Anda di halaman 1dari 10

Nama : Carissa Gianika ‫ِبْس ِم ِهَّللا الَّرْح َمِن الَّر ِح يم‬

Bismillahirrahmanirrahim
NIM : 02230200008

UTS : DINAMIKA KELOMPOK

Dosen : Fajar Saputra, SKM, M.Kes

SOAL

1) Bagaimana Anda mendefinisikan dinamika kelompok? Jelaskan dengan singkat.


 Dinamika Kelompok adalah proses interaksi antara anggota kelompok yang saling
berinteraksi dengan cara bertukar ide, pendapat, dan informasi. Ini termasuk komunikasi
verbal, nonverbal, dan juga komunikasi melalui media. Dinamika Kelompok juga
Merupakan kelompok yang terdiri dari dua/lebih individu yang mempunyai hubungan
psikologis dengan jelas antara anggota satu dengan lainnya serta berlangsung dalam
situasi yang dialami.
Dinamika Kelompok terdiri dari kata dinamika dan kelompok. Kata dinamika berasal dari
kata dinamis yang artinya bergerak dan kata kelompok yang berarti sekumpulan orang
yang berkumpul dan berinteraksi serta mempunyai tujuan bersama.

2) Apa perbedaan antara kelompok formal dan informal? Berikan contoh untuk masing-masing.
 Kelompok Formal : Organisasi yang dibentuk secara sengaja. Dalam kelompok formal
terdapat bagian-bagian yang diserahi tugas dan tanggung jawab khusus. Setiap bagian
mengerjakan tugasnya tertentu yang bersifatkhusus demi tercapainya tujuan bersama.
 Kelompok formal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok komando (command
group) dan kelompok tugas (task group). Diperguruan tinggi misalnya, biro-biro,
fakultas-fakultas dan unit-unitlainnya yang ada di lingkungan suatu perguruan
tinggi atau departemen yang ada dalam perusahaan.
 Contoh kelompok formal: kelompok kerja, panitia, departemen kecil, dan
pemerintah.
 Misalnya : Unit kepolisian lalu lintas terdiri atas bagian-bagian, yaitu bagian
administrasi, lapangan atau patroli, logistik, pembinaan atau penyuluhan.
 Kelompok Informal : Organisasisosialyang terbentuk secara tidak sengaja. Kelompok
informal tidak memiliki struktur yang jelas , walaupun keberadaannya merupakan bagian
dan struktur masyarakatsecara umum.
 Kelompok informal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok persahabatan dan
kelompok kepentingan. Kelompok persahabatan terbentuk karena adanya
kesamaan-kesamaan tentang suatu hal, seperti kesamaan hobi, status
perkawinan, jenis kelamin, latar belakang, pandangan politik dan lain
sebagainya.
 Contohnya seperti: berkawan, kasih-sayang serta pembinaan ,karangtaruna
dan,pendidikan.
 Misalnya : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd,dan
kemping ke gunung sinabung rame-ramedengan teman-teman.
3) Bagaimana peran pemimpin dalam membentuk dan memengaruhi dinamika kelompok?
 Seperti kata Mahatma Gandhi : Kepemimpinan bukanlah tentang memegang kendali. Ini
tentang menjaga mereka yang berada di bawah tanggung jawab Anda ~ Mahatma
Gandhi"

Dalam suatu Dinamika Kelompok, seorang pemimpin memainkan peran penting dalam
menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi. Kepemimpinan, yang
merupakan kekuatan pendorong di balik dinamika ini, mempunyai potensi untuk
mendorong suatu kelompok menuju kejayaan atau menjerumuskannya ke dalam
disfungsi.

Seorang pemimpinan dalam Dinamika Kelompok memiliki pengaruh yang besar


terhadap dinamika kelompok. Misalnya, pemimpin otokratis, cenderung melakukan
kontrol ketat terhadap keputusan, sehingga menghambat kreativitas dan otonomi
kelompok. Sebaliknya, para pemimpin demokratis mendorong keterlibatan dan kerja
sama kelompok, sehingga menghasilkan dinamika yang lebih inklusif dan dinamis.
Meskipun tipe kepemimpinan ini dapat menyelesaikan pekerjaan secara efisien dalam
jangka pendek, namun kepemimpinan ini bukanlah tipe kepemimpinan yang paling
cocok, terutama di dunia saat ini di mana karyawan mencari lebih banyak
pemberdayaan dan kebebasan untuk membiarkan kreativitas batin mereka
menghasilkan inovasi. pikiran.

Kepemimpinan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian: Kepemimpinan
Transaksional dan Kepemimpinan Transformasional.

Seorang pemimpin transaksional selalu berorientasi pada tujuan, menetapkan tujuan


yang jelas dengan sangat mementingkan penghargaan dan hukuman dalam mencapai
hasil yang diinginkan. Meskipun jenis kepemimpinan ini memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, saya ingin menyoroti gaya kepemimpinan lainnya –
kepemimpinan Transformasional. Kepemimpinan Transformasional diperkenalkan oleh
James MacGregor – menekankan kemampuan pemimpin untuk menginspirasi dan
mengangkat anggota kelompok agar melampaui harapan mereka sendiri.

Menurut pendapat saya, mereka adalah orang-orang yang menerobos batasan dan
definisi peran dan posisi mereka dengan melampaui apa yang dibutuhkan oleh
pekerjaan mereka. Mereka mempunyai kekuatan untuk memberikan dampak besar
terhadap dinamika kelompok dengan menciptakan visi bersama yang mendorong
individu menuju tujuan bersama.

4) Jelaskan konsep konformitas dalam konteks dinamika kelompok. Apa dampak positif dan
negatif dari konformitas ini?
 konformitas adalah proses mempertahankan atau mengubah perilaku untuk mematuhi
aturan yang berlaku. Konformitas sendiri dilakukan agar dirinya masih bisa diterima
dalam kelompok tersebut. Maka dari itu, konformitas juga merupakan salah satu hal
penting dalam kelompok sosial.
Contoh Sikap Konformitas :
a) Mengubah gaya berpakaian karena aturan suatu kelompok.
b) Mengikuti sebuah tradisi di daerah tertentu meski berbeda pandangan ideologi.
c) Meniru cara berperilaku supaya diterima oleh suatu kelompok.
 Dampak Positif :
a) Meningkatkan kemampuan penyesuaian diri dalam suatu kelompok
b) Langgengnya pertahanan persatuan suatu kelompok
 Dampak Negatif :
a) Seseorang kehilangan jati dirinya dalam suatu kelompok
b) Ketergantungan seseorang terhadap satu individu yang lain
c) Kurangnya rasa percaya diri

5) Bagaimana konflik dapat muncul dalam kelompok dan bagaimana kelompok mengelola
konflik tersebut?
 Konflik dapat muncul salah satunya karena terdapat perbedaan dalam sebuah kelompok
masyarakat yang multikultural, setiap individu pasti memiliki perbedaan pandangan,
pendapat, dan cara berinteraksi. Seringkali perbedaan tersebut berpotensi menimbulkan
terjadinya konflik. Setiap individu maupun kelompok memiliki kepentingan yang
beragam dalam hal ekonomi, sosial, maupun politik. Misalnya, demo kenaikan upah
yang dilakukan para buruh memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
 Cara mengelola konflik tersebut dapat dilakukan dengan Sikap saling menghargai
perbedaan antara individu satu dengan yang lain, yang disebut toleransi. Sikap ini dapat
meminimalisasi terjadinya konflik, sehingga meningkatkan rasa rasa solidaritas di dalam
kehidupan sosial.
Apabila suatu kelompok dalam masyarakat tidak mempunyai sikap toleransi, akan
memicu perpecahan serta cenderung membuat konflik dengan kelompok lain, karena itu
sikap toleransi dapat menciptakan persatuan dan kesatuan.

6) Apa yang dimaksud dengan norma kelompok? Bagaimana norma kelompok dapat
memengaruhi perilaku anggota kelompok?
 Norma kelompok adalah aturan informal (terucap atau tidak terucap) yang diadopsi dan
dipatuhi oleh anggota tim untuk mengatur perilaku mereka dan membantu mereka
berkolaborasi secara lebih efektif.
 Norma kelompok dapat memengaruhi perilaku anggota kelompok karena Norma-norma
ini dapat meningkatkan komunikasi dan mempermudah pencapaian konsensus dalam
pengambilan keputusan serta agar tim mana pun dapat bekerja sama dan berfungsi
sebagai satu unit secara efektif. Selain itu, ketika anggota kelompok sudah jelas
mengenai harapan dan batasan yang ditetapkan oleh norma, mereka dapat
memfokuskan energi mereka pada tugas yang ada daripada mengkhawatirkan perilaku
apa yang dapat diterima.

7) Bagaimana tahapan pembentukan kelompok (forming, storming, norming, performing,


adjourning) mempengaruhi dinamika kelompok?
 Tahapan pembentukan kelompok sangat mempengaruhi dinamika kelompok karena
dalam tahapan satu dengan yang lainnya saling berkaitan dimana terdiri dari forming,
storming, norming, performing dan adjourning. Tahap forming terdiri dari alasan
bergabung dengan kelompok yaitu karena menjalin relasi. Tahap storming terdiri dari
masalah yang sering muncul yaitu antar anggota yang tidak saling memahami. Tahap
norming terdiri dari pembentukan struktur yang dilakukan melalui diskusi dan votting,
pembagian peran dengan cara berdiskusi, pembentukan aturan kelompok dengan cara
berdiskusi, hal yang dilakukan bila anggota tidak komitmen yaitu diberi sanksi, yang
dilakukan bila terjadi konflik internal yaitu menyelesaikan masalah. Tahap performing
terdiri dari yang didapatkan individu dari kelompok yaitu relasi. Tahap adjourning terdiri
dari hal yang menyebabkan bubarnya kelompok yaitu karena kelompok kurang
produktif.

8) Apa perbedaan antara peran formal dan peran informal dalam kelompok? Bagaimana peran
ini dapat membentuk dinamika kelompok?
 Peran formal dan peran informal adalah dua jenis peran yang dapat ditemukan dalam
kelompok. Perbedaan utama di antara keduanya terletak pada sifat dan sumber
wewenang atau pengaruh yang melekat pada peran tersebut.
a.) Peran Formal:
 Definisi: Peran formal adalah peran yang secara resmi ditetapkan dan diakui
dalam struktur organisasi atau kelompok. Peran ini sering kali didasarkan pada
otoritas formal atau posisi dalam hierarki kelompok atau organisasi.
 Contoh: Manajer, supervisor, sekretaris, dan koordinator proyek adalah contoh
peran formal dalam sebuah organisasi.
 Sumber Pengaruh: Peran formal mendapatkan otoritas atau pengaruh dari
struktur formal dan posisi resmi yang dipegang dalam kelompok atau organisasi.
b.) Peran Informal:
 Definisi: Peran informal muncul secara alami dan sering kali tidak ditetapkan
secara resmi dalam struktur organisasi. Peran ini dapat muncul berdasarkan
hubungan interpersonal, kepercayaan, atau keterampilan individu dalam
kelompok.
 Contoh: Penasehat tidak resmi, pemimpin yang dihormati secara informal, dan
orang yang sering diandalkan untuk memberikan saran adalah contoh peran
informal.
 Sumber Pengaruh: Peran informal diberikan oleh pengakuan dan dukungan
rekan-rekan sekelompok, bukan oleh posisi formal dalam struktur organisasi.

Bagaimana Peran Ini Membentuk Dinamika Kelompok:


 Peran Formal: Membantu memberikan struktur dan kerangka kerja bagi
kelompok. Anggota kelompok cenderung mengacu pada individu dengan peran
formal untuk panduan dan pengambilan keputusan. Namun, terlalu kaku dalam
mematuhi struktur formal dapat menghambat fleksibilitas dan kreativitas
kelompok.
 Peran Informal: Dapat memberikan fleksibilitas dan memenuhi kebutuhan sosial
anggota kelompok. Meskipun tidak memiliki otoritas resmi, peran informal
dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dinamika kelompok. Mereka
dapat membentuk budaya kelompok, memfasilitasi komunikasi, dan
memberikan dukungan emosional.

Dalam dinamika kelompok, interaksi antara peran formal dan informal dapat sangat
memengaruhi bagaimana kelompok beroperasi. Pemimpin informal yang dihormati,
misalnya, dapat memainkan peran penting dalam membentuk norma-norma kelompok
dan memengaruhi bagaimana anggota kelompok berinteraksi satu sama lain. Oleh
karena itu, pemahaman yang baik tentang peran formal dan informal dalam kelompok
membantu membentuk struktur dan budaya yang efektif.
9) Jelaskan perbedaan antara cohesiveness dan konformitas dalam konteks kelompok.
 Cohesiveness dan konformitas adalah dua konsep yang berhubungan erat dalam konteks
kelompok, tetapi mereka memiliki arti yang berbeda.
a.) Cohesiveness (kebersamaan):
 Definisi: Kebersamaan merujuk pada sejauh mana anggota kelompok merasa
terhubung satu sama lain dan memiliki keterikatan emosional terhadap kelompok
mereka.
 Faktor-faktor: Kebersamaan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tujuan
bersama, rasa saling percaya, interaksi positif, dan persepsi adanya dukungan sosial
di antara anggota kelompok.
 Dampak positif: Kelompok yang kokoh secara emosional cenderung lebih produktif,
lebih efektif dalam mencapai tujuan, dan anggotanya lebih mungkin tetap setia pada
kelompok tersebut.
b.) Konformitas:
 Definisi: Konformitas merujuk pada kecenderungan seseorang untuk mengikuti
norma-norma atau ekspektasi kelompok, meskipun mungkin bertentangan dengan
keyakinan atau nilai pribadi mereka.
 Faktor-faktor: Konformitas dapat dipengaruhi oleh tekanan sosial, keinginan untuk
diterima oleh kelompok, atau keinginan untuk menghindari konflik atau penolakan.
 Dampak: Konformitas dapat menciptakan konsistensi di dalam kelompok, tetapi
terlalu banyak konformitas tanpa kritisisme dapat menghambat inovasi dan
pemikiran kreatif.
Dengan kata lain, kebersamaan mengacu pada ikatan emosional dan keterikatan anggota
kelompok, sementara konformitas lebih terkait dengan sejauh mana anggota kelompok
cenderung mengikuti norma-norma atau ekspektasi kelompok. Meskipun keduanya dapat
berinteraksi, mereka mewakili aspek yang berbeda dari dinamika kelompok. Sebuah
kelompok yang sangat kokoh (tinggi kebersamaan) mungkin memiliki tingkat konformitas
yang tinggi atau rendah, tergantung pada bagaimana norma-norma kelompok tersebut
membentuk perilaku anggotanya.

10) Apa dampak kepemimpinan transformasional terhadap dinamika kelompok?


 Kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang fokus pada
menginspirasi, memotivasi, dan mengubah anggota kelompok atau organisasi untuk
mencapai kinerja yang luar biasa. Dalam konteks dinamika kelompok, kepemimpinan
transformasional memiliki dampak signifikan yang dapat memengaruhi positif pola
interaksi dan kinerja kelompok. Berikut adalah beberapa dampaknya:

a.) Motivasi Tinggi:


Kepemimpinan transformasional mendorong motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal
dari dalam diri individu. Pemimpin transformasional dapat mengilhami anggota kelompok
untuk bekerja lebih keras dan mencapai tujuan kelompok dengan memberikan visi yang kuat
dan menarik.
b.) Peningkatan Kreativitas:
Kepemimpinan transformasional dapat merangsang kreativitas dalam kelompok dengan
mendorong anggota untuk berpikir di luar batas dan menciptakan solusi inovatif. Pemimpin
transformasional seringkali memberikan kebebasan dan dukungan untuk eksperimen dan
mengambil risiko.
c.) Pembentukan Identitas dan Nilai Bersama:
Pemimpin transformasional membantu membentuk identitas kelompok dan nilai bersama.
Dengan memberikan visi yang kuat dan inspiratif, pemimpin ini dapat membantu anggota
kelompok merasa terhubung satu sama lain dan dengan tujuan bersama, menciptakan rasa
kebersamaan.
d.) Peningkatan Komunikasi:
Kepemimpinan transformasional mendorong komunikasi terbuka dan saling mendukung di
antara anggota kelompok. Pemimpin transformasional seringkali memiliki kemampuan
komunikasi interpersonal yang kuat dan mendorong kolaborasi di antara anggota kelompok.
e.) Peningkatan Kepemimpinan Bersama:
Dalam kelompok dengan kepemimpinan transformasional, terdapat dorongan untuk
mengembangkan kepemimpinan bersama di antara anggota kelompok. Ini berarti bahwa
tidak hanya pemimpin formal yang memegang kendali, tetapi anggota kelompok lain juga
didorong untuk mengambil inisiatif dan memimpin dalam kapasitas mereka sendiri.
f.) Peningkatan Kinerja Kelompok:
Secara keseluruhan, dampak-dampak positif dari kepemimpinan transformasional dapat
mengarah pada peningkatan kinerja kelompok. Anggota kelompok yang termotivasi,
berkomunikasi dengan baik, dan merasa terhubung dengan tujuan bersama cenderung
bekerja lebih efektif dan produktif.

Penting untuk dicatat bahwa kepemimpinan transformasional bukanlah solusi ajaib dan
dampaknya dapat bervariasi tergantung pada situasi dan karakteristik anggota kelompok.
Namun, dalam banyak kasus, kepemimpinan transformasional dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung dan memajukan dinamika kelompok secara positif.

11) Bagaimana pengambilan keputusan dilakukan dalam kelompok? Apa kelebihan dan
kekurangannya?
 Pengambilan keputusan dalam kelompok melibatkan proses di mana anggota kelompok
bekerja sama untuk mencapai suatu keputusan. Ada beberapa metode pengambilan
keputusan dalam konteks kelompok, dan kelebihan serta kekurangannya dapat
bervariasi tergantung pada situasi dan dinamika kelompok. Berikut adalah beberapa
pendekatan umum dan pertimbangan:

Metode Pengambilan Keputusan dalam Kelompok:


a. Konsultasi:
Proses: Seorang pemimpin atau individu dalam kelompok mengumpulkan informasi dan
masukan dari anggota kelompok sebelum membuat keputusan.
Kelebihan: Meningkatkan partisipasi anggota kelompok dan memperkaya keputusan dengan
berbagai perspektif.
Kekurangan: Proses ini bisa memakan waktu dan mungkin sulit mencapai konsensus.
b. Majoritas atau Pluralitas:
Proses: Keputusan diambil berdasarkan mayoritas suara atau pendapat terbanyak di antara
anggota kelompok.
Kelebihan: Proses ini relatif cepat dan sederhana.
Kekurangan: Dapat mengabaikan pandangan minoritas, menyebabkan ketidakpuasan, dan
menghasilkan keputusan yang kurang diperhatikan.

c. Konsensus:
Proses: Anggota kelompok berusaha mencapai kesepakatan yang disepakati bersama, di
mana semua anggota mendukung keputusan.
Kelebihan: Meningkatkan penerimaan dan dukungan terhadap keputusan, serta
memperkuat keterlibatan anggota kelompok.
Kekurangan: Memerlukan waktu dan usaha yang signifikan, dan mungkin sulit dicapai dalam
situasi di mana ada perbedaan pandangan yang besar.

d. Kepemimpinan Otoriter:
Proses: Seorang pemimpin atau otoritas tinggi mengambil keputusan tanpa konsultasi atau
partisipasi anggota kelompok.
Kelebihan: Proses ini dapat sangat efisien dan cepat.
Kekurangan: Mungkin mengabaikan perspektif dan ide anggota kelompok, mengurangi
keterlibatan dan motivasi.

Kelebihan dan Kekurangan Pengambilan Keputusan dalam Kelompok:


Kelebihan:
a) Diversitas Perspektif: Melibatkan berbagai pandangan dan pengetahuan dari
anggota kelompok, menghasilkan keputusan yang lebih terinformasi.
b) Keterlibatan dan Komitmen: Meningkatkan keterlibatan dan komitmen anggota
kelompok terhadap keputusan karena mereka merasa terlibat dalam proses
pengambilan keputusan.
c) Kreativitas: Proses kelompok dapat merangsang kreativitas dan inovasi melalui
kolaborasi dan berbagi ide.

Kekurangan:
a) Waktu dan Energi: Proses pengambilan keputusan dalam kelompok seringkali
memerlukan waktu dan energi yang lebih besar daripada keputusan yang diambil
secara individual.
b) Kompromi yang Suboptimal: Terkadang, keputusan kelompok dapat mencapai
kompromi yang suboptimal karena upaya untuk mencapai kesepakatan.
c) Dominasi Kelompok: Ada risiko dominasi oleh individu atau kelompok tertentu, yang
dapat mengurangi keadilan dalam proses pengambilan keputusan.
d) Kesulitan Mencapai Konsensus: Mencapai konsensus mungkin sulit dalam situasi di
mana terdapat perbedaan pandangan yang besar di antara anggota kelompok.

Penting untuk memilih metode pengambilan keputusan yang sesuai dengan konteks dan
tujuan kelompok. Beberapa keputusan mungkin memerlukan kolaborasi dan partisipasi aktif,
sementara yang lain mungkin lebih cocok untuk keputusan yang cepat dan efisien.
12) Jelaskan konsep sosial loafing dan berikan contoh bagaimana hal ini dapat memengaruhi
kinerja kelompok.
 Sosial loafing adalah fenomena di mana individu dalam kelompok cenderung
mengurangi usaha atau kontribusi mereka saat bekerja secara kelompok dibandingkan
saat bekerja secara individu. Dalam konteks sosial loafing, seseorang mungkin merasa
bahwa kontribusi individualnya tidak akan terlalu berdampak pada hasil akhir kelompok,
sehingga mereka menjadi kurang termotivasi untuk memberikan usaha maksimal.
Contoh Sosial Loafing dan Dampaknya pada Kinerja Kelompok:
Proyek Kelompok di Sekolah:
Situasi: Sebuah kelompok siswa diberi tugas untuk menyelesaikan proyek kelompok yang
nilainya akan diberikan kepada seluruh kelompok.
Sosial Loafing: Salah satu anggota kelompok mungkin merasa bahwa kontribusinya tidak
akan sangat berpengaruh terhadap nilai kelompok atau bahwa anggota kelompok lain akan
menanggung sebagian besar beban kerja.
Dampak: Anggota yang merasa demotivasi ini mungkin tidak memberikan usaha maksimal,
yang dapat mengurangi kualitas dan hasil akhir proyek kelompok.

13) Bagaimana konsep identitas kelompok dapat memengaruhi dinamika kelompok? Berikan
contoh dari pengalaman pribadi atau pengamatan Anda.
 Konsep identitas kelompok mengacu pada cara anggota kelompok mengidentifikasi diri
mereka sendiri sebagai bagian dari kelompok tertentu dan bagaimana identitas ini
memengaruhi perilaku dan interaksi mereka dalam konteks kelompok. Identitas
kelompok dapat memiliki dampak yang signifikan pada dinamika kelompok melalui
beberapa cara, seperti membentuk norma-norma kelompok, merangsang kohesivitas
kelompok, atau bahkan memicu konflik dengan kelompok lain. Berikut adalah contoh
dari pengalaman pribadi atau pengamatan yang dapat memperjelas konsep ini:
Contoh: Proyek Kelompok di Sekolah Tinggi
Situasi:
Saat saya berada di perguruan tinggi, kami diberi tugas untuk menyelesaikan proyek
kelompok besar sebagai bagian dari program studi kami.
Konsep Identitas Kelompok dan Pengaruhnya:
a. Identifikasi dengan Program Studi:
Anggota kelompok kami sangat mengidentifikasi diri dengan program studi yang sama.
Mereka berbagi minat, nilai, dan tujuan akademis yang serupa.
b. Pembentukan Norma-Norma Kelompok:
Identitas kelompok kami memengaruhi pembentukan norma-norma kelompok. Kami
cenderung memiliki standar kualitas kerja yang tinggi dan ekspektasi terhadap kontribusi
yang serius karena kami semua berbagi ambisi akademis yang kuat.
c. Kohesivitas Kelompok:
Identifikasi dengan program studi kami memperkuat kohesivitas kelompok. Kami merasa
saling terkait dan mendukung satu sama lain karena kami memiliki tujuan akademis yang
serupa.
d. Konflik dengan Kelompok Lain:
Pada saat yang sama, identitas kelompok kami dapat menyebabkan konflik dengan
kelompok lain, terutama ketika harus berinteraksi dengan kelompok dari program studi
yang berbeda. Terkadang, perbedaan pendekatan atau prioritas dapat menyebabkan
ketegangan.
Dalam contoh ini, identitas kelompok memiliki dampak positif dan negatif pada dinamika
kelompok. Meskipun membantu memperkuat kohesivitas dan meningkatkan kinerja
kelompok, identifikasi yang kuat dengan kelompok juga dapat menciptakan potensi
konflik dengan kelompok lain. Ini menunjukkan kompleksitas konsep identitas kelompok
dan bagaimana itu dapat membentuk dinamika kelompok secara keseluruhan.

14) Apa peran komunikasi dalam membangun dan mempertahankan dinamika positif dalam
kelompok?
 Komunikasi memainkan peran yang sangat penting dalam membangun dan
mempertahankan dinamika positif dalam kelompok. Komunikasi yang efektif membantu
menyatukan anggota kelompok, meningkatkan pemahaman, memperkuat hubungan
interpersonal, dan memfasilitasi kerjasama.

15) Bagaimana perbedaan latar belakang dan keberagaman anggota kelompok dapat
memengaruhi dinamika kelompok?
 Perbedaan latar belakang dan keberagaman anggota kelompok dapat memengaruhi
dinamika kelompok dengan berbagai cara. Keberagaman ini dapat mencakup perbedaan
dalam hal suku, budaya, pendidikan, pengalaman kerja, nilai-nilai, dan berbagai faktor
lainnya. Penting untuk diingat bahwa pengaruh keberagaman dapat bervariasi
tergantung pada cara kelompok mengelolanya. Jika dikelola dengan baik, keberagaman
dapat menjadi sumber kekuatan dan kemampuan kelompok untuk beradaptasi. Jika
tidak dikelola dengan baik, keberagaman dapat menjadi sumber konflik dan ketegangan.
Oleh karena itu, penting untuk mempromosikan pengelolaan keberagaman yang inklusif
dan mendukung.

16) Dinamika kelompok dalam konteks kesehatan masyarakat melibatkan interaksi dan
hubungan antara anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama terkait kesehatan
masyarakat. Beberapa konsep dan aspek yang relevan dengan dinamika kelompok
kesehatan masyarakat melibatkan pemahaman tentang bagaimana kelompok bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengambil keputusan. Sebutkan beberapa pertimbangan terkait
dinamika kelompok dalam konteks kesehatan masyarakat:
 Dalam konteks kesehatan masyarakat, dinamika kelompok sangat penting karena kerja
sama dan kolaborasi antaranggota kelompok dapat memiliki dampak langsung pada
upaya kesehatan dan pencegahan penyakit. Berikut beberapa pertimbangan terkait
dinamika kelompok dalam konteks kesehatan masyarakat:

a.) Diversitas Populasi:


Kesehatan masyarakat sering melibatkan kerja dengan populasi yang beragam, baik
dari segi budaya, demografi, maupun kondisi kesehatan. Kelompok yang mampu
memahami dan menghargai keberagaman ini dapat merancang intervensi yang lebih
efektif.
b.) Pengambilan Keputusan Partisipatif:
Proses pengambilan keputusan dalam kelompok perlu bersifat partisipatif. Anggota
kelompok, termasuk masyarakat yang dilibatkan, harus memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi aktif dalam merancang dan melaksanakan program kesehatan.
c.) Keterlibatan Komunitas:
Dinamika kelompok yang baik dapat meningkatkan keterlibatan komunitas. Dalam
konteks kesehatan masyarakat, keterlibatan komunitas sangat penting untuk
memahami kebutuhan lokal, mempromosikan program pencegahan, dan
meningkatkan akses ke layanan kesehatan.
d.) Edukasi Masyarakat:
Mendorong edukasi masyarakat memerlukan komunikasi yang efektif dan dinamika
kelompok yang mendukung pemahaman dan penerimaan informasi kesehatan.

Melalui pertimbangan-pertimbangan ini, dinamika kelompok dapat membantu


menciptakan lingkungan yang mendukung upaya kesehatan masyarakat dan
meningkatkan dampak positifnya pada kesehatan komunitas.

TERIMAKASIH…………

Anda mungkin juga menyukai