Anda di halaman 1dari 2

Bahasa Banjar adalah bahasa sehari-hari yang digunakan oleh suku (etnis) Banjar untuk

berkomunikasi dalam pergaulan. Suku atau etnis Banjar ini mayoritas mendiami wilayah
Propinsi Kalimantan Selatan, sehingga identik dengan propinsi tersebut, apalagi kata
“Banjar” sendiri melekat pada nama ibukota Propinsi Kalimantan Selatan yakni Banjarmasin,
juga pada nama Kabupaten Banjar yang beribukota Martapura, serta Kota Banjarbaru yang
dulunya merupakan Kota Administratif. Perihal bahasa Banjar ini terbagi menjadi 2 dialek;
bahasa Banjar Hulu, dipergunakan oleh masyarakat yang berada di kawasan yang kini disebut
Banua Anam (Benua Enam) yang dulunya sebelum terjadi pemekaran kabupaten masih
disebut Banua Lima. Kawasan Banua Anam ini terbagi menjadi beberapa kabupaten yakni;
Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan
dan Kabupaten Tabalong. Kemudian bahasa Banjar dialek lainnya adalah Bahasa Banjar
Kuala (Muara). Dialek ini dipergunakan oleh masyarakat etnis Banjar yang mendiami
kawasan Kabupaten Banjar, Kota Banjarbaru, Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Tanah
Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru. Perbedaan kedua dialek Bahasa Banjar ini terletak pada
kosa kata, pengucapan, dan penggunaan huruf vokal. Pada dialek Bahasa Banjar Hulu
terdapat banyak kosa kata yang sudah jarang digunakan pada dialek banjar Kuala. Kemudian
cara pengucapan kalimat pada percakapan, dimana Banjar Hulu terdapat irama tertentu, serta
cara pengucapannya yang agak cepat sehingga mereka yang belum mengerti bahasa dan
dialek tersebut akan kesulitan menangkap arti dan maksudnya. Kemudian penggunaan vokal
pada dialek Banjar Hulu yang dipakai hanya vokal A, I, dan U, sedangkan pada Dialek
Banjar Kuala sebaliknya menggunakan seluruh huruf vokal yang tersedia. Jadi pada dialek
Banjar Hulu tak dikenal penggunaan huruf vokal O, E, dan E pepet. Bahkan untuk huruf
vokal O lebih lazim disebut sebagai “U bulat”, sedangkan vokal U sendiri disebut dengan “U
pecah”. Adapun dialek Banjar Kuala sebagian besar sudah hampir mirip dengan Bahasa
Indonesia. Susunan cara membentuk kalimat dalam Bahasa Banjar tak berbeda jauh dengan
Bahasa Indonesia, yakni menggunakan pola SPO (Subjek + Predikat + Objek) dan keterangan
waktu. Subjek dalam Bahasa Banjar adalah : AKU (saya), IKAM (kamu), KITA (kita),
BUBUHANNYA (mereka), dan INYA (dia lelaki/perempuan). Namun beberapa subjek
tersebut akan mengalami perubahan jika lawan bicara lebih tua atau merupakan orang yang
dituakan, dan atau untuk orang yang dihormati. Misalnya ; subjek AKU berubah menjadi
ULUN (sopan), IKAM menjadi PIAN (sopan), dan INYA menjadi SIDIN (sopan). Kemudian
diantara subjek itu akan berubah pula jika penyebutannya dalam dialek Banjar Kuala, yakni
subjek AKU berubah menjadi UNDA, dan IKAM menjadi NYAWA, namun pengunaan
perubahan ini biasanya digunakan pada percakapan terhadap orang yang sebaya, jarang
digunakan untuk percakapan yang melibatkan beberapa orang yang berbeda level baik usia
maupun strata sosial. Lalu predikat atau kata kerja dalam Bahasa Banjar, pada kata dasarnya
kebanyakan hampir mirip dengan yang digunakan pada Bahasa Indonesia. Hanya saja
dikarenakan ada beberapa huruf vokal yang diganti (pada dialek Banjar Hulu), tapi hampir
tak terjadi pada dialek Banjar Kuala. Misalnya, kata kerja MENULIS (kata dasarnya TULIS)
akan menjadi MANULIS, membaca (baca) > MAMBACA, menangis (tangis) >
MANANGIS, berjalan (jalan) > BAJALAN, berangkat > BARANGKAT, mengetik (ketik) >
MANGATIK, tertawa (tawa) > TATAWA, meloncat (loncat) > MALUNCAT, dlsbnya.
Namun banyak pula terdapat predikat atau kata kerja dalam Bahasa Banjar yang sama sekali
tak sama, tak serupa dengan Bahasa Indonesia. Ini contoh beberapa predikat tersebut ;
GURING (tidur), GAWI (kerja), TULAK (pergi), KAMIH (buang air kecil), HIRA (buang
air besar), GANA (diam/tinggal), HADANG (tunggu), TUNTUNG (selesai),dllnya. Untuk
keterangan waktu adalah > RAHATAN atau RAHATANNYA (sedang mengerjakan),
SATUMAT (sebentar), SATUMAT LAGI (sebentar lagi), LAWAS (lama), HARI INI (hari
ini), WAYAH INI atau biasa disingkat WAHINI (saat ini), KAINA (nanti), KAMARIAN
KAINA (sore nanti), SAMALAM (kemaren atau beberapa hari lalu), ISUK (besok),
KA’ISUKANNYA (besok lusa), MALAM TADI (tadi malam), MALAM SAMALAM
(malam lalu), MINGGU SAMALAM (minggu lalu), BULAN SAMALAM (bulan lalu),
TAHUN SAMALAM (tahun lalu). Contoh kalimat : “AKU RAHATAN GURING PAS
IKAM DATANG KA RUMAHKU” (Aku sedang tidur ketika kamu datang ke rumahku).
“LAWAS KAH LAGI HANYAR TUNTUNG GAWIAN IKAM ?” (Masih lama kah
pekerjaanmu selesai ?) “AKU ISUK HANDAK TULAK KA BANJARMASIN” (Aku besok
akan pergi ke Banjarmasin) “HADANGI AKU SATUMAT” (Tunggu aku sebentar)

Anda mungkin juga menyukai