Anda di halaman 1dari 17

2.

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Konsultan Pajak


Definisi pada Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) adalah
setiap orang yang dengan keahliannya dan dalam lingkungan pekerjaannya, secara
bebas dan profesional memberikan jasa perpajakan kepada Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan.” (Kode Etik IKPI, 2009)
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri konsultan pajak, yaitu memiliki
keahlian perpajakan
1. Memahami betul materi perpajakan dan bisa menjelaskan secara jelas sehingga
mudah dipahami masalah serta solusi yang diberikankepada klien oleh konsultan
pajak.
2. Memiliki sertifikasi Seorang konsultan pajak yang profesional harus memiliki
sertifikat untuk mendirikan kantor konsultan pajak tanpa terkecuali.

2.2. Penggolongan Anggota Konsultan Pajak


Penggolongan atau status keanggotaan menurut Anggaran Rumah Tangga bab
II pasal 2 yakni sebagai berikut:
1. Anggota Biasa adalah setiap Konsultan Pajak yang telah memiliki ijin praktek
Konsultan Pajak.
2. Anggota Luar Biasa adalah setiap orang yg melakukanpekerjaannya dibidang
perpajakan dan memiliki Sertifikat dari Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak atau
Piagam Penghargaan setara Brevet yang diberikan oleh Direktur Jenderal Pajak,
tetapi belum memiliki ijin praktek Konsultan Pajak.
3. Anggota Kehormatan adalah setiap orang yang diangkat oleh Pengurus Pusat
karena memiliki kemampuan untuk ikut memelihara dan memajukan
Perkumpulan. Untuk menjadi Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa, dan Anggota

5
Universitas Kristen Petra
Dewan Kehormatan harus memenuhi persyaratan dan tata cara sebagai berikut:
1. Persyaratan dan tata cara menjadi Anggota Biasa berdasarkan Anggaran Rumah
Tangga IKPI (2009) :
Persyaratan menjadi Anggota Biasa adalah sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia.
b. Berjiwa Pancasila dan setia kepada Undang-Undang Dasar 1945.
c. Bertempat tinggal di Indonesia.
d. Tidak terikat pada pekerjaan/jabatan pada Pemerintah/Negara atau Badan
Usaha Milik Negara/Daerah.
e. Memiliki sertifikat Konsultan Pajak atau Piagam Penghargaan setara Brevet.
f. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
g. Memiliki ijin praktek Konsultan Pajak.

Tata cara untuk menjadi Anggota Biasa adalah sebagai berikut:


a. Harus mengajukan permohonan tertulis kepada Pengurus Pusat melalui
Pengurus Cabang tempat Pemohon berdomisili, disertai dokumen yang
diperlukan.
b. Pengurus Cabang meneruskan permohonan tersebut pada Pasal 3 Ayat 2.a
kepada Pengurus Pusat disertai rekomendasi, dimana sebelumnya calon
Anggota Biasa tersebut harus membayar iuran.
c. Bagi daerah yang belum ada Cabang Perkumpulan, permohonan untuk
menjadi anggota diajukan secara tertulis kepada Pengurus Pusat.
d. Pengurus Pusat akan memberikan keputusan keanggotaan selambat-lambatnya
dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah permohonan tertulis beserta
rekomendasi tersebut pada Pasal 3 Ayat 2.a dan b diterima.
Pengangkatan Anggota Biasa, didasarkan Surat Keputusan Pengurus Pusat.

2. Persyaratan dan tata cara menjadi Anggota Luar Biasa berdasarkan Anggaran
Rumah Tangga IKPI (2009) :
Persyaratan menjadi Anggota Luar Biasa adalah sebagai berikut:

6
Universitas Kristen Petra
a. Warga Negara Indonesia.
b. Berjiwa Pancasila dan setia kepada Undang-Undang Dasar 1945.
c. Bertempat tinggal di Indonesia.
d. Tidak terikat pada pekerjaan/jabatan pada Pemerintah/Negara atau Badan
Usaha Milik Negara/Daerah.
e. Memiliki Sertifikat Konsultan Pajak atau Piagam Penghargaan setara Brevet.
f. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

Tata cara untuk menjadi Anggota Luar Biasa, adalah sebagai berikut:
a. Harus mengajukan permohonan tertulis kepada Pengurus Pusat melalui
Pengurus Cabang tempat Pemohon berdomisili, disertai dokumen yang
diperlukan.
b. Pengurus Cabang meneruskan permohonan tersebut pada Pasal 4 Ayat 2.a
kepada Pengurus Pusat disertai rekomendasi, dimana sebelumnya calon
Anggota Luar Biasa tersebut harus membayar iuran.
c. Bagi daerah yang belum ada Cabang Perkumpulan, permohonan untuk
menjadi anggota diajukan secara tertulis kepada Pengurus Pusat.
d. Pengurus Pusat akan memberikan keputusan keanggotaan selambat-
lambatnya\ dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah permohonan tertulis
beserta rekomendasi tersebut pada Pasal 4 Ayat 2.a dan b diterima.
Pengangkatan Anggota Luar Biasa, didasarkan Surat Keputusan Pengurus Pusat.

3. Persyaratan dan tata cara menjadi Anggota kehormatan berdasarkan Anggaran


Rumah Tangga IKPI (2009) :
Persyaratan menjadi Anggota Kehormatan adalah sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia.
b. Berjiwa Pancasila dan setia kepada Undang-Undang Dasar 1945.
c. Bertempat tinggal di Indonesia.
d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

7
Universitas Kristen Petra
Tata cara untuk menjadi Anggota Kehormatan, berdasarkan Surat Keputusan
Pengurus Pusat, yang berdasarkan rekomendasi dari Rapat Pengurus Pusat;
Pengangkatan Anggota Kehormatan, didasarkan Surat Keputusan Pengurus Pusat.

2.3. Sertifikasi Konsultan Pajak


Untuk menjadi konsultan pajak diwajibkan memiliki sertifikat konsultan pajak.
Pengertian sertifikat konsultan pajak dalam ketentuan pasal 1 angka 2 dalam
KMK-485/KMK.03/2003 tentang Konsultan Pajak Indonesia, “Sertifikat Konsultan
Pajak adalah Sertifikat yang menunjukkan tingkat keahlian seorang Konsultan Pajak
dalam memberikan jasa profesional di bidang perpajakan, yang diperoleh setelah
yang bersangkutan lulus Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak.”
Ujian sertifikasi konsultan pajak ditetapkan dalam ketentuan pasal 1 angka 4
KMK-485/KMK.03/2003 tentang Konsultan Pajak Indonesia, “Ujian Sertifikasi
Konsultan Pajak adalah ujian yang diselenggarakan oleh Ikatan Konsultan Pajak
Indonesia untuk memperoleh Sertifikasi Konsultan Pajak.”
Perihal Organisasi Ikatan Konsultan Pajak ditegaskan dalam pasal 1 angka 6
KMK-485/KMK.03/2003 tentang Konsultan Pajak Indonesia, “Ikatan Konsultan
Pajak Indonesia adalah suatu organisasi yang beranggotakan para Konsultan Pajak
dan dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
diberikan kewenangan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan ini.”
Untuk melakukan praktek konsultan pajak, bagi setiap konsultan pajak yang
telah memiliki sertifikasi diwajibkan memiliki Surat Izin Praktek Konsultan Pajak.
Hal ini diatur dalam pasal 1 angka 5 KMK-485/KMK.03/2003 tentang Konsultan
Pajak Indonesia, “Izin Praktek Konsultan Pajak adalah Surat Izin Praktek Konsultan
Pajak yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.”

2.4. Jasa-jasa Konsultan Pajak


Fungsi konsultan pajak adalah pihak yang memberikan jasa professional
kepada wajib pajak. Makin kompleks hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak,
konsultan pajak mempunyai peranan yang semakin penting dalam pelaksanaan hak

8
Universitas Kristen Petra
dan kewajiban wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Maka, konsultan pajak wajib menyampaikan kepada wajib
pajak agar melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan undang-
undang perpajakan.
Pada umumnya jasa yang diberikan oleh konsultan pajak meliputi dua hal
yakni :
1. Konsultan Pajak (Tax Consulting)
Konsultan pajak bertindak sebagai penerima kuasa untuk kepentingan mewakili
dan atau mendampingi wajib pajak apabila terjadi pemeriksaan pajak.
2. Jaksa atau kuasa hukum pajak (Attorney at Tax Law)
Konsultan pajak bertindak sebagai kuasa hukum pajak untuk kepentingan
mewakili atau mendampingi wajib pajak di pengadilan pajak.

Di samping itu ada pekerjaan lain yang lebih bersifat administrative yang
dilakukan oleh konsultan pajak, yaitu :
1. Tata cara atau kepatuhan pajak (Tax Compliance)
Tax Compliance yakni menyiapkan laporan pajak serta melaporkan ke kantor
pelayanan pajak.
2. Informasi perpajakan (Tax Publication)
Tax Publication yakni menyampaikan informasi tentang peraturan pajak kepada
wajib pajak.

2.5. Teori Independensi


Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh
konsultan pajak. Independensi berarti bahwa konsultan harus jujur, tidak mudah
dipengaruhi dan tidak mudah memihak kepentingan siapa pun, karena ia melakukan
pekerjaannya untuk kepentingan umum. Konsultan dan auditor berkewajiban untuk
jujur tidak hanya pada manajemen dan pemiliki perusahaan, namun juga kepada
kreditur dan pihak lain yang meletakan kepercayaan pada pekerjaan tersebut.

9
Universitas Kristen Petra
Sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam fakta maupun
independen dalam penampilan. Independen dalam fakta adalah independen dalam diri
seorang konsultan, yaitu kemampuan untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam
melakukan penugasan. Hal ini berarti bahwa konsultan harus memiliki kejujuran dan
tidak memihak dalam menyatakan pendapatnya dan dalam mempertimbangankan
fakta-fakta yang dipakai sebagai dasar pemberi independen dalam fakta atau
independen dalam kenyataan harus memilihara kebebasan sikap dan senantiasa jujur
menggunakan ilmunya (Munawir yang dikutip oleh Victorinus Paskiwinata, 2011).
Sedangkan independen dalam penampilan adalah independen yang dipandang
dari pihak-pihak yang berkepintingan terhadap perusahaan klien yang mengetahui
hubungan antara konsultan dengan kliennya. Konsultan akan dianggap tidak
independen apabila mempunyai hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga atau
hubungan keuangan) dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa
konsultan tersebut akan memihak kliennya atau tidak independen. Oleh karena itu,
konsultan tidak hanya harus bersikap bebas menurut faktanya, tetapi harus
menghinadari keandaan-keadaan yang membuat orang lain meragukan kebebasannya.
Mulyadi (dikutip oleh Victorinus Paskiwinata, 2011) menyatakan hal-hal
yang dapat mempengaruhi integritas, objektivitas dan independensi adalah sebagai
berikut :
1. Hubungan keuangan maupun saham dengan klien, hubungan dengan klien dapat
mempengaruhi objektivitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan
bahwa objektivitas konsultan tidak dapat dipertahankan. Dalam hal seperti
kepemilikan saham harus atau secepat mungkin konsultan yang bersangkutan
harus menolak penugasan atas laporan keungan dan perpajakan perusahaan
tersebut.
2. Kedudukan dalam perusahaan, jika seorang konsultan dalam atau setelah periode
penugasan, menjadi :
a. Anggota dewan komisaris, direksi atau karyawan dalam manajemen
perusahaan klien, atau

10
Universitas Kristen Petra
b. Rekan usaha atau karyawan salah satu dewan komisaris, direksi atau
karyawan perushaan klien.
Maka konsultan dianggap memiliki kepentingan yang bertentangan dengan
objektivitas dalam penugasan.
3. Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai, seorang konsultan tidak boleh terlibat
dalam usaha atau pekerjaan lain yang dapat menimbulkan pertentangan
kepentingan atau mempengaruhi independensi dalam pelaksanaan jasa
professional. Seorang konsultan tidak dapat melakukan kerjasama bisnis dengan
perusahaan klien atau dengan salah satu eksekutif atau pemegang saham utama.
4. Hubungan keluarga atau pribadi, hubungan keluarga yang pasti akan mengancam
independensi adalah seperti konsultan yang bersangkutan, atau staf yang terlibat
dalam penugasan itu merupakan suami atau istri, keluarga sedarah semenda klien
dengan garis kedua atau memiliki hubungan pribadi dengan klien. Termasuk
dalam pengertian klien di sini antara lain pemilik perusahaan, pemegang saham
utama, direksi atau eksekutif lainnya.
5. Jasa atau komisi lainnya, konsultan tidak diperkenankan mendapatkan klien
dengan cara menawarkan komisi yang dapat merusak citra profesi. Konsultan
tidak boleh mendapatkan klien konsultan lain dengan cara menawarkan atau
menjanjikan upah yang jauh lebih rendah dari yang diterima oleh kantor
konsultan pajak sebelumnya.
6. Penerimaan barang dan jasa dari klien, seorang konsultan suami atau isterinya dan
keluarga semendanya sampai dengan keturunan keduanya tidak boleh menerima
barang atau jasa dari klien yang dapat mengancam independensinya, yang
diterima dengan syarat tidak wajar, yang tidak lazim dalam kehidupan social.

2.6. Kode Etik Konsultan Pajak


Konsultan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu kode etik yang
merupakan pedoman bagi anggotanya dalam melaksanakan tugas-tugas profesinya,
pedoman tersebut dikenal dengan nama kode etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia
(IKPI). Kode etik konsultan pajak merupakan alat atau sarana untuk memberikan

11
Universitas Kristen Petra
keyakinan kepada klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pad umumnya
tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan oleh konsultan. Konsultan-konsultan
di Indonesia telah membentuk suatu organisasi yang dinamakan Ikatan Konsultan
Pajak Indonesia (IKPI). Ikatan Konsultan Pajak Indonesia beranggotakan konsultan
dari berbagai tipe konsultan.
Dengan demikian etika profesi yang dikeluarkan IKPI tidak hanya mengatur
anggotanya yang berpraktik sebagai konsultan pajak, namun mengatur prilaku semua
anggotanya yang berprofesi sebagai konsultan pajak dalam berbagai tipe profesi.
Kode etik merupakan aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang ditetapkan
bersama dan ditaati bersama oleh para anggotanya, yang tergabung dalam suatu
kumpulan atau organisasi (organisasi profesi). Oleh karena itu, kode etik merupakan
suatu bentuk persetujuan bersama, yang timbul secara murni dari diri pribadi para
anggota (Wursanto, 2003).
Kode etik merupakan prinsip moral yang mengatur hubungan antara sesama
rekan konsultan dengan masyarakat, pemerintah dan dunia usaha terhadap cara
pelaporan, nasihat yang diberikan, serta jasa-jasa yang diberikan ditentukan oleh
keahlian, kebebasan bertindak dan pemikiran, serta inegritas moral.
Sedangkan pengertian umum kode etik menurut Anggaran Dasar IKPI adalah
kode etik profesi Konsultan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Anggaran
Dasar Perkumpulan ini, sebagaimana dikemudian hari diubah dari waktu ke waktu.
Adapun pasal 19 adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjaga kehormatan dan keluhuran profesi Konsultan Pajak, Perkumpulan
mempunyai Kode Etik yang ditetapkan oleh Kongres/Kongres Luar Biasa yang
wajib ditaati oleh setiap anggota Perkumpulan;
b. Konsultan Pajak wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Perkumpulan;
c. Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik dilakukan oleh Dewan Kehormatan;
d. Dewan Kehormatan memeriksa dan mengadili pelanggaran Kode Etik
Perkumpulan berdasarkan tata cara Dewan Kehormatan;
e. Keputusan Dewan Kehormatan tidak menghilangkan tanggung jawab pidana
apabila pelanggaran terhadap Kode Etik Perkumpulan mengandung unsur pidana;

12
Universitas Kristen Petra
f. Perubahan Kode Etik Perkumpulan dilakukan di Kongres/Kongres Luar Biasa;
g. Dewan Kehormatan melakukan upaya-upaya untuk menegakkan Kode Etik
Perkumpulan;
h. Tata cara pelaksanaan Kode Etik diatur secara tersendiri di Kode Etik
Perkumpulan.

Pada penelitian ini kode etik yang digunakan yaitu, Kode Etik IKPI Bab IV
pasal 7 dan 8 mengenai hubungan dengan wajib pajak. Isi dari Kode Etik IKPI Bab
IV pasal 7 dan 8 yaitu :
Kode etik IKPI pasal 7, Konsultan Pajak Indonesia wajib :
1. Menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan :
a. Dengan memelihara kepercayaan masyarakat;
b. Bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia penerima jasa;
c. Dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang
jujur, tetapi tidak boleh menerima kecurangan atau mengorbankan prinsip;
d. Mampu melihat mana yang benar, adil dan mengikuti prinsip obyektifitas dan
kehati-hatian.
2. Bersikap professional :
a. Senantiasa menggunakan pertimbangan moral dalam pemberian jasa yang
dilakukan;
b. Senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan dan menghormati
kepercayaan masyarakat dan pemerintah;
c. Melaksanakan kewajibannya dengan penuh kehati-hatian, dan mempunyai
kewajiban mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan.
3. Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak :
a. Harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama menjalankan jasanya, dan tidak menggunakan atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali ada hak Kode Etik IKPI 4 atau
kewajiban legal profesional yang legal atau hukum atau atas perintah
pengadilan untuk mengungkapkannya;

13
Universitas Kristen Petra
b. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf atau karyawan
maupun pihak lain dalam pengawasannya dan pihak lain yang diminta nasehat
dan bantuannya tetap menghormati dan menjaga prinsip kerahasiaan.

Kode etik IKPI pasal 8, Konsultan Pajak Indonesia dilarang :


1. Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan Wajib Pajak
mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan;
2. Memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan yang berhubungan
dengan instansi perpajakan pasti dapat diselesaikan;
3. Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan Wajib Pajak untuk pindah
atau memilih Konsultan Pajak lain;
4. Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan yang
diketahui atau patut diketahui melanggar peraturan perundang-undangan
perpajakan;
5. Menerima permintaan Wajib Pajak atau pihak lain untuk melakukan rekayasa
atau perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perpajakan.

Keberadaan kode etik IKPI menyatakan secara eksplisit beberapa kriteria


tingkah laku yang khusus terdapat pada profesi, sehingga dengan cara ini kode etik
profesi memberikan beberapa solusi langsung yang mungkin tidak tersedia dalam
teori-teori etika yang umum. Di samping itu, dengan adanya kode etik, para anggota
profesi akan lebih memahami apa yang diharapkam profesi terhadap para anggotanya.
Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) adalah kaidah moral yang
menjadi pedoman dalam berfikir, bersikap dan bertindak oleh setiap anggota IKPI.
Setiap anggota IKPI wajib menjaga citra martabat profesi dengan senantiasa
berpegang pada Kode Etik IKPI. Kode Etik IKPI juga mengatur sanksi terhadap tidak
dipenuhinya kewajiban atau dilanggarnya larangan oleh anggota IKPI (Kode Etik
IKPI, 2009).

14
Universitas Kristen Petra
2.7. Sanksi Pelanggaran Kode Etik IKPI
Disetiap sebuah peraturan pasti terdapat sanksi, baik sanksi moral, sanksi
hukum, sanksi administrasi maupun sanksi lainnya. “sanksi dalam bahasa Indonesia
diambil dari bahasa belanda yaitu sanctie yang berarti hukuman.” (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2008). Maka dapat ditarik kesimpulan sanksi ialah suatu tindakan
yang diberikan kepada pelaku pelanggaran guna menghasilkan efek jera. Didalam
kode etik IKPI juga terdapat sanksi apabila terbukti melanggar kode etik.
Menurut Kode Etik IKPI pasal 13 (2009), sanksi terhadap pelanggaran kode etik
berupa:
1. Sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik berupa :
a. Teguran tertulis;
b. Pemberhentian sementara;
c. Pemberhentian tetap.
2. Sebelum sanksi yang tersebut pada ayat (1) di atas diberikan, anggota IKPI
yang bersangkutan harus diberi kesempatan membela diri dalam rapat Majelis
Kehormatan dan anggota tersebut dapat disertai oleh sebanyak-banyaknya 3
(tiga) orang anggota IKPI lainnya sebagai pendamping;
3. Dalam hal keputusan sanksi pemberhentian tetap, maka keputusan tersebut
baru berlaku setelah yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk membela
diri di depan Kongres;
4. Keputusan Kongres merupakan keputusan final dan mengikat.

2.8. Standart Profesi Konsultan Pajak


Ciri khas profesionalisme menurut IKPI adalah memiliki integritas,
kompetensi, jujur, bebas dan mandiri, dan tidak berpihak kepada siapapun.
Sedangkan yang dimaksud dengan Aturan Profesional adalah suatu aturan tentang
tingkah laku sebagai rujukan perilaku profesional setiap anggota, yang akan
mengakibatkan setiap anggota dikenakan sanksi disiplin oleh IKPI, apabila anggota
tersebut melakukan pelanggaran terhadap Aturan.

15
Universitas Kristen Petra
Aturan Profesional yang dimaksudkan telah dijelaskan secara mendetail oleh
IKPI yang dimuat didalam Standart Profesi Konsultan Pajak, berikut ini
penjelasannya :
1. Kecermatan dan Ketelitian.
a. Setiap anggota harus bekerja dengan cermat dalam melaksanakan tugas
profesionalnya
b. Setiap anggota harus segera memberitahu IKPI bila yang bersangkutan :
− Diduga melakukan tindak pidana (selain pelanggaran lalulintas);
− Menerima peringatan atas suatu pelanggaran oleh organisasi profesi lain,
dimana ia menjadi anggotanya.
2. Kompetensi.
Setiap anggota harus menjalankan praktek profesionalnya sesuai dengan
pengetahuan teknis dan sesuai Standar Profesi ini. Setiap anggota dilarang
memberikan jasa profesionalnya yang tidak sesuai dengan kompetensi yang
diperlukan dalam melaksanakan penugasan sebagaimana dimaksud, kecuali ada
arahan dan bimbingan yang cukup dari anggota lain yang memiliki kompetensi
yang sesuai, agar tugas penugasan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Kerahasiaan.
a. Setiap anggota wajib menjaga kerahasiaan kliennya dan/atau pemberi
kerjanya. Hak dan tanggungjawab untuk memelihara kerahasiaan adalah
tanpa batas waktu terhadap informasi dimana Konsultan Pajak diberi
kepercayaan oleh kliennya sebagai konsekuensi selama atau setelah
melaksanakan penugasan. Ketentuan merahasiakan ini juga berlaku terhadap
karyawan yang terlibat dalam penugasan bersangkutan.
b. Informasi yang diperoleh anggota selama bekerja tidak dibenarkan untuk
disebarluaskan dalam bentuk apapun di luar lingkup penugasannya tanpa ijin
khusus dari kliennya dan/atau pemberi kerjanya kecuali diwajibkan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau atas perintah
pengadilan atau oleh peraturan profesional untuk mengungkapkan
keterangan. Setiap anggota yang karena ketentuan dimaksud, berkewajiban

16
Universitas Kristen Petra
mengungkapkan keterangan dimaksud, perlu mendapatkan ijin dari klien,
atau mencari nasehat hukum jika dibutuhkan sebelum mengungkapkan
keterangan.
c. Informasi rahasia yang diperoleh dalam suatu penugasan dilarang digunakan
untuk keuntungan pribadi, termasuk anggota keluarga, atau orang lain yang
tinggal bersamanya.
4. Objektifitas dan Kemandirian.
Setiap anggota harus benar-benar objektif dalam seluruh penugasan yang
dilakukannya. Konsultan Pajak harus selalu memiliki moral, intelektual dan
mandiri secara ekonomi. Hal ini berlaku baik saat mewakili klien atau saat
menyelesaikan konflik antara Konsultan Pajak, klien, otoritas pajak dan pihak lain
yang berkepentingan. Bila terdapat suatu keadaan dimana kemandirian dan
objektifitas diragukan dalam konflik, akan diselesaikan sesuai dengan Panduan.
5. Integritas.
a. Setiap anggota harus jujur dan dapat dipercaya dalam segala tindakan
profesionalnya. Khususnya, setiap anggota tidak boleh licik/menyiasati,
ceroboh dalam memberikan informasi, membuat pernyataan yang tidak benar
atau menyesatkan, maupun ceroboh dalam menyajikan informasi yang
relevan.
b. Setiap anggota tidak diperkenankan menerima pemberian berbentuk uang, dan
atau bentuk lain yang tidak berkaitan dengan aktifitas profesionalnya untuk
kepentingan pribadi.
c. Setiap anggota tidak diperkenankan membantu memberikan petunjuk yang
patut diduga merupakan tindak pidana pencucian uang.
d. Setiap anggota harus mengundurkan diri dari penugasan yang diberikan oleh
klien bilamana ia berpendapat bahwa instruksi klien tersebut dapat atau dapat
diduga menimbulkan resiko terjadinya suatu tindak pidana.

17
Universitas Kristen Petra
6. Sopan Santun.
Setiap anggota dalam melaksanakan kegiatan profesionalnya harus berperilaku
sopan dan santun sesuai norma yang berlaku dalam berinteraksi dengan semua
pihak yang dihadapinya.

2.9. Pengertian Etika


Etika berasal dari kata Yunani yaitu Ethos, yang berarti adar istiadat atau
kebiasaan. Pengertian dari etika ini berkaitan dengan adat istiadat dan kebiasaan yang
baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok
masyarakat.
Etika (ethic) yaitu mengacu pada sistem atau kode perilaku kewajiban moral
yang menunjukan bagaimana seorang individu harus berperilaku dalam masyarakat
(Messier, Glover, Prawit, 2005).
Di Indonesia etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena “sila” berarti
dasar kaidah atau aturan sedangkan “su” berarti baik, benar dan bagus. Selanjutnya
selain kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang disebut dengan kaidah
professional yang khusus berlaku dalam kelompok profesi yang bersangkutan. Oleh
karena merupakan consensus, maka etika tersebut dinyatakan secara tertulis atau
formal dan selanjutnya disebut sebagai kode etik. Sifat sanksinya bersifat moral
psikologi, yaitu dikucilkan atau disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi yang
bersangkutan.
Titik Maryani dan Unti Ludigdo (2001) mengungkapkan bahwa etika
professional juga berkaitan dengan prilaku moral. Dalam hal ini prilaku moral lebih
terbatas pada pengertian yang meliputi kekhasan pola etis yang diharapkan untuk
profesi tertentu. Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pasa masyarakat luas
memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral mengatur
tentang prilaku professional.
Alasan yang didasari diberlakukannya prilaku professional yang tinggi pada
setiap profesi ada kebutuhan akan kepercayaan public terhadap kualitas jasa yang
diberikan profesi terlepas dari dilakukannya secara perorangan. Kepercayaan

18
Universitas Kristen Petra
masyarakat terhadap kualitas jasa professional akan meningkat jika profesi
mewujudkan dan memenuhi standar kerja.

2.10. Prinsip Etika


Prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis sebenarnya tidak dapat
dilepaskan dalam kehidupan manusia. Prinsip-prinsip itu sangat erat kaitannya
dengan system nilai yang dianut oleh masing-masing masyarakat.
Prinsip-prinsip etika bisnis menurut keraf (dikutip oleh Victorinus Paskiwinata, 2011)
adalah :
1. Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia dalam mengambil keputusan
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilaksanakan. Orang bisnis yang otonom adalah orang yang sadar sepenuhnya
akan apa yang menjadi kewajiban dalam dunia bisnis. Orang yang otonom adalah
bukan orang yang sekedar mengikuti begitu saja norma dan nilai moral yang ada,
melainkan orang yang melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu
baik.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran terkait erat dengan kepercayaan. Kepercayaan adalah asset yang
sangat berharga bagi kegiatan bisnis. Kepercayaan yang dibangun diatas dasar
prinsip kejujuran merupakan modal dasar bagi kelangsungan dan keberhasilan
bisnis yang berhasil dan tahan lama.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang dapat diperlakukan secara sama
sesuai dengan kriteria yang raisonal, obyektif, dan dapat dipertanggung jawbkan.
Prinsip keadilan juga menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis entah
dalam relasi eksternal perusahaan maupun relasi internal perusahaan perlu
diperlakukan sesuai dengan haknya masing-masing.
4. Prinsip Saling Menguntungkan

19
Universitas Kristen Petra
Prinsip saling menguntungkan ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian
rupa sehingga tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip integritas dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan agar dia perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama
baiknya atau nama baik perusahaannya.
Integritas (integrity) adalah tindakan konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan
kebijakan organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit
untuk melakukan ini. Dengan kata lain, “satunya kata dengan perbuatan”.
Mengkomunikasikan maksud, ide dan perasaan secara terbuka, jujur dan langsung
sekalipun dalam negosiasi yang sulit dengan pihak lain.

2.11. Penelitian Terdahulu


Belum banyak penelitian dengan tema yang sama yang dilakukan sebelumnya.
Berikut ini dikemukakan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh
pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian
berkaitan dengan penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
1. Penelitian terdahulu yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan kode
etik IKPI adalah Viktorinus Paskiwinata (2011) dengan judul penelitian Faktor-
faktor yang berhubungan dengan konsistensi dalam implementasi kode etik ikatan
konsultan pajak Indonesia (IKPI) di Jakarta. Dari penelitian ini bahwa responden
yang ada diketahui bahwa 41,9% responden sudah konsisten dan sisanya 58,1%
responden cukup konsisten. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
konsistensi dalam pelaksanaan kode etik IKPI bab IV pasal 7 dan 8 adalah
karakteristik dan pengtahuan, karakteristik yang dimaksudkan adalah lama
bekerja, sertivikasi konsulen dan jabatan yang diduduki, sedangkan pengetahuan
yang dimaksud adalah pengetahuan akan sanksi pelanggaran, maka konsultan
pajak akan berfikir dua kali dalam bertindak.
2. Selain itu Martin Stuebs and Brett Wilkinson (2010) melalui penelitian yang
berjudul Ethics and the Tax Profession: Restoring the Public Interest Focus

20
Universitas Kristen Petra
menemukan bahwa penyebab dasar dari masalah etika yang telah melanda profesi
pajak adalah adanya pelanggaran kepercayaan yang dilakukan konsultan,
penyebab dari pelanggaran kepercayaan ini adalah hilangnya penekanan
kepentingan umum dalam profesi akuntansi menyebabkan fokus pada
kepentingan diri sendiri. Dalam penelitian ini Martin Stuebs and Brett Wilkinson
juga memberikan jalan keluar untuk mereformasi profesi pajak yaitu dengan
menanggapi kegagalan profesi ini untuk mengakui kewajiban public. Martin
Stuebs and Brett Wilkinson mengusulkan reformasi untuk sistem pajak, profesi,
dan akademi akuntansi. Sementara mereka setuju untuk mendukung pemerintah
yang mengusulkan perubahan pada sistem pajak dan profesi, mereka juga
menyadari kebutuhan dasar atas perubahan pada profesi dan akademisi.
Perubahan tersebut diperlukan dalam rangka untuk mengembangkan karakter
praktisi serta kompetensi konsultan pajak.

21
Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai