Anda di halaman 1dari 43

Mata Kuliah

Perencanaan Kota

Disusun oleh:

Dr. Ira Safitri Darwin, S.T., M.Si.


Sri Hidayati Djoefffan, Ir. M.T.
Verry Damayanti, S.T., M.T.
Fachmy S. Pradifta, S.T., M.T.
Pembagian Proses Perkembangan kota

Megapolis (kota (Mumford, 1968) dimulai dari:


yang lebih besar 1. eopolis (desa);
lagi)
2. polis (kota);
Metropolis 3. metropolis (kota besar) yang
(kota besar) merupakan puncak perkembangan
kota;
(Mumford, 1968) Tryanopolis (tahapan 4. megapolis (kota yang lebih besar lagi),
penurunan kualitas dan di mana terjadi penurunan fungsi kota
Polis (kota) memburuknya situasi dengan berbagai masalah sosial dan
kota) lingkungan;
5. tryanopolis (tahapan penurunan
Eopolis (desa) kualitas dan memburuknya situasi kota
serta terjadi kekacauan di mana-
Necropolis (tahap
mana); dan necropolis (tahap kematian
kematian kota) kota).
LATAR BELAKANG

Penurunan Kinerja Lingkungan Perkotaan


Pertumbuhan dan Perkembangan kota yang
tidak terkelola dengan baik mengakibatkan
dampak negatif berupa penurunan kinerja
(degradasi) lingkungan perkotaan.
Aspek-aspek penurunan kinerja lingkungan
menurut Tiesdell (1996) terdiri dari:
• Struktur/fisik,
• Fungsi,
• Citra,
• Aspek legal dan institusi,
• Lokasi, dan
• Finansial
Proses Pertumbuhan danPerkembanganKota Perkembangan dan pertumbuhan
penduduk disertai berkembangnya
kegiatan usaha yang akan
mempunyai berakibat pada
PERKEMB. PERKEMB. PERKEMB PERKEMB
PENDUDUK EKONOMI SOS & POL TEKNOLOGI
GLOBALISASI perubahan sosial, ekonomi dan
fisik yang kemudian menuntut
kebutuhan ruang (ingat materi
PROSES RUANG PERKEMBANGAN PROSES RUANG tentang Pertumbuhan Kota).
INTERNAL KEGIATAN EXTERNAL Proses urbanisasi akan terus
berkembang dan meluas
melampaui batas-batas kota
PERUBAHAN SOSEKFISIK KOTA metropolitan hingga ke daerah-
daerah perdesaan (Emerging
Metropolitan Region - EMR)
PENINGKATAN KEBUTUHAN RUANG
Terjadi peningkatan demand dan
keterbatasan supply.
PENATAAN RUANG NON PENATAAN RUANG Usaha untuk menanggapi
perkembangan dan pertumbuhan
PERMASALAHAN KOTA KOTA TAK TERKENDALI ini biasanya ditempuh dengan 3
KOTA TERKENDALI cara:
STRATEGI 1. Intensifikasi, seperti
peremajaan kota (urban
redevelopment) dan
INTENSIFIKASI EKSTENSIFIKASI KOTA BARU pembaharuan kota (urban
renewal)
2. Ekstensifikasi, seperti perluasan
LINGKUNGAN KOTA IDEAL wilayah kota dan reklamasi
3. Kota Baru
URGENSI
Kapan diperlukan Peremajaan Kota?

• Tata letak lingkungan fisik secara


keseluruhan tidak memungkinkan lagi
dikembangkan/tidak sesuai lagi untuk
menampung jenis kegiatan baru
• Tingkat pencapaian yang buruk serta
tidak menguntungkan, organisasi ruang
serta hubungan fungsional yang buruk
dsb.
• Kondisi bangunan/gedung sudah sangat
buruk sehingga tidak layak pakai, tidak
dapat melayani fungsinya dengan baik,
tidak sehat serta tidak aman.
• Peruntukan lahan tidak sesuai lagi
dengan status kawasan tersebut dalam
konteks tata kota.
URGENSI

Jika Dibiarkan…

• Akan membawa dampak negatif yang lebih luas pada


struktur kehidupan kota → menurunnya kualitas
lingkungan kota.

Perlu Peremajaan
Akan memberikan vitalitas baru kepada kawasan tersebut
agar kawasan tersebut dapat kembali menyumbang kontribusi
yang spesifik pada kehidupan ekonomi kota.
PENGERTIAN

Pengertian Umum Peremajaan Kota


Kegiatan pembongkaran dan pembangunan kembali suatu bagian dari kota
dalam upaya meningkatkan manfaat lahan bagi masyarakat dan pemerintah.
(Kamus Tata Ruang, Dirjen Cipta Karya Dep PU, 1997 ; 79).

Suatu upaya untuk menata kembali suatu atau beberapa bagian wilayah kota
atau kawasan fungsional kota secara menyeluruh dengan maksud untuk
meningkatkan kembali kualitas kehidupan serta meningkatkan vitalitas sosial,
sosial ekonomi serta lingkungan fisik di suatu atau beberapa bagian wilayah kota
atau kawasan fungsional kota tersebut

Perubahan fisik kawasan, melalui penataan fisik-struktur dan morfologi kawasan,


sebagai akibat dari perubahan pemanfaatan topos (bangunan, lahan dan
kawasan); dan terjadi sebagai outcome dari tuntutan aktivitas ekonomi ataupun
juga diakibatkan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang bekerja pada kawasan
tersebut (Couch, 1990).
PENGERTIAN

• SUATU PROSES yaitu yang diartikan sebagai suatu upaya pembangunan kembali suatu
atau beberapa bagian wilayah kota atau suatu kawasan fungsional kota dalam usaha
meningkatkan kualitasnya, meningkatkan kegunaan dan kemanfaatannya, meningkatkan
kapasitas dan vitalitasnya serta kemampuannya baik dilakukan oleh pemerintah kota
maupun oleh swasta sebagai pembangun.
• Peremajaan sebagai SUATU FUNGSI adalah suatu upaya pembebasan lahan,
pembukaan kembali, rehabilitasi atau pembangunan kembali suatu bagian wilayah kota
atau kawasan fungsional kota yang telah lapuk dan mengalami degaradasi fisik maupun
fungsionalnya menjadi suatu fungsi perkotaan tertentu.
Fungsi perkotaan ini bisa tetap sebagaimana sebelumnya, berubah menjadi fungsi lain atau
kombinasi fungsi asal dengan fungsi baru.

• Peremajan kota sebagai SUATU PROGRAM dari pembangunan kota adalah suatu usaha
terkoordinasi yang mengkait ke berbagai instansi sektoral di dalam usaha mengarahkan
program pembukaan kembali kawasan tertentu, pembangunan kembali, atau rehabilitasi
suatu wilayah yang telah terdegradasi, relokasi atau pemukiman kembali sebagian
penduduk ke kawasan lain di dalam kota serta program pencegahan kemungkinan
meluasnya kawasan kumuh dan tidak terkendali di dalam kota.
TUJUAN

Tujuan Peremajaan Kota

1. Untuk menghentikan proses degradasi yang kini berlangsung yang dapat


memperluas kekumuhan kota, bahkan permukiman kumuh lebih dilihat sebagai
masalah yang akan menjadi sumber penyakit perkotaan yang laten (Budiharjo,
1993 : 45). Dampak yang lebih luas lagi adalah terganggunya ekosistem kota yang
tercermin dari pencemaran lingkungan yang tidak saja berimplikasi terhadap
kawasan perencanaan, bahkan terhadap daerah yang lebih luas.
2. Untuk meningkatkan penghasilan masyarakat setempat yang kemungkinan
bersumber dari sewa rumah, sewa kamar hunian yang didominasi mahasiswa dan
pelajar serta kontrakan bagi yang berada di daerah sekitarnya.
3. Dari segi fisik, untuk menciptakan lingkungan yang sehat, antara lain dapat
diatasinya pencemaran lingkungan sungai, pola peletakan masa yang harmonis
dan dinamis dimana tempat diantara masa bangunan diisi oleh ruang terbuka
umum, prasarana, dan linkage yang efisien dan memadai, lingkungan yang bersih,
banyaknya ruang terbuka hijau.
TUJUAN

Tujuan Peremajaan Kota

4. Dari segi sosial, untuk mengatasi kriminalitas dengan cara menciptakan ruang
pertahanan melalui perancangan ruang terbuka, jaringan pedestrian, bentuk
bangunan tertentu, serta menciptakan hubungan sosial yang akrab. Semua elemen
tersebut akan menciptakan interaksi sosial yang baik dan memberi wadah bagi
berlangsungnya proses transformasi budaya secara wajar. Demikian pula dengan
peningkatan peran dan fungsi lembaga koperasi agar dapat memberdayakan
penduduk berpenghasilan rendah dalam perbaikan lingkungan perumahan.
5. Dari segi politis, untuk menciptakan stabilitas lingkungan yang dapat membantu
penciptaan situasi yang aman.
PENGERTIAN
Beberapa Istilah Terkait
«Peremajaan Kota»

Urban Clearance (1850’s)


Istilah urban clearance umum
digunakan di Eropa sekitar tahun
1850-an terkait dengan kebijakan
perumahan. Urban clearance
diartikan sebagai perbaikan
permukiman kumuh,
menghancurkan struktur
perkotaan yang ada dan Kota Paris dengan
membangun kembali karakteristik Haussmann Plan
perkotaan yang sepenuhnya baru merupakan salah satu
(Özden, 2008). contoh masa urban
clearance untuk
mengatasi kondisi
kumuh di kota Paris
pada masa Revolusi
Industri
PENGERTIAN

Urban Reconstruction (1950’s)


Pasca Perang Dunia II, dirasakan urgensi
untuk membangun kembali kota yang rusak
karena pengeboman. Terdapat dua
pendapat mengenai bagaimana
seharusnya membangun kembali kota;
mengembalikan struktur kota yang ada
sebelum hancur atau membuat struktur
perkotaan yang sama sekali baru.
Pendekatan yang terakhir dikenal sebagai
urban reconstruction, yang artinya
menghancurkan dan membangun baru
kembali (Beswick, Tsenkova, 2001).

Basic Plan Rotterdam


merupakan upaya
merekonstruksi dengan mebuat
struktur dan pusat perkotaan
baru dan jalan yang lebih lebar
PENGERTIAN

Urban Revitalization (1960’s)


Revitalisasi memiliki arti untuk menghidupkan
kembali (memberi vitalitas) kawasan lama
perkotaan dengan memberikan fungsi baru
kepada bangunan lama dengan intervensi
kecil (Cowan,2005).
Pendekatan revitalisasi memiliki kesamaan
dengan metode konservasi lingkungan
perkotaan (urban conservation) dengan prinsip
untuk melindungi struktur perkotaan eksisting
sembari tetap mewadahi pengembangan. Plan Historical Centre of
Bologna merupakan
Revitalisasi merupakan sebuah upaya untuk salah satu upaya urban
mendaur-ulang (recycle) aset perkotaan revitalization yang
dengan tujuan untuk memberikan vitalitas meliputi studi restorasi
baru, meningkatkan vitalitas yang ada atau dari morfologi
fungsional lingkungan
bahkan menghidupkan kembali vitalitas yang binaan dalam aspek
pernah ada. peningkatan sosio-
ekonomi.
PENGERTIAN

Urban Renewal (1970’s)


Proses dalam urban renewal melibatkan
penciptaan ulang struktur dan morfologi
perkotaan untuk mencapai peningkatan
fungsional setelah menghancurkan
bangunan eksisting (Özden, 2008).
Oleh karena itu urban renewal sering
diinterpretasikan sebagai intervensi
lingkungan perkotaan yang negatif dan
pada 1980-an mulai digunakan istilah Pembangunan London
urban renaissance untuk Docklands (1980-an)
menggantikannya. oleh the organization
LDDC (London
Docklands Development
Corporation) bertujuan
untuk meningkatkan
kegiatan ekonomi,
menambah lapangan
pekerjaan dan hunian
PENGERTIAN

Urban Redevelopment (1980’s)


Urban redevelopment sering dikaitkan
dengan penghancuran dan pembangunan
kembali struktur perkotaan dari sebuah
permukiman kumuh yang tidak memiliki
prospek untuk peningkatan baik secara
ekonomi maupun morfologi/fisik (Özden,
2008).

Definisi renewal dan redevelopment


memiliki persamaan, namun umumnya
redevelopment memiliki skala yang lebih
kecil dibandingkan renewal. Byker Housing di
Newcastle, Inggris
Redevelopment => parsial, penghuni masih merupakan
merupakan penghuni lama penanganan kawasan
permukiman kumuh
Renewal => menyeluruh; fisik, sosial, dengan partisipasi
publik yang
ekonomi, budaya. Penghuni umumnya melibatkan
bukan penghuni asal masyarakat dalam
proses desain.
PENGERTIAN

Urban Regeneration (1990’s)


Didefinisikan sebagai penciptaan
struktur perkotaan baru pada
lingkungan dengan kualitas yang
buruk dengan intervensi lingkungan
perkotaan komperhensif untuk
meningkatkan baik aspek fisik
maupun sosial (Cowan,2005).

Waterfront Toronto merupakan


contoh proyek urban regeneration
berskala besar yang dimulai tahun
1999 sebagai perencanaan untuk
meningkatkan aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan
PENGERTIAN

Urban Transformation (2000’s)


Urban transformation melibatkan
kebijakan regional (bahkan
internasional) dalam peningkatan
struktur perkotaan eksisting dalam
rangka mewujudkan perkembangan
kota yang mempertimbangkan
kelayakan huni (livability) dan vitalitas
(Bosselman, 2008).

The Loop City merupakan strategi regional yang mengintegrasikan


pengembangan kota-kota tetangga di Denmark & Swedia: Copenhagen,
Helsingor, Helsinborg, Lund dan Malmö.

Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan pengembangan yang


komperhensif secara sosial, lingkungan dan ekonomi dengan pemadatan
di area tepi pusat kota Copenhagen.
KONSERVASI
Issue Conventional design Ecological design
Kenapa perlu melakukan
Konservasi? Key criteria Economic return Human and ecological health

Form Standard approaches are copied Designs respond to the bioregion


Conventional vs Ecological Design around the globe and local culture, needs and
conditions
Kemajuan ilmu pengetahuan telah Energy Bias toward nonrenewable fossil Bias toward renewable energy
mengakibatkan pergeseran paradigma dari fuels and nuclear energy and reduction of greenhouse
gases
antroposentrime menuju ekologi, menuju
suatu simbiosis dari beragam nilai Materials use High degree of waste, with air, Emphasis of reuse, recycling,
water and land degradation ease of repair, flexibility, and
(Kurokawa, 1995).
durability.
Bahwa desain yang baik adalah desain Time horizon Short term Long run
yang berkelanjutan (sustainable), tidak Spatial scale Focus on one scale Consider interrelationships
hanya economically, tapi juga and integrate across is visible
environmentally dan socially. Relationship with Design in imposed on nature for Design works with nature as a
environment better control, nature is hidden partner, nature is visible
Hal inilah yang membuat urban renewal
Knowledge base Narrow disciplinary focus Integrate across disciplines
banyak dikritisi sebagai perwujudan
conventional design yang mempraktikan Decision- making Top-down and expert-driven Participatory
marginalisasi, imperialisme kultural,
J. Leitman, Sustaining Cities (2000)
penyeragaman (monotonisasi) dan
kekerasan sosial (Martokusumo, 2014).
KONSERVASI

Konservasi / Pelestarian diartikan sebagai:

1. Segala proses dalam menjaga sebuah tempat untuk mempertahankan


signifikansi kulturalnya.
2. Termasuk merawat dan, bergantung pada situasinya, termasuk peservasi,
restorasi, rekonstruksi, renovasi (repair), dan adaptasi
3. Seringkali merupakan kombinasi dari beberapa diantaranya.

Konservasi seringkali berhadap-hadapan dengan Peremajaan Kota, dan dalam


beberapa kesempatan dianggap romantisme, elitisme dan menghambat kemajuan.
KONSERVASI

Kenapa perlu melakukan Konservasi?

• Enrich people’s lives,


• Providing a deep and inspirational sense of connection to community and
landscape, to the past and to lived experiences.
• Historical records, that are important as tangible expressions of identity and
experience.
• Reflect the diversity of communities, telling us about who we are and the
past that has formed us and the landscape
• They are irreplaceable and precious.
The Burra Charter, 2000
KONSERVASI

Konservasi vs Preservasi

KONSERVASI, ~ pemugaran/dinamik, aktif (Denkmalpflege/Erhaltung)


Upaya untuk memelihara suatu tempat (lahan, kawasan, gedung, atau
kelompok gedung beserta lingkungannya) sedemikian rupa sehingga makna
(arti sejarah, budaya tradisi, ekologi, dan sebagainya) terpelihara.

PRESERVASI, ~ pelestarian/statis, pasif, museal (Denkmalschutz)


Maintaining the fabric of a place in its existing state and retarding deterioration

KONSERVASI masih memberikan peluang terhadap peningkatan (improvement),


baik fisik maupun ekonomi, selama makna dan signifikansi kulturalnya terjaga.
Sedangkan preservasi mempertahankan apa adanya sesuai kondisi yang diamati
saat ini dan mencegah kerusakan lebih jauh.
OBJEK KONSERVASI

Berdasarkan Skala Objeknya

• Kawasan kota yang luas (makro) atau terjadi pada skala mikro kota, misalnya
pada skala jalan, koridor, kelompok bangunan.
• Skala makro: upaya untuk menghidupkan (mengembalikan vitalitas) sebuah
kawasan kota yang telah mengalami penurunan tersebut.
• Skala mikro: upaya revitalisasi dilakukan terhadap kelompok bangunan, kegiatan
revitalisasi dalam skala bangunan tunggal lebih dikenal sebagai upaya
konservasi, melalui mekanisme preservasi, restorasi, renovasi, rehabilitasi atau
rekonstruksi.
OBJEK KONSERVASI

Cagar Budaya
Menurut UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya”
“Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan
Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya, karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
Pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui penetapan.”

Kriteria pengusulan Cagar Budaya:


1. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, Pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan; dan
4. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
OBJEK KONSERVASI

Signifikansi Budaya/Kultural
Berdasarkan Australian national committee of the International Council on
Monuments and Sites (Australia ICOMOS), signifikansi kultural adalah konsep yang
membantu dalam memperkirakan nilai (value) sebuah tempat.
• Tempat yang diperkirakan memiliki signifikansi adalah tempat yang membantu
pemahaman (understanding) terhadap masa lalu atau memperkaya (enrich)
masa kini, dan yang dapat menjadi value bagi generasi mendatang.
• Value yang dimaksud meliputi; “aesthetic, historic, scientific or social value for
past, present or future generations”
OBJEK KONSERVASI

Signifikansi Budaya/Kultural
Berdasarkan Konvensi UNESCO 1972, benda-benda yang dapat memiliki signifikansi
kultural yaitu:
• monuments: architectural works, works of monumental sculpture and painting,
elements or structures of an archaeological nature, inscriptions, cave dwellings
and combinations of features, which are of outstanding universal value (OUV) from
the point of view of history, art or science;
• groups of buildings: groups of separate or connected buildings which, because of
their architecture, their homogeneity or their place in the landscape, are of
outstanding universal value (OUV) from the point of view of history, art or science;
• sites: works of man or the combined works of nature and man, and areas
including archaeological sites which are of outstanding universal value from the
historical, aesthetic, ethnological or anthropological point of view.
OBJEK KONSERVASI

Signifikansi Budaya/Kultural Signifikansi kultural tidak hanya berupa aspek


teraga (tangible), tapi juga aspek nirraga
(intangible). Integritas (keunggulan, keutuhan)
dan autentisitas (keaslian, orisinalitas) menjadi
alat ukur dalam penilaian benda cagar budaya
yang memiliki signifikansi kultural.
Nilai autentisitas dan integritas budaya Barat
menjadi problematik ketika dihadapkan pada
nilai-nilai budaya Timur yang banyak
melestarikan aspek budaya membangun
daripada bangunan itu sendiri.

Kuil Besar Shinto di kota Ise, Jepang, dibongkar dan


direkonstruksi setiap 20 tahun sekali sebagai upaya
pelestarian proses membangun.
OBJEK KONSERVASI

Signifikansi Budaya/Kultural
Budaya Timur tidak memandang perbedaan
antara cultural heritage dengan natural
heritage. Sistem nilai masyarakat memiliki
hubungan asosiatif dengan pengelolaan
lingkungannya sebagai bagian dari keyakinan
budaya (cultural beliefs).
(Martokusumo, 2019)

Persawahan dengan sistem subak di Bali. Didaftarkan


sebagai situs warisan dunia (world heritage site)
UNESCO pada tahun 2012.
OBJEK KONSERVASI

Historic Urban Landscape (HUL)

Dalam kongres UNESCO di Wina tahun 2005 (World Heritage and Contemporary
Architecture – Managing the Historic Urban Landscape), diperkenalkan gagasan
HUL sebagai sebuah alat untuk menginterpretasikan nilai-nilai dari urban heritage.
Dalam HUL, lingkungan (perkotaan) mesti dilihat sebagai hasil dari sebuah
rangkaian proses kontinum kesejarahan yang dinamis (historical continuum),
serta mengakomodasi perubahan sosial, ekonomi, dan fisik. (Martokusumo,
2021)
Dengan kata lain, HUL mengakomodasi paradigma baru dalam upaya pelestarian
yang mengenali aspektak teraga (intangible) selain aspek teraga (tangible) dalam
lingkungan perkotaan.
OBJEK KONSERVASI

Warisan budaya dalam konteks perkotaan (urban) meliputi:

o Lingkungan Alam (air, daratan dll)


o Lingkunan Binaan, meliputi:
• kawasan,
• situs (arkeologis),
• bangunan/kelompok bangunan (ensemble) dan kawasan kota bersejarah,
• struktur dan
• objek/penggalan, reruntuhan (ruins), pemakaman (pesarean) dll.
(Martokusumo, 2014).
OBJEK KONSERVASI
JENIS KONSERVASI

RESTORASI: Mengembalikan kondisi asal dari sebuah objek/tempat pada kondisi eksisting yang
paling awal diketahui dengan menghilangkan tambahan-tambahan atau menyusun kembali
komponen-komponen eksisting tanpa penggunaan material baru.
REKONSTRUKSI: Mengembalikan sebuah objek/tempat pada kondisi awal yang diketahui sedekat
mungkin, dengan penggunaan material (baru dan lama) sebagai pembeda.
ADAPTASI: Memodifikasi suatu objek/tempat untuk dapat menampung fungsi/kegiatan baru tanpa
mengubah signifikansi kulturalnya (mengubah dengan dampak minimal/tidak permanen).
RENOVASI: upaya mengubah sebagian atau beberapa bagian bangunan tua (interior) agar bangunan
tersebut dapat diadaptasikan untuk mengakomodasi fungsi/kegiatan baru, tanpa menimbulkan
perubahan yang berarti/prinsip bagi keutuhan struktur maupun fasad bangunan tersebut.
GENTRIFIKASI* : proses perubahan struktur komunitas urban (dengan kata lain relokasi penduduk
sebuah kawasan) sebagai dampak dari kegiatan peningkatan kualitas lingkungan fisik, misalnya
peremajaan, renovasi, revitalisasi dll.
*Gentrifikasi seringkali keliru diartikan sebagai upaya pelestarian, padahal merupakan sebuah
fenomena displacement dan replacement. Oleh karena itu selalu bermakna negatif!
PROSES KONSERVASI

Proses Konservasi menurut The Burra Charter

The Burra Charter


The Burra Charter (Piagam Burra) merupakan panduan
dalam konservasi dan manajemen tempat bersignifikansi-
kultural (cultural heritage places), dan didasarkan kepada
pengetahuan dan pengalaman anggota Australia ICOMOS.
Proses investigasi, pengambilan kebijakan, dan tindakan
konservasi dari The Burra Charter adalah sebagaimana
gambar di samping.
Setiap proses tersebut dapat berulang-ulang dan
dilakukan berkali-kali (iterative).
PROSES PEREMAJAAN KOTA
• Wilayah yang diremajakan dilihat sebagai sub-sistem kota, maka peremajaan kota
merupakan bagian integral dari suatu rencana pembangunan kota
• Muatan yang terkandung dari program peremajaan kota harus sesuai dengan
kebijaksanaan pembangunan kota secara keseluruhan
Prosesnya meliputi:
RANCANG KOTA DAN MAKNA TEMPAT

Bagaimana Rancang Kota berkontribusi dalam upaya Konservasi?


(Martokusumo, 2014)

• Pertimbangan terhadap townscape, berkaitan langsung dengan kualitas visual dari


bangunan atupun kelompok bangunan
• Tinjauan terhadap public realm, berkaitan dengan pemanfaatan sosial sebuah ruang
publik pada lingkungan binaan
• Tinjauan terhadap persepsi publik , persepsi publik ini berkaitan dengan kawasan
permukiman, ruang kota dan bangunan serta citra sebuah tempat (‘image’ of the place)
• Pertimbangan dimensi ekologis, pertimbangan tersebut berkenaan dengan isu
pemanfataan sumber daya alamiah lingkungan permukiman yang semakin lama semakin
terbatas, baik yang kasat mata maupun tidak
RANCANG KOTA DAN MAKNA TEMPAT

Bagaimana Rancang Kota berkontribusi dalam upaya Konservasi?


(Martokusumo, 2014)

• Menemukenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi


dan citra tempat).
• Sense of place atau karakter/jiwa tempat (spirit of place).
• Karakter suatu tempat bisa dikenali baik dari bentuk arsitektur (fisik) maupun peran
fungsionalnya (nir-fisik).
• Untuk menjaga kelangsungannya diperlukan usaha “pelestarian” dan pada sisi lain usaha
pemanfaatan yang memenuhi persyaratan ekonomis.
CONTOH KASUS

Bukchon Hanok Village, Seoul


Bentukan rumah tradisional Korea
(Hanok) dipertahankan sesuai desain
aslinya. Fungsi kawasan dominan masih
sebagai hunian (kampung) dengan
beberapa rumah menjadi guest house
dan objek wisata tradisional Korea.
CONTOH KASUS

Trowulan, Mojokerto
Trowulan merupakan sebuah kecamatan di
Mojokerto, Jawa Timur yang dipercaya
sebagai lokasi ibukota kerajaan Majapahit.
Selain berbagai Candi yang telah diketahui,
berbagai artefak baru masih ditemukan di
seluruh kota.
Trowulan menghadapi konflik antara
tuntutan pembangunan akibat
perkembangan kota dan penyelamatan
situs-situs bersejarah.
Beberapa reruntuhan kota Majapahit yang
dapat diselamatkan dijadikan museum
terbuka (open-air museum)
CONTOH KASUS

Kampong Glam, Singapura


Kampong Glam secara historis merupakan
perkampungan etnis Arab & India-Muslim pada
masa pemerintah kolonial Inggris.
Walaupun kini tidak banyak lagi penduduk asli di
sana, Kampong Glam melakukan adaptive reuse
dengan industri kreatif dan café-café anak
muda.
CONTOH KASUS Sebelum Sesudah

Cheonggyecheon Stream, Seoul


Cheonggyecheon Stream berupaya
untuk merekonstruksi sungai yang
semula ada di Seoul namun dihilangkan
untuk pembangunan jalan layang.
Revitalisasi sungai Cheonggyecheon
selain mengembalikan unsur ekologis
sungai, juga menjadikan tujuan utama
wisata dan meningkatkan nilai properti
di sekitarnya.
CONTOH KASUS
Xin Tian Di, Shanghai, China
Xin Tian Di, proyek sejenis dengan Clark
Quay di Singapura “Yesterday meets
tomorrow in Shanghai Today”. Kawasan
perumahan (shikumen) dari abad 19,
yang khas dengan gang dan lorong
sempit dengan suasana 1920-1930.
Shikumen: bentuk arsitektur rumah
tinggal (urban house) yang merupakan
kombinasi budaya berhuni Cina dan
Barat, muncul di Shanghai 1860.
Peremajaan dilakukan dengan
mengubah fungsi shikumen menjadi
multifungsi, dining, drinking, retail,
entertainment centers (boutiques, cafes,
restaurants, bars bertaraf internasional)
(credits: Martokusumo, 2014).
Gudang Selatan 22
Jl. Gudang Selatan,
Bandung.
Adaptive Re-use dari
bangunan bekas
gudang militer menjadi
ruang kreatif anak
muda.

Anda mungkin juga menyukai