Anda di halaman 1dari 12

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengrajin
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pengrajin merupakan pengusaha
atau perusahaan yang membuat kerajinan tangan. Kerajinan tangan yang
dimaksud yaitu barang-barang yang dibuat dengan membutuhkan suatu
keterampilan. Selain itu, kerajinan dapat diartikan sebagai usaha yang
dikerjakan sehingga menghasilkan barang yang mengandung unsur seni.
Meskipun demikian usaha tersebut terkadang juga membutuhkan bantuan
mesin agar pekerjaan mudah selesai (Sugono, 2008).
Pengrajin atau perajin adalah orang yang pekerjaannya membuat
barang-barang kerajinan atau orang yang mempunyai keterampilan
berkaitan dengan kerajinan tertentu. Barang-barang tersebut tidak dibuat
dengan mesin, tetapi dengan tangan sehingga sering disebut barang
kerajinan tangan (Syahrul, 2011).
Berdasarkan pengertian di atas, pengrajin atau perajin merupakan
orang yang memiliki keterampilan dan kreativitas lebih dalam membuat
barang-barang menjadi suatu kerajinan tertentu yang memiliki nilai guna
dan nilai jual lebih.
Pengrajin atau perajin yang dimaksud dalam judul penelitian ini
merupakan pengrajin batik tulis Bakaran yang ada di Desa Bakaran,
Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Di mana para pengrajin ini setiap
harinya melukis kain menjadi sebuah kerajinan batik tulis. Dalam
pembuatannya, para pengrajin ini menggunakan tangan dan kreativitasnya
sendiri sehingga terciptalah batik tulis yang memiliki nilai seni yang
tinggi.
2. Pemerintah

8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Secara etimologi, pemerintah diartikan sebagai lembaga yang


melakukan pekerjaan untuk memerintah suatu masyarakat. Di mana
mereka memiliki empat unsur yang terdiri dari dua pihak. Kedua pihak
tersebut yaitu pemerintah yang bertugas untuk memerintah, dan
masyarakat/rakyat yang harus patuh untuk diperintah. Oleh karena itu,
kedua pihak tersebut memiliki hubungan satu dengan lainnya (Kencana,
2013).
Pemerintahan di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
pengertian pemerintah pusat adalah penguasa yang bertugas di pusat,
melingkupi seluruh pemerintah daerah. Pemerintahan pusat adalah seluruh
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak diselenggarakan daerah otonom
(Abdullah, 2016).
Sementara itu, pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan
pemerintahan pada tingkat daerah yang merupakan bagian dari
pemerintahan pusat. Pemerintah daerah merujuk pada otoritas
administratif di suatu daerah yang lebih kecil dari sebuah negara
(Abdullah, 2016).
Pemerintah yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
pemerintah Kabupaten Pati yang melalui Dinas Perindustrian dan
Perdagangan melaksanakan program-program dalam melestarikan
kerajinan batik tulis Bakaran.
3. Pelestarian
Pelestarian dapat dibagi dalam dua aspek yaitu mempertahankan dan
mengembangkan. Mempertahankan berarti tetap memakai, menggunakan,
dan memfungsikan sebuah kesenian sebagaimana mestinya.
Mengembangkan yaitu memposisikan sebuah kesenian sebagai objek yang
dialih, dirubah, digeser, dimodifikasi, serta dikembangkan dari aspek-
aspek tertentu (Indrayuda, 2012).
Pelestarian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-
menerus, terarah, dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis,


luwes, dan selektif (Ranjabar, 2006). Pelestarian budaya dilakukan untuk
mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai tradisional dengan
mengembangkan perwujudan yang bersifat dinamis, luwes dan selektif,
serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan
berkembang.
Berdasarkan pengertian di atas, pelestarian merupakan proses atau
kegiatan mengembangkan dan mempertahankan keberadaan suatu
kesenian atau warisan budaya supaya tidak hilang, sehingga dapat
dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Pelestarian yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah
pengembangan dan proses mempertahankan kesenian atau warisan budaya
berupa kerajinan batik tulis Bakaran oleh pengrajin ataupun pihak-pihak
terkait agar tidak hilang akibat dampak dari perkembangan zaman.
4. Batik Tulis Bakaran
Batik merupakan lukisan atau gambar pada mori (kain berasal dari
serat kapas yaitu kain yang diputihkan dengan tenunan rapat, halus, lembut
dan sedikit diberi kanji) yang dibuat dengan teknik canting, jadi orang
yang melukis atau menggambar atau menulis pada mori memakai canting
disebut membatik atau mbatik (Djoemana, 1990).
Batik dapat mengacu pada kain yang telah dihiasi dengan lilin (Dora
& Poetiray, 2012). Namun, batik awalnya merujuk pada teknik untuk
membuat pola dengan menggunakan lilin sebagai resistensi, yang
memungkinkan untuk diterapkan dalam setiap jenis bahan seperti kain
(katun, sutra, dan drabin umum) sebagai kain, kayu furnitur atau partisi.
Batik adalah metode pencelupan kain menggunakan lilin untuk
membuat pola dan desain (Suleiman dalam Darma, 2020). Metode ini
memanfaatkan teknik menolak, menerapkan sebidang kain dengan lilin
atau pasta untuk mencegah penyerapan warna ketika kain dicelupkan ke
dalam pewarna. Tidak hanya sebagai zat penahan penyerapan warna, lilin
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

digunakan juga untuk mengontrol warna menyebar keluar dari daerah


tertentu untuk membuat motif.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia menyebut bahwa
batik merupakan sebuah karya warisan budaya kita yang terus berkembang
selama bertahun-tahun dan terus menunjukkan tanda-tanda perkembangan
yang luas, dinamis dalam bidang teknologi, estetika dan ekonomi. Batik
telah menunjukkan dan mampu berkembang menjadi salah satu industri
penting yang berkontribusi dalam perekonomian Indonesia melalui
ekspor.
Batik merupakan hasil gambar yang dihasilkan dengan alat canting
dengan bahan lilin sebagai penahan masuknya warna, yang berkembang
tidak semata-mata untuk kepentingan busana tetapi dapat digunakan untuk
elemen interior, cinderamata, bahkan barang-barang mebel. Sehingga
kerajinan batik mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan di
masa yang akan datang (Rindia dalam Sakre et al., 2021).
Berdasarkan pengertian di atas, batik merupakan suatu bentuk
kerajinan yang berupa lukisan di atas kain mori yang digambar
menggunakan canting yang berisi malam/lilin.
Batik tulis Bakaran merupakan salah satu jenis kerajinan batik tulis
yang berasal dari Desa Bakaran, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.
Kerajinan batik pada suatu daerah pasti mempunyai ciri khas atau
keunikannya sendiri tidak terkecuali kerajinan batik tulis Bakaran yang ciri
khasnya yaitu seperti ciri khasnya batik pesisiran yang kebanyakan
berwarna cerah, tapi ciri khas yang paling menonjol dari kerajinan batik
tulis Bakaran adalah motif pecah-pecah yang mirip seperti retaknya tanah
pada musim kemarau yang panjang.

B. Penelitian yang Relevan


Untuk menghindari pengulangan dalam penelitian ini, peneliti mencoba
untuk menjelaskan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan
dengan judul penelitian. Peneliti sadar bahwa pembahasan penelitian mengenai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

Upaya Pengrajin dan Pemerintah dalam Pelestarian Batik Tulis Bakaran


bukanlah hal yang baru, melainkan sudah ada peneliti yang membahasnya
dalam penelitian terdahulu. Akan tetapi dalam penelitian ini memiliki
perbedaan dengan penelitian terdahulu. Berikut beberapa penelitian yang
pembahasannya terkait dengan judul penelitian:
1. Pertama, penelitian yang ditulis oleh Achmad Ulin Nuha dengan judul
“Peran Kelompok Batik Bakaran dalam Melestarikan Potensi Lokal di
Desa Bakaran Kecamatan Juwana Kabupaten Pati” berasal dari Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Penelitian
tersebut dilaksanakan pada tahun 2019 di Desa Bakaran Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati.
Dalam penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif,
sedangkan pendekatannya menggunakan pendekatan sosiologis dengan
teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Tujuan dari penelitian tersebut yaitu: 1) Untuk mengetahui peran
kelompok batik Bakaran. 2) Untuk mengetahui apa saja hasil yang
diperoleh kelompok batik Bakaran dalam melestarikan potensi lokal di
Desa Bakaran Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan peran dari kelompok batik
Bakaran sebagai fasilitator/penyuluh kepada masyarakat dan juga
kelompok batik bakaran sebagai pendidik melalui berbagai cara. Selain itu,
hasil dari kegiatan kelompok batik Bakaran yaitu proses pelatihan
keterampilan membatik, kebijakan pemakaian batik Bakaran sebagai
seragam PNS Kabupaten Pati yang juga merupakan pendukung kelestarian
produk batik di Desa Bakaran.
Adapun persamaan dan perbedaannya yaitu sama-sama berlokasi di
Desa Bakaran Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Sementara itu,
perbedaanya terletak pada pembahasannya yaitu mengenai peran dan juga
hasil kegiatan dari kelompok batik Bakaran dalam melestarikan potensi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

lokal, sedangkan dalam penelitian ini lebih membahas mengenai upaya


pengrajin dan pemerintah dalam pelestarian batik tulis Bakaran pada era
saat ini.
2. Kedua, penelitian yang ditulis oleh Liya Khozaainu Rohmati Robbil
Ummah dengan judul “Eksistensi Pengrajin dan Pelestarian Batik Tulis
Sumurgung Era Modern di Desa Sumurgung Kecamatan Tuban
Kabupaten Tuban” berasal dari Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Penelitian tersebut dilaksanakan pada tahun 2018 di Desa Sumurgung
Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.
Dalam penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif deskriptif
dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat fenomena masyarakat
pengrajin batik tulis di Sumurgung adalah konsep teori Evolusi Auguste
Comte dan teori Modernisasi Alex Inkeles.
Penelitian tersebut mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimana
cara melestarikan batik tulis di era modern dan mengetahui faktor yang
menyebabkan pengrajin batik semakin berkurang. Hasil dari penelitian
tersebut yaitu: 1) Cara pengrajin batik dalam melestarikan batik tulis pada
era modern di Desa Sumurgung melalui edukasi batik, dan sosialisasi
tentang pembuatan batik dengan melibatkan generasi muda. 2) Faktor
penyebab berkurangnya pengrajin batik di Desa Sumurgung dikarenakan
minimnya tingkat keterampilan dan ketekunan para pemuda sebagai
generasi penerus pengrajin batik, masuknya industrialisasi di era modern
sehingga para pemuda lebih memilih bekerja di pabrik, dan penghasilan
yang tidak sebanding dengan pekerjaan membatik sebelumnya.
Dalam penelitian tersebut membahas mengenai eksistensi pengrajin
dan pelestarian batik tulis pada era modernisasi. Sedangkan dalam
penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana upaya pengrajin dan
pemerintah dalam pelestarian batik tulis Bakaran. Selain itu, perbedaan
lainnya adalah terletak pada lokasi penelitian. Pada penelitian tersebut
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

dilaksanakan di Desa Sumurgung Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban,


sedangkan pada penelitian ini dilaksanakan di Desa Bakaran Wetan
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.

3. Ketiga, penelitian yang ditulis oleh Noffi Fitriyani Mulyaningsih dengan


judul “Peranan Pengrajin dalam Pelestarian Batik Kudus” berasal dari
Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Tata Busana),
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Penelitian tersebut
dilaksanakan pada tahun 2015 di Kabupaten Kudus.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
menggunakan metode survey explanatory dengan analisis data deskriptif
persentase. Pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara,
dokumentasi, dan angket.
Dalam penelitian tersebut memiliki tujuan, yaitu: 1) Untuk
mengetahui peranan pengrajin batik dalam pelestarian batik Kudus. 2)
Untuk mengetahui seberapa besar peranan pengrajin batik dalam
pelestarian batik Kudus. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
peranan pengrajin dalam pelestarian batik Kudus sudah masuk dalam
kriteria baik. Dengan didukungnya Sumber Daya Manusia yang baik,
penentuan bahan baku yang bagus, proses yang sudah sesuai, upaya
pemasaran produk yang sudah baik, sehingga upaya pelestarian yang
sudah dilakukan oleh pengrajin batik di Kudus sudah baik dan perlu
dipertahankan serta ditingkatkan.
Adapun persamaan dengan penelitian tersebut yaitu sama-sama
membahas mengenai pelestarian batik. Sedangkan perbedaannya terletak
pada metode penelitian dan juga tempat penelitian. Metode penelitian
tersebut menggunakan metode survey explanatory dengan analisis data
deskriptif persentase, serta dilaksanakan di Kabupaten Kudus. Sedangkan
dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif
yang penelitiannya berlokasi di Desa Bakaran Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

4. Keempat, penelitian yang ditulis oleh Riesta Mar’atul Azizah dengan judul
“Peran Kelompok Batik Berkah Lestari bagi Pemberdayaan Perempuan
(Studi di Dusun Karangkulon, Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul,
Yogyakarta)” berasal dari Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penelitian tersebut dilaksanakan pada tahun 2014 di Dusun Karangkulon,
Desa Wukarsari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu
menggunakan metode kualitatif naturalistik. Pengumpulan data dilakukan
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sementara itu, dalam
menganalisis fenomena dilapangan menggunakan teori AGIL (adaptation,
goal attainment, integration, latency) dari Talcott Parsons.
Dilakukannya penelitian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
peran kelompok batik Berkah Lestari bagi pemberdayaan perempuan dan
penghambat yang dihadapi kelompok batik Berkah Lestari dalam proses
pemberdayaan perempuan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa kelompok batik Berkah Lestari mampu berperan bagi perempuan
Karangkulon melalui 4 hal: adaptasi, anggota kelompok dapat
menyesuaikan dengan peraturan kelompok dan perubahan lingkungannya;
pencapaian tujuan, kegiatan di kelompok batik Berkah Lestari fokus untuk
mencapai kesejahteraan bersama, bukan kepentingan pribadi; integrasi,
komunikasi yang terbuka antara anggota dan pengurus membuat
kelompok batik Berkah Lestari bisa bertahan dan berkembang sampai
sekarang; pemeliharaan pola, kelompok batik Berkah Lestari
mengedepankan rasa kekeluargaan dan keterbukaan agar anggotanya
merasa nyaman dan terhindar dari konflik.
Pada penelitian tersebut membahas mengenai peran dari kelompok
batik Berkah Lestari dalam pemberdayaan perempuan, berikut juga faktor
pendorong dan penghambatnya. Sementara itu, pada penelitian ini
membahas mengenai upaya pengrajin dan pemerintah dalam melestarikan
batik tulis Bakaran. Selain itu terdapat perbedaan mengenai lokasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

penelitian, di mana dalam penelitian tersebut dilaksanakan di Dusun


Karangkulon, Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Sedangkan
dalam penelitian ini dilaksanakan di Desa Bakaran Wetan Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati.

C. Kajian Teori
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat
konsep, definisi, dan proposisi yang tersusun secara sistematis. Secara umum,
teori mempunyai tiga fungsi yaitu, untuk menjelaskan (explanation),
meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala (Sugiyono,
2013:8).
Penelitian ini akan menggunakan teori Fungsionalisme Struktural dari
Talcott Parson. Parson berpendapat bahwa terdapat empat fungsi dalam suatu
sistem yaitu adaptation (A), Goal Attainment (G), Integration (I), Latenci (L)
atau pemeliharaan pola (Ritzer, 2007). Keempat imperatif fungsional tersebut
disebut dengan skema AGIL. Agar suatu sistem dapat berjalan, maka harus
menjalankan keempat fungsi tersebut. Tidak terlepas pula mengenai pelestarian
seni batik yang dalam penelitian ini yaitu pelestarian batik tulis Bakaran. Agar
dapat bertahan dan tetap diterima oleh masyarakat di era seperti saat ini, para
pengrajin dan para stakeholder lain harus dapat menjalankan keempat fungsi
dari AGIL tersebut, yaitu:
1. Adaptation (adaptasi), suatu sistem harus mampu menyesuaikan
kebutuhan situasional yang akan datang dari luar. Sehingga ia harus
beradaptasi dan menyesuaikan terhadap lingkungan dengan kebutuhan-
kebutuhannya. Dalam penelitian ini upaya yang dilakukan oleh pengrajin,
pemerintah, dan juga masyarakat dalam melestarikan batik tulis Bakaran
ialah dengan cara menyelaraskan wujud pelestarian batik tulis Bakaran
terhadap kondisi dan situasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pada saat itu.
2. Goal Attainment (pencapaian tujuan), sistem harus dapat mendefinisikan
dan mencapai tujuan-tujuannya. Fungsi ini dapat diaplikasikan dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

cara partisipasi dari para pengrajin dan pemerintah yang bertujuan untuk
menjaga dan melestarikan batik agar mampu mempertahankan daya
kembang batik tulis Bakaran di kalangan masyarakat luas.
3. Integration (integrasi), sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian
yang menjadi komponennya dan juga mengatur hubungan antar ketiga
imperatif fungsional yang lain. Pengaturan hubungan tersebut dapat
dilakukan melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh para pengrajin
dengan komponen-komponen lain yang menjadi bagian dari pelestarian
batik tulis Bakaran.
4. Latensi (pemeliharaan pola), sistem harus melengkapi, memelihara, dan
memperbarui motivasi individu dan pola-pola budaya untuk menciptakan
dan mempertahankan motivasi tersebut. Dengan cara selalu menjaga,
melengkapi, dan memperbarui motivasi maupun pola budaya dari para
pengrajin batik tulis Bakaran dalam melaksanakan kegiatan pelestarian
batik tulis Bakaran.
D. Kerangka Berpikir
Batik merupakan lukisan pada mori (kain berasal dari serat kapas yaitu
kain yang diputihkan dengan tenunan rapat, halus, lembut dan sedikit diberi
kanji) yang dibuat dengan teknik canting. Kegiatan yang melukis atau
menggambar tersebut dikenal dengan sebutan membatik (bahasa Jawa:
mbatik). Salah satu jenis batik yang terdapat di Indonesia yaitu “Batik Tulis
Bakaran” yang berasal dari Desa Bakaran. Batik tulis Bakaran yang ciri
khasnya yaitu seperti ciri khasnya batik pesisiran yang kebanyakan berwarna
cerah, tapi ciri khas yang paling menonjol dari kerajinan batik tulis Bakaran
adalah motif pecah-pecah yang mirip seperti pecahnya tanah pada musim
kemarau panjang.
Desa Bakaran merupakan desa yang terletak di Kecamatan Juwana,
Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Di Desa Bakaran banyak dijumpai pengrajin
batik tulis Bakaran. Para pengrajin ini dapat dikatakan memiliki pengaruh
penting dalam upaya pelestarian batik tulis Bakaran. Upaya pelestarian batik
tulis Bakaran yang dilakukan oleh para pengrajin yang juga dibantu oleh
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

pemerintah tentunya akan mendapatkan dukungan dan juga hambatan dalam


pelaksanaannya. Segala upaya yang dilakukan oleh para pengrajin dan juga
stakeholder terkait dalam pelestarian batik tulis Bakaran akan dikaji
menggunakan teori Fungsionalisme Struktural “AGIL” dari Talcott Parson.
Dengan adanya upaya-upaya pelestarian yang dilakukan oleh para pengrajin
diharapkan dapat membuat batik tulis Bakaran mampu bertahan dan tetap eksis
seiring dengan perkembangan zaman.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian
ini dapat dilihat dalam bagan berikut.

Seni Batik di Indonesia

Batik Tulis Bakaran

Upaya pengrajin dan Faktor pendukung dan


pemerintah dalam pelestarian penghambat upaya pelestarian
batik tulis Bakaran batik tulis Bakaran

Teori Fungsionalisme Struktural


“AGIL” oleh Talcott Parson

Gambar 1. Kerangka Berpikir


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

Anda mungkin juga menyukai