Anda di halaman 1dari 19

BAHAN PENGANTAR

DIREKTUR REGIONAL III

FGD ARAH KEBIJAKAN WILAYAH DALAM


PENYUSUNAN BACKGROUND STUDY RPJMN
2025-2029 DAN PENGEMBANGAN EKOSISTEM
KOMODITAS UNGGULAN TERPILIH SEBAGAI
CORE COMPETENCE PROVINSI NUSA TENGGARA
TIMUR

Kementerian PPN/Bappenas
Senin, 30 Oktober 2023
KEDUDUKAN BS RPJMN DALAM PENYUSUNAN RPJMN 2025-2029

1 2
Background Rancangan
Study RPJMN Teknokratik

3 4 5
Rancangan Rancangan Penetapan
Awal RPJMN Akhir RPJMN RPJMN

• Dokumen Background Study masuk dalam tahap penyiapan


rancangan awal rencana pembangunan sesuai UU No.
24/2005 tentang SPPN.
• Secara teknis, dokumen tersebut akan menjadi masukan
teknokratik dalam penyusunan RPJMN 2025-2029
Sumber: UU SPPN 25/2004

“Rancangan Teknokratik RPJMN Tahun 2025- 2029 disusun berdasarkan:


Science Based Policy dan Kerangka berfikir ilmiah (teknokratik)”

Arahan Menteri PPN/Kepala Bappenas dalam Raker Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN Tahun 2025-2029, September 2023

2
TUJUAN FGD

1
1 2
Tujuan FGD BS RPJMN dalam Tujuan FGD Komoditas Unggulan
Penyusunan RPJMN 2025-2029 Core Competence

Tujuan pelaksanaan Forum Diskusi Daerah


1 Memperoleh penajaman, pandangan, tanggapan,
dan masukan dari berbagai pemerintah daerah,
adalah menjaring masukan/tanggapan dari pihak akademisi, pelaku bisnis, dan masyarakat
adat/petani terkait potensi komoditas core
Pemerintah Daerah terhadap rancangan arah competence di Provinsi Nusa Tenggara Timur
kebijakan kewilayahan tahun 2025-2029 yang
telah disusun untuk Wilayah Bali-Nusa Tenggara,
khususnya Provinsi Provinsi Nusa Tenggara 2 Merekomendasikan komoditas terpilih core
Timur. competence serta ekosistemnya pada Provinsi
Nusa Tenggara Timur.

3
VISI INDONESIA EMAS 2045,
8 AGENDA DAN 17 ARAH PEMBANGUNAN JANGKA
PANJANG, DAN PERTUMBUHAN DAN KONTRIBUSI
EKONOMI WILAYAH 2025 – 2045 DALAM RANCANGAN
AKHIR RPJPN 2025-2045
RANCANGAN AKHIR RPJPN 2025-2045
VISI INDONESIA EMAS 2045

VISI
INDONESIA EMAS
Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan

5 Sasaran Visi:
Negara Nusantara
Negara kepulauan yang memiliki ketangguhan politik, ekonomi,
pertahanan dan keamanan, dan budaya/peradaban bahari
sebagai poros maritim dunia

INDONESIA
2045

Berdaulat Maju Berkelanjutan


Ketahanan, Berdaya, Modern, Lestari dan seimbang antara
Kesatuan, Mandiri, Tangguh, Inovatif, pembangunan ekonomi,
dan Aman dan Adil sosial, dan lingkungan INDONESIA 2025

Sumber: Rancangan Akhir RPJPN 2025-2045 - https://indonesia2045.go.id/


*) KTI mencakup Wilayah Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
5
RANCANGAN AKHIR RPJPN 2025-2045
8 AGENDA DAN 17 ARAH PEMBANGUNAN INDONESIA EMAS 2045

KERANGKA IMPLEMENTASI TRANSFORMASI


Misi 6. Mewujudkan Pembangunan Kewilayahan yang Merata dan Berkeadilan
Misi 7. Mewujudkan Sarana dan Prasarana yang Berkualitas dan Ramah Lingkungan
Misi 8. Mewujudkan Kesinambungan Pembangunan
Sumber: Rancangan Akhir RPJPN 2025-2045 - https://indonesia2045.go.id/
6
RANCANGAN AKHIR RPJPN 2025-2045
PERKIRAAN PERTUMBUHAN DAN KONTRIBUSI EKONOMI WILAYAH 2025 – 2045

Kawasan Timur Indonesia yang mencakup wilayah Wilayah Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua ditargetkan untuk
memberikan kontribusi sebesar 28,5% di tahun 2045.
KAWASAN BARAT INDONESIA KAWASAN TIMUR INDONESIA
2022 2025- 2030- 2035- 2040- 2022 2025- 2030- 2035- 2040-
2029 2034 2039 2045
2029 2034 2039 2045
Pertumbuhan 5,1 5,4-5,8 6,8-7,5 6,1-7,0 5,1-6,0
Pertumbuhan 6,1 6,8-7,4 8,7-9,9 8,0-9,5 6,2-7,7
Kontribusi 78,5 76,7 74,7 72,9 71,5
Kontribusi* 21,5 23,3 25,3 27,1 28,5
KALIMANTAN
2022 2025-
2029
2030-
2034
2035-
2039
2040-
2045 MALUKU
SUMATERA Pertumbuhan 4,9 5,6-6,3 8,5-9,9 7,3-8,9 5,7-7,3 2022 2025- 2030- 2035- 2040-
2029 2034 2039 2045
2022 2025- 2030- 2035- 2040-
2029 2034 2039 2045 Kontribusi* 9,2 9,6 10,5 11,1 11,3 Pertumbuhan 14,2 11,6- 12,5- 10,8- 7,3-9,3
12,4 13,9 12,7
Pertumbuhan 4,7 5,0-5,4 6,7-7,7 6,0-7,1 5,2-6,4
SULAWESI Kontribusi* 0,7 1,0 1,4 1,8 2,0
Kontribusi* 22,0 22,2 22,9 23,0 23,2
2022 2025- 2030- 2035- 2040-
2029 2034 2039 2045

Pertumbuhan 7,1 7,6-8,4 9,0-10,5 8,6-10,3 6,4-8,1


PAPUA
2022 2025- 2030- 2035- 2040-
Kontribusi* 7,0 7,6 7,8 8,1 8,1 2029 2034 2039 2045

JAWA Pertumbuhan 7,0 6,8-7,2 7,8-8,4 7,4-8,2 6,0-


6,9
2022 2025- 2030- 2035- 2040-
2029 2034 2039 2045 Kontribusi* 1,8 2,1 2,4 2,7 3,0

Pertumbuhan 5,3 5,6-5,9 6,8-7,5 6,2-7,0 5,0-5,9 BALI-NUSA TENGGARA


2022 2025- 2030- 2035- 2040-
Kontribusi* 56,5 54,5 51,8 49,9 48,3 2029 2034 2039 2045

Pertumbuhan 5,1 6,8-7,0 8,0-8,3 7,4-8,0 6,6-7,3


Sumber: Rancangan Akhir RPJPN 2025-2045 - https://indonesia2045.go.id/
Kontribusi* 2,7 3,0 3,2 3,4 4,1
*Kontribusi di akhir periode menggunakan scenario 7%
**) KTI mencakup Wilayah Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
7
ARAH KEBIJAKAN PROVINSI NUSA
TENGGARA TIMUR
ISU DAN POTENSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DALAM RANCANGAN RPJPN 2025-2045
POTRET PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2022

LINGKUNGAN
SUMBER DAYA MANUSIA EKONOMI INFRASTRUKTUR TATA KELOLA
HIDUP

Pengelua RT
Indeks Umur Rata- Tingkat Tingkat RT
Harapan ran Per Persenta- Laju dengan Mantap Indeks Indeks Indeks Indeks
Kabupaten/Kota Pemba Harap- Rata Pengang Partisipasi Rerata dengan Rasio
Lama Kapita se Pertum Akses Jalan Kualitas Risiko Kapasita Demokr
ngunan an Lama guran Angkatan ICOR Akses Elektrifi
Sekolah (ribu Penduduk buhan Air Prov Lingku- Bencana s Fiskal asi
Manu- Hidup Sekolah Terbuka Kerja 2015- Sanitasi kasi RT
(HLS) rupiah/ Miskin Ekono- Minum dan Kab ngan Indone- Daerah Indone-
sia (UHH) (RLS) (TPT) (TPAK) 2019 Layak PLN (%)
(tahun) orang/ (%) mi (%) Layak 2019 (%) Hidup sia* 2021** sia
(IPM) (tahun) (tahun) (%) (%) (%)
tahun) (%)

01 Alor 62.26 61.99 8.43 12.27 7198 2.27 75.07 20.25 2.95 N/A 90.5 81.59 57.59 N/A 67.19 140.31 0.523 N/A

02 Lembata 65.47 67.52 8.25 12.45 7622 4.74 71.89 25.18 2.6 N/A 94.09 88.41 22.35 N/A 70.01 149.60 0.401 N/A

03 Flores Timur 64.93 65.62 7.79 12.94 7918 3.49 74.56 10.75 1.71 N/A 97.93 88 41.96 N/A 67.35 152.80 0.462 N/A

04 Sikka 66.06 67.86 6.96 13.44 8362 4.51 71.62 12.61 3.37 N/A 96.74 79.16 60.8 N/A 52.56 137.78 0.498 N/A

05 Ende 67.97 65.76 8.09 13.81 9413 2.06 75.53 23.00 3.09 N/A 98.87 88.09 29.4 N/A 73.85 138.78 0.446 N/A

06 Ngada 68.26 68.4 8.54 12.73 8997 2.81 78.56 11.93 3.05 N/A 95.78 86.66 47.74 N/A 75.6 128.63 0.455 N/A

07 Manggarai 65.83 67.38 7.62 13.7 7580 3.50 78.52 19.84 2.21 N/A 96.68 62.1 67.51 N/A 72.98 149.56 0.546 N/A
08 Manggarai
64.92 67.73 7.8 12.31 7636 4.91 80.46 17.15 4.12 N/A 85.81 78.09 53.39 N/A 70.47 165.02 0.797 N/A
Barat
Prov. NTT 65.90 67.47 7.70 13.21 7877 3.54 75.23 20.05 3.05 N/A 86.76 73.70 64.48 69.06 73.49 139.23 0.45 77.83

Nasional 72.91 71.85 8.69 13.10 11.479 5.86 68.63 9.54 5.31 6.81 91.05 80.92 58.05 97.63 72.42 N/A N/A 80.41

Sumber: BPS 2023 serta PRaDa 2021 (diolah), Keterangan: *Kelas IRBI:
KemenLHK, BNPB, Kemenkeu, dan PLN <13: Risiko Rendah | 13-144: Risiko Sedang | >144: Risiko Tinggi
: lebih baik dari provinsi dan nasional
**Kelas IKFD:
: diantara provinsi dan nasional <0.530: Sangat Rendah | 0.530-0.727: Rendah | 0.727-1.053: Sedang |
Website: webgis-simrenas.bappenas.go.id/prada 1.053-1.838: Tinggi | >1.838: Sangat Tinggi 99
: lebih rendah dari provinsi dan nasional
ISU DAN POTENSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DALAM RANCANGAN RPJPN 2025-2045
POTRET PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2022

LINGKUNGAN
SUMBER DAYA MANUSIA EKONOMI INFRASTRUKTUR TATA KELOLA
HIDUP

Pengelua RT
Indeks Umur Rata- Tingkat Tingkat RT
Harapan ran Per Persenta- Laju dengan Mantap Indeks Indeks Indeks Indeks
Kabupaten/Kota Pemba Harap- Rata Pengang Partisipasi Rerata dengan Rasio
Lama Kapita se Pertum Akses Jalan Kualitas Risiko Kapasita Demokr
ngunan an Lama guran Angkatan ICOR Akses Elektrifi
Sekolah (ribu Penduduk buhan Air Prov Lingku- Bencana s Fiskal asi
Manu- Hidup Sekolah Terbuka Kerja 2015- Sanitasi kasi RT
(HLS) rupiah/ Miskin Ekono- Minum dan Kab ngan Indone- Daerah Indone-
sia (UHH) (RLS) (TPT) (TPAK) 2019 Layak PLN (%)
(tahun) orang/ (%) mi (%) Layak 2019 (%) Hidup sia* 2021** sia
(IPM) (tahun) (tahun) (%) (%) (%)
tahun) (%)

09 Nagekeo 66.22 67.56 7.91 12.51 8433 2.97 71.02 12.05 3.12 N/A 93.06 88.3 44.78 N/A 71.33 156.00 0.318 N/A
10 Manggarai
62.3 68.29 7.91 12.3 6145 1.89 82.55 25.35 3.74 N/A 80.45 51.83 34.54 N/A 53.36 166.80 0.455 N/A
Timur
11 Sumba Barat 64.43 67.35 6.85 13.15 7627 2.98 73.95 27.47 3.23 N/A 81.55 52.84 49.87 N/A 47.84 128.40 0.453 N/A

12 Sumba Timur 66.17 65.38 7.33 12.85 9641 2.61 79.66 28.22 2.63 N/A 74.88 59.76 54.14 N/A 63.21 145.20 0.643 N/A

13 Sumba Tengah 62.71 68.65 6.73 13.12 6288 1.21 76.71 32.51 2.58 N/A 61.18 54.29 37.32 N/A 67.88 118.80 0.360 N/A
14 Sumba Barat
63.15 68.79 6.37 13.09 6779 1.97 77.22 27.16 3.8 N/A 80.41 45.83 51.01 N/A 61.94 138.00 0.513 N/A
Daya
15 Kupang 65.04 65.28 7.41 13.88 7776 3.23 75.32 21.70 2.84 N/A 83.06 78.15 77.15 N/A 78.26 173.50 0.517 N/A
16 Timor Tengah
62.73 66.68 6.76 12.6 7118 1.99 82.44 25.45 3.11 N/A 70.81 60.52 51.87 N/A 69.15 155.57 0.600 N/A
Selatan
Prov. NTT 65.90 67.47 7.70 13.21 7877 3.54 75.23 20.05 3.05 N/A 86.76 73.70 64.48 69.06 73.49 139.23 0.45 77.83

Nasional 72.91 71.85 8.69 13.10 11.479 5.86 68.63 9.54 5.31 6.81 91.05 80.92 58.05 97.63 72.42 N/A N/A 80.41

Sumber: BPS 2023 serta PRaDa 2021 (diolah), Keterangan: *Kelas IRBI:
KemenLHK, BNPB, Kemenkeu, dan PLN <13: Risiko Rendah | 13-144: Risiko Sedang | >144: Risiko Tinggi
: lebih baik dari provinsi dan nasional
**Kelas IKFD:
: diantara provinsi dan nasional <0.530: Sangat Rendah | 0.530-0.727: Rendah | 0.727-1.053: Sedang |
Website: webgis-simrenas.bappenas.go.id/prada 1.053-1.838: Tinggi | >1.838: Sangat Tinggi 1010
: lebih rendah dari provinsi dan nasional
ISU DAN POTENSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DALAM RANCANGAN RPJPN 2025-2045
POTRET PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2022

LINGKUNGAN
SUMBER DAYA MANUSIA EKONOMI INFRASTRUKTUR TATA KELOLA
HIDUP

Pengelua RT
Indeks Umur Rata- Tingkat Tingkat RT
Harapan ran Per Persenta- Laju dengan Mantap Indeks Indeks Indeks Indeks
Kabupaten/Kota Pemba Harap- Rata Pengang Partisipasi Rerata dengan Rasio
Lama Kapita se Pertum Akses Jalan Kualitas Risiko Kapasita Demokr
ngunan an Lama guran Angkatan ICOR Akses Elektrifi
Sekolah (ribu Penduduk buhan Air Prov Lingku- Bencana s Fiskal asi
Manu- Hidup Sekolah Terbuka Kerja 2015- Sanitasi kasi RT
(HLS) rupiah/ Miskin Ekono- Minum dan Kab ngan Indone- Daerah Indone-
sia (UHH) (RLS) (TPT) (TPAK) 2019 Layak PLN (%)
(tahun) orang/ (%) mi (%) Layak 2019 (%) Hidup sia* 2021** sia
(IPM) (tahun) (tahun) (%) (%) (%)
tahun) (%)
17 Timor Tengah
64.26 67.35 7.97 13.34 6559 3.51 79.95 21.50 2.8 N/A 87.42 81.98 45.25 N/A 75.56 132.40 0.448 N/A
Utara
18 Belu 63.22 65.28 7.38 12.3 7593 6.00 66.63 14.84 3.19 N/A 92.53 83.96 57.59 N/A 68.82 157.70 0.491 N/A

19 Rote Ndao 63.21 65.26 7.76 13.21 6719 3.64 73.20 27.45 3.56 N/A 82.12 88.82 38.11 N/A 67.77 142.40 0.368 N/A

20 Sabu Raijua 57.9 60.87 6.77 13.17 5558 3.29 76.71 28.73 3.02 N/A 59.96 69.6 24.2 N/A 43.88 102.40 0.444 N/A

21 Malaka 61.34 65.34 7.12 12.81 6250 3.30 76.38 15.26 3.73 N/A 89.68 70.88 66.64 N/A 46.68 157.70 0.344 N/A

22 Kota Kupang 80.2 70.11 11.61 16.43 13513 8.55 61.33 8.61 3.43 N/A 94.07 82.74 74.04 N/A 64.07 98.53 0.778 N/A

Prov. NTT 65.90 67.47 7.70 13.21 7877 3.54 75.23 20.05 3.05 N/A 86.76 73.70 64.48 69.06 73.49 139.23 0.45 77.83

Nasional 72.91 71.85 8.69 13.10 11.479 5.86 68.63 9.54 5.31 6.81 91.05 80.92 58.05 97.63 72.42 N/A N/A 80.41

Sumber: BPS 2023 serta PRaDa 2021 (diolah), Keterangan: *Kelas IRBI:
KemenLHK, BNPB, Kemenkeu, dan PLN <13: Risiko Rendah | 13-144: Risiko Sedang | >144: Risiko Tinggi
: lebih baik dari provinsi dan nasional
**Kelas IKFD:
: diantara provinsi dan nasional <0.530: Sangat Rendah | 0.530-0.727: Rendah | 0.727-1.053: Sedang |
Website: webgis-simrenas.bappenas.go.id/prada 1.053-1.838: Tinggi | >1.838: Sangat Tinggi 1111
: lebih rendah dari provinsi dan nasional
HIGHLIGHT ISU WILAYAH BALI – NUSA TENGGARA 2025-2029

Rendahnya kualitas SDM akibat kualitas pelayanan pendidikan dan


Rendahnya adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim dan risiko bencana
kesehatan yang belum optimal, serta kualitas hidup masyarakat yang belum
(gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api aktif; dan bencana
optimal:
hidrometeorologi):
a. Angka prevalensi stunting berada di atas rata-rata nasional (NTT
a. Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) berada di atas angka nasional untuk
37.80% dan NTB 31.40%)
Provinsi NTT.
b. Kabupaten/Kota di Wilayah Bali – Nusa Tenggara belum tereliminasi
b. Prevalensi Ketidakcukupan Pangan Provinsi NTT ada di atas angka nasional
Malaria (NTT 15/22 Kab/Kota dan NTB 4/10 Kab/Kota)
(13,74)
c. Kusta dan ISPA
d. IPM masih di bawah nasional, terutama NTT (65.90) dan NTB (69.46)
e. Persentase kemiskinan tinggi di atas nasional, terutama NTT (20.23%) Rendahnya akses dan ketersediaan infrastruktur dasar serta konektivitas intra
dan NTB (13.82%) dan antar wilayah, serta pemanfaatan potensi EBT yang belum optimal:
a. Akses sanitasi aman dan penanganan sampah berada di bawah nasional,
terutama NTT (2.35%) dan NTB (6.10%)
Belum optimalnya pengembangan koridor pariwisata Wilayah Bali-Nusa
b. Tampungan perkapita (m3/kap) masih di bawah nasional, terutama NTT
Tenggara dalam menarik wisatawan Nusantara dan mancanegara ke Wilayah
(13.75) dan Bali (7.23)
Nusa Tenggara:
c. Akses terhadap Rumah Layak Huni di Provinsi NTT (41.80%) masih di bawah
a. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali (8,1 juta wisatawan Nusantara
nasional
& 2,2 juta wisatawan mancanegara) tidak sebanding dengan wisatawan
d. Pemenuhan kebutuhan listrik perkapita (kWh) Provinsi NTT dan NTB hanya
yang berkunjung ke Wilayah Nusa Tenggara (1 juta wisatawan Nusantara
sekitar 20-40 persen dari angka nasional
dan 61 ribu wisatawan mancanegara di Provinsi NTB, 744 ribu wisatawan
e. Porsi kapasitas pembangkit listrik terbarukan Wilayah Bali – Nusa Tenggara
Nusantara dan 58 ribu wisatawan mancanegara di Provinsi NTT)
masih di bawah nasional
b. Rendahnya indeks potensi ekonomi kreatif daerah Provinsi NTB dan
f. Kemantapan Jalan di level Provinsi dan Kab/Kota masih di bawah nasional
Provinsi NTT yang mendukung potensi pariwisata
untuk Provinsi NTT

Belum optimalnya hilirisasi dan nilai tambah komoditas unggulan sektor Belum optimalnya upaya pelestarian budaya lokal, perlindungan lingkungan,
pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan: pesisir, pulau kecil, dan ekosistem alam, serta partisipasi tokoh lokal dalam
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi NTT (3.05%)dan Bali (4.84%) pembangunan
berada di bawah angka nasional
b. IPEI (Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif) Provinsi NTT (5.24) berada Belum optimalnya stabilitas pertahanan dan keamanan, seperti praktik IUU
di bawah angka nasional Fishing dan pada wilayah perbatasan dengan negara tetangga
12
RANCANGAN AKHIR RPJPN 2025-2045
ARAH KEBIJAKAN WILAYAH BALI-NUSA TENGGARA
Pembangunan Wilayah Bali-Nusa Tenggara selama 20 tahun ke depan diarahkan sebagai “Superhub Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Nusantara Bertaraf Internasional” yang akan mendorong pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif ke Wilayah Timur Indonesia.

• Wilayah Bali-Nusa Tenggara


berkontribusi pada
perekonomian Indonesia
sebesar 2,7% pada tahun
2022.
• Pada tahun 2045 Bali-Nusa
Tenggara berpotensi
meningkatkan kontribusinya
menjadi 4,1% apabila rata-
rata pertumbuhan pulau
terjaga pada sekitar 6,6-7,3
per tahun.
BASELINE DAN TARGET PERTUMBUHAN DAN
KONTRIBUSI EKONOMI WILAYAH BALI-NUSRA

2022 2025- 2030- 2035- 2040-


2029 2034 2039 2045

Pertumbuhan 5,1 6,8-7,0 8,0-8,3 7,4-8,0 6,6-7,3

Kontribusi* 2,7 3,0 3,2 3,4 4,1


Pertama, pengembangan kualitas Kedua :
dan daya saing sumber daya ❑ Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru yaitu Ketiga, peningkatan infrastruktur dasar dan konektivitas intra dan antar Wilayah Bali-
manusia (SDM) lokal yang akan kawasan pariwisata; Nusa Tenggara yang menjadi backbone pembangunan pusat-pusat pertumbuhan wilayah.
menjadi modal dasar pembangunan ❑ Sentra-sentra produksi komoditas unggulan di kawasan Keempat, penguatan tata kelola pembangunan wilayah untuk mewujudkan
Wilayah Bali-Nusa Tenggara ke depan; perdesaan serta sentra pengolahan dan sentra pemasaran kepemimpinan unggul dan masyarakat sipil yang partisipatif yang akan menopang
khususnya disesuaikan dengan sektor di kawasan perkotaan; dan percepatan pembangunan wilayah, serta upaya penguatan pertahanan dan keamanan
potensial Wilayah Bali-Nusa Tenggara ❑ Optimalisasi kawasan eksisting dengan fokus pada dalam mewujudkan stabilitas wilayah untuk memperkuat dan mengoptimalkan
yaitu pertanian, peternakan, perikanan, peningkatan penyerapan tenaga kerja lokal dan nilai investasi pembangunan Wilayah Bali-Nusa Tenggara.
dan pariwisata, serta didukung oleh melalui PMA dan PMDN dengan mempertimbangkan aspek
infrastruktur pelayanan dasar yang kebencanaan, serta daya dukung dan daya tampung Kelima, peningkatan ketahanan sosial, budaya, dan ekologi untuk mewujudkan
berkelanjutan. lingkungan hidup. pembangunan wilayah yang adaptif dan berkelanjutan.

Sumber: Rancangan Akhir RPJPN 2025-2045 - https://indonesia2045.go.id/


13
RANCANGAN TAHAPAN PEMBANGUNAN WILAYAH BALI-NUSA TENGGARA 2025-2045

Tahap I: 2025-2029 Tahap II: 2030-2034 Tahap III: 2035-2039 Tahap IV: 2040-2045
Perkuatan Transformasi Akselerasi Transformasi Perwujudan Wilayah
Ekspansi Global Wilayah
Wilayah Bali-Nusa Tenggara Wilayah Bali-Nusa Tenggara Bali-Nusa Tenggara sebagai
Bali-Nusa Tenggara sebagai
sebagai Superhub Pariwisata sebagai Superhub Pariwisata Superhub Pariwisata dan
Superhub Pariwisata dan
dan Ekonomi Kreatif Nusantara dan Ekonomi Kreatif Nusantara Ekonomi Kreatif Nusantara
Ekonomi Kreatif Nusantara
yang Bertaraf Internasional. yang Bertaraf Internasional. yang Bertaraf Internasional.
yang Bertaraf Internasional.

14
RANCANGAN ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH
RANCANGAN ARAH KEBIJAKAN WILAYAH BALI-NUSA TENGGARA 2025-2029

Diperlukan pengembangan
ekosistem komoditas unggulan terpilih core competence
sebagai upaya strategis yang dapat mempercepat
pengembangan potensi utama penggerak perekonomian
(prime mover) untuk mewujudkan transformasi ekonomi
Pemenuhan tenaga kesehatan dan dan penanganan stunting, penyakit
endemik (malaria), ISPA, dan kusta, terutama di daerah afirmasi

TRANSFORMASI EKONOMI
Percepatan pembangunan dan peningkatan kualitas destinasi pada kawasan prioritas
TRANSFORMASI SOSIAL

• Bali: melalui penguatan atraksi dan amenitas;


• NTB: stunting, ISPA; • Bali: Ekonomi Kerthi Bali dan Nusa Dua Bali
• NTT: malaria, stunting, ISPA, dan kusta. • NTB: Kawasan Mandalika, Lombok-Gili Tramena
Pengembangan SDM melalui peningkatan partisipasi pendidikan dan • NTT: Kawasan Pariwisata Premium Komodo dan Labuan Bajo
pengadaan prodi perguruan tinggi STEAM sesuai kebutuhan DUDI. Pengembangan sentra-sentra berbasis pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan
• Bali: pariwisata, pertanian, peternakan, perikanan, dan ekonomi kreatif; penopang kepariwisataan
• NTB: pariwisata, pertanian, peternakan, perikanan, dan ekonomi kreatif; • Bali: pertanian organik
• NTT: pariwisata, pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. • NTB: pertanian (kemiri, kelapa, bambu, tembakau) dan perikanan (tangkap dan budidaya);
Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dan pendidikan, terutama • NTT: pertanian, perkebunan (kopi, jambu mete), peternakan (sapi), dan perikanan
di daerah afirmasi (Bali, NTB, NTT) (rumput laut dan perikanan tangkap)
Pengurangan kemiskinan pada perdesaan dan daerah afirmasi 3T (Bali, NTB, NTT) Peningkatan diversifikasi ekonomi Bali dengan penerapan Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali 15
RANCANGAN ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH
HIGHLIGHT PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT SEBAGAI SALAH SATU KOMODITAS UNGGULAN
CORE COMPETENCE DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Dalam rangka transformasi ekonomi, komoditas unggulan


terpilih core competence yang berorientasi masa depan
perlu diidentifikasi beberapa aspek, diantaranya:
1. Aspek potensi ekspor, produksi, dan sumbangan
ekonomi wilayah dan permintaan impor di bidang
ekonomi regional untuk mendorong transformasi
ekonomi wilayah.
2. Rantai nilai dengan melihat pohon industri dan jalur
tata niaga serta pelaku utama produk turunan.
3. Posisi core competence wilayah dibandingkan dengan
wilayah/negara lain
4. Ekosistem core competence terpilih dari masing-
masing wilayah (pusat produksi, pengolahan,
perdagangan, pasar, pusat inovasi, SDM pendukung,
regulasi pendukung, dan lembaga pengelola (apabila
dibutuhkan))
Contoh Pohon Industri
5. Potensi kerja sama antara pemerintah dan non- Rumput Laut sebagai salah
pemerintah yang perlu dilakukan sesuai dengan satu Core Competence di
ekosistem wilayah yang dibangun Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber: jurnalpost.com, Pohon Industri Produk Rumput Laut 16


RANCANGAN ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH
RANCANGAN ARAH KEBIJAKAN WILAYAH BALI-NUSA TENGGARA 2025-2029

Pengembangan pelabuhan simpul utama dan bandara utama


DUKUNGAN INFRASTRUKTUR

• Bali: Pelabuhan di Kota Denpasar (Pelabuhan Benoa), Pelabuhan di Kab. Buleleng (Pelabuhan Celukan Bawang), serta Bandara di Kab. Badung (Bandara Internasional I Gusti
Ngurah Rai)
• NTB: Pelabuhan di Lombok Barat (Pelabuhan Lembar), Lombok Timur (Pelabuhan Kayangan), Sumbawa Barat (Pelabuhan Poto Tano), Kab. Bima (Pelabuhan Sape); serta
Bandara di Lombok Tengah (Bandara International Lombok)
• NTT: Pelabuhan di Kota Kupang (Pelabuhan Tenau dan Bandara Internasional El Tari); serta Bandara di Kab. Manggarai Barat (Pelabuhan Labuan Bajo)
Pengembangan infrastruktur energi baru terbarukan (EBT) (Bali, NTB, NTT)

Peningkatan infrastruktur konektivitas dan aksesibilitas dalam mendukung koridor pariwisata Bali-Nusa Tenggara (Bali, NTB, NTT)

Peningkatan dan pemerataan akses terhadap infrastruktur dasar sanitasi dan air minum layak, serta persampahan, terutama di daerah afirmasi (Bali, NTB, NTT)

Percepatan pemerataan dan pembangunan infrastruktur TIK dan ketenagalistrikan, terutama afirmasi (Bali, NTB, NTT)

Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dan pendidikan, terutama di daerah afirmasi (Bali, NTB, NTT) 17
RANCANGAN ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH
RANCANGAN ARAH KEBIJAKAN WILAYAH BALI-NUSA TENGGARA 2025-2029

Penguatan pelayanan publik, keterbukaan informasi publik, serta


pengelolaan fiskal daerah (Bali, NTB, NTT)

Penguatan kemandirian daerah berbasis perikanan, perkebunan,


peternakan, dan pariwisata
• Bali: pariwisata, pertanian, peternakan, perikanan, dan
ekonomi kreatif;
• NTB: pariwisata, pertanian, peternakan, dan perikanan;
• NTT: pariwisata, pertanian, perkebunan, peternakan, dan
SUPREMASI HUKUM DAN STABILITAS
TRANSFORMASI TATA KELOLA SERTA

perikanan.

Percepatan digitalisasi pelayanan publik secara menyeluruh dan


percepatan peningkatan SDM ASN berkualitas (Bali, NTB, NTT)
Penguatan pelestarian budaya lokal, partisipasi tokoh lokal/adat sebagai mitra pemerintah
Perluasan penegakan regulasi, pertahanan keamanan, penguatan dalam pembangunan; serta pengakuan hak masyarakat adat (Bali, NTB, NTT)
kolaborasi dan kerjasama antarpihak terutama dalam memberantas
IUU fishing pada perbatasan perairan di WPP 573 dan negara- Penguatan diversifikasi pangan lokal

KETAHANAN SOSIAL BUDAYA


negara tetangga untuk pengelolaan perbatasan, pengembangan • Bali:
• NTB: Padi, Jagung, Sorgum
pengelolaan lintas wilayah (transboundary management), serta
• NTT: Padi, Jagung, Sorgum

DAN EKOLOGI
peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan wilayah
(Bali, NTB, NTT) Penguatan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim dan risiko bencana
• Bali: tsunami
Penataan keuangan daerah dengan melakukan intensifikasi • NTB: gempa bumi, banjir, tanah longsor, kekeringan, erupsi gunung api aktif; dan
pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah, pemanfaatan bencana hidrometeorologi
pembiayaan alternatif, peningkatan kualitas belanja daerah, • NTT: gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api aktif; dan bencana hidrometeorologi;
optimalisasi pemanfaatan transfer ke daerah dan sinergi
perencanaan dan penganggaran prioritas daerah dengan prioritas peningkatan upaya pelestarian lingkungan dengan mempertimbangkan karakteristik
kepulauan, kerentanan ketersediaan air, serta risiko bencana (Bali, NTB, NTT)
nasional (Bali, NTB, NTT)
18
Peningkatan perlindungan sumber daya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil (Bali, NTB, NTT)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai