Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK SOSIAL

• Hidup sehari-hari ternyata tidak bisa lepas dari pengaruh orang lain.

• Salah satu pengaruh yang paling besar adalah kelompok dimana


seseorang hidup.

• Di sisi lain seseorang akan sulit sekali untuk menghindar dari


kehidupan kelompok.

• Bahkan sebaliknya kelompok sering justru dijadikan sebagai sarana


untuk mencapai tujuan anggotanya. Dengan kata lain ada hubungan
timbal balik antara orang sebagai anggota dengan kelompoknya.
• Kebutuhan akan kelompok semakin hari semakin nyata.

• Terbukti bahwa makin banyak organisasi yang tumbuh.

• Di samping makin banyak jumlahnya, juga makin spesifik, baik


dalam bentuk maupun aktivitas dan tujuannya.

• Karenanya, tidak mengherankan apabila seseorang kemudian


menjadi anggota beberapa kelompok atau organisasi dalam waktu
bersamaan.

• Dengan demikian mempelajari kelompok akan sangat berguna untuk


memahami perilaku sosial.
• A group is a social unit (1) which consists of a
number of individuals who, at a given time, stand
in more or less definite interdependent status or

Pengertian role relationship with one another, and (2) which


explicitly or implicitly possesses a set of value or
Kelompok
norms of its own regulation behavior of individual
members, at least in matters of consequence to the
group.
Cakupan definisi kelompok

Sejumlah orang yang saling tergantung

Berhubungan satu dengan lainnya

Ada norma atau aturan yang mengatur perilaku anggota-


anggota kelompok
Syarat-syarat kelompok ( Worchel dan Cooper 1983)

Orang-orang dalam kelompok saling berinteraksi dan


berkomunikasi.

Orang-orang tersebut mempunyai rasa kebersamaan dan


merasa bahwa mereka merupakan satu kesatuan.

Ada sedikitnya satu tujuan bersama dan kelompok


tersebut berusaha untuk mencapai tujuan itu.
JENIS-JENIS KELOMPOK

• Robbins (2003) mengklasifikasikan kelompok sebagai berikut :

 Kelompok formal (formal groups): merupakan kelompok yang memiliki baik


struktur, pembagian tugas, maupun peraturan tertulis yang jelas. Perilaku
anggotanya dikendalikan oleh organisasi dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Contoh: perguruan tinggi, perseroan terbatas dan organisasi militer.

 Kelompok informal (informal groups): merupakan kelompok yang tidak memiliki


struktur yang jelas, juga tidak memiliki pembagian tugas dan peraturan yang jelas.
Contoh: kelompok arisan ibu-ibu, kelompok alumni SMA.
 Kelompok komando (command groups): kelompok yang terdiri dari sejumlah anggota yang
dibawahi oleh seorang atasan, seperti sejumlah supervisor yang bertanggung jawab kepada
seorang manajer, kepala sekolah yang membawahi sejumlah guru.

 Kelompok tugas (task groups): kelompok yang mempunyai tugas khusus untuk
menyelesaikan suatu masalah. Di Indonesia istilah kelompok tugas ini dikenal juga dengan
sebutan “kelompok kerja” (Pokja) yang anggotanya terdiri dari berbagai subkelompok atau
departemen, misalnya: kelompok kerja penyusunan suatu peraturan, atau sistem remunerasi,
dan pembukaan kantor cabang.
• Kelompok kepentingan (interest group): kelompok yang anggotanya
memperjuangkan kepentingan tertentu, misalnya: sejumlah karyawan yang
berkumpul melakukan protes kebijakan perusahaan yang tidak adil.

• Kelompok paguyuban (friendship groups); kelompok yang anggotanya


memiliki karakteristik yang sama, dan umumnya berkumpul di luar
organisasi formal, misalnya: kelompok yang anggotanya terdiri dari orang-
orang yang berasal dari daerah tertentu, suku bangsa tertentu.
ALASAN INDIVIDU BERGABUNG DI DALAM KELOMPOK

 Proksimitas. Individu cenderung bergabung dengan individu lain yang


berdekatan. Misalnya: mahasiswa-mahasiswa yang tempat tinggalnya
di Bogor.

 Kesamaan minat, sikap atau keyakinan. Individu-individu yang punya


minat atau keyakinan yang sama cenderung berkelompok. Misalnya:
para mahasiswa muslim bergabung di dalam kelompok mahasiswa
muslim.
 Saling tergantung untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Misalnya: para
mahasiswa yang ingin supaya harga BBM diturunkan akan bergabung dalam
demonstrasi menentang keputusan pemerintah menaikkan harga BBM.

 Dukungan timbal balik yang positif (mutual positive support) dan


kenikmatan berafiliasi. Kelompok bisa memberi dukungan yang positif
kepada individu serta membuat individu merasa memiliki afiliasi. Hal ini
dapat menghindarkan individu dari kesepian. Misalnya: seorang mahasiswa
yang tidak masuk kuliah akan memperoleh informasi tentang tugas dari
teman sekelompoknya
.

 Dukungan emosional. Kelompok juga bisa memberi dukungan


emosional untuk para anggotanya. Misalnya: seorang mahasiswa yang
diputuskan oleh pacarnya akan dihibur teman-teman sekelompoknya
dan bisa sejenak melupakan masalahnya dengan berjalan-jalan
bersama teman-temannya.

 Identitas sosial. Keanggotaan individu di dalam kelompok membuat


individu memiliki identitas. Individu tahu siapa dirinya karena ia
anggota suatu kelompok. Misalnya: mahasiswa Universitas Indonesia,
karyawan Garuda Indonesia dan anggota geng motor.
DINAMIKA KELOMPOK

• Kelompok yang sudah terbentuk pada umumnya akan


berkembang searah dengan dinamika yang terjadi di dalam

kelompok.

• Idealnya, dinamika kelompok yang terjadi merupakan


peningkatan (eskalasi) yang positif.

• Dalam kondisi yang demikian maka akan terbentuk


kohesivitas dalam kelompok
Sebuah Kelompok dikatakan kohesive jika

1.Setiap anggotanya komitmen tinggi dengan kelompoknya.

2.Interaksi di dalam kelompok didominasi oleh kerjasama,


bukan oleh persaingan.

3.Kelompok mempunyai tujuan-tujuan yang terkait satu dengan


lainnya dan sesuai dengan perkembangan waktu tujuan yang
dirumuskan meningkat.
4. Terjadi pertukaran antar anggota kelompok yang sifatnya
mengikat.
5. Ada ketertarikan antar anggota sehingga relasi yang
terbentuk menguatkan jaringan relasi di dalam kelompok
• Pada sisi lain, kelompok yang sudah terbentuk dapat berubah ke arah
konflik internal.

 Sebelum konflik tersebut pecah, ada kecenderungan di dalam kelompok


terjadi polarisasi dalam bentuk perbedaan pendapat yang menajam.

 Terjadinya kutub-kutub dalam kelompok akan semakin meruncing bila


tidak ada tindakan yang secara sistematis berupaya mencegahnya

 Konflik di dalam kelompok dapat terjadi karena faktor kelompok itu


sendiri maupun karena faktor-faktor individu anggota kelompok itu.
Faktor-faktor kelompok yang dapat menyulut
konflik:
1. Sumber dayanya terbatas dan diperebutkan oleh anggota-anggota
kelompok.

2. Ada ketimpangan kekuasaan dan sistem pembagian kekuasaan yang ada


dinilai tidak adil.

3. Kekaburan tanggung jawab unsur-unsur di dalam kelompok.

4. Prosedur kelompok yang tidak jelas, kurang partisipatif dan sistem


pembagian tanggung jawab maupun keuntungan yang tidak adil.
Dilihat dari sisi individu anggota-anggota kelompok, konflik dapat
terjadi antara lain karena :

1. Kemampuan komunikasi yang kurang baik.

2. Masing-masing anggota memiliki atribut dan identitas yang


menonjol.

3. Antar anggota muncul saling curiga, ketidakpercayaan dan


prasangka.

4. Muncul penilaian ketidakadilan diantara para anggota kelompok.


• Polarisasi dan konflik dalam kelompok dapat menyebabkan
pecahnya kelompok menjadi lebih dari satu atau kelompok
tersebut bubar.

• Sebaliknya, kelompok yang dapat mempertahankan diri atau


bahkan berkembang dapat menjalin hubungan dengan kelompok
lain.

Anda mungkin juga menyukai