Anda di halaman 1dari 28

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Sulawesi Tenggara

SPESIFIKASI TEKNIS
BELANJA MODAL BANGUNAN
GEDUNG KANTOR
2023
SPESIFIKASI TEKNIS
REHABILITASI GEDUNG KANTOR DPMD (LANJUTAN)
SYARAT – SYARAT UMUM :
1. Dalam pekerjaan ini dibutuhkan perusahaan dengan Sertifikat Badan Usaha (SBU):
- Standar Usaha Jasa Kontruksi Nomor KBLI 41012 Subklasifikasi BG002, Sesuai dengan Permen
PUPR Nomor 6 Tahun 2021, atau
- Klasifikasi Bangunan Gedung Subklasifikasi BG004, Sesuai dengan Permen PUPR Nomor
19/PRT/M/2014
- Kualifikasi Kecil
2. Personil yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
NO Jabatan dalam pekerjaan Tingkat Pengalaman Sertifikat Kompetensi Jumlah
yang akan dilaksanakan pendidikan kerja Kerja (orang)
Profesional
1 Pelaksana - 2 Tahun TA 022 1
2 Ahli K3 Konstruksi - 3 Tahun Ahli Muda K3 1
*Peserta Wajib melampirkan pengalaman atau referensi kerja untuk personil 1

3. Peralatan utama yang disyaratkan dalam pekerjaan ini adalah :


NO Jenis Kapasitas Jumlah Status / Kepemilikan
1 Drum Truck 3-4 m3 2 Unit Milik/Sewa/ Sewa Beli
2 Mesin Las Standar 1 Unit Milik/Sewa/ Sewa Beli
3 Air Compresor 1 Hp 1 Unit Milik/Sewa/ Sewa Beli
4 Bor Listrik Standar 3 Unit Milik/Sewa/ Sewa Beli
5 Scafolding Standar 10 Set Milik/Sewa/ Sewa Beli
6 Generator Set 6500 Watt 1 Unit Milik/Sewa/ Sewa Beli

4. Bahaya Dan Penetapan Resiko Keselamatan Konstruksi dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
NO Jenis Type Uraian Identifikasi Bahaya Tingkat Resiko Ket
1 Pekerjaan ACP Pekerja terluka akibat alat kerja, Sedang
tertimpa material, terjatuh dari
ketinggian
BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor/Pemborong meliputi bagian-bagian pekerjaan


yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana Kerja dan Syarat- syarat Teknis ini.

1.1. PEKERJAAN PENDAHULUAN/PERSIAPAN


Meliputi pembuatan papan nama proyek, pembongkaran item bangunan lama,
pengikisan cat tembok lama, dan komponen biaya keselamatan konstruksi serta
dokumentasi dan administrasi.

1.2. PEKERJAAN REHAB/PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG


Termasuk dalam pekerjaan ini pemasangan atap, langi-langit (langit-langit), pengecatan
dan pekerjaan elektrikal sesuai Gambar Kerja dan RKS.

1.3. PEKERJAAN AKHIR.


Meliputi pekerjaan pembersihan akhir dan pembuatan as-built drawing dan backup data.

Pasal 2
MEMULAI KERJA

2.1. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap
dalam Gambar kerja. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan
semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan, keterangan produk, cara
pemasangan dan/atau spesifikasi/ persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
2.2. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan perintah kerja
pelaksanaan pekerjaan (SPK), pihak Kontraktor/Pemborong harus sudah memulai
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
Apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor/Pemborong yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan
ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia/Owner.

Pasal 3
PAPAN NAMA PROYEK

Kontraktor/Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atas biaya Kontraktor/Pemborong.
Pasal 4
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

4.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor


atau biasa disebut „Site Manajer‟ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan
pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor/Pemborong,
berpendidikan minimal Sarjana Muda Teknik Sipil/Arsitektur atau sederajat dengan
pengalaman minimum 3 (tiga) tahun.

4.2. Dengan adanya „Pelaksana‟ tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

4.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemimpin/Ketua Proyek


dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan „Pelaksana‟ untuk mendapat persetujuan.

4.4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin/Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas
bahwa „Pelaksana‟ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin
pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertulis untuk
mengganti „Pelaksana‟.

4.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan,


Kontraktor/Pemborong harus sudah menunjuk „Pelaksana‟ yang baru atau
Kontraktor/Pemborong sendiri (Penanggung Jawab/Direktur Perusahaan) yang akan
memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 5
RENCANA KERJA

5.1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor/Pemborong wajib


membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa bar chart
dan S-curve bahan dan tenaga.

5.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan
Penunjukan (SPK) diterima oleh Kontraktor/Pemborong. Rencana Kerja yang telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi Tugas/Pemimpin/Ketua Proyek.

5.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua) kepada
Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana. 1 (satu)
salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor/Pemborong di
lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan/prestasi kerja.
5.4. Kontraktor/Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan penbangunan pekerjaan sesuai
dengan Rencana Kerja tersebut.

5.5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor/Pemborong berdasarkan


Rencana Kerja tersebut.

Pasal 6
BARAK KERJA DAN GUDANG BAHAN

6.1. Barak Kerja Dan Gudang Bahan.


Kontraktor/Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor Pemborong di
lapangan, los kerja untuk para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk
menyimpan barang-barang, yang mana tempatnya/lokasinya akan ditentukan oleh
Konsultan Pengawas/Personalia Proyek.
Atau jika disepakati Kontraktor/Pemborong dapat menggunakan ruangan pada
bangunan yang dialihfungsikan sementara.

6.2. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menjaga keamanan dan kebersihan los Pemborong,


los Pengawas beserta inventarisnya.

6.3. Kantor Pemborong, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai
oleh Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/pekerjaan
tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh Kontraktor/Pemborong, dan bahan-
bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor/Pemborong.

Pasal 7
KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA

7.1. Selama masa pekerjaan, Kontraktor/Pemborong harus senantiasa memelihara kebersihan


lokasi pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu diangkut dan dikumpulkan
di suatu tempat yang telah ditentukan.

7.2. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan
cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam proyek.

7.3. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK di tempat pekerjaan.

7.4. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja,
bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas.
Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Kontraktor/Pemborong harus
bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
7.5. Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor/Pemborong selekas mungkin memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan
korban kecelakaan itu.

7.6. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor/Pemborong wajib menyediakan tabung


alat pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dan siap pakai, dengan jumlah
sekurang-kurangnya 1 (satu) buah tabung. Tabung berkapasitas 12 kg.

7.7. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan
Harian Lepas pada Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek-
proyek Departemen Pekerjaan Umum, Pihak Kontraktor/Pemborong yang sedang
melaksanakan pembangunan / pekerjaan agar ikut serta dalam program ASTEK dan
memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin Proyek.

Pasal 8
TENAGA DAN SARANA KERJA

Kontraktor/Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan


berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan
pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun
hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai
dengan sempurna sampai dengan diserah-terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi
Tugas.

8.1. TENAGA KERJA / TENAGA AHLI


Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan
volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.

8.2. PERALATAN BEKERJA


Menyediakan alat-alat bantu seperti mesin las, alat bor, alat-alat pengangkat dan
pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.

8.3. BAHAN-BAHAN BANGUNAN


Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.

8.4. PENYEDIAAN AIR DAN LISTRIK UNTUK BEKERJA


8.4.1 Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor/Pemborong dengan membuat
sumur pompa sementara di lokasi proyek atau di-supply dari luar.
8.4.2 Air harus bersih, bebas dari : bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari
Konsultan Pengawas / Direksi.
8.4.3 Kontraktor/Pemborong harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang
senantiasa terisi penuh dengan kapasitas minimum 3,5 m3.
8.4.4 Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor/Pemborong dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan
Genset untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan
sementara apabila sambungan sementara PLN tidak memungkinkan dan harus atas
petunjuk Konsultan Pengawas.

Pasal 9
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

9.1. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


Untuk menghindari klaim dari „User’ / Proyek dikemudian hari, maka Kontraktor/Pemborong
harus betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan
“ukuran jadi (finished)” sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan RKS.

Kontraktor/Pemborong wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk


dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang
dipergunakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk
yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, pemborong harus menyediakan :
1. Penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama pelaksanaan
pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut
kontrak.
2. Buku komunikasi untuk kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
3. Buku Tamu untuk kunjungan tamu-tamu yang tidak ada hubungannya dengan proyek.
4. Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari pekerjaan.
5. Alat-alat yang senantiasa disiapkan di proyek adalah :
 1 (satu) kamera.
 1 (satu) alat ukur optik ( theodolit/waterpass).
 1 (satu) unit komputer dan printer.
 1 (satu) alat ukur panjang 5 m & 50 m.
 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.

9.2. STANDAR YANG DIPERGUNAKAN.


Semua pekerjaan yang akan silaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi Indonesia,
Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan
pekerjaan, antara lain :
PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia.
NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia.
PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik.
PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia.
SII : Standar Industri Indonesia.
Serta :
 Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang Keselamatan Tenaga Kerja
yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang penanggulangan
bahaya kebakaran.

Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standar/Normalisasi tersebut di atas, maka berlaku


Peraturan/Standar/Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal produsen bahan/
material/komponen yang bersangkutan.

Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :


 Dokumen Lelang yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar Kerja, RKS, BOQ,
BA, Aanwijzing dan Surat Perjanjian/Kontrak ).
 Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor/Pemborong dan sudah disetujui/disahkan
oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

Pasal 10
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN

10.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.
10.2. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor/Pemborong harus memberikan
data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
10.3. Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas Lapangan
dari Konsultan Pengawas.
10.4. Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada
Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.

Pasal 11
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

11.1. Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat/berlaku adalah RKS.
11.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dan detail
gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja.
Kontraktor/Pemborong harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan
spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam
gambar atau dari ketidak-sesuaian antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari
karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan spesifikasi atau gambar kerja yang
mungkin diperlukan oleh keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan
oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis.
11.3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya. Permukaan-permukaan
pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian dan ukuran yang
tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas.
11.4. UKURAN
11.4.1 Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi :
 As - as
 Luar - luar
 Dalam - dalam
 Luar - dalam.
11.4.2 Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Centimeter
(cm) untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, dan ukuran Milimeter (mm) untuk
pekerjaan Baja dan Mekanikal/Elektrikal.
11.4.3 Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada dasarnya adalah
ukuran jadi seperti dalam keadaan jadi/selesai ( “finished”).
11.4.4 Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor/Pemborong wajib melaporkan
secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan
keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.
11.4.5 Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran
skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis.
Kontraktor/Pemborong tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran
yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan
Pengawas/Direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab
Kontraktor/Pemborong baik dari segi biaya maupun waktu.

11.5. PERBEDAAN GAMBAR


11.5.1 Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja,
maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat (berlaku).
11.5.2 Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/Struktur, maka
Kontraktor/Pemborong wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang
akan memutuskannya setelah berkonsultasi dengan Konsultan Perencana.
11.5.3 Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan satu
bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka
didalam hal terdapat ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-perbedaan
dan ataupun ketidak-sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja,
Kontraktor/Pemborong diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas secara
tertulis dan selanjutnya diadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas/Direksi
dan Konsultan Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan
dijadikan pegangan.
11.5.4 Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor/Pemborong
untuk memperpanjang/meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.
11.6. ISTILAH
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai berikut :
SD : Site Development, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan dinding beton,
batu kali penahan tanah, pengerasan di luar bangunan, penanaman rumput,
pohon peneduh, perdu dan lain-lainnya.
SR : Struktur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi,
bahan konstruksi utama dan spesifikasinya, dimensioning kolom, balok dan tebal
lantai.
AR : Arsitektur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan
perancangan bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja
yang ada baik teknis maupun estetika.
M : Mekanikal, yang ada hubungannya dengan sistim air bersih-air kotor- drainase,
sistim pemadam kebakaran, sistim instalasi diesel-generator set dan sistim
pengkondisian udara (AC).
EL : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan sistim penyediaan daya listrik dan
penerangan.
11.7. SHOP DRAWING.
11.7.1 Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus
dibuat oleh Kontraktor/Pemborong berdasarkan gambar Dokumen Kontrak yang
telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.
11.7.2 Kontraktor/Pemborong wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang
belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang
diminta oleh Konsultan Pengawas.
11.7.3 Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data
yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan
produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan
spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/
Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku ini.
11.7.4 Kontraktor/Pemborong wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi.
11.7.5 Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor/Pemborong dan diajukan
kepada Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuain dengan
format standar dari proyek dan harus digambar pada kertas ukuran A3.

11.8. PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN DAN PEMBUATAN “AS BUILT


DRAWING“.
11.8.1 Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan
pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
11.8.2 Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor/Pemborong
berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan, dan
sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan/dibangun oleh Kontraktor/
Pemborong (As Built Drawing).
Pasal 12
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR/PEMBORONG

12.1. Kontraktor/Pemborong harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai


dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.

12.2. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi,
menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di
atas.

12.3. Kontraktor/Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat


pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor/Pemborong berkewajiban memperbaiki kerusakan
tersebut dengan biaya Kontraktor/Pemborong sendiri.

12.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka
Kontraktor/Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi
Tugas melalui Konsultan Pengawas.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab atas segala
kerusakan yang timbul.
12.5. Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
12.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor/Pemborong dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor/Pemborong.

12.7. Selama pembangunan belangsung, Kontraktor/Pemborong harus menjaga keamanan


bahan/material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang
ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.

12.8. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah
dipasang maupun yang belum, adalah tanggung jawab Kontraktor/Pemborong dan tidak
akan diperhitungkan dalam biaya Pekerjaan Tambah.

12.9. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab atas akibatnya,


baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.

12.10. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor/Pemborong harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi
pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor/Pemborong.

Pasal 13
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN - BAHAN
13.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini
maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang
tercantum dalam A.V. 1941 dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI
Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-
ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti
material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik
untuk tujuan yang dimaksudkan.

13.2. MERK PEMBUATAN BAHAN/MATERIAL & KOMPONEN JADI.


13.2.1 Kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak, semua merk pembuatan atau
merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini dimaksudkan
sebagai dasar perbandingan kualitas/setara dan tidak diartikan sebagai sesuatu
yang mengikat.
Setiap keterangan mengenai peralatan, material barang atau proses, dalam
bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai
penentu standar atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya
membatasi persaingan, dan Kontraktor/Pemborong harus dengan sendirinya
menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang atas penilaian
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana, sesuai dengan keterangan itu.
Seluruh material paten itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang
membuatnya.
13.2.2 Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai, harus sesuai dengan
yang tercantum dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar spesifikasi bahan
tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.
13.2.3 Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli
yang diajukan/ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang bersangkutan tersebut
sebagai Pelaksana.
Dalam hal ini, Kontraktor/Pemborong tidak berhak mengajukan klaim sebagai
pekerjaan tambah.
13.2.4 Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan
untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.
13.2.5 Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan
harus disertai test dari Laboratorium lokal/dalam negeri baik kualitas, ketahan serta
kekuatannya dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan
diketahui oleh Konsultan Perencana.
Apabila diperlukan biaya untuk test laboratorium, maka biaya tersebut harus
ditanggung oleh Kontraktor/Pemborong tanpa dapat mengajukan sebagai biaya
pekerjaan tambah.

13.3. Kontraktor/Pemborong terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-


bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas/Direksi dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua
bahan-bahan tersebut didatangkan/dipakai.
Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi dan
Konsultan Perencana adalah sebanyak 4 (empat) buah dari satu bahan yang ditentukan
untuk menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang Direksi. Paling lambat
waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.

13.4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan
kepada Kontraktor/Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah
penyerahan contoh bahan tersebut.

13.5. PENYIMPANAN MATERIAL


Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang
bersangkutan dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
13.5.1 Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang matang
agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi/akses pekerja.
13.5.2 Bahan material disusun dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first in first
out), sehingga tidak ada bahan material yang tersimpan terlalu lama dalam
gudang/stock material.
13.5.3 Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian
untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras
dan bila diminta harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar
memudahkan pemeriksaan. Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan
untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari pemiliknya.
13.5.4 Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling)
menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
13.5.5 Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring
kesamping sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase/pemasukan
dari kandungan air/cairan yang berlebihan.
Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan
bahan, agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi serta
mengatur kadar air.
Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat/dibongkar lapis demi
lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari 1 (satu) meter. Tinggi tempat
penyimpanan tidak lebih dari 5 (lima) meter.

Pasal 14
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN

14.1. Bahan-bahan yang didatangkan/dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah
disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.

14.2. bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir
/ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi bangunan/proyek
selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
14.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas/
Konsultan Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan
Pengawas/Konsultan Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada
Kontraktor/Pemborong, yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran
tersebut menjadi tanggungan Kontraktor/Pemborong sepenuhnya. Disamping itu pihak
Kontraktor/Pemborong tetap dikenakan denda sebesar satu per mil dari harga borongan.

14.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-
bahan tersebut, maka Kontraktor/Pemborong harus menguji dan memeriksakannya ke
laboratorium Balai Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut
disampaikan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas/Direksi/Konsultan Perencana.
Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor/Pemborong.

14.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari
bahan-bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan- pekerjaan
yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.

14.6. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor/Pemborong harus memberikan


penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat
pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Pasal 15
SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR

15.1. Jika Kontraktor/Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub
Kontraktor) didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/
Pemborong “wajib” memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas/Direksi
untuk mendapatkan persetujuan.

15.2. Kontraktor/Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub Kontraktor


dan Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.

15.3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan
khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus
sesuai instruksi pabrik.

Pasal 16
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA

16.1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah


permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing
didalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di
tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan Pasal-pasal yang lain
dari spesifikasi ini.
Pekerjaan ini mencakup pula perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang
ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.

16.2. Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan menentukan semua
pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang harus tetap berada di tempatnya.
Kontraktor/Pemborong harus menjaga semua jenis benda yang telah ditentukan harus
tetap di tempatnya.

16.3. Segala obyek yang ada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu lapuk, tunggul,
akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya yang muncul,
yang tidak diperuntukan berada disana; harus dibersihkan dan atau dibongkar serta
dibuang bila perlu.

Pasal 17
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN ( BOUWPLANK )

17.1. PATOK UKUR.


17.1.1 Kontraktor/Pemborong harus membuat patok-patok untuk membentuk garis-garis
sesuai dengan gambar, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas
sebelum memulai pekerjaan. Bila dianggap perlu, Konsultan Pengawas dapat
merevisi garis-garis/kemiringan dan meminta Kontraktor/Pemborong untuk
membetulkan patok-patok itu.
Kontraktor/Pemborong harus mengajukan pemberitahuan mengenai rencana
pematokan atau penentuan permukaan (level) dari bagian pekerjaan tertentu,
tidak kurang dari 48 (empat puluh delapan) jam, agar susunan patok itu dapat
diperiksa. Kontraktor/Pemborong harus membuat pengukuran atas pekerjaan
pematokan dan Konsultan Pengawas akan memeriksa pengukuran itu.
17.1.2 Patok ukur dibuat dari kayu secukupnya, berpenampang 5 x 7 cm. tertancap kuat
ke dalam tanah sedalam 100 cm. dengan bagian yang muncul diatas muka tanah
cukup untuk memberikan indikasi peil + 0,00 sesuai Gambar Kerja, dan diatasnya
ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan ketinggian diatas peil + 0,00.
17.1.3 Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada patok ukur sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas.
17.1.4 Pada dasarnya, patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian atau peil
permukaan yang ada dantercantum dalam Gambar Kerja.
17.1.5 Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan
lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama
pelaksanaan pembangunan berlangsung.
17.1.6 Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas,
dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada
instruksi dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar.
17.2. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK).
17.2.1 Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu meranti/sejenisnya dengan ukuran
tebal 3 cm dan lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
17.2.2 Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 dengan jarak satu sama lain
adalah 1,50 m. tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau
diubah.
17.2.3 Papan bangunan dipasang sejarak 2,00 m, dari as pondasi terluar atau sesuai
dengan keadaan setempat.
17.2.4 Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan antara satu dengan lainnya
atau rata waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
17.2.5 Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor/Pemborong harus
melaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
17.2.6 Kontraktor/Pemborong harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan
letak papan bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.

Pasal 18
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN

18.1. IJIN MEMASUKI TEMPAT KERJA.


18.2.1 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor/Pemborong,
tetapi karena bahan/material ataupun komponen jadi maupun mutu pekerjaannya
sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas/Direksi, harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor/Pemborong dalam waktu yang
ditetapkan oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
18.2.2 Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor/Pemborong harus
memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Petugas/Ahli dari Konsultan
Pengawas untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak
terlihat.
18.2.3 Kontraktor/Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas kapan
setiap pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Konsultan
Pengawas tidak boleh menunda waktu pemeriksaan, kecuali apabila Konsultan
Pengawas memberikan petunjuk tertulis kepada Kontraktor/Pemborong apa yang
harus dilakukan.
18.2.4 Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari
waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari
raya) tidak dipenuhi/ditanggapi oleh Konsultan Pengawas, maka
Kontraktor/Pemborong dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang
seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
18.2.5 Bila Kontraktor/Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
diperbaiki.
18.2.6 Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi tanggungan
Kontraktor/Pemborong, tidak dapat di-klaim sebagai biaya pekerjaan tambah
maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.

18.2. KEMAJUAN PEKERJAAN


18.2.1 Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh
Kontraktor/Pemborong demikian pula metode/cara pelaksanaan pekerjaan harus
diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas.
18.2.2 Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu
menurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin
penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang
diperpanjang, maka Konsultan Pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis
langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.

18.3. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN.


Bila Kontraktor/Pemborong atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja
dimana Konsultan Pengawas bermaksud untu memberikan petunjuk atau perintah, maka
petunjuk atau perintah itu harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua petugas pelaksana
atau petugas yang ditunjuk oleh Kontraktor/Pemborong untuk menangani pekerjaan itu.

18.4. TOLERANSI
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan
toleransi yang diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada
bagian lainnya.

BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN PENDAHULUAN

Pasal 1
UMUM

1.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu dan tidak terbatas
pada :
 Pekerjaan pembongkaran atap & langit-langit dan pembersihan sebelum pelaksanaan.
 Pekerjaan pengikisan cat lama dan pembersihan sebelum pelaksanaan.
1.2. PERSIAPAN PELAKSANAAN.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor/Pemborong harus mempelajari dengan
seksama Gambar Kerja. Kontraktor/Pemborong harus sudah memperhitungkan segala
kondisi di lapangan yang meliputi dan tidak terbatas pada bangunan existing, trench,
saluran drainase, pipa-pipa, instalasi existing lainnya, tiang listrik dan penangkal petir.
Kontraktor/Pemborong harus mengamankan/melindungi hasil paket pekerjaan sebelumnya
maupun yang sedang berjalan, bahan/komponen/instalasi existing yang dipertahankan
agar tidak rusak atau cacat.
Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang atau konstruksi khusus
sebagai penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar, harus dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan.

Pasal 2
PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN

2.1. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan mencakup pembongkaran/pembersihan/


pemindahan konstruksi keluar dari dalam tapak/site terhadap semua hal yang dinyatakan
oleh Konsultan Pengawas/Perencana dan Direksi tidak akan digunakan lagi, maupun yang
dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan diantaranya:
 Pembongkaran dan pembersihan item bangunan existing.
 Pembersihan material yang ada di lokasi.

2.2. Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk dapat
dilaksanakan pemasangan baru sesuai dengan Gambar Kerja.

2.3. Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak/site konstruksi dan
dikumpulkan di tempat/lokasi tertentu yang ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.
Pada dasarnya, barang-barang bongkaran tersebut tidak dapat dipakai lagi dalam
pekerjaan, kecuali apabila dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas.
2.4. Hasil pembongkaran harus dikumpulkan dan menjadi hak milik Pemberi Tugas. Serah
terima akan diatur oleh Direksi.

Pasal 3
PENGIKISAN CAT LAMA DAN PEMBERSIHAN

3.1. Pekerjaan ini meliputi pengikisan permukaan cat lama pada bagian yang akan dilakukan
pekerjaan pengecatan ulang.

3.2. Apabila ada permukaan dinding/tembok yang keropos, pengupasan pada plesteran atau
keretakan rambut, maka perlu dilakukan perbaikan/perapihan sebelum dilaksanakan
pekerjaan pengecatan.
3.3. Apabila ada penggunaan bahan/peralatan untuk mempermudah pekerjaan pengikisan,
maka Kontraktor/Pemborong harus melakukan pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk dari
Konsultan Pengawas.

BAB III
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN REHAB/PEMELIHARAN BANGUNAN GEDUNG
ARSITEKTURAL

Pasal 1
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;
Pekerjaan pemasangan atap metal zincalume/aluzinc, lengkap dengan asesori penutup
bubungan, akhiran bubungan, alumunium foil dan atau sesuai Gambar Kerja.

1.2. PERSYARATAN BAHAN.


1.2.1 Bahan utama atap : Spandek Zincalume/aluzinc.
Ketebalan : 0,35 mm untuk atap.
Ukuran : Lebar efektif 800 mm.
Warna : Ditentukan kemudian.
1.2.2 Aksesoris (baut pengikat, plat kait, lengkap dengan ring karet kedap air), lembar
pelindung (flashing), lembar penutup bubungan (capping), sealant dan lain-lain
harus dari bahan dan tipe yang sama dengan penutup atap dan atau mengikuti
spesifikasi yang ditentukan pabrik.
1.2.3 Alumunium foil sebagai lapisan dibawah penutup atap merupakan jenis single side.
1.2.4 Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk disetujui dengan disertai
keterangan tertulis mengenai spesifikasi bahan, detail bentuk, ukuran serta petunjuk
cara pemasangan.

1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


1.3.1 Bila Pemberi Tugas/Pihak Pemberi Tugas (PPTK) menganggap perlu, maka Pemberi
Tugas berhak meminta Kontraktor agar dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus
diawasi oleh tenaga ahli/supervisi khusus dari pabrik pembuat dengan dan atas
biaya tanggungan Kontraktor.
1.3.2 Lembaran penutup atap diangkut ke atas rangka atap hanya apabila akan
dipasang, rusuk atas lembaran penutup atap harus menghadap sisi dimana
pemasangan dimulai.
1.3.3 Kontraktor harus memeriksa dengan teliti serta seksama dan memastikan bahwa
permukaan atas semua gording atau atap sudah satu bidang. Jika belum satu
bidang, dapat menyetel atau mengganjal bagian-bagian ini terhadap rangka
penumbu/gording.
Dalam keadaan apapun juga untuk mengatur kemiringan atap, ganjal tidak
diperkenankan dipasang langsung di bawah plat kait.
Hal ini harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh Kontraktor karena penyetelan dan
pengganjalan tidak tepat akan mengakibatkan gangguan pengikatan, terutama
jika jarak penyangga kecil.
1.3.4 Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan plat
kait. Jarak perletakan pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap ujung/tepi
lembaran harus memenuhi persyaratan pabrik.
1.3.5 Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk mencegah
pergeseran. Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat disetel 2 mm. dengan
menarik plat kait menjauhi atau menekan ke arah lembaran pada saat
mengikatkan plat kait tersebut.
Untuk mencegah plat kait bergeser ke bawah, harus dipergunakan pengikat positif
yaitu sekrup atau baut pada plat kait tersebut.
1.3.6 Arah pemasangan lembaran dari bawah ke atas kemudian dilanjutkan
pemasangan ke samping dengan arah tetap dari bawah ke atas dan seterusnya.
1.3.7 Pada tumpangan akhir, sebaiknya gunakanlah 2 (dua) lembar atau lebih dengan
ukuran yang lebih pendek. Tumpangan/overlap akhir harus memenuhi persyaratan
pabrik.
1.3.8 Kontraktor harus teliti dan rapi sehingga lembaran setelah terpasang rapi dan lurus,
garis-garis rusuk lembaran sejajar, lurus, tidak bergelombang ke arah horizontal
maupun vertikal, menghasilkan penampilan yang baik.
1.3.9 Bagian lembaran setelah terpasang, yang boleh diinjak hanyalah pada rusuk tepat
di atas gording.

Pasal 2
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT/PLAFOND

2.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;
Penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan ini hingga dicapai hasil pekerjaan yang bernutu
baik dan sempurna.
Pekerjaan langit-langit gypsumboard dan kalsiboard dilakukan termasuk rangka dan list
Langit-langit, dilakukan meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar
dan sesuai petunjuk Direksi/Pengawas

2.2. PERSYARATAN BAHAN.


2.2.1 Bahan untuk langit-langit ada 2 (dua) jenis, yaitu gypsumboard dengan dimensi
244x122x0.9 cm dan kalsiboard dengan dimensi 244x122x0,45 cm.
2.2.2 Bahan rangka langit-langit menggunakan besi hollow dimensi 2x4 cm dan 4x4 cm.
2.2.3 List profil langit-langit ada 2 (dua) jenis, list profil gypsum dan list profil kayu.
2.2.4 Pola pemasangan dan pola ukuran sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.
2.2.5 List keliling/tepi dan setiap sambungan kalsiboard atau gypsumboard diberi
penutup dengan compound dan kain kasa serta lem.
2.2.6 Untuk rangka dan penggantung dipergunakan aluminium hollow 4x4 cm dan kawat
beton sebagai pengikat menambah kuatnya rangka.

2.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


2.3.1 Rangka langit-langit dipasang setelah sisi bagian bawah diratakan, pemasangan
sesuai dengan pola yang ditunjukkan dalam gambar.
2.3.2 Bidang pemasangan bagian rangka langit-langit harus rata, tidak cembung, kaku,
dan kuat, kecuali dinyatakan lain oleh Direksi/Pengawas.
Jarak pemasangan antara unit penutup langit-langit dibuat maksimum 4 mm atau
sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.
2.3.3 Hasil pemasangan penutup langit-langit harus rata, tidak melentur.
2.3.4 Semua sambungan penutup langit-langit dipasang list profil.
2.3.5 Pada pekerjaan langit-langit ini perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang
dalam pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan pekerjaan langit-langit
ini. Sebelum dilaksanakan pemasangan langit-langit, pekerjaan lain yang terletak di
atasnya sudah terpasang dengan sempurna.
2.3.6 Pola pemasangan langit-langit dan juga elevasi ketinggian langit-langit sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar.
2.3.7 Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam
pengerjaan dan perawatan/keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan
pekerjaan.
2.3.8 Bila terjadi ketidak sempurnaan dalam pengerjaan, atau kerusakan, Penyedia Jasa
Konstruksi harus memperbaiki/mengganti dengan bahan yang sama mutunya
tanpa adanya tambahan biaya.
2.3.9 Penyedia Jasa Konstruksi harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil/
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut, sehingga
dapat tercapainya mutu pekerjaan yang baik dan sempurna.

Pasal 3
PEKERJAAN PENGECATAN

3.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;
 Pekerjaan pengecatan dinding interior
 Pekerjaan pengecatan dinding exterior
 Pekerjaan pengecatan plafond/langit-langit
 Pekerjaan waterproofing
Semua permukaan dinding pasangan batu bata, permukaan beton yang tampak
(exposed), langit-langit dan lantai dak seperti tercantum dalam Gambar Kerja/Buku
rencana kerja.

3.2. PERSYARATAN BAHAN.


3.2.1 Cat tembok eksterior, type cat weather coat (Weathershield) atau setara.
 Warna : ditentukan kemudian.
 Pengeringan : minimum setelah 2 jam lapis berikutnya dapat dilakukan.
 Sistem pengecatan : dilakukan 2 kali setelah pengecatan dasar, warna harus
merata/tidak membayang.
3.2.2 Cat tembok Interior (juga untuk langit-langit), bahan dari jenis acrylic emulsion
kualitas baik, tipe interior matt emulsion.
 Warna : ditentukan kemudian.
 Pengeringan : minimum setelah 2 jam lapis berikutnya dapat dilakukan.
 Sistem pengecatan : dilakukan 2 kali setelah pengecatan dasar, warna harus
merata/tidak membayang.
3.2.3 Cat dasar, bahan dari kualitas utama.
3.2.4 Bahan/material waterproofing lembaran untuk permukaan atas pelat atap beton.
3.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.3.1 Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat (retak,
lubang dan pecah-pecah).
3.3.2 Pengecatan tidak dapat dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan
pada bidang pengecatan.
3.3.3 Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan kotoran-kotoran
lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan.
3.3.4 Seluruh bidang pengecatan dilapis dengan cat dasar, bahan plamur dari produk
yang sama dengan cat yang digunakan.
3.3.5 Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan
Pengawas serta instalansi didalamnya telah selesai dengan sempurna.
3.3.6 Sebelum bahan dikirim kelokasi pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi harus
menyerahkan/mengirimkan contoh bahan dari beberapa macam hasil produk
kepada Direksi/Konsultan Pengawas, selanjutnya akan diputuskan jenis bahan dan
warna yang akan digunakan, dan akan menginstruksikan kepada Penyedia Jasa
Konstruksi selam tidak lebih 7 (tujuh) hari kalender setelah contoh bahan diserahkan.
3.3.7 Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan label pabrik pembuatnya.
3.3.8 Contoh bahan yang telah disetujui, dipakai sebagai standar untuk
pemeriksaan/penerimaan bahan yang dikirim oleh Penyedia Jasa Konstruksi ke
tempat pekerjaan.
3.3.9 Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh Penyedia Jasa
Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas sebelum
pekerjaan dimulai/dilakukan, serta pengerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang diisyaratkan oleh pabrik yang bersangkutan.
3.3.10 Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola textur merata, tidak terdapat noda-
noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya kerusakan
akibat dari pekerjaan-pekerjaan lain.
3.3.11 Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam
pengerjaan dan perawatan/keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan
pekerjaan.
3.3.12 Bila terjadi ketidak sempurnaan dalam pengerjaan, atau kerusakan, Penyedia Jasa
Konstruksi harus memperbaiki/mengganti dengan bahan yang sama mutunya
tanpa adanya tambahan biaya.
3.3.13 Penyedia Jasa Konstruksi harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil/
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut, sehingga
dapat tercapainya mutu pekerjaan yang baik dan sempurna.

BAB IV
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN REHAB/PEMELIHARAN BANGUNAN GEDUNG
ELEKTRIKAL
Pasal 1
UMUM

Syarat-syarat Instalasi Elektrikal ini berisi perincian yang memperjelas/menambahkan hal-hal yang
tercantum dalam Buku Syarat-Syarat Administrasi. Dalam hal ini Buku Syarat-syarat Administratif
saling melengkapi dengan Syarat-syarat Umum Teknis Elektrikal.

Pasal 2
PERSYARATAN BAHAN

2.1. Kabel untuk instalasi menggunakan kabel NYM 2x2,5 mm2 dengan aksesoris tambahan,
seperti pipa conduit, klem pipa, sealtipe listrik dan lain-lain.

2.2. Fitting lampu tipe downlight ukuran 5 inchi dan 3 inchi merek terbaik atau sejenisnya.

2.3. Lampu sebesar 18 watt dan 7 watt (khusus toilet) merk terbaik atau sejenisnya.

Pasal 3
PERSYARATAN PELAKSANAAN

3.1. Instalasi yang dinyatakan di dalam spesifikasi harus dilaksanakan sesuai dengan Undang-
undang dan Peraturan-peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia serta tidak
bertentangan dengan ketentuan dari Jawatan Keselamatan Kerja.

3.2. Cara dan teknik pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dan telah
ditetapkan sebagai peraturan pemasangan instalasi ini oleh Badan yang berwenang
dalam hal ini, bila tidak ada petunjuk dari Pihak Pemberi Tugas (PPTK)/Konsultan Pengawas.

3.3. Pelaksanaan pekerjaan harus ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam instalasi Elektrikal,
untuk dapat dipertanggung-jawabkan.

3.4. Kontraktor diharuskan melaksanakan pekerjaan test penuh di bawah persyaratan


operasional. Testing harus dilaksanakan di hadapan Pihak Pemberi Tugas (PPTK) )/Konsultan
Pengawas.

3.5. Penggantian material yang kurang baik atas kesalahan pemasangan adalah tanggung
jawab Kontraktor dan Kontraktor harus mengganti/memperbaiki hal tersebut di atas.
3.6. Semua syarat-syarat penerimaan bahan, peralatan, cara-cara pemasangan, kualitas
pekerjaan dan lain-lain, untuk sistim instalasi Elektrikal ini harus sesuai dengan standar-
standar sebagai berikut :
3.6.1 Persyaratan Umum Instalasi Listrik Tahun 2000.
3.6.2 Peraturan-Peraturan lainnya yang telah ditentukan PLN.
3.6.3 Peraturan-peraturan lain yang berlaku setempat.
Semua peralatan dan mesin yang dipasang untuk sistim Elektrikal ini selain dari
persyaratan tersebut di atas, juga tidak boleh menyimpang dari persyaratan yang
dikeluarkan oleh pabik pembuatnya.

3.7. Pekerjaan dianggap selesai apabila :


3.7.1 Telah mendapat Surat Pernyataan bahwa instalasi baik dari Pihak Pemberi Tugas
(PPTK).
3.7.2 Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah dipenuhi, sehingga
Pemilik dapat membenarkannya.
3.7.3 Seluruh instalasi terpasang telah ditest bersama-sama dengan Pihak Pemberi Tugas
(PPTK), Konsultan Pengawas dan Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan spesifikasi
teknis.

3.8. Pembersihan Lapangan.


3.8.1 Setiap hari setelah selesai bekerja, Kontraktor harus membersihkan lapangan yang
digunakan.
Kontraktor hendaknya menghubungi pihak-pihak lain untuk koordinasi pembersihan
lapangan tersebut.
3.8.2 Setelah Kontraktor selesai, Kontraktor harus memindahkan semua sisa bahan
pekerjaan dan peralatannya, kecuali yang masih diperlukan selama masa
pemeliharaan.

3.9. Service dan Garansi.


Keseluruhan instalasi Elektrikal harus memiliki garansi 1 (satu) tahun sesudah tanggal saat
sistem diterima oleh Pihak Pemberi Tugas (PPTK) secara baik (setelah masa pemeliharaan).
3.9.1 Kontraktor harus bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang rusak selama
masa garansi, termasuk penyediaan suku cadang.
3.9.2 Kontraktor wajib mengganti biaya sendiri setiap kelompok barang-barang atau
sistim yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat kesalahan pabrik
atau pengerjaan yang salah selama jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender setelah proyek ini diserah-terimakan untuk pertama kalinya.

3.10. Korelasi Pekerjaan.


3.10.1 Semua pekerjaan pembuatan lubang-lubang dan penutupan kembali pada
dinding, lantai, langit-langit untuk jalannya pipa dan kabel, dilaksanakan oleh
Kontraktor berikut perapihan/finishing-nya kembali.
3.10.2 Kontraktor harus menyediakan dan menyambung kabel-kabel listrik dari peralatan-
peralatan ke panel yang disediakan sesuai dengan gambar dokumen tender.
Untuk itu Kontraktor wajib memeriksa terlebih dahulu panel tersebut, apakah sudah
sesuai dengan peralatan yang akan disambungkan. Segala akibat yang timbul
akibat penyambungan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3.10.3 Untuk pipa yang menembus dinding, lantai, langit-langit dan lain-lain, harus diberi
lapisan isolasi peredam getaran dan pipa selubung (sleeve) untuk memudahkan
perbaikan dan pemeliharaan dari segi teknis.
Untuk itu Kontraktor diharuskan menyerahkan gambar kerja kepada Pihak Pemberi
Tugas (PPTK) untuk diminta persetujuannya. Segala akibat pekerjaan tersebut harus
sudah diperhitungkan dalam penawaran oleh Kontraktor.
3.10.4 Akibat pekerjaan tersebut di atas (pembobokan, pembongkaran dsb.) harus ditutup
kembali seperti semula dan dirapikan/di-finish yang rapi sehingga tidak terlihat lagi
bekas-bekas pembobokan.
3.10.5 Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah ditunjuk, Kontraktor harus menyerahkan
gambar/data teknis listrik sesuai dengan keperluan peralatan yang akan dipasang,
agar peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik berikut pengamanannya.
Jika hal ini tidak dilaksanakan, segala akibatnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

Pasal 4
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan instalasi sistim ini meliputi seluruh pengangkutan dan pengadaan bahan-bahan serta
peralatan-peralatan utama, peralatan bantu, peralatan untuk instalasi, tenaga kerja,
pembuatan alat-alat pemasangan, termasuk pengadaan listrik dan air untuk keperluan
pengujian dan keperluan kerja. Keterangan-keterangan yang tidak dicantumkan di dalam
spesifikasi maupun dalam gambar tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara
keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
4.1. Penyetelan seluruh sistim agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
persyaratan dokumen pelelangan dan gambar-gambar yang ada.

4.2. Pengadaan pemasangan seluruh sistim instalasi Elektrikal sesuai dengan gambar dokumen,
spesifikasi dan lainnya sesuai dengan kontrak.

4.3. Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor dapat
menanyakan lebih lanjut kepada Pihak Pemberi Tugas (PPTK), Konsultan Pengawas atau
pihak lain yang ditunjuk untuk ini.

4.4. Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung jawab
atas kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.

4.5. Semua pengadaan, pemasangan dan pengujian pekerjaan instalasi Elektrikal harus
berdasarkan gambar dokumen lengkap dan sesuai dengan spesifikasi teknis serta
addendum lainnya.

4.6. Bila pada spesifikasi ini terdapat klausul-klausul/butir-butir yang ditulis atau disebutkan
kembali, hal ini bukan berarti klausulnya dihilangkan, akan tetapi malah mempertegas
spesifikasinya.
BAB V
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN AKHIR

Pasal 1
PEKERJAAN PEMBERSIHAN

1.1. Pekerjaan akhir yang berupa pembersihan akhir, dilaksanakan setelah seluruh
pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik selesai.
1.2. Kontraktor diwajibkan membuang semua sisa-sisa bahan bangunan yang tidak terpakai
dari lokasi proyek, yang diakibatkan oleh adanya pelaksanaan konstruksi fisik.
1.3. Bahan hasil pembongkaran yang masih dapat digunakan merupakan hak milik
pengguna jasa, yang dibuktikan dengan serah terima dari Direksi.
1.4. Pelaksanaan pembersihan meliputi seluruh bangunan serta halamannya.
BAB VI
PENUTUP

1. Tim teknis / Pengawas lapangan berhak untuk menolak bahan bangunan yang didatangkan
yang dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan dimaksud, jika tidak sesuai dengan syarat-
syarat tersebut diatas.

2. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam uraian dan syarat-syarat teknis ini, akan
diberikan pada saat pemberian penjelasan pekerjaan dan juga oleh Tim Teknis/Pengawas
Lapangan dalam pelaksanaan pekerjaan.

3. Semua pekerjaan yang termasuk pekerjaan yang dilaksanakan, tetapi tidak dijelaskan dalam
uraian dan syarat-syarat teknis ini, maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh
pemborong.

4. Gambar rencana kerja dan syarat-syarat teknis serta Risalah Berita Acara Pemberian
Penjelasan Pekerjaan, merupakan satu kesatuan yang sifatnya saling melengkapi dan
mengikat.

Anda mungkin juga menyukai