaluasi; (2) melihat halhal apa yang
terjadi selama pelaksanaan evaluasi dengan mencatat, melaporkan dan
menganalisis faktor-faktor penyebabnya. Dalam pelaksanaannya dapat digunakan
teknik (1) observasi partisipatif; (2) wawancara bebas atau terstruktur; (3) studi
dokumentasi. Hasil dari monitoring dapat dijadikan landasan dan acuan untuk
memperbaiki pelaksanaan evaluasi selanjutnya
4. Pengolahan Data
Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan menjadi
sebuah sajian data yang menarik dan bermakna. Data hasil evaluasi yang berbentuk
kualitatif diolah dan dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil evaluasi yang
berbentuk kuantitatif diolah dan dianalisis dengan bantuan statistika deskriptif
maupun statistika inferensial.
5. Pelaporan Hasil Evaluasi
Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi antara
sekolah, peserta didik dan orang tua dalam upaya mengembangkan dan menjaga
hubungan kerja sama yang harmonis, oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan (a) konsisten dengan pelaksanaan nilai di sekolah; (b) memuat
perincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan
dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi perkembangan peserta didik; (c)
menjamin orang tua akan informasi permasalahan peserta didik dalam belajar; (d)
mengandung berbagai cara dan strategi berkomunikasi; (d) memberikan informasi
yang benar, jelas, komprehensif dan akurat.

29
6. Penggunaan Hasil Evaluasi
Salah satu penggunaan hasil evaluasi adalah laporan. Laporan yang dimaksudkan
untuk memberikan feedback kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara umum terdapat lima
penggunaan hasil evaluasi untuk keperluan berikut: (a) Laporan
Pertanggungjawaban, dengan asumsi banyak pihak yang berkepentingan terhadap
hasil evaluasi, (b) Seleksi, dengan asumsi setiap awal dan akhir tahun terdapat
peserta didik yang masuk sekolah dan menamatkan sekolah pada jenjang
pendidikan tertentu, (c) Promosi, dengan asumsi prestasi yang diperoleh akan
diberikan ijazah atau sertifikat sebagai bukti fisik setelah dilakukan kegiatan
evaluasi, (d) Diagnosis, dengan asumsi hasil evaluasi menunjukkan ada peserta
didik yang kurang mampu menguasai kompetensi sesuai dengan kriteria yang yang
telah ditetapkan, (e) Memprediksi Masa Depan Peserta Didik, tujuannya adalah
untuk mengetahui sikap, bakat, minat dan aspek-aspek kepribadian lainnya dari
peserta didik.37

37
La Ode Ismail Ahmad, dkk, Pengembangan Evaluasi Formatif dan Sumatif, Hawari: Jurnal Pendidikan
Agama dan Keagamaan Islam, Vol. 3, No. 1, 2022, hlm. 100-104.

30
PENUTUP

Kesimpulan
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan jangka pendek untuk
memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran.
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam Silabus. RPP merupakan
komponen penting dari KTSP, yang pengembangannya harus dilakukan secara
profesional.
3. Kurikulum merupakan program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik
atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.
4. Dalam RPP terdapat beberapa komponen-komponen yang meliputi:
a. Identitas mata pelajaran
b. Standar Kompetensi (SK)
c. Kompetensi Dasar (KD)
d. Indikator pencapaian kompetensi
e. Tujuan pembelajaran
f. Materi ajar
g. Alokasi waktu
h. Metode pembelajaran
i. Kegiatan pembelajaran
j. Penilaian hasil belajar
k. Sumber belajar dan alat
5. Prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangn RPP, antara lain sebagai berikut:
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
c. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
d. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
e. Keterkaitan dan keterpaduan
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
31
6. Praktek mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kurikulum akan berjalan dengan
baik dan mudah ketika pengembangan RPP secara kontekstual dirancang oleh guru yang
akan melaksanakan pembelajaran dikelas yang berisi skenario tentang apa yang akan
dilakukan siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya, serta disesuaikan
dengan kondisi peserta didik dan lingkungan sekitar.
7. Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pelaksnaan Pembelajaran (RPP),
dimulai dari mencantumkan identitas RPP, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran,
Metode Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran, Sumber Belajar, dan
Penilaian.

32
DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin. 2019. Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum di Indonesia sejak Zaman


Kemerdekaan hingga Reformasi. Jakarta: Prenada Media Grup.

Anwar, Kasful dan Hendra Harmi. 2011. Perencanaan Sistem Pembelajaran KTSP. Bandung:
Alfabeta.

Asrul. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Medan : Citapustaka media.

Al Fajri, Bahri. 2022. Evaluasi Program Pendidikan. Medan: Umsu press.

Ainia, K.D. 2020. Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya
bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia. Vol. 95, No. 101.

Aryanti, Dwi dan M. Indra Saputra. 2023. Penerapan Kurikulum Merdeka sebagai Upaya
Dalam Mengatasi Krisis Pembelajaran (Learning Loss). Educatio: Jurnal Ilmu
Kependidikan. Vol. 18, No. 1.

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2009. Evaluasi Program Pendidikan:
Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Baro’ah, Siti. 2020. Kebijakan Merdeka Belajar Sebagai Strategi Peningkatan Mutu
Pendidikan. Jurnal Tawadhu. Vol. 4, No. 1.

Bararah, Isnawardatul. 2017. Efektifitas Perencanaan Pembelajaran dalam Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Jurnal Mudarrisuna, Vol. 7, No. 1.

Barnawi & M. Arifin. 2012. Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Budiastuti, Pramudita dkk. 2021. Analisis Tujuan Pembelajaran dengan Kompetensi Dasar
pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dasar Listrik dan Elektronika di Sekolah
Menengah Kejuruan. Jurnal Edukasi Elektro, Vol. 5, No. 1.

Direktorat Pendidikan Madrasah. 2010. Wawasan Pendidikan Karakter Dalam Islam. Jakarta:
Kementrian Agama.

Elis Ratnawulan. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Pustaka Setia : Bandung.


33
Fikri, Miftahul dkk. 2019. Pelaksanaan Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Nulisbuku.

Fetrianto, Farizal. 2017. Penerapan Formative Summative Evaluation Model Dalam Penelitian
Tindakan. Pendidikan Olahraga Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Prosiding
Seminar Nasional Profesionalisme Tenaga Profesi PJOK.

Irodati, Fibriyan. 2013. Skripsi Implementasi Pengembangan RPP Berbasis Karakter dalam
Pembelajaran Mata Pelajaran PAI Kelas XI di SMK Negeri 6 Yogyakarta. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga.

Irodati, Fibriyan. 2021. Prinsip Pengembangan RPP Berbasis Karakter dalam Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Jurnal Ar-Rihlah: Inovasi Pengembangan Pendidikan Islam.
Vol. 6, No.1.

Idrus. 2019. Evaluasi dalam Proses Pembelajaran. Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam. Vol. 9. No. 2.

Ismail Ahmad, La Ode dkk. 2022. Pengembangan Evaluasi Formatif dan Sumatif. Hawari:
Jurnal Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam. Vol. 3, No. 1.

Kusuma Wardani, Helda, Fajarsih Darusuprapti, Mami Hajaroh. 2022. Model-Model Evaluasi
Pendidikan Dasar (Scriven Model, Tyler Model, dan Goal Free Evaluation). Vol.6,
No.1.

Magdalena, Ina, Hadana Nur, dan Raafiza Putri. 2000. Pentingnya Evaluasi dalam
Pembelajaran dan Akibat Memanipulasinya. Bintang: Jurnal Pendidikan dan Sains.
Vol. 2, No. 2.

Magdalena, Ina dkk. 2020. Menganalisis Pelaksanaan Evaluasi Formatif Siswa di MI Nurul
Huda Kota Tangerang. Nusantara : Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial. Vol. 2, No. 3.

Madhakomala, dkk. 2022. Kurikulum Merdeka dalam Perspektif Pemikiran Pendidikan Paulo
Freire. At-Ta’lim: Jurnal Pendidikan. Vol. 8, No. 2.

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Permendikbud No. 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2020-2024. Jakarta: Depdiknas.

34
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun
2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sudin, Ali. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI Press.

Supriatna, Tono. 2022. Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran. Inovasi
Kurikulum: Jurnal UPI. Vol. 19, No. 2.

Sumarsih, Ineu dkk. 2022. Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak.
Jurnal Basicedu. Vol .6, No. 5.

Undang- Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerinah no. 19. Th.2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

35

Anda mungkin juga menyukai