Anda di halaman 1dari 30

PRAKTIKUM II

Analisis Rendahnya Partisipasi Politik Masyarakat Tionghoa di


Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat

Dosen Pembimbing :
Drs. Sy, Usmulyadi, M.Si
NIP. 196106201989031004

Disusun Oleh :

Bong AlfiQori Irfandi


E1051201022

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM II

Analisis Rendahnya Partisipasi Politik Masyarakat Tionghoa di


Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat

Oleh:

Bong AlfiQori Irfandi

E1051201022

Dosen Pembimbing Praktikum II

Drs. Sy, Usmulyadi, M.Si


NIP. 196106201989031004

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya yang tiada henti mengalir. Shalawat serta salam tak henti-hentinya
penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai penutup para rasul yang
membawa cahaya bagi umat manusia. Dalam kesempatan yang baik ini, penulis
ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan, bantuan, dan dorongan dalam penelitian ini.
Penelitian ini berjudul "Analisis Rendahnya Partisipasi Politik Masyarakat
Tionghoa di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat". Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
partisipasi politik masyarakat Tionghoa di wilayah tersebut.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Drs. Sy,
Usmulyadi, M.Si yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang
berharga sepanjang penelitian ini berlangsung. Penelitian ini tidak luput dari
keterbatasan dan tantangan. Namun, dengan semangat yang kuat dan tekad yang
teguh, penulis berhasil melaksanakan penelitian ini dengan sebaik-baiknya.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, pemahaman yang lebih baik tentang partisipasi
politik masyarakat Tionghoa, dan menjadi dasar bagi pengambilan kebijakan yang
lebih inklusif dan berkeadilan.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan penelitian ini dapat memberikan
wawasan yang bermanfaat bagi pembaca. Semoga penelitian ini dapat menjadi
pijakan bagi penelitian-penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan
komprehensif tentang partisipasi politik masyarakat Tionghoa di wilayah lainnya.
Penulis juga berharap agar penelitian ini dapat mendorong kesadaran akan
pentingnya partisipasi politik yang inklusif dan beragam dalam membangun
masyarakat yang adil dan harmonis.
Pontianak, 25 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................

1.1 Latar Belakang........................................................................................................

1.2 Identifikasi Masalah................................................................................................

1.3 Fokus Penelitian......................................................................................................

1.4 Rumusan Masalah Penelitian..................................................................................

1.5 Tujuan Penelitian....................................................................................................

1.6 Manfaat Penelitian..................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................

2.1 Kajian Teori............................................................................................................

1. Teori Mobilisasi Sosial.......................................................................................

2. Teori Partisipasi Pemilih...................................................................................

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan.............................................................................

2.3 Alur Pikir Penelitian.............................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................

3.1 Jenis Penelitian......................................................................................................

3.2 Langkah-Langkah Penelitian................................................................................

1. Studi Pustaka.....................................................................................................

2. Observasi...........................................................................................................

3. Wawancara........................................................................................................

iii
3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian...............................................................................

3.4 Subyek Dan Obyek Penelitian..............................................................................

3.5 Teknik Pengumpulan Data....................................................................................

1. Studi Pustaka Teknik Simak.............................................................................

3.6 Alat Pengumpulan Data........................................................................................

3.7 Analisis Data.........................................................................................................

a. Data Display......................................................................................................

b. Conclusion Drawing/Verification.....................................................................

3.8 Keabsahan Data....................................................................................................

a. Uji Kredibilitas..................................................................................................

b. Uji Transferabilitas...........................................................................................

c. Uji Dependabilitas.............................................................................................

d. Uji Konfirmabilitas/Objektivitas......................................................................

KESIMPULAN...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Partisipasi politik merupakan komponen penting dari sistem
demokrasi. Partisipasi politik aktif dari semua anggota masyarakat
merupakan indikator penting kesehatan demokrasi suatu negara. Namun,
dalam beberapa kasus, partisipasi politik dari beberapa kelompok
masyarakat rendah. Salah satu contohnya adalah rendahnya partisipasi
politik masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Hal
ini menarik karena Tionghoa merupakan salah satu kelompok etnis
penting di Indonesia dan penting untuk memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi politik mereka di tingkat lokal.
Kabupaten Sintang terletak di Kalimantan Barat, Indonesia.
Wilayah ini kaya akan sumber daya alam seperti hutan, tambang, dan
pertanian. Etnis Tionghoa di wilayah Sintang telah ada selama berabad-
abad dan telah memberikan kontribusi besar dalam banyak aspek
kehidupan lokal. Namun, meski sudah lama hadir di wilayah tersebut,
etnis Tionghoa di Sintang masih memiliki tingkat partisipasi politik yang
relatif rendah. Rendahnya partisipasi politik masyarakat Tionghoa di
Sintang dapat dilihat dari berbagai aspek. Salah satu contohnya adalah
partisipasi dalam pemilu. Meski memiliki hak pilih yang sama dengan
warga negara Indonesia lainnya, Etnis Tionghoa memiliki jumlah pemilih
yang relatif rendah. Mereka cenderung kurang aktif dalam memilih
kandidat dalam pemilihan umum, baik itu pemilihan presiden, parlemen,
atau kotamadya. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya partisipasi pemilih
di daerah-daerah dengan Etnis Tionghoa yang besar.

1
2

Selanjutnya, rendahnya partisipasi politik ditunjukkan dengan


minimnya keterwakilan masyarakat Tionghoa dalam jabatan politik di
wilayah Sintang. Meskipun Etnis Tionghoa memiliki potensi ekonomi
yang kuat di daerah ini, namun masih kurang terwakili dalam kekuatan
politik. Merupakan hal yang tidak biasa bagi perwakilan Etnis Tionghoa
untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan lokal atau memegang
posisi kunci dalam pemerintahan lokal. Hal ini menunjukkan rendahnya
partisipasi politik dalam proses pengambilan keputusan politik.
Beberapa faktor dapat menjelaskan rendahnya partisipasi politik
Etnis Tionghoa di Sintang. Pertama, faktor sejarah yang mempengaruhi
pola partisipasi politik mereka. Sejarah panjang Etnis Tionghoa di
Indonesia diwarnai dengan konflik dan diskriminasi. Berbagai kebijakan
diskriminatif di masa lalu membuat mereka tidak bisa berpolitik yang
dampaknya masih terasa hingga sekarang. Diskriminasi dan penindasan
yang dialami oleh masyarakat Tionghoa di masa lalu dapat menimbulkan
ketidakpercayaan dan ketakutan akan partisipasi politik. Masyarakat
Tionghoa mungkin masih merasa tidak nyaman atau ragu-ragu untuk
berpartisipasi aktif dalam proses politik, karena takut akan kemungkinan
pembalasan dan diskriminasi. Faktor sosiokultural juga dapat
mempengaruhi partisipasi politik Etnis Tionghoa di Sintang. Budaya dan
tradisi kelompok etnis tertentu seringkali memengaruhi pola partisipasi
politik mereka.
3

Beberapa faktor budaya dapat mempengaruhi keengganan untuk


berpartisipasi dalam kegiatan politik, termasuk tunduk pada otoritas,
memprioritaskan kehidupan pribadi, dan fokus pada aspek ekonomi.
Selain itu, faktor ekonomi juga dapat menjadi penyebab rendahnya
partisipasi politik masyarakat Tionghoa di wilayah Sintang. Masyarakat
Tionghoa pada umumnya memiliki peran ekonomi yang penting bagi
masyarakat setempat, terutama dalam bidang usaha dan perdagangan.
Fokus mereka pada aktivitas ekonomi dapat mengurangi waktu, sumber
daya, dan energi yang dicurahkan untuk terlibat dalam aktivitas politik.
Selain itu, kekhawatiran akan pengaruh politik yang dapat mempengaruhi
stabilitas kepentingan bisnis dan ekonomi juga dapat membatasi partisipasi
politik.
Selain faktor di atas, adanya disparitas pendidikan politik dan akses
informasi politik juga dapat mempengaruhi partisipasi politik masyarakat
Tionghoa di wilayah Sintang. Jika orang Tionghoa memiliki akses terbatas
pada pendidikan formal atau informasi politik yang sesuai, mereka
mungkin tidak menyadari pentingnya partisipasi politik atau mungkin
kurang memiliki pengetahuan yang cukup untuk berpartisipasi secara
efektif dalam proses politik. Tidak menutup kemungkinan bahwa
pemahaman yang kurang akan pentingnya partisipasi politik dapat menjadi
penghambat untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Langkah-langkah
yang tepat harus diambil untuk mendorong partisipasi politik Etnis
Tionghoa di Sintang. Pertama, upaya harus dilakukan untuk membangun
kepercayaan dan menciptakan lingkungan yang aman bagi Etnis Tionghoa
untuk berpartisipasi dalam proses politik. Hal ini dapat dicapai dengan
menerapkan kebijakan yang melindungi hak-hak minoritas, menjamin
keamanan, dan menekankan inklusivitas dan kesetaraan dalam partisipasi
politik.
4

Kedua, pendekatan yang lebih komprehensif dan proaktif harus


dilakukan untuk memastikan bahwa Etnis Tionghoa terwakili dalam
institusi politik di wilayah Sintang. Inisiatif seperti kuota dan tindakan
afirmatif yang memungkinkan keterwakilan Etnis Tionghoa yang lebih
besar dalam jabatan politik dapat dipertimbangkan. Ini membantu
meningkatkan keragaman dalam pengambilan keputusan politik dan
memberikan suara kepada semua anggota masyarakat. Selain itu, kita perlu
meningkatkan pendidikan politik dan akses informasi politik. Etnis
Tionghoa di Sintang harus diberi kesempatan untuk memahami pentingnya
partisipasi politik, proses politik saat ini, serta hak dan tanggung jawab
mereka sebagai warga negara. Upaya ini dapat dilakukan dengan
menawarkan program pendidikan politik, seminar, lokakarya, dan
kampanye media yang langsung menyasar masyarakat Tionghoa.
Partisipasi aktif organisasi masyarakat Tionghoa juga dapat
memainkan peran penting dalam meningkatkan partisipasi politik mereka.
Organisasi-organisasi ini berfungsi sebagai wadah untuk membahas isu-
isu politik, meningkatkan kesadaran politik, dan mendorong partisipasi
politik Etnis Tionghoa. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
partisipasi politik yang lebih aktif memerlukan dukungan dan kerjasama
antara pemerintah daerah, organisasi masyarakat dan masyarakat Tionghoa
itu sendiri. Terakhir, penting untuk mengatasi segala prasangka dan
stereotip yang mungkin ada terhadap masyarakat Tionghoa di daerah
Sintang. Masyarakat Tionghoa harus diberi ruang untuk menyampaikan
aspirasi dan keprihatinannya tanpa takut akan diskriminasi atau
kriminalisasi. Mempromosikan toleransi dan menghormati keragaman
budaya dan menghilangkan prasangka membantu menciptakan lingkungan
yang inklusif dan membangun partisipasi politik yang lebih kuat.
5

Secara keseluruhan, rendahnya partisipasi politik masyarakat


Tionghoa di Kabupaten Singtan, Kalimantan Barat merupakan persoalan
kompleks yang melibatkan faktor sejarah, sosial, budaya, dan ekonomi.
Diperlukan upaya yang komprehensif dan berkelanjutan untuk
meningkatkan partisipasi politik mereka. Dengan menciptakan lingkungan
yang aman, meningkatkan akses ke pendidikan dan informasi politik,
mendukung perwakilan politik yang lebih baik, dan mengatasi prasangka,
penulis akan meningkatkan partisipasi politik Etnis Tionghoa di
Kabupaten Sintang dan mempromosikan demokrasi dan pembangunan
daerah.
I.2 Identifikasi Masalah
1. Rendahnya partisipasi politik masyarakat Tionghoa: Masalah
utama yang perlu diidentifikasi adalah rendahnya partisipasi politik
masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Masyarakat Tionghoa kurang aktif dalam pemilihan umum dan
memiliki sedikit perwakilan dalam posisi politik di daerah tersebut.
2. Faktor historis: Sejarah panjang masyarakat Tionghoa di Indonesia
yang diwarnai oleh konflik dan diskriminasi dapat mempengaruhi
partisipasi politik mereka. Kebijakan diskriminatif di masa lalu
bisa menciptakan ketidakpercayaan dan ketakutan dalam
berpartisipasi politik.
I.3 Fokus Penelitian
1. Penelitian tentang pengaruh stigma dan stereotip terhadap
partisipasi politik masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang.
Fokus penelitian ini dapat melibatkan analisis persepsi masyarakat
Tionghoa terhadap politik lokal, diskriminasi yang mungkin
mereka alami, dan dampaknya terhadap motivasi dan keengganan
mereka untuk berpartisipasi politik.
6

2. Analisis faktor-faktor historis yang mempengaruhi partisipasi


politik masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang. Penelitian ini
dapat melibatkan kajian mendalam tentang peristiwa historis yang
terkait dengan konflik dan diskriminasi yang dialami oleh
masyarakat Tionghoa di daerah tersebut, serta dampaknya terhadap
partisipasi politik mereka saat ini.
I.4 Rumusan Masalah Penelitian
1. Apa faktor-faktor historis yang mempengaruhi rendahnya
partisipasi politik masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang?
2. Bagaimana faktor sosial dan budaya memengaruhi partisipasi
politik masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang?
7

I.5 Tujuan Penelitian


Sebagai bahan bacaan dalam memahami interaksi antara faktor-
faktor yang telah disebutkan dalam membentuk rendahnya partisipasi
politik masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang dan untuk
mengidentifikasi hubungan kompleks antara faktor-faktor tersebut.
Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya partisipasi politik masyarakat Tionghoa di
Kabupaten Sintang. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
untuk mengembangkan strategi dan kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi politik masyarakat Tionghoa, menciptakan
lingkungan yang inklusif, dan memperkuat demokrasi lokal
I.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi politik
masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang. Hal ini akan membantu
mengungkapkan dinamika sosial, budaya, ekonomi, dan sejarah yang
memainkan peran dalam menghambat keterlibatan politik mereka dan
penelitian ini dapat memberikan wawasan yang berharga kepada
masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang tentang pentingnya partisipasi
politik dan hak-hak politik mereka. Hal ini dapat mendorong mereka untuk
lebih aktif terlibat dalam kegiatan politik dan memberdayakan mereka
untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang relevan dengan
kepentingan mereka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kajian Teori
1. Teori Mobilisasi Sosial
Teori Mobilisasi Sosial dapat diterapkan dalam studi kasus
mengenai Analisis Rendahnya Partisipasi Politik Masyarakat Etnis
Tionghoa Di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Teori
mobilisasi sosial merupakan teori yang dapat digunakan untuk
menganalisis rendahnya partisipasi politik masyarakat Tionghoa di
wilayah Sintang. Teori ini mengemukakan bahwa partisipasi dalam
politik dipengaruhi oleh faktor sosial seperti identitas etnis, status
sosial, dan jaringan sosial. Dalam konteks ini, rendahnya
partisipasi politik komunitas Tionghoa dapat dianalisis melalui
faktor-faktor sosial seperti keanggotaan komunitas Tionghoa,
hubungan sosial antar komunitas Tionghoa, dan solidaritas sosial,
yang dapat mempengaruhi motivasi dan kapasitas mereka untuk
beraktifitas politik.
Masyarakat Tionghoa di Sintang memiliki identitas etnis yang unik
dan kuat. Mereka memiliki sejarah dan budaya yang berbeda dan
seringkali membentuk komunitas yang erat di dalam diri mereka.
Keanggotaan dalam masyarakat Tionghoa memberikan landasan
sosial yang penting bagi masyarakat. Komunitas ini seringkali
memiliki jaringan sosial yang kuat seperti kelompok agama,
kelompok sosial, dan jaringan bisnis. Jejaring sosial ini dapat
memainkan peran penting dalam mobilisasi politik, mendukung
kampanye politik, memobilisasi suara dalam pemilu, dan
mempengaruhi kebijakan publik.

8
9

Namun rendahnya partisipasi politik masyarakat Tionghoa di


wilayah Sintang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang
berkaitan dengan teori mobilisasi sosial. Salah satu faktor
utamanya adalah hubungan sosial masyarakat Tionghoa itu sendiri.
Dalam beberapa kasus, ikatan sosial yang kuat dalam masyarakat
Tionghoa dapat menjadi sumber dukungan dan solidaritas, tetapi
juga dapat menjadi faktor pembatas partisipasi politik. Dalam
beberapa kasus, kelompok-kelompok dalam masyarakat Tionghoa
mungkin lebih berfokus pada kepentingan internal dan pelestarian
identitas budaya daripada keterlibatan dalam politik lokal. Hal ini
dapat menyurutkan keinginan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
politik yang melibatkan seluruh masyarakat di Kabupaten Sintang.
Selain itu, faktor identitas etnis juga dapat berperan penting dalam
rendahnya partisipasi politik masyarakat Tionghoa. Identitas etnik
yang kuat dapat menciptakan rasa solidaritas dan kebanggaan
dalam suatu komunitas, tetapi juga dapat menimbulkan perpecahan
antara masyarakat Tionghoa dan kelompok mayoritas. Hal ini
dapat membatasi interaksi sosial dan politik antara Tionghoa dan
komunitas lokal, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi
partisipasi politik Tionghoa.
2. Teori Partisipasi Pemilih
Teori Partisipasi Pemilih dapat diterapkan dalam studi kasus
mengenai Analisis Rendahnya Partisipasi Politik Masyarakat Etnis
Tionghoa Di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Teori ini
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik
individu dalam pemilihan umum. Dengan menerapkan teori ini
dalam konteks penelitian ini, kita dapat memahami alasan di balik
rendahnya partisipasi politik masyarakat Tionghoa dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Berikut adalah aplikasi teori
partisipasi pemilih dalam analisis rendahnya partisipasi politik
masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang:
10

A. Faktor Kepercayaan dan Kepercayaan Terhadap Sistem


Politik: Teori partisipasi pemilih menekankan bahwa
tingkat kepercayaan dan kepercayaan terhadap sistem
politik berpengaruh pada partisipasi politik individu. Dalam
konteks masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang,
penelitian dapat mengeksplorasi apakah rendahnya
partisipasi politik terkait dengan kurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap sistem politik di Kabupaten Sintang.
Penelitian dapat menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kepercayaan masyarakat Tionghoa, seperti
persepsi tentang korupsi, ketidakadilan politik, atau
kurangnya transparansi dalam proses politik lokal.
Bagaimana kepercayaan atau ketidakpercayaan terhadap
sistem politik dapat memengaruhi motivasi dan niat
masyarakat Tionghoa untuk terlibat dalam partisipasi
politik.
Dengan menerapkan teori partisipasi pemilih dalam penelitian
mengenai rendahnya partisipasi politik masyarakat Tionghoa di
Kabupaten Sintang, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
politik mereka. Dalam analisis ini, penting untuk
mempertimbangkan konteks sosial, budaya, ekonomi, pendidikan,
informasi, kepercayaan politik, identitas, dan representasi politik.
Penelitian ini dapat memberikan masukan yang berharga bagi
perumusan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
partisipasi politik masyarakat Tionghoa dan memperkuat
representasi mereka dalam sistem politik lokal.
11

II.2 Hasil Penelitian Yang Relevan


Penulis mengambil rujukan dari beberapa penelitian relevan yang telah
dilakukan sebelumnya untuk memperkuat penelitian ini.
1. Maghfira Faraidiany (2015), berjudul “Politik Identitas Etnis di
Indonesia; Suatu Studi terhadap Politik Identitas Etnis Tionghoa di
Kota Medan”. Metode 13 penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif yaitu penelitian
yang mengeksplorasi dan mendeskripsikan fenomena yang terjadi
di lapangan tentang politik identitas masyarakat etnis Tionghoa di
kota Medan. Hasil penelitiannya yang menjelaskan bahwa politik
etnis lebih efektif digunakan untuk menarik perhatian masyarakat
jauh sebelum pelaksanaan pemilu, karena politik etnis lebih
bersifat kasat mata dari pada politik uang. Politik uang atau politik
perut adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang,
supaya orang itu tidak menjalankan hakny untuk memilih maupun
supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat
pemilihan umum. Politik uang merupakan salah satu pelanggaran
kampanye. Praktik politik uang dilakukan dengan cara pemberian
baik berupa uang, sembako (minyak, beras, dan gula) yang
diberikan kepada masyarakat dengan tujuan menarik simpati
masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang
bersangkutan.1 Penelitian ini juga membuktikan bahwa kinerja
anggota DPRD yang berasal dari etnis Tionghoa di lembaga
legislatif tersebut memiliki hubungan erat terhadap tingkat
kesejahteraan etnis yang mereka wakili, di mana masyarakat lebih
dituntun untuk menentukan pilihan karena ikatan identitas etnis
tertentu dengan salah satu calon. Masyarakat diberi pandangan
bahwa kepentingan masyarakat hanya akan dapat dipenuhi apabila
masyarakat tersebut memilih pasangan yang berasal dari etnis yang
sama dengan pemilih tersebut.
2. Ovi Amalia Sari, dkk., (2017) berjudul “Partisipasi Politik Etnis
Tionghoa pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Banda Aceh
12

Tahun 2006-2012” Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan metode sejarah. Data penelitian ini bersumber
dari KIP Kota Banda Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh
Kecamatan Kuta Alam Gampong Peunayong, partai politik, dan
etnis Tionghoa dalam konteks partisipasi politik etnis Tionghoa
pada Pemilukada Kota Banda Aceh tahun 2006-2012.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka,
dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian bahwa, bentuk
partisipasi etnis Tionghoa Kota Banda Aceh pada Pemilukada
tahun 2006 dan 2012 termasuk dalam bentuk konvensional. Pada
Pilkada tahun 2006 bentuk partisipasi politik yang dilakukan etnis
Tionghoa hanya satu bentuk partisipasi politik yaitu pemberian
suara (voting). Sedangkan pada Pemilukada tahun 2012 bentuk
partisipasi politik etnis Tionghoa meningkat menjadi lima bentuk
partisipasi politik yang terdiri dari pemberian suara (voting),
penetapan daftar pemilih, membicarakan masalah politik,
mengikuti kampanye, menjadi saksi pada penghitungan suara.
Faktor pendorong partisipasi politik Etnis Tionghoa pada
Pemilukada Kota Banda Aceh tahun 2012 yaitu faktor kesadaran
politik dan rasa ingin tahu, 12 sedangkan faktor penghambat
partisipasi politik yaitu faktor kesibukan kegiatan sehari-hari dan
anggapan belum ada kemampuan.

II.3 Alur Pikir Penelitian


1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori adalah sesuatu pernyataan mengenai apa yang terjadi
terhadap suatu fenomena yang ingin kita pahami. Teori yang
bermanfaat adalah teori yang memberikan pencerahan, serta
pemahaman yang mendalam terhadap suatu permasalahan atau
fenomena dalam realita kehidupan. Akan tetapi perlu dijelaskan
sebagai suatu arahan atau pedoman peneliti untuk dapat
13

mengungkap 10 fenomena agar lebih terfokus. Hal tersebut


didasarkan pada suatu tradisi bahwa fokus penelitian diharapkan
berkembang sesuai dengan kenyataan di lapangan. Penelitian
kualitatif mementingkan perspektif emik, dan bergerak dari fakta,
informasi atau peristiwa menuju ke tingkat abstraksi yang lebih
tinggi (apakah itu konsep atau teori) serta bukan sebaliknya dari
teori atau konsep ke data informasi. Adapun empat fungsi dari
teori adalah
a. Menjelaskan atau memberi tafsir baru terhadap fenomena
atau data.
b. Memprediksi sesuatu berdasarkan pengamantan.
c. Menghubungkan satu studi dengan studi lainnya.
d. Menyediakan kerangka yang lebih terarah dari temuan dan
pengamatanbagi kita dan orang lain.

II.4 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana tingkat partisipasi politik masyarakat Tionghoa di
Kabupaten Sintang? Apakah tingkat partisipasi politik mereka
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok etnis lainnya.
2. Bagaimana partisipasi politik masyarakat Tionghoa di Kabupaten
Sintang dapat ditingkatkan? Apakah ada strategi atau langkah-
langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan partisipasi politik
mereka?
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian


Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian ini, peneliti
menggolongkan penelitian dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian kualitatif cenderung menggunakan kata-kata yaitu lisan dan
tertulis yang telah dicermati oleh peneliti. Sebagaimana telah diungkapkan
oleh Strauss dalam Emzir, sejenis penelitian yang menghasilkan penemuan
yang tidak dapat dicapai melalui metode pengukuran atau statistik.
Penelitian deskriptif juga dipilih karena penelitian ini memberikan
gambaran lengkap mengenai fenomena rendahnya partisipasi politik
masyarakat Tionghoa di Sintang kalimantan Barat
III.2 Langkah-Langkah Penelitian
Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
pengamatan (observasi) dari berbagai sumber online baik itu dari jurnal,
buku, majalah, dan wawancara. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode
pengumpulan data. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan
data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar,
maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses
penulisan.”Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila
didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah
ada.”(Sugiyono,2005:83). Studi pustaka merupakan Maka dapat
dikatakan bahwa studi pustaka dapat memengaruhi kredibilitas
hasil penelitian yang dilakukan.

14
15

2. Observasi
Observasi merupakan langkah kedua dalam melakukan
pengumpulan data setelah penulis melakukan studi pustaka.
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan tentang keadaan yang ada di lapangan.
Dengan melakukan observasi, penulis menjadi lebih memahami
tentang subyek dan obyek yang sedang diteliti.
3. Wawancara
Wawancara merupakan langkah yang diambil selanjutnya setelah
observasi dilakukan. Wawancara atau interview merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara bertatap muka secara langsung
antara pewawancara dengan informan. Wawancara dilakukan jika
data yang diperoleh melalui observasi kurang mendalam. Hal
tersebut sesuai dengan yang dikemukakan (Sugiyono,2005:72)
bahwa “wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peniliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih
mendalam.
16

III.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian


Tempat atau lokasi adalah sasaran dari permasalahan penelitian
dan salah satu jenis sumber data. Informasi mengenai kondisi peristiwa
atau kejadian yang bisa digali dari sumber lokasinya. Penelitian ini
dilakukan di Sintang Kalimantan Barat.
III.4 Subyek Dan Obyek Penelitian
Objek penelitian ini adalah masyarakat Tionghoa yang tinggal di
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Penelitian ini berfokus pada
rendahnya partisipasi politik yang dialami oleh masyarakat Tionghoa di
wilayah tersebut. Subjek penelitian ini meliputi individu-individu dari
masyarakat Tionghoa yang tinggal di Kabupaten Sintang. Mereka
merupakan kelompok yang menjadi fokus penelitian ini dan akan menjadi
responden dalam pengumpulan data.
Dengan demikian, objek penelitian ini adalah masyarakat Tionghoa
di Kabupaten Sintang, sedangkan subjek penelitian meliputi individu-
individu dari masyarakat Tionghoa, aktor-aktor politik lokal, serta faktor-
faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi partisipasi politik
mereka.
III.5 Teknik Pengumpulan Data
Langkah yang selanjutnya dilakukan oleh penulis setelah menentukan
metode pengumpulan data adalah menentukan teknik pengumpulan data
yang akan dipakai. “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data.”(Sugiyono,2005:62). Teknik pengumpulan data
sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena hal tersebut digunakan
penulis untuk mendapatkan data yang akan diolah sehingga bisa ditarik
kesimpulan. Terdapat bermacam teknik pengumpulan data yang biasa
dipakai dalam melakukan penelitian. Berikut adalah teknik pengumpuan
data yang digunakan penulis dalam penelitian ini:
1. Studi Pustaka Teknik Simak
Studi pustaka teknik simak dibagi menjadi beberapa teknik, antara
lain teknik cata. Teknik catat merupakan teknik pengumpulan data
17

dengan cara menggunakan buku—buku, literatur ataupun bahan


pustaka, kemudian mencatat atau mengutip pendapat para ahli yang
ada didalam buku tersebut untuk memperkuat landasan teori dalam
penelitian. Teknik simak catat ini menggunakan buku-buku,
literatur, dan bahan pustaka yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan, Biasanya dapat ditemukan di perpustakaan maupun
ditempat penulis melakukan penelitian.

III.6 Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data atau Instrumen peneliti dalam penelitian ini
adalah:
1. Laptop
Laptop berfungsi sebagai alat untuk mengetik data yang telah
diperoleh dari sumber yang telah di dapatkan.
2. Peneliti Itu Sendiri
Peneliti menjadi instrumen paling utama dalam penelitian ini,
peneliti akan memberikan pandangan subjektifnya terhadap focus
penelitian. Dengan kata lain dari semua data yang di peroleh
peneliti akan menyusun kesimpulan berdasarkan perspektif pribadi.
3. Alat Tulis
Alat tulis ini berfungsi pada momen-momen yang tidak di duga.
III.7 Analisis Data
a. Data Display
Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan
sejenisnya, tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang
bersifat naratif.(Sugiyono,2005:95). Penyajian data dilakukan
dengan mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-
masing. Data yang telah didapatkan dari hasil wawancara, dari
sumber tulisan maupun dari sumber pustaka dikelompokkan, selain
itu juga menyajikan hasil wawancara dari informan yaitu
pemustaka yang sedang membaca di ruang perpustakaan.
b. Conclusion Drawing/Verification (Simpulan/Verifikasi)
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Simpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila
tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Simpulan dalam penulisan kualitatif
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
18

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang


sebelumnya kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.
19

III.8 Keabsahan Data


(Sugiyono 2015: 92) menyatakan bahwa teknik pemeriksaan
keabsahan data adalah derajat kepercayaan atas data penelitian yang
diperoleh dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. (Sugiyono
2015) menjelaskan bahwa untuk pemeriksaan keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas (credibility), uji
transferabilitas (transferability), uji dependabilitas (dependability) dan
terakhir uji obyektivitas (confirmability).
a. Uji Kredibilitas Uji Kredibilitas (credibility) merupakan uji
kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif Sugiyono
(dalam Prastowo, 2012: 266). (Moleong 2016: 324) menyatakan
bahwa uji kredibilitas ini memiliki dua fungsi, yaitu fungsi pertama
untuk melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa tingkat
kepercayaan penemuan kita dapat dicapai, dan fungsi yang kedua
untuk mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan
kita dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang
sedang diteliti. Dalam penelitian ini untuk uji kredibilitas
(credibility) peneliti menggunakan triangulasi. ( Moleong 2016:
330) menjelaskan bahwa triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut
untuk keperluan pengecekan data, atau sering disebut bahwa
triangulasi sebagai pembanding data. Dijelaskan juga oleh
Sugiyono (2015: 372) triangulasi merupakan teknik pemeriksanaan
keabsahan data yang menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang ada, triangulasi ini
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data penelitian, dengan
tujuan untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data penelitian yang diperoleh. Teknik triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.
Sugiyono (2015:373) mengungkapkan bahwa triangulasi sumber
adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif. Penerapan metode ini dapat
dicapai dengan cara membandingkan data hasil observasi dengan
data hasil wawancara, dan dokumentasi. Maksudnya
membandingkan apa yang dilakukan (responden), dengan
keterangan wawancara yang diberikannya dalam wawancara tetap
konsisten dan di tunjang dengan data dokumentasi berupa foto
serta data lainnya seperti jurnal ilmiah, penelitian terdahulu dan
teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian ini.
20

b. Uji Transferabilitas (Transferability) (Sugiyono 2015: 376)


menjelaskan bahwa uji transferabilitas (transferability) adalah
teknik untuk menguji validitas eksternal didalam penelitian
kualitatif. Uji ini dapat menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel itu
diambil. Kemudian (Moleong 2016: 324) menjelaskan bahwa
tranferabilitas merupakan persoalan empiris yang bergantung pada
kesamaan konteks pengirim dan penerima. Untuk menerapkan uji
transferabilitas didalam penelitian ini nantinya peneliti akan
memberikan uraian yang rinci, jelas, dan juga secara sistematis
terhadap hasil penelitian. Diuraikannya hasil penelitian secara
rinci, jelas dan sistematis bertujuan supaya penelitian ini dapat
mudah dipahami oleh orang lain dan hasil penelitiannya dapat
diterapkan.
c. Uji Dependabilitas (Dependability) Sugiyono (dalam Prastowo.
2012: 274) uji Dependabilitas (Dependability) ini sering disebut
sebagai reliabilitas didalam penelitian kuantitatif, uji
dependabilitas didalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
melakukan audit terhadap keseluruhan proses didalam penelitian.
Dijelaskan juga oleh (Sugiyono 2015: 377) bahwa uji
dependabilitas dilakukan dengan cara mengaudit segala
keseluruhan proses penelitian. Pada penelitian ini nantinya peneliti
akan melakukan audit dengan cara peneliti akan berkonsultasi
kembali kepada pembimbing, kemudian pembimbing akan
mengaudit keseluruhan proses penelitian. Disini nanti peneliti akan
berkonsultasi terhadap pembimbing untuk mengurangi kekeliruan-
kekeliruan dalam penyajian hasil penelitian dan proses selama
dilakukannya penelitian.
d. Uji Konfirmabilitas/Objektivitas (Confirmability) (Sugiyono 2015:
377) menjelaskan bahwa uji konfirmabilitas merupakan uji
objektivitas di dalam penelitian kuantitatif, penelitian bisa
dikatakan objektif apabila penelitian ini telah disepakati oleh orang
banyak. Sugiyono (dalam Prastowo 2012: 275) mengatakan bahwa
menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian yang
dihubungkan dengan proses penelitian dilakukan.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa rendahnya partisipasi


politik masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang disebabkan oleh kombinasi
faktor-faktor yang saling berinteraksi. Faktor sosial dan budaya, seperti norma
sosial dan identitas etnis, mempengaruhi partisipasi politik mereka. Identitas
etnis Tionghoa, yang memiliki kekhasan budaya dan sejarah yang berbeda,
mungkin mempengaruhi persepsi mereka tentang keterlibatan dalam politik
lokal. Selain itu, faktor ekonomi juga memiliki pengaruh signifikan.
Ketidakstabilan ekonomi dan kurangnya kesempatan ekonomi yang memadai
dapat menyebabkan masyarakat Tionghoa lebih fokus pada kehidupan ekonomi
mereka daripada terlibat dalam proses politik. Faktor pendidikan dan akses
terhadap informasi politik juga menjadi penting. Tingkat pendidikan yang
rendah dan kurangnya akses terhadap informasi politik yang relevan dapat
menghambat partisipasi politik mereka.

Selain itu, rendahnya kepercayaan terhadap sistem politik lokal juga


merupakan faktor penting. Ketidakadilan politik, kurangnya transparansi, dan
persepsi tentang korupsi dalam proses politik dapat mengurangi motivasi dan
kepercayaan masyarakat Tionghoa untuk terlibat dalam partisipasi politik. Di
sisi lain, faktor identitas dan representasi politik juga perlu dipertimbangkan.
Identitas etnis Tionghoa dan representasi politik yang memadai dalam lembaga
politik lokal dapat memengaruhi partisipasi politik mereka. Kurangnya
representasi politik yang memadai dapat menyebabkan masyarakat Tionghoa
merasa bahwa kepentingan dan aspirasi mereka tidak cukup diwakili, yang
mungkin mengurangi motivasi mereka untuk terlibat dalam proses politik.

Dalam konteks ini, penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih


dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi politik
masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang. Hasil penelitian ini dapat
memberikan masukan yang berharga bagi pembuat kebijakan untuk merancang
strategi yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi politik mereka. Beberapa
rekomendasi kebijakan yang mungkin termasuk penguatan representasi politik

21
masyarakat Tionghoa, meningkatkan akses terhadap pendidikan dan informasi
politik, serta meningkatkan kepercayaan terhadap sistem politik melalui
reformasi politik yang transparan dan akuntabel.

Dalam penelitian ini, telah diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi


rendahnya partisipasi politik masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang, namun
perlu diperhatikan bahwa tidak semua faktor tersebut dapat diubah secara
langsung. Beberapa faktor seperti identitas etnis dan representasi politik
mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengalami perubahan.

Oleh karena itu, rekomendasi kebijakan yang disarankan adalah sebagai berikut:

1. Penguatan Representasi Politik: Diperlukan upaya untuk meningkatkan


representasi politik masyarakat Tionghoa di lembaga politik lokal.
Masyarakat Tionghoa perlu didorong untuk terlibat dalam proses politik,
baik sebagai pemilih maupun kandidat. Ini dapat dilakukan dengan
memberikan dukungan dan pelatihan kepada calon pemimpin Tionghoa,
serta memperluas jaringan komunikasi antara komunitas Tionghoa dan
lembaga politik lokal.
2. Peningkatan Akses Pendidikan dan Informasi Politik: Diperlukan upaya
untuk meningkatkan akses pendidikan politik bagi masyarakat Tionghoa,
terutama dalam hal pengetahuan tentang sistem politik, hak-hak politik,
dan pentingnya partisipasi politik. Selain itu, pengembangan platform
komunikasi dan informasi yang efektif, seperti media sosial dan website
informatif, juga dapat membantu dalam memberikan informasi politik
yang relevan kepada masyarakat Tionghoa.
3. Meningkatkan Kepercayaan Terhadap Sistem Politik: Upaya harus
dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Tionghoa
terhadap sistem politik lokal. Ini dapat dicapai melalui reformasi politik
yang transparan dan akuntabel, serta penegakan hukum yang adil dan
merata. Penting juga untuk melibatkan masyarakat Tionghoa dalam
proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebijakan
publik, sehingga mereka merasa memiliki pengaruh dan kontribusi dalam
pembangunan politik lokal.

22
Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang
rendahnya partisipasi politik masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sintang, serta
memberikan dasar bagi pembuat kebijakan untuk merancang strategi yang
bertujuan untuk meningkatkan partisipasi politik mereka. Namun, perubahan
yang signifikan dalam partisipasi politik masyarakat Tionghoa membutuhkan
pendekatan yang holistik dan jangka panjang. Langkah-langkah yang terintegrasi
dan berkelanjutan perlu diambil untuk menciptakan lingkungan yang mendorong
partisipasi politik yang lebih tinggi.

Selain itu, penting juga untuk mengakui pentingnya dialog antara


komunitas Tionghoa dan pemerintah daerah. Dalam upaya meningkatkan
partisipasi politik, penting untuk memahami kebutuhan dan kepentingan
masyarakat Tionghoa serta melibatkan mereka dalam proses pengambilan
keputusan. Dialog yang terbuka dan inklusif dapat membantu dalam
membangun hubungan yang lebih baik antara komunitas Tionghoa dan
pemerintah, serta mendorong partisipasi politik yang lebih aktif. Terakhir,
penelitian ini juga menyoroti pentingnya memperkuat kesadaran akan
pentingnya partisipasi politik di kalangan masyarakat Tionghoa. Pendidikan
politik dan kampanye informasi yang efektif perlu diperluas untuk meningkatkan
pemahaman mereka tentang pentingnya partisipasi politik dalam membentuk
kebijakan yang berdampak pada kehidupan sehari-hari.

23
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

SAHRAN RADEN, I. K. (2019). PARTISIPASI POLITIK DAN PERILAKU


PEMILIH. Yogyakarta: KPU PROVINSI SULAWESI TENGAH.

Jurnal :

Seran, E. Y. ( 2015). GAYA BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR


BERDASARKAN LATAR BELAKANG ETNIS (TIONGHOA-DAYAK)
DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT. EDUCHILD,
Vol. 4 No, 1 .

Pratama, A. ( Juli 2016). PARTISIPASI POLITIK ETNIS TIONGHOA DI


INDONESIA. Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 2, 214
- 229.

Samtani, H. (2023). DIASPORA ETNIS TIONGHOA DAN MEMORI


PENDERITAAN TRAGEDI MEI 1998 DALAM CERPEN NYONYA
RUMAH ABU KARANGAN VIKA KURNIAWATI. Jurnal Penelitian
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, ISSN2541-3252Vol.8, No.1.

Pertiwi, M. (2021). Perkembangan Sentimen anti-Tionghoa di Indonesia. Journal


of Communication science, Volume 3 Nomor 1.

Babun Ni’matur Rohmah, D. R. (2017). Tingkat Perubahan Kesejahteraan


Ekonomi Keluarga Buruh Migran. Jurnal Penelitian Ilmiah Intaj, 126

Nur Rohim Yunus, M. S. (2017). Rekontruksi Teori Partisipasi Politik Dalam


Diskursus Pemikiran Politik Negara. Jurnal Sosial & Budaya Syar-i, Vol.
4 No. 3, pp. 289-302,.

TORY, F. (2019). POLITIK IDENTITAS ETNIS TIONGHOA DI KOTA.


POLITIK IDENTITAS , 1-108.

Tesa Amyata Putri, B. S. (2022). Gerakan Sosial dan Mobilisasi Sumber Daya
dalam Memperjuangkan Pengakuan Kepercayaan Berbeda. Jurnal Socius:

24
Jurnal of Sociology Research and Education, Volume 9 Nomor 1, pp 22-
31.

SYAHPUTRA, J. (2019). PARTISIPASI POLITIK ETNIS TIONGHOA PADA


PEMILUKADA ACEH TAHUN 2017. Jurnal Ilmu Sosial Dan Politik, 1-
78.

25

Anda mungkin juga menyukai