Anda di halaman 1dari 40

02/03/2021

PERTEMUAN KE-1

Pengantar Kuliah Perdana

Ilmu sosial = ilmu yang mengkaji manusia dalam relasi kelompok, kehidupan organisasional
sebagai satu kesatuan yaitu masyarakat dengan system dan struktur dan perubahan-perubahan
yang terjadi didalamnya.

Sosiologi = fokus kepada kajian manusia sebagai system masyarakat.

Antropologi = fokus pada manusia dalam system. Biasanya ada kaitannya dengan sejarah asal
usul manusia itu sendiri.

Psikologi = fokus kepada kajian mengenai psikis manusia atau bagaimana manusia secara
psikologis ketika berada di suatu kelompok masyarakat sosial.

Hukum = manusia dalam membentuk struktur dan system sosial di dalamnya terdapat bagaiman
manusia membuat standar-standar nilai terlebih dahulu. Dalam ilmu sosial hokum dipahami
dengan tiga madhab yang akan berbicara tentang tatanan, system, dan struktur sosial bahkan
kehidupan politik yang dibangun yang dibentuk dan yang diformulasikan nya pun tergantung
hukum. Negara yang berdasarkan hokum artinya instutisi politik yang menjadi instrument
pentingnya.

Politik = terkait dengan bagaimana manusia dengan hubungan sosialnya itu berbagi atau
mendistribusikan kekuasaan. Bagaimana kepentingan itu diatur sehingga individu dan msyarakat
bisa mencapai sesuatu yang disepakati.

Geografi = membicarakan tentang kewilayakan, ruang yang berpengaruh terhadap kehidupan


manusia. Dimana manusia itu tinggal kondisi SDA, iklim, tanah, keterkaitan satu unsur dengan
unsur lainnya, dll akan menentukan bagaimana manusia menentukan bagaimana kehidupannya.
Kita akan dibantu memahami mengapa terjadi ekspresi kultural yang berbeda di dalam suatu
system sosial.
Pengantar itu adalah ilmu yang berat karena harus memastikan bahwa rumah dan isinya itu harus
tepat, lebih kuat dan lebih kokoh.

Ekonomi dan bisnis adalah bagian dari rumpun ilmu sosial. Manajemen itu rumpun lebih
kecilnya lagi dariilmu sosial.

Ilmu sosial masuk dalam kajian ilmiah, mengapa? Karena informasi dan pengetahuan yang
disajikan memenuhi standar kebenaran yang digariskan oleh metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah
disebut ilmiah karena terdapat tiga pilar yaitu :

1. Asumsi,
2. Teori= ilmu sosial mengandung abstraksi abstraksi sosial yang disusun secara logis yang
membuat seseorang ketika mempelaari ini akan mendapatkan pemahaman yang diperoleh
dari langkah langkah ilmiah yang disebut prosedur ilmiah.

Paradigma Ilmu Sosial terbagi dua, yaitu :

1. Ilmu-ilmu sosial yang berparadigma Barat.


2. Ilmu-ilmu sosial yang berparadigma kewahyuan islam.

Ilmu sosial memiliki :

1. Teori objektif non ideologi, misalnya teori penawaran dan permintaan


2. Teori subjektif ideologis, misalnya dalam teori ekonomi kapitalisme SDM itu harus dimiliki
kepemilikannya sedangkan teori ekonomi SDM sosialisme itu tidak harus dimiliki
kepemilikannya.

Mengapa harus mempelajari PIS?

1. Kita adalah manusia yang hidup didalam jejaring sosial yang rumt maka pengetahuan yang
tepat akan membantu kita memposisikan diri dalam jejaring sosial yang rumit.
2. Kita akan sangat dibantu memecahkan masalah ketika kita memangku kebijakan ditingkat
mikro maupun makro dituntut untuk membuat kebijakan, maka tepat tidaknya kebijakan kita
akan ditentukan dari seberapa pahamnya kita dalam pola-pola ilmu sosial. Semakin kita
memangku kebijakan tertinggi maka mutlak ilmu sosial itu sangat dibutuhkan.
3. Ilmu itu terhubung secara konseptual dan pasti. Manajemen hanya bisa dimengerti dalam
konsep ilmu ekonomi, ekonomi hanya bisa dimengerti dalam konsep kemanusiaan, manusia
dapat dimengerti dalam konsep psikologis, dst. Secara factual, karena kita terhubung dengan
fenomena-fenomena sosial yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan sehari-hari.

Karena ilmu manajemen yang dipelajari secara konseptual tidak bisa dimengerti dengan
dipisahkan dari disiplin ilmu yang lain. Dan secara factual tidak bisa dipisahkan dan dileaskan
dari kehidupan kehidupan lainnya.

Maka urgensi ilmu sosial itu harus memastikan diri hidup tepat dalam jejaring sosial maka
dengan penguasaan yang cukup kehidupan Indonesia ke depan akan jauh lebih baik karena
Indonesia diisi dengan orang-orang yang melek akan ilmu sosial.
18/03/2021

PERTEMUAN KE-2

Metodologi dalam Ilmu Sosial

Di dalam ilmu sosial terdapat beberapa metodologi untuk menjadikan ilmu sosial tersebut
sebagai pengetahuan yang memiliki tingkat kebenaran yang sangat objektif atau biasa disebut
sebagai pengetahuan ilmiah/scientific.

Metodologi dalam ilmu sosial ini memiliki 3 unsur dalam struktur ilmiahnya, yaitu :

1. Sistem Asumsi, merupakan titik tumpu dalam sebuah penyelidikan ilmiah yang isinya adalah
praduga-praduga ilmiah dengan kebenaran yang aprori.
2. Teori, merupakan penjelasan dari pernyataan abstraktif secara objektif perihal realitas sosial
yang sesuai dengan kenyataannya yang didasari suatu metode.
3. Metode, merupakan suatu rangkaian atau tata cara suatu teknik dan prosedur untuk
mendapatkan pengetahuan yang nyata atau objektif dari suatu realitas sosial yang diteliti oleh
para ilmuwan dengan bertumpu pada pendekatan empiris, positifistik, dan rasional.

Sedangkan di dalam Ilmu Sosial Islam, ilmu-ilmu sosialnya didasarkan pada struktur ilmiah
berbasis asumsi wahyu. Ilmu Sosial Islam ini berbeda dengan Ilmu Sosial Barat karena Ilmu
Sosial Islam ini berdasarkan asumsi aksiomatik dan sumber datanya bertumpu kepada prinsip
tauhid serta sumber kebenarannya melengkapi data indrawi dan rasional yang berasal dari data-
data sami’iyyah (data wahyu).

Ilmu Sosial Islam ini menerima dan menggunakan metode-metode ilmiah yang menjadi bagian
dari unsur pembentuk struktur keilmuan yang bertumpu pada akar asumtif theistik-integratif
bukan sekularistik-atheistik (yang merupakan tumpuan struktur keilmuan dari Ilmu Sosial Barat).
Akar asumtif ini diterima dari data-data kewahyuan di dalam Al-Qur’an maupun hadits-hadits
yang sahih sebagai data otoritatifnya bersamaan dengan data-data indrawi dan rasional.
25/03/2021

PERTEMUAN KE-3

Paradigma dalam Ilmu Sosial Berbasis Wahyu

Ilmu Sosial Berbasis Wahyu diartikan sebagai penempatan informasi kewahyuan untuk dasar
asumtif ketika menetapkan arah, standar, dan tujuan dari ilmu sosial, bersumber dari sumber
otoritatif yang sangat kuat dengan menghindari ambiguitas makna serta transmisi riwayat yang
biasanya dikenal dengan sebutan dalil qath’i mutawatir. Data kewahyuan tersebut bersumber dari
Al-Qur’an secara luas dan Hadits secara terbatas juga selektif.

Berikut deskripsi tentang klasifikasi ayat-ayat Al-Qur’an ke muhkamat dan mutasyabihat yang
terdapat di dalam Ulumul Qur’an Klasik. Ayat Muhkamat artinya ayat-ayat dalam Al-Qur’an
yang memiliki kejelasan makna interpretative yang membicarakan norma atau hokum yang harus
dijalankan oleh manusia. Dalam ayat muhkamat ini dikategorikan sebagai ayat yang menjadi
objek penafsiran, maksudnya ayat ini dapat dimaknai dengan jelas serta dapat ditelusuri semantic
kebahasaan ataupun sesuai penjelasan eksternal dari hadits. Sedangkan Ayat Mutasyabihat
artinya ayat-ayat yang memiliki ambiguitas makna yang tidak mungkin didapatkan kejelasannya
oleh manusia tanpa mengalihkan makna ayat-ayat tersebut dari makna keharfiahannya yang
sering dikenal sebagai ta’wil dengan didasarkan pada standar rasionalitas (wajh aqliyyah).
Biasanya ayat-ayat mutasyabihat ini pada umunya dirujukkan pada ayat-ayat yang berkaitan
dengan nama-nama ilahiyah yang memiliki makna secara harfiah dapat memunculkan
pemanusiaan Tuhan seperti ungkapan wajh, yad, dan ‘ain; seperti kata di awal surat ,‫ حم‬,‫ الر‬,‫الم‬
‫كيهعص‬, dan lainnya; atau ayat-ayat yang memuat informasi non indrawi seperti lauh mahfudz,
‘arsy, kursy, dan lainnya. Terdapat dua sikap ketika kita menghadapi ayat-ayat mutasyabihat
yang mengandung makna ambiguitas ini yaitu dengan manakwilkannya secara rasional dan
mendiamkan atau menyerahkan makna ayat tersebut kepada Tuhan.

Term muhkamat ditegaskan sebagai ummu l-kitab artinya adalah induk al-kitab dengan dua
pengertian yaitu tempat kembali berbagai makna dan intisari pesan al-Kitab. Sedangkan term
mutasyabihat diartikan samar ataupun tidak jelas. Acuan makna objektif ayat-ayat mutasyabihat
akan bergeser menjadi muhkamat apabila dipandang secara komprehensif dan diacu dengan tepat
pada pesan-pesan umm l-kitab yaitu pesan normative dan juga theologis.

Dalam struktur ilmu sosial berbasis wahyu ini lantai dasar bangunan ilmiah nya adalah informasi
aksiomatik yang dijadikan asumsi dalam membangun metode dan teori-teori ilmiah sosial.
Wahyu dalam system islam ini terdapat dalam Al-Qur’an pada ayat-ayat mutasyabihat dengan
pendekatan yang komprehensifitas, totalitas, kompleksitas, dan kedalaman tertentu yang
kemudian akan bergeser menjadi ayat-ayat muhkamat. Ayat-ayat muhkamar yang
ditransformasikan dari ayat-ayat mutasyabihat ini terdapat dalam tiga (3) pola, yaitu :

1. Pola dalil-dalil dalam Al-Qur’an yang secara redaksional bersipat nomologis dengan acuan
makna yang sangat jelas. Contohnya seperti ‫( وجعلنا كل شيء حي من الماء‬dan kami menjadikan
segala sesuatu yang hidup dari air).
2. Pola makna relasional dari suatu lafadz tunggal yang penggunaannya ditemukan dalam
kompleksitas tema dan mengacu kepada sipat dimensional manusia sebagai makhluk sosial,
biologis, atau spiritual. Contohnya seperti term ‫ بشر‬,‫اس‬SSS‫ ن‬,‫ان‬SSS‫ انس‬yang secara praktis
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai manusia.
3. Pola interkoneksi ayat yang tersusun secara redaksional dalam Al-Qur’an dengan
pendalaman acuan empiris dari lafadz yang diacu oleh lafadz di ayat Al-Qur’an. Contohnya
seperti acuan kata wajh dalam Al-Qur’an yang digunakan untuk sebutan unit organ muka
manusia.

Science pada struktur paradigmatic ditegakkan dalam system asumsi aksiomatik a priori.
Sedangkan wahyu berada pada level asumsi aksiomatik sebagai landasan bagaimana suatu
metode dirumuskan dengan peran membentuk science vis a vis yang berhadapan dengan system
asumsi non wahyu (atheistic/theistik pasif) yang nantinya akan menghasilkan science.

Dalam menata Ilmu Sosial Islam ini dilakukan dengan proyek terbesar yang dimulai dari
pembaharuan Ulumul Qur’an Klasik dengan pengaruh dari prndekatan normative hukum yang
nantinya melahirkan tafsir pada Ulumul Qur’an kontemporer yang integrative dengan
penggeseran makna dari ayat-ayat mutasyabihat.

Point terpenting dalam materi kali ini yaitu :


1. Ilmu Sosial Barat yang dilihat dari kacamata perspektif epistemology memiliki cacat
paragdimatik pada asumsi sekularistiknya sehingga berimplikasi pada pilihanmetodologi
yang digunakan dengan mengabsenkan data yang sumbernya berasal dari informasi
ketuhanan (wahyu).
2. Dengan membentuk Struktur Ilmu Sosial Berbasis Wahyu Al-Qur’an ditempatkan sebagai
landasan aktiomatik untuk menyusun dalil postulatif yang nantinya akan menentukan arah,
materi, serta tujuan dari suatu penyelidikan ilmiah.
3. Dalil postulatif yang berasal dari dalil otoritatif Al-Qur’an didapatkan dari suatu mekanisme
ta’wil atas ayat-ayat mutasyabihat dengan pola yang relevan yang sesuai konteks kejelasan
dalil.
01/04/2021

PERTEMUAN KE-4

Model Asumsi Postulatif Berbasis Wahyu dalam Ilmu Sosial Islam

Pengetahuan manusia mengenai diri sendiri dan lingkungannya memiliki sandaran objektivitas
dalam paradigma wahyu, ketika disandarkan pada asumsi-asumsi postulatif yang kebenarannya
diturunkan ataupun dimuat dalam dalil-dalil otoritatif Al-Qur’an dan Hadits-hadits shahih
mutawatirah. Terdapat beberapa contoh asumsi-asumsi postulatif dalam membangun Ilmu Sosial
Islam, yaitu :

1. The Pairy System (Al-Nidzam T-Tajwiziy) terdapat dalam Q.S. 51: 49, 20:53, dan 13:3
menjelaskan bahwa realitas kosmik itu terdiri dari sitem yang berpasangan yang berlaku
secara universal di dalam semua entitas realitas yang terbentang dari makro hingga
mikrokosmik.
2. The Quilibrium Model (Al-Nidzam L-Mizaniy) terdapat dalam Q.S. 55: 7-9, menjelaskan
bahwa suatu keadilan itu ditegakkan demi menjaga keseimbangan kosmik yang dibangun
oleh Allah bukan hanya sebuah tuntutan normative etis dalam suatu system keseimbangan.
3. The Design Model System (Nahw Wajh Al-Haqq)terdapat dalam Q.S. 30:30, 6:73, 65:3, 31:
29, 24:41, menjelaskan bahwa suatu realitas ciptaan Allah itu dibuat dalam suatu polas yang
sangat teratur, terukur, temporal, dan juga dalam keunikan fungsional tertentu.
4. The Centralized Information System (Al-Nidzan Al-Maktubiy) terdapat dalam Q.S. 6: 59,
10:61, 11:6, 27:75, 35:11, 57:23 , menjelaskan bahwaseluruh realitas itu disatukan dalam
satu kontrol informasi tungal tertentu yang nantinya akan menentukan kapan, berapa lama,
dan bagaimana suatu entitas memanifestasikan dirinya itu.
5. The Change System Based to Agent Intiatives (Asas Al-Taghyir L-Nafsiyyah) terdapat dalam
Q.S. 13:11, menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi dalam suatu komunitas itu ditentukan
oleh inisiatif dari agennya pada system kedirian dalam komunitas tersebut agar perubahannya
semakin efektif.
6. The Selfhood Based to Conscience (Asas Tadbir Al-Nafsiyyah ‘Ala L-Nidzam L-Qalbiyyah
terdapat dalam Q.S. 22:46, 13:28, 24:37, 33:10-12, 3:159, 26:89, 50:33, 2:10), menjelaskan
kenormalan fungsi kalbu sebagai lokus yang mempengaruhi atau bergantung pada kedirian
manusia dalam berbagai kompleksitasnya dari berbagai fungsi inteleksi, emosi, dan spiritual.
7. The Time is a Relative Function as Related to Transformation and regulation of Cosmic
Dimensional System (Asas L-Zaman Li Wujuh Al-Wadh’iy Li Tadbir Wa Mi’raj) terdapat
dalam Q.S. 32:5, 70:4, menjelaskan bahwa waktu merupakan fungsi relative dari perwujudan
suatu system tertentu yang dapat mengendalikan bagaimana transformasi dan penganturan
kosmik dapat terjadi.
08/04/2021

PERTEMUAN KE-5

Pengantar Sosiologi : Ruang Lingkup, Metodologi, Teori dan Aliran, serta Kegunaan

Sosiologi berasal dari bahasa Latin socius yang artinya “Kawan” dan Logos yang artinya “Ilmu”,
sehingga dapat diartikan bahwa sosiologi adalah pengetahuan tentang ilmu pertemanan.
Sosiologi merupakan salah satu cabang dari ilmu sosial yang fokus dalam mengkaji system
masyarakat atau manusia dengan relasinya seperti organisasi, institusi, ataupun pranata yang
dibangun didalamnya yang berkembang secara pesat. Yang dibahas di dalam sosiologi ini adalah
agen dengan tindakan sosialnya (social action), integrasi dan disintegrasi sosial, serta pergeseran
dan perubahan sosial.

Metodologi Ilmiah yang digunakan Sosiologi Barat bertumpu pada empirisisme dan positifisme
yang menurunkan pendekatan kualitatif serta kuantitif dalam berbagai turunan metodiknya,
contohnya observasi dan survey. Secara historis, sosiologi ini berakar dari akar filsafat kemudian
berkembang memisahkan dirinya sebagai science walaupun akar asumtifnya tetap filosofis.
Terdapat beberapa teori dalam sosiologi ini diantaranya :

1. Strukturalisme. Teori ini memandang masyarakat sebagai suatu bangunan atau suatu struktur
bangunan system yang satu sama lainnya terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan yang tidak
mementingkan kedudukan suatu individu ataupun agen.
2. Fungsionalisme. Teori ini memandang masyarakat sebagai suatu relasi yang fungsional dari
unit-unit system di dalamnya yang membangun makna dari integrasi sosialnya itu sendiri.
Pergeseran ataupun perubahan sosial yang terjadi sangat berkaitan erat dengan unit-unit
sosial yang ada di dalamnya.
3. Interaksi Simbolik. Teori ini memandang bahwa kehidupan sosial itu adalah suatu
manifestasi dari berbagai aliran informasi yang wujudnya berupa komunikasi system makna
yang kemudian diekspresikan dalam berbagai macam simbol baik kebahasaan ataupun
kultural yang diterima secara konvensional.
4. Relasi Konflik. Teori ini memandang bahwa suatu kehidupan sosial masyarakat ini
ditampilkan dalam suatu struktur dan system manifestasi dari kepentingan akan relasi
konflik. Mode dari berbagai kepentingan dalam system sosial yang harus diselesaikan berasal
dari integrasi, disintegrasi, ataupun perubahan sosial lainnya.
5. Strukturasi. Teori ini memandang bahwa relasi timbal balik (dualitas) dari agen atau
individu, dan juga struktur. Relasi timbal balik yang terjadi secara dinamis antara agen
dengan struktur sosial yang terdapat aturan serta sumber daya berasal dari integrasi,
disintegrasi, pergeseran, dan juga perubahan sosial itu sendiri.
6. Islamic Sosiology. Adalah suatu pendekatan dalam sosiologi yang menempatkan informasi
bersumber dari kewahyuan sebagai suatu pijakan dari system asumsi yang berasal dari
struktur keilmuan sosiologi islam yang terikat sangat erat dengan berbagai konsep yaitu
manusia, masyarakat, norma, dan tujuan perubahan sosial yang ada di dalamnya.

Mengapa kita harus mempelajari Sosiologi yang merupakan cabang dari Ilmu Sosial ini? Berikut
beberapa alasannya, yaitu :

1. Kita akan dengan mudah memahami phenomena-phenomena dan peristiwa yang terjadi
dengan objektif sehingga kita dapat memperkirakan pergeseran ataupun perubahan di
lingkungan masyarakat yang berpotensi akan terjadi sesuai dengan teori sosiologi yang sudah
teruji keakuratannya.
2. Kita dapat terbantu apabila diamanahi sebagai pemangku kebijakan ketika melakukan
rekayasa sosial tertentu sesuai analisis prediktif yang pastinya sesuai dengan teori sosiologi
yang sudah dipelajari.
3. Kita dapat terbantu dengan mempertimbangkan teori-teori sosiologi yang sudah dipelajari
untuk digunakan ketika kita memecahkan suatu masalah sosial yang terjadi di masyarakat
yang kompleks misalnya mengenai masalah kemiskinan, kriminalitas, penyakit, ataupun
ketertinggalan jenjang pendidikan.

Relasi interdisipliner sosiolofi dalam kajian sosiologi ini secara khusus mempelajari perihal
masyarakat dan membutuhkan hubungan dengan ilmu serumpun lainnya, karena aspek-aspek
yang ada di dalam masyarakat itu sangat kompleks. Sehingga sosiologi berhubungan erat dengan
rumpun ilmu lainnya seperti ekonomi, ilmu sejarah, dan ilmu politik.
15/04/2021

PERTEMUAN KE-6

Pengantar Antropologi : Ruang Lingkup, Pendekatan, serta Urgensinya

Antropologi berasal dari dua akar kata Yunani yaitu anthropos “orang” atau “manusia”; dan
logos “ilmu/nalar”. Sehingga Antropologi memiliki makna sebagai pengetahuan perihal manusia.
Antropologi ini merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mengkaji asal usul manusia serta
bagaimana perkembangan manusia dari masa ke masa sesuai dengan tata nilai yang dianutnya
biasanya fokus pada aspek budaya manusia. Tetapi dalam beberapa karya dalam antropologi ini
ditemuka kajian perihal geneologi, system kekerabatan, dan kebudayaan manusia. Metodologi
yang digunakan pada antropologi kebanyakan bersifat kualitatif seperti observasi partisipatoris
yang mamu menggali data serta informasi secara objektif.

Pendekatan yang biasa digunakan dalam antropologi ini adaah strukturalisme, fungsionalisme,
evolusionism,dan multiculturalism. Antropologi memiliki beberapa cabang yaitu antropologi
budaya, antropologi biologi, antropologi psikologi, antropologi bahasa, dan antropologi politik.
Sedangkan dalam pendekatan positivistic Barat Antropologi ini sangat berbeda perihal asal usul
manusia, nilai-nilai, serta peran-peran eksistensialnya dibandingkan dengan pendekatan
kewahyuan. Pendekatan sumber kewahyuan dalam Islam ini memiliki informasi yang melimpah
mengenai geneologi manusia sebagai berikut :

1. Asal usul manusia berasal dari Adam dan pasangannya Hawa yang biasa disebut dalam Al-
Qur’an adalah Bani Adam.
2. Dalam Al-Qur’an Manusia memiliki kelebihan yaitu memiliki kecerdasan yang tinggi bahkan
hingga melampaui malaikat serta memiliki keyakinan monotheistic.
3. Tugas terbesar manusia sebagai khilafah di muka bumi ini untuk memberikan rekayasa alam
secara positif tanpa meninggalkan nilai-nilai ibadah yang sudah ditentukan.
4. Kebudayaan manusia memiliki dinamika yang berporos pada konflik-konflik nilai perihal
ketaatan kepada Tuhan yang menciptakan seluruh alam semesta bahkan perihal perlawanan
kepada Tuhan.
Urgensi atau manfaat dari mempelajari antropologi ini adalah sebagai berikut :

1. Kita akan memiliki pemahaman darimana manusia itu berasal dan bagaimana perkembangan
manusia dari awal hingga saat ini sesuai tata nilainya.
2. Kita akan terbantu memahami fakta kemajemukan manusia dari penguasaan teoritis yang
dipelajari dalam antropologi sehingga kita dapat terdorng untuk menerima fakta
kemajemukan tersebut agar dapat hidup berdampingan dalam lingkungan sosial yang
berbeda.
3. Jika kita diamanahi sebagai pemangku kebijakan, dengan memahami antropologi ini kita
dapat mengambil dan memilih kebijakan yang tepat sesuai tata nilai masyarakat agar
rekayasa sosial yang dilakukan dapat efektif.
4. Kita dapat terbantu memiliki pemahaman perihal system nilai transdental yang berasal dari
wahyu secara lebih akurat dengan fakta-fakta antropologis lainnya.

Pertanyaan Saya dan Jawabannya dari Kelompok 2


Dalam makalah terdapat generalisasi enkulturasi bahwa mempelajari budaya lain diperlukan
untuk menumbuhkan sikap toleransi dan harga menghargai. Nah bagaimana jika budaya lain
misalnya budaya diluar negara indonesia dipelajari oleh masyarakat indonesia dan ternyata
malah membuat masyarakat indonesia melupakan budayanya sendiri? Apakah dalam
mempelajarinya itu harus dibatasi atau bagaimana?
Jawaban :
Indonesia negara terbuka, jadi setiap budaya asing pun kemungkinan bisa masuk ke Indonesia.
Perihal dampak positif maupun negatifnya itu tergantung kepada masyarakat Indonesia dalam
menyikapi budaya tersebut. Apabila budaya asing tersebut membuat masyarakat Indonesia lupa
kepada budayanya sendiri berarti itu berdampak negative terhadap negara indonesinya sendiri.
Yang perlu dilakukan adalah dengan membatasi diri terhadap budaya-budaya asing,
mengembangkan budaya kita sendiri, menanamkan kecintaan kepada negeri kita sendiri dan
menyeleksi atau menyaring nilai-nilai budaya asing tersebut. Apabila kita mengadopsi nilai-nilai
yang positif untuk negara kita sendiri maka hal tersebut akan berdampak positif untuk negara
Indonesia.
22/04/2021

PERTEMUAN KE-7

Pengantar Ilmu Ekonomi : Ruang Lingkup, Aliran, dan Manfaat

Ilmu Ekonomi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang memfokuskan dalam mengkaji
aspek mikro dan makro aktivitas pemenuhan hajat hidup manusia dalam relasinya dengan
memanfaatkan sumber daya yang sudah tersedia di muka bumi. Terdapat tiga lingkup aktivitas
ekonomi dalam pemenuhan hajat, yaitu :

1. Produksi. Manusia melakukan eksplorasi terhadap sumber daya alam yang nantinya akan
diolah menjadi suatu barang atau produk yang bermanfaat.
2. Distribusi. Setelah sumber daya diolah menjadi suatu barang atau produk yang lebih
bermanfaat lagi, lalu disalurkan kepada para komsumen atau pengguna.
3. Konsumsi. Setelah produk atau barang dari sumber daya itu disalurkan kepada konsumen
atau pengguna, maka akan dimanfaatkan oleh mereka atau digunakan dalam kehidupannya
sehari hari.

Sehingga dalam studi ekonomi terdapat tiga aliran utama, diantaranya :

1. Kapitalisme. Berasumsi bahwa manusia adalah suatu agen yang menkapitalisasi atau
mengolah sumber daya yang kemudian sumber daya tersebut akan memiliki nilai yang lebih
tinggi dibanding sebelumnya. Dalam pandangan kapitalisme ini, manusia merupakan suatu
individu yang rasional karena memiliki kebebasan atas kepemilikan dan juga pemanfaatan
sumber daya untuk memenuhi hajat hidupnya. Dalam dunia pemasaran, ketika kebebasan
dipenuhi maka suatu pasar akan terbentuk dengan seimbang karena rasionalitas manusia akan
kebebasan tersebut membentuk titik equilibrium (seimbang). Banyak sekali Negara di dunia
ini yang menerapkan ideology ekonomi kapitalisme ini tetapi dengan berbagai varian.
2. Sosialisme. Berasumsi bahwa manusia sebagai individu memiliki kecenderungan yang
egoistic dan juga serakah, tetapi kecenderungan ini dapat dikendalikan bahkan ditiadakan
dalam hal kepemilikan individu atas sumber daya. Karena sumber daya merupakan
kepemilikan public dalam control dan penguasaan penuh suatu Negara sebagai suatu
representasi public. Dengan individu yang berada dalam komunitas seperti itu diyakini data
lebih mampu mewujudkan kualitas terbaik individunya, karena manusia bekerja sesuai
kemampuannya sehingga dapat mendapatkan kebutuhan yang sesuai. Aliran ini dianut di
kawasan Amerika Latin, Kuba, Korea Utara, dan Cina.
3. Ekonomi Islam. Berasumsi bahwa dalam mengkonstruksi konsep manusia, kepemilikan,
sumber daya, konsumsi, dan juga distribusi bersandar pada kewahyuan. Islam dapat
menengahi ekstrimitas dari kapitalisme dan sosialisme dengan pandangan uniknya bahwa
relasi individu dan masyarakat itu diatur dalam suatu prinsip keseimbangan, produksi pada
prinsip nilai guna dan keberlanjutan, serta distribusi dan konsumsinya dalam prinsip non-
ribawi.

Terdapat beberapa manfaat mempelajari ilmu ekonomi ini, yaitu :

1. Kita terbantu untuk memahami bagimana manusia yang ada di muka bumi ini dapat
memenuhi hajatnya.
2. Kita terbantu untuk memahami variasi kebijakan perihal mengelola ekonomi di berbagai
Negara.
3. Kita terbantu untuk memprediksi pertumbuhan dan juga perkembangan perekonomian baik
di masyarakat maupun di Negara.
4. Jika kita diamanahi sebagai pemangku kebijakan, kita dapat terbantu untuk menhelola
tindakan secara praktis dalam relasinya untuk pemenuhan hajat kepentingan baik di tingkat
personal, domestic, maupun public.

Secara bahasa, ekonomi berarti cara mengelola rumah tangga. Ilmu ekonomi hadir sebagai
pemecah permasalahan kelangkaan yang dihadapi manusia. Ruang lingkup dari ilmu ekonomi
terdiri dari, mikroekonomi yang membahas permasalahan perekonomian secara sempit yaitu
penentuan pilihan oleh individu, dan makroekonomi yang membahas permasalahan
perekonomian secara keseluruhan pada suatu negara.

Ekonomi islam ini merupakan pembahan tatanan perekonomian yang berlandasakan pada aturan
yang ada pada al-quran, hadist, dan ijtima. Dengan dijalankannya ekonomi islam maka manusia
dapat memenuhi kebutuhan ekonominya dan kebutuhan ruhaninya dalam menjalankan
kewajiban dari tuhan. Kunci dari praktik ekonomi islam adalah tidak adanya pihak yang
dirugikan(keadilan), tidak bergantung pada keberuntungan, dan pemanfaatan sumber daya yang
jelas. System ekonomi islam ini memberikan penyempurnaan dari system ekonomi sebelumnya
yaitu system ekonomi konvensional. Sehingga, jika system ekonomi islam ini diterapkan
perlahan kesenjangan sosial akan menurun karena menerapkan instrument provitnya itu bagi
hasil yang dapat memberi keadilan kepada seluruh masyarakat Indonesia dengan menjauhi riba
dan gharar.

Catatan Tambahan dari Bapak Drs. Iir Abdurohman Haris, M.Ag


Ijtihad itu bukan sumber hukum melainkan metode penalaran untuk penemuan dan penggalian
hukum yang tidak tersurat dalam nash alquran dan hadits. Ijtihad memiliki peran penting dalam
penemuan dan pengembangan hukum ekonomi yang berkembang sangat dinamis. Ijtihad dalam
ekonomi islam lebih banyak menggunakan pendekatan rasional-hukum dan kebaikan umum.
29/04/2021

PERTEMUAN KE-9

Pengantar Psikologi Sosial Berpendekatan Wahyu

Psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu Psyche artinya jiwa dan logos artinya ilmu.
Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang memfokuskan studi perihal perasaan,
kesadaran, dan perilaku setiap manusia dengan status individualnya maupun status mereka
sebagai suatu komunitas sosial yang dituntut untuk membangun relasi sosial yang kompleks.
Lingkup kajian psikologi ini membahas perihal bagaimana suatu perasaan dan kesadaran
personal dapat mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh lingkungan sosial dengan pola relasional
tertentu.

Kontribusi yang sangat penting yang diberikan psikologi sosial adalah bagaimana kehidupan
sosial berlangsung dalam berbagai relasinya. Aspek psikologi dari individu sebagai salah satu
actor/pemeran dalam struktur dan system sosial ini mengenai integrasi dan disintegrasi sosial,
penyakit soal (patologi sosial), dan isu sosial lainnya. Berikut pendekatan-pendekatan dalam
psikologi sosial, yaitu :

1. Pendekatan Kontruksionism. Pendekatan ini beranggapan bahwa individu memiliki perilaku


yang dipandang sebagai suatu proses pembelajaran dari hasil interaksi dengan lingkungan
sehingga membentuk tindakannya. Lingkungan yang kompleks akan mempengaruhi
pengayaan pengalaman individu seseorang yang nantinya akan menentukan bagaimana
individu itu mengembangkan orientasi, proyeksi, dan respons yang kompleks terhadap
lingkungannya.
2. Pendekatan Strukturalism. Pendekatan ini beranggapan bahwa perilaku-perilaku manusia itu
tidak akan jauh dari perkembangan mental dan kesadarannya dari tahapan sensori-motorik,
praoperasional, operasional konkrit, dan operasional formal-abstrak.
3. Pendekatan Psikoanalisis. Pendekatan ini beranggapan bahwa perilaku individu adalah suatu
relasi kompleks dari berbagai struktur kepribadian yaitu : (1) Id, adalah suatu kepribadian
manusia yang dimiliki sejak lahir (primitif) seperti hasrat atas kesenangan, (2) Ego, adalah
salah satu aspek dalam mengontrol kesadaran perihal kesenangan yang disalurkan dengan
cara yang sesuai realitas agar tidak menimbulkan ketegangan atau konflik, dan (3) Super
Ego, adalah salah satu aspek kesadaran tetapi yang terkait dengan etika dan moral dari
serapan lingkungan, agama, orang tua dan lainnya.
4. Pendekatan Logoterapi. Pendekatan ini beranggapan bahwa tingkat kesadaran mentalitas
perilaku manusia adalah suatu proses terjadinya konflik-dinamik antara kenyataan yang
dialami manusia dengan realitas ideal yang sebenarnya ingin dicapai atau diwujudkan.
Kekuatan mental atau keyakinan diri manusia ketika merealisasikan visi idealitasnya sangat
menentukan ketahanan manusia ketika mengkadapi berbagai kesulitan atau rintangan di
dalam hidupnya.
5. Pendekatan Wahyu. Pendekatan ini beranggapan bahwa pendekatan-pendekatan psikologidari
basis data perihal kesadaran manusia itu didapatkan dari data-data kewahyuan.

Berikut hal penting terkait psikologi dari perspektif wahyu, yaitu :

1. Yang membentuk manusia sebagai suatu pribadi (nafs) adalah daya ruhaniah dan jasadiah.
2. Secara ruhaniah, manusia mempunyai kesadaran fitrah (Ketuhanan) yang dijadikan dasar
secara keseluruhan struktur kesadaran luhur manusia sebagai makhluk rasional juga spiritual.
3. Manusia memiliki kebebasan dalam memili tindakan (ikhtiyar) dalam kehidupannya seperti
pilihan moral baik (taqwa) dan buruk (fujur) untuk kebertanggungjawabannya.
4. Sedangkan dalam sisi naluriah manusia itu memiliki syahwat seperti kesenangan (pleasure)
baik itu secara seksual, kekayaan, dan kemegahan.
5. Personalitas manusia adalah suatu relasi dinamik manusia diantara relasi konflik dua kutub
antara memperjuangkan firtah ketuhanannya dengan kesenangan yang merupakan naluri dari
kekuatan jasadnya.
6. Konsep satanic, beranggapan bahwa bisikan setan yang terus menerus mendorong manusia
agar menjauhi naluri atau fitrah yang sudah diberikan oleh Tuhan dengan tetap mengikuti
kesenangan naluri tubuh jasadiahnya.
7. Perilaku Abnormal atau yang menyimpang, membentuk kepribadian manusia dari dua aspek
yaitu dimensi ruhaniah yang sifatnya spiritual dan jasadiah yang sifatnya biologis.

Terdapat manfaat ketika kita mempelajari psikologi, yaitu :

1. Kita dapat terbantu dalam memahami kehidupan sosial dikontruksi dengan tepat dari
tingkatan paling dasar yaitu kepribadian.
2. Kita dapat terbantu ketika menjelaskan problem-problem sosial yang terjadi yaitu kejahatan,
disintegrasi, dan pengucilan diri dengan lebih objektif.
3. Kita dapat membantu seseorang yang dihadapi dengan berbagai macam masalah sosial yang
sebenanya bertolak dimensi psikologi dengan tepat.
4. Kita dapat terbantu dengan mengenali diri kita secara utuh agar dapat memproyeksikan diri
kita dalam sosial kompleks.

Pertanyaan Saya dan Jawabannya dari Kelompok 4

Apakah ada keterkaitan antara psikologi dengan ilmu tasawuf? Jika ada, apa sih nilai plus jika
kita bertasawuf dalam memahami psikis seseorang?

Jawaban :

Ada, hubungan tasawuf dengan psikologi adalah hubungan antara jiwa dan raga manusia, dimana
ketika seseorang melakukan proses penyucian jiwa melalui riyadhah, maka akan terjadi proses
transformasi diri. Misalnya ketika seseorang sudah berhasil menahan diri dari sifat amarah, maka
akan terpancar pada dirinya sifat penyabar. Karena orang lain akan tahu bahwa seseorang itu
penyabar dari penampilan dirinya. Adanya keterkaitan antara jiwa dan raga dalam pembahasan
tasawuf inilah yang menjadikan tasawuf erat hubungannya dengan psikologi yang banyak
membahas tentang jiwa. Dan sekarang ini kajian tentang jiwa yang lebih ditekankan pada
personality (kepribadian) disebut dengan Transpersonal Psikologi, atau bisa juga disebut
kesehatan mental.

Nilai plus nya yaitu selain memahami kondisi psikis seseorang, dengan bertasawuf bisa
membersihkan hati seseorang sehingga bisa mencapai ma'rifat allah swt. Sehingga orang tersebut
bisa memiliki ketenangan hati dan terbebas dari materi duniawi.

Catatan Tambahan dari Bapak Drs. Iir Abdurohman Haris, M.Ag


Psikologi memiliki kaitan dengan konsep kejiwaan dan kesadaran. Konsep-konsep ini
sesungguhnya merupakan bagian dari kajian ontologis dalam filsafat yang menjadi dasar asumtif
ketika seorang ilmuwan psikologi membahas dimensi-dimensi kesadaran dan kejiwaan.
Penggunaan metode penelitian sangat bergantung kepada jenis data yang ingin diperoleh serta
tujuan dari penelitiannya. Jadi, setiap metode akan memiliki kelebihan sekaligus kelemahan
dibanding metode yang lainnya. Karena itu, kita sangat sulit mendptkan suatu metode yang
benar-benar paripurna. Penelitian dalam psikologi perkembangan sangat tepat menggunakan
metode longitudinal tetapi butuh waktu lama. Guna mengatasi kendala waktu digunakan cross
seksional akan tetapi akurasi data yang dihasilkan tidak akan seakurat longitudinal.

Penerimaan perluasan hasil penelitian psikologi hewan kepada manusia sangat bergantung
kepada pendekatan paradigmatik yang dipergunakan. Pendekatan behavioristik yang memandang
perilaku manusia sebagai perilaku bentuksan struktur lingkungan serta pemosisian manusia
sebagai bagian dari evolusi perkembangan biologis jelas akan menerima perluasan ini. Akan
tetapi, dari sudut pandangan psikologi Islam hal itu sangat sulit diterima. Adanya persamaan
perilaku bukan berarti bahwa salahsatu perilaku berasal dari salahsatunya.
06/05/2021

PERTEMUAN KE-10

Pengantar Ilmu Sejarah : Sumber, Pendekatan, Asumsi Teoritis, dan Manfaat Kajian
Sejarah dalam Perspektif Wahyu

Secara harfiah ilmu politik dari kata Ilmu dan Politik. Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun
sistematis, berdasarkan fakta, dapat dibuktikan kebenarannya, serta bersifat universal. Sedangkan
politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis yang berarti negara dan taia yang berarti urusan.

Pengertian sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata syajaratun artinya pohon kayu.
Pengertian pohon kayu di sini adalah adanya suatu kejadian, perkembangan atau pertumbuhan
tentang sesuatu hal (peristiwa) dalam suatu kesinambungan (kontinuitas). Sejarah adalah cerita
dari peristiwa-peristiwa masa lampau yang sudah dikaji kebenarannya melalui penelitian. Dan itu
semua didasari dengan ilmu sejarah karena ilmu sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang
meneliti dan dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat pada
masa lampau beserta kejadian-kejadiannya secara kritis.
Terdapat tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengkaji sejarah dalam pendekatan Islam
yaitu :

1. Sumber Data. Data yang digunakan dalam sejarah peradaban islam adalah data wahyu
(bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits) dan non wahyu (dari berbagai sumber lisan ataupun
tulisan yang telah di uji ke sahihan daya internal maupun eksternalnya).
2. Model Deskripsi. Dalam pendekatan ini dapat dilakukan secara tipikal (difokuskan pada
ruang dan waktu yang mendeskripsikan pola pikir, cara interaksi, dan pandangan dunia) dan
eksepsional (difokuskan pada kompleksitas relasi dari waktu ke waktu dalam interaksi
dinamik ekonomi, politik, dan sosial).
3. Dasar Asumtif Teoritis. Dalam pendekatan ini sejarah dapat dipahami dalam beberapa
metodologi, diantaranya :
a. Deterministic, maksudnya manusia itu tumbuh dan juga berkembang dalam arah historic
tertentu secara pasti. Terdapat hukum sejarah yang pasti apabila itu terpenuhi maka
manusia dapat mengalami suatu peristiwa sesuai dengan yang diprediksikan. Ada dua
model dalam determinisme, yaitu (1) Determinisme materialism yang digunakan oleh
Hegel dan Karl Max, serta (2) Determisme transdental yang dikemukakan oleh
sejarahwan muslin perihal sunnatullah terhadap peristiwa yang terjadi dalam sejarah
kemudian akan terulang kembali.
b. Undeterministik, maksudnya manusia itu tumbuh dan berkembang dalam arah historic
yang tidak dapat ditentukan. Ketika mempelajari sejarah hanya untuk mendapatkan data
objektif saja dalam mendeskripsikan suatu peristiwa yang terjadi digunkan secara terbatas
dalam pendekatan tipikal.
c. Konspiratif, maksudnya sejarah yang terjadi memiliki keterkaitan oleh suatu kuasa yang
memiliki pengaruh lebih dan juga kendali ketika menentukan dinamika kehidupan
manusia dari waktu ke waktu. Berbagai peristiwa historis manusia memiliki keterkaitan
antara iblis, setan, dajjal, dan Yajuz wa Majuz dalam perspektif Islam/wahyu.

Terdapat beberapa manfaat bagi kita jika mempelajari sejarah, yaitu :

1. Kita dapat terbantu untuk memahami keperiadaan manusia secara objektif.


2. Kita dapat terbantu untuk memprediksi peristiwa yang mungkin terjadi di masa mendatang.
3. Kita dapat terbantu untuk memahami realitas kemajemukan manusia yang terjadi secara
kultural dan sipilistikal.
4. Kita dapat terbantu agar dapat membangun kesadaran untuk memiliki sikap yang lebih
terbuka bahkan toleran terhadap fakta kemajemukan dalam kehidupan manusia.

Pendekatan Interdisipliner (integrated approach) adalah pendekatan untuk menentukan


pemecahanan masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai aspek ilmu serumpun yang
relevan atau tepat guna secara terpadu. Dalam metode sejarah, terdapat empat tahapan/ fase yang
harus dilewati. Keempat tahapan tersebut yakni heuristik, kritik atau verifikasi, interpretasi, dan
historiografi

Catatan Tambahan dari Bapak Drs. Iir Abdurohman Haris, M.Ag


Dalam tradisi pemikiran Islam sumber data harus diuji kesahihannya baik data kewahyuan
maupun bukan. Dalam data kewahyuan yakni data yang bersumber dari hadits harus dilakukan
kritik terlebih dahulu karena hadits memiliki derajat kesahihan tertentu yang para ahli hadits
mengkualifikasinya dalam kategori sahih, hasan, dan dhaif. Kita tidak bisa menerima data
historis dari hadits yang dikualifikasikan sebagai dhaif. Sebagai contoh hadits yang berkenaan
dengan status Abu Thalib. Terbukti bahwa hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah berkenaan
dengan ketidakberimanan Abu Thalib ternyata tidak shahih karena Abu Hurairah yang
meriwayatkan peristiwa tersebut ternyata belum memeluk Islam. Abu Thalib wafat sebelum
Hijrah sedangkan Abu Hurairah masuk Islam sekitar 7 tahun setelah hijrah.

Dalam Al-Quran juga hadits disebutkan secara tersurat bagaimana agen-agen tersebut berupaya
terus menerus menyesatkan manusia dari jalan hidup yang seharusnya ditempuh. Berbagai
peristiwa historis dalam Al-Quran memiliki relasi erat dengan sejarah ketaatan dan
pembangkangan terhadap titah Tuhan di mana agen-agen tersebut memiliki keterlibatan langsung
maupun tidak. Terlebih dalam hadits tentang dajjal yang memiliki peran historis di akhir zaman
dalam menyesatkan umat manusia.
20/05/2021

PERTEMUAN KE-11

Pengantar Kajian Geografi Berbasis Pendekatan Wahyu

Geografi adalah salah satu cabang dari ilmu sosial yang fokus mengkaji perihal relasi manusia
dengan lingkungan bumi untuk hidup membentuk struktur dan system sosial. Terdapat empat
prinsip yang dikaji dalam geografi ini yaitu : distribusi, relasi, deskripsi, dan korologi.

Distributif. Prinsip ini mengkaji bagaimana sih persebaran sumber daya di bumi ini yang
dimanfaatkan manusia dalam jumlah dan sebaran tertentu sekaligus karakteristik lingkungan di
bumi ini contohnya iklim. Yang dikaji dalam pola interrelasi di dalamnya adalah manusia, ruang
dan bentang alam, iklim, sumber daya, serta hal lainnya.

Deskripsi. Prinsip ini mengkaji bagaimana lingkungan itu dapat berpengaruh terhadap manusia
ketika mereka membentuk system sosial. Deskripsi ini melibatkan interdisipliner yang
melibatkan kajian keilmuan lainnya (korologi). Dimensi geografis dalam ihwal manusia dari sisi
perspektif wahyu terdapat beberapa prinsip fundamental, yaitu :

1. Dalam Q.S. Al-Baqarah : 30 bahwa manusia ditunjuk Allah untuk menjadikan khilafah di
muka bumi yang bertanggung jawab untuk memakmurkannya sesuai dengan garis ketetapan
Tuhan.
2. Dalam Q.S. Al-Baqarah : 29 bahwa Bumi dan segenap apa yang terkandung di dalamnya
dipersiapkan Tuhan untuk dimanfaatkan manusia.
3. Dalam Q.S. Luqman : 20 bahwa Tuhan menundukkan (taskhir) segala apa yang ada di langit
dan bumi yang dengannya manusia bisa mengambil manfaat darinya.
4. Dalam Q.S. Hud : 6 bahwa seluruh makhluk hidup di bumi telah dipersiapkan kecukupan
rizkinya yang dengannya mereka menjalani eksistensi sesuai dengan status dan peran
eksistensialnya masing-masing.
5. Dalam Q.S. Al-Hijr bahwa bumi diciptakan Allah dalam suatu bentangan, pegunungan, dan
tetumbuhan dalam formasi tertentu yang terukur dan seimbang.
6. Dalam Q.S. Asy-Syura : 30 bahwa berbagai phenomena dan peristiwa di muka bumi seperti
bencana alam serta keterbatasan sumber daya tertentu memiliki keterkaitan dengan tingkat
keselarasan peran manusia dalam menjalani tanggungjawab ilahiyah.
7. Dalam Q.S. Ad-Dzariyat : bahwa bumi dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya
dipersiapkan Allah dalam keterkaitan dengan peran fundamental manusia diyakini mengabdi
kepada Allah Rabb l-‘alamien.

Berdasarkan prinsip fundamental memberikan satu baris postulatif yang menyatakan bahwa
bumi serta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya adalah bagian interelatif dengan
kehidupan manusia dalam menjalani peran fundamentalnya sebagai khilafahdan Hamba Allah di
muka bumiNya. Konsep-konsep dari geografi diantara lain yaitu Urbanisasi, Peta,
Kota,Mortalitas,Khatulistiwa, Demografi, Tanah, Transmigrasi, Wilayah, Tempat, Sensus
Penduduk, Iklim, Laut, Lingkungan , Benua.

Pertanyaan Saya dan Jawabannya dari Kelompok 6

Dalam makalah tercantum bahwa ilmu geografi memiliki kaitan dengan ilmu sejarah, tetapi
dalam poin relasi interdisipliner ilmu geografi tidak disebutkan keterkaitannya dengan ilmu
sejarah. Lalu apakah memang berkaitan anatara ilmu geografi dengan ilmu sejarah?

Jawaban :

Geografi dapat dipakai dalam membantu penelitian sejarah. Caranya dengan usaha menelaah
kondisi geografis dari wilayah yang bersangkutan di masa lampau. Dengan menggunakan
metode khusus dipelajari dengan seksama “the setting of human activities” dengan rincian tata
kerja: melokalisasikan panggung sejarah tersebut, kemudian mempelajari sejauh mana kondisi
lingkungan alam disitu telah mempengaruhi kegiatan manusia dalam menggerakkan jalanya
sejarah (N. Daldjoeni, 1995: 4). Dengan demikian geografi memegang peranan penting dalam
sejarah, karena sangat mempengaruhi jalanya sejarah. Hal ini terkait dengan unsur sejarah yang
berupa spasial atau tempat suatu peristiwa sejaraj terjadi. Ilmu sejarah sebagai suatu telaah
manusia harus memperhitungkan unsur ruang selain waktu. Dengan mendalami pengetahuan
geografi, sejarawan dapat mendalami latar belakang geografis dari sejarah.
Catatan Tambahan dari Bapak Drs. Iir Abdurohman Haris, M.Ag
Tidak semua teori berlaku dan berhasil menjelaskan realitas. Seperti teori Thomas Malthus
terbukti tidak ada akurat. Di luar perhitungan Malthus bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
berhasil melipatgandakan produksi pangan dan mengimbangi pertumbuhan penduduk.

Pemahaman manusia terhadap ekologi dan aspek terakit lainnya sangat menentukan bagaimana
manusia menjalin hubungan harmni dengan bumi. Kondisi bumi kontemporer dilandas krisis
kerusakan sumber daya pada tingkat yang mengkhawatirkan. pada titik inilah peran geografi
dengan science turunan memiliki urgensi bagaimana kehidupan sosial, ekonomi, dan kultural
manusia dibangun sebagaimana semestinya.
27/05/2021

PERTEMUAN KE-12

Pengantar Ilmu Politik : Deskripsi Prinsip-Prinsip dan Teori Politik dalam Islam

Politik dapat dikatakan pula siyasah yang didefinisikan sebagai suatu cara yang rasional untuk
mencapai kemaslahatan yang terbaik bagi kehidupan manusia yang dibalut dengan panduan
syari’at Islam. Fokus dalam politik atau siyasah ini sangat luas serta dalam di tradisi pemikiran
Islam. Setelah Rasulullah SAW., wafat kekacauan pertama adalah mengenai kekuasaan yang
merupakan poros dari politik atau siyasah ini sehingga lahirlah dua tradisi siyasah utama dalam
Islam yaitu :

1. Khilafah. Tradisi ini adalah sebuah konsep politik yang dikembangkan serta dipraktekkan
oleh kalangan Sunni atau ahlu sunnah wal jamaah yang polanya diambil dari system yang
sudah dipraktekkan dari masa Khulafaur-Rasyidi (empat khilafah pertama setelah nabi
Muhammad SAW., wafat yaitu Abu Bakar Ash-Sidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,
dan Ali bin Abi Thalib) yang dijadikan role model. Kepemimpinan politik menurut kalangan
Sunni itu wajib menegakkan perintah Syara’ tetapi tetap dalam pelaksanaannya sesuai situasi
dan kondisi yang ada yang biasa disebut dengan aqliyyah (rasional).
2. Imamah. Tradisi ini adalah sebuah konsep politik yang dikembangkan Syi’ah. Pendapat dari
kalangan Syi’ah ini adalah kepemimpinan setelah Nabi Muhammad SAW., wafat itu tidak
diserahkan kepada pilihan public tetapi dengan ditunjuk atau diwasiatkan. Yang mereka
anggap berhak untuk melanjutkan kepemimpinan tersebut adalah Ali bin Abi Thalib beserta
keturunannya dari garis Fatimah Putri Rasulullah SAW., yang biasanya dikenal dengan
sebutan ahl l-bait.

Dalam perspektif Islam siyasah atau politik merupakan suatu instrument realisasi kehendak
Allah dalam kehidupan manusia dengan menghantarkan manusia kepada tujuan sejati manusia
yang sesungguhnya yaitu berjumpa dengan Allah di akhirat nanti dalam keadaan yang ridha dan
juga diridhai. Kalangan Sunni maupun Syi’ah memiliki beberapa prinsip siyasah yang sudah
disepakati, diantaranya :
1. Tauhidullah. Maksudnya, Allah adalah satu satunya pemegang dan sumber pengaturan serta
penciptaan (rububiyyah), kedaulatan (walayah/mulkiyyah), dan pengabdian (uluhiyyah).
2. Syura atau Musyawarah. Maksudnya, ketika menyelesaikan permasalahan public yang
teknikal harus dilakukan dengan tepat agar langkah dan strategi yang dipilih merupakan yang
paling terbaik sesuai dengan pendapat terbaik dari orang-orang yang terbaik.
3. Ketaatan. Maksudnya, terdapat tiga otoritas (Allah, Rasul-Nya, dan Ulil Amri) seorang
muslim yang wajib mereka taati karena itu merupakan inti dari system politik Islam dan juga
memiliki sifat yang hierarkies.

Dalam konsep politik Islam yang paling terbuka dan dinamik atau inklusif adalah konsep politik
Khilafah karena konsep politik khilafah ini dieksperimentasikan dari berbagai bentuk yang
membentang sejak era Khulafaur Rasyidin hingga era konstituionalisme modern kontemporer.
Suatu Negara dapat dikategorikan sebagai Negara yang sesuai dengan tuntutan syari’at apabila
berbagai system politik yang dipraktekkan itu sesuai dengan tiga prinsip yang telah dijelaskan
sebelumnya, yaitu tauhidullah, Syura, dan ketaatan.

Sedangkan konsep politik Imamah lebih bersifat eksklusif. Salah satu Negara yang menerapkan
konsep politik ini adalah Iran dengan konsep walayatul fiqh (otoritas para ahli agama).
Walayatul fiqh ini adalah konsep politik Syi’ah yang menempatkaan Imam Syi’ah ke-12 sebagai
otoritas yang masih ghaib dan diwakili oleh para faqih (ilmuwan agama) yang memiliki otoritas
secara luas dalam mekanisme tertentu sehingga dapat diterima.

Tiang tengah dari system politik Barat kontemporer adalah Demokratisme, Sekularisme, dan
Humanisme dengan berbagai variannya yang tidak dapat diterima dan dipraktekkan secara
menyeluruh di kalangan ummat Islam baik muslim Sunni ataupun Syi’ah. Sehingga demokrasi
barat yang sekuler itu mengalamii berbagai modifikasi idiologis yang disesuaikan dengan prinsip
dasar yang menajdi kesepakatan dari ummat Islam yaitu Tauhidullah, Syura, dan ketaatan.

Dalam relasi Islam dan politik kontemporer di Indonesia mengklaim pancasila yang merupakan
dasar Negara Indonesia sebagai model yang paling ideal untuk menerapkan prinsip-prinsip
politik Islam yang diterapkan dalam konteks ke Indonesia-an yang majebuk tetapi tidak terjebak
pada pemodelan Negara Islam eksklusif yang formal. Jika merujuk pada konsep politik Sunni,
bahwa ummat Islam di Indonesia menerapkan pancasila itu merupakan idealis historis sesuai
dengan prinsip Khilafah.
Pertanyaan Saya dan Jawabannya dari Kelompok 7

Apa yang menyebabkan negara indonesia ini sulit menerapkan sistem politik berbasis syari'at?
Padahal salah satu wilayah di negara indonesia yaitu Aceh mampu menerapkan sistem syari'at
itu. Bagaimana pandangan kelompok kalian terkait ini?

Jawaban :

Menurut pandangan kelompok kami, Kita sama sama tahu bahwa di Indonesia keberagaman
menjadi ciri khas. Kebaragaman, kemajemukan dan perbedaan perbedaan ini lah yang harus
dihargai oleh setiap orang di Indonesia agar Indonesia selalu utuh dan tidak terpecah. Termasuk
dalam hal agama. Agama yang diakui secara sah di Indonesia ada 6 yaitu Islam, Kristen, katolik,
hindu, budha dan khong cu. Sehingga akan sulit ketika menerapkan sistem politik berbasis
syariat karena ada pluralisme agama yang harus dirawat agar terciptanya kerukunan antar umat
beragama. lalu mengapa aceh mampu menerapkan sistem syariat tersebut karena, dulu pernah
terjadi perundingan kesepakatan antara gerakan aceh merdeka (GAM) dan Republik Indonesia
(RI) mengenai konflik aceh yang dilakukan di finlandia dan difasilitatori oleh mantan presiden
finlandia martti ahtisaari dan yang pada saat itu menjabat sebagai ketua dewan direktur Crisis
Management Initiative (CMI). CMI ini adalah lembaga non pemerintahan yang bekerja untuk
mencegah dan menyelesaikan konflik melalui dialog informal dan mediasi. Kesepakatan ini
dilakukan di helsinki ibu kota finlandia pada 15 agustus 2005. Isi dari kesepakatan tersebut
terdiri dari enam bagian;

1. Kesepakatan yang menyangkut tentang penyelengaraan pemerinatahan di aceh


2. Tentang hak asasi manusia
3. Tentang amnesti dan reintegrasi GAM ke dalam masyarakat
4. Pengaturan keamanan
5. Tentang pembentukan misi monitoring aceh
6. Tentang penyelesaian perselisihan

Tambahan dari Hari Mega Muhtar : betul apa yang dikatakan saudari lia meskipun indonesia
mayoritas pemeluk agama islam tapi tetap tidak bisa di jadikan sebagai hukum utuh politik di
indonesia karena ada agama lain yang keduduknya sama di Indonesia Menurut hasil Sensus
Penduduk Indonesia 2018, 86,7% dari 267.670.543 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam
(Indonesia merupakan wilayah dengan penduduk muslim terbanyak di dunia),7,6% Kristen
Protestan, 3,13% Kristen Katolik, 1,74% Hindu, 0,77% Buddha, 0,03% Konghucu, 0,04% agama
lainnya.

Catatan Tambahan dari Bapak Drs. Iir Abdurohman Haris, M.Ag


Inti dari konsep dari sistem politik apapun baik dalam persfektif islam atau pun non islam pada
dasarnya terletak pada konsep idealitasnya bagaimana manusia mendapatkan keadilan,
kemerataan, kemakmuran, ataupun derajat kemanusiaannya. Berpijak dari inilah maka teori
politik dan prakteknya dalam sistem ketatanegaraan terbentuk dalam bentang historis yang
sangat panjang. Perbedaan utama antara konsep politik Islam dan lainnya terletak pada
bagaimana prinsip kedaulatan Tuhan (tauhidullah), musyawarah, dan ketaatan diorientasikan
kepada siapa dan dalam cara apa. Jadi, politik Islam tidak boleh direduksi pada semata soal
hukum Islam atau syariat sehingga menimbulkan problem minoritas akan tetapi justru
ditempatkan pada prinsip fundamentalnya sehingga kita tidak terjebak dalam konflik idiologi.
Dalam cara pandang ini, konsep khilafah atau imamah bisa diletakkan dalam bingkai yang lebih
terbuka sehingga ketatanegaraan Indonesia yang berdasarkan Pancasila dapat dipandang sebagai
model dari sistem politik berbasis nilai rahmatan lil alamien dalam bahasa yang tidak formal.

Inti dari siyasah itu adalah kekuasaan karena itu adalah hak pengaturan publik yang tidak
mungkin dilepaskan dalam sistem sosial. Karena itulah ada konsep ulil amri dalam sistem politik
Islam. ulil amri menunjukkan suatu otoritas perpanjangan dari otoritas Allah dan rasul-Nya
dalam penaturan publik dimana musyawarah menjadi mekanisme utamanya. hal-hal yang
bersipat ubudiyah-ritualistik akan mejadi wilayah privat yang negara harus memberikan
jaminanannya sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ini dipraktekan dalam
tatanegara Indonesia yang secara tegas memberikan jaminan tersebut dalam konstitusi pasal 29
ayat 1 dan 2. Sedangkan hal-hal publik yang tidak terdapat pengaturan spesifik akan menadi
wilayah ulil amri dimana mekanisme legislatif, yudikatif, dan eksekutif bekerja dalam koridor ini
sesuai dengan sila 4 Pancasila.
Dalam kerangka inilah, partai politik harus dipandang sebagai kanalisasi untuk mengetahui
aspirasi publik yang hidup dalam cita-cita idiologis tertentu dalam bingkai Pancasila yang partai
akan berjuang mewujudkannya. Dalam ranah ini, Islam seyogyanya ditempatkan sebagai sistem
nilai terbuka yang dapat menjadi kanalisasi bagaimana keadilan, kemakmuran, dan
kemajemukan diwujudkan dalam sistem politik kontemporer.

Ketika kalian mempelajari ilmu politik sesungguhnya kalian akan mempelajari bagaimana relasi
kekuasaan dan kehidupan masyarakat dipahami dalam dinamikanya mewujudkan apa yang
menjadi dasar asumtif teori politik yang dipergunakan. Jelas, akan ditemukan berbagai
perbedaan fundamental antara prinsip dan teori politik berbasis sekularistik Barat dengan Islam.
Dari kajian inilah kalian dapat menilai bagaimana pancasila sebagai dasar negara Indonesia dapat
dipandang sebagai perwujudan paling genius dari para pendiri negara bagaimana islam sebagai
mayoritas yang dianut di indonesia memperlihatkan sipat inklusifitas, moderaritas, toleransi, dan
jaminan kemanusiaan universal yang paling kuat dalam islam untuk menjadi bagian dari nilai
fundamental dalam merawat negara dan bangsa yang sangat majemuk dalam berbagai hal. Hal
ini harus dipandang sebagai aksentuasi dari spirit Islam itu sendri tanpa harus melabelinya
dengan label formal negara islam atau syariat Islam.
03/06/2021

PERTEMUAN KE-13

Introduksi Pengantar Ilmu Hukum

Hukum adalah sebuah norma atau aturan yang ditetapkan dari suatu kekuasaan yang otoritatif
dalam mengeluarkan aturan-aturan yang bersifat memaksa untuk dipatuhi atau dilaksanakan.
Kekuatan otoritatif ini wewenangnya berasal dari kedaulatan yang sudah melekat di dalam
dirinya dan secara teoritis ditemukan pada : (1) Tuhan, karena kedudukannya yang paling tinggi
sebagai pencipta alam semesta ini sehingga di dalam dirinya melekat kedaulatan dalam
memilihkan, menetapkan, dan menentukan norma yang berlaku bagi hamba-hamb-Nya, (2) Raja,
karena diklaim dengan otoritas sebagai wakil Tuhan di muka bumi, dan (3) Rakyat, karena
eksistensinya memiliki Hak Asasi ketika memilih atau menentukan norma yang mengatur
dirinya.

Teori yang paling luas dianut di berbagai dunia saat ini dengan berbagai variannya adalag teori
kedaulatan sebagai sumber otoritatif hukum, sebagai berikut :

1. Konstitusionalisme. Beranggapan bahwa rakyat merupakan pemegang kedaulatan sedangkan


perwujudannya diatur oleh hukum atau Undang-Undang.
2. Etatisme. Beranggapan bahwa Negara adalah representasi rahyat dalam sebuah kedaulatan
dan menajdi sumber serta wujud kedaulatannya itu sendiri, maka dalam prakteknya Negara
lebih penting dari rakyat.

Dalam realitasnya system hukum yang berlaku di dunia saat ini ada tiga, diantaranya :

1. Continental Law System, merupakan system hukum yang berlaku di Eropa dan juga Negara-
negara yang mendapatkan pengaruh dari Eropa itu sendiri. Sumber ini menyatakan bahwa
sumber hukum adalah peraturan yang tertulis kemudian dibentuk dalam mekanisme tertentu
lalu ditegakkan oleh pengadilan dan hakim sebagai juru bicara hukumnya.
2. Anglo Saxon Law System, merupakan system hukum yang berlaku di Inggris dan juga
Negara-negara yang mendapatkan pengaruh dari Inggris itu sendiri. Adat kebiadaan dalam
system ini disajikan dalam prosedur yang baku dala kehidupan masyarakat sebagai sumber
hukum. Hakim dalam system ini sebagai wasit yang bertugas menengahi bagaimana
kepastian procedural hukum dipenuhi agar keadilan benar-benar ditegakkan yang
dipresentasikan dengan adat yang dipilih dakam kehidupan masyarakat.
3. Divine Law System, merupakan system hukum yang berlaku di Negara yang beragama atau
menempatkan Tuhan sebagai sumber kedaulatan yang absolut seperti Iran dan Saudi Arabia.
Sumber material ini diambil dari kitab suci dengan pendekatan interpretasi tertentu serta
system pengadilan yang menempatkan hakim seperti pada system Continental Law System.

Dalam perspektif Islam sumber dan juga pemegang kedaulatan tertinggi hanyalah Allah dan
tidak dapat tergantikan karena Allah menjadi Al-Syari (pembuat hukum) yang secara langsung
ataupun dengan memberikannya melalui perantara Nabi dan RasulNya. Sumber material hukum
ini adalah Al-Qur’an dan Hadits yang ditemukan dan diinterpretasikan oleh para ulama menjadi
sebuah norma kemudian dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial,
ataupun dapat di tegakkan, ditafsirkan, dan diputuskan oleh qadhi (hakim) di pengadilan sebagai
keputusan yang mengikat sehingga harus dijalankan. Karena keadilan itu dapat ditemukan dalam
suatu ketetapan ketika memahami norma hukum yang dimaksud oleh Allahnyang terdapat dalam
Al-Qur’an dan Hadits secara nash.

Hukum dalam kajian sosial dipandang sebagai alat rekayasa sosial (as tool of social engineering)
bukan sekedar instrument yang mengatur suatu kepentingan. Pandangan hukum dalam
pendekatan as tool of social engineering ini sebagai suatu instrumen dalam membentuk atau
mengarahkan suatu masyarakat ke dalam suatu system atau struktur sosial berdasarkan system
nilai yang terdapat dalam hukum atau aturan yang diterapkan dengan kemampuannya dalam
membuat daya paksa yaitu sanksi.

Suatu perubahan sosial dalam pendekatan hukum ini sangat ditentukan sekali oleh perubahan
pada tingkatan hukum agar dapat dengan mudah menemukan berbagai respon sosial yang terjadi
ketika suatu aturan dirubah, diganti, ataupun ditambahkan dalam kehidupan sosial baik itu
respon penerimaan, penolakan, kompromi, ataupun pesimistis. Respon-respon tersebut
bergantung pada bagaimana individu atau masyarakat itu memahami atau memperkirakan
dampak sosial apa yang akan terjadi dari suatu aturan yang akan mereka peroleh.

Mengapa kita harus mengatahui dan memahami hukum terutama kita sebagai individu yang
tinggal dalam Negara hukum?
1. Dengan mengetahui dan memahami hukum kita dapat terbantu untuk menyadari perihal
konstitusi, maksudnya kita lebih sadar lagi akan hak-hak konstitusional yang dimiliki dalam
kehidupan sosial dengan system hukum yang berlaku.
2. Dengan mengetahui dan memahami hukum kita dapat terbantu untuk mengintegritaskan
individu dalam kehidupan sosial di tatanan Negara hukum ini.

Dalam tinjauan islam mendefinisikan hukum sebagai ilmu dan hukum sebagai hasil dari ilmu.
Aspek terakhir ini disebut kumpulan hukum Syari’ah yang dihasilkan melalui ijtihad Terdapat
empat gambaran dasar yang merupakan suatu ajaran ketuhanan yang saling berbeda dan saling
terkait, dan disebut sebagai fikih. Empat prinsip yang disebutkan adalah firman Tuhan dalam Al-
Qur’an, Hadits dan Sunnah Nabi, cara berpikir analogi (qisas) dan hasil kesepakatan dalam
pendapat. Hukum Islam Persektif keilmuan ini terdapat dua dimensi keilmuandalam memahami
hukum Islam, yaitu hukum islam yang berdimensi ilahiyah dan insaniyah.

Catatan Tambahan dari Bapak Drs. Iir Abdurohman Haris, M.Ag


Di antara ilmu bantu sangat penting disamping yang dikemukakan Fitria adalah politik hukum.
Di dalamnya dikaji bagaimana proses penemuan, pembentukan, dan penetapan hukum dalam
suat proses politik kekuasaan. Dalam ilmu ini dibahas bagaimana berbagai kekuatan politik dan
sosial berinteraksi dalam memilih dan menetapkan norma hukum yang diberlakukan sebagai
hukum formal negara.

Perilaku masyarakat atau sosial merupakan gambaran dari bagaimana individu dalam masyarakat
berinteraksi dan berelasi satu sama lain dengan berbagai kepentingan yang sama ataupun
berbeda. Keserasian interaksi dan relasi dari perialku sosial atau masyarakat sangat bergantung
bagaimana suatu standar atau norma perilaku diikuti dan ditaati. Standar atau norma itulah yang
kemudian dikenal sebagai hukum. maka dalam pendekatan ini, perilaku sosial atau masyarakat
pada dasarnya merupakan proyeksi dari hukum yang hidup dalam masyarakat itu sendiri.

Sistem hukum Indonesia menganut kesatuan hukum nasional dengan tataurutan yang diatur oleh
UU yakni: UUD, UU/PERPU, PP, PERPRES, dan PERDA. Berdasarkan asas desentralisasi atau
otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat peraturan daerah sesuai dengan
kondisi daerah masing-maing akan tetapi tidak boleh bertentangan dengan aturan atau hukum
yang lebih tinggi. Secara khusus, Aceh mendapatkan otonomi khusus dalam penerapan syariat
Islam dengan beberapa ketentuan.

Relasi agama dan negara yang dianut suatu negara dapat berbeda antara satu negara dengan
negara lainnya. Model relasi ini dapat ditemukan dalam idiologi yang dianut. Negara yang
menganut sekularisme akan menempatkan konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi. Karena
itu, dapat terjadi hukum yang diberlakukan bertentangan dengan norma agama yang dianut oleh
warga negara. Berbeda dengan Saudi Arabia dan Iran yang menjadikan Islam sebagai sumber
hukum resmi negara. Dalam kedua negara ini tidak boleh hukum yang diputuskan bertentangan
dengan agama. Sedangkan Indonesia yang menganut idiologi Pancasila menempatkan agama
bukan sebagai sumber resmi tunggal hukumnya sekaligus juga tidak mengabaikan norma agama
akan sangat cermat melakukan modifikasi, adaftasi, juga kompromi nilai antara nilai hukum
formal negara dan nilai keagamaan. hal ini sangat menentukan bagaimana suatu norma hukum di
Indonesia dapat diberlakukn secara efektif atau tidak.
10/06/2021

PERTEMUAN KE-14

Pendekatan Integralistik dalam Studi Ilmu-Ilmu Sosial

Ada yang masih salah paham ketika bapak membicarakan perihal ilmu sosial islam. Yang
dimaksudkan bapak bukan soal objek kajiannya tetapi soal pendekatannya, cara atau
metodologinya bagainmana seseoang memahami phenomena sosial, bagaimana orang
melakukan penyelidikan perihal ilmu sosial, bagaimana orang memahami teori-teori untuk
memprediksi lingkungan sosial.

Dilihat dari katakternya pendekatan islam itu yang integralistik/integralisme mengasumsikan


bahwa seluruh disiplin ilmu dalam ilmu sosial sesungguhnya mengacu pada prinsip tunggal yang
dalam islam dikenal sebagai prinsip Tauhidullah. Prinsip PengEsaan Allah (Laa Illaaha Illallah)
itu berimplikasi atas tiga dimensi yang menjadi tiga kesatuan utuh yaitu :

1. Rububiyyah artinya Tidak ada pencipta selain allah, maka semua phenomena yang terjadi
dalam lingkungan sosial tidak mungkin muncull tanpa sebab karena segalanya hanya
muncul karena Penciptanya. Allah adalah satu satunya pencipta di muka bumi ini artinya
phenomena sosial tidak dapat dipandang sebagai gejala yang timbul begitu saja tetapi itu
semua merupakan jejak dari sang Ilahi yang berada dalam system pengaturan atau desain
Ilahiyah. Maka para analisis sosial memiliki sebuah prinsip yang Tuhan desain bagaimana
lingkungan sosial itu berkembang.
2. Kedua Mulkiyyah artinya Laa malika yaitu tidak ada pemengang kedaulatan atau kekuasaan
selain Allah, artinya objek kajian kekuasaan bukanlah system kekuasaan yang mutlak tetapi
system kekuasaan relatife yang berasal dari tuhan. Maka system kekuasaan barat tidak dapat
sepenuhnya dapat diadopsi oleh system kekuasaan islam karena harus ada penyesuaian di
dalamnya. System politik dalam system sosial manusia bukanlah berasal dari kedaulatan
mandiri tetapi kekuasaan relative yang dimiliki oleh Tuhan. Ketika terjadi perbedaan teori-
teori politik dari system islam atau dari sudut pandang barat yang sekularistik pasti akan
berbeda, dan tidak mungkin seorang muslim mentoleransi pandangan barat tersebut.
3. Yang ketiga adalah tauhid uluhiyyah yang mengimplikasikan bahwa ketika ummat muslim
menyatakan bahwa ALLAH sebagai satu satunya tuhan maka tidak ada tujuan pengabdian
lain selain Allah. Uluhiyah artinya bahwa laa ma’buda illallah tidak ada yang diabdi selain
Allah. Maksudnya seluruh tujuan gerak historis manusia itu seluruh phenomena yang terjadi
dalam individu maupun masyarakat adalah mengabdi pada tuhan. Maka tatanan idealnya
berada dalam norma-norma yang dibuat oleh Tuhan. Baik buruknya moral bukan dari logis
atau tidaknya tetapi apakah sesuatu hal yang sebenarnya salah apakah diakui salah dalam
kekuasaan itu atau tidak.

Ketika para ilmuwan muslim melakukan kajian terhadap phenomena gejala sosial tidak bisa
diletakkan dalam posisi netral karena bukan hanya menemukan fakta sebenarnya (positivistik)
tetapi mereka akan mencari fakta laiannya apakah sesuai dengan nilai-nilai ideal ataukah
bergeser jauh dari standar kewahyuan. Kondisi sosial masyarakat itu tidak dibiarkan berkembang
begitu saja tetapi harus dievaluasi apakah masih tetap dalam tatanan yang sudah ditetapkan oleh
Allah.

Ketika prinsip ketauhidan (rububiyah, uluhiyyah, dan mulkiyyah) ada nantinya akan menurunkan
suatu pandangan baru bahwa Al-Qur’an itu bukan sekedar buku moral, etika ataupun hukum saja
tetapi kitab suci itu diperlakukan sebagai buku ilmu pengetahuan yang memberikan informasi-
informasi yg tidak disediakan oleh non indrawi (positivistik) yang ditemukan oleh pandangan
barat. Data data wahyu tersebut di integralistikkan kan dengan data data non indrawi akan jauh
lebih pokok atau mendalam lagi pendekatannya.

Sciene tidak membicarakan ruh tetapi kewahyuan membicarakan perihal ruh itu. Maka konsep
tentang manusia dalam perspektif ilmu sosial akan sangat berbeda dengan perspektif ilmu sosial
islam.

Mengapa masih banyak yang beranggapan bahwa ilmu sosial islam itu dapat merugikan
banyak manusia padahal justru ilmu sosial yang berdasarkan asumsi kewahyuan itu akan
memberikan kemaslahatan bagi seluruh manusia? Karena ilmu sosial saat ini didominasi
oleh ilmu sosial Barat yang merubah arus balik perkembangan science. Padahal sebelum era
Renaisan itu ilmu sosial islam sangat kuat arusnya, yang kemudian menjadi warna hari ini.
Diawal abad ke 20 pemikiran tentang utuhnya ilmu sosial kewahyuan atau utuhnya islamisasi
science, salah satu tokoh islamisasi science adalah ismail roji al faruki yang gaungnya sangat
kuat berpengaruh diberbagai perguruan tinggi islam di dunia termasuk di Indonesia. Jika kita
menemukan respon negative ketika membicarakan phenomena dalam gejala sosial maka itu
adalah hal yang wajar-wajar saja. Dan justru menjadi tugas intelektual muslim untuk menjadi
juru bicara dalam pendekatan islam ini, kita hrus menunjukkan bahwa pendekatan islam ini jauh
lebih utuh dan terpadu untuk memberikan solusi dalam semua problematika sosial.

Apakah Negara yang menerapkan islam contohnya ARAB dapat dijadikan acuan untuk
Negara yang menerepkan islam seutuhnya? Tidak juga, karena dalam era kontemporer ini,
islam dibanyak peristiwa politik di timur tengah itu menjadi kendaraan kekuasaan yang apabila
diukur dengan standar-standar islam jauh dari realitas islam yang sebenarnya. Maka untuk
mengukur apkaah suatu Negara benar-benar mempraktekkan islam bukan dari slogan formal
negaranya tetapi dari praktek yang mereka lakukan. Pendekatan islam itu ebagai pendekatan
ilmiah baru tidak bisa di identifikasi berdasarkan formalitasnya saja tetapi lebih didasarkan
kepada seberapa besar komitmen dan konsentrasi ilmiah untuk menjadikan integralistik dalam
islam sebagai kekuatan unggulan dalam melakukan riset-riset ilmiah. Sehingga tidak ada Negara
yang sudah dapat menerapkan pendekatan islam seutuhnya tanpa campur tangan lainnya karena
itu semua Sebuah proses sejarah ilmu pengetahuan. Pendekatan integralisme islam tidak
membutuhkan sample politik dan legatimasi kekuasaan lainnya yang dibutuhkannya itu
komitmen ilmiah seorang ilmuan.
17/06/2021

PERTEMUAN KE-15

Tauhid sebagai Prinsip TataSosial dalam Islam

Ilmu sosial islam ditegakkan dalam pendekatan integrative yang berpandangan dalam dunia
tauhid bahwa tatanan dunia ciptaan merupakan manifestasi keberadaan tuhan menuju puncak
kesempurnaan manusia dalam kehidupan sosialnya. Dipandang dalam beberapa perspektif yaitu

1. Nonpaltikularitas. Tatanan sosial merupakan satuan system yang satu sama lain dalam
bangunan tungal yang tidak dapat dipisahkan.
2. Nonsekularitas. Tatanan sosial tidak dapat dipisahkan dalam reduksi atau dalam pemilahan
ruang public atau privat.
3. Integrasi Individu dalam Komunitas. Manusia dipandang sebagai individu bebas sebagai
syarat dalam pertumbuhan dan pertumbuhan personalnya.
4. Trirelasi Perubahan. Menegaskan keterlibatan tuhan dalam ilmu sosial dan mensyaratkan
keterlibatan individu dengan inisiatif dan ikhtiar yaitu tata pikir, tata perilaku dan tata
pengetahuan.

Penerapan wawasan ilmu tauhid dalam ilmu sosial ini adalah suatu proyek intelektual yang besar
dan berkelanjutan yang dipikul generasi baru yaitu muslim di era millennial ini. Sebagai ilmuan
sosial muslim pengetahuan yang mumpuni dapat dijadikan dasar sebagai manifestasi murni
kekhalifahan.

Dalam ruang kebebasan manusia di perspektif tauhid, menyatakan bahwa manusia akan diminta
pertanggungjawaban atas kebebasan tindakannya tersebut. Artinya melaksanakan kewajiban
kepada tuhan itu bukan karena paksaan. Selain itu dalam merealisasikan kebebasan kita harus
menghargai hak-hak orang lain yang juga berkembang. Islam memiliki pandangan tentang
rekayasa sosial bahwa sebuah perubahan sosial bisa direkayasa dimilai daari individunya
memiliki inisiatif dan ikhtiar.
Saat ini generasi baru muslim di era millenials sudah banyak yang terpengaruh oleh
pemikiran sekularistik ya pak melalui perang pemikiran, sedangkan generasi baru muslim
di era millenials ini harus mampu mengimplementasikan ilmu tauhid ini, tetapi lingkungan
tidak mendukung pak apakah keterlibatan Negara berpengaruh besar pak dalam
menerapkan ilmu tauhid ini? Perubahan sosial dimulai dengan adanya inisiatif dan ikhtiar dari
diri itu. Dalam teori sosial ada batasan-batasanya, Negara dan seluruh aparaturnya, institusinya
dan bagian bagiannya adalah baian dari struktur ini. Tingkat keselarasan dan kesenafasan dalam
struktur itu sangat mempengaruhi perubahan sosial itu. Asas Negara ketuhanan yang maha esa
sesungguhnya memberikan ruang yang terbuka bagi warga Negara yanga da di indonesiia untuk
mengekspresikan dan menjawantahkan nilai-nilai dalam kehidupan sosial. Intinya tergantung
dengan ideology yang dianut oleh Negara.

Era disruptif = era dimana hidup dalam pengalaman baru, pengetahuan baru, dan science baru
yang belum ditemukan sebelumnya. Mengapa bisa merusak? Karena orang yang menghadapinya
tidak memiliki kesiapan yang cukup.apabila tidak diantisipasi dengan tepat maka dampak dari
teknologi di era ini akn mengakibatkan keretakan sosial. Jika kita mempelajari ilmu sosial ini
maka kita akan mengetahui pergerakan sosial di era ini apakah bergerak maju atau bergerak kea
rah disruptif. Di era disruptif ini seseorang yang memiliki pengalaman tidak terpakai atau akan
sia sia karena sudah terjadi perubahan yang besar.

Di dalam perspektif tauhid, arah tatanan sosial bergerak gradatif dan evolutif menuju perubahan
sosial itu. Di dalam perspektif ini manusia diciptakan tuhan dengan potenti yang begitu besar
dari potensi A-Z dan dapat memanifestasikan dirinya sebagai citra tuhan. Dengan merealisasikan
kualitas kualitas terbaik dirinya, maka seberapa maju sebuah kehidupan sosial akan ditentukan
oleh seberapa maju dan seberapa berkembang kehidupan individu yang ada di dalam lingkup
sosial tersebut. Islam itu menegaskan individu mengalami perbaikan di dalam kebebasannya
dalam tata pikir, tata perilaku dan tata pengetahuan dan apabila berkembang secara positif maka
kehidupan sosial pun akan berkembang secara positif. Kuliah itu bukan sekedar hadir formal,
bukan sekedar lulus formal. Tetapi kuliah itu sesungguhnya untuk meningkatkan dan
perbaikan kualitas pemikiran kalian yang berdampak terhadap tata perilaku dan
pemikiran kalian. Karena akan menentukan dari system dan struktur sosial yang kita
hadapi. – Pak Iir

Anda mungkin juga menyukai