KELOMPOK
PENGERTIAN
• KELOMPOK KECIL
• Sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam
suatu pertemuan yang bersifat tatapmuka
• KELOMPOK KECIL
• Dua atau lebih orang yang berhimpun dalam wadah kelompok
didasarkan oleh adanya kesamaan.
• Berinteraksi melalui pola atau struktur dalam kurun waktu yang relatif
panjang.
• Kelompok dibentuk untuk mempermudah anggota-anggotanya
mencapai tujuan
KARAKTERISTIK KELOMPOK
• Peran dekat dengan posisi. Bila posisi adalah bagian yang didapatkan
anggota dalam suatu kelompok, maka peran merujuk pada perilaku yang
diasosiasikan dengan posisi.
• Peran dapat menjadi konflik apabila terdapat ketidaksesuaian pembagian
peran.
• Dengan kata lain, konflik kelompok dapat terjadi apabila pertama,
terdapat perbedaan diantara bagaimana anggota kelompok memainkan
peran dan anggota lain berpikir bagaimana seharusnya hal tersebut
diperankan. Kedua, adanya anggota kelompok yang melakukan suatu
tindakan, dan anggota lain berpikir bahwa ia harus bertanggungjawab
atas tindakan yang telah dilakukannya.
5. STRUKTUR
• Posisi dan peran tidak berdiri terpisah; dalam kelompok,
tidak akan ada pemimpin jika tidak ada pengikut. Pola-pola
hubungan diantara posisi dan peran yang dihadirkan dalam
kelompok disebut sebagai struktur.
• Ada kelompok yang peran dan posisinya sangat jelas,
khususnya penghargaan anggota terhadap otoritas dan
kekuasaan; ini disebut sebagai sistem sentralisasi. Ada pula
kelompok yang posisi dan perannya sangat longgar, dimana
anggota kelompok bisa berbagi peran; ini disebut sebagai
sistem desentralisasi.
MODEL PENGEMBANGAN
KOMUNIKASI KELOMPOK
MODEL BALES :
Model analisis proses interaksi (interaction process analysis).
Ada tiga tahap dalam model bales, yaitu:
TAHAP 1 : ORIENTATION PHASE
• Pada tahap orientasi, anggota yang baru masuk dalam suatu kelompok atau
baru mendirikan suatu kelompok akan bertanya, mencari dan saling
memberi informasi mengenai tujuan kelompok dan hakekat tugas-tugas
dalam kelompok; pertanyaan-pertanyaan yang diajukan antara lain. “Apa
yang akan kita lakukan”, “mengapa kita melakukannya”, “bagaimana kita
melakukannya” dan “bagaimana mencapai hasil yang terbaik”.
• Pada tahapan ini, anggota kelompok akan mencari konfirmasi dan
melakukan orientasi akan keberadaan kelompok tersebut.
TAHAP 2 : EVALUATION PHASE
• Pada tahap evaluasi, pertanyaan yang diajukan anggota kelompok
berkisar seputar peran anggota kelompok dalam tugas-tugas atau
pekerjaan yang dilakukan oleh kelompok.
• Pada tahap ini terjadi semacam pengekspresian opini dan perasaan dari
anggota kelompok tentang berbagai isu yang berkembang.
1. Ada dua pihak secara perseorangan ataupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling
bertentangan.
2. Timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan ataupun kelompok atau antar kelompok dalam
mencapai tujuan, memainkan peran dan adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang ditandai dengan perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi,
dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan, seperti status, jabatan, tanggung jawab,
pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang-pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan
tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis, seperti: rasa aman, kepercayaan
diri, kasih, penghargaan, dan aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status
sosial, pangkat golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise, dan sebagainya.²
SUMBER-SUMBER KONFLIK:
DALAM DIRI INDIVIDU
(INTRAINDIVIDUAL CONFLICT)
1. Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict), ada 3
jenis yaitu:
1) Approach-approach conflict, yaitu orang didorong untuk melakukan pendekatan
positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan yang dicapai saling terpisah satu
sama lain.
2) Approach-avoidance conflict, yaitu orang didorong untuk melakukan pendekatan
terhadap persoalan yang mengacu pada satu tujuan dan pada waktu yang sama
didorong untuk melakukan terhadap persoalan tersebut dan tujuannya dapat
mengandung nilai positif dan negatif bagi orang yang mengalami konflik.
3) Avoidance-avoidance conflict, yaitu orang didorong untuk menghindari dua atau lebih
hal yang negatif, tetapi tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.³
SUMBER-SUMBER KONFLIK:
DALAM DIRI INDIVIDU
(INTRAINDIVIDUAL CONFLICT)
2. Konflik yang berkaitan dengan peran dan ambigius
Konflik sering terjadi karena adanya perbedaan peran dan ambigius dalam
tugas dan tanggung jawab terhadap sikap, nilai, dan harapan yang telah
ditetapkan. Terdapat 4 variable pokok, yaitu:
1) Mempunyai kesadaran akan terjadinya konflik peran;
2) Menerima kondisi dan situasi jika muncul konflik yang membuat tekanan
dalam pekerjaan;
3) Memiliki kemampuan untuk bertoleransi stres;
4) Memperkuat sikap/sifat pribadi lebih tahan dalam menghadapi konflik yang
muncul dalam antar kelompok.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MENDASARI MUNCULNYA
KONFLIK
Ada beberapa faktor yang mendasari munculnya konflik, yaitu:
1) Pemecahan masalah secara sederhana, fokusnya tertuju pada penyelesaian masalah dan
orang-orangnya tidak mendapatkan perhatian utama.
2) Penyesuaian/kompromi, kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima, namun
tidak selalu langsung tertuju pada masalah yang sebenarnya. Waspada terhadap
masalah emosi yang tidak pernah disampaikan kepada manajer/pimpinan.
3) Tidak sepakat, tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang diperdebatkan, dan
mengambil sikap menjaga jarak.
4) Kalah/menang, hal ini adalah ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing yang
sangat kuat.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MENDASARI MUNCULNYA
KONFLIK
5) Pertarungan/ penerbangan, orang-orang yang terlibat didalamnya saling
menembak dari jarak dekat, kemudian mundur untuk menyelamatkan
diri.
6) Keras kepala, hal ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama
sekali”, satu-satunya yang dapat menyelamatkan konflik ini adalah tetap
mengacu pada pemikiran yang logis.
7) Penyangkalan, ini adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit
diatasi karena tidak ada komunikasi secara terbuka dan terus terang.
Konflik hanya di pendam, konflik yang tidak dapat diungkapkan adalah
konflik yang tidak dapat diselesaikan.
DAMPAK POSITIF KONFLIK
1) Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti tidak
pernah absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada
waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja meningkat
baik kuantitas maupun kualitasnya.
2) Meningkatnya hubungan kerja sama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masing-masing.
3) Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antarpribadi ataupun
antarkelompok dalam antar kelompok, seperti terlihat dalam upaya peningkatan prestasi kerja,
tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif, dan kreativitas.
4) Semakin berkurangnya tekanan, intrik yang dapat membuat stres bahkan produktivitas kerja
semakin meningkat.
5) Banyaknya karyawan/aparatur yang dapat mengembangkan karier sesuai dengan potensinya
melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan (training), dan konseling (counseling)
dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
DAMPAK NEGATIF KONFLIK
1) Meningkatkan jumlah absensi karyawan/aparatur dan seringnya karyawan/ aparatur keluar
pada saat jam kerja berlangsung.
2) Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan
kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.
3) Banyak karyawan/aparatur yang sakit, sulit untuk berkonsentrasi dalam pekerjaannya, muncul
perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil
pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah
tinggi, ataupun lainnya.
4) Seringnya karyawan/ aparatur melakukan mekanisme pertahanan diri apabila memperoleh
teguran dari atasan.
5) Meningkatnya kecenderungan karyawan/ aparatur yang keluar-masuk. Kondisi yang semacam
ini bisa menjadi penghambat kelancaran dan kestabilan antar kelompok secara menyeluruh
karena produksi terhambat, kehilangan karyawan/ aparatur potensial, waktu tersita karena
kegiatan seleksi dan memberikan latihan serta memunculkan pemborosan dalam cost benefit.
KUIS
(BOLEH BROWSING, BOLEH OPEN BOOK)