Anda di halaman 1dari 25

PRINSIP DEMOKRASI PADA KEBIJAKAN GRASI, AMNESTI, DAN ABOLISI OLEH

PEMERINTAH DALAM AL-QUR’AN ANALISIS DOUBLE MOVEMENT FAZLUR


RAHMAN
alifqatarina@gmail.com,bestwayananda@gmail.com, Putrii.rahmaa1108@gmail.com

Abstrak
Fazlur Rahman, seorang tokoh hermeneutika, merumuskan teori double movement dalam
penafsiran Al-Qur'an. Double movement (gerakan ganda) yang dimaksud adalah dimulai dari
situasi Al-Qur’an dimasa sekarang menuju ke waktu dimana Al-Qur’an diturunkan, kemudian
dari situ kemudian dibawa kembali menuju masa kini. Pendekatan ini mencakup pemahaman
spesifik ayat, diikuti dengan generalisasi prinsip moral-sosial. Sistem pemerintahan di negara
demokrasi menganut sistem parlementer atau presidensial. tersusunnya sistem pemerintahan
tersebut sangat berdampak pada kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk
rakyatnya, karena seorang kepala negara tidak serta merta membuat keputusan sepihak. Hal
inilah yang menjadi bahan untuk pengkontekstualisasian Al-Qur’an dengan kebijakan-kebijakan
yang diambil pemerintah secara sosial historis. Rasulullah juga mengajarkan untuk
bermusyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama. Dalam konteks peristiwa Fathul
Mekkah, Rasulullah menunjukkan sikap humanisme dengan sikap amnestinya yaitu mengampuni
siapapun yang mendzaliminya termasuk kaum kafir quraisy saat peristiwa tersebut, juga
menegaskan kebijakan pemerintah sekarang seharusnya memperhatikan kemaslahatan rakyat
dan menjalankan hukum dengan bijaksana. Yaitu dengan pemberian grasi, amnesti dan abolisi
sebagai kebijakan pemerintah saat ini. Alasan utama dalam pemberian tersebut berdasarkan
definisinya adalah karena alasan yudisial dan kemanusiaan. adapun amnesti dan
pemberantasan, keduanya merupakan cara pemerintah mengurangi konflik dan membawa
perdamaian pada situasi yang mengganggu stabilitas dan kedaulatan negara akibat kejahatan
politik

Abstract
Fazlur Rahman, a figure of hermeneutics, formulated the theory of double movement in the
interpretation of the Qur'an. Double movement in question is starting from the situation of the
Qur'an in the present to the time when the Qur'an was revealed, then from there it is then
brought back to the present. This approach includes a specific understanding of the verse,
followed by a generalization of moral-social principles. The system of government in
democracies follows a parliamentary or presidential system. The arrangement of the government
system greatly impacts the policies taken by the government for its people, because a head of
state does not necessarily make unilateral decisions. This is the material for contextualizing the
Qur'an with the policies taken by the government socio-historically. The Prophet also taught to
deliberate to reach mutual agreement. In the context of the Fathul Makkah incident, the Prophet
showed humanism with his amnesty attitude of pardoning anyone who forgave him including the
Quraish infidels during the event, also emphasized that the current government's policy should
pay attention to the benefit of the people and carry out the law wisely. That is by granting
clemency, amnesty and abolition as the current government policy. The main reason for such a
grant by definition is due to judicial and humanitarian reasons. As for amnesty and eradication,
both are ways for the government to reduce conflicts and bring peace to situations that disturb
the stability and sovereignty of the country due to political crimes.

Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.
Proses penelitian dan landasan teori dilakukan agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan.1
Penelitian ini merupakan studi kepustakaan “Library Research”, yaitu serangkai kegiatan
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka seperti buku-buku atau jurnal yang
digunakan untuk memecahkan masalah pada penelitian ini yang kemudian diolah menjadi bahan
penelitian2
Sumber Data
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer

1 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jawa Barat: Cv.Genteng, 2018), h. 11.
2 Milya Sari dan Asmendri, “Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian Pendidikan
Ipa”, Penelitian Bidang Ipa dan Pendidikan Ipa 6, no. 1, (2020): h 52
Sumber data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung, sedangkan sumber data
penelitian ini adalah buku buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini. 3
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara
atau secara tidak langsung. Misalnya dari sumber-sumber yang tercetak, adapun sumber
sekunder dalam penelitian ini di dapat dari buku-buku, jurnal, skripsi, dan tesis yang
berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.4

Pendahuluan
Latar Belakang
Di era millennium seperti sekarang, segala sesuatu berkembang begitu pesat, bahkan
yang sebelumnya belum ada menjadi ada. Tak terkecuali pengembangan prinsip-prinsip dasar
agama. Alasan adanya hal tersebut karena tuntutan zaman yang menuntut kita untuk bisa
menerapkan dalil-dalil nash yang ada sejak zaman dahulu, bagaimana agar bisa menjadi solusi di
era milenial ini. Maka dari itu muncul istilah kontekstualisasi teks yang mana tujuannya adalah
bagaimana agar sesuatu yang terjadi di masa sekarang itu bisa sejalan dengan teks yang sudah
ada sejak zaman yang lampau. Pembahasan metode kontekstualisasi tersebut bisa kita temukan
salah satunya di bidang ilmu hermeneutika.
Hermeneutika adalah suatu keahlian dalam berpikir yang dimiliki oleh seseorang untuk
memahami sebuah teks. Dalam memahami tersebut ada hal-hal yang tidak bisa dilepas yaitu
persoalan karena waktu, perbedaan budaya dan tradisi atau karena perubahan sejarah.
Hermeneutika merupakan sebuah manhaj yang dipakai untuk meneliti teks pada masa lampau
yang mempunyai otoritas, seperti kitab suci yang mana teks tersebut diterapkan dalam
penjabaran secara filosofis. Hermeneutika adalah seni memahami yang asal katanya dari bahasa
Yunani “Hermeneuein” yang artinya interpretasi.
Dalam bukunya ``Hermeneutics of the Social Sciences'', Ricoeur menyatakan bahwa
hermeneutika, dari sudut pandang ilmiah, adalah teori tentang fungsi pemahaman dalam
interpretasi teks. Kata Latin yang berarti "hermeneutika pertama" pertama kali digunakan oleh
teolog Strasbourg Konrad Danhauer dalam bukunya "Hermeneutika menurut Indeks Aristoteles"
3.Fahmi Gunawan, Senarai Penelitian Pendidikan, Hukum, Dan ekonomi Di Sulawesi Tenggara,
(Yogyakarta: Cv Budi Utama), h. 68.
4 Ismail Nurdin dan Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Media Sahabat Cendekia,
2019), h. 39.
(de Interpretations). Ia menyatakan bahwa hermeneutika merupakan prasyarat terpenting bagi
ilmu apa pun yang mendasarkan validitasnya pada penafsiran teks. Saat ini, istilah hermeneutika
dapat dilihat dari dua sudut pandang. Yang pertama adalah hermeneutika sebagai seperangkat
prinsip metodologis interpretasi, dan yang lainnya adalah hermeneutika sebagai penyelidikan
filosofis terhadap kualitas dan kondisi yang tidak dapat dihindari dalam memahami sebuah teks.
Dari berbagai definisi yang disebutkan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa hermeneutika
adalah ilmu yang digunakan untuk menafsirkan bagaimana teks dan peristiwa dipahami di masa
lalu dan mempunyai makna eksistensial di masa kini.5
Tokoh-tokoh yang terkenal dalam bidang hermeneutika sangatlah banyak, seperti
Wilhelm Dilthey yang meneliti teks dengan mengfokuskan kajian pada sosial historis dari
pengarang, sehingga dapat diketahui apa saja faktor yang mempengaruhi penulisan suatu teks.
Ada juga Hans Georg Gradamer yang mengfokuskan kajian teks lewat penafsir atau peneliti teks,
tanpa melihat sosial historis teks, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh hermeneutika lainnya.
Mereka semua mempunyai cara atau metode yang berbeda-beda dalam membuat interpretasi dari
sebuah teks.6 Untuk penelitian ini, kami menggunakan teori hermeneutika Fazlur Rahman yang
terkenal dengan teori double movement.
Teori hermeneutika tersebut akan kita gunakan untuk mengkaji masalah sistem
demokrasi pada kebijakan pemerintah dalam memberi kompensasi kepada rakyatnya yang
membuat kesalahan yang dikenal dengan istilah Grasi, Amnesti, dan Abolisi. Ketiga hal tersebut
sangat berhubungan dengan sistem demokrasi yang ada di negara Indonesia. Terlebih dahulu
akan dibahas pengertian demokrasi. Penjelasan demokrasi secara umum berupa pernyataan
“pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat” memiliki hubunghan yang erat dengan
kata demokrasi. Kalimat tersebut memiliki upaya menyatukan rakyat dengan pemerintah.
Pengertian Demokrasi menurut para ahli dilihat dari segi bahasa adalah, kata demokrasi berasal
dari bahasa Yunani Kuno, yaitu demos dan kratos. Demos berarti rakyat, dan kratos berarti
kekuasaan yang mutlak. Apabila digabungkan, maka secara harfiah, demokrasi adalah kekuasaan
yang mutlak oleh rakyat.7 Sedangkan Grasi, Amnesti, dan Abolisi, ketiganya itu adalah suatu
kompensasi, keringanan, atau pengampunan yang dilakukan oleh pemerintah berupa

5 Rini Fitria, jurnal hermeneutika, “MEMAHAMI HERMENEUTIKA DALAM MENGKAJI


TEKS”.https://ejournal.iainbengkulu.ac.id. 2016.
6 Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Tangerang: Lentera Hati: 2013). Hal. 411.
7 Admin polpum, “Pengertian Demokrasi, Model, dan Prinsipnya”
https://polpum.kemendagri.go.id/pengertian-demokrasi-model-dan-prinsipnya/, 9 juni 2023.
pengurangan atau bahkan peniadaan hukuman, yang dilakukan karena ada suatu hal yang
dianggap lebih baik karena bisa menghindarkan kemungkinan-kemungkinan yang buruk.

Dari sinilah hubungan antara Demokrasi dan kebijakan Grasi, Amnesti, dan Abolisi
terlihat jelas, salah satunya mendukung negara yang sedang beralih menuju sistem demokrasi
dengan menghapuskan hukuman terhadap individu yang terlibat dalam tindak pidana.8 Dengan
prinsip Demokrasi yang mengedepankan urusan rakyat, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat, maka Grasi, Amnesti, dan Abolisi ini dilakukan untuk menciptakan maslahat dalam
kehidupan masyarakat, seperti menghindari konflik dan lain-lain

A. Teori Double Movement Fazlur Rahman


1. Latar Belakang Pemikiran
a. Neodorisme
Salah satu ide yang menginspirasi lahirnya pemikiran double movement. Menurut
pandangan Fazlur Rahman neodorisme memiliki keunikan tersendiri yaitu dapat
menempatkan posisinya di tengah-tengah antara pemikiran barat dan pemikiran
tradisional. Neodorisme memiliki karakteristik tidak meninggalkan tradisi klasik namun
tidak untuk menutup tradisi yang sudah ada pada perkembangan zaman. Modernisasi
dikenal dengan perannya yang menyeimbangkan antara teks, konteks, serta kontekstual. 9
Kontekstualisasi diartikan sebagai proses mengkomunikasikan sumber hukum dalam
bentuk dimensi, simbol, budaya serta bahasa yang berbeda.10
b. Konsep Wahyu
Alquran merupakan firman Tuhan dan ada yang mengatakan bahwa Alquran merupakan
kata-kata Nabi Muhammad. Maka dari itu menurut pendapat Rahman proses wahyu
sangat terhubung dengan kepribadian Nabi Muhammad. Rahman juga berargumen bahwa
menyampaikan wahyu bukanlah malaikat seperti yang dipahami secara umum, melainkan
ia adalah Ruh. Ruh merupakan sesuatu yang berasal dari hati Nabi, dan peran Nabi dalam
hal pewahyuan di sini yakni melepaskan Ruh (kata-kata mental dan visi spiritual, yang di

8 Anissa Medina Sari, “Amnesti: Pengertian, Tujuan, Dasar Hukum, dan


Contoh”,https://fahum.umsu.ac.id/amnesti/. 23 Agustus 2023.
9 Ahlam Irfani, Historis Penafsiran dan Radikalisme Islam, (T.Tp. A. Empat, 2014), h. 25-27.
10 Nuriko hauraki, jurnal IIQ Jakarta “Aplikasi teori double movement…” Hal. 67-68
https://repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/2041/2/18211042_Publik.pdf
bungkus dalam kata-kata akustik sebagai bahasa Arab) yang kemudian dikenal dengan
pewahyuan secara aktual. 11

Hermeneutik Fazlur Rahman: Double Movement (Gerakan Ganda)


Secara sederhana, Rahman menjelaskan hermeneutik dua gerakan dengan
memahami Alquran dari kondisi saat ini ke kondisi saat diturunkan dan kembali ke
kondisi saat ini. Rahman mengatakan bahwa teks dari masa lalu harus dapat berbicara di
zaman sekarang. Metode ini mengharuskan seorang mufasir untuk mengembalikan teks
yang akan ditafsirkannya, berbalik dari saat ini ke masa lalu untuk melihat konteks sosio
historisnya dan menemukan prinsip-prinsip ideal moralnya. Kemudian, mereka harus
kembali ke saat ini untuk kontekstualisasi nilai-nilai tersebut.
Produk penafsiran harus menghormati nilai moral yang merupakan prinsip etis
Alquran. Oleh karena itu, mufassir seharusnya dapat menemukan hubungan antara
standar moral dan standar hukum formal. Hal ini diperlukan untuk menghindari
interpretasi teks yang dapat bertentangan dengan nilai-nilai etis Alquran. Untuk
menggunakan metode ini, tidak hanya diperlukan pemahaman tentang sebab turunnya
ayat (asbab al-nuzul) dan nasakh, tetapi juga tentang sejarah sosial dan budaya dari masa
kenabian dan saat ini.
Rahman mengatakan bahwa Alquran adalah tanggapan terhadap keadaan sosial
dan moral Arab pada masa Nabi. Ini dapat dilihat dari pernyataan moral dan sosial yang
menangani masalah tertentu. Metode gerakan ganda, juga dikenal sebagai "gerakan
ganda", melibatkan pergeseran dari keadaan saat ini ke keadaan saat ini. Metode ini
digunakan untuk mencari solusi untuk masalah sosial dengan melihat Al-Qur'an,
memaknainya dalam konteksnya, dan memproyeksikan Al-Qur'an untuk situasi saat ini.
Berdasarkan kutipan di atas, jelas bahwa teori dua gerakan digunakan untuk menemukan
solusi untuk semua masalah manusia yang kembali ke al-Quran dikembalikan ke zaman
sekarang12.
Pemikiran Fazlur Rahman Dalam Pendekatan Hermeneutika

11 bdullah Saeed, Reading The Qur’an in the Twenty First Century: A Contextualist Approach, Terj.
Ervan Nurtawab, Al-Qur’an Abad 21 Tafsir Kontekstual, (Bandung: Mizan Pustaka, 2016), h. 93.
12 Dwi Oktaria, TEORI DOUBLE MOVEMENT DALAM IT (INFORMATION TECHNOLOGY)
PENDIDIKAN ISLAM NUSANTARA, Artikel -Edisi 1 vol. 22022 (Juli –Desember)
Jika Anda ingin membaca peta pemikiran seorang tokoh, akan sangat membantu
untuk melihat berbagai macam tipologinya. Ada banyak model dan pendekatan yang
tersedia untuk pendekatan hermeneutika. Kontekstual, semi-tekstual, dan textualis adalah
minimal tiga model yang jelas dan mudah dipahami. Model pertama mengutamakan
makna literal teks. Ada dua alasan yang dikemukakan: pertama, teks dianggap sebagai
pesan terakhir dari penciptanya, sehingga tidak boleh memasukkan elemen terbaru. Yang
kedua, teks harus berlaku untuk semua orang. Teks yang dimaksud adalah kitab suci
seperti al-Qur'an dan hadis. Model pengkajian teks kedua menekankan bahasa dan
mengabaikan konteks historis teks. Ini menggunakan istilah-istilah kontemporer sambil
mempertahankan arti aslinya.
Model ketiga menggunakan pendekatan kontekstualis. Konteks sosial-historis
sangat penting dalam model ini. Sangat penting untuk memperhatikan keadaan dan
keadaan politik, sosial, historis, kultural, dan ekonomi. Dari model metodologi ini, Fazlur
Rahman dianggap sebagai pemikir yang menggunakan model hermeneutika
kontekstualis13.
Pemikiran Fazlur Rahman
Pemikiran Fazlur Rahman dapat dibagi menjadi tujuh kategori: 1. Wujud Tuhan; Fazlur
Rahman menerangkan gagasan tentang Tuhan dan alam semesta dengan mengacu pada
Al Qur'an sebagai sumber otoritas utama dan mengatakan bahwa Al Qur'an selalu aktual
dan relevan setiap saat dan situasi di mana manusia berada. 2. Kenabian dan Wahyu;
Fazlur Rahman membandingkan perspektif kaum filosof dan ahli kalam atau teolog
ortodoks mengemukakan
Menurut Ibnu Sina (w. 1037 M), pembahasannya dimulai dengan gagasan bahwa
akal manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dan mulia. Akal yang
diberikan Tuhan kepada manusia membuatnya lebih baik, lebih unggul, dan lebih baik
daripada makhluk lain. 4. Takdir atau Hukum Alam; tujuan utama dari adanya idetentang
Tuhan adalah untuk menjelaskan bagaimana alam semesta berfungsi.
Fazlur Rahman menyatakan bahwa tiga ajaran utama Al Qur'an tentang alam
semesta adalah sebagai berikut: bahwa alam semesta adalah sebuah kosmos, sebuah
struktur, dan bahwa ia bukanlah mainan yang sia-sia, tetapi harus ditanggapi dengan
13 Achmad Mulyadi,HERMENEUTIKA FAZLUR RAHMAN DAN PEMAHAMAN HADIS
RUKYATUL HILAL
serius. Menurut Al Qur'an, manusia harus mempelajari hukum-hukumnya, yang
merupakan bagian dari tindakan Tuhan, dan menjadikannya sebagai arena untuk tindakan
yang berorientasi. 5. Hari Akhir: Konsep utama ajaran Al Qur'an tentang akhirat adalah
bahwa manusia akan mengalami kesadaran luar biasa tentang amal perbuatannya pada
waktunya.
Kiamat adalah titik di mana alam semesta akan hancur bersama seluruh isi. 6.
Peraturan dan kepemimpinan: Fazlur-Rahman menekankan dalam berbagai tulisannya
bahwa masyarakat Islam adalah masyarakat menengah yang tidak terjebak pada
ekstremitas, dan ûlil al-amri-nya adalah mereka yang tidak menerima gagasan elitisisme
ekstrim. 7. Konsep Etika: Fazlur Rahman menyatakan bahwa etika adalah esensi dasar Al
Qur'an (ajaran dasar Al Qur'an) dan aspek universal yang ada dalam setiap manusia.
Hukuman moral atau etis tidak dapat diubah. Orang-orang tidak dapat membuat hukum
moral karena itu merupakan "perintah" Tuhan. "Islam" adalah ketundukan moral, dan
"ibadah" adalah perwujudannya.14
Fazlur Rahman merupakan salah satu tokoh hermeneutika yang merumuskan
suatu metode yang logis, kritis dan komprehensif, yaitu teori double movement, sehingga
menghasilkan suatu penafsiran yang tidak literalis dan tekstualis. Akan tetapi
menghasilkan sebuah penafsiran yang mampu menjawab persoalan-persoalan aktual.
Double movement (gerakan ganda) yang dimaksud adalah dimulai dari situasi Al-Qur’an
dimasa sekarang menuju ke waktu dimana Al-Qur’an diturunkan, kemudian dari situ
kemudian dibawa kembali menuju masa kini. Inti dari teori double movement yang
dirumuskan oleh Fazlur Rahman dalam memahami Al-Qur’an dan Sunnah adalah sebuah
proses penafsiran yang menggunakan dua langkah atau gerakan, yakni dari situasi
sekarang ke masa Al-Qur’an diturunkan dan kembali lagi ke masa kini.
Gerakan pertama diarahkan pada makna dari satu pernyataan dengan mengkaji
situasi atau problem historis. Oleh karena itu kajian tentang situasi makro 15 yang
merupakan kondisi sosio-kultural saat ayat tersebut diturunkan berkaitan dengan
masyarakat, agama, adat istiadat, atau secara lebih luas adalah konteks menyeluruh ketika

14 SRI WAHYUNI, FAZLUR ROHMAN DAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM


15 Nuriko hauraki, jurnal IIQ Jakarta “aplikasi teori double movement…”, hal. 70
https://repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/2041/2/18211042_Publik.pdf
Al-Qur’an turun khususnya keadaan di sekitar Makkah. Kemudian diisyaratkan juga pada
konteks mikro yang menjadi sebab ayat tersebut diturunkan16.
Pada gerakan kedua, maka yang dilakukan adalah dengan menggeneralisasi
jawaban-jawaban spesifik tersebut sebagai sebuah pernyataan yang mempunyai tujuan
moral-sosial umum (ideal moral) yang disimpulkan dari berbagai petunjuk baik berupa
ayat maupun latar belakang sosial historis yang ada.
Langkah pertama adalah memahami arti spesifik dari ayat tersebut. Pemahaman
ini menentukan dan membawa pada langkah kedua. Dalam proses ini Al-Qur'an
dipersatukan agar seluruh maknanya dapat dipahami, semua hukum yang dianut dan
semua tujuan yang dirumuskan selaras satu sama lain, dan tidak ada kontradiksi di
dalamnya. . Kalimat pertama dimulai dengan hal-hal khusus dalam Al-Qur'an dan
mengarah pada generalisasi prinsip-prinsip umum. Kalimat kedua mengarahkan dari
pandangan umum tersebut kepada pandangan konkrit yang sedang diwujudkan. Artinya,
pelajaran umum tersebut dipraktikkan dalam konteks sosio-historis saat ini.17

B. Sistem Pemerintahan di Indonesia


Sistem pemerintahan di negara demokrasi menganut sistem parlementer atau presidensial.
Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan yang hubungan antara eksekutif dan wakil
(legislator) sangat erat. Sebab, menteri bertanggung jawab kepada parlemen. Oleh karena itu,
setiap perusahaan yang didirikan harus mendapat persetujuan perwalian dengan suara terbanyak
di parlemen. Dengan demikian, kebijakan pemerintah atau kabinet tidak akan menyimpang dari
tuntutan parlemen.
Sistem pemerintahan disebut sistem pemerintahan parlementer apabila eksekutif
(memegang kekuasaan eksekutif) membawahi lembaga legislatif (memegang kekuasaan
legislatif). Menurut sejarah hukum, sistem parlementer ini merupakan kelanjutan dari bentuk
pemerintahan negara, dimana kekuasaan raja dibatasi oleh konstitusi. Dalam sistem parlementer,
presiden, raja, dan ratu merupakan kepala negara. Dalam sistem pemerintahan presidensial,
lembaga eksekutif dan legislatif juga berada pada posisi independen. Kedua badan ini tidak

16 Ibid, hal 70
17 Muhammad Labib Syauqi, Jurnal “HERMENEUTIKA DOUBLE MOVEMENT FAZLUR RAHMAN DAN
SIGNIFIKANSINYA TERHADAP PENAFSIRAN KONTEKSTUAL AL-QUR’AN” Volume 18 No. 2
Desember 2022.
berhubungan langsung seperti pada sistem pemerintahan parlementer. Orang memilihnya secara
terpisah. Sistem presidensial, juga dikenal sebagai sistem parlementer, adalah sistem
pemerintahan nasional di mana pemimpin dipilih melalui pemilihan umum dan terpisah dari
kekuasaan legislatif. 18
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pemerintahan di Indonesia ini
telah terorganisir dengan baik semenjak proklamasi kemerdekaan tahun 1945. Sebelum itu
negara ini masih dalam penjajahan Jepang dan Belanda, yang mana seluruh wilayah di Nusantara
pada waktu itu belum bersatu. Tersusunnya sistem pemerintahan tersebut sangat berdampak pada
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk rakyatnya, karena seorang kepala
negara tidak serta merta membuat keputusan sepihak. Hal inilah yang menjadi bahan untuk
pengkontekstualisasian Al-Qur’an dengan kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah secara
sosial historis. Pengkajian menggunakan teori hermeneutika Fazlur Rahman.

C. Prinsip Musyawarah Dalam Demokrasi menurut Al-Qur’an


Salah satu ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang musyawarah adalah QS. Ali Imran
ayat 159, yaitu:

‫َظ ٱْلَقْلِب ٱَلنَفُّض و۟ا ِم ْن َح ْو ِل َك ۖ َف ٱْعُف َع ْنُهْم َو ٱْس َتْغ ِفْر َلُهْم َو َش اِو ْر ُهْم ِفى‬X‫َفِبَم ا َر ْح َم ٍة ِّم َن ٱِهَّلل ِلنَت َلُهْم ۖ َو َلْو ُك نَت َفًّظ ا َغ ِلي‬
‫ٱَأْلْم ِرۖ َفِإَذ ا َع َز ْم َت َفَتَو َّك ْل َع َلى ٱِهَّللۚ ِإَّن ٱَهَّلل ُيِح ُّب ٱْلُم َتَو ِّك ِليَن‬

Di dalam ayat tersebut ada penjelasan cara menyelesaikan suatu perkara yaitu dengan
musyawarah. Istilah “musyawarah” mempunyai padanan lain, seperti demokrasi, dewan desa,
dan kepadatan nagari. Niat untuk mufakat merupakan salah satu ciri demokrasi Pancasila.
Konsultasi adalah bagian penting dari demokrasi. Konsultasi juga mempunyai berbagai manfaat
dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah mencapai kesepakatan untuk kepentingan
masyarakat luas. Pembahasan dilakukan dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan atau
kesepakatan bersama. Prinsip aktivitas ini merupakan bagian dari demokrasi dan oleh karena itu
sering dikaitkan dengan sistem politik demokratis. Dalam demokrasi Pancasila, seringkali
dilakukan musyawarah untuk sampai pada hasil akhir pembahasan.19

18 Imam Sukadi, Jurnal “SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA DAN IMPLIKASINYA DALAM


KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA” Volume 4 Nomor 1 Februari 2021.
kalau dilihat secara historis, dulu Nabi Muhammad SAW pernah mengundang para
sahabatnya untuk melakukan musyawarah, salah satunya saat Perang Uhud, apakah beliau tetap
berada di Madinah atau keluar menyambut kedatangan musuh. Mayoritas sahabat mengusulkan
agar semuanya berangkat menghadapi mereka, Nabi SAW kemudian memutuskan untuk
berangkat bersama pasukannya menuju musuh berada. Nabi SAW juga mengajak para sahabat
untuk melakukan musyawarah dalam Perang Khandaq untuk berdamai dengan golongan yang
bersekutu dengan memberikan sebagian dari hasil perkebunan berupa buah. Madinah pada tahun
itu. Usul tersebut ditolak oleh dua orang yaitu Sa’d Ibn Mu'adz dan Sa’d Ibn Ubadah. Akhirnya
Nabi SAW mengikuti pendapat mereka.20

D. Asbabun Nuzul Surah An-Nisa` Ayat 58 Tentang Amnesti

‫ِإَّن َهَّللا َيْأُم ُر ُك ْم َأْن ُتَؤ ُّد وا اَأْلماناِت ِإلى َأْهِلها َو ِإذا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّن اِس َأْن َتْح ُك ُم وا ِباْلَع ْد ِل ِإَّن َهَّللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم ِب ِه ِإَّن َهَّللا كاَن َس ِم يعًا‬
)58( ‫َبِص يرًا‬

Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kalian) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya
kalian menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepada kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia memerintahkan agar amanat-amanat itu disampaikan
kepada yang berhak menerimanya.

Di dalam hadis Al-Hasan, dari Samurah, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

" ‫ َو اَل َتُخْن َم ْن َخ اَنَك‬، ‫"َأِّد اَأْلَم اَنِة ِإَلى َمِن اْئَتَم َنَك‬

Sampaikanlah amanat itu kepada orang yang mempercayaimu, dan janganlah kamu berkhianat
terhadap orang yang berkhianat kepadamu.

19 Mochammad Aris Yusuf, “Pengertian Musyawarah: Prinsip, Tujuan, Manfaat, dan


Contohnya”(/https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-musyawarah-prinsip-tujuan-manfaat-dan-
contohnya/).

20 Nadirsyah Hosen, “Tafsir Al-Qur’an di Medsos”, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka) cet. 2020, hal.
367.
Hadis riwayat Imam Ahmad dan semua pemilik kitab sunan. Makna hadis ini umum mencakup
semua jenis amanat yang diharuskan bagi manusia menyampaikannya.

Amanat tersebut mencakup hak-hak Allah Swt. atas hamba-hamba-Nya, seperti salat,
zakat, puasa, kifarat, semua jenis nazar, dan hal-hal lain yang tidak dapat dilihat oleh seorang
hamba pun. Mereka juga mencakup hak-hak hamba-hamba Allah atas hamba-hamba-Nya yang
tertentu atas hamba-hamba yang lain, seperti semua titipan dan hal-hal lain yang merupakan
subjek titipan tanpa bukti yang menunjukkan sebaliknya. Allah SWT menyatakan bahwa orang
yang berhak menerimanya harus menerimanya. Yang tidak melakukannya di dunia ini akan
dituntut dan dihukum di hari kiamat.

Sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis sahih, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:

" ‫ َح َّتى ُيْقَتَّص ِللَّش اِة اْلَجَّم اِء ِم َن اْلَقْر َناِء‬،‫"َلُتَؤ َّدَّن اْلُح ُقوُق ِإَلى َأْهِلَها‬

Sesungguhnya semua hak itu benar-benar akan disampaikan kepada pemiliknya. hingga
kambing yang tidak bertanduk diperintahkan membalas terhadap kambing yang bertanduk
(yang dahulu di dunia pernah menyeruduknya).

Menurut Ibnu Abu Hatim, Muhammad ibnu Ismail Al-Ahmasi, Waki', dari Sufyan, dari
Abdullah ibnu Saib, dari Zazan, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan, "Sesungguhnya
syahadat itu menghapus semua dosa kecuali amanat." Seseorang diajukan ke pengadilan Allah di
hari kiamat, kata Ibnu Mas'ud. Tunaikanlah amanahmu jika pria itu mati di jalan Allah.
"Bagaimana aku akan menunaikannya, sedangkan dunia telah tiada," jawab pria itu. Jadi, amanat
menyerupai sesuatu yang terpadat di dasar neraka Jahannam.

Menurun ke dasar neraka, pria itu memikulnya di atas pundaknya. Menurut Ibn Mas'ud,
setiap kali ia mengangkat amanat, amanat itu jatuh dari pundaknya dan kemudian jatuh Sungguh
mengerikan; begitulah selamanya. Kemudian, Zazan datang ke Al-Barra ibnu Azib dan
menceritakannya kepada Al-Barra.
Maka Al-Barra mengatakan, "Benarlah apa yang dikatakan oleh saudaraku." Lalu ia
membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya. (An-Nisa: 58)

Sehubungan dengan makna ayat ini, Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Ibnu Abu Laila,
dari seorang lelaki, dari Ibnu Abbas, bahwa amanat ini bermakna umum dan wajib ditunaikan
terhadap semua orang, baik yang bertakwa maupun yang durhaka. Muhammad ibnul Hanafiyah
mengatakan bahwa amanat ini umum untuk baik yang bertakwa maupun yang durhaka. Amanat
itu mencakup semua perintah dan larangan, menurut Abul Aliyah.

Menurut Ibnu Abu Hatim, Hafs ibnu Gayyas, dari Al-A'masy, dari Abu-Dhuha, dari
Masruq, yang mengatakan bahwa Ubay ibnu Ka'b pernah berkata, "Termasuk ke dalam
pengertian amanat ialah memelihara farji bagi seorang wanita."

menurut Ar-Rabi' ibnu Anas, Wanita termasuk amanat yang berkaitan dengan orang lain dan
Anda sendiri.

Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya. (An-Nisa: 58) Termasuk ke dalam pengertian amanat ini ialah nasihat sultan
kepada kaum wanita, yakni pada hari raya.

Ayat ini diturunkan tentang Utsman bin Thalhah ibnu Abu Talhah, menurut mayoritas
mufassirin. Pengurus Ka'bah bernama Abdullah ibnu Abdul Uzza ibnu Usman ibnu Abdud Dar
ibnu Qusai ibnu Kitab Al-Qurasyi Al-Abdari. Saudara sepupunya, Syaibah ibnu Usman ibnu
Abu Talhah, mewarisi tanggung jawab itu darinya dan dilanjutkan ke anak cucunya hingga hari
ini.

Usman yang ini memeluk Islam saat gencatan senjata berlaku antara Perjanjian
Hudaibiyah dan pembukaan kota Mekah. Ia masuk Islam bersama Khalid ibnul Walid dan Amr
ibnul As pada saat itu. Pamannya bernama Usman ibnu Thalhah ibnu Abu Talhah, dan ia adalah
komandan pasukan kaum musyrik dalam Perang Uhud, di mana ia terbunuh dalam keadaan kafir.
Kami hanya menyebutkan nasab ini karena banyak Mufassirin bingung dengan nama ini
dan nama itu (yakni antara pengurus Ka'bah Usman ibnu Abu Talhah dan Utsman ibnu Talhah
ibnu Abu Talhah, yang mati kafir dalam Perang Uhud).

Fakta bahwa ayat ini berkaitan dengan Usman adalah karena pada hari kemenangan atas
kota Mekah, Rasulullah Saw. mengambil kunci pintu Ka'bah dari tangannya dan kemudian
mengembalikannya kepadanya, setelah ayat ini diturunkan.

Sehubungan dengan perang kemenangan atas kota Mekah, Muhammad ibnu Ishaq
mengatakan bahwa semua orang tenang ketika Rasulullah Saw. turun di Mekah. Kemudian
beliau keluar hingga sampai di Baitullah, lalu melakukan tawaf di atasnya sekitarnya sebanyak
tujuh kali saat dia berjalan, dan dia mengusap rukun Hajar Aswad dengan tongkat yang dia
pegang.

Setelah melakukan tawaf, dia memanggil Usman ibnu Talhah dan mengambil kunci pintu
Ka'bah. Kemudian Nabi Saw. membuka pintu dan masuk ke dalamnya. Ketika dia masuk, dia
melihat patung burung merpati dari kayu, dia mematahkan patung itu dengan tangannya dan
membuangnya. Setelah itu, dia berhenti di pintu Ka'bah, sedangkan semua orang tenang dan
diam dengan hormat kepada Nabi Saw. Semua orang berada di masjid.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa salah seorang Ahlul Ilmi telah menceritakan kepadaku
bahwa Rasulullah Saw. bersabda ketika berdiri di depan pintu Ka'bah:

‫ َأاَل ُك ُّل َم ْأُثَرٍة َأْو َد ٍم َأْو َم اٍل ُيْد َعى َفُه َو َتْح َت‬،‫ َو َهَز َم اَأْلْح َز اَب َو ْح َد ُه‬،‫ َو َنَصَر َع ْبَد ُه‬،‫ َص َدَق َو ْع َد ُه‬،‫«اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو ْح َد ُه اَل َش ِريَك َلُه‬
»‫ ِإاَّل ِس َد اَنَة اْلَبْيِت َوِس َقاَيَة اْلَح اِّج‬، ‫َقَد َم َّي َهاَتْيِن‬

Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Dia telah menunaikan janji-Nya
kepada hamba-Nya, dan telah menolong hamba-Nya dan telah mengalahkan pasukan yang
bersekutu sendirian. Ingatlah, semua dendam atau darah atau harta yang didakwakan berada di
bawah kedua telapak kakiku ini, kecuali jabatan Sadanatul Ka'bah (pengurus Ka'bah) dan
Siqayalut Haj (pemberi minum jamaah haji).

Khutbah Nabi Saw. pada hari itu diceritakan oleh Ibnu Ishaq kemudian duduk di masjid.
"Wahai Rasulullah, serahkan saja tugas ini kepada kami bersama jabatan siqayah, semoga Allah
melimpahkan shalawat kepadamu," kata Ali ibnu Abu Talib saat menghadapnya dengan kunci
pintu Ka'bah.
Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Di manakah Usman ibnu Talhah?" Lalu Usman dipanggil.
Setelah ia menghadap, Rasulullah Saw. bersabda kepadanya:

" ‫ اْلَيْو ُم َيْو ُم َو َفاٍء َو ِبٍّر‬، ‫"َهاَك ِم ْفَتاَح َك َيا ُع ْثَم اُن‬

Inilah kuncimu, hai Usman, hari ini adalah hari penyampaian amanat dan kebajikan.

Sehubungan dengan ayat ini, Ibnu Jarir mengatakan bahwa Al-Qasim telah menceritakan
kepada kami dan Al-Husain telah menceritakan kepada kami dari Hajjaj dan Ibnu Juraij. Ayat ini
diturunkan berkenaan dengan Utsman bin Thalhah. Pada hari kemenangan atas kota Mekah,
Rasulullah Saw. mengambil kunci pintu Ka'bah dan masuk ke dalamnya. Kemudian beliau
keluar dari Ka'bah seraya membacakan ayat ini yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah
menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. (An-Nisa: 58),
hingga akhir ayat. Lalu Rasulullah Saw. memanggil Usman dan menyerahkan kepadanya kunci
tersebut.

Ibnu Juraij mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. keluar dari dalam Ka'bah seraya
membaca firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya. (An-Nisa: 58) Maka Umar ibnul Khattab berkata, "Semoga Allah
menjadikan ayah dan ibuku sebagai tebusan beliau. Aku tidak pernah mendengar beliau
membaca ayat ini sebelumnya."

Kami mendengar dari Al-Qasim, Al-Husain, dan Az-Zunji-ibnu Khalid. Az-Zuhri


mengatakan bahwa Nabi Saw. memberi Usman kunci pintu Ka'bah dengan kata-kata, "Bantulah
dia oleh kalian (dalam menjalankan tugasnya sebagai hijabatul bait)."

Sehubungan dengan firman-Nya, Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abu Saleh dari
Ibnu Abbas melalui jalur Al-Kalbi: Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya. (An-Nisa: 58) Usman disebut sebagai Ibnu Talhah
oleh Rasulullah Saw. ketika dia membuka kota Mekah. Setelah Usman menghadap, beliau
berkata, "Berikanlah kunci itu kepadaku." Usman bin Thalhah mengambil kunci itu dan
menyerahkannya kepada Nabi Saw. Ketika dia menyerahkan tangannya kepadanya, Al-Abbas
menghampirinya dan berkata, "Wahai Rasulullah, semoga ayah dan ibuku menjadi tebusanmu,
berikanlah jabatan sadanah ini bersama jabatan siqayah kepadaku."
Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Usman, jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian, serahkanlah kunci itu." Usman menarik kembali tangannya untuk menyerahkan kunci,
tetapi Al-Abbas mengulangi kata-katanya, dan Usman kembali menarik tangannya. Kemudian
Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Usman, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian,
serahkanlah kunci itu." Usman berkata, "Terimalah dengan amanat dari Allah." Muhammad
Saw. berdiri dan membuka pintu Ka'bah. Di dalamnya, dia menemukan patung Nabi Ibrahim a.s.
sedang memegang piala pengundian.

Maka Rasulullah Saw. bersabda:

»‫ َو َم ا َش ْأُن ِإْبَر اِهيَم َو َش ْأُن اْلِقَداِح‬،‫«َم ا ِلْلُم ْش ِرِكيَن َقاَتَلُهُم ُهَّللا‬

Apakah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik ini, semoga Allah melaknat mereka, dan
apakah kaitannya antara Nabi Ibrahim dengan piala ini?

Kemudian Nabi Saw meminta panci besar dengan air; setelah itu, dia mengambil piala itu
dan memasukkannya ke dalam panci, seperti yang ditunjukkan oleh patung. Kemudian beliau
mengeluarkan maqam Ibrahim dari dalam Ka'bah dan kemudian menempelkannya pada dinding.
Ini adalah tempat maqam Ibrahim pertama kali diletakkan di dalam Ka'bah. Setelah itu beliau
bersabda:

»‫«َيا َأُّيَها الَّناُس َهِذِه اْلِقْبَلُة‬

Hai manusia, inilah kiblat!

Setelah itu, Rasulullah Saw. melakukan tawaf keliling Ka'bah sekali atau dua kali.
Menurut pemilik kitab Bardul Miftah, Malaikat Jibril turun setelah itu. Selanjutnya, Rasulullah
Saw. membacakan firman-Nya, "Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya." sampai akhir ayat (An-Nisa: 58)

Menurut riwayat yang terkenal, makna ayat ini umum, tidak peduli apakah diturunkan
dari peristiwa tersebut atau tidak. Karena itu, Muhammad ibnul Hanafiyah dan Ibnu Abbas
menyatakan bahwa amanat ini ditujukan kepada baik orang yang berbuat baik maupun orang
yang berbuat tidak baik. Dengan kata lain, semua orang harus bersifat umum.

Firman Allah Swt.:

‫َو ِإذا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّناِس َأْن َتْح ُك ُم وا ِباْلَع ْد ِل‬


dan (menyuruh kalian) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kalian menetapkan
dengan adil. (An-Nisa: 58)

Hal ini merupakan perintah Allah Swt. yang menganjurkan penetapan hukum yang adil di
antara manusia. Oleh karena itu, Muhammad ibnu Ka'b, Zayd ibn Aslam, dan Syahr bin Hausyab
mengatakan bahwa ayat ini diturunkan hanya untuk para umara, yaitu mereka yang bertanggung
jawab atas pengambilan keputusan di antara orang. Di dalam sebuah hadis disebutkan:

"‫ َفِإَذ ا َج اَر َو َك َلُه ِإَلى َنْفِسِه‬، ‫"ِإِن َهَّللا َم َع اْلَح اِكِم َم ا َلْم َيُجْر‬

Sesungguhnya Allah selalu bersama hakim selagi ia tidak aniaya; apabila ia berbuat aniaya
dalam keputusannya, maka Allah menyerahkan dia kepada dirinya sendiri (yakni menjauh
darinya).

Di dalam sebuah atsar disebutkan:

»‫«َع ْد ُل َيْو ٍم َك ِعَباَد ِة َأْر َبِع يَن َس َنًة‬

Berbuat adil selama sehari lebih baik daripada melakukan ibadah empat puluh tahun.

Firman Allah Swt.:

‫ِإَّن َهَّللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم ِبِه‬

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kalian. (An-Nisa: 58)

Allah meminta kalian untuk melaksanakan perintah-Nya dan hukum-Nya yang sempurna lagi
agung, yang mencakup segala sesuatu.

Firman Allah Swt.:

‫ِإَّن َهَّللا كاَن َسِم يعًا َبِص يرًا‬

Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An-Nisa: 58)

Maha mendengar semua ucapan kalian lagi Maha Melihat semua perbuatan kalian.

‫ َع ْن َأِبي‬،‫ َع ْن َيِز يَد ْبِن َأِبي َح ِبيٍب‬،‫ َح َّد َثِني َع ْبُد ِهَّللا ْبُن َلِهيَع َة‬، ‫ َح َّد َثَنا َيْح َيى ْبُن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ُبَكْيٍر‬،‫ َح َّد َثَنا َأُبو ُز ْر َعة‬: ‫َقاَل اْبُن َأِبي َح اِتٍم‬
‫ ِبُك ِّل َش ْي ٍء‬:‫ َر َأْيُت َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو ُهَو ُيْقِر ُئ َهِذِه اآْل َي َة {َس ِم يًعا َبِص يًرا} َيُق وُل‬: ‫ َع ْن ُع ْقَبَة ْبِن َعاِم ٍر َقاَل‬، ‫اْلَخْيِر‬
‫َبِص يٌر‬
Menurut Ibnu Abu Hatim, kami diberitahu oleh Abu Zar'ah, Yahya ibnu Abdullah ibnu Bukair,
Abdulah ibnu Luhai'ah, Yazid ibnu Abu Habib, Abul Khair, dan Uqbah ibn Amir bahwa dia
pernah melihat Rasulullah Saw. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: "Maha Mendengar lagi
Maha Melihat." (An-Nisa: 58) dan kemudian bersabda: "Maha Melihat segalanya."

Menurut Ibnu Abu Hatim, kami diberitahu oleh Yahya Al-Qazwaini, Al-Muqri (yang
berarti Abu Abdur Rahman Abdullah ibnu Yazid), dan Harmalah (yang berarti Ibnu Imran). At-
Tajibi Al-Masri mengatakan bahwa dia mendengar hadis dari Yunus di mana dia mendengar
Abu Hurairah membaca firman-Nya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya." Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat (An-Nisa: 58).

Sementara ia meletakkan jari berikutnya pada matanya, mengatakan bahwa itulah yang
dia lihat dari Rasulullah Saw ketika membaca ayat ini, ketika dia meletakkan kedua jarinya pada
kedua anggota tubuhnya, mata dan telinga. Abu Zakaria mengatakan kepada kami bahwa Al-
Muqri memperagakannya. Kemudian dia meletakkan jari jempolnya yang kanan pada mata
kanannya dan jari jempolnya yang berikutnya pada telinga kanannya. "Al-Muqri memperagakan
seperti ini kepada kami," katanya kemudian.

Hadits Abu Abdurrahman Al-Muqri telah diriwayatkan dengan lafaz yang serupa oleh
Imam Abu Daud, Imam Ibnu Hibban, Imam Hakim, dan Ibnu Murdawaih di dalam kitab tafsir
mereka. Dalam sanad hadis ini, Abu Yunus disebutkan sebagai maula Abu Hurairah r.a. nama
aslinya adalah Sulaim ibnu Jubair.21

E. Sikap Nabi Muhammad dalam mengambil keputusan serta pemberian amnesti


terhadap kaum kafir quraisy

Nabi adalah seorang humanis. Dia sangat manusiawi. Selama perang, ia mengajarkan
untuk tidak membunuh orang tua, anak-anak, dan wanita, serta melarang penghancuran tempat
ibadah. Sikap kemanusiaan Rasulullah mungkin sudah terbukti ketika terjadi perang pada
peristiwa Mekkah Fatu. Bayangkan selama perang, emosi berkobar secara alami dan keinginan

21 Asbabun Nuzul Surah An-Nisa` Ayat 58 Tentang Amnesti


untuk membunuh, bahkan mungkin untuk membalas dendam, mencapai puncaknya. Meski kaum
kafir Quraisy melakukan kekejaman yang berlebihan, namun Nabi nyatanya memaafkan mereka
tanpa syarat dan tanpa pertumpahan darah. Nabi tidak menggunakan logika dalam menghadapi
situasi di Fatul Mekkah, namun menggunakan hati dan akhlak untuk menyelamatkan umat. Nabi
melupakan dalam hatinya segala perbuatan negatif yang dilakukan masyarakat Mekkah dan
para pemimpinnya.
Di dalam catatan sejarah, ketika seorang jenderal menaklukkan suatu wilayah, seringkali terjadi
pembunuhan karena dendam politik atau rasial. Namun, Rasulullah tidak membenci kaum kafir
Quraisy yang belum memeluk Islam. Tidak ada pemaksaan untuk memeluk agama Islam.
Rasulullah hanya membersihkan tanah suci dari berhala-berhala yang ada. Yang terbukti,
masyarakat Mekkah memilih Islam karena melihat akhlak yang agung yang dimiliki oleh Nabi,
bukan karena takut terhadap intervensi penaklukkan Nabi.

Apabila dibandingkan dengan amnesti Rasulullah Saw pada masa Fathu Makkah dan
amnesti yang ada saat ini. Maka, dapat dilihat bahwa pengampunan yang diberikan Nabi
melampaui zamannya dan berlanjut hingga saat ini. Sebab keputusan nabi tersebut bukanlah
keputusan politik, juga bukan keputusan yang mengharuskan beliau memaafkan seseorang
dengan syarat. Bahkan Nabi pun tidak memaksanya untuk menerima Islam yang dibawanya.
Tidak ada dendam politik atau sekadar teman dan lawan politik. Keputusan Nabi ini murni
bersifat kemanusiaan dan bertujuan untuk membersihkan Mekkah dari ibadah palsu. Tidak ada
syarat sama sekali. Syaratnya hanya siapa saja yang boleh masuk ke rumah Abu Sufyan,
rumahnya masing-masing, atau masjidnya. Itu adalah kondisi yang sangat mudah untuk
dipenuhi. Sebenarnya itu bukan syarat politik, tapi syarat untuk melindungi kaum kafir Quraisy
dari kesombongan dan egonya sendiri. Meskipun Nabi tidak mengatur tentang hukum amnesti,
namun sejarah telah menuliskan hukum ini dengan tinta emas dan menuliskannya dengan
sempurna di pikiran dan hati Nabi, sebuah keputusan yang melampaui hukum apapun di dunia
ini.22

F. Kontekstualisasi Ayat Al-Qur’an terhadap Kebijakan Grasi, Amnesti dan Abolisi

22 Yakub Amin, politea: jurnal pemikiran politik islam, “Amnesti Umum Nabi Muhammad SAW pada
Peristiwa Fathu Makkah”,UIN Syarif Jakarta, Vol. 4 No. 1 Tahun 2021.
Dari pemaparan tentang asbabun nuzul Surah An-Nisa’ ayat 58 dapat diambil kesimpulan
bahwa amanah itu harus diberikan kepada orang yang benar-benar dapat menjaganya dengan
sepenuh hati. Dalam konteks ini hendaknya memilih pemimpin harus berdasarkan kemaslahatan
rakyat. Disamping kepala negara harus mempunyai visi dan misi yang jelas, tindakan atau
aksinya juga harus diperhatikan. Hal tersebut dapat diketahui melalui kehidupan sehari-hari
calon kepala negara tersebut. Semua ini bertujuan untuk menciptakan negara yang makmur,
aman, dan damai. Makanya di dalam ayat tersebut ada penjelasan lanjutan bahwa menetapkan
hukum itu harus bijaksana. Kemudian di ayat yang menjelaskan tentang demokrasi, itu ada
prinsip musyawarah, yaitu menyelesaikan masalah secara bersama-sama. Hal ini sangat
berkaitan dengan Grasi, Amnesti, dan Abolisi karena pengampunan tidak diterima begitu saja,
namun ada proses ketat berdasarkan undang-undang yang berlaku untuk pemberian
pengampunan.
Dasar hukum pemberian kebijakan tersebut di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang
Tahun 1945, Pasal 14 ayat (2) yang berbunyi: “Presiden memberikan amnesti dan abolisi
berdasarkan pendapat Dewan Perwakilan Rakyat.” . Kewenangan ini sepenuhnya berada di
tangan Presiden dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana ditentukan oleh undang-undang.
Meski dalam praktiknya, Presiden ketika memberikan grasi akan memperhatikan pendapat
legislatif.23 Konteks sosial historis ayat QS.An Nisa’ ayat 58 tersebut seperti yang telah
dijelaskan adalah peristiwa Fathul Makkah. Disitu apa yang diputuskan oleh Nabi Muhammad
SAW bisa kita kontekstualisasikan di zaman sekarang dengan pemberian Grasi, Amnesti, dan
Abolisi yang termasuk di dalam kebijakan pemerintah.
a. Grasi
Secara umum, grasi adalah pernyataan presiden yang menghilangkan seluruh atau
sebagian akibat hukum yang timbul dari suatu pelanggaran hukum. Pengampunan dianggap
sebagai hak prerogatif presiden saja. Dalam arti sempit, pengampunan adalah penghapusan
pidana oleh hakim yang telah memvonis bersalah seseorang yang telah mempunyai hak hukum

23 Ayu Purnama, “Pengertian Amnesti, Grasi, Abolisi dan Rehabilitasi yang Diperingati 28
Mei”,//https://www.detik.com/sulsel/berita/pengertian-amnesti-grasi-abolisi-dan-rehabilitasi-yang-
diperingati-28-mei.28 Mei 2023.
tetap. Pengampunan tidak hanya mencakup pencabutan tuntutan pidana oleh hakim saja, namun
dapat berupa:
1. Perubahan dari jenis pidana yang telah dijatuhkan oleh hakim bagi seorang terpidana,
misal perubahan dari pidana mati menjadi pidana seumur hidup atau menjadi pidana
penjara selama-lama nya 20 tahun
2. Pengurangan dari lamanya pidana penjara, pidana tutupan, pidana kurungan atau
pidana kurungan sebagai ganti denda atau karena tidak dapat menyerahkan sesuatu benda
yang telah dinyatakan sebagai barang sita untuk kepentingan negara seperti yang telah
diputuskan oleh hakim
3. Pengurangan dari besarnya uang denda seperti yang telah dijatuhkan putusannya oleh
hakim bagi terpidana
b. Amnesti
Amnesti dalam bahasa Yunani berarti pernyataan kepada banyak orang mengenai suatu
kejahatan, pencabutan hukum pidana akibat suatu kejahatan. Pengampunan dapat diartikan
sebagai pengampunan atau pencabutan hukuman yang dijatuhkan oleh kepala negara kepada
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan tindak pidana tertentu. Umumnya amnesti
diberikan tanpa syarat, sehingga pemberian amnesti tidak bisa sembarangan, melainkan
memerlukan pertimbangan jangka panjang dan harus menjamin bahwa kelompok tersebut tidak
melakukan tindakan yang merugikan bangsa.
Menurut Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), meskipun
amnesti sangat fungsional bagi suatu transisi demokrasi, pemeliharaan perdamaian, dan
rekonsiliasi nasional, penerapannya tetap harus memenuhi prasyarat tertentu. Dari sudut pandang
hak asasi manusia dan hukum internasional, memberikan amnesti yang melanggar prinsip
keadilan dan mengarah pada impunitas adalah tidak dibenarkan. Berbagai instrumen
internasional (hak asasi manusia dan hukum humaniter) mewajibkan negara untuk melakukan
penuntutan (duty to prosute) atas beberapa kejahatan berat. Pemberian amnesti diberikan oleh
Presiden dengan mengeluarkan Perintah Eksekutif tentang Pengampunan setelah ditinjau oleh
DPR.

c. Abolisi
Abolisi berasal dari kata bahasa Inggris “abolition” yang berarti penindasan atau
penghapusan. Dalam istilah ini, penghapusan diartikan sebagai penghapusan tuntutan pidana.
Artinya pemberhentian adalah keputusan untuk menghentikan penyidikan dan penyidikan suatu
perkara, dimana pengadilan belum mengambil keputusan atas perkara tersebut. Presiden
memberi peluang pembatalan karena keumuman perkara yang melibatkan para tersangka
berkaitan dengan kepentingan negara yang tidak bisa dikorbankan dengan putusan pengadilan.
Merujuk pada kamus hukum yang ditulis oleh Marwan dan Jimmy, pengertian Abolisi adalah
hak untuk menghapuskan segala sesuatu yang berasal dari suatu putusan pengadilan atau
menghapuskan tuntutan pidana terhadap orang yang bersalah, dan mengakhirinya apabila
putusan itu telah dijalankan.
Dasar hukum abolisi tersebut adalah Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2005. Presiden
berhak menyetujui abolisi berdasarkan pendapat masyarakat setelah melalui pembahasan DPR.
minat. Pencabutan ini akan menghilangkan litigasi yang sedang berlangsung. Segala proses
hukum yang belum terselesaikan akan dihentikan. Tersangka kriminal secara otomatis
mendapatkan kebebasannya dan dapat hidup sebagai manusia bebas. abolisi tersebut
menghapuskan semua hukuman. Jaksa biasanya mendasarkan dakwaannya pada berkas kasus
dan bukti kriminal yang mereka miliki dan kumpulkan. Jika terpidana menerima perintah
penghapusan pidana mati, maka seluruh tuntutan dianggap tidak sah. Mereka yang dinyatakan
bersalah hanya akan diadili jika proses pidana lebih lanjut masih tertunda. Penghapusan
hukuman mati yang diberikan kepada individu tidak serta merta berarti tindakan politik. Namun,
persidangan mendatang dapat menyebabkan ketidakstabilan politik. Padahal, abolisi bukanlah
pemberian pengampunan oleh kepala negara terhadap seseorang yang terbukti melakukan tindak
pidana berat, melainkan penangguhan dan penangguhan penuntutan atas tindak pidana seseorang
agar perkaranya tidak terungkap dan berkepanjangan. Sebab kejadian tersebut dapat
membahayakan keseimbangan dan kepentingan bangsa serta stabilitas pemerintahan saat ini.24.
G. Tujuan Grasi, Amnesti, dan Abolisi
Alasan utama mempertimbangkan pemberian amnesti berdasarkan definisi di atas adalah
karena alasan yudisial dan kemanusiaan. Alasan keadilan adalah apabila ternyata karena suatu
sebab hakim menjatuhkan hukuman yang dipandang “tidak adil”, maka pengampunan dapat
24 Gusti Faza Aliya dkk. Makalah “PENGERTIAN GRASI, AMNESTI, DAN ABOLISI”.
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2022.
diberikan sebagai langkah menuju keadilan. Kesejahteraan manusia tercermin dari keadaan
pribadi pihak yang bersalah. Misalnya, jika terpidana sakit atau menunjukkan dia telah berubah
menjadi lebih baik, maka belas kasihan juga bisa diberikan sebagai ucapan terima kasih kepada
terpidana itu sendiri. Adapun amnesti dan pemberantasan, keduanya merupakan cara pemerintah
mengurangi konflik dan membawa perdamaian pada situasi yang mengacaukan stabilitas dan
kedaulatan negara akibat kejahatan politik25.

Kesimpulan

25 Suyogi Imam Fauzi, Konsultan Hukum, Jurnal Hukum & Pembangunan “POLITIK HUKUM
PEMBERIAN GRASI, AMNESTI DAN ABOLISI SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS HAK
PREROGATIF”. Universitas Indonesia, Vol. 51 No. 3 (2021).
Pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur'an perlu dikaitkan dengan konteks sosial dan
historis, seperti yang ditekankan oleh teori double movement Fazlur Rahman. Dalam hal ini,
kebijakan pemerintah yang melibatkan grasi, amnesti, dan abolisi bisa dianalisis dengan
memperhatikan prinsip-prinsip moral-sosial yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur'an.
Kemudian, penggunaan metode penelitian kualitatif dan studi kepustakaan dalam
penelitian ini memberikan pemahaman mendalam terhadap teori hermeneutika dan konsep-
konsep yang diterapkan oleh Fazlur Rahman. Ini mencakup sumber data primer seperti buku-
buku terkait dengan pembahasan penelitian dan sumber data sekunder seperti jurnal, skripsi, dan
tesis yang mendukung konteks penelitian.
Terakhir, poin-poin tentang sistem pemerintahan di Indonesia, prinsip musyawarah dalam
demokrasi menurut Al-Qur'an, serta sikap Nabi Muhammad dalam mengambil keputusan dan
memberikan amnesti membentuk dasar untuk pengkontekstualisasian Al-Qur'an terhadap
kebijakan-kebijakan pemerintah. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi dalam
memahami hubungan antara ajaran agama, teori hermeneutika, dan konteks sosial-historis.

Anda mungkin juga menyukai