Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Agrica Ekstensia

Info Artikel Received : 07 April 2022 Vol. 16 No.1 Tahun 2022


Revised : 30 Mei 2022 p-ISSN : 1978-5054
Accepted : 13 Juni 2022 e-ISSN : 2715-9493

IDENTIFIKASI HAMA TANAMAN CABAI MERAH DAN TEKNIS


PENGENDALIANNYA DI KELOMPOK TANI SARI MULYO DESA
SUKASARI KECAMATAN AIR PERIUKAN KABUPATEN SELUMA
PROVINSI BENGKULU
Taufik Hidayat, Kusmea Dinata, Andi Ishak, Erpan Ramon
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Jl. Irian km 6,5 Kota Bengkulu – 38119 (Telp. 0736-23030)

Responden Email: taufikhidayatveydo@gmail.com

Abstrak
Salah satu komoditas hortikultura yang strategis, memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan banyak
dibudidayakan petani adalah cabai merah. Serangan hama dan penyakit tanaman merupakan permasalahan utama
yang dihadapi petani, namun pengendaliannya masih belum optimal. Permasalahan ini juga dihadapi oleh petani
cabai pada Kelompok Tani Sari Mulyo di Desa Sukasari, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma, Provinsi
Bengkulu. Luas tanaman cabai yang dibudidayakan pada kelompok tani ini setiap tahun sekitar 6 ha. Permasalahan
yang dihadapi pada musim tanam ini adalah serangan hama yang belum mampu dikendalikan petani. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis hama yang menyerang tanaman cabai, pengendalian
yang dilakukan petani, dan saran pengendaliannya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2021 sampai
dengan Januari 2022 dengan metode observasi lapangan dan wawancara dengan petani cabai. Observasi dilakukan
melalui pengamatan hama secara langsung pada tanaman cabai milik petani seluas 2,5 hektar. Pengamatan
dilakukan pada tanaman terserang dengan mengamati jenis hama dan gejala serangannya. Sementara itu,
wawancara dilakukan untuk mengetahui upaya pengendalian oleh petani yang telah dilakukan. Hasil menunjukkan
bahwa terdapat dua jenis ulat yang teridentifikasi menyerang tanaman cabai yaitu Spodoptera spp. dan Helicoverpa
spp. Selain itu, terdapat serangan kutu kebul (Bemisia tabaci) dan thrips (Thrips sp.). Pengendalian yang dilakukan
petani belum sesuai dengan 6 tepat dalam rekomendasi pengendalian hama cabai dengan aplikasi pestisida.
Kata Kunci: Cabai, Desa Sukasari, Hama, Aplikasi, Pestisida.

Abstract
Horticultural commodities are strategic, have high economic value and are widely cultivated by farmers, one
of which is red chili. Pests and plant diseases are the main problems faced by farmers, but their control is still not
optimal. This problem is also faced by chili farmers in the Sari Mulyo Farmer's Group in Sukasari Village, Air
Periukan Subdistrict, Seluma Regency, Bengkulu Province. The area of chili cultivated in this farmer group is
about 6 ha every year. The problem faced in this growing season is the attack of pests that have not been able to
be controlled by farmers. Therefore, this study aims to identify the types of pests that attack chili plants, the control
carried out by farmers, and suggestions for their control. The research was conducted from December 2021 to
January 2022 using field observations and interviews with chili farmers. Observations were made by observing
pests on chili plants belonging to farmers with an area of 2.5 hectares. Observations were made on the affected
plants by observing the types of pests and the symptoms of their attacks. Meanwhile, interviews were conducted to
find out the control efforts that have been carried out by farmers. The identification results showed that there were
two types of caterpillars that attacked chili plants, namely Spodoptera spp. and Helicoverpa spp. In addition, there
is whitefly (Bemisia tabaci) and thrips (Thrips sp.) attacks. The control carried out by farmers has not been in
accordance with recommendation on 6 precise control system in controlling chili pests.
Keywords: Chili, Sukasari Village, Pest, Application, Pesticide.

DOI: https://doi.org/10.55127/ae.v16i1.109 19
Jurnal Agrica Ekstensia
Info Artikel Received : 07 April 2022 Vol. 16 No.1 Tahun 2022
Revised : 30 Mei 2022 p-ISSN : 1978-5054
Accepted : 13 Juni 2022 e-ISSN : 2715-9493

PENDAHULUAN Hama merupakan binatang perusak yang


Cabai merah (Capsicum annuum L.) mengganggu kepentingan manusia. Cara kerja
merupakan komoditas hortikultura yang hama beragam yaitu dengan cara melubang
strategis dan memiliki nilai ekonomis yang tanaman, mengisap cairan tanaman, dan
tinggi sehingga sangat potensial untuk terus memakan tanaman [9]. Hama dapat menyerang
tetap diusahakan [1]. Sebagai komoditas tanaman cabai sejak fase di persemaian (sebelum
strategis, cabai sering kali menyumbang inflasi tanam), pada fase vegetatif, dan fase generatif
terhadap perekonomian nasional karena [5].
harganya yang sangat fluktuatif [2]. Seiring Hama cabai merah tersebar di seluruh
dengan pertambahan penduduk serta wilayah di Indonesia, termasuk di Provinsi
berkembangnya industri pengolahan dengan Bengkulu. Pertanaman cabai merah di Provinsi
bahan baku cabai, maka setiap tahun kebutuhan Bengkulu tersebar di berbagai wilayah dari
cabai juga terus meningkat. Oleh karena itu, dataran rendah sampai dengan dataran tinggi.
usahatani cabai menjanjikan keuntungan yang Desa Sukasari merupakan salah satu desa yang
tinggi, namun dibutuhkan keterampilan dan merupakan sentra tanaman cabai di Kecamatan
modal relatif besar. Air Periukan Kabupaten Seluma Provinsi
Biaya usahatani yang tinggi, fluktuasi harga Bengkulu. Permasalahan yang dihadapi petani
saat panen, dan ancaman gagal panen akibat dalam budidaya cabai merah di desa tersebut
serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) diantaranya adalah serangan hama.
merupakan risiko yang dihadapi petani cabai UPTD Perlindungan Tanaman Pangan
merah [3]. Semakin tinggi tingkat pendapatan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu
usahatani cabai yang diharapkan petani maka mencatat bahwa hama cabai di Kabupaten
resiko yang dihadapi juga semakin tinggi [4] Seluma pada tahun 2021 terdiri atas 6 kelompok
Menurut [5], kegagalan panen akibat serangan yaitu trips (Thrips spp.), kutu daun persik (Myzus
hama bisa mencapai 20 - 100%. Salah satu persicae), ulat grayak (Spodoptera litura), lalat
strategi untuk menghindari kegagalan panen buah (Bactrocera spp.), tungau (Tetranycus sp.;
akibat serangan hama adalah dengan melakukan Polyphagotarsonemus sp.), dan kutu kebul
pengendalian hama secara terpadu. (Bemisia tabaci). Identifikasi hama tanaman
Terdapat 14 jenis hama utama pada tanaman cabai merah di Desa Sukasari Kecamatan
cabai yaitu: ulat tanah (Agrotis ipsilon), uret Seluma, belum pernah dilakukan. Untuk itu
(Holotrichia sp.), orong-orong (Gryllotalpa sp.), perlu dilakukan identifikasi, agar dapat
siput (Achatina sp.), lalat pengorok daun digunakan untuk menentukan metode
(Liriomyza sp.), oteng-oteng (Epilachna pengendaliannya.
sprasa), ulat grayak (Spodoptera litura), ulat Tujuan dari penelitian ini adalah
buah (Helicoverpa armigera), wereng kapas a) melakukan identifikasi jenis-jenis hama yang
(Empoasca sp.), kutu kebul (Bemisia tabaci), menyerang tanaman cabai merah; b) teknis
kutu daun persik (Myzus persicae), thrips pengendaliannya, dan c) serta saran perbaikan
(Thrips parvispinus), tungau kuning teknis pengendalian hama cabai merah di
(Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah Kelompok Tani Sari Mulyo Desa Sukasari
(Tetranychus sp.), dan lalat buah (Bactrocera Kecamatan Seluma.
sp.) [5].
Umumnya petani cabai belum menerapkan
MATERI DAN METODE
teknik pengendalian hama secara terpadu dalam
penanganan risiko usahatani karena kurangnya Penelitian ini dilakukan dengan metode
pengetahuan dan keterampilan [6]. Pengendalian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi
hama hanya dilakukan dengan aplikasi pestisida kasus. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan
kimia secara berlebihan untuk menghindari Desember 2021 sampai dengan Januari 2022 di
penurunan produktivitas atau gagal panen yang Kelompok Tani Sari Mulyo, Desa Sukasari,
berdampak negatif terhadap lingkungan [7]. Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma,
Padahal aplikasi pestisida harus memenuhi Provinsi Bengkulu.
prinsip enam tepat yaitu tepat sasaran, tepat Pengumpulan data dilakukan melalui
mutu, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan observasi lapangan dan wawancara dengan
tepat cara [8]. petani cabai merah. Obeservasi dilakukan

DOI: https://doi.org/10.55127/ae.v16i1.109 20
Jurnal Agrica Ekstensia
Info Artikel Received : 07 April 2022 Vol. 16 No.1 Tahun 2022
Revised : 30 Mei 2022 p-ISSN : 1978-5054
Accepted : 13 Juni 2022 e-ISSN : 2715-9493

dengan mengamati secara langsung hama yang tersedia sepanjang tahun dengan memanfaatkan
ada pada lahan cabai merah. Hama yang sumur, bak penampung, dan mesin air (steam).
ditemukan kemudian didokumentasikan dengan Salah satu keunggulan petani cabai merah
kamera dan selanjutnya diidentifikasi jenis menggunakan varietas tanaman cabai lokal
hamanya berdasarkan literatur. Penggalian adalah umurnya relatif lebih lama yaitu
informasi juga dilakukan untuk menggambarkan mencapai 9 bulan dan dapat beradaptasi terhadap
dan mengetahui dampak dari serangan hama. lingkungan yang baru [10].
Selanjutnya juga dipelajari metode yang telah Pengolahan tanah menggunakan rotary dan
digunakan petani untuk mengendalikan hama dimulai pada bulan Desember. Lahan dibentuk
dan efektivitasnya. Wawancara dilakukan menjadi bedengan ukuran tinggi 30 cm, lebar 80
kepada 3 orang petani yang sudah -100 cm, dan panjangnya mengikuti panjang
berpengalaman dalam usahatani cabai merah. lahan searah lintasan matahari. Jarak tanam 50 x
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. 70 cm dengan model zigzag. Pada saat
pengolahan tanah diberikan kapur diberikan
sebanyak 500 kg per hektar. Pupuk dasar
HASIL DAN PEMBAHASAN
diberikan NPK 100 kg, Urea 100 kg, ZA 100 kg,
Karakteristik Usahatani di Kelompok Tani
Sari Mulyo dan kompos kotoran sapi 6 ton untuk per hektar
Desa Sukasari merupakan salah satu dari 12 lahan. Benih yang digunakan sebanyak 150 g/ha.
desa di Kecamatan Air Periukan Kabupaten Untuk memupuk, petani melakukannya dengan
Seluma. Penduduk di desa Sukasari berprofesi metode mengocor, yaitu mencairkan pupuk
sebagai petani yang membudidayakan kelapa dalam air kemudian menyiramkannya ke tanah
sawit, karet, padi, dan sayuran. Kelompok Tani dekat batang tanaman cabai. Petani tetap
Sari Mulyo merupakan satu-satunya kelompok mengocor cabai pada saat musim hujan dengan
tani yang menanam sayuran dari 12 kelompok selang waktu 2 kali seminggu. Sedangkan pada
tani yang ada di desa Sukasari. musim kemarau sebanyak 3 kali seminggu.
Kelompok Tani Sari Mulyo didirikan pada Pemupukan pertama kali dilakukan ketika
tahun 1992 dengan beranggotakan 20 orang tanaman berumur 10 hari setelah tanam (hst)
petani dengan luas lahan lebih kurang 40 ha. dengan menggunakan pupuk padat NPK
Petani pada umumnya mengusahakan kelapa 16:16:16. Selain itu juga diberikan dalam
sawit sebagai komoditas utama. Secara bentuk granul di sekitar tanam. Pemberian pupuk
tumpangsari pada tanaman kelapa sawit dan kocor dilakukan satu kali seminggu. Dosis
karet, petani menanam sayuran dengan luas 11 pemupukan NPK untuk kocor dan granul 100
ha. Jenis-jenis sayuran yang ditanami petani kg/ha. Masa pemeliharaan cabai berlangsung
yaitu cabai merah, kacang panjang, timun, selama sembilan bulan. Panen dilakukan
terong, dan melon. Pada umumnya, terdapat dua seminggu sekali dimulai pada umur 3 bulan
pola tanam sayuran yang biasa diusahakan, setelah tanam. Panen bisa mencapai 25-30 kali
yakni pola tanam: melon – cabai merah - dengan panen raya pada waktu panen ke 15-17.
timun/terong dan cabai merah - timun/terong - Pengendalian organisme pengganggu
kacang panjang. tanaman (OPT) dimulai sejak semai. Aplikasi
insektisida untuk mencegah serangan kutu, ulat,
Budidaya Cabai Merah di Kelompok Tani Sari dan lalat buah serta fungisida untuk mencegah
Mulyo dan mengendalikan penyakit kresek. Insektisida
Pada saat penelitian, terdapat kurang lebih dan fungisida diaplikasikan secara rutin.
seluas 6 ha tanaman cabai yang dibudidayakan Penyemprotan setelah tanam dimulai pada umur
oleh 11 orang petani. Tanaman cabai biasanya seminggu dan dilakukan setiap minggu untuk
dibudidayakan secara intensif mulai bulan fungisida dan diselang seling dengan insektisida.
Februari sampai dengan bulan November setiap Pengendalian secara manual juga dilakukan
tahunnya. Varietas yang biasa digunakan petani dengan cara membunuh hama yang masih
adalah varietas Lokal Medan, Lokal Lampung, ditemukan di tanaman dan mencabut serta
Kapal Terbang, dan Rimbun. Kondisi cuaca atau membakar tanaman yang terinfeksi cukup parah.
musim tidak menjadi masalah bagi petani dalam Hal ini sejalan dengan penelitian [11], yang
memulai usaha budidaya cabai merah. Air selalu menyatakan bahwa perbedaan umur tanaman

DOI: https://doi.org/10.55127/ae.v16i1.109 21
Jurnal Agrica Ekstensia
Info Artikel Received : 07 April 2022 Vol. 16 No.1 Tahun 2022
Revised : 30 Mei 2022 p-ISSN : 1978-5054
Accepted : 13 Juni 2022 e-ISSN : 2715-9493

mempengaruhi jumlah populasi dan intensitas


serangan hama pada tanaman cabai merah.

Gambar 3. Hamparan kebun cabai pada lahan konversi kelapa sawit


di Desa Sukasari.

Jenis-jenis Hama Tanaman Cabai dan mengancam tanaman cabai merah dan seperti
Gejalanya di Kelompok Tani Sari Mulyo apa gejala kemunculannya.
Hama pada tanaman cabai diantaranya adalah Hasil observasi dan identifikasi hama cabai
ulat grayak, ulat buah, thrips, kutu daun persik, merah di lapangan yang dilakukan dengan
kutu kebul, tungau dan lalat buah. Khusus untuk pengamatan secara langsung diidentifikasi
hama kutu kebul merupakan serangga pembawa terdapat empat hama menyerang tanaman cabai
vector penyakit daun keriting atau virus kuning merah. Hama - hama yang tersebut adalah ulat
yang disebabkan oleh Begomovirus. Satu ekor grayak (Spodoptera spp), ulat buah (Helicoverva
hama kutu kebul dapat menularkan penyakit dari spp), kutu kebul (Bemisia tabaci), dan kutu trips
tanaman sakit ke tanaman sehat hanya dalam (Thrips parvispinus). Hama - hama yang
waktu beberapa hari saja. Serangan ini juga akan menyerang tanaman cabai merah di Kelompok
lebih tinggi di musim kemarau [12]. Oleh karena Tani Sari Mulyo yang berhasil didokumensikan
itu, penting untuk mengetahui hama yang dengan kamera disajikan pada Gambar 2 sampai
dengan Gambar 5.

Gambar 2. Ulat Grayak (Spodoptera spp.)

DOI: https://doi.org/10.55127/ae.v16i1.109 22
Jurnal Agrica Ekstensia
Info Artikel Received : 07 April 2022 Vol. 16 No.1 Tahun 2022
Revised : 30 Mei 2022 p-ISSN : 1978-5054
Accepted : 13 Juni 2022 e-ISSN : 2715-9493

Gambar 3. Ulat Buah (Helicoverva spp.)

Gambar 4. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

Gambar 5. Trips (Thrips sp.)

Menurut informasi dari petani, terjadi menyebabkan gagal panen. Pada temperatur 25-
peningkatan intensitas serangan hama ulat 30 0C, perkembangan kutu kebul menjadi lebih
grayak dan ulat buah pada varietas lokal. cepat [14]. Curah hujan, temperatur, dan
Serangan ulat grayak menyebabkan kerusakan kelembaban, sangat berpengaruh terhadap
daun, sedangkan serangan ulat buah populasi trips [15].
menyebabkan buah berlubang, busuk dan gugur. Gejala serangan hama pada tanaman cabai
Akibat dari serangan hama ini, menurunkan merah berbeda beda. Serangan pertama ulat
pendapatan usaha budidaya cabai merah. Sejalan grayak diawali dengan terdapatnya larva instar
dengan penelitian yang dilakukan oleh [13]. berupa bercak putih yang menerawang. Ulat
Sementara itu, kutu kebul yang merupakan grayak menyerang dengan memakan daun
vector pembawa begomovirus penyebab tanaman secara bersama-sama dalam jumlah
tanaman cabai merah terserang penyakit keriting yang besar sehingga gundul menyisakan daun
kuning juga teridentifikasi dan dapat berlubang dan tulang-tulang daun. Akibatnya

DOI: https://doi.org/10.55127/ae.v16i1.109 23
Jurnal Agrica Ekstensia
Info Artikel Received : 07 April 2022 Vol. 16 No.1 Tahun 2022
Revised : 30 Mei 2022 p-ISSN : 1978-5054
Accepted : 13 Juni 2022 e-ISSN : 2715-9493

pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. pengendalian menggunakan insektisida pada


Serangan ulat grayak terjadi pada malam hari waktu sore dan malam hari dengan cara
dan pada musim kemarau serangan ulat grayak menyemprot pada bagian bawah daun.
menjadi semakin ganas. Insektisida yang digunakan oleh petani
Serangan ulat buah umumnya ditandai berdasarkan pengalaman yang didapat sendiri
dengan instar pertama pada buah yang masih maupun berdasarkan informasi dari petani lain.
hijau. Ulat buah menyerang buah cabai merah Dosis penyemprotan yang digunakan oleh petani
dengan cara melubangi dinding buah cabai berdasarkan rekomendasi pada label kemasan
sehingga buah yang terserang menjadi produk yang digunakan. Tetapi bila petani
berlubang. Apabila buah cabai tersebut dibelah, merasa kurang efektif, maka petani menukar
maka terdapat ulat didalamnya. Ketika musim produk dengan merek lain atau meningkatkan
hujan, serangan ulat buah akan terkontaminasi dosis penyemprotannya. Penggunaan
oleh cendawan sehingga buah yang terserang insektisida pada hama kutu ini tidak sesuai dan
akan membusuk. kurang tepat karena seharusnya pengendalian
Serangan kutu kebul menyebabkan dilakukan menggunakan Akarisida, tetapi petani
kerusakan langsung terhadap tanaman cabai di hanya mengenal insektisida.
bekas tusukan stiletnya, sehingga pertumbuhan Ketepatan pengendalian hama secara kimia
tanaman terhambat dan terlihat layu dan lemah. yang dilakukan oleh petani cabai merah di
Selain itu, akumulasi embun madu kutu kebul kelompok tani Sari Mulyo belum memenuhi
yang merupakan substrat untuk pertumbuhan enam tepat yakni tepat sasaran, tepat mutu, tepat
cendawan pada daun dan buah secara tidak jenis, tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara.
langsung juga berakibat pada penurunan Hasil wawancara dengan petani terhadap
efisiensi fotosintesis dan menurunkan hasil serta penerapan enam tepat dalam penggunaan
mutu buah. Gejala serangan kutu kebul seperti insektisida ditampilkan pada Tabel 1.
adanya bercak nekrotik di permukaan daun
akibat dari rusaknya jaringan dan sel-sel daun. Rekomendasi pengendalian hama cabaiMerah
Sementara embun jelaga yang berwarna hitam di Kelompok Tani Sari Mulyo
merupakan cendawan yang tumbuh akibat Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
embun madu yang ditinggalkan oleh kutu kebul. merupakan konsep cara berpikir tentang
Sebagai vector pembawa virus, apabila kutu pengendalian Organisme Pengganggu
kebul membawa Begomovirus, juga dapat Tumbuhan (OPT) melalui pendekatan ekologi
menurunkan hasil dan gagal panen dengan gejala yang bersifat multidisiplin dalam pengelolaan
tanaman menjadi keriting kuning. populasi hama dan penyakit dengan
Serangan hama trips pada tanaman cabai pemanfaatan beberapa metode pengendalian
merah dengan gejala noda perak tidak beraturan dalam satu kesatuan koordinasi. Oleh karena itu,
pada daun yang disebabkan adanya cairan dari pemahaman tentang ekologi hama dan penyakit
luka bekas makan serangga. Noda keperakan sangat penting. Dalam rangka program
akan menjadi cokelat tembaga setelah beberapa pembangunan pertanian berkelanjutan yang
waktu dan daun menjadi keriting. berwawasan lingkungan, ada beberapa prinsip
PHT pada tanaman cabai merah antara lain
Teknis Pengendalian Hama Cabai Merah di adalah dengan melakukan budidaya tanaman
Kelompok Tani Sari Mulyo yang sehat, pengendalian hayati menggunakan
Pengendalian hama yang dilakukan petani di musuh alami dan melakukan pengamatan secara
Kelompok Tani Sari Mulyo adalah secara kimia. rutin. Pendapat ini sama dengan penelitian [16],
Pengendalian dibagi dua kelompok hama yaitu menjelaskan bahwa dengan memanfaatakan
hama ulat dan hama kutu. Hama ulat musuh alami maka dapat meningkatkan produksi
dikendalikan dengan menyemprot bagian daun tanaman utama.
menggunakan insektisida pada pagi dan sore
hari. Pada pagi hari sambil keliling juga
dilakukan pengendalian secara mekanis dengan
membunuh ulat yang masih ditemukan.
Sementara terhadap hama kutu, dilakukan

DOI: https://doi.org/10.55127/ae.v16i1.109 24
Jurnal Agrica Ekstensia
Info Artikel Received : 07 April 2022 Vol. 16 No.1 Tahun 2022
Revised : 30 Mei 2022 p-ISSN : 1978-5054
Accepted : 13 Juni 2022 e-ISSN : 2715-9493

Tabel 1. Kesesuaian penerapan enam tepat pada penggunaan


pestisida oleh petani cabai di Kelompok Tani Sari Mulyo
No Jenis hama Rekomendasi 6 tepat Pengendalian petani
1 Ulat grayak tepat sasaran tidak sesuai
tepat mutu tidak sesuai
tepat jenis sesuai
tepat waktu tidak sesuai
tepat dosis tidak sesuai
tepat cara sesuai
2 Ulat Buah tepat sasaran tidak sesuai
tepat mutu tidak sesuai
tepat jenis sesuai
tepat waktu tidak sesuai
tepat dosis tidak sesuai
3 Kutu kebul tepat cara sesuai
tepat mutu tidak sesuai
tepat jenis sesuai
tepat waktu tidak sesuai
tepat dosis tidak sesuai
tepat cara sesuai
4 Trips tepat cara sesuai
tepat mutu tidak sesuai
tepat jenis sesuai
tepat waktu tidak sesuai
tepat dosis tidak sesuai
tepat cara sesuai

Tanaman yang sehat dan kuat dapat bertahan dalam penerapannya memerlukan komponen
dari serangan hama serta lebih cepat mengatasi teknologi, sistem pemantauan yang tepat, dan
kerusakan akibat serangan. Oleh karena itu, petugas atau petani yang terampil dalam
pemilihan varietas, penyemaian, pemeliharaan penerapan komponen teknologi PHT tersebut.
tanaman sangat perlu diperhatikan dalam setiap Penerapan hendaknya dikembangkan oleh petani
usaha budidaya tanaman cabai merah agar sendiri karena harus disesuaikan dengan keadaan
memperoleh pertanaman yang sehat, kuat dan ekosistem setempat. Agar petani mampu
produktif. Sementara dengan adanya musuh menerapkan PHT, maka diperlukan usaha
alami, maka populasi hama dapat ditekan dan pemasyarakatan PHT melalui pelatihan baik
dalam agroekosistem diharapkan adanya secara formal maupun informal.
keseimbangan populasi hama dengan musuh Pengendalian hama dan penyakit dapat
alaminya, sehingga populasi hama tidak dilakukan dengan cara kimia menggunakan
melampaui ambang toleransi tanaman. insektisida dan fungisida untuk mengurangi
Pengamatan secara rutin dilakukan untuk kerusakan tanaman. Teknis pengendalian ulat
mendapatkan informasi kondisi tanaman, gerayak dan ulat buah, dilakukan dengan
perkembangan populasi hama dan musuh penyemprotan insektisida berbahan aktif
alaminya. Informasi yang dihimpun dapat diafentiuron, lamda sihalotrin, dan tiametoksam
digunakan sebagai dasar dalam mengambil sebagai racun kontak dan perut. Insektisida
tindakan yang akan dilakukan karena berbentuk pekatan suspensi berwarna putih
agroekosistem bersifat dinamis dan banyak keabu-abuan yang dapat larut dalam air dengan
faktor yang saling mempengaruhi didalamnya. dosis 1 mililiter/liter. Penyemprotan dilakukan
Berdasarkan prinsip-prinsip PHT tersebut, maka secara rutin pada sore hari. Selain itu juga

DOI: https://doi.org/10.55127/ae.v16i1.109 25
Jurnal Agrica Ekstensia
Info Artikel Received : 07 April 2022 Vol. 16 No.1 Tahun 2022
Revised : 30 Mei 2022 p-ISSN : 1978-5054
Accepted : 13 Juni 2022 e-ISSN : 2715-9493

dilakukan pengumpulan ulat pada buah cabai dilakukan dengan penyemprotan menggunakan
yang terserang, lalu memasukannya ke dalam insektisida dengan bahan aktif seperti
kantong plastik untuk dimusnahkan. Abamectin 21 EC, Abuki 50 SL, Demolish 18
Cabai merah dibudidayakan dengan tujuan EC, Curacron 50 EC konsentrasi 2 mililiter/liter,
untuk menghasilkan panen cabai merah dan Agrimex 18 EC konsentrasi 1 mililiter/liter.
dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan. Hasil penelitian [17] menyatakan bahwa
Kegagalan panen umumnya terjadi pada musim insektisida yang paling efektif untuk B. tabaci
penghujan akibat intensitas serangan hama dan dan selektif terhadap predator M. sexmaculatus
penyakit semakin tinggi. Musim penghujan adalah Teflubenzuron 50 EC, Permetrin 25 EC,
terjadi pada bulan Oktober s/d Maret. Pada saat Imidakloprid 200 SL, dan Metidation 25 WP
itulah biasanya terjadi gagal panen dan lonjakan dengan nilai SR <1. Sementara Insektisida
harga cabai. Penggunaan insektisida pada batas Tiametoksan 25 WG dan Sipermetrin +
tertentu mungkin lebih praktis, tetapi bahaya Klorpirifos 500/50 EC membahayakan predator
residu bahan kimia beracun menjadi M. sexmaculatus karena tidak selektif dengan
kekhawatiran bagi konsumen. Upaya nilai SR >1. Penggunaan insektisida selektif
pengendalian yang ramah lingkungan, aman dengan melepaskan predator M. sexmaculatus
untuk konsumen, relatif murah, dan juga efektif adalah merupakan bagian dari penerapan
terhadap hama perlu diupayakan. Aplikasi teknologi PHT dan dinilai efektif untuk B. tabaci
pestisida hendaknya menerapkan enam tepat, pada tanaman sayuran khususnya cabai.
yakni tepat sasaran, tepat mutu, tepat jenis, tepat
waktu, tepat dosis, dan tepat cara. Oleh karena KESIMPULAN
itu diperlukan upaya pengendalian OPT secara Berdasarkan hasil penelitian dapat
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan disimpulkan:
menerapkan inovasi teknologi yang a. Terdapat empat jenis hama yang menyerang
berkelanjutan dan memanfaatkan sumber daya tanaman cabai merah di Kelompok Tani Sari
lokal, memerhatikan perubahan iklim, Mulyo Desa Sukasari Kecamatan Air
mengembangkan varietas unggul tahan OPT,
Periukan Kabupaten Seluma Provinsi
serta memerhatikan potensi wilayah. Bengkulu yaitu ulat grayak (Spodoptera
Seharusnya pengendalian hama ulat spp.), ulat penggerek buah (Helicoverpa
dilakukan dengan memanfaatkan tanaman spp.), kutu kebul (Bemisia tabaci), dan thrips
perangkap seperti jagung. Pengendalian kutu (Thrips sp.);
kebul bisa dilakukan dengan pergiliran tanaman b. Teknis pengendalian yang dilakukan petani
yang bukan tanaman inang kutu kebul seperti adalah dengan menggunakan bahan kimia
semangka, melon, tomat, mentimun, terung, (insektisida) dan secara manual. Tetapi
buncis, selada, kentang, ubi jalar, singkong, atau belum sesuai enam tepat;
kedelai. Selain itu, gulma yang menjadi inang c. Sebaiknya pengendalian hama pada tanaman
begomovirus juga harus dikendalikan dan cabai merah menerapkan pengendalian hama
disekitar tanaman cabai hendaknya ditanam terpadu dan perlu pelatihan bagi petani.
tanaman Tagetes karena dapat mengurangi
serangan kutu kebul. Tanaman yang terserang UCAPAN TERIMA KASIH
kutu kebul dikumpulkan dan dibakar. Terimakasih kami sampaikan kepada Edo,
Pengendalian hama harus dilakukan sedini yang telah membantu dalam melakukan
mungkin dan dapat menggunakan larutan pengamatan di lapangan dan pengambilan
dengan bahan aktif Permetrin 25 EC, gambar.
Teflubenzuron 50 EC, Imidakloprid 200 SL,
atau Metidation dengan penyemprotan di bagian DAFTAR PUSTAKA
bawah daun. Sementara untuk memutus siklus [1] Tsurayya, S, Kartika, L. 2015. Kelembagaan
perkembangan hama trips perlu dilakukan dan strategi peningkatan daya saing
pergiliran tanaman dan penyemprotan komoditas cabai Kabupaten Garut. Jurnal
insektisida secara teratur serta pada lokasi yang Manajemen dan Agribisnis. Vol. 12(1): 1-
berdekatan hindari untuk menanam cabai merah 13.
secara bertahap dalam jangka waktu yang lama.
Pengendalian hama trips secara kimia dapat
DOI: https://doi.org/10.55127/ae.v16i1.109 26
Jurnal Agrica Ekstensia
Info Artikel Received : 07 April 2022 Vol. 16 No.1 Tahun 2022
Revised : 30 Mei 2022 p-ISSN : 1978-5054
Accepted : 13 Juni 2022 e-ISSN : 2715-9493

[2] Yanuarti AR, Afsari, MD. 2016. Profil (Characterization and Growth
komoditas barang kebutuhan pokok dan Performance of Three Clone of Local Hot
barang penting komoditas cabai: 1-67. Pepper). J. Hort. Vol. 29 (1) : 33-44
[3] Misqi, RH, Karyani, T. 2020. Analisis risiko [11] Arsi, Kemal, A. (2021) Pengaruh Kultur
usahatani cabai merah besar (Capsicum Teknis terhadap Serangan Hama
annum L.) di Desa Sukalaksana Spodoptera Litura pada Tanaman Cabai
Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Merah (Capsicum annuum L.) di Desa
Garut. Mimbar Agribisnis. Vol. 6(1):65- Kerinjing Kecamatan Dempo Utara Kota
76. Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan
[4] Anugrah, DF, Arifin, B, Suryani, A. 2021. Jurnal Planta Simbiosa Vol. 3(1): 66-77
Analisis pendapatan dan risiko usahatani [12] Syukur, M, Yuniarti, Dermawan, R.
cabai merah di Kecamatan Way Sulan 2016. Budidaya cabai: panen setiap hari.
Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmu Penerbit . Penebar Swadaya. Jakarta.
Ilmu Agribisnis. Vol. 9(2):317-324. [13] Nihayah, A, Ginanjar, A, Sopyan, T.
[5] Setiawati, W, Udiarto, BK, Muharam, A. 2016. Pengaruh Ekstrak Etanol Cabai
2005. Pengenalan dan pengendalian Merah (Capsicum Annuum L.) Terhadap
hama-hama penting pada tanaman cabai Mortalitas Hama Ulat Grayak
merah. Balai Penelitian Tanaman (Spodoptera Litura F.). Jurnal Pendidikan
Sayuran. Lembang. Biologi . Vol. 4(1), 27–31.
[6] Prihatiningrum, C, Nafi’udin, AF, [14] Bonaro, O, Lurette, A, Vidal, C, Fargues,
Habibullah, M. 2021. Identifikasi teknik J. 2007. Modelling temperature-
pengndalian hama cabai di Desa dependent bionomics of Bemisia tabaci
Kebonlegi Kecamatan Kaliangkrik (Q-biotype). Physiol. Entomol. Vol. 32:
Kabupaten Magelang. Cemara, Vol. 50-55.
18(1):19-24. [15] Ashraf, AM, Taha, AM, Hanafi, ARI,
[7] Hasyim, A, Setiawati, W, Lukman, L. 2015. Hassan, GM. 2011. Biology and control of
Inovasi teknologi pengendalian OPT the broad mite Polyphagotarsonemus latus
ramah lingkungan pada cabai: upaya (Banks 1904) (Acari : Tarsonemidae). Int.
alternatif menuju ekosistem harmonis. J. Environ. Sci. and Engineer. Vol. 1: 26-
Pengembangan Inovasi Pertanian. Vol. 34.
8(1):1-10. [16] Helmi, Sulistyanto. D, P.urwatiningsih
[8] Moekasan, TK, Prabaningrum, L. 2011. 2015. Aplikasi Agen Pengendali Hayati
Penggunaan pestisida berdasarkan terhadap Populasi Hama (Plutella
konsepsi pengendalian hama terpadu xylostella Linn. dan C. pavonana Zell.)
(PHT). Yayasan Bina Tani Sejahtera. dan Musuh Alaminya pada Tanaman
Lembang. Kubis di Desa Kalibaru Kulon, Kab.
[9] Kuswardani, RA, Maimunah. 2013. Buku Banyuwangi.
Ajar Hama Tanaman Pertanian. Medan [17] Setiawati, W, Udiarto, BK, Soetiarso, TA.
Area University Press. Medan. 2007. Selektivitas beberapa insektisida
[10] Marpaung, AE, Barus, S, Musaddad D. terhadap hama kutu kebul (Bemisia tabaci
2019. Karakterisasi dan Keragaan Genn.) dan predator Menochilus
Pertumbuhan Tiga Klon Cabai Merah sexmaculatus Fabr. Jurnal Hortikultura,.
(Capsicum annuum L.) Lokal Vol. 17(2):168-174.

DOI: https://doi.org/10.55127/ae.v16i1.109 27

Anda mungkin juga menyukai