A. PENDAHULUAN
Pada umumnya program pemberantasan penyakit DBD belum berhasil, terutama
karena masih tergantung pada penyemprotan dengan insektisida untuk membunuh
nyamuk dewasa. Penyemprotan membutuhkan pengoperasian khusus,membutuhkan
biaya cukup tinggi, dan detail teknis yang harus dikuasai pelaksana program. Berikut
beberapa informasi yang perlu diketahui tentang pemberantasanvektor DBD secara
kimia, khususnya melalui metode fogging. menurut Depkes RI (2007), kegiatan
pengendalian vektor dengan pengasapan atau fogging fokus dilakukan di rumah
penderita/tersangka DBD dan lokasi sekitarnya yang diperkirakan menjadi sumber
penularan. Fogging (pengabutan dengan insektisida) dilakukan bila hasil PE
(Penyelidikan Epidimiologi) positif, yaitu ditemukan penderita/tersangka DBD lainnya
atau ditemukan tiga atau lebih penderita panas tanpa sebab dan ditemukan jentik > 5 %.
Fogging dilaksanakan dalam radius 200 meter dan dilakukan dua siklus dengan interval
kurang lebih 1minggu.
B. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan penanggulangan DBD secara umum dapat dibagi dalam tiga wilayah:
endemis, sporadis dan potensial bebas. Pemberantasan vektor masih harus dilakukan
dengan cara fogging foccus, abatisasi masal dan PSN dengan cara gerakan 3M.
Penyuluhan dengan cara gerakan bulan bakti 3M dilaksanakan oleh kader POKJA
setempat seminggu sekali sejalan dengan gerakan Jum’at bersih. Fogging (pengasapan)
memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah yang
menyebabkan Demam Berdarah. Selain itu juga dapat dilakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) untuk memberantas jentik nyamuk. Namun bila hal ini tidak dikendalikan
bisa memicu ledakan masalah pada masa datang karena umumnya dikerjakan tanpa
dilandasi pengetahuan yang benar. Tingginya morbiditas penyakit itu memaksa
masyarakat bertindak: memberantas nyamuk Aedes aegypti sebagai serangga yang
berbahaya. Penemuan dan penanganan kasus DBD di Puskesmas Poopo harus
melibatkan lintas program dan lintas sektor sebagai pemberi informasi adanya kasus
dan sebagai tim penaggulangan pemberantas vector dalam sejalan dengan dengan
Visi ,Misi dan tata nilai Puskesmas Poopo dan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
tingkat puskesmas dilaksanakan untuk menurunkan prevalensi Kasus DBD.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memutus mata rantai penularan penyakit DBD.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menurunkan kejadian penyakit DBD
b. Memutus rantai penularan penyakit DBD
c. Mencegah terjadinya KLB
F. SASARAN
1. Sasaran pembinaan Secara Langsung
Rumah masyarakat Daerah ditemukannya Kasus DBD dan daerah endemis DBD
2. Sasaran Pembinaan Tidak Langsung
Tokoh masyarakat, dan kelurahan.
Mengetahui
Kepala Puskesmas Poopo Penanggung Jawab Program