Anda di halaman 1dari 8

ETIKA DAN STANDAR PROFESI PERBANKAN

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Etika dan Standar Profesi Keuangan
Dosen: Rama Fitrah, S. Tr. Keu

Kelompok 1 (Perbankan):
Abdillah Isthikhory (025041900083)
Faris Ikhwan (025041900019)
Innocentia Decathryn P S (025041900049)
Laily Aghfirlana (025041900017)
Mellyane Putri Astuti (025041900029)
Moh Fachri Hidayat (025041900067)
Raisa Agustin (025041800001)
Vany Fitria (025041900063)

PROGRAM STUDI D IV KEUANGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
2022
Berikut adalah kode etik Konsultan Pajak berdasarkan perundang-undangan :
1. Kepribadian Kode Etik Konsultan Pajak (Pasal 2) :
Konsultan Pajak Indonesia adalah warga negara Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur dalam mempertahankan keadilan dan kebenaran
dilandasi moral yang tinggi, luhur dan mulia, dan yang dalam melaksanakan tugasnya
menjunjung tinggi hukum, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Dalam hubungan-nya dengan klien Konsultan Pajak wajib (Pasal 4) :


1. Menolak untuk memberi nasihat dan bantuan dibidang perpajakan kepada setiap orang
yang memerlukan jasa perpajakan dengan pertimbangan karena tidak sesuai dengan
keahliannya dan atau bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak dapat menolak
dengan alasan karena perbedaan agama, kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin,
keyakinan, politik dan kedudukan sosialnya.

2. Menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan:


a. Dengan memelihara kepercayaan klien;
b. Bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia penerima jasa;

3. Bersikap profesional:
a. Senantiasa menggunakan pertimbangan moral dalam pemberian jasa yang dilakukan;
b. Senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan dan menghormati kepercayaan
masyarakat dan pemerintah;
c. Senantiasa melaksanakan kewajibannya dengan penuh kehatihatian, dengan
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.
d. Senantiasa bersikap adil, benar dan bersikap obyektif.

4. Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Klien:


a. Harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
menjalankan jasanya;
b. Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali diperlukan atas perintah Undang-Undang atau atas perintah pengadilan untuk
mengungkapkannya;

5. Berkewajiban menjaga prinsip kerahasiaan bagi staf atau karyawan, termasuk pihak
lain yang diminta untuk memberikan nasehat dan bantuan.

6. Menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar hukumnya.

7. Mengundurkan diri apabila timbul pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang


bersangkutan.
Dalam hubungan-nya dengan klien, Konsultan Pajak dilarang:
1. Melakukan kegiatan profesi lain yang terikat dengan pekerjaan sebagai Aparatur Sipil
Negara, kecuali dibidang riset, pengkajian dan pendidikan;
2. Meminjamkan ijin praktek untuk digunakan oleh pihak lain dalam menjalankan
pekerjaan yang diberikan Klien.
3. Menugaskan karyawannya atau pihak lain yang tidak menguasai pengetahuan
perpajakan untuk bertindak, memberikan nasehat dan menangani urusan perpajakan
Klien.
4. Melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak menguntungkan
posisi klien atau pada saat tugas itu akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak
dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan.
5. Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan Klien mengenai
pekerjaan yang sedang dilakukan.
6. Memberikan jaminan kepastian kepada klien atas penyelesaian pekerjaan.
7. Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan Klien untuk pindah atau
memilih Konsultan Pajak Lain.
8. Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan yang
diketahui atau patut diketahui melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.
9. Menerima permintaan Klien atau pihak lain untuk melakukan rekayasa atau perbuatan
yang bertentangan dengan peraturan perpajakan.

3. Dalam hubungan-nya dengan teman seprofesi, Konsultan Pajak wajib (Pasal 5) :


1. Memelihara rasa solidaritas diantara teman seprofesi.
2. Memberikan dan menyerahkan semua dokumen Klien (terkait jasa perpajakan yang
sedang dikerjakan) kepada Klien apabila Klien mengganti Konsultan Pajak dan
menggunakan Konsultan Pajak Baru.
3. Meyakinkan secara jelas dan secara legal bahwa Klien tersebut telah mencabut
kuasanya dari Konsultan Pajak lain tersebut atau Konsultan Pajak lain tersebut telah
membatalkan kuasa yang diterima dari Klien.
4. Menerima penugasan dari Klien setelah menerima surat pencabutan pemberian kuasa
kepada Konsultan Pajak semula atau menerima surat pembatalan kuasa dari
Konsultan Pajak semula.
5. Mengingatkan kepada Klien untuk memenuhi kewajibannya apabila masih ada
terhadap Konsultan Pajak semula.
6. Memberikan informasi secara tertulis kepada Pengurus Pusat Bidang Kode Etik dan
Standar Profesi apabila ada keberatan-keberatan terhadap tindakan teman seprofesi
yang dianggap bertentangan dengan Kode Etik Konsultan Pajak.
7. Memberitahu Pengurus Cabang setempat apabila ada pembukaan cabang dari Kantor
Konsultan Pajak yang terdaftar di tempat lain.

Dalam hubungan-nya dengan teman seprofesi, Konsultan Pajak dilarang:

1. Menarik atau merebut Klien yang diketahui atau patut dapat diketahui bahwa Klien
tersebut merupakan Klien teman seprofesi.
2. Membujuk karyawan dari teman seprofesi untuk pindah menjadi karyawan-nya.
3. Menerima Klien pindahan dari teman seprofesi tanpa memberitahukan kepada teman
seprofesi tersebut.
4. Menyiarkan melalui media massa atau cara lain atas keberatankeberatan tindakan
teman seprofesi yang dianggap bertentangan dengan Kode Etik Konsultan Pajak.

4. Larangan bagi Konsultan Pajak (Pasal 6) :


1. Merangkap Jabatan yang terikat dengan pekerjaan sebagai Aparatur Sipil Negara,
BUMN/BUMD.
2. Meminjamkan ijin praktik untuk digunakan oleh pihak lain yang bukan Konsultan
Pajak atau mengijinkan orang yang bukan Konsultan Pajak mencantumkan namanya
sebagai Konsultan Pajak dipapan nama Kantor Konsultan Pajak atau mengijinkan
orang yang bukan Konsultan Pajak tersebut untuk memperkenalkan dirinya sebagai
Konsultan Pajak.
3. Menugaskan karyawan-nya yang tidak menguasai pengetahuan perpajakan dalam
bertindak memberikan nasihat secara lisan atau dengan tulisan, dan/atau menangani
urusan perpajakan.
4. Menerima penugasan bila terdapat benturan kepentingan.
5. Menarik atau merebut Klien teman seprofesi.
6. Membujuk Karyawan teman seprofesi untuk pindah menjadi karyawannya
7. Memasang iklan semata-mata untuk mendapatkan pelanggan
8. Pemasangan Papan Nama dengan ukuran dan atau bentuk yang berlebihan
9. Menempatkan Kantor Konsultan Pajak atau Cabangnya di suatu tempat yang dapat
merugikan kedudukan dan martabat Konsultan Pajak.

5. Sanksi yang diberikan dalam keputusan dapat berupa:


1. Teguran Tertulis Bersifat Biasa. Bilamana sifat pelanggarannya tidak berat
2. Teguran Tertulis Bersifat Keras. Bilamana sifat pelanggarannya berat atau karena
mengulangi kembali pelanggaran Kode Etik atau tidak mengindahkan sanksi
peringatan yang pernah diberikan.
3. Pemberhentian Sementara Untuk Periode Tertentu. Bilamana sifat pelanggaran-nya
berat, tidak mengindahkan dan tidak menghormati ketentuan Kode Etik atau bilamana
setelah mendapat sanksi berupa surat teguran tertulis bersifat keras masih mengulangi
melakukan pelanggaran Kode Etik. Pemberian sanksi ini harus diikuti larangan untuk
menjalankan profesi Konsultan Pajak dalam suatu periode tertentu.
4. Pemberhentian Tetap. "Bilamana dilakukan pelanggaran Kode Etik dengan maksud
dan tujuan merusak citra dan martabat kehormatan profesi Konsultan Pajak yang
wajib dijunjung tinggi sebagai profesi yang mulia dan terhormat atau mengulangi
kembali perbuatan yang terkena teguran tertulis bersifat keras. Pemberian sanksi ini
harus diikuti larangan untuk menjalankan profesi Konsultan Pajak." Sebelum sanksi
diberikan maka Konsultan Pajak yang melakukan pelanggaran harus diberi
kesempatan membela diri dalam rapat Majelis sidang dan Konsultan Pajak tersebut
dapat didampingi oleh sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang Konsultan Pajak lainnya.
Keputusan Pelanggaran yang mengakibatkan pemberian sanksi berupa pemberhentian
sementara maupun tetap harus disampaikan kepada Menteri Keuangan cq Dirjen
Pajak untuk diketahui dan dicatat dalam daftar Konsultan Pajak.
KASUS PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI AKUNTAN (KONSULTAN PAJAK)
DAN PEGAWAI PAJAK PADA KASUS SUAP PT. GUNUNG MADU PLANTATIONS
TAHUN 2017

Kehidupan masyarakat menuntut kita untuk mentaati etika dan norma yang berlaku.
Dengan etika, orang bisa membedakan antara yang baik dan buruk. Pada akhirnya,
pandangan normatif tersebut tak hanya berlaku di lingkungan masyarakat, namun juga dunia
kerja. Setiap Profesi memiliki etika yang tentunya harus dipatuhi. Akuntansi menjadi
salah satu profesi yang menerapkan etika sebagai penilaian. Etika profesi akuntansi dikenal
pula dengan istilah kode etik profesi. Ini berarti para akuntan wajib mematuhi kode etik yang
berlaku selama bekerja. Seorang Akuntan harus menerapkan prinsip-prinsip dasar etika
akuntan yaitu Integritas, Objektivitas, Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional,
Kerahasiaan, dan Perilaku Profesional. Dalam prinsip etika profesi akuntansi, skandal yang
bertentangan dengan kode etik merupakan masalah besar. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya pelanggaran etika profesi, seperti kebutuhan pribadi, kurangnya pedoman,
lingkungan yang tidak etis dan perilaku masyarakat. Di Indonesia ini banyak sekali
terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap etika profesi salah satu nya kasus pelanggaran
kode etik profesi akuntan (konsultan pajak) dan pegawai pajak pada kasus suap PT. Gunung
Madu Plantations tahun 2017.

Kasus ini berawal ketika Angin Prayitno selaku Direktur P2 Direktorat Jenderal Pajak
tahun 2016-2019 memerintahkan anak buahnya yaitu Dadan Ramdani, Wawan Ridwan,
Alfred Simanjuntak, Yulmanizar, dan Febrian untuk mencari wajib pajak yang potensional.
Alasan Angin Prayitno mencari wajib potensial ini adalah semata-mata untuk mencari
keuntungan pribadi. Kemudian Wawan membuat analisis Risiko wajib pajak pada PT.
Gunung Madu Plantations untuk tahun 2016. Dari analisis tersebut, didapat potensi pajak PT.
Gunung Madu Plantations tahun 2016 sebesar Rp. Rp5.059.683.828. Setelah menemukan
angka tersebut Angin memerintahkan anak buahnya untuk menemui langsung PT. Gunung
Madu Plantations.

Pertemuan Pertama tersebut dilakukan pada 11 Oktober 2017, dimana perwakilan PT


GMP yang hadir Ryan Ahmad Ronas dan Aulia Imran Magribi selaku konsultan yang
ditunjuk PT GMP. Sebulan setelah pertemuan tersebut, Wawan mendatangi kembali PT.
GMP untuk melakukan pemeriksaan. Saat pemeriksaan itu tim pajak mesnemukan catatan di
ruang kerja Finance Manager PT. Gunung Madu Plantations (GMP), isi catatan itu
adalah instruksi rekayasa invoice yang dikeluarkan PT. Gunung Madu Plantations (GMP).
PT. Gunung Madu Plantations (GMP) ingin menutupi catatan itu agar tidak diproses Ditjen
Pajak. PT. Gunung Madu Plantations (GMP) menjanjikan uang Rp30.000.000.000
untuk pembayaran pajak PT GMP beserta fee pemeriksa pajak dan pejabat struktural yang
membantu proses pengurusan tersebut. Setelah pertemuan tersebut, Yulmanizar dan Febrian
menghitung nilai pajak PT. Gunung Madu Plantations (GMP) pada tahun pajak 2016
yaitu sebesar Rp19.821.605.943,51, sedangkan untuk fee pemeriksa dan pejabat struktural
pajak sebesar Rp10.000.000.000. Namun Angin meminta fee lebih dari
Rp10.000.000.000 sehingga Yulmanizar menyampaikan kepada Aulia dan Ryan bahwa
fee yang disetujui adalah Rp15.000.000.000. Pada tanggal 18 Desember 2017,
ditandatangani laporan hasil pemeriksaan PT. Gunung Madu Plantations (GMP) sebesar
Rp19.821.605.943,51.

Selanjutnya Ryan dan Aulia menyerahkan uang sebesar Rp15.000.000.000 pada


Yulmanizar di Hotel Kartika Chandra tanggal 23 Januari 2018. Lalu Wawan Ridwan
diperintahkan Angin untuk menukarkan uang tersebut dalam bentuk pecahan dolar
Singapura. Setelah uang ditukar dalam mata uang dollar Singapura, ternyata uang yang
dibawa hanya Rp 13.200.000.000 miliar sehingga masih kurang Rp1.800.000.000 miliar.
Aulia dan Ryan lalu hanya memberikan tambahan Rp300.000.000, sedangkan sisanya
sebesar Rp1.500.000.000 miliar adalah untuk fee Aulia dan Ryan. Dalam kasus yang terjadi
pada PT. GMP tersebut, terdapat beberapa pelanggaran kode etik yang dilakukan yaitu :

1. Pelanggaran Integritas karena Aulia dan Ryan berusaha untuk merekayasa


laporan pajak PT. GMP sehingga tidak mencerminkan sikap kejujuran.

Berdasarkan IKPI, pelanggaran Perilaku Integritas pada kasus ini melanggar beberapa
pasal, yaitu :

• Pasal 2

• Pasal 4 ayat (2)

• Pasal 4 ayat (9)(2)

2. Pelanggaran Objektivitas, dimana aulia dan ryan berkompromi dengan angin dkk agar
temuannya tidak ditindaklanjuti dan meminta angin agar merekayasa laporan
pajaknya. Berdasarkan IKPI, pelanggaran Objektivitas pada kasus ini melanggar beberapa
pasal, yaitu :
• Pasal 2

• Pasal 4 ayat (1)

• Pasal 6 ayat (4)

3. Pelanggaran Perilaku Profesional karena Aulia dan Ryan serta Angin dkk telah
melanggar UU Tipikor Pasal 5 ayat (1) huruf a atau Pasal 13 Undang-Undang RI
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Berdasarkan IKPI, pelanggaran Perilaku
Profesional pada kasus ini melanggar beberapa pasal, yaitu :

• Pasal 2

• Pasal 4 ayat (3)

• Pasal 4 ayat (8)(2)

Penyelesaian : Seharusnya konsultan dan pegawai pajak harus menjalankan tugasnya sesuai
dengan peraturan yang sudah di buat dan bertindak secara jujur sesuai pada prinsip-prinsip
etika profesi dimana seorang konsultan dan pegawai pajak harus bertanggung jawab secara
professional.

Anda mungkin juga menyukai