Anda di halaman 1dari 15

Mengemudi dengan Transmisi Otomatis

Era mengemudi kendaraan automatic di Indonesia khususnya di kota-kota besar mulai menjadi
trend mulai awal 90’an sedangkan di kota-kota kecil banyak orang menganggap memiliki
kendaraan automatic bukanlah menjadi pilihan utama dengan berbagai alasan, al: Kalau mogok
gak bisa didorong, kalau rusak biaya nya tinggi dll.

Tujuan dibuatnya transmisi automatic adalah untuk kenyamanan khususnya pada medan-medan
city driving yg umumnya stop n go yang kadangkala cukup melelahkan bagi pengemudi, dengan
adanya transmisi ini sipengemudi tidak perlu repot-repot harus nginjak kopling dan memindah
gigi setiap kali putaran mesin turun atau naik. Kendaraan ber-transmisi automatic dipopuler kan
pada tahun 1940 oleh Oldmobile (Amerika) , pada dekade 50’an para produsen mobil di Amerika
nyaris semua nya mengeluarkan produk ber-transmisi automatic.

Mobil-mobil bertransmisi automatic memiliki beberapa initial pada stick gearnya: P - R – N –


D ada lagi dengan inisial : P – R – N – D4 –D3- +- dan M- (pada transmisi Triptonic) :
 P- atau “Parkir” pada posisi ini secara mekanikal akan mengunci gigi, membuat posisi gigi tidak
dapat dipindahkan. Posisi ini digunakan pada saat ketika kendaraan akan berhenti untuk parkir
atau dimatikan. Disarankan untuk keamanan dan menjaga umur komponen transmisi agar
menggunakan Parking Brake saat posisi P dipilih dan baru bisa digunakan saat kendaraan
dalam keadaan completed stop. Ketika stick gear akan dipindahkan pada beberapa kendaraan
yang menggunakan pin pengunci, si pengemudi harus menekan kebawah terlebih dahulu stick
nya baru stick gear bisa dipindahkan, bahkan ada juga kendaraan yang menuntut si pengemudi
menginjak pedal rem dulu baru stick gear tersebut bisa pindah,

 R – atau “Reverse/Mundur” ini sama halnya dengan gigi mundur. Untuk menggunakannya,
pastikan kendaraan dalam keadaan completed stop jangan sampai roda-roda masih bergerak,
jika ini diabaikan maka potensi kerusakan adalah konsekwensinya. Untuk keamanan
memindahkan ke gigi ini si pengemudi harus melepaskan penguncinya, dengan cara
menggerakan kesamping atau menekan stick kebawah,

 N – atau “Neutral/Freewheel” pada posisi ini hubungan tenaga dari mesin tidak terteruskan ke
transmisi sehingga walaupun putaran mesin dinaikan kendaraan tetap tidak akan bergerak.
Untuk memperpanjang umur komponen transmisi posisi ini digunakan ketika pengemudi
sedang tidak bergerak atau ‘idle’ di traffic light, untuk keamanan saat stick diposisikan pada N
hand brake harus digunakan,

 D – atau “Drive/Maju” membuat kendaraan bergerak maju sampai gigi 3 atau 4 atau gigi 5-6
(pada mobil VW/Audi Direct Shift Gear box) atau sampai gigi 7 (pada mobil Mercedes 7G
gearbox) bahkan dimobil Lexus terbaru sampai dengan gigi 8,

 D2 dan D1 – mempunyai fungsi bahwa transmisi jika dipilih oleh si pengemudi maka
perpindahan gigi secara otomatis hanya sampai pada gigi 2 atau 1 saja. Pemilihan gigi ini
biasnya digunakan bergantung kebutuhan seperti jalan yg dilintasi buruk/licin sehingga
memerlukan pergerakan perlahan (crawling seakan merangkak kepiting) atau ketika kendaraan
harus bergerak dari “0“ speed dipermukaan lintasan menanjak yg curam dengan beban berat
(full loaded),

 E & S “Eco Driving dan Sport“ kadang kala pada kendaraan bertransmisi automatic ada sebuah
tombol bertanda tersebut. Sesuai namanya pada kondisi normal sistim transmisi ini akan
berada pada posisi E perpindahan kickdown akan terjadi pada putaran ekonomis (terasa
pendek-pendek) sedangkan S, jika si pengemudi ingin memperpanjang kickdownnya pada
putaran mesin maksimal sehingga perpindahan gigi terjadi pada saat rpm cenderung tinggi dari
kondisi normalnya.

Pada mobil-mobil bertransmisi model Triptonic ada initial + - atau M, model transmisi automatic
ini membuat pengemudi bisa memindah-mindahkan tuas gear nya sesuai kebutuhan seperti
pada transmisi manual. Ada sebagian orang canggung dengan penggunaan transmisi automatic
khususnya saat situasi emergency, biasanya pada saat ini untuk memperpendek jarak stopping
distance mereka memerlukan down shift untuk mendapat engine brake maksimal pada mobil
manual. Sebenarnya hal ini dapat – dapat saja dilakukan pada mobil bertransmisi automatic,
caranya :

 Rem dalam – dalam dan tahan (jika ABS),

 Pastikan Putaran mesin sudah turun selanjutnya,

 Pindahkan stick ke D2 dan lepas pedal rem supaya mendapat efek engine brake, jika putaran
mesin terlalu tinggi (over rev),

 Injak pedal rem dalam – dalam dan tahan.


Dengan cara diatas sipengemudi akan mudah mendapatkan engine brake yang diperlukan
sebagaimana pada mobil bertransmisi manual. Agar menjadi perhatian ketika situasi ini terjadi
pada saat sipengemudi memindahkan gigi ke D2 dan terindetifikasi bahwa drive wheel terkunci
(roda terkunci/blocked atau terdengar derit ban), segera pindahkan gigi ke posisi D (ke gigi
normal).

Ada kebiasaan yang harus dilakukan pengendara mobil matic yaitu selalu menempatkan kaki kiri
secara bebas (FREE) sementara kaki kanan bermain di antara pedal gas dan rem.
Mengemudikan mobil matic untuk mengontrol pedal rem dan pedal accelerator cukup
menggunakan kaki kanan saja, sehingga saat ingin mengerem secara otomatis sudah terjadi
’engine brake’ ketika kaki berpidah ke pedal rem. Kesalahan yang kadang terjadi adalah saat
pengemudi menggunakan kaki kiri untuk mengontrol pedal rem sehingga sering terjadi
pengereman yang tidak efektif.

Penasaran pake mobil matic


Sejak numpang mobilnya om Babay yang pake mobil matic, eh kok aku jadi penasaran pengen
nyoba pake mobil matic tapi.. kalo mo minjem mobilnya om kan gak enak.. tapi gak ada lagi
mobil lain hahaha. yang banyak manual semua. Palagi saat om Babay cerita banyak hal tentang
cara nyetir kalo lagi make matic, palagi kalo lagi turunan tajam misalnya, duh jadi tambah
penasaran aja.

Yah daripada belum kesampean nyetir mobil matic sekarang aq cari-cari referensi cara nyetir
pake matic dulu deh. kebetulan waktu browsing ketemu neh artikel comotan. berikut
ceritanya….
Automatic, siapa takut ?!!
Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian mobil “terjun bebas” di areal parkir gedung bertingkat.
Yang terbaru malah di basement Walikota Jaksel. Gila ga tuh ! Apakah penyebabnya human
error atau emang gedungnya yg perlu diwaspadai.
Emang sih nyetir mobil sendiri itu gampang-gampang susah. Klo dari awal belajarnya dah pake
yg automatic pasti ga terbiasa bawa yg manual, begitu juga sebaliknya.
Jadi ini ada sedikit panduan gimana sih nyetir pake automatic car itu. Semoga bermanfaat ya.

Bagi pengendara pemula atau orang yang sama sekali tidak dapat mengendarai mobil, belajar
menggunakan mobil dengan persneling otomatik lebih mudah. Mengingat ia hanya perlu
meletakkan atau mengistirahatkan kaki kiri di tempat injakan kaki (foot rest), dan menggunakan
kaki kanan untuk menginjak pedal gas (akselerator) atau menginjak pedal rem.

Pada mobil dengan persneling otomatik, dalam keadaan idle (pedal gas tidak diinjak) gas sudah
cukup besar sehingga apabila tangkai persneling diletakkan di D (drive), mobil sudah akan
melaju. Itu sebabnya, sebagai pengaman, mesin tidak dapat dihidupkan jika pedal rem tidak
diinjak. Pedal rem harus tetap diinjak setelah mesin hidup. Sebab, jika tidak, tangkai persneling
tidak dapat dipindahkan dari huruf P (parking) ke huruf D.

Setelah mobil melaju, konsentrasi pengendara terpusat pada setir dan rem. Ia sama sekali tidak
perlu menginjak pedal kopling dan melepaskan injakannya saat menaikkan atau menurunkan
gigi persneling seperti orang yang mengendarai mobil dengan persneling manual.

Dengan demikian, pada saat belajar, pemula tidak akan mengalami mesin mati karena injakan
di pedal gas terlalu lembut saat injakan di pedal kopling dilepaskan, atau saat melepaskan
kopling terlalu cepat, atau saat terlambat menurunkan gigi persneling ketika mobil melaju
perlahan. Bahkan, mesin tidak akan mati saat mobil menanjak. Jika terjebak di tengah
kemacetan lalu lintas, menggunakan mobil dengan persneling otomatik lebih enak karena kaki
kiri tidak perlu menginjak dan melepaskan pedal kopling, yang semakin lama semakin terasa
berat.

Sedangkan pengendara yang sudah mahir mengemudikan mobil dengan persneling manual,
ketika mengendarai mobil dengan persneling otomatik mungkin sedikit lebih repot. Ia harus
membiasakan diri untuk tidak menggunakan atau mengistirahatkan kaki kirinya. Mengingat pada
mobil dengan persneling manual, pengendara menggunakan kaki kanan untuk menginjak pedal
gas atau pedal rem, sedangkan kaki kiri digunakan untuk menginjak dan melepaskan pedal
kopling. Akibatnya, pada tahap awal, tidak jarang pengendara akan menginjak rem dengan kaki
kiri.

Sebagai analogi, mengendarai mobil dengan persneling otomatik sama seperti mengendarai
skuter otomatik (skutik). Tinggal menarik handel rem dengan tangan kiri dan tekan tombol start
untuk menghidupkan mesin. Setelah itu tinggal lepaskan handel rem, putar handel gas dengan
tangan kanan, dan skutik melaju. Selama perjalanan, pengguna skutik hanya menggunakan
tangan kiri dan tangan kanan. Menarik handel rem belakang dengan tangan kiri dan handel rem
depan dengan tangan kanan. Selama perjalanan, pengendara tidak perlu menaikkan atau
menurunkan gigi persneling. Kedua kaki praktis menganggur. Perbedaannya dengan mobil
dengan persneling otomatik hanyalah skutik tidak memiliki gigi persneling mundur.

Fungsi huruf dan angka

Pada mobil dengan persneling otomatik, untuk maju, pengendara tinggal memindahkan tangkai
persneling ke huruf D, mundur huruf R (reverse), netral (N), dan untuk parking (P). Di luar
keempat huruf itu ada pula angka 3, 2, 1 atau L, atau hanya 2, 1 atau L (tergantung merek
mobilnya). Atau huruf S (Sport) apabila pengendara menginginkan performa sport, di mana
putaran mesin per menit menjadi lebih tinggi.

Angka-angka itu diperlukan pada saat ingin mengurangi kecepatan dengan mesin (engine brake)
saat melaju di turunan. Pada saat dirasakan mobil melaju terlalu cepat di turunan, maka tangkai
persneling tinggal dipindahkan ke angka 2 (sama dengan gigi persneling 2 pada mobil dengan
persneling manual). Bahkan kalau perlu pindahkan ke angka 1 jika turunan itu sangat curam.
Angka 2 dan 1 juga digunakan pada saat mobil memerlukan tenaga besar, tetapi tetap melaju
perlahan di jalan tanah atau kondisinya agak berlumpur.

Kekhawatiran mobil dengan persneling otomatik tidak kuat menanjak juga tidak perlu terjadi.
Yang diperlukan hanyalah melakukan kickdown (menginjak pedal gas dalam-dalam) pada saat
putaran mesin menurun. Dengan demikian, gigi persneling akan turun sehingga putaran mesin
naik kembali dan mobil akan menanjak dengan baik.

Sebaiknya, pengendara tahu torsi maksimum mesin mobilnya dicapai pada putaran mesin
berapa? Umumnya, torsi maksimum mesin mobil dicapai pada 4.000 rpm. Karena itu, menjaga
putaran mesin pada 4.000 rpm adalah cara terbaik saat menanjak. Ini juga berlaku bagi mobil
dengan persneling manual. Namun, jika tidak mau repot, bisa juga tuas persneling dipindahkan
dari D ke angka 3 atau 2. Dan, setelah kecepatan bertambah tinggi, tangkai persneling
dikembalikan ke huruf D.

Pada mobil dengan persneling otomatik yang dilengkapi tiptronic, termasuk Honda Jazz dan
Honda City, segalanya lebih mudah. Mengingat pengendara dimungkinkan untuk menaikkan
atau menurunkan gigi persneling secara manual tanpa kehadiran pedal kopling. Bahkan, pada
kedua mobil tersebut gigi, persneling juga dapat dinaikkan dan diturunkan melalui tombol-
tombol yang terdapat di setir.

Pada mobil yang dilengkapi tiptronic, tidak ada angka 3, 2, 1 atau L di dekat tangkai persneling,
atau di setir (pada merek tertentu), yang ada hanya tanda plus (+) dan minus (-).

Dengan demikian, pada saat mobil melaju di jalan lurus, menanjak, atau menurun, pengendara
tinggal memindahkan tangkai persneling ke posisi manual, atau menekan tuas di setir, untuk
mengoperasikan tiptronic. Pada saat tiptronic sudah difungsikan, maka indikator di dashboard
yang sebelumnya menunjukkan huruf D akan berubah menjadi angka 5, 4, 3, 2, atau 1 untuk
menunjukkan pada gigi persneling berapa mobil sedang melaju. Setelah itu, pengendara tinggal
menaikkan atau menurunkan gigi persneling sesuai dengan keperluan atau keinginan.

Bisa dinetralkan

Di Indonesia, pada saat areal parkir sudah penuh, sering kali petugas parkir akan meminta
mobil diparkir sejajar di belakang mobil-mobil yang diparkir vertikal. Dengan demikian, petugas
parkir akan meminta agar persneling mobil dinetralkan (N) dan minta rem tangan tidak ditarik
sehingga mobil dapat didorong ke depan atau ke belakang apabila ada mobil yang diparkir
vertikal akan keluar.

Di masa lalu, tidak mungkin bagi mobil dengan persneling otomatik memarkir mobilnya sejajar
di belakang mobil yang diparkir vertikal. Mengingat kunci mobil tidak dapat dilepaskan, apabila
tangkai persneling tidak dipindahkan ke huruf P. Padahal jika tangkai persneling dipindahkan ke
huruf P, mesin dimatikan, dan kunci dicabut, tangkai persneling tidak dapat dipindah-pindah
lagi. Selain itu, mobil juga tidak dapat didorong ke depan atau ke belakang.

Namun, masalah itu kini telah diatasi. Pada beberapa merek tertentu, persneling otomatik
dilengkapi dengan lubang shiftlock, dengan demikian pengendara tinggal masukkan kunci ke
dalam lubang shiftlock dan memindahkan tangkai persneling dari huruf P ke huruf N, dan mobil
dapat didorong ke depan dan ke belakang.

Kekhawatiran yang tertinggal dari masa lalu adalah kalau mogok, mobil dengan persneling
otomatik tidak dapat didorong, berbeda dengan mobil dengan persneling manual. Akan tetapi,
itu dulu, di mana mobil belum menggunakan komputer. Kini, teknologi otomotif sudah maju
sehingga mobil yang dirawat secara berkala sesuai dengan anjuran, secara teoretik tidak akan
mogok mendadak. Dan, kalaupun mobil sampai mogok, pastilah mesin tidak akan hidup dengan
didorong. Yang perlu dilakukan adalah menelepon layanan servis 24 jam (tergantung merek
mobil), dan mereka yang akan mengurus segala sesuatunya.
sumber :

http://ordinary-angel.blogspot.com/2008/02/automatic-siapa-takut.html

Tips Mengendarai Mobil Matic


Mobil matic sangat cocok digunakan di kota-kota besar yg sering macet dan tidak banyak
tanjakan. Kita tidak akan merasa capek jika mengendarai mobil matic karena hanya satu kaki
yang bekerja…gas..rem gas dan rem hanya dengan satu kaki yakni kaki kanan. Sesuai dengan
hasil penelitian dan pengamatan pakar-pakar mobil matic di Indonesia ada beberapa penyebab
kerusakan mobil matic. 85% mobil matic rusak karena keterlambatan ganti oli, 10% rusak
karena umur mobil yg sudah di atas 10 tahun, dan 5% lagi karena cara pemakaian kita masing-
masing. Ada beberapa tips dalam mengendarai matic supaya mobil matic kita tetap awet dan
tahan lama:

* Pada saat starter awal jangan lupa injak rem, masukkan perseneling, setelah itu baru dilepas
rem pelan dan jalan…
* Pada saat tanjakan injak saja gas mobil sampe poll, jangan gunakan perseneling 2 dan 1,
perseneling ini hanya digunakan untuk engine break.
* Pada saat menggunakan perseneling 2 atau 1 dari D injak sedikit rem.
* Pelan-pelan pada saat jalan tidak rata apalagi jika mobil kita agak rendah
* apa lagi ya? ada yg mau nambahin?

sumber :

http://sukrawan.wordpress.com/2008/02/18/tips-mengendarai-mobil-matic/

Satu lagi cara Mengemudi Mobil Transmisi Otomatis

Mengemudikan mobil bertransmisi otomatis memang sangat mudah. Namun demikian anda
tetap perlu mengenal petunjuk pengemudiannya secara benar agar anda dapat menikmati
semua fungsi transmisi otomatis yang tersedia
demi kenyamanan mengemudi di berbagai situasi jalan dan mencegah kerusakan pada sistem
transmisi tersebut. Ikut petunjuk berikut ini :* Sebelum Menghidupkan Mesin
1. Atur posisi duduk yang nyaman. Biasakan menginjak pedal rem hanya dengan kaki kanan.
2. Kenali letak pedal gas. Biasakan hanya menginjak gas bila ingin melaju dan menginjak pedal
rem saat ingin berhenti.
3. Jangan menginjak pedal rem dengan kaki kiri untuk menghindari terjadinya penginjakan
pedal rem dan gas secara bersamaan.

* Saat Akan Menghidupkan Mesin


1. Pastikan rem tangan terpasang. Injak pedal rem dengan kaki kanan.
2. Pastikan tuas transmisi pada posisi (P). Mesin hanya dapat distarter bila tuas transmisi pada
posisi (P) atau (N), namun dianjurkan pada posisi (P) agar lebih aman karena pada posisi ini
seluruh roda dalam posisi terkunci. Kemudian hidupkan mesin.

* Saat Akan Menjalankan Kendaraan


1. Injak pedal rem dengan kaki kanan. Rem mutlak diinjak karena mobil otomatis cenderung
maju sendiri meski pedal gas belum diinjak sekalipun.
2. Pindahkan tuas transmisi ke posisi (D) untuk maju, posisi (R) untuk mundur.
3. Pastikan ketepatan tuas pemindah pada posisi yang diinginkan. Lepaskan rem tangan.
4. Pelan-pelan lepaskan pedal rem, lalu tekan pedal gas secara seksama dengan kaki kanan.
Tekanlah pedal gas secara bertahap untuk menambah kecepatan.

* Saat Melaju
1. Kondisi Normal : gunakan posisi (D) cukup mengopersikan pedal gas dan rem.
2. Turunan : di jalan naik dan turun, biasakan memakai “hold” atau “OD off” atau posisi “2?
untuk mendapatkan efek pengereman mesin atau engine brake. Jangan memakai posisi (N)
pada saat melaju di jalan turunan karena tak adanya efek pengereman mesin atau engine
brake.
3. Turunan Curam : gunakan posisi (L) untuk menahan laju kendaraan dan membantu kerja
rem.
4. Sentakan (Kick Down) : tekanlah pedal gas sepenuhnya untuk mempercepat laju kendaraan
atau menyalip mobil lain.
* Saat Berhenti
1. Di posisi (D) injak pedal rem disaat kendaraan berhenti. Tariklah rem tangan jika perlu.
2. Jika berhentinya lama misalnya di lampu merah, gunakan posisi (N).
3. Untuk kembali melaju, sesudah berhenti injaklah rem. Pindahkan tuas transmisi ke posisi (D),
lepaskan rem lalu injaklah pedal gas secara bertahap.

* Saat Parkir
1. Parkirlah posisi kendaraan secara benar. Injaklah pedal rem dan tarik rem tangan.
2. Pindahkan posisi tuas pada posisi (P) agar roda dalam posisi terkunci aman.
3. Matikan mesin. Demi keamanan mesin harus dimatikan sewaktu anda meninggalkan mobil
dan cabut kunci kontak.

http://diddone.blogdetik.com/2008/10/21/cara-mengemudikan-mobil-bertransmisi-otomatis/

Hindari Genangan Air Buat Para Pengguna


Transmisi Matik

“Bagaimana jika kita terjebak di jalan yang tergenang air yang cukup
tinggi? Langkah apa sebaiknya yang harus dilakukan?” pertanyaan seeprti ini mungkin sering
terjadi terutama bagi kita yang menggunakan mobil matik sehari-hari.

Perbedaan konstruksi dan komponen antara transmisi matik dan manual memerlukan
perlakukan khusus. Ingat bahwa system mekanisme matik berbeda jauh dari manual, artinya oli
pada matik tidak hanya sebagai pelumas namun juga sebagai penghantar tenaga.

Kekhawatiran itu ada benarnya. Kendati demikian, kita tetap dapat


berkendara dengan mobil matik di musim hujan. Sama seperti berkendara dengan transmisi
manual, usahakan jangan sampai air masuk ke mesin. Air mungkin saja masuk melalui saringan
udara dan knalpot. Untuk mencegah ini, usahakan RPM tetap tinggi dan memposisikan stick
transmisi di “L” atau “2”.

Usahakan pula agar air tidak sampai menyelinap ke transmisi. Air yang
masuk dapat tercampur dengan oli dan merusak transmisi matik. Jika air sudah
tercampurdengan oli pelumas maka fungsi oli ATF pada matik akan berubah total yang akan
menyebabkan kerusakan jangka pajang. Itu juga mengapa Kualitas dan kuantitas oli pada
transmisi matik harus mendapat perhatian ekstra agar kinerja transmisi matik tetap terjaga.

Jika mobil sempat tergenang air, atau melewati jalan yang banjir bergegaslah untuk memeriksa
kualitas oli transmisi. Buka deep stick, dan lihat apakah oli mengalami perubahan warna. Jika
warna oli transmisi sudah seperti susu, ini tandanya ada air yang masuk ke transmisi. Bila sudah
demikian, sebaiknya jangan teruskan untuk menghidupkan mesin apalagi menjalankan mobil
matik Anda. Segera minta bantuan supaya mobil Anda “digendong” ke bengkel resmi.

TIPS PERAWATAN MATIC


MESKIPUN SEBA OTOMATIS, TRANSMISI MATIC TETAP BUTUH
PERAWATAN YANG RUTIN!

Pertama kali perlu disadari bahwa pemakaian sistim tramisi automatic bukan berarti bebas
perawatan. Pahami juga bahwa, walau penggunaan transmisi otomatis meringankan kerja
pengemudi, bukan berarti pengemudi tak perlu melakukan apa-apa lagi. "Hampir tidak pernah
ada kejadian mobil mogok di tengah jalan gara-gara transmisi matik," jelas Pak Noldy, Direktur
Utama CV.AUTO TEKNIK yang berkantor di JL. Perjuangan No.1 Taman Wisma Asri

HAL YANG PENTING DI INGAT GANTI OLI JANGAN SAMPAI TERLAMBAT!

Lebih lanjut Noldy memaparkan bahwa pemilik sering kali menyalahkan transmisi matik begitu
ada problem di jalan. "Enggak bisa didorong lah, enggak bisa diderek lah, dan segala keluhan
lain," ulasnya. Padahal radiator bocor kan bisa bikin mogok, filter bensin kotor juga bikin mesin
ngadat, termasuk sistem pengapian yang bermasalah.

Artinya, jangan menyalahkan matik terlebih dahulu kalau ada masalah di jalan. Maksudnya,
kerusakan matik biasanya sudah terasa dari awal. Kalau memang sampai indikasi rusak, pasti
terasa lebih dulu oleh pengemudi

Ingat Jangan biasakan injak


pedal rem dengan kaki kiri
untuk menghindari kesalahan
refleks
Semua kemudahan yang diberikan transmisi matic berawal dari perawatan rutin. "Yang Paling
penting usahakan perawatan penggantian oli transmisi matik jangan sampai telat," wanti Pak
Noldy Direktur Utama CV.AUTO TEKNIK. Upayakan setiap 2 ribu kilometer ganti oli matik, dan
kuras oli tiap 20 ribu kilometer. Saking pentingnya perawatan oli. "Hampir sebagian besar
kerusakan transmisi matik disebabkan dari penggantian oli yang terlambat," papar Noldy lagi.

Noldy juga menambahkan dengan perawatan rutin yang dianjurkan, bukan tak mungkin usia
pakai transmisi akan lebih lama. Dengan perawatan ini, intinya ialah menghindari biaya
penggantian spare part yang akan jauh lebih mahal kalau sampai matik rusak.

Selain perawatan, pemakaian yang kurang tepat dari pemilik juga menyumbang problem pada
transmisi. Ingat kejadian beberapa mobil bertransmisi matik yang lompat dari parkiran gedung?
Indikasi awalnya berasal dari pengemudi yang tidak terbiasa ataupun kurang paham dalam
menggunakan matik. Karena cuma mengandalkan 2 buah pedal, beberapa pengemudi
menggunakan kaki kiri untuk menginjak rem, dan kaki kanan untuk pedal gas.

Gunakan fungsi O/D (overdrive dengan


Demi keamanan, rem harus diinjak maksimal, atau ingat fungsi kickdown
ketika hendak pindah dari posisi P matic

Karena tidak terbiasa dan kurangnya pemahaman, pada kondisi itu maka mesin sudah siap
untuk berakselerasi, tapi masih tertahan oleh rem. Akibatnya begitu pedal rem dilepas,
akibatnya bisa membuat mobil loncat. Perihal ini didasari bahwa pada transmisi matik sekarang
ini, ketika pindah dari posisi P ke gigi lainnya harus menginjak pedal rem untuk melepas
penguncinya. Artinya, ketika mobil loncat, saat itu pedal gas sudah diinjak walau laju mobil
masih tertahan akibat rem yang masih diinjak.

Ada lagi tentang aplikasi downshift atau pindah ke gigi percepatan yang lebih rendah, namun
sayangnya tidak tepat. Misalnya begini, pada transmisi sudah tersedia aplikasi kickdown untuk
meningkatkan akselerasi.

Caranya cukup menginjak pedal gas hingga mentok, maka transmisi akan otomatis pindah ke
gigi yang lebih rendah. Hanya saja kalau tidak sabar, bisa jadi pengemudi langsung
memindahkan tuas transmisi ke posisi 2 atau bahkan L. Akibatnya gigi transmisi akan menerima
beban putaran mesin yang terlalu tinggi.

Lanjut ketika kebanyakan pemilik matik yang beranggapan bahwa konsumsi bahan bakar matik
lebih boros dari transmisi manual. Walau tidak 100% benar, tapi teori ini sangat tergantung dari
cara pakai masing-masing pemilik. "Padahal, dengan kecepatan konstan dan kecepatan yang
sama. Putaran mesin transmisi matik pasti lebih rendah dari manual," ujar Noldy specialis matic
transmission.

Akhir kata, siapa bilang pakai mesin matic nyusahin? Asalkan sudah paham
benar cara pakainya, kan bisa bikin kaki kiri istirahat sementara. Lebih santai
toh?

Apabila Anda ada permasalahan pada sistim transmisi matic dan memerlukan
bantuan penanganan silahkan kunjungi workshop kami, maka dengan senang
hati kami akan membantu Anda!
Tematis Transmisi AutomaticTepis Mitos Seputar
Transmisi Matic Agar Tak Sesat

OTOMOTIFNET - Pesatnya
perkembangan teknologi kendaraan
berbanding lurus dengan transmisinya,
termasuk girboks otomatis. Namun
seiring perkembangan itu, mitos seputar
transmisi pintar ini juga tumbuh subur

Namanya mitos, kebenarannya belum


tentu terbukti secara sungguh-sungguh.
Celakanya, berkembangnya mitos di
seputar transmisi otomatis seolah tidak
bergeming di masyarakat. Cerita-cerita
negatif berkaitan dengan mobil matik
tumbuh menjadi ‘kebenaran’ akan mitos
tadi.

Tidak heran, dalam perkembangan


awalnya mobil-mobil bertransmisi
otomatis di Indonesia tidak terlalu
menggembirakan. Bisa jadi, cerita seputar mitos itu tumbuh dan berkembang di benak
konsumen lokal.

Beberapa mitos yang berkembang mulai dari perlakuan, hingga soal perawatan mobil
bertransmisi matik digambarkan menyulitkan konsumen. Bahkan merebak di benak sebagian
masyarakat, bila terjadi masalah di jalan, atau lebih parah lagi jika terjadi problem seperti
mogok, mobil matik tidak bisa diderek.

Efeknya bisa ditebak, harga mobkas bertransmisi otomatis menjadi jatuh, alias lebih murah
dibanding versi manual dengan merek dan varian yang sama. Kondisi ini masih berlangsung
hingga awal 2000-an di sebagian besar kota di Indonesia. Meski saat ini mulai berangsur
membaik lantaran kebutuhan mobil matik sebagai kendaraan yang nyaman saat menghadapi
kemacetan lalu lintas mulai diminati.

Namun mitos tersebut seolah menjadi dogma. Padahal bila ditelisik lebih dalam, belum tentu
semua anggapan mitos tadi sesuai dengan kenyataan. Tentu saja, perkembangan teknologi dan
alasan teknis menjadi dasar untuk menepis anggapan mitos tentang matik tadi.

Berikut beberapa mitos yang telanjur berkembang seputaran mobil matik, dan Auto Bild
mencoba memberikan papar fakta yang sebenarnya. Sekali lagi, langkah ini untuk menepis
mitos agar Anda tidak mendapat informasi yang sesat saat mengemudi transporter bertransmisi
otomatis.

1. Mitos: MOBIL MATIK LEBIH BOROS

Fakta: Tidak selalu. Dalam kondisi tertentu,


konsumsi bbm mobil bertransmisi otomatis
justru bisa lebih irit dari model manual.
Terutama saat transporter matik melaju
konstan di jalan bebas hambatan.

Penyebabnya adalah perbandingan gigi yang


disematkan pada transmisi otomatis
cenderung lebih kecil, sehingga putaran
mesin ketika melaju konstan akan lebih
rendah dari manual. Otomatis konsumsi
bbm-nya pun menjadi lebih sedikit.

Tapi sejatinya transmisi otomatis yang


cenderung memiliki gejala selip berlebih,
membuatnya menjadi lebih boros dalam
kondisi stop and go. Hal ini kami buktikan dalam Big Test Liga Irit 4 di 2009. Saat itu Nissan
Grand Livina 1.5 mampu mencatat angka yang spektakuler (28,11 km/liter) di rute jalan tol.
Tapi untuk rute dalam kota, ia mencatat angka 7,64 km/liter.
2. Mitos: AKESELERASI LAMBAN KETIMBANG
VERSI MANUAL

Fakta: Tidak Selalu. Sepintas anggapan ini tidak ada


yang salah. Maklum, saat start transmisi matik pada
umumnya baru bekerja optimal setelah torque
converter mendapat tekanan dari fluida untuk
menyalurkan tenaga mesin ke roda. Artinya, ada jeda
sesaat dibandingkan transmisi manual yang responsif
bekerja.

Namun perkembangan riset pabrikan otomotif kian


memanjakan pengemudi dengan teknologi mutakhir, termasuk untuk memperbaiki akselerasi.
Prinsip transmisi manual yang dibuat otomatis seperti sequensial mulai menjamur.

Penggunakan kopling kering kerap digunakan untuk meminimalkan gejala selip yang terjadi.
Belum lagi kecepatan perpindahan gigi yang diatur komputer sehingga kemampuan akselerasi
mobil matik kini tak lagi dapat dipandang sebelah mata.

3. Mitos: PERAWATAN MOBIL MATIK LEBIH


MAHAL

Fakta: Tidak benar. Selama perawatan dilakukan


dengan benar, perawatan mobil matik justru lebih
murah ketimbang versi manual. Apalagi prosedur
perawatan mobil matik juga tidak sulit. Utamanya
adalah pemeriksaan dan penggatian oli ATF (Automatic
Transmission Fluid) tepat waktu sehingga tidak merusak
komponen bergerak di dalamnya.

Sementara itu, jangka waktu pergantiannya relatif lebih


panjang. Setidaknya rentang jarak 60 ribu kilometer mampu ditempuh oleh oli transmisi ini,
mesti ada juga produsen mobil tertentu yang memiliki toleransi jarak tempuh hingga 100 ribu
kilometer.

Umumnya harga oli transmisi matik ini mulai Rp 60 ribu hingga Rp 125 ribu per liter, dan untuk
satu mobil perlu 10–12 liter termasuk flush. Dari situ, sudah bisa dikalkulasi berapa biaya
perawatannya.

4. Mitos: MOBIL MATIK MOGOK TIDAK BISA DIDEREK

Fakta: Mitos inilah yang berkembang di sebagian benak masyarakat. Faktanya, mobil matik
mogok juga bisa diderek. Namun demikan ada beberapa poin yang mesti diperhatikan saat
menderek mobil matik.

Poin awal, kenali dulu penggerak mobil Anda. Bila berpenggerak depan, maka titik tumpu kedua
roda belakang dan yang depan dalam kondisi terangkat oleh mobil derek. Demikian pula
sebaliknya.

Bila salah, dikhawatirkan terjadi kerusakan di sejumlah komponen, seperti katup (valve) di
dalam transmisi. Sementara tuas transmisi mesti berada di posisi N dan mesin dalam kondisi
off saat aktivitas derek berlangsung. Jadi, mobil matik mogok juga masih bisa diderek, kan?

5. Mitos: MOBIL MATIK TIDAK BISA UNTUK MENDEREK

Fakta: Tidak selalu. Pada prinsipnya, baik mobil transmisi manual dan matik bisa digunakan
untuk menghela (menderek) mobil lain yang mogok. Hanya saja, Anda perlu memperhatikan
bobot kendaraan yang akan diderek tersebut. Singkatnya jangan sampai kelebihan beban.

Bukan apa-apa, kondisi awal (start) merupakan kerja ekstra bagi mobil penderek untuk
menghela mobil yang diderek. Bila rasio bobot tidak seimbang, memungkinkan terjadi
kerusakan pada komponen transmisi itu sendiri.
Transmisi Otomatis tidak Perlu Takut Mogok

MOBIL bertransmisi otomatis memang nyaman


digunakan, terlebih di kondisi lalu lintas seperti di Jakarta yang tak pernah luput dari
kemacetan. Kita tinggal geser tuas transmisi ke posisi D, lepas rem, injak gas, mobil meluncur
mulus tanpa harus kita repot mengatur injakan pada pedal kopling.
Mau menambah kecepatan? Kita tinggal memperdalam injakan pada pedal gas tanpa harus
repot mengoper-oper gigi transmisi dan memainkan pedal kopling. Jika ada hambatan di depan,
tinggal injak rem untuk mengurangi kecepatannya. Terlebih teknologi yang kian maju membuat
kemampuan akselerasinya hampir sama responsif dengan transmisi manual.
Dengan berkurangnya ritual yang biasa dilakukan pada transmisi manual, kita bisa lebih
berkonsentrasi pada situasi di sekeliling kendaraan yang ujung-ujungnya berdampak pada
meningkatnya unsur keselamatan berkendara.

Namun di balik segala kelebihan yang dimiliki transmisi otomatis, masih ada kekhawatiran saat
mesin kendaraan mengalami gangguan alias mogok akibat aki yang lemah dan tak kuat
menggerakkan motor starter.

Pasalnya tidak seperti transmisi manual yang bisa disiasati dengan mendorong mobil. Pada
transmis otomatis memang hal ini tak bisa dilakukan, akan tetapi bukan berarti kita harus
mengurungkan niat menikmati kenyamanan mobil bertransmisi otomatis.

Untuk menyiasati kelemahan transmisi otomatis tersebut, maka kita wajib memiliki booster
cable (kabel jumper). Bentuknya berupa dua utas kabel berukuran besar (umumnya terdiri dari
dua warna, merah dan hitam) yang di kedua ujungnya memiliki capit buaya.

Fungsinya untuk menghubungkan aki pada kendaraan yang soak dengan aki kendaraan lain
yang masih normal untuk memberikan ‘tenaga tambahan’ agar mampu memutar motor starter.

Booster cable dapat diperoleh di supermarket dengan harga beragam. Pilihlah yang berkualitas
baik agar awet. Mengetahuinya bisa dilihat dari kualitas material. Pilihlah yang memiliki kabel
berukuran besar namun tidak kaku alias elastis. Ukuran panjangnya sebaiknya tak kurang dari 2
meter.

Cara menggunakannya dengan menghubungkan terlebih dahulu kabel hitam ke terminal negatif
aki yang soak sementara ujungnya dihubungkan ke terminal negatif aki yang normal. Kemudian
menyusul kabel merah ke terminal positif aki dengan prosedur yang sama. Jangan sampai
terbalik karena dapat menimbulkan percikan api.

Kalau sudah terpasang dengan kuat, hidupkan mesin mobil yang mogok seperti biasa. Setelah
itu biarkan beberapa saat antara 2 sampai 3 menit baru kemudian lepaskan cable booster
dengan hati-hati. Selamat mencoba. (Cdx/mediaoto.com)
Bikin Awet Transmisi Matik

DILIHAT dari sisi kenyamanan mengendarai mobil, sistem transmisi otomatis memang memiliki
tingkat kenyamanan yang lebih tinggi ketimbang transmisi manual.

Pekerjaan seperti menginjak pedal kopling dan menggeser tuas persneling tidak perlu dilakukan.
Hal ini sangat memudahkan pengendara dalam menghadapi kemacetan ibukota yang luar biasa
ini.

Walaupun dalam segi harga kendaraan transmisi otomatik lebih mahal daripada kendaraan
transmisi manual namun pada perkembangannya penggunaan kendaraan transmisi otomatik
semakin marak khususnya untuk pengendara perempuan.

Kesan bahwa transmisi otomatis perawatannya sulit dan tidak semua bengkel yang bisa
menanganinya memang benar. Tetapi bukankah kalau kendaraan diperlakukan dengan benar
dalam artian dirawat dengan baik, maka tidaklah mungkin transmisi akan mengalami kerusakan
dengan sendirinya. Jadi sebenernya perawaratan transmisi otomatis tidaklah sesulit yang
diperkirakan banyak orang.

Perawatan transmisi otomatis yang dilakukan sama dengan perawatan yang dilakukan terhadap
transmisi manual, berupa pengecekan terhadap kualitas minyak transmisi otomatis (hampir
sama dengan minyak rem/Automatic Transmission Fluid dan bukan termasuk oli) dan kebocoran
dari packing-packing yang ada. Malah sebenarnya lebih simple dari manual

Untuk bekerja, transmisi otomatis kovensional (TOK) bergantung pada kondisi fluida dan torque
converter. TOK ini memiliki umur pakai yang panjang bisa melampaui 150.000 kilometer. Tapi,
akibat kesalahan pemakaian, seperti sering terlambat mengganti oli menimbulkan masalah.

Berikut tips perawatan transmisi otomatik agar dalam penggunaan dan perawatan transmisi
matik lebih awet dan tahan lama serta tidak lekas rusak:
1. Mengganti oli transmisi pada karter setiap 5.000 km.
2. Menguras transmisi otomatis setiap 20.000 km dan mengganti dengan oli yang sesuai jenis
transmisi di mobil.
3. Gunakan kick down hanya pada saat diperlukan. Sebaiknya berakselerasi dengan halus, tidak
perlu memaksa untuk akselerasi cepat.
4. Gunakan kick down dari pada menggeser-geser tuas transmisi. Tujuannya, untuk
menghindari kelupaan menggeser tuas transmisi.
5. Jangan ragu memeriksa transmisi di bengkel ketika mendeteksi masalah walau walau hanya
muncul sekali. Dengan deteksi dini, biaya perbaikan yang tidak perlu dapat dihindari.
6. Kalau kendaraan mengalami mogok dan ketika harus didorong, bagian roda mobil yang
digerakkan transmisi tersebut harus diangkat.
Tidak boleh menyentuh jalan ketika ditarik, Alasannya adalah, pada sistem transmisi otomatis,
putaran mesin tersebut dipindahkan untuk memutar roda melalui minyak transmisi yang
disemprotkan ke tiap gigi percepatan tersebut.
Sedangkan bila ditarik yang terjadi adalah proses kebalikannya, di mana putaran roda akan
menghasilkan tekanan kepada katup solenoid yang tertutup karena mesin tidak dihidupkan.
Yang biasanya rusak adalah seal-seal, dan bila sudah parah pompa minyak transmisi tersebut
yang akan rusak
7. Pemakaian transmisi otomatis juga harus lebih sensitf, jika salah menggunakan akan
menyebabkan transmisi cepat rusak.

Setiap pengemudi sewajarnya mengetahui fungsi-fungsi dari tiap huruf dan angka yang
tertera dituas transmisi otomatis tersebut.
Misalnya saja angka 1, berarti diperuntukkan bagi tanjakan dan turunan yang sangat
curam. Kalau dipakai terus untuk jalur yang datar hanya akan memboroskan bahan bakar saja.
Bila posisi tuas di 2, sebaiknya digunakan bila menghadapi jalan yang menanjak dan
menurun yang tidak terlalu curam dan jangka waktu yang agak lama. Sedangkan untuk posisi D
ini sama artinya dengan posisi gigi 3, yang diperuntukkan perjalanan dalam kota atau normal.
Untuk menghadapi jalur lurus yang dapat ditempuh dalam kecepatan tinggi serta dalam
waktu yang lama dapat mengaktifkan tombol Over Drive (O/D). Gunanya untuk menurunkan
putaran mesin yang otomatis dapat menurunkan konsumsi bahan bakar. Posisi ini sama saja
dengan gigi 4.

Mobil Matik Mogok Tak Boleh Didorong? Siapa Bilang?


Besar Kecil Normal

TEMPO Interaktif, Jakarta: Selasa


(27/4) lalu, saat ada kegiatan di Kemayoran saya menumpang mobil teman untuk menuju
kantor. Setelah keluar dari pintu area parkir Jakarta International Expo (JIExpo), tiba-tiba mobil
teman yang bertransmisi otomotis itu mogok. Setelah beberapa kali mencoba menghidupkan
mesin, tetap saja mesin mobil enggan untuk bangun.

Menyadari hal itu, saya pun mencoba menawarkan diri untuk mendorong mobil. Tapi apa jawab,
teman tersebut? "Jangan mobil matik (transmisi otomotis-red) tidak boleh didorong. Apalagi
kalau di derek," ujar dia.
Naasnya, posisi mobil persis di tengah jalan. Sehingga serba salah, maju kena mundur pun
kena. Namun setelah ada seseorang turun dari mobil menghampiri kami, dan menjelaskan
bahwa mobil matik boleh didorong asal tak jauh teman itu menyetujui. Setelah mengutak-atik
terminal aki, mobil pun kembali bisa dipacu.
Sepanjang perjalanan menuju kantor di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan saya pun masih
penasaran. Untuk mendapatkan jawaban masalah itu, saya mencoba menanyakan ke seorang
ahli mesin mobil matik di Auto Star, Karang Tengah, Tangerang. "Boleh-boleh saja, mobil matik
didorong asalkan tidak terlalu jauh. Kalau sekadar menggeser dari tengah ke tepi jalan tidak
akan berpengaruh apa-apa terhadap transmisi otomotis itu," papar Agus Darmadi, sang
mekanik, Jumat (30/4).
Begitu pun untuk mendereknya. Tapi, untuk yang satu ini harus diperhatikan kecepatan dan
jarak tempuh untuk penderekan yang disarankan atau ditoleransi pabrikan. Untuk hal itu, Agus
menyarankan agar menanyakannya ke dealer atau mekanik dari delaer mobil yang
bersangkutan. "Setahu saya, masing-masing merek biasanya memiliki rekomendasi yang
berbeda. Tetapi intinya tidak apa-apa asal jarak itu masih dalam batas toleransi," tandas dia.
Satu hal yang diwanti-wanti Agus adalah, pastikan posisi gigi saat di dorong atau di derek di
posisi netral (N). Pasalnya, akan merusak sistem transmisi karena pelumasan komponen-
komponen di transmisi matik mengandalkan pelumas hidrolis untuk transmisi otomatis.
"Minyak itu akan bersirkulasi bila mesin dihidupkan. Sedangkan untuk menyebarkan cairan ke
seluruh komponen transmisi diperlukan pompa hidrolik yang juga bekerja kalau mesin
dihidupkan," terang mekanik jebolan Astra itu.
Dengan pemahaman itu, maka Anda akan tahu, sejatinya mobil matik yang mogok boleh
didorong atau diderek tapi dengan catatan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai