DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BONTOCANI
Alamat: Jl.Makassar No. Kelurahan Kahu Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone
Email : bontocanipuskesmas@gmail.com Kode Pos.92768 No.Telp. 082344925148
I. PENDAHULUAN
Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga
penyakit menular lainnya di dasarkan pada usaha pemutusan rantai
penularannya. Pada penyakit DBD yang merupakan komponen
epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes Aegypti
dan manusia. Belum adanya vaksin untuk pencegahan penyakit DBD
dan belum ada obat-obatan khusus untuk penyembuhannya maka
pengendalian DBD tergantung pada pemberantasan nyamuk Aedes
Aegypti. Penderita penyakit DBD di usahakan sembuh guna
menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama pada
kelompok yang paling tinggi resiko terkena, di usahakan agar jangan
mendapatkan infeksi virus dengan cara memberantas vektornya.
II. LATAR BELAKANG
Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue ada
kegiatan memberantas telur dan nyamuk penular penyakit DBD di
tempat-tempat perkembang biakannya.
Sampai saat ini pemberantasan vector masih merupakan
pilihan yang terbaik untuk mengurangi jumlah penderita DBD.
Strategi pembererantasan vector ini pada prinsipnya sama dengan
strategi umum yang telah di anjurkan oleh WHO dengan mengadakan
penyesuaian tentang ekologi vector penyakit di Indonesia. Strategi
tersebut terdiri atas perlindungan, pemberantasan vector dalam
wabah dan pemberantasan vector dalam wabah dan pencegahan
penyebaran penyakit DBD.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Tujuan diadakannya program PSN ini adalah untuk memutus
mata rantai penularan DBD melalui Gerakan 3M Plus , yaitu
singkatan dari menguras, menutup, mengubur, serta menghindari
pertumbuhan vekto-vektor baru
B. Tujuan Khusus
Masyarakat tahu dan mengerti bagaimana cara melakukan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
NO Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
1 Pelaksanaan Pemberantasan Melakukan kegiatan 3M Plus
Sarang Nyamuk (PSN) (Menguras, menutup, mengubur)
serta Abatitasi
VI. SASARAN
Rumah tangga
VII. JADWAL KEGIATAN
No Jenis Bulan
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pelaksanaan
Pemberantas
an Sarang
Nyamuk
(PSN
I. PENDAHULUAN
Demam Derdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus
akut yang di sebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2-7
hari di sertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit,
adanya hemokonsentrasi yang di tandai kebocoran plasma. Dapat di
sertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan
tulang, ruam kulit, atau nyeri belakang bola mata.
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupaka salah satu
masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah
penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
Nyamuk Aedes Aegepty berkembang biak di tempat
penampungan air bersih seperti, bak mandi, tempayan, ban bekas,
kaleng bekas dan lain-lain. Nyamuk ini mampu hidup pada ketinggian
sampai 1000 m dari ketinggian laut, suka hidup di daratan rendah
yang berpenghuni padat. Dari telur hingga dewasa mencapai kurang
lebih 12 hari.Mengigil pada pagi dan sore hari, jarak terbang
maksimal 100 m. Nyamuk jantan hidup mencapai 30 hari yang betina
mencapai 30 bulan. Nyamuk jantan menghisap sari buah-buahan,
nyamuk betina menghisap darah manusia untuk mematangkan
telurnya.
Setelah nyamuk betina mengigit orang sakit DBD, 7 hari
kemudian virus DBD dalam tubuhnya telah matang dan siap di
tularkan kepada orang lain melalui gigitannya . Nyamuk betina
infektif dapat menularkan virus DBD seumur hidupnya.
II. LATARBELAKANG
Puskesmas Bontocani terletak di wilayah kecamatan Bontocani
yang terdiri dari 10 Desa 1 Kelurahan dengan jumlah penduduk
17435 jiwa.
Survey jentik adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembang
biakan nyamuk (tempat penampungan air yang ada di dalam rumah
seperti bak mandi/wc, vas bunga). Survey jentik di kecamatan
Bontocani di lakukan pada tahun 2023 sebanyak 4209 rumah dan di
temukan 4 rumah yang memiliki jentik
Berdasarkan data dan uraian tersebut diatas maka di susunlah
kerangka acuan kegiatan program P2 DBD Puskesmas Bontocani
Tahun 2023 yang di susun berdasarkan RUK dan RPK Puskesmas
Bontocani Tahun 2023.
VI. SASARAN
Rumah tangga
VII. JADWAL KEGIATAN
N Jenis Bulan
o Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Survey
jentik dan
abatetase
I. PENDAHULUAN
Diare atau mencret didenifisikan sebagai buang air besar
dengan feses yang tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi
lebih dari 3 X dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2
minggu, disebut sebagai diare akut, apabila diare berlangsung 2
minggu atau lebih, maka digolongkan pada diare kronik. Diare
merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia.
Penyakit diare berkaitan langsung dengan tingkat pendidikan
kesehatan masyarakat, kemudian sanitasi lingkungan penyediaan
air bersih dan tersedianya akses untuk pengobatan.
II. LATAR BELAKANG
Puskemas bontocani terletak di wilayah kecamatan bontocani yang
terdiri dari 10 desa dan 1 kelurahan dengan jumlah penduduk
17797 jiwa.dari hasil penilaian kinerja Puskesmas Bontocani kasus
diare yang terlacak pada tahun 2019 yaitu sebanyak 152 orang.
Diare merupakan tanda dan gejala penyakit yang umum
dijumpai dan bila terjadi tanpa komplikasi, secara umum dapat
diobati sendiri oleh penderita.
Namun bila terjadi komplikasi akibat dehidrasi atau toksik
menyebabkan mordibitas dan mortibilitas.Mengingat tingginya
morbiditas, mortalitas dan biaya yang diakibatkan oleh diare maka
diperlukan upaya penanganan yang tepat dan cepat dari pihak
terkait.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi kejadian kasus diare diwiliyah
kerja Puskesmas .
B. Tujuan Khusus
Mendeteksi dini kasus diare dilapangan untuk segera
mendapatkan penangan .
I. PENDAHULUAN
Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi
terciptanya kwalitas manusia yang diharapkan, perlu peningkatan upaya
penanggulangan HIV / AIDS, yang melibatkan semua sektor pembangunan
nasional melalui program yang terarah, terpadu dan menyeluruh. AIDS
(Acuquired Immune Deficiency Sindrome) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human immuno Deficiency Virus)
yang akan mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem
kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat yang bersangkutan kehilangan
daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena
berbagai penyakit infeksi, kanker dan lain-lain.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk
penyembuhannya. Jangka waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala
penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 5-10 tahun. Selama
kurung waktu tersebut walaupun masih tampak sehat, secara sadar maupun
tidak pengidap HIV dapat menularkan virusnya pada orang lain. Infeksi
Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Infeksi Menular Seksual akan lebih berisiko bila melakukan
hubungan seksual dengan bergonta ganti pasangan, baik melalui vagina, oral
maupun anal.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
a. Program HIV / AIDS dan IMS di UPT Puskesmas Bontocani adalah
untuk mencegah dan menanggulangi HIV / AIDS. Meningkatkan
akses dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Melalui kegiatan promotif dan preventif untuk mewujudkan
pencapaian target SPM bidang kesehatan dan MDGS pada tahun
2023.
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan cakupan puskesmas dalam pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif.
2. Tersedianya dukungan sarana dan sasaran untuk upaya pelayanan
kesehatan.
3. Terselenggaranya sistem pelayanan kesehatan.
4. Terbinanya lintas sektor dengan badan terkait.
VI SASARAN
Kelompok orang dengan resiko terinfeksi HIV (Ibu hamil Penderita TB, IMS,
Pengguna Napza (Penasun), Warga Binaan Permasyarakatan) dan kelompok
populasi kunci (Waria/Transgender, LSL, WPS, dan orang dengan
pasangannya positif HIV)
1 Ibu Hamil
dan
Kelompok
berisiko
I. PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) Adalah infeksi akut yang
menyerang organ saluran pernafasan mulai dari hidung, sinus, laring,
hingga alveoli di sebut juga under respiratory infection(RUI).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan
pau-paru (alveoli) yang dapat di kenali berdasarkan pedoman tanda-
tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (rontgen,
laboratorium).
Pnemonia dapat di sebabkan oleh beberapa penyebab termasuk
infeksi oleh bakteria, virus, parasit, dan juga dapat di sebabkan oleh
iritasi kimia atau fisik dan paru-paru atau sebagai akibat dari
penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak
minum alkohol.
Kesehatan adalah hak dasar manusia yang merupakan karunia
tuhan yang sangat tinggi nilainya. Kesehatan merupakan faktor
penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia, oleh
Karena it senantiasa perlu di pelihara dan di tingkatkan. Kondisi
sehat dapat di capai dengan mengubah prilaku dari yang tidak sehat
menjadi prilaku yang sehat dan menciptakan lingkungan yang sehat.
Untuk mengubah prilaku yang tidak sehat yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan, perlu dan wajib di laksanakan penyuluhan
kesehatan.
III. TUJUAN
A. Tujuan umum
Sebagai pedoman mendapatkan informasi tentang penemuan
kasus ISPA/Pneumonia yang ada diwiliyah kerja Puskesmas .
B. Tujuan khusus
1. Mengetahui dan memahami penyebab timbulnya penyakit
ISPAPneumonia pada pasien yang terjadi d masyarakat.
2. Menngetahui dan memahami terapi dan pencegahan yang di
lakukan pada pasien yang menderita ISPA/Pneumonia yang
terjadi di masyarakat.
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
NO Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
1. Pelacaka kasus ispa Pemngumpulan data
Kunjugan keluarga
Tanya jawab
Rujukan
1. Penyuluhan kasus ispa Menyiapkan sarana dan
prasarana,sasaran
Memberikan penyuluhan
Tanya jawab
Kesimpulan dan penutup
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
N Kegiatan Pelaksanaan Lintas Lintas Sektor Terkait Ket
o Pokok Program P2 ispa Program
Terkait
1. Pelacakan Menyusun 1.Bides/Kader Sumb
kasus ispa rencana Mengkoordini er
kegiatan r masyarakat pembi
Koordinasi agar ayaan
dengan menunggu BOK
LP/LS dirumah P2P
menentuka Melakukan
n waktu Tanya jawab
dan tempat
pelaksanaa
n kegiatan
Menyiapka
n
format&lap
oran
Menyiapka
n bahan
penyuluha
n dan
pelacakan
Membuat
laporan
kegiatan
VI. SASARAN
Masyarakat,dan bayi balita yang menderita ispa/pneumonia
No Jenis Bulan
Kegiatan jan feb mar apr mei juni juli ags sep okt nov des
1. Pelacakan
dan
penemuan
kasus ispa
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA
Monitoring dilaksnakan selama pelaksanaan kegiatan dengan
membuat pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.Evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan setiap selesai pelaksanaan
dengan pelaporan pelaksanaan kegiatan tersebut.
I. PENDAHULUAN
Kesehatan dan kesejahteraan jiwa merupakan hal penting
untuk di perhatikan dan di upayakan oleh berbagai pihak
,terutama oleh para tenaga profesional di bidang
kesehatan.Teraihnya kesehatan jiwa manusia sebagai makhluk
biopsikososial,baik yang telah di diagnosis menderita gangguan
fisik maupun mental psikologis,perlu mendapatkan respon yang
profesional dan adekuat dari semua tenaga kesehatan.Hal ini
sejalan dengan konsep sehat WHO yang melihat kesehatan dari
tiga sisi yaitu kesehatan fisik biologis,mental psikologis ( jiwa)
dan sosial yang harus di capai secara terintegrasi
(WHO,2015).UU.kesehatan RI ,tahun 2009 bahkan
menambahkan aspek spritual sebagai komponen yang harus
ada melengkapi konsep sehat seutuhnya(UU Kesehatan RI
2009).
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan
kualitas pelayanan bagi pasien jiwa di puskesmas,maka
pelayanan kesehatan mental atau jiwa yang menyeluruh
menjadi salah satu syarat yang harus terpenuhi untuk
menjamin tercapainya kebutuhan pasien jiwa.Salah satu
kegiatan yang dapat meningkatkan peran tenaga kesehtan dan
keluarga pasien dalam membantu peningkatan kaualitas hidup
pasien
III. TUJUAN
C. Tujuan Umum
Keluarga dan masyarakat ( baik lingkungan sekitar maupun
lintas sektor terkait,memiliki pengetahuan dalam
memperlakukan pasien dan dapat menjadi sistem pendukung
yang efektif untuk pasien).
D. Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi pada pasien tentang
perkembangan kondisinya
b. Memberikan motifasi pada pasien untuk meningkatkan
kualitas hidupnya dengan mengoptimalkan potensi yang
di miliki.
c. Memberikan informasi tentang perkembangan kondisi
pasien pada keluarga
d. Meningkatkan peran keluarga dalam mengoptimalkan
fungsi sebagai sistem pendukung untuk pasien di rumah.
e. Meningkatkan informasi dan kesadaran masyarakat
tentang perlakuan pada pasien jiwa
f. Meningkatkan peran masyarakat dan lintas sektor terkait
dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan
jiwa melalui kunjungan rumah pada pasien.
I. PENDAHULUAN
Sehat adalah kesehtan sejahtera fisik,mental dan social
dan tidak sekedar terbebas dari keadaan cacat dan
kematian.Definisi sehat ini berlaku bagi perorangan maupun
penduduk ( Masyarakat).derajat kesahatan masyarakat di
pengaruhi oleh empat factor yang saling berinteraksi yaitu
lingkungan,perilaku,keturunan dan pelayanan kesehatan.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai
bagian yang utuh dari kualitas hidup sseorang.dan
memperhatikan segi ke hidupan manusia dengan ini
menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya.mampu
menghadapi teakanan hidup yang wajar,mampu bekerja
produktif dan memenuhi kehidupan hidupnya,menerima
dengan bai kapa yang ada pada dirinya,merasa nyaman
Bersama orang lain,jadi kesehatan jiwa (mental) merupakan
bagian yang tidak dapat di pisahkan dari kesehatan secara
keseluruhan.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan jiwa sehingga status kesehatan jiwa masyarakat
meningkat.
B. Tujuan Khusus
a. Terpaparnya informasi kesehatan jiwa dan deteksi dini gangguan
jiwa kepada tenaga puskesmas sehingga puskesmas dapat
memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan deteksi dini
gangguan jiwa di masyaraka
b. Terpaparnya informasi kesehatan jiwa kepada kader
kesehatan,tokoh masyarakat, tokoh agama,aparat desa,dan
kelompok beresiko agar terbangun pandangan dan sikap yang
positif
c. Terbangun sistem rujukan yang baik sehingga pelayanan
kesehatan jiwa dapat berkesinambunga
I. PENDAHULUAN
Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit
menular serta PP No. 40 tahun 1991 tentang penanggulangan
wabah penyakit menular atau situasi yang dapat mengarah
kewabah penyakit menular (kejadian luar biasa KLB) harus
ditangani secara dini sebagai acuan pelaksanaan teknis telah
diterbitkan peraturan Mentri Kesehatan Nomor
1501/Menteri/Per/X/2010 tentang jenis penyakit menular
tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya
penanggulangan.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna
secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah (PP 40 tahun 1991, Bab 1, pascal 1). Wabah
adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya
penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang.
II. LATAR BELAKANG
Beberapa penyakit yang berpotensial terhadap terjadinya KLB
seperti campak, difteri, polio, DBD, diare, dan masih banyak
penyakit lainnya. Penyakit tersebut apabila tidak dipantau dan
dikendalikan maka akan mengancam kesehatan masyarakat di
bontocani dan menyebabkan KLB yang lebih besar atau bahkan
dapat menyebar ke kecamatan lain. Untuk itu sangatlah penting
dilakukan pengamatan dan monitoring Kesehatan (surveilans)
dalam bentuk meningkatkan system kewaspadaan dini dan respon
diseluruh wilayah Indonesia dan khususnya diwilayah puskesmas
bontocani.
Kejadian Luar Biasa pada suatu kasus seringkali terjadi sang at
cepat, banyak orang terserang dan wilayah yang diserang bisa
sangat luas, sehingga dapat menimbulkan kecemasan berbagai
pihak. Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang
mengutamakan upaya promotif dan prefentif berusaha untuk
mengupayakan pencegahan agar tidak terjadi kejadian luar biasa
dimasyarakat.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk memantau secara terus menerus penyakit potensial
Kejadian Luar Biasa (KLB) yang membutuhkan respon cepat.
B. Tujuan Khusus
1. Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB bagi penyakit menular
2. Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit
menular
3. Meminimalkan kesakitan/kematian yang berhubungan
dengan KLB
4. Memonitor kecenderungan penyakit menular
5. Menilai dampak program pengendalian penyakit yang
spesifik.
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
No Jenis Kegiatan Rincian Kegiatan
1 Pelacakan 1. Mengumpulkan dan pengolahan data
VI. SASARAN
Sasaran dari kegiatan Surveilans adalah masyarakat
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
N Jenis Bulan
o Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pelacakan
kontak
penyakit
berpotensi
KLB/ wabah
dan penyakit
infeksi
emerging
VIII. MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
Monitoring dilaksanakan selama pelaksanaan kegiatan dengan
membuat pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.Evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan dilakukan tiap bulan sesuai dengan jadwal
kegiatan, dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai pada bulan
tersebut.
I. PENDAHULUAN
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945 melalui pembangunan nasional yang
berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Keberhasilan pembangunan Kesehatan sangat dipengaruhi oleh
tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli,
serta disusun dalam satu program Kesehatan dengan perencanaan
terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang
valid.
Pembangunan bidang Kesehatan di Indonesia saat ini
mempunyai beban ganda (double burden), yaitu beban masalah
penyakit menular dan penyakit degenerative. Pemberantasan
penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya tidak
mengenal batas wilayah administrasi. Imunisasi merupakan salah
satu Tindakan pencegahan penyebaran penyakit kewilayah lain
yang terbukti sangat cost effective.
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan
prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata
komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development
Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian
pada anak. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan.
II. LATAR BELAKANG
Penemuan Kasus Penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi adalah suatu kegiatan surveilans untuk menemukan dan
penyelidikan terhadap suatu penyakit yang timbul dikarenakan tidak
mendapatkan imunisasi secara lengkap. Kegiatan ini merupakan
suatu tindakandan pelaporan untuk menemukan kasus wabah atau
kejadian luar biasa yang harus ditangani sejak dini. Sedangkan angka
kesakitan yang berbasis PD3I dan penyakit menular berpotensi KLB
menurut Permenkes NOMOR 1501 Tahun 2010 adalah kolera, pes,
demam berdarah dengue, campak, polio/AFP, difteri, pertussis,
rabies, malaria, avian influenza H5N1,antraks, leptospirosis, hepatitis
influenza A baru (H1N1) pandemic 2009, yellow fever dan
chikungunya. Sedangkan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi adalah AFP/polio, campak, difteri, pertussis, hepatitis B,
tetanus, tuberculosis, meningitis.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Mengidentifikasi daerah resiko tinggi terhadap penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas.
B. Tujuan Khusus
1. Menemukan semua kasus penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi diwilayah kerja Puskesmas
2. Melacak semua kasus penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi di wilayah kerja Puskesmas.
terkait
Menentukan
tanggal waktu
pelaksanaan
Menyiapkan
lampiran PD3I
Membuat
laporan
VI. SASARAN
Sasaran dari kegiatan Surveilans adalah bayi/balita
N Jenis Bulan
o Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penemuan
aktif kasus
PD3I
VIII. MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
Monitoring dilaksanakan selama pelaksanaan kegiatan dengan
membuat pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.Evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan dilakukan tiap bulan sesuai dengan jadwal
kegiatan, dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai pada bulan
tersebut.
I. PENDAHULUAN
Sistem kewaspadaan dini dan respon (SKDR) adalah suatu
sistem yang dapat memantau perkembangan trend suatu penyakit
menular potential KLB dari waktu ke waktu (periode mingguan)
dan memberikan sinyal peringatan (alert) kepada pengelola
program bila kasus tersebut melebihi nilai ambang batasnya
sehingga mendorong program untuk melakukan respons. Alert
atau signal yang muncul pada system bukan berarti bahwa sudah
terjadi KLB tetapi merupakan pra-KLB yang mengharuskan
Petugas untuk melakukan respons cepat agar tidak terjadi KLB.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk menyelenggarakan system pencatatan dan pelaporan
data secara teratur dan tersistematis serta tersedianya data
penyakit yang akurat dan tepat waktu.
B. Tujuan Khusus
1. Adanya respon cepat terhadap potensi kejadian luar biasa
2. Memonitor kecenderungan penyakit menular
pelaksanaan
Menyiapkan
alat tulis
Membuat
laporan
VI. SASARAN
Sasaran dari kegiatan Surveilans adalah masyarakat
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
N Jenis Bulan
o Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Verifikasi
sinyal dan
system
kewaspadaa
n dini dan
respon
(SKDR
I. PENDAHULUAN
Pemasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam
merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan merupakan
permasalahan kemanusiaan yang seutuhnya.masalah yang
dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis saja tetepi juga
adanya masalah pisikososial sebagai akibat penyakitnya.dalam
keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita
sebagai akibat dari masala-masalah tersebut akan mempunyai
efekatau pengaruh terjadi terhadap penderita,karena masalh
tersebut dapat mengakibatkan penderita kusta menjadi tuna
social,tuna wisma,tuna karya dan ada kemungkinan mengarah
untuk melakukan kejahan atau ganguan di lingkungan
masyarakat.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatkan menemuan dini kusta pada anak sekolah dasar.
B. Tujuan Khusus
1. Mengupayakan peningkatan keterampilan petugas dalam
mendeteksi suspek kusta.
2. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyakat dalam
upaya deteksi dini kusta .
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Penemuan kasus aktif melalui pemeriksaan penyakit kusta
pada anak sekolah.
Bulan
Tempat
No Kegiatan KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pelaksanaan
Kunjugan
rumah
Sumber
untuk
1. Didesa pembiayaan
terapi
BOK
pencegahan
TBC
VIII. MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
Monitoring dilaksanakan selama pelaksanaan kegiatan dengan
membuat pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.Evaluasi
terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap selesai
pelaksanaan dengan pelaporan pelaksanaan kegiatan tersebut.
I. PENDAHULUAN
Kusta adalah penyakit menular langsung yang disebkan oleh
kuman mycobacterium leprae.samapai saat ini hanya manusia
satu-satunya yang dianggap sebagai sumber penularan.menurut
teori cara masuknya kuman kedalam tubuh adalah elalui saluran
pernafasan bagian atas dan melaliu kontak kulit
Dalam penanggulanagn kasus menggunakan beberapa strategi
yaitu peningkatan penemuan kasus secara dini di
masyarakat,pelayanan kusta secara berkwaitas,penyebarluasan
informasi tentang kusta dimasyarakat eliminasi stigma terhadap
orang yang pernah mengalami kusta dalam berbagai aspek
kehidupan dan penguatan partisipasi mereka dalam upaya
pengendalian kusta
II. LATAR BELAKANG
Salah satu strategi penanggulangan kusta yaitu pelayanan
kusta secara berkwalitas ,didalamya trmasuk pelayanan
pengobatan dengan pengawasan lansung pengobatan sangat
diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan
kusta.pengawasan minum obat (PMO) yang dipilih adalah kelurga
atau orang yang tinggal dengan pasien dan bersedia membantu
pasien dengan sukarela serta bersedian dilatih dana atau
mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatkan keberhasilan penanggulangan kusta
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatakan kepatuhan minum obat
2. Meningkatkan keberhasilan pengobatan kusta
I. PENDAHULUAN
Tuberculosis merupakan penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (micobasterium tuberculosis) adapun
tanda dan gejala TB adalah batuk berdahan lebih dari 2 minggu
dengan atau tdk disertai darah, sesak nafas, serta badan
menurun. Demam dan keringan dingin pada waktu malam hari,
kasus TB bias disembuhkan dengan pengobatan rutin selama 6
sampai 9 bulan.
Pada awal tahun 90 an WHO dan IUATLD telah
mengembangkan strategi penanggulangan TB yaitu strategi DOTS
(directly observesd trea treatment shortcourse) dan telah terbukti
sebagai strategi yang secara ekonomis paling efektif. Strategi DOTS
adalah adalah strategi penyembukan TB paru jangka pendek
dengan pengawasan secara langsung.DOTS menekankan
pentingnya pengawasan terhadap penderita TB paru agar menelan
obatnya secara teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan
sembuh sehingga dengan strategi ini proses penyembukian TB
paru bias lebih cepat.fokus utama DOTS adalah penemuan dan
penyembuhan pasien prioritas diberikan pada pasien TBC yang
menular (hasil pemeriksaan sputum BTA positif). Strategi ini
diharapkan akan dapat memutus mata rantai penularan dan
dengan demikian akan menurunkan insiden TB dimasyarakat.
II. LATAR BELAKANG
Keberhasilan program penanganan TB paru dapat dinilai dari
keberhasilan pengobatan. Wilayah kerja puskesmas bontocani
baru merupakan wilayah dengan kondisi wilayah yang banyak
pendududuk sehingga resiko terjadi mangkir pengobatan TB.
Kasus TB mangkir dapat meningkatkan kekebalan kuman TB
terhadap pengobatan. Resiko terbesar adalah jika pasien jatuh
kedalam keadaan TB MDR. Oleh karna itu perlu bagi puskesmas
melaksanakan kegiatan pelacakan TB mangkir dalam rangka
menurungkan jumlah pasien TB yang mangkir pengobatan.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk mencegah kegagalan pengobatan TB dan mencegah
munculnya kasus TB MDR .
B. Tujuan Khusus
1. Malacak pasien TB yang berhenti mengambil obat.
2. Memberikan penyuluhan pada pasien yang berhenti minum
obat tentang penyakit TB sehingga bersedia untuk berobat
kembali.
IV. KEGIATAN
Kegiatan pokok dalam pelacakan kerumah pasien pengobatan
TB yang berhenti ambil obat.
I. PENDAHULUAN
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Sebagian
besar kuman TB menyerang paru tetapi juga dapat menyerang
organ tubuh lainnya.penularan terutama sekali melalui aerogen.
Pasien TB menyebabkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak).
Menurut WHO tahun 2016 ditingkat globab diperkirakan 1,6
juta kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus di antaranya
perempuan.dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000
kasus adalah perempuan.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penderita TB
terbanyak saat ini Indonesia menempati urutan no 3 setelah cina
dan india.
Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif yang saat
batuk bersin atau berbicara mengeluarkan droplet (percikan
dahak) yang mengandung kuman micobatrerium tuberculosis.
II. LATAR BELAKANG
Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif yang
batuk , bersin atau berbicara mengeluarkan droplet (percikan
dahak) yang mengandung kuman micobatrerium tuberculosis. 1
pasien TB paru BTA (+) yang tidak diobati secara tepat dan
berkualitas dapat menginfeksi sekitar 10 orang pertahun.
Kontak serumah adalah orang yang tinggal serumah minimal 1
malam atau sering serumah pada siang hari dengan penderita TB
dalam 3 bulan terakhir sebelum penderita mendapat obat anti
tuberculosis (OAT).
Kontak erat adalah orang yang tidak tinggal serumah tetapi
sering bertemu dengan penderita dalam waktu yang cukup lama
yang intensitas berkontaknya hamper sama dengan kontak
serumah.capaian penemuan kasus TB dipuskesmas bontocani
pada tahun 2023 adalah sebanya 2 orang dari target yang telah
ditetapkan sebanyak 29 kasus sehingga masih perlu penemuan
kasus secara aktif dan massif.
TOSS TB (temukan obati sampai sembuh)adalah gerakan untuk
menemukan pasien sebanyak mungkin dan mengobati sampai
sembuh sehingga rantai penularan dimasyarakat bias dihentikan.
Hal ini sesuai dengan visi puskesmas bontocani untuk
mendukung terwujudnya masyarakat yang sehat dan mandiri dan
misi memberikan pelayanan yang bermutu, merata, dan terjangkau
di puskesmas dan jaringannya untuk seluruh lapisan masyarakat
serta tata nilai SMAR senyum mudah adil ramah dan tanggap.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Menemukan pasien sebanyak mungkin dan mengobati sampai
sembuh serta memutus rangtai penularan
B. Tujuan Khusus
1. Menemukan kemungkinan penderita TB baru pada kasus
kontak serumah
2. Menemukan kemungkinan penderita TB baru pada kasus
kontak erat
3. Meningkatkan cakupan penderita TB diwilayah kerja
puskesmas bontocani
IV. KEGIATAN
Kunjungan rumah penderita TB dan kunjungan kerumah-
rumah disekitarnya.
Sumber
Infestigasi
1. Didesa pembiayaan
kontak
BOK
I. PENDAHULUAN
Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen
daerah terhadap program pengendalian TB.pengeutan
pengendalian TB dan pengembanganya ditujukan terhadap
peningkatan mutu pelayanan,kemudahan akses untuk penemuan
dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan
dan pencegahan terjadinya TB resisten oaba.penemuan dan
pengobatan dalam rangka pengendalian TB dilaksanakan oleh
seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjut(FKRTL),meliputi:puskesmas,RS
pemerintah dan suwasta,RS paru(RSP)balai besar/ balai kesehatan
paru masyarakat(B/BKPM) klinik pengobatan serta dokter praktik
mandiri (DPM).
.
II. LATAR BELAKANG
Indonesia telah mencapai kemajuan yang bermakna dalam
upayah pengendalian TB di Indonesia dan berapa target MDGS
telah tercapai sebelum waktunya,namum perlu diwaspadai karena
masih ada beberapa tantangan utama yang harus dihadapi agar
tidak menghambat laju pencapain target program
selanjutanya.salasatu tantangan terbesar yang harus diwaspadai
adalah masih banyaknya kasus TB yang hilang atau tidak
terlaporkan ke program.pada tahun 2012 diperkirakan ada sekitar
130 kasus TB yang diperkirakan ada tetapi belum terlaporkan.
Dengan latar belakang tersebut maka kegitan kunjugan rumah
untuk terapi pencegahan TB menjadi sangat penting untuk
dilakukan dalam kegiatan P2TB di UPT Puskesmas Bontocani.
.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan pelaporan dan meningkatakan
kepatuhan serta menurunkan angka kejadian BTA positif
B.Tujuan Khusus
1. Melaksanakan kunjungan rumah dan edukasi pasien dan
keluarga.
2. Memotifasi dan memelihara kepatuhan meminum obat
pencegan TB.
IV. KEGIATAN
Kunjungan rumah untuk terapi pencegahan TBC.
Bulan
Tempat
No Kegiatan KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pelaksanaan
Kunjugan
rumah
Sumber
untuk
1. Didesa pembiayaan
terapi
BOK
pencegahan
TBC
VIII. MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
Monitoring dilaksnakan selama pelaksanaan kegiatan dengan
membuat pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.Evaluasi
teerhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan setiap selesai
pelaksanaan kegiatan tersebut.
I. PEDAHULUAN
Cacingan umumnya terdapat didaerah tropis dan
sub tropis di negara berkembang termasuk Indonesia. Akibat
yang di timbulkan cacingan antara lain gangguan perkembangan
fifik, intelektual, perkembangan kognitif dan malnutrisi. WHO
memperkirakan 42% sasaran beresiko cacingan di dunia berada
di regional negara Asia tenggara. Gambaran epidemiologi
cacingan di Indonesia menunjukkan penularan masih
terjadi di pedesaan maupun perkotaan.
Untuk mengakselerasikan pengendalian kecacingan WHO
dalam roadmap nya menetapkan target cakupan pemberian obat
cacing minimal 75% pada populasi beresiko. Kementerian RI
telah menetapkan tujuan program pengendalian kecacingan pada
anak usia sekolah dan anak balita sehingga menurunkan angka
kecacingan dan tidak menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
Sampai saat ini pemberian obat cacing di Indonesia belum
mencapai target yang ditetapkan . Oleh karena itu perlu adanya
program kecacingan yang terintegrasi dengan kegiatan UKS
melalui penjaringan anak SD/MI. Saat ini kementerian RI
menggunakan Albendazole 400 mg sebagai obat program
pengendalian kecacingan karena obat ini relatif aman, pemberian
dosis tunggal, tidak mahal dan mudah dalam pendistribusian
II. LATAR BELAKANG
Puskesmas Bontocani terletak di daerah perdesaan dengan
banyak penduduk yang tempat tinggal nya masih dalam
lingkungan sanitasi yang kurang memenuhi syarat kesehatan.
Dalam wilayah kecamatan bontocani memiliki 10 desa 1
kelurahan dengan 34 titik posyandu dan memiliki 24 Sekolah
dasar/Mi serta 15 TK/Paud
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum : Setiap anak usia sekolah dan anak balita
terbebas dari infeksi kecacingan.
B. Tujuan Khusus : Meningkatkan cakupan pemberian obat
cacing pada usia 12 Bln
– 12 tahun
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
VI. SASARAN
Tercapainya 100% sasaran pemberian obat cacing utk anak
usia 24 Bln – 12 Tahun.
VII. JADWAL KEGIATAN
NO KEGIATAN BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pemberian
Obat
Pencegahan
Kecacingan
(POPM)
I. PENDAHULUAN
Pelaksanaan pengasapan (Fogging) dalam rangka menekan
penyebaran penyakit malaria yang di sebabkan oleh gigitan nyamuk
anhopheles.
Fogging tidak bias di lakukab senbarangan, tapi harus
berdasarkan laporan kasus malaria yang di peroleh dari puskesmas.
Kegiatan penyemprotan di lakukan dengan fogging focus, yakni
penyemprotan dengan focus lokasi dalam radius tertentu. Fogging
pun harus bias di lakukan jika di sebuah daerah di temukan kasus
malaria.
B. Tujuan Khusus
3. Memutus mata rantai penyebab penyakit Malaria
4. Menekan peningkatan kasus Malaria
5. Mencegah terjadinya kejadian luar biasa KLB
6. Menurunkan angka kematian Malaria
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
NO Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
1 Penyemporan dinding Untuk memutus rantai penularan
rumah/indoor residual dan pengendalian vector nyamuk
spray (IRS) larvasidasi anopheles
malaria
I. PENDAHULUAN
Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular
yaitu di sebabkan oleh virus dengue yang di tularkan melalui nyamuk
anoepheles. Lebih berperan dalam penularan dalam penyakit ini,
karena hidupnya di dalam dan di sekitar rumah timbulnya mendadak
dan hanya mengakibatkan kematian bagi penderitanya, sehingga
tidak mengherankan bila ada nya penyakit ini menimbulkan
keresahan bagi masyarakat.
Penyakit Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan
lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin
luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas
dan kepadatan penduduk.
Sampai saat ini penyakit malaria satu-satunya cara efektif adalah
menanggulanginya dengan cara memberantas nyamuk penularannya.
Nyamuk anopheles berkembang biak di twmpat penampungan air
bersih seperti bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas.
Nyamuk ini mampu hidup sampai 1000m dari permukaan laut, suka
hidup di daratan rendah yang berpenghuni padat. Dari telur hingga
dewasa mencapai kurang lebih 12 hari. Menggigit pada pagi dan sore
hari, setelah nyamuk betina menggigit orang sakit malaria, 7 hari
kemudian virus onopheles dalam tubuhnya telah matang dan siap di
tularkan pada orang lain melalui gigitanya, nyamuk betina inpektif
dapat menularkan penyakit malaria.
Pemeriksaan jentik adalah pemeriksaan tempat tempat
perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang
ada di dalam rumah seperti bak mandi/WC,pas bunga,tatakan
kulkas,dll. Dan di luar rumah seperti talang air, alas pot kembang,
ketiak daun, lubang pohon,bambu
III. TUJUAN
A. Tujuan umum :
Untuk melindungi penyakit dari potensi pengaruh buruk akibat
kondisi rumah yang menjadi sarang perkembangbiakan jentik
nyamuk
B. Tujuan khusus :
a. Populasi nyamuk terkendali sehingga penularan penyakit dengan
perantara nyamuk dapat di cegah atau di kurangi
b. Di perolehnya data yang akurat mengenai kondisi jentik di
lingkungan wilayah kerja puskesmas bontocani
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
NO Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
1. Survey vector Malaria Menentukan jadwal survey
Menyiapkan senter & timbah
Advokasi ke Masyarakat
Mencatat pelaporan
N Jenis Bulan
o Kegiatan ja Mar ap me jun jul ag se Ok no de
n t r i i i s p t v s
1. Pelaksanaa
n
Penggeraka
n kesehatan
kerja dan
pembinaan
GP2SP pada
perusahaan
VIII. MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
Monitoring dilaksanakan selama pelaksanaan kegiatan dengan
membuat pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.Evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap selesai pelaksanaan dengan
pelaporan pelaksanaan kegiatan tersebut.
I. PENDAHULUAN
Upaya keperawatan kesehatan masyarakat merupakan upaya
kesehatan penunjang yang terintegrasi dalam semua upaya
kesehatan Puskesmas yang di laksanakan oleh perawat. Perawat
puskesmas mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan
keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Upaya perawatan kesehatan masyarakat merupakan upaya yang
kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib maupun
upaya kesehatan pengembangan. Perawatan kesehatan
masyarakat (Perkesmas ) merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan dasar yang di laksanakan oleh puskesmas.
Perkesmas di lakukan dengan penekanan pada upaya pelayanan
kesehatan dasar. Pelaksanaan perkesmas bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan yang di hadapi, sehingga tercapai derajat kesehatan
yang optimal.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
1. Membantu Keluarga dalam menangani Penyakit Kronik
termasuk berkembangnya masalah kesehatan lainnya
dengan memberikan Asuhan Keperawatan pada Keluarga
rentan atau rawan di wilayah puskesmas bontocani
B. Tujuan Khusus
1. Memberikan asuhan keperawatan pada keluarga yang
mempunyai penyakit Kronik
2. Memberikan tindakan keperawatan pada keluarga yang
mempunyai penyakit Kronik
3. Memberikan konseling atau KIE pada keluarga yang
mempunyai penyakit Kronik
VI. SASARAN
a. Sasaran ditentukan berdasarkan jumlah penduduk miskin x
1,66 % diwiliyah kerja
b. Pasien yang mempunyai riwayat degenerative
c. Data screening PTM
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
I. PENDAHULUAN
Sejalan dengan Perkembangan jumlah penduduk dan
perubahan gaya hidup masyarakat serta system transportasi
dikabupaten Bone, menyebabkan proses interaksi Antara manusia
dan lingkungannya dibayangi berbagai risiko fisik maupun psikis,
resiko fisik yang bisa terjadi berupa gangguan kesehatan yang
bersifat tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh
darah, Diabetes Melitus , Kanker dan penyakit kronis lainnya.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Terlaksananya pencegahan dan pengendalian factor resiko ptm
berbasis peran serta masyarakat secara terpadu, rutin dan
periodik.
B. Tujuan Khusus
1. Terlaksanya deteksi dini factor resiko PTM
2. terlaksanya monitoring faktor resiko PTM
3. terlaksannya tindak lanjut deteksi dini
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
A. Kegiatan Pokok
1. pemeriksaan tekanan darah
2. pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar perut
3. pemeriksaan gula darah dan cholesterol dan lainnya
B. Rincian Kegiatan
1. Deteksi Hipertensi dengan memeriksa Tekanan Darah
2. Deteksi kemungkinan kekurangan Gizi dan Obesitas
dengan memeriksa Tinggi Badan dan Berat Badan
3. Deteksi kemungkinan Diabetes Melitus dengan Cek Gula
Darah
4. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
pada pengunjung wanita 30-59 tahun
V. CARA MELAKSANAAN KEGIATAN
A. Registrasi, pemberian nomor urut / kode yang sama serta
pencatatan ulang hasil pengisian Buku monitoring PTM ke
buku Pencatatn oleh petugas pelaksana PTM
B. Wawancara oleh petugas pelaksana PTM
C. Pengukuran TB,BB,IMT Lingkar perut
D. Pemeriksaan Tekanan Darah , Gula Darah Cholesterol dan
Asam Urat
E. Identifikasi Faktor risiko PTM, konseling/edukasi serta tindak
lanjut lain
VI. SASARAN
Sasaran dari kegiatan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM adalah
masyarakat baik laki-laki atau perempuan yang berusia 15 tahns.d
>70 tahun memiliki atau tidak memiliki factor resiko
I. PENDAHULUAN
Penyakit tidak menular memiliki beberapa factor risiko, di
antaranya adalah merokok.anggapan bisa menjadi gerbang bagi
penyakit lain seperti serangan jantung,kanker,penyakit paru
kronis, impotensi, gangguan janin, hingga stroke.merokok tidak
hanya beresiko merokok saja tetapi juga orang lain yang bukan
perokok.
Menurut data riskasdas tahun 2018 jumlah perokok di
Indonesia semakin meningkat,didapatkan bahwa prevalensi
perokok usia ≥ 15 tahun sebesar 33,8%.oleh sebab itu diperlukan
bertasaikamiah dan upaya dari bertabagai pihak hal pelayanan
kesehatan masyarakat adalah dengan melakukan setuju dini
terhadap kelompok remaja usia 10-18 tahun di sekolah.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Melihat kadar perilaku merokok pada anak sekolah dan
keberadaan perilaku merokok di lingkungan sekolah.
B. Tujuan Khusus
1. Mendapatkan data tentang perilaku merokok pada anak
sekolah
2. Mengetahui adanya perilaku merokok di kawasan
KTR,sekolah
3. Sebagai dasar untuk membentuk kegiatan usaha berhenti
merokok sejak dini
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
A. Kegiatan Pokok
1. Pengisian kuesioner berupa formulir
B. Rincian Kegiatan
1. koordinasi dengan pihak sekolah untuk jadwal kegiatan
2. kegiatan berupa skrining merokok dengan metode
pengisian kuesioner
V. CARA MELAKSANAAN KEGIATAN
a. penyuluhan tentang dampak buruk perilaku merokok
b. pengisian kuesioner skrining merokok,dalam bentuk formulir
,sumber kuesioner dari program PTM dinas kesehatan
kabupaten bone
c. rekap data hasil kegiatan skrining berdasarkan kuesioner
d. analisis data dan penyusunan kesimpulan
VI. SASARAN
Sasaran dari kegiatan Skrining perilaku merokok pada remaja usia
10-18 tahun di sekolah adalah anak sekolah baik laki-laki atau
perempuan yang berusia 10 than s.d 18 tahun
I. PENDAHULUAN
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Menekan serendah rendah nya kasus penyakit rabies
B. Tujuan Khusus
1. Penemuan dini kasus gigitan anjing, kucing atau pun
hewan penular lainnya.
2. Penatalaksanaan kasus gigitan anjing, kucig atau pun
hewan penular lainnya.
3. Pemberian vaksin.
VI. SASARAN
Sasaran dari kegiatan Survailans hewan penyebab rabies
adalah masyarakat.
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Bulan Tempat
No Kegiatan KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pelaksanaan
Survailas
Sumber
hewan
1. 11 Desa pembiayaan
penyebab
BOK
Rabies
VIII. MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
Monitoring dilaksanakan selama pelaksanaan kegiatan dengan
membuat pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.Evaluasi
terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap selesai
pelaksanaan dengan pelaporan pelaksanaan kegiatan tersebut.
DINAS KESEHATAN
I. Pendahuluan
Upaya pembinaan anak usia sekolah dalam peningkatan kualitas sumber
daya manusia dalam bidang kesehatan salah satunya yaitu melalui Usaha
Kesehatan Anak Sekolah (UKS). Usaha Kesehatan Sekolah dilaksanakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar anak sekolah melalui
perilaku hidup bersih dan sehat, menciptakan lingkungan yang sehat serta
meningkatkan derajat kesehatan anak sekolah. Hal ini memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Attack rate tetanus neonatorum pada bayi dari ibu yang tidak mendapatkan
imunisasi tetanus sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup dan case fatality rate
antara 30% sampai 90%. Kekebalan terhadap penyakit ini hanya diperoleh
melalui imunisasi tetanus minimal dua dosis. Perlindungan jangka panjang
diperoleh jika mendapatkan imunisasi tetanus sebanyak 5 dosis (status T5).
Untuk mempercepat eliminasi tetanus neonatorum kurang dari 1/1000 kelahiran
hidup di tingkat Kabupaten/Kota dalam 1 tahun sesuai ketentuan WHO,
diperlukan upaya pencapaian status T5 bagi semua WUS. Pemberian imunisasi
DT dan Td pada anak sekolah dasar atau sederajat merupakan rangkaian upaya
mencapai status T5 bagi setiap individu.
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang sangat infeksius.
Tanpa imunisasi, penyakit ini akan menyerang hampir setiap anak. Komplikasi
campak seperti radang paru (pneumonia), berak–berak (diare), radang telinga
(otitis media), dan radang otak (ensefalitis) terutama pada anak dengan gizi
buruk dapat menimbulkan cacat dan kematian. Indonesia merupakan salah
satu negara berpenduduk terbesar di dunia dengan cakupan imunisasi yang
masih di bawah 80%, sehingga Indonesia menjadi negara yang sangat rawan
terhadap penyakit campak, seperti yang ditunjukkan oleh data tahun 2006
bahwa angka kesakitan campak sekitar 1 juta pertahun dengan 30.000
kematian. Kondisi ini menempatkan Indonesia menjadi salah satu dari 47
negara prioritas yang diidentifikasi oleh WHO dan UNICEF untuk melaksanakan
akselerasi dan menjaga kesinambungan dari reduksi campak.
III. Tujuan.
A. Tujuan Umum
Memberikan perlindungan jangka panjang bagi anak terhadap penyakit
Campak, Difteri, dan Tetanus termasuk tetanus neonatorum.
B. Tujuan Khusus
VI. Sasaran
Siswa Sekolah Dasar Kelas (1, 2, 5 dan 6 Perempuan)
DINAS KESEHATAN
Alamat : Jl. Makassar No.11 Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto cani Kabupaten Bone
I. Pendahuluan
Pengertian imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan /
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga
bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
akan mengalami sakit ringan. Imunisasi berasal dari kata imun ya ng berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resisensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
III. Tujuan.
A. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD31)
B. Tujuan Khusus
1. Tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai target
RPJMN (Rencana pembangunan jangka menengah)
2. Tercapainya target universal child immunization (UCI) Yaitu cakupan imunisasi
dasar lengkap minimal 95% secara merata pada bayi diseluruh desa atau
kelurahan.
VI. Sasaran
DESA BAYI BADUTA
BANA 33 39
BONTOJAI 29 33
BULUSIRUA 25 21
ERECINNONG 14 8
KAHU 19 22
LAMONCONG 6 2
LANGI 27 22
MATTIROWALIE 10 14
PAMMUSURENG 18 15
PATTUKU 17 23
WATANGCANI 26 14
JUMLAH 224 213
VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
BULAN TEMPAT
KEGIATAN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PELAKSANA
POKOK
AN
1 Pelayanan 32 Posyandu
Imunisasi
Rutin di
posyandu
2 Sweeping 11 Desa /
Imunisasi Kelurahan
Rutin / DOFU
dan
pengenalan
Antigen baru
DINAS KESEHATAN
Alamat : Jl. Makassar No.11 Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto cani Kabupaten Bone
I. Pendahuluan
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa
perlindungan anak yang sudah mendapat imunisasi dasar. Kegiatan ini bertujuan
untuk menjamin terjaganya imunisasi pada anak baduta, Anak usia sekolah, dan
wanita usia subur (WUS) termasuk wanita hamil
III. Tujuan.
A. Tujuan Umum
Menjamin terjaganya tingkat imunitas pada Anak baduta, Anak usia sekolah,
dan wanita usia subur( WUS) Termasuk wanita hamil.
B. Tujuan Khusus
1 Pelayanan Imunisasi Rutin Pemberian Imunisasi secara rutin pada Bayi dan
di posyandu Balita
3 Pelayanan Imunisasi pada Pemberian Imunisasi pada Anak Sekolah dasar Kelas
Anak Sekolah dasar (BIAS) 1, 2, 5 dan 6 Perempuan
4 Sweeping Imunisasi pada Pemberian Imunisasi pada Anak Sekolah dasar Kelas
Anak Sekolah dasar (BIAS) 1, 2, 5 dan 6 Perempuan bagi yang belum
mendapatkan Imunisasi
V. Cara Melaksanakan Kegiatan
LINTAS LINTAS
KEGIATAN
NO RINCIAN KEGIATAN PROGRAM SEKTOR KET
POKOK
TERKAIT TERKAIT
1 Pelayanan 1. Menyusun rencana Program GIZI Pemerintah Sum
Imunisasi kegiatan Setempat ber
Rutin di 2. Koordinasi dengan dana
posyandu lintas LP/LS
BOK
3. Menentukan tempat
dan waktu
pelaksanaan kegiatan
4. Menyiapkan Format
pencatatan
5. Menyiapkan vaksin
dan logistik
Imunisasi
6. Membuat pelaporan
kegiatan
2 Sweeping 13. Menyusun rencana Program GIZI Pemerintah Sum
Imunisasi kegiatan Setempat ber
Rutin / 14. Koordinasi dengan dana
DOFU dan lintas LP/LS
BOK
pengenalan 15. Menentukan tempat
Antigen dan waktu
baru pelaksanaan kegiatan
16. Menyiapkan Format
pencatatan
17. Menyiapkan vaksin
dan logistik
Imunisasi
18. Membuat pelaporan
kegiatan
3 Pelayanan 13. Menyusun rencana 2. Program Pihak Sekolah Sum
Imunisasi kegiatan UKS ber
pada Anak 14. Koordinasi dengan - Membant dana
Sekolah lintas LP/LS u
BOK
dasar 15. Menentukan tempat menyiapk
(BIAS) dan waktu an tempat
pelaksanaan kegiatan pelayanan
16. Menyiapkan Format di ruang
pencatatan UKS
17. Menyiapkan vaksin
dan logistik
Imunisasi
18. Membuat pelaporan
kegiatan
4 Sweeping 1. Menyusun rencana 1. Program Pihak Sekolah Sum
Imunisasi kegiatan UKS ber
pada Anak 2. Koordinasi dengan - Membant dana
Sekolah lintas LP/LS u
BOK
dasar 3. Menentukan tempat menyiapk
(BIAS) dan waktu an tempat
pelaksanaan kegiatan pelayanan
4. Menyiapkan Format di ruang
pencatatan UKS
5. Menyiapkan vaksin
dan logistik
Imunisasi
6. Membuat pelaporan
kegiatan
VI. Sasaran
1. Baduta Umur 12 bln – 24 bln
2. Balita
3. Siswa SD Kelas (1, 2, 5 dan 6 Perempuan)
4. WUS dan Ibu Hamil ( Umur kehamilan 16 – 32 mgg)
VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
N KEGIATAN POKOK BULAN TEMPAT
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PELAKSANAAN
1 Pelayanan Imunisasi 32 Posyandu
Rutin di posyandu
2 Sweeping Imunisasi 11 Desa /
Rutin / DOFU dan Kelurahan
pengenalan Antigen
baru
3 Pelayanan Imunisasi 24 Sekolah
pada Anak Sekolah dasar
dasar (BIAS)
4 Sweeping Imunisasi 24 Sekolah
pada Anak Sekolah dasar
dasar (BIAS)
VIII. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Monitoring dilaksnakan selama pelaksanaan kegiatan dengan membuat
pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.Evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan setiap selesai pelaksanaan dengan pelaporan
pelaksanaan kegiatan tersebut.
DINAS KESEHATAN
Alamat : Jl. Makassar No.11 Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto cani Kabupaten Bone
I. Pendahuluan
Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling
mendekati kesempurnaan dan sangat berdampak terhadap peningkatan
kesehatan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia dalam bidan kesehatan adalah upaya kesehatan untuk bayi yaitu
imunisasi.
B. Tujuan Khusus
VI. Sasaran
1. Bayi umur 0 – 11 bln
2. Baduta Umur 12 bln – 24 bln
3. Balita
4. Siswa SD Kelas (1, 2, 5 dan 6 Perempuan)
5. WUS dan Ibu Hamil ( Umur kehamilan 16 – 32 mgg)
VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
KEGIATAN BULAN TEMPAT
NO
POKOK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PELAKSANAAN
1 Pelayanan 32 Posyandu
Imunisasi Rutin di
posyandu
2 Sweeping 11 Desa /
Imunisasi Rutin / Kelurahan
DOFU dan
pengenalan
Antigen baru
3 Pelayanan 24 Sekolah
Imunisasi pada dasar
Anak Sekolah
dasar (BIAS)
4 Sweeping 24 Sekolah
Imunisasi pada dasar
Anak Sekolah
dasar (BIAS)
5 Investigasi 11 Desa /
kejadian kasus Kelurahan
KIPI
VIII. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
Monitoring dilaksnakan selama pelaksanaan kegiatan dengan
membuat pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.Evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan setiap selesai pelaksanaan dengan
pelaporan pelaksanaan kegiatan tersebut.
DINAS KESEHATAN
Alamat : Jl. Makassar No.11 Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto cani Kabupaten Bone
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI DAN NON KIPI) TAHUN 2023
I. Pendahuluan
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahtaraan umum perlu
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa indonesia sebagai mana dimaksud
dalam UUD 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan
berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Keberhasilan pembangunan kesehatan
sangat dipengaruhi oleh tersediannya sumber daya manusia yang sehat,
terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan
perencanaan terpadu yang didukun oleh data dan informasi epidemiologi yang
valid.
Pembangunan bidan kesehatan di indonesia saat ini mempunyai beban
ganda (doubel burden). Yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit
degeneratif. Pemberantasan penyakit menular sangat sulit karna penyebaran
tidak mengenal atas wilayah administrasi. Imunisasi merupakan salah satu
tindakan pencegah penyakit ke wilayah lain yang terbukti sangat cost effective.
Menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, imunisasi
merupakan salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai
millenium development goals (MDGs) khusus untuk menurunkan angka
kematian pada anak. Pada tahun 2022 sasaran bayi baru lahir sebanyak 213
sedangkan capaiannya 210 jadi dari hasil cakupan pada tahun 2022 hanya
98,6 %.
II. Latar Belakang
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajang dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan penyelanggaraan imunisasi adalah serangkaian
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan
imunisasi, berdasarkan sifat penyelenggaraan, imunisasi dikelompokkan
menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan. Imunisasi rutin merupakan
kegiatan imunisasi dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal,
imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
III. Tujuan.
A. Tujuan Umum
Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk pemantauan KIPI.
B. Tujuan Khusus
VI. Sasaran
1. Bayi umur 0 – 11 bln
2. Baduta Umur 12 bln – 24 bln
3. Balita
4. Siswa SD Kelas (1, 2, 5 dan 6 Perempuan)
5. WUS dan Ibu Hamil ( Umur kehamilan 16 – 32 mgg)
VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
BULAN TEMPAT
KEGIATAN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PELAKSANA
POKOK
AN
1 Investigasi 11 Desa /
kejadian kasus Kelurahan
KIPI
DINAS KESEHATAN
Alamat : Jl. Makassar No.11 Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto cani Kabupaten Bone
I. Pendahuluan
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
dengan cara memasukkan vaksin, yakni firus atau bakteri yang sudah
dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut setelah
dimodifikasi .ada lima jenis jenis imunisasi yang diberikan secara gratis di
posyandu, yang terdiri dari imunisasi Hepatitis B, BCG, Polio(ipv dan opv), DPT
HB, PCV Serta campak MR.
Semua jenis vaksin ini harus diberikan secara lengkap sebelum anak berusia
satu tahun diikuti dengan imunisasi lanjutan pada balita.
III. Tujuan.
A. Tujuan Umum
Tercapainya target sasaran imunisasi dasar lengkap diwilayah kerja UPT
puskesmas Bontocani.
B. Tujuan Khusus
VI. Sasaran
Sasaran pelaksanaan kegiatan ini adalah bayi balita umur 0-59 Bulan
dengan status imunisasi tidak lengkap dan tidak mendapat imunisasi sesuai
jadwal.
I. PENDAHULUAN
III. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Terlaksananya kegiatan deteksi dini Hepatitis B di UPT Puskesmas
Bontocani
B. Tujuan Khusus
Petugas fasilitas Kesehatan mampu melakukan :
a. Deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil dan kelompok beresiko
b. Deteksi dini Hepatitis B pada Bayi 6 – 9 Bulan yang ibunya reaktif
Hepatits B
c. Penyuluhan atau KIE ( Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
tentang Hepatitis B
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN.
Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
1. Deteksi Dini Hepatitis a. Deteksi Dini Hepatitis B
Pada Ibu hamil pada Ibu hamil yang
Berkunjung Ke
puskesmas dan di desa
Wilayah Kerja
b. Penanganan hasil deteksi
Dini Hepatitis B reaktif
dan Non reaktif
2. Pencatatan dan
Pelap- Setiap Bulan
Oran.
3. Monitoring dan Setiap Triwulan
Evalu-
asi
VIII. EVALUASI HASIL KEGIATAN
Evaluasi Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan minimal 3 Bulan Sekali.
IX. PECATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan Pelaporan di lakukan Sesuai Prosedur.