Anda di halaman 1dari 5

MENGKAJI STUDY ISLAMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE

PENDEKAATAN STORIS DAN SOSIOLOGI

Asep Maulana Yusup


ABSTRAK
Pendekatan kesejarahan ini sangat penting dalam memahami agama, karena agama itu
sendiri turun dari situasi yang konkret dan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
Melalui pendekatan sejarah ini seorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya
berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Seorang yang ingin memahami Al- Qur’an atau
kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya Al-Qur’an. Tujuan pendekatan historis adalah
untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensistesiskan bukti-bukti untuk
menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Melalui pendekatan historis
seseorang diajak menukik dari alam idealis yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan
ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam
idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis. Maka lapangan sejarah adalah meliputi
segala pengalaman manusia.
Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat dipahami karena
banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Jalaludin Rakhmat telah
menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini adalah Islam terhadap
masalah sosial. Namun dewasa ini, sosiologi agama mempelajari bagaimana agama
mempengaruhi masyarakat, dan boleh jadi agama maysrakat mempengaruhi konsep agama.
Pendekatansosiologi memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha untuk memahami
dan menggali makna-makna yang sesungguhnya dikehendaki oleh alQur’an. Selain
disebabkan oleh Islam sebagai agama yang lebih mengutamakan hal-hal yang berbau sosial
daripada individual yang terbukti dengan banyaknya ayat al-Qur’an dan Hadis yang
berkenaan dengan urusan muamalah (sosial), hal ini juga disebabkan banyak kisah dalam al-
Qur’an yang kurang bisa dipahami dengan tepat kecuali dengan pendekatan sosiologi.
A. PEMBAHASAN
1. Pendekatan Historis
Dari beberapa jurnal yang saya baca seperti dalam jurnal yang di tulis oleh “Sri
Haryanto” saya dapat menyimpulkan beberapa poin diantara nya
Pengertian pendekatan historis dalam study islam bisa juga diartikan mengkaji sebuah
sejarah. Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab syajarah yang artinya pohon, istilah
berkaitan dengan kenyataan, bahwa sejarah menyangkut tentang, syajarat al- nasab, pohon
genealogis yang dalam masa disebut sejarah keluarga (family history), atau kata kerja syajara
juga punya arti to happen, to occurred dan to develop. Dalam perkembanganya sejarah
dipahami mempunyai makna yang sama dengan tarikh (Arab), istora (Yunani), history atau
geschichte (jerman), yang secara sederhana berarti kejadian-kejadian menyangkut manusia
pada masa silam
Dalam memaknai kata historis para sejarawan memiliki pendapat yang beragam, Edward
Freeman, misalnya menyatakan historis adalah politik masa lampau (history is past politics).
Sementara Ernst Bernheim, menyebut historis sebagai ilmu tentang perkembangan manusia
dalam upaya-upaya mereka sebagai makhluk sosial.
Sejarawan Indonesia, seperti Sartono Kartodirdjo (1993: 14-15) dalam Pendekatan Ilmu
Sosial dalam Metodologi Sejarah, membagi pengertian sejarah pada pengertian subjektif dan
objektif. Pertama, Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu konstruk, yakni bangunan yang
disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian atau cerita itu merupakan suatu
kesatuan atau unit yang mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk menggambarkan suatu
gejala sejarah, baik proses maupun struktur; Kedua, Sejarah dalam arti objektif adalah
menunjuk kejadian atau peristiwa itu sendiri, yakni proses sejarah dalam aktualitasnya.
Kejadian yang sekali terjadi tidak dapat diulang atau terulang lagi.
Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik benang merah bahwa sejarah merupakan
gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang dialami manusia,
disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu, diberi tafsiran dan analisa kritis
sehingga mudah dimengerti dan dipahami. Dengan kata lain di dalam sejarah terdapat objek
peristiwanya (what), orang yang melakukannya (who), waktunya (when), tempatnya (where)
dan latar belakangnya (why). Seluruh aspek tersebut selanjutnya disusun secara sistematik
dan menggambarkan hubungan yang erat antara satu bagian dengan bagian lainnya. Jika
dikaitkan dengan kajian islam dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa islam historis dikaji
dari aspek sejarah, menganalisis perkembangannya dari awal sampai sekarang, karena islam
tidak lepas dari historisnya.
Pendekatan historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi
informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis, maka dapat dikatan
bahwa pendekatan historis dalam kajian islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk
mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-
hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun
praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang
sejarahnya.
Contoh Penerapan pendekatan historis dapat dilakukan pada studi sumber Islam atau
studi Al-Quran maupun Sunnah, misalnya:
a. Fenomena orang mabuk shalat.
Terdapat landasan normatif dalam Al-Quran “janganlah kamu mendekati shalat, sedang
kamu mabuk”. Melalui teks tersebut terdapat makna bahwa jika sesorang sedang mabuk
janganlah ia shalat hingga ia sadar. Namun juga berkesan bahwa di luar shalat boleh mabuk.
Jelas keliru. Ayat tersebut mesti dipahamai melalui pendekatan historis asbabun nuzul-nya.
Ayat itu merupakan rangkaian pengharaman khamr. Awalnya khamr hanya disebutkan
banyak madharatnya saja disbanding dengan manfaatnya. Lalu dipertegas oleh ayat di atas
bahwa janganlah shalat ketika mabuk dan diakhiri dengan pengharaman khamr di ayat lain.
Maka, dengan pendekatan historis ayat, tidak akan ada misinterpretasi makna dalam
memahami sebuah ayat.
b. Buku yang paling awal di tulis oleh kaum muslimin adalah Kitab Allah.
Awalnya mereka sempat ragu- ragu untuk menuliskannya. Pembunuhan besar- besaran
pada para penghafal Al-Qur’an pada saat terjadinya perang Riddah (perang melawan orang-
orang murtad) dan perang melawan nabi palsulah yang membuat mereka menuliskan kitab
Allah. Hal itu di karenakan adanya rasa khawatir kitab Allah akan lenyap dan dilupakan.
2. Pendekatan Sosiologi
Untuk pendekatan ini saya mencoba menyimpulkan dari jurnal yang di tulis oleh “Ida
Zahara Adibah” dalam jurnal nya beliau mendefinisikan pendekatan secara sosiologi sebgai
berikut; Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu socius yang berarti kawan, teman sedangkan
logos berarti ilmu pengetahuan (https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi). Ungkapan ini
dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul Cours de Philosophie
Positive karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi,
namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Sosiologi
mempelajari masyarakat meliputi gejala-gejala sosial, struktur sosial, perubahan sosial dan
jaringan hubungan atau interaksi manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Menurut Pitirim Sorokin Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan
pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala
keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh
timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain. Dari berbagai
definisi sosiologi di atas dapat disimpulkan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan
apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta
berusaha mencari pengertianpengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.
Kaitannya dengan pendekatan sosiologi. Minimal ada tiga teori yang bisa digunakan dalam
penelitian, yaitu: teori fungsional, teori interaksional, dan teori konflik. Tapi ada juga yang
menambahkan dua teori lainnya, yaitu teori peranan dan teori kepentingan.
Al-Ghazali secara substansial telah merumuskan kajian sosiologi ini dalam kajian hukum
Islam. Menurutnya penelitian hukum Islam secara garis besar ada dua, yakni, penelitian
hukum deskriptif (washfi) dan penelitian hukum normatif/perspektif (mi’yari). Penelitian
deskriptif menekankan pada penjelasan hubungan antara variabel hukum dengan non hukum,
baik sebagai variabel independen ataupun variable dependen.
PendekatanSosiologi memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha untuk
memahami dan menggali makna-makna yang sesungguhnya dikehendaki oleh al-Qur’an.
Selain disebabkan oleh Islam sebagai agama yang lebih mengutamakan hal-hal yang berbau
sosial daripada individual yang terbukti dengan banyaknya ayat al-Qur’an dan Hadis yang
berkenaan dengan urusan muamalah (sosial), hal ini juga disebabkan banyak kisah dalam
alQur’an yang kurang bisa dipahami dengan tepat kecuali dengan pendekatan sosiologi.
Sebagai contoh, kisah Nabi Yusuf yang dulunya budak lalu akhirnya menjadi penguasa di
Mesir dan kisah nabi Musa yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Nabi Harun.
Kedua kisah itu baru dapat dimengerti dengan tepat dan dapat ditemukan hikmahnya
dengan bantuan ilmu sosial. Selain itu, dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah
mengharapkan adanya suatu umat yang menjadi saksi atas manusia (syuhada ‘ala al-nas).
Fungsi ini, antara lain dapat diwujudkan melalui penelitian empiris. Tematema tentang
keadilan, taqwa, musyawarah, tolong menolong, amal saleh, dan lain sebagainya dapat diteliti
sampai sejauh mana tema-tema tersebut dipraktekkan dalam masyarakat.

B. KESIMPULAN
Sebagai objek studi, Islam harus didekati dari berbagai aspeknya dengan menggunakan
multidisiplin ilmu pengetahuan, salah satunya adalah melalui pendekatan sejarah agar dapat
memahami tentang Islam dengan benar. Pendekatan sejarah mengutamakan orientasi
pemahaman atau penafsiran terhadap fakta sejarah yang berperan sebagai metode analisis,
atau pisau analisis, karena sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang
mendukung timbulnya suatu kejadian, maka agama sebagai sasaran penelitian haruslah
dijelaskan fakta-faktanya yang berhubungan dengan waktu.
Kecenderungan para sosiolog yang selama bertahun-tahun mengabaikan signifikansi
sosial agama dengan cepat mengakui berkembangnya peran agama dalam gerakan-gerakan
kultural dan resistensi etis dalam masyarakat yang belum atau postmodern, di dunia yang
telah maupun yang sedang berkembang. Nasib agama di dunia yang belum modern sama
sekali tidak pasti, tetapi tidak diragukan bahwa ulasan-ulasan sosiologis mengenai dunia
kehidupan umat beriman dan komunitas keagamaan, dan pandanganpandangan sosiologis
tentang peran ideologi dan organisasi keagamaan dalam masyarakat kontemporer,
memberikan petunjuk penting tentang perjalanan agama dan upaya penelitian agama.

Anda mungkin juga menyukai