SPESIFIKASI TEKNIS
BELANJA MODAL BANGUNAN
GEDUNG KANTOR
2023
SPESIFIKASI TEKNIS
REHABILITASI GEDUNG KANTOR DPMD (LANJUTAN)
SYARAT – SYARAT UMUM :
1. Dalam pekerjaan ini dibutuhkan perusahaan dengan Sertifikat Badan Usaha (SBU):
- Standar Usaha Jasa Kontruksi Nomor KBLI 41012 Subklasifikasi BG002, Sesuai dengan Permen
PUPR Nomor 6 Tahun 2021, atau
- Klasifikasi Bangunan Gedung Subklasifikasi BG004, Sesuai dengan Permen PUPR Nomor
19/PRT/M/2014
- Kualifikasi Kecil
2. Personil yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
NO Jabatan dalam pekerjaan Tingkat Pengalaman Sertifikat Kompetensi Jumlah
yang akan dilaksanakan pendidikan kerja Kerja (orang)
Profesional
1 Pelaksana - 2 Tahun TA 022 1
2 Ahli K3 Konstruksi - 3 Tahun Ahli Muda K3 1
*Peserta Wajib melampirkan pengalaman atau referensi kerja untuk personil 1
4. Bahaya Dan Penetapan Resiko Keselamatan Konstruksi dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
NO Jenis Type Uraian Identifikasi Bahaya Tingkat Resiko Ket
1 Pekerjaan ACP Pekerja terluka akibat alat kerja, Sedang
tertimpa material, terjatuh dari
ketinggian
BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pasal 2
MEMULAI KERJA
2.1. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap
dalam Gambar kerja. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan
semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan, keterangan produk, cara
pemasangan dan/atau spesifikasi/ persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
2.2. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan perintah kerja
pelaksanaan pekerjaan (SPK), pihak Kontraktor/Pemborong harus sudah memulai
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
Apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor/Pemborong yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan
ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia/Owner.
Pasal 3
PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor/Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atas biaya Kontraktor/Pemborong.
Pasal 4
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
4.2. Dengan adanya „Pelaksana‟ tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
4.4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin/Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas
bahwa „Pelaksana‟ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin
pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertulis untuk
mengganti „Pelaksana‟.
Pasal 5
RENCANA KERJA
5.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan
Penunjukan (SPK) diterima oleh Kontraktor/Pemborong. Rencana Kerja yang telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi Tugas/Pemimpin/Ketua Proyek.
5.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua) kepada
Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana. 1 (satu)
salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor/Pemborong di
lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan/prestasi kerja.
5.4. Kontraktor/Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan penbangunan pekerjaan sesuai
dengan Rencana Kerja tersebut.
Pasal 6
BARAK KERJA DAN GUDANG BAHAN
6.3. Kantor Pemborong, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai
oleh Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/pekerjaan
tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh Kontraktor/Pemborong, dan bahan-
bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor/Pemborong.
Pasal 7
KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA
7.2. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan
cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam proyek.
7.4. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja,
bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas.
Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Kontraktor/Pemborong harus
bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
7.5. Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor/Pemborong selekas mungkin memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan
korban kecelakaan itu.
7.7. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan
Harian Lepas pada Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek-
proyek Departemen Pekerjaan Umum, Pihak Kontraktor/Pemborong yang sedang
melaksanakan pembangunan / pekerjaan agar ikut serta dalam program ASTEK dan
memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin Proyek.
Pasal 8
TENAGA DAN SARANA KERJA
Pasal 9
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
Pasal 10
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
10.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.
10.2. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor/Pemborong harus memberikan
data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
10.3. Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas Lapangan
dari Konsultan Pengawas.
10.4. Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada
Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.
Pasal 11
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
11.1. Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat/berlaku adalah RKS.
11.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dan detail
gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja.
Kontraktor/Pemborong harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan
spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam
gambar atau dari ketidak-sesuaian antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari
karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan spesifikasi atau gambar kerja yang
mungkin diperlukan oleh keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan
oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis.
11.3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya. Permukaan-permukaan
pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian dan ukuran yang
tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas.
11.4. UKURAN
11.4.1 Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi :
As - as
Luar - luar
Dalam - dalam
Luar - dalam.
11.4.2 Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Centimeter
(cm) untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, dan ukuran Milimeter (mm) untuk
pekerjaan Baja dan Mekanikal/Elektrikal.
11.4.3 Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada dasarnya adalah
ukuran jadi seperti dalam keadaan jadi/selesai ( “finished”).
11.4.4 Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor/Pemborong wajib melaporkan
secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan
keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.
11.4.5 Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran
skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis.
Kontraktor/Pemborong tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran
yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan
Pengawas/Direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab
Kontraktor/Pemborong baik dari segi biaya maupun waktu.
12.2. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi,
menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di
atas.
12.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka
Kontraktor/Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi
Tugas melalui Konsultan Pengawas.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab atas segala
kerusakan yang timbul.
12.5. Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
12.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor/Pemborong dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor/Pemborong.
12.8. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah
dipasang maupun yang belum, adalah tanggung jawab Kontraktor/Pemborong dan tidak
akan diperhitungkan dalam biaya Pekerjaan Tambah.
12.10. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor/Pemborong harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi
pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor/Pemborong.
Pasal 13
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN - BAHAN
13.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini
maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang
tercantum dalam A.V. 1941 dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI
Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-
ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti
material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik
untuk tujuan yang dimaksudkan.
13.4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan
kepada Kontraktor/Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah
penyerahan contoh bahan tersebut.
Pasal 14
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
14.1. Bahan-bahan yang didatangkan/dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah
disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.
14.2. bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir
/ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi bangunan/proyek
selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
14.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas/
Konsultan Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan
Pengawas/Konsultan Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada
Kontraktor/Pemborong, yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran
tersebut menjadi tanggungan Kontraktor/Pemborong sepenuhnya. Disamping itu pihak
Kontraktor/Pemborong tetap dikenakan denda sebesar satu per mil dari harga borongan.
14.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-
bahan tersebut, maka Kontraktor/Pemborong harus menguji dan memeriksakannya ke
laboratorium Balai Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut
disampaikan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas/Direksi/Konsultan Perencana.
Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor/Pemborong.
14.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari
bahan-bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan- pekerjaan
yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.
Pasal 15
SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR
15.1. Jika Kontraktor/Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub
Kontraktor) didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/
Pemborong “wajib” memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas/Direksi
untuk mendapatkan persetujuan.
15.3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan
khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus
sesuai instruksi pabrik.
Pasal 16
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA
16.2. Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan menentukan semua
pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang harus tetap berada di tempatnya.
Kontraktor/Pemborong harus menjaga semua jenis benda yang telah ditentukan harus
tetap di tempatnya.
16.3. Segala obyek yang ada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu lapuk, tunggul,
akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya yang muncul,
yang tidak diperuntukan berada disana; harus dibersihkan dan atau dibongkar serta
dibuang bila perlu.
Pasal 17
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN ( BOUWPLANK )
Pasal 18
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
18.4. TOLERANSI
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan
toleransi yang diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada
bagian lainnya.
BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pasal 1
UMUM
Pasal 2
PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN
2.2. Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk dapat
dilaksanakan pemasangan baru sesuai dengan Gambar Kerja.
2.3. Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak/site konstruksi dan
dikumpulkan di tempat/lokasi tertentu yang ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.
Pada dasarnya, barang-barang bongkaran tersebut tidak dapat dipakai lagi dalam
pekerjaan, kecuali apabila dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas.
2.4. Hasil pembongkaran harus dikumpulkan dan menjadi hak milik Pemberi Tugas. Serah
terima akan diatur oleh Direksi.
Pasal 3
PENGIKISAN CAT LAMA DAN PEMBERSIHAN
3.1. Pekerjaan ini meliputi pengikisan permukaan cat lama pada bagian yang akan dilakukan
pekerjaan pengecatan ulang.
3.2. Apabila ada permukaan dinding/tembok yang keropos, pengupasan pada plesteran atau
keretakan rambut, maka perlu dilakukan perbaikan/perapihan sebelum dilaksanakan
pekerjaan pengecatan.
3.3. Apabila ada penggunaan bahan/peralatan untuk mempermudah pekerjaan pengikisan,
maka Kontraktor/Pemborong harus melakukan pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk dari
Konsultan Pengawas.
BAB III
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN REHAB/PEMELIHARAN BANGUNAN GEDUNG
ARSITEKTURAL
Pasal 1
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
Pasal 2
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT/PLAFOND
Pasal 3
PEKERJAAN PENGECATAN
BAB IV
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN REHAB/PEMELIHARAN BANGUNAN GEDUNG
ELEKTRIKAL
Pasal 1
UMUM
Syarat-syarat Instalasi Elektrikal ini berisi perincian yang memperjelas/menambahkan hal-hal yang
tercantum dalam Buku Syarat-Syarat Administrasi. Dalam hal ini Buku Syarat-syarat Administratif
saling melengkapi dengan Syarat-syarat Umum Teknis Elektrikal.
Pasal 2
PERSYARATAN BAHAN
2.1. Kabel untuk instalasi menggunakan kabel NYM 2x2,5 mm2 dengan aksesoris tambahan,
seperti pipa conduit, klem pipa, sealtipe listrik dan lain-lain.
2.2. Fitting lampu tipe downlight ukuran 5 inchi dan 3 inchi merek terbaik atau sejenisnya.
2.3. Lampu sebesar 18 watt dan 7 watt (khusus toilet) merk terbaik atau sejenisnya.
Pasal 3
PERSYARATAN PELAKSANAAN
3.1. Instalasi yang dinyatakan di dalam spesifikasi harus dilaksanakan sesuai dengan Undang-
undang dan Peraturan-peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia serta tidak
bertentangan dengan ketentuan dari Jawatan Keselamatan Kerja.
3.2. Cara dan teknik pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dan telah
ditetapkan sebagai peraturan pemasangan instalasi ini oleh Badan yang berwenang
dalam hal ini, bila tidak ada petunjuk dari Pihak Pemberi Tugas (PPTK)/Konsultan Pengawas.
3.3. Pelaksanaan pekerjaan harus ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam instalasi Elektrikal,
untuk dapat dipertanggung-jawabkan.
3.5. Penggantian material yang kurang baik atas kesalahan pemasangan adalah tanggung
jawab Kontraktor dan Kontraktor harus mengganti/memperbaiki hal tersebut di atas.
3.6. Semua syarat-syarat penerimaan bahan, peralatan, cara-cara pemasangan, kualitas
pekerjaan dan lain-lain, untuk sistim instalasi Elektrikal ini harus sesuai dengan standar-
standar sebagai berikut :
3.6.1 Persyaratan Umum Instalasi Listrik Tahun 2000.
3.6.2 Peraturan-Peraturan lainnya yang telah ditentukan PLN.
3.6.3 Peraturan-peraturan lain yang berlaku setempat.
Semua peralatan dan mesin yang dipasang untuk sistim Elektrikal ini selain dari
persyaratan tersebut di atas, juga tidak boleh menyimpang dari persyaratan yang
dikeluarkan oleh pabik pembuatnya.
Pasal 4
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan instalasi sistim ini meliputi seluruh pengangkutan dan pengadaan bahan-bahan serta
peralatan-peralatan utama, peralatan bantu, peralatan untuk instalasi, tenaga kerja,
pembuatan alat-alat pemasangan, termasuk pengadaan listrik dan air untuk keperluan
pengujian dan keperluan kerja. Keterangan-keterangan yang tidak dicantumkan di dalam
spesifikasi maupun dalam gambar tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara
keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
4.1. Penyetelan seluruh sistim agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
persyaratan dokumen pelelangan dan gambar-gambar yang ada.
4.2. Pengadaan pemasangan seluruh sistim instalasi Elektrikal sesuai dengan gambar dokumen,
spesifikasi dan lainnya sesuai dengan kontrak.
4.3. Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor dapat
menanyakan lebih lanjut kepada Pihak Pemberi Tugas (PPTK), Konsultan Pengawas atau
pihak lain yang ditunjuk untuk ini.
4.4. Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung jawab
atas kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.
4.5. Semua pengadaan, pemasangan dan pengujian pekerjaan instalasi Elektrikal harus
berdasarkan gambar dokumen lengkap dan sesuai dengan spesifikasi teknis serta
addendum lainnya.
4.6. Bila pada spesifikasi ini terdapat klausul-klausul/butir-butir yang ditulis atau disebutkan
kembali, hal ini bukan berarti klausulnya dihilangkan, akan tetapi malah mempertegas
spesifikasinya.
BAB V
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN AKHIR
Pasal 1
PEKERJAAN PEMBERSIHAN
1.1. Pekerjaan akhir yang berupa pembersihan akhir, dilaksanakan setelah seluruh
pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik selesai.
1.2. Kontraktor diwajibkan membuang semua sisa-sisa bahan bangunan yang tidak terpakai
dari lokasi proyek, yang diakibatkan oleh adanya pelaksanaan konstruksi fisik.
1.3. Bahan hasil pembongkaran yang masih dapat digunakan merupakan hak milik
pengguna jasa, yang dibuktikan dengan serah terima dari Direksi.
1.4. Pelaksanaan pembersihan meliputi seluruh bangunan serta halamannya.
BAB VI
PENUTUP
1. Tim teknis / Pengawas lapangan berhak untuk menolak bahan bangunan yang didatangkan
yang dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan dimaksud, jika tidak sesuai dengan syarat-
syarat tersebut diatas.
2. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam uraian dan syarat-syarat teknis ini, akan
diberikan pada saat pemberian penjelasan pekerjaan dan juga oleh Tim Teknis/Pengawas
Lapangan dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Semua pekerjaan yang termasuk pekerjaan yang dilaksanakan, tetapi tidak dijelaskan dalam
uraian dan syarat-syarat teknis ini, maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh
pemborong.
4. Gambar rencana kerja dan syarat-syarat teknis serta Risalah Berita Acara Pemberian
Penjelasan Pekerjaan, merupakan satu kesatuan yang sifatnya saling melengkapi dan
mengikat.