Makalah Ulumul Hadsit Terminologi Hadist
Makalah Ulumul Hadsit Terminologi Hadist
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna di muka bumi ini, semua sisi kehidupan manusia dan
makhluk Allah telah digariskan oleh Islam melalui Kalam Allah swt ( Al Qur’an ) dan Al Hadits.
Al Qur’an sudah jelas di tanggung keasliannya oleh Allah swt sampai akhir nanti, bagaimana
dengan Al Hadits.
Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an yang diwariskan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umat Islam. Sebagai sumber hukum kedua, kita sebagai umat Islam
wajib mempelajarinya. Terkhusus kepada para pelajar Muslim, kita harus mengetahui pula
pengertian hadits dan istilah ilmu hadits lainnya berupa sunnah, khabar, dan atsar, persamaan dan
perbedaannya, serta bentuk-bentuk hadits, agar kita dapat mengetahui isi dari hadits dengan baik,
sehingga untuk menularkannya kepada masyarakat pun bisa dilakukan dengan benar.
Di sini penulis akan memaparkan sedikit hasil dari beberapa buku yang telah penulis baca,
berupa pengertian hadits, sunnah, khabar, dan atsar serta stuktur hadist, sanad, matan dan muharij.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Hadist,Sunnah, Khabar, Atsar?
2. Menjelaskan stuktur hadist, sanad, matan dan muhariy?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetehui Pengertian Hadist, Sunnah, Khobar dan Atsar
2. Untuk mengetahui struktur hadist, sanad, matan dan muhariy
BAB II
PEMBAHASAN
كل ما أثرعن النبي صلى هللا عليه وسلم من قول او فعل اوتقرير اوصفة خلقية او
خلقية
Artinya :“Segala sesuatu yang diberikan dari Nabi SAW baik berupa sabda, perbuatan,
taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi”.42
Yang dimaksud dengan “hal ihwal” ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW yang
berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran dan kebiasaan-kebiasaan.
Kedua hadits tersebut di atas menyatakan bahwa unsur Hadits itu terdiri dari tiga unsur yang
ketiga unsur ini hanya bersumber dari Nabi Muhammad, ketiga unsur itu adalah:
a. Perkataan. Yang dimaksud dengan perkataan Nabi Muhammad ialah sesuatu yang pernah
dikatakan oleh beliau dalam berbagai bidang.
b. Perbuatan. Perkataan Nabi merupakan suatu cara yang praktis dalam menjelaskan peraturan
atau hukum syara’. Contohnya cara Sholat.
c. Taqrir. Arti taqrir adalah keadaan beliau mendiamkam, tidak menyanggah atau menyetujui
apa yang dilakukan para sahabat.
Sementara kalangan ulama ada yang menyatakan bahwa apa yang dikatakan hadits itu bukan
hanya yang berasal dari Nabi SAW, namun yang berasal dari sahabat dan tabi’in disebut juga
hadits. Sebagai buktinya, telah dikenal adanya istilah hadits marfu’, yaitu hadits yang dinisbahkan
kepada Nabi SAW, hadits mauquf, yaitu hadits yang dinisbahkan pada shahabat dan hadits maqtu’
yaitu hadits yang dinisbahkan kepada tabi’in.Jumhur Al-Muhadditsin berpendapat bahwa
pengertian hadits merupakan pengertian yang terbatas sebagai berikut: “Sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Baik berupa perkataan, perbuatan, penyataan (taqrir) dan
sebagainya”
Sebagaimana disebutkan oleh Muhammad Mahfuzh Al-Tirmizi, yaitu:
أن الحديث اليحتث بالمرفوع اليه صلى هللا عليه وسلم بل جاء بلموقوف وهو ما
أضيف الى الصحابى والمقطوع وهو ما أضيف للتبعي
Artinya: “Bahwasanya hadits itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu’ yaitu sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi SAW, melainkan bisa juga untuk sesuatu yang mauquf,yang
disandarkan kepada sahabat dn yang maqtu, yaitu yang disandarkan kepada tabi’in” Munzier
Suparta (2001:3)
Berdasarkan pengertian hadits diatas maka kami menyimpulkan bahwa hadits adalah segala
sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang
berhubungan dengan hukum atau ketentuan-ketentuan Allah yang disyariatkan kepada manusia.
Selain itu tidak bisa dikatakan hadits karena ahli ushul membedakan diri Nabi Muhammad dengan
manusia biasa. Yang dikatakan hadits adalah sesuatu yang berkaitan dengan misi dan ajaran Allah
yang diemban oleh Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Ini pun, menurut mereka harus berupa
ucapan, perbuatan dan ketetapannya. Sedangkan kebiasaan-kebiasaan, tata cara berpakaian dan
sejenisnya merupakan kebiasaan manusia dan sifat kemanusiaan tidak dapat dikategorikan sebagai
hadits.
Dengan demikian, pengertian hadits menurut ahli ushul lebih sempit dibanding dengan hadits
menurut ahli hadits
Disamping itu, ada beberapa kata yang bersinonim (muradif) dengan kata hadits seperti:
sunnah, khabar, dan atsar.
2. Definisi As-Sunnah
Menurut bahasa sunnah berarti
الطريقة محمودة كانت اومذمونة
“Jalan yang terpuji atau tercela”.
Firman Allah s.w.t
“Dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah”.
Adapun menurut istilah, ta’rif Sunnah antara lain sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad
ajaj al-khathib:
م من قول اوفعل اوتقريراوصفةخلقية.ما أثر عن النبى ص
Artinya: “Segala yang dinukilkan dari Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik sebelum Nabi diangkat jadi
rasul atau sesudahnya”.
Sabda Nabi SAW,
لتتبعن سنن من قبلكم شبرا بشبرودراعابدراع حتى لودخلواحجرالضب لدخلتموه
Artinya:”sungguh kamu akan mengikuti sunnah-sunnah (perjalanan-perjalan) orang
yang sebelummu” sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga sekiranya
mereka memasuki seorang dan (berupa biawak) sungguh kamu memasuki juga”. (HR.
Muslim)
Menurut istilah as-sunnah adalah pensarah Al-Qur’an, karena Rasulullah bertugas
menyampaikan Al-Qur’an dan menjelaskan pengertiannya. Maka As-asunnah menerangkan
ma’na Al-Qur’an, adalah
a. Menerangkan apa yang dimaksud dari ayat-ayat mudjmal, seperti menerangkan waktu-waktu
sembayang, bilangan raka’at, kaifiyat ruku’, kaifiyat sujud, kadar-kadar zakat, waktu-waktu
memberikan
zakat, macam-macamnya dan cara-cara mengerjakan haji. Karena inilah Rasulullah s.a.w.
bersabda:
Artinya “ambillah olehmu dariku perbuatan-perbuatan yang dikerjakan dalam ibadah haji”.
b. Menerangkan hukum-hukum yang tidak ada didalam Al-Qur’an seperti mengharamkan kita
menikahi seseorang wanita bersamaan dengan menikahi saudaranya ayahnya, atau saudara
ibunya, seperti mengharamkan kita makan binatang-binatang yang bertaring
c. Menerangkan ma’na lafad, seperti mentafsirkan al maghdlubi ‘alaihim dengan orang yahudi
dan mantafsirkan adldlallin, dengan orang nasroni.
3. Khabar
Secara etimologis khabar berasal dari kata :khabar, yang berarti ‘berita’.Adapun secara
terminologis, para ulama Hadits tidak sepakat dalam menyikapi lafadz tersebut.sebagaimana
mereka berpendapat adalah sinonim dari kata hadits dan sebagian lagi tidak demikian.Karena
Khabar adalah berita, baik berita dari Nabi SAW, maupun dari sahabat atau berita dari tabi’in. 3
Sementara Khabar menurut ahli Hadits, yaitu : “Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal
dari Nabi SAW atau dari yang selain Nabi SAW”.
Ulama lain mengatakan Khabar adalah sesuatu yang datang selain dari Nabi SAW, sedang yang
datang dari Nabi SAW disebut Hadits. Ada juga ynag mengatakan bahwa Hadits lebih umum dan
lebih luas daripada Khabar, sehingga tiap Hadits dapat dikatakan Khabar, tetapi tidak setiap
Khabar dikatakan Hadits.
Karena itu, sebagian ulama berpendapat bahwa Khabar itu menyangkut segala sesuatu yang
datang dari selain Nabi SAW. Sedangkan Hadits khusus untuk segala sesuatu yang berasal dari
Nabi SAW.
4. Atsar
Atsar dari segi bahasa artinya bekas sesuatu atau sisa. Sesuatu dan berarti pula nukilan (yang
dinukilkan). Karena doa yang dinukilkan / berasal dari Nabi SAW. Dinamkan doa maksur.
Sedangkan atsar menurut istilah terjadi perbedaan pendapat diantara pendapat para ulama.
Sedangkan menurut istilah:
ماروي عن الصحابة ويحوزاطالقه على كالم النبى ايضا
Artinya: “yaitu segala sesuatu yang diriwayatkan dari sahabat danboleh juga disandarkan pada
perkataan Nabi SAW”.
Jumhur ulama mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi SAW, sahabat dan tabi’in. sedangkan menurut ulama Khurasan bahwa atsar untuk
yang mauquf dan khabar untuk yang marfu’.
B. Struktur Hadist, Sanad, Matan Dan Muharij
1. Sanad
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang berarti mutamad
(sandaran/tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya atau yang sah). Dikatakan
demikian karena haditst itu bersandar kepadanya dan dipegangi atas kebenaranya.
Secara temionologis, sanad adalah silsilah orang-orang yang menghubungkan kepada matan
hadits atau jalannya matan, yaitu silsilah para perawi yang memindahkati (meriwayatkan) matan
dari sumbernya yang pertama. Silsilah orang ialah susunan atau rangkaian orang-orang yang
meyampaikan materi hadits tersebut sejak disebut pertama sampai kepada Rasul SAW, yang
memuat perbuatan, perkataan, taqrir, dan lainnya merupakan materi atau matan hadits. Dengan
pengertian diatas maka sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian orang-orang bukan dilihat
dari sudut pribadi secara perorangan. Sedangkan, sebutan untuk pribadi
yang menyampaikan hadits dilihat dari sudut orang perorangannya disebut dengan rawi.
Sedangkan menurut istilah, yakni jalan yang dapat menghubungkan matan hadist kepada Nabi
Muhammad saw, misalkan hadist yang diwirayatkan oleh Bukhari berikut.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Badri Khaeruman M.Ag, Ulumul Hadist,(CV Pustaka Setia ,2010), h.59-64
Drs.M.Solahudin,MAg, Agus Suryadi,Lc,M.Ag,Ulumul Hadist, (Bandung :Pustaka Setia 2011) h.89-97
Mudasir. 1999. Ilmu Hadits. Bandung: Pustaka Setia.
Sahrani, Sohari. 2010. Ulumul Hadis. Bogor: Ghalia Indonesia.
Solahudin, Agus, dkk. 2011. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia.__