Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Politik
Disusun Oleh:
1B
JURUSAN SOSIOLOGI
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas izin dan kuasa-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Urgensi Partai Oposisi dalam Praktik Demokrasi di
Indonesia”. Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya karena ada
beberapa pihak yang membantu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini. Adapun pihak-pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini dan sebagai ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Drs. Agus Nugraha, M.A., selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu
Politik yang memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
3. Kakak penulis, Lisa Fania Aprista yang telah membimbing penulis dalam penulisan
makalah yang baik dan benar.
4. Teman-teman penulis dari kelas Sosiologi 1B yang telah memberikan saran serta bantuan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis dan akan diterima dengan senang
hati. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat dijadikan
sumber acuan agar dapat terciptanya karya-karya yang lebih baik lagi. Penulis mohon maaf jika
ada penulisan pada bagian isi yang kurang benar, karena penulis masih dalam tahap pembelajaran.
Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PERMASALAHAN
A. Latar Belakang
Namun, bagi negara yang masih mengalami transisi demokrasi seperti Indonesia,
pelembagaan oposisi menjadi permasalahan tersendiri. Hal ini terjadi dikarenakan
penolakan yang kuat dari pihak-pihak yang anti oposisi, terutama dari kelompok pro status
quo yang selama ini menganggap bahwa partai oposisi hal yang tidak lazim dalam sistem
1
Firman Noor, “Oposisi dalam Kehidupan Demokrasi: Arti Penting Keberadaan Oposisi sebagai Bagian
Penguatan Demokrasi di Indonesia”, MASYARAKAT INDONESIA: Jurnal Ilmu Sosial Indonesia, Vol. 42, No. 1, 2016,
h. 2.
2
Tuswoyo Admojo, “Peran Partai Oposisi di Parlemen Pasca Pemilu Presiden 2014”, JURNAL POLITIK,
Vol. 1, No. 2, 2016, h. 284.
3
Ibid.
1
presidensial. Selain itu, menurut Thohari (2010), anggapan bahwa partai oposisi tidak
sesuai dengan demokrasi Pancasila yang mengedepankan musyawarah karena partai
oposisi tidak dikenal dalam sejarah perpolitikan nasional.4 Adanya berbagai penolakan dari
sebagian masyarakat terhadap partai oposisi ini, dapat berimbas kepada proses
pelembagaan oposisi karena pelembagaan oposisi akan berjalan efektif bila sebagian besar
masyarakat dapat menerima kehadiran oposisi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut rumusan masalah
yang ada dalam makalah ini:
1. Apa pengertian oposisi dalam politik?
2. Bagaimana sejarah partai oposisi di Indonesia dari masa ke masa?
3. Bagaimana urgensi partai oposisi dalam praktik demokrasi di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari oposisi dalam politik
2. Untuk menjelaskan sejarah partai oposisi di Indonesia dari masa ke masa
3. Untuk menjelaskan urgensi partai oposisi dalam praktik demokrasi di Indonesia
4
Tuswoyo Admojo, “Peran Partai Oposisi di Parlemen Pasca Pemilu Presiden 2014”, JURNAL POLITIK,
Vol. 1, No. 2, 2016, h. 284.
5
Ibid.
2
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi
mereka dapat menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa, sehingga pikiran
dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan begitu, pengaruh mereka bisa lebih
besar dalam pembuatan pelaksanaan keputusan. 6
Secara umum, dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang
sama.7 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, partai politik adalah perkumpulan yang
didirikan untuk mewujudkan ideologi politik tertentu. Tujuan kelompok ini ialah untuk
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik untuk melaksanakan
programnya.
6
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 40.
7
Ibid, h. 41.
8
Ibid
9
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 41.
3
Ahli lain yang juga turut merintis studi tentang kepartaian dan membuat
definisinya adalah Giovanni Sartori. Menurut Sartori, partai politik adalah suatu kelompok
politik yang mengikuti pemilihan umum dan, melalui pemilihan umum itu, mampu
menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan publik.10
Fungsi partai politik berdasarkan UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik adalah
bahwa partai politik berfungsi sebagai sarana:
• Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara
Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara;
• Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk
kesejahteraan masyarakat;
• Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan
dan menetapkan kebijakan negara;
• Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.11
C. Sistem Kepartaian
Partai politik hidup dalam sebuah sistem politik yang di dalamnya terdapat
hubungan di antara partai, baik itu yang bersifat kompetisi maupun kerja sama. Hal inilah
yang disebut dengan sistem kepartaian. Istilah sistem kepartaian pada awalnya ditemukan
dalam karya Duverger, ‘Political Party’, untuk menggambarkan bentuk dan corak dari
kehidupan bersama partai politik di beberapa negara.12
Dalam Wolinetz, ‘Party System and Party System Types’, dijelaskan bahwa
setidaknya terdapat 4 (empat) pendekatan dalam memahami sistem kepartaian di sebuah
negara.13 Pertama, berdasarkan jumlah partai. Kedua, berdasarkan kekuatan relatif dan
10
Ibid, h. 41.
11
Bagian Analisis Teknis Pengawasan dan Potensi Pelanggaran, Kajian Sistem Kepartaian, Sistem Pemilu,
dan Sistem Presidensiil, (Jakarta: Sekretariat Jenderal Bawaslu RI, 2015), h. 8.
12
Ibid, h. 10.
13
Ibid.
4
besaran partai. Ketiga, berdasarkan formasi pemerintahan. Terakhir, berdasarkan kekuatan
relatif dan jarak ideologi partai.
14
Ibid, h. 11.
5
BAB III
PEMBAHASAN
Kata oposisi berasal dari Bahasa Inggris “opposition” yang berarti “berlawanan”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, oposisi berarti partai penentang dewan perwakilan
dan sebagainya yang menentang dan mengkritik pendapat dan kebijaksanaan politik
golongan yang berkuasa. Makna oposisi adalah terkait dengan sekelompok orang yang
berada di luar pemerintahan yang secara legal memiliki hak untuk menyuarakan pendapat
dan melakukan aktivitas-aktivitas yang ditujukan untuk melakukan kritik dan kontrol atas
sikap, pandangan, ataupun kebijakan pemerintah berdasarkan pada perspektif ideologis,
kenyataan empiris, atau kepentingan tertentu.15
Lahirnya kata oposisi ini pertama kali ketika dalam parlemen terdapat dua pihak
yang saling berhadapan. Partai yang menang dalam pemilu bertindak sebagai pemegang
kekuasaan. Sebaliknya, partai yang kalah bertindak sebagai oposan, di luar kekuasaan yang
bertugas mengontrol kekuasaan dan memberi alternatif kebijakan kepada mereka yang
berkuasa, sehingga rakyat mempunyai pilihan dalam suatu kebijakan.
Oposisi dapat berupa kata-kata, tindakan, dan bentuk masukan lainnya yang
meluruskan dan mendorong segala sesuatu yang berada di jalan yang sesuai. Mengkritisi
dan mengawal arah kebijakan pemerintah agar berjalan sesuai dengan undang-undang
merupakan hakikat oposisi yang sebenarnya. Elite-elite politik sekarang ini justru sering
menyalahartikan makna oposisi sebagai sikap yang menentang atau menjegal kebijakan
pemerintah. Menurut pengamat politik Universitas Airlangga, Hariyadi, ini adalah
pengertian yang keliru.16
15
Firman Noor, “Oposisi dalam Kehidupan Demokrasi: Arti Penting Keberadaan Oposisi sebagai Bagian
Penguatan Demokrasi di Indonesia”, MASYARAKAT INDONESIA: Jurnal Ilmu Sosial Indonesia, Vol. 42, No. 1, 2016,
h. 5.
16
Munadi, “Oposisi dan Koalisi: Potret Kultur Demokrasi Indonesia”, Resolusi, Vol. 2, No. 1, 2019, h. 4.
6
B. Sejarah Partai Oposisi di Indonesia dari Masa ke Masa
17
Rakhmad Hidayatulloh Permana, News.detik.com, “Nasib Oposisi di Indonesia dari Masa ke Masa”, dalam
https://news.detik.com/berita/d-4604023/nasib-oposisi-di-indonesia-dari-masa-ke-masa, diakses pada Kamis, 10
Desember 2020.
7
oposisi dan mencoba menggoyangkan kursi Gus Dur yang akhirnya dicopot usai sidang
istimewa MPR.
Pada era pemerintahan Joko Widodo, suara partai oposisi menjadi semakin lantang.
Saat itu Jokowi berhasil mengalahkan Prabowo yang diusung oleh partai Gerindra
sehingga Gerindra menyatakan diri sebagai bagian dari oposisi. Bahkan kelompok
oposisi ini membentuk koalisi18 yang menamakan dirinya sebagai Koalisi Merah Putih
(KMP) dan terdiri dari partai Gerindra serta Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Kata oposisi dalam dunia politik, bersangkut paut dengan posisi berseberangan
kepentingan politik dari pusat kekuasaan. Kontestasi dalam demokrasi melalui instrumen
partai politik menghasilkan partai berkuasa dan menghadirkan kelompok oposisi sebagai
balancing atas kekuasaan itu sendiri.19 Dunia perpolitikan selalu bergerak dinamis. Tidak
pernah ada kepastian atas dominasi, penguasa hari ini dapat berubah pasca pemilihan di
kemudian hari.
18
Kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh kelebihan suara dalam parlemen.
19
Yudhi Hertanto, Kompasiana.com, “Kajian Peran Oposisi dalam Konfigurasi Politik”, dalam
https://www.kompasiana.com/yudhihertanto/5b6090f6677ffb30aa4ea554/kajian-peran-oposisi-dalam-konfigurasi-
politik?page=1, diakses pada Kamis, 10 Desember 2020.
8
ketika fungsi check and balances berlangsung dengan baik. Peran oposisi atau pengawas
adalah untuk mengontrol jalannya pemerintahan agar tetap sesuai dengan hukum dan nilai-
nilai kebangsaan. Dalam sistem demokrasi, maka ada yang memosisikan sebagai pihak
oposisi.
Terdapat istilah yang sangat terkenal dari Lord Acton terkait dengan kekuasaan,
yaitu power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely. Seseorang atau
kelompok orang yang berkuasa sangat rawan untuk menyalahgunakan kekuasaan. Selain
itu, menurut Criss O’Donnel, orang-orang yang berkuasa cenderung dapat berubah menjadi
rezim otoriter (meskipun awalnya menolak sistem ini). Jika sudah mendapat jabatan dan
kekuasaan yang mereka inginkan, mereka akan lupa dengan perjuangan masa lalunya
untuk memperkukuh kekuasaan. Apalagi kekuasaan cenderung mempunyai tendensi yang
tidak hanya untuk memperbesar dan memperkuat dirinya, tetapi juga memusatkan
kekuasaan pada dirinya. Potensi inilah yang harus diminimalisasi. Selain tingkat korupsi,
persoalan lain seperti ketimpangan sosial, kualitas Pendidikan, HAM, dan lainnya perlu
mendapat perhatian khusus. Kebijakan yang tepat dari pemerintah dalam mengatasi
persoalan-persoalan ini tentu perlu mendapat masukan dan juga pengawasan dari pihak
oposisi.
20
Rangga Pandu Asmara Jingga, Antaranews.com, “Pengamat: Perlu Oposisi dalam Sistem Politik
Demokrasi”, dalam https://www.antaranews.com/berita/933120/pengamat-perlu-oposisi-dalam-sistem-politik-
demokrasi#mobile-nav, diakses pada Kamis, 10 Desember 2020.
21
Wisnu Adhi Nugroho, Antarnews.com, “Ganjar Sebut Pentingnya Peran Oposisi pada Pemerintahan”,
dalam https://www.antaranews.com/berita/932106/ganjar-sebut-pentingnya-peran-oposisi-pada-pemerintahan,
diakses pada Kamis, 10 Desember 2020.
9
Oleh karena itu, harus ada kontrol yang efektif terhadap penyelenggaraan
kekuasaan yang dalam hal ini, peran oposisi sangat dibutuhkan. Peran oposisi berkewajiban
mengemukakan titik-titik kelemahan dari suatu kebijakan pemerintah, atau memberikan
solusi apa yang lebih baik harus dilakukan. Sehingga, apabila suatu kebijaksanaan
diterapkan, segala kemungkinan yang dapat merugikan sudah terlebih dahulu dihindari,
diperbaiki, dan ditekan seminimal mungkin.
Oposisi dalam konteks kehidupan demokrasi menurut Dahl (1971) adalah bagian
yang tidak terpisahkan dan menjadi salah satu fondasi, selain partisipasi, dari yang
disebutnya sebagai polyarchy (poliarki) atau sebentuk pemerintahan yang bernuansakan
demokrasi.22 Dalam Firman Noor (2016), politik, khususnya di kehidupan demokrasi,
oposisi memiliki beberapa fungsi penting. Fungsi pertama, sebagai penyeimbang
kekuasaan. Fungsi ini dapat diartikan dengan adanya kekuatan di luar pemerintah yang
memberikan alternatif sikap atau pikiran dan menyebabkan keseimbangan agar pemerintah
tidak berjalan terlalu jauh dari apa yang seharusnya mereka perjuangkan, yaitu kepentingan
masyarakat banyak. Makna utama dari fungsi penyeimbang ini mengingat ada kalanya
pemerintah yang terpilih secara demokratis akhirnya jatuh menjadi pemerintahan yang
melawan kehendak rakyat.
Ketiga, oposisi sebagai stimulus persaingan yang sehat antara para elite politik dan
pemerintahan. Pemerintahan akan mengalami stagnansi, bahkan kemunduran jika tidak
mendapatkan tantangan dari pihak-pihak yang kompeten dan mampu menunjukkan kepada
masyarakat tentang adanya kebijakan-kebijakan lain yang lebih masuk akal ketimbang
kebijakan pemerintah. Dengan begitu, keberadaan oposisi akan membuat pemerintah yang
22
Firman Noor, “Oposisi dalam Kehidupan Demokrasi: Arti Penting Keberadaan Oposisi sebagai Bagian
Penguatan Demokrasi di Indonesia”, MASYARAKAT INDONESIA: Jurnal Ilmu Sosial Indonesia, Vol. 42, No. 1, 2016,
h. 5.
10
berkuasa “terjaga”. Dalam situasi ini, muncullah situasi kompetisi yang sehat antara
pemerintah yang sedang berkuasa dengan pihak oposisi menuju perbaikan demi perbaikan.
Oleh karena itu, penguatan oposisi sejalan dengan kepentingan rakyat untuk
menghindari terjadinya oligarki. Oposisi bukan sekadar sikap anti-pemerintah atau asal
berbeda dengan pemerintah, melainkan sebuah eksistensi yang menawarkan alternatif serta
memberikan kritik terhadap kebijakan dan kontrol penyelenggaraan pemerintahan.
Sebagaimana yang diyakini Dahl, oposisi yang sehat adalah bagian dan sekaligus cerminan
keberadaan demokrasi yang kokoh.23
23
Firman Noor, “Oposisi dalam Kehidupan Demokrasi: Arti Penting Keberadaan Oposisi sebagai Bagian
Penguatan Demokrasi di Indonesia”, MASYARAKAT INDONESIA: Jurnal Ilmu Sosial Indonesia, Vol. 42, No. 1, 2016,
h. 6.
11
BAB IV
PENUTUP
D. Kesimpulan
Oposisi bukanlah sekadar sikap asal berbeda atau melawan kebijakan pemerintah,
tetapi kelompok di luar pemerintah yang mampu melakukan kontrol dengan tegas dan
memberikan saran-saran dan alternatif kebijakan yang bernas. Namun sayangnya,
eksistensi oposisi di Indonesia masih belum cukup solid. Pada masa awal kemerdekaan,
oposisi sangat tidak terlihat perannya dalam pemerintahan, bahkan cenderung tidak ada.
Pada saat ini pun, meskipun peran oposisi sudah mulai terlihat, tetapi oposisi dianggap
sebagai bukan pilihan yang menguntungkan dan kerap kali dipandang sebelah mata.
Padahal, justru peran oposisi sangat penting sebagai penyeimbang suatu pemerintahan.
E. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Bagian Analisis Teknis Pengawasan dan Potensi Pelanggaran. Kajian Sistem Kepartaian, Sistem
Pemilu, dan Sistem Presidensiil. Jakarta: Sekretarian Jenderal Bawaslu RI, 2015.
Jurnal
Noor, Firman. “Oposisi dalam Kehidupan Demokrasi: Arti Penting Keberadaan Oposisi sebagai
Bagian Penguatan Demokrasi di Indonesia”. MASYARAKAT INDONESIA: Jurnal Ilmu
Sosial Indonesia. Vol. 42, No. 1, 2016.
Admojo, Tuswoyo. “Peran Partai Oposisi di Parlemen Pasca Pemilu Presiden 2014”. JURNAL
POLITIK. Vol. 1, No. 2, 2016.
Munadi. “Oposisi dan Koalisi: Potret Kultur Demokrasi Indonesia”. Resolusi. Vol. 2, No. 1, 2019.
Laman
Niam, Achmad Mukafi. Nu.or.id. “Pentingnya Posisi Oposisi dalam Pemerintahan”, dalam
https://www.nu.or.id/post/read/108864/pentingnya-posisi-oposisi-dalam-pemerintahan
(diakses pada Kamis, 10 Desember 2020).
Hertanto, Yudhi. Kompasiana.com. “Kajian Peran Oposisi dalam Konfigurasi Politik”, dalam
https://www.kompasiana.com/yudhihertanto/5b6090f6677ffb30aa4ea554/kajian-peran-
oposisi-dalam-konfigurasi-politik?page=1 (diakses pada Kamis, 10 Desember 2020).
13
Jingga, Rangga Pandu Asmara. Antaranews.com. “Pengamat: Perlu Oposisi dalam Sistem Politik
Demokrasi”, dalam https://www.antaranews.com/berita/933120/pengamat-perlu-oposisi-
dalam-sistem-politik-demokrasi#mobile-nav (diakses pada Kamis, 10 Desember 2020).
Nugroho, Wisnu Adhi. Antarnews.com. “Ganjar Sebut Pentingnya Peran Oposisi pada
Pemerintahan”, dalam https://www.antaranews.com/berita/932106/ganjar-sebut-
pentingnya-peran-oposisi-pada-pemerintahan (diakses pada Kamis, 10 Desember 2020).
14