Anda di halaman 1dari 13

PROBLEMATIKA DAN TELAAH MINAT MASYARAKAT UMUM TERHADAP

ANGKOT
DI KAWASAN PERKOTAAN BANDUNG
DALAM PERSPEKTIF RATIONAL CHOICE

Winra Yohannes Sinurat


Havenew Secondgol
Amatus Melsasail
Petronella Esir

PENGANTAR METODOLOGI PENULISAN

Kota Bandung yang dijuluki sebagai kota kembang atau Paris Van Java. Berhasil
memikat hati banyak orang, sehingga banyak tempat-tempat liburan yang diburu oleh banyak
wisatawan. Tempatnya yang asri menjadi tempat liburan yang diminati oleh para wisatawan ibu
kota. Luas wilayah Kota Bandung 16.729,65 Hal perhitungan tersebut berdasarkan pada
peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung. Dengan jumlah penduduk sebanyak
2.461.550 jiwa, batas-batas kota bandung sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung
dan Kabupaten Bandung Barat; sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cimahi; sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Bandung; dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Bandung. Selain luasnya Kota Bandung, dalam beberapa titik terdapat banyak gunung sehingga
membuat lebih sejuk. Pemerintah Kota Bandung juga banyak menanam pohon di pinggir jalan
itu salah satu penyebab asrinya Kota Bandung.

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Bandung menjadikan Bandung objek wisata


yang berhasil menarik banyak pengunjungnya. Mata pencaharian masyarakat Kota Bandung pun
semakin meningkat sehingga banyaknya UMKM yang menyadari bahwa mata pencaharian
mereka selalu meningkat dari sebelum-sebelumnya. Lantas bagaimana jika kita menilik dari
sudut pandang transportasi umum yang ada di Kota Bandung? Macam-macam alat transportasi
yang disediakan oleh pemerintah Kota Bandung, yaitu Bandara Internasional Husein
Sastranegara, Stasiun Bandung, Teman Bus, Bus Bandros, Sepedah, TMB, Angkot. Dari macam-
macam jenis transportasi umum yang disediakan pemerintah masih terdapat angkot yang dapat
dikatakan alat transportasi yang sudah ada dari beberapa tahun lalu. Meskipun banyaknya alat
transportasi yang modern, seperti grab, gojek, maxim, dan alat transportasi yang menggunakan
aplikasi lainnya. Terdapat angkot yang masih dipemberdayakan di Kota Bandung. Seberapa
seringkah masyarakat Kota Bandung menggunakan angkot sebagai alat transportasi mereka?

Sejarah angkot di kota Bandung terjadi sejak 1970 dimana saat itu perkembangan
angkutan umum didominasi oleh angkot bukan dari peraturan pemerintah melainkan tuntutan
kelompok masyarakat. Banyaknya dealer mobil menguasai dealer angkot, dari dealer inilah
membuka jalur angkot dengan meminta izin kepada pemerintah. Hal tersebut terjadi dari awal
1992 sampai tahun 2000an satu trayek angkot memiliki warna yang sama lantaran sudah
dikuasai oleh suatu dealer angkot. Setelah jalan raya diramaikan oleh angkot, Djawatan
Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia atau yang dikenal DAMRI masuk di era 1980-an. Meski
jalurnya belum banyak, Damri menjadi transportasi publik andalan rute Cicaheum-Cibeureum,
Kalapa-Buah Batu, Kalapa-Dago, dan Kalapa-Ledeng. Harga tarif angkot adalah bagian dari
sejarah transportasi umum yang terjadi di Kota Bandung, karena tariff dan dinamika angkot
pada masa itu memengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk Bandung. Pada awal tahun 1990-
an, harga tarif angkot mungkin hanya sekitar Rp.50,- untuk perjalanan yang dekat. Ini yang
menarik dari angkot karena biayanya yang tergolong cukup murah pada masa itu dibandingkan
dengan standar harga makanan sehari-hari, seperti tiga hingga empat gorengan yang bisa dibeli
dengan uang Rp100,-. Aturan dasar tarif angkot Bandung di masa lalu terasa lebih sederhana dan
lebih seragam dibandingkan dengan kerumitan tarif yang ditemui saat ini. Peran kenek dalam
variasi tarif juga mempengaruhi harga tarif yang berpotensi berbeda. Supir terkadang menagih
ongkos lebih, terutama jika kenek yang ikut.

Jika berbicara tentang angkot bukan hanya soal tarif, tapi soal budaya dan cerita menarik
dibalik setiap perjalanan. Pada jam pulang sekolah dan berangkat kerja, angkot menjadi tempat
interaksi sosial. Di Kota Bandung terkenal juga dengan kisah cinta di atas angkot. Para
penumpang muda sering meramaikan angkot, terutama pada jam pulang sekolah dan berangkat
kerja. Tak jarang, angkot juga menjadi tempat berkumpul para mahasiswi dan karyawati yang
menggunakan moda transportasi ini. Tak hanya itu, banyak pasangan muda-mudi Bandung yang
menjalin kisah cinta di atas angkot. Beberapa bahkan memilih jurusan angkot yang sedikit
menjauh dari tujuan asal mereka demi bisa bersama gebetan atau pacar.

Latar Belakang Penelitian

Meskipun angkot membantu banyak hal bagi masyarakat, tidak dapat dipungkiri juga
bahwa ada sisi gelap yang terkadang membuat angkot dihindari salah satu alasannya adalah
kebiasaannya ‘ngetem’ sehingga memakan waktu yang cukup lama untuk para penumpang
sampai di tujuan mereka. Masalah keamanan juga menjadi perhatian serius bagi para penumpang
angkot Bandung. Banyak terjadi pencopetan dan insiden serupa yang masih sering terjadi hingga
saat ini. Selain itu tidak jarang para sopir yang membawa angkot mereka secara ugal-ugalan
karena ingin mengejar penumpang atau saling rebutan penumpang. Melanggar lalu lintas dengan
menurunkan penumpang di sembarang tempat membuat banyak pengendara lain mengalami
kecelakaan. Walaupun angkot memiliki banyak tantangan, transportasi umum di Bandung saat
ini telah mengalami transformasi. Kemajuan teknologi telah membawa moda transportasi daring,
seperti taksi online, yang menggantikan peran angkot. Selain itu, proyek besar seperti Trans
Metro Pasundan juga turut merubah wajah transportasi umum di kota ini.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh kelompok melihat bahwa banyak angkot yang
kosong padahal disaat itulah jam pulang sekolah. Dari pengamatan ini kelompok mewawancarai
beberapa siswa-siswi tentang angkot. Mulai dari kenapa tidak memilih angkot untuk pulang,
pulangnya naik angkutan apa, dan kenapa angkot sudah semakin tidak diminati oleh penumpang
khususnya Kota Bandung. Hal ini menjadi perhatian khusus para peneliti yang ingin melihat
sikap para masyarakat Kota Bandung secara lebih mendalam. Banyak yang tidak tertarik dengan
angkot lagi dikarenakan mereka sudah nyaman dengan kendaraan umum lainnya seperti gojek,
grab, maxim. Dengan alasan kenyamanan yang mereka dapatkan dan waktu yang lebih efisien
pun cara pemesanannya juga praktis dengan aplikasi pemesanan maka kendaraan yang dipesan
sudah akan sampai di tempat penjemputan dan diantarkan ke tempat tujuan. Dari pihak sopirnya
pun mengakui bahwa penumpang mereka mengalami penurunan drastis. Sehingga dengan
angkot yang berisikan 2 atau 3 saja mereka sudah bersyukur. Tidak lagi menunggu hingga
penuh, karena mereka menyadari bahwa jarang sekali penumpang yang akan menumpangi
angkot.

Jika kita melihat bahwa masyarakat yang memilih public transport selain angkot adalah bisa
dipastikan bahwa perekonomian semakin membaik. Karena jika kita bandingkan tarif angkot
dengan public transport lainnya selisihnya lumayan jauh. Jika naik angkot membutuhkan biaya
sebesar Rp. 5.000,- public transport lainnya paling murah Rp. 10.000,-. Maka bisa kita
simpulkan bahwa perekonomian semakin meningkat. Ada juga narasumber yang mengatakan
bahwa fasilitas angkot yang kurang nyaman ketimbang public transport lainnya menjadikan
angkot menjadi kalah saing. Pada akhirnya angkot di Kota Bandung harus ditangani lebih baik
dan tertib lagi oleh pemerintah sehingga banyak penumpang yang mau beralih menggunakan
angkot. Disisi lain ini juga cara pemerintah untuk mengurangi kemacetan dengan mengalihkan
masyarakatnya menggunakan public transport dan tidak mengikuti gengsi dalam membeli
kendaraan pribadi mereka.

1. Rumusan masalah

Kondisi angkutan umum di kota Bandung belum memadai karena beberapa masalah dan
kendala yang dihadapi. Contohnya dukungan dalam prasarana serta sarana transportasi, sumber
daya manusia, subsidi dalam sektor transportasi, juga faktor kedisiplinan operator kendaraan,
penumpang. Kenyamanan dalam masyarakat sebagai pengguna transportasi masih belum
terjamin. Hal ini dapat mengakibatkan rendahnya penggunaan angkutan umum. Jika angkutan
umum disediakan dengan baik dan dengan pelayanan yang baik pula, maka masyarakat akan
berpindah ke angkutan umum. Seiring perkembangan zaman, transportasi berbasis online kian
banyak beroperasi di jalanan kota Bandung. Alasan bahwa transportasi online itu cenderung
murah, praktis, efektif, dan efisien membuat transportasi online semakin diminati oleh banyak
orang. Penggunaan transportasi berbasis online yang semakin massal dan masif tentu akan
berimbas pada menurunnya minat masyarakat (pelajar SMPN 2) dalam menggunakan
transportasi umum konvensional, yaitu angkot. masalah lain adalah Mobilitas perekonomian dan
kependudukan di kota Bandung, akan terus meningkat secara konsisten di tahun-tahun
mendatang. Kebutuhan akan transportasi umum pun akan semakin menurun. oleh karena itu,
Berdasarkan gambaran latar belakang dan identifikasi permasalahan diatas maka dapat
disimpulkan rumusan masalah yang digunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan penelitian,
yaitu: Angkutan umum di Bandung kota perlu penanganan yang lebih intensif terkait tentang
bagaimana pengelolaan angkutan umum yang lebih menarik minat pengguna.

Peneliti memiliki apriori bahwa kebutuhan masyarakat saat ini dipengaruhi oleh pilihan
rasional mereka. Dalam hal ini pilihan rasional berkaitan dengan faktor ekonomi dan nilai.
Seseorang yang memilih di antara banyak pilihan melalui rasional sejauh mana pilihan itu
menguntungkannya, memberikan kemudahan, dan hal ini disesuaikan juga kondisi ekonomi yang
dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil wawancara dari informan
berkaitan dengan pilihan rasional mereka.

2. Pertanyaan penelitian
 Apa yang menyebabkan angkot tidak diminati saat ini?
 Mengapa minat masayarakat terhadap angkot digolongkan ke dalam teori rational
choice?
 Apa masukan angkot agar bisa tetap digunakan berdasarkan teori rational choice?

3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yang akan hendak dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui Seberapa sering masyarakat memilih angkot di kota Bandung
2. Penyebab angkot tidak diminati
3. Masukan angkot agar tetap digunakan

Pembahasan

Angkot (Angkutan Jalan) dan tujuannya sebagai kebijakan pemerintah

Angkutan jalan merupakan alat transportasi (public service) untuk membantu dan
mengangkut penumpang ke tempat tujuannya. Angkutan jalan (disebut selanjutnya sebagai
angkutan) dalam hal ini menjadi instrumen sentral dalam jalur dan kelancaran lalu lintas.
Disamping membantu dan memudahkan masyarakat dalam menempuh perjalanan, angkot juga
membantu mengurangi jumlah kendaraan. Hal ini merupakan kebijakan pemerintah dalam
membantu masyarakat terutama untuk mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi di jalan.
Dari hal ini bisa dikatakan bahwa pemerintah mengharapkan penggunaan moda transportasi
dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.

Kebijakan tentang angkot ini telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam Undang-Undang ini,
pemerintah pertama-tama membagi antara lalu lintas dan angkutan umum. Diatur bahwa lalu
lintas dan angkutan jalan mempunyai peran yang strategis dalam mendukung pembangunan dan
integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sitasi-UU RI No. 22
Tahun 2009 Hal 1). Pemerintah memahami bahwa kelancaran lalu lintas dipengaruhi oleh
kelancaran angkot. Pemerintah bahkan menekankan bahwa lalu lintas dan angkot adalah bagian
yang integral untuk kemajuan lalu lintas. Dalam hal ini angkot merupakan instrumen sentral
dalam kelancaran lalu lintas dibandingkan alat transportasi yang lain.

Angkot dalam hal ini memiliki peran yang besar dalam memberi kelancaran lalu lintas.
Undan-Undang yang mengatur kelancaran lalu lintas juga termasuk dalam UURI No. 22 tahun
2009.

Pasal 3
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan:
a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat,
tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong
perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;
b. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
c. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. (sitasi)

Penting untuk memperhatikan pengembangan potensi dan peran transportasi umum ini.
Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab dalam menjaga (membina) lalu lintas dan angkot
(lih pasal 5). Selain aturan-aturan tentang berkendara dalam lalu lintas sudah di atur di dalamnya,
pemerintah juga menjaga agar angkot mendapat perhatian untuk tetap digunakan sebagai moda
transportasi bagi masyarakat. Semuanya telah diatur dengan baik seperti aturan pengembangan
industri perlengkapan jalan (pasal 10), pengembangan teknologi perlengkapan kendaraan
bermotor dan jaminan keamanan (Pasal 11), pengujian dan penerbitan Surat Izin Mengemudi
Kendaraan Bermotor (pasal 12), serta kebutuhan-kebutuhan lainnya. Oleh karena itu bisa
dikatakan bahwa peraturan tentang lalu lintas dan angkot telah diatur dengan baik di dalam
Undang-Undang.

Problema Angkot

Angkutan kota (Angkot) adalah salah satu public service atau jasa pelayanan publik.
Angkot ikut serta dalam melakukan aktivitas pelayanan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
dasar sesuai dengan hak-hak dasar tiap-tiap masyarakat terkait dengan kepentingan publik.
Dalam hal ini Angkot mencakup memiliki kewajiban untuk memberikan kepentingan dalam hal
mengantar masyarakat. Namun hal ini tidak sesuai dengan realitas yang dialami di lapangan.

Latar belakang penelitian tentang minat masyarakat mengenai minat masyarakat dalam
menaiki angkot, karena para peneliti melihat bahwa banyak angkot yang lewat di hadapan
sekumpulan orang yang hendak pulang ke rumahnya (subjek dalam hal ini adalah SMPN 5 Jalan
Sumatera pada pukul 11:10, tanggal 10 Oktober 2023). Peneliti melihat bahwa dari sekian
banyak angkot yang lewat, diamati selama 20 menit, tidak ada satupun masyarakat (siswa) yang
memilih angkot sebagai moda transportasinya. Para peneliti memiliki apriori awal bahwa
masyarakat tidak lagi memiliki minat dalam memilih angkot sebagai moda transpotasi. Angkot
bukan lagi salah satu moda transportasi yang sentral bagi masyarakat.

Situasi ini akan menimbulkan banyak permasalahan, yang bukan hanya berdampak bagi
para sopir yang memiliki penghasilan tetap lewat Angkot. Hal ini akan sangat berpengaruh bagi
pemerintah. Seperti yang telah dikatakan dalam studi literatur tentang tujuan angkot sebagai
kebijakan pemerintah adalah bentuk pelayanan publik dalam membantu masyarakat, angkot
tidak berjalan sesuai dengan tujuan dan harapannya.
Angkot selanjutnya menjadi masalah bagi alur lalu lintas yang tidak berjalan dengan
baik. Salah satunya, dalam banyak artikel tentang angkot, angkot kerap kali diasosiasikan
sebagai penyebab kemacetan. Hal ini bukanya tidak beralasan, karena peraturan untuk
menurunkan penumpang pada halte yang telah ditetapkan tidak dilaksanakan dengan baik
(peraturan UU RI No. 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 4). Keadaan Angkot yang sering ngetem atau
parkir di sembarang tempat juga membuat masyarakat resah dan jalur lalu lintas terganggu.

Realitas Angkot memberikan persepsi yang salah atas esensi angkot yang sebenarnya.
Angkot seringkali hanya dipandang dari masalah yang dibuatnya. Angkot, seperti Angkot
menjadi sumber dalam menyebabkan kemacetan (cari sitasinya). seringkali ngetem, tidak
nyaman, jumlahnya relatif banyak dan tidak memberi rasa nyaman. Secara realistis, situasi
angkot memang merepresentasikan kegelisahan-kegelisahan orang terhadap angkot tersebut. hal
ini menimbul

Hasil Penelitian

Kami telah melakukan penelitian melalui wawancara kepada orang-orang yang bersangkutan
berkaitan dengan minat masyarakat dan pandangan mereka dalam menaiki angkot. Yang mau
kami sasar adalah sejauh mana angkot memengaruhi pilihan mereka sebagai media atau alat
transportasi. Wawancara ini sekaligus juga ingin mengetahui cara pandang masyarakat tentang
angkot di situasi saat ini.

Angkot kurang diminati oleh banyak masyarakat

Dari hasil wawancara kami kepada para informan mengatakan bahwa mereka memiliki
Kurang meminati angkot sebagai moda transportasi sehari-hari. Berikut adalah alasan-alasan
yang mereka berikan. Masyarakat dalam hal ini memiliki stereotipe terhadap angkot yang buruk.
Angkot tidak dinilai sebagaimana angkot bisa menjadi salah satu kebutuhan antar-jemput.
Seharusnya angkot yang dilihat dari sudut pandang ”memudahkan”, namun angkot lebih dilihat
dari kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam realita. Dalam hal ini terdapat
ketidaksesuaian antara harapan masyarakat akan kebutuhan transportasi terhadap penyediaan
yang diberikan oleh pemerintah. Peneliti menjumpai bahwa banyaknya fasilitas yang kurang
memadai baik dari sisi internal (kotor, tidak nyaman, ngetem, sopir yang merokok) dan eksternal
(situasi panas). Hal ini yang membuat penumpang memiliki stereotipe terhadap angkot yang
kurang memadai.

Menaiki angkot hanya saat jarak tempuh perjalanan relatif dekat.

Dari hasil wawancara baik kepada KII (para sopir) dan masyarakat atau calon
penumpang, mengatakan bahwa mereka (penumpang) tidak sering menaiki angkot. Mereka
memilih angkot hanya untuk jarak yang dekat. Seperti yang ditemui penumpang yang menjadi
informan saat melakukan penelitian ketika menaiki angkot, ia hanya menaiki angkot untuk jarak
tempuh yang dekat. Karena tempat kerja dan rumahnya dekat (Taman Sari ke BEC) maka ia
memilih angkot.

Angkot yang digunakan untuk jarak tempuh yang dekat berarti memasukkan angkot
hanya sebagai moda transportasi alternatif. Informan hanya menggunakan angkot jika jarak
tempuhnya tidak jauh. Dalam hal ini masyarakat belum memiliki kebutuhan yang penuh untuk
menjadikan angkot sebagai moda transportasi. Hal ini tidak sesuai dengan harapan pemerintah
berdasarkan Undang-Undang (sitasi).

Angkot tidak memberikan rasa nyaman dan aman


Informan Kanaya mengatakan bahwa dirinya merasa tidak nyaman dalam menaiki
angkot. Hal ini berkaitan dengan suasana angkot yang panas, tidak memberikan kenyamanan dan
kebersihan. Hal ini hampir diakui oleh semua informan calon penumpang seperti informan
Kanaya, Abraham, Nadia. Kanaya mengatakan bahwa “Saat menunggu angkot, terlihat berbagai
angkot lain yang melintas tampak lebih suka bersaing secara kasar daripada memberikan
pelayanan yang nyaman kepada penumpang. Mereka berlomba-lomba, terkadang melebihi batas
kecepatan yang aman, dan bersaing untuk menarik penumpang dengan sembrono. Terkadang, hal
tersebut membuatku merasa khawatir dan tidak nyaman.” Dari pernyataan ini, para informan
sudah memiliki pengetahuan yang buruk mengenai angkot karena mereka sudah mengalaminya.

Angkot tidak menaati aturan tentang Angkot dengan baik


Berkaitan dengan pengalaman para informan calon penumpang angkot, mereka
mengatakan bahwa angkot berhenti seenaknya (tidak punya halte atau tidak mematuhi peraturan
tentang menurunkan penumpang). Dalam hal ini seharusnya angkot yang bisa memudahkan
penumpang dalam menempuh jarak yang dituju, akan mengalami banyak kendala waktu yang
tersita (angkot yang ngetem atau tidak adanya waktu datang yang tepat bagi angkot).
Pernyataan di atas akan berkaitan dengan opsi pilihan masyarakat yang tidak tahu pasti
jam berapa angkot datang, berapa menit sampai, atau tidak punya prediktabilitas (seperti yang
dikatakan oleh Raisa dan Eizya). Raisa dan Eizya mengatakan hal ini merujuk pada alat
transportasi online yang penggunaannya lebih bisa diprediksi, lebih praktis dan bisa menghemat
waktu (menaiki angkutan dalam waktu yang singkat adalah pilihan kebanyakan informan).

Informan cenderung memilih Transportasi Online


Semua informan ketika ditanya mengenai angkot dan minat mereka dalam menaiki
angkot, mereka secara langsung mengasosiasikannya terhadap dua hal. Yang pertama adalah
banyaknya kelemahan angkot yang mereka ketahui dan yang pernah mereka alami sendiri. Yang
kedua adalah mereka menghubungkan kelemahan itu dengan lebih memilih transportasi online
daripada angkot. Pilihan utama mereka dalam memilih alat transportasi adalah menomorsatukan
transportasi online dibandingkan angkot. Transportasi online dalam hal ini lebih banyak
memiliki kelebihan. Selain terjadwal dan bisa memilih sendiri kendaraannya, mereka juga bisa
tahu jarak tempuh yang akan dituju. Informan Raisa dan Eizya mengatakan bahwa mereka lebih
mementingkan aspek kecepatan, kenyamanan dan prediktabilitas.

Analisis Penelitian
Teknologi yang maju
Kemajuan teknologi dalam penelitian ini bisa menggambarkan pilihan masyarakat dalam
memilih transportasi. Kemajuan teknologi dalam hal ini memberikan opsi dan saran kepada
masyarakat untuk memilih antara tranportasi online atau angkot. Hal ini sudah diketahui oleh
informan Ujang (sopir). Dalam wawancara ia menyadari bahwa ketika semua serba online orang
tidak lagi perlu repot untuk mencari angkot, sebab transportasi online-lah yang akan menjemput
mereka sesuai dengan lokasi yang diberikan. Alasan lain ketertarikan masyarakat berkurang
dalam menaiki angkot berkaitan dengan situasi serba online adalah opsi masyarakat keluar
rumah berkurang karena pengiriman barang yang juga bisa dilakukan secara online. Ini adalah
salah satu dampak dari Covid (informan Dadang), di mana lewat situasi dan teknologi yang
berkembang yang memungkinkan setiap orang lebih sedikit bergerak membuatnya memilih
teknologi tersebut. Contohnya adalah masyarakat akan lebih memilih mengirim barang lewat
platform online daripada pergi ke tempat itu sendiri, seperti pembelian makanan dan lain-lain.
Hal ini juga berkaitan dengan situasi informan (masyarakat calon penumpang) yang
menggunakan angkot sebagai alat transportasi yang dekat saja. Mereka cenderung lebih memilih
taransportasi online dibanding angkot. Mereka mengaitkan hal ini dengan aspek kecepatan,
kenyamanan dan prediktabilitas (informan Raisa dan Eizya). Yang perlu digaris-bawahi adalah
situasi yang konservatif dan progresif, yang melambangkan kemajuan teknologi saat ini.
Permasalahan angkot dan transportasi online mampu memberikan dua gambaran yang
sesuai dengan dengan perkembangan teknologi saat ini. Ketika disrupsi zaman yang selalu
berganti dan dinamis, ternyata muncul alat transportasi online, yang secara tidak langsung dan
pasti akan menjadi saingan bagi angkot sendiri. Masyarakat secara pasti akan lebih memilih
sesuatu yang lebih memberikan kenyamanan, nilai dan kepastian kepada dirinya diantara pilihan-
pilihan yang ada (antara angkot dan tranportasi online). Informan dalam hal ini tidak
memperhitungkan aspek kemahalan jika dibangingkan tarif transportasi online yang lebih mahal.
Kepentingan bagi mereka adalah kebutuhan.

Kesalahan para sopir yang sudah biasa

Masalah yang menimbulkan ketidaknyamanan para informan ketika menaiki angkot


pertama-tama didasari oleh ketidaktahuan para sopir tentang aturan angkot dalam berlalu lintas.
Hasil wawancara kepada informan sopir mereka tidak memiliki lisensi tertentu untuk menjadi
seorang sopir angkot. Bahkan beberapa dari mereka sudah ada yang menjadi sopir angkot mulai
dari SD. Hal ini yang bisa membuat peraturan-peraturan yang mengatur angkutan umum tidak
diindahkan.

Kondisi umum yang ditemukan oleh peneliti bahwa angkot memiliki banyak kendala.
Kondisi fisik angkot sering menjadi kendala, kualitas pelayanan yang rendah dan juga masalah
sosial di dalam angkot yang kerap dijumpai. Banyak tata tertib yang tidak dilaksanakan dengan
baik, seperti peraturan lalu lintas, memarkir tidak pada tempatnya (sesuka hati), angkot tidak
masuk terminal, menurunkan penumpang tidak pada tempatnya dan konflik dengan trayek lain
(sitasi PENTINGNYA TRANSPORTASI UMUM UNTUK KEPENTINGAN PUBLIK hal 7).
Dalam beberapa kesempatan pemerintah telah melakukan pelatiahan dan perhatian kepada pada
sopir, namun tetap masih banyak sopir angkot yang melanggar(lih. : Program Dinas
Perhubungan dalam Meningkatkan Pelayanan Angkot hal. 4).

Kesalahan Pemerintah

Tekanan kuat dalam penelitian ini berkaitan dengan dengan keteledoran pemerintah
dalam menata sistem angkot dalam kelancaran penggunaannya. Berdasarkan Sustainable City
atau keberlanjutan kota memasukkan angkutan kota sebagai salah satu kontribusinya. Sistem
transportasi umum berkelanjutan memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan ekonomi,
sosial budaya, dan lingkungan hidup dari komunitas yang dilayani (sitasi lagi PENTINGNYA
TRANSPORTASI UMUM UNTUK KEPENTINGAN PUBLIK hal.4). Keberadaan sistem
transportasi dalam hal ini membantu mobilisasi aktivitas pemerintah dan masyarakat.
Pemerintah mengalami kelepasan kontrol yang membuat sistem tentang moda
transportasi (angkot) ini tidak diperhatikan dengan baik. Pemerintah cenderung hanya
melakukan penilangan berkaitan kelayakan angkot berdasarkan kebutuhan kelancaran lalu lintas
dan peraturan tentang kelayakan angkot. Hal luput untuk diperhatikan yakni pemerintah tidak
memiliki fokus dalam memperhatikan angkot sebagai salah satu hal yang faktor penting, baik
sebagai kebutuhan dan kelancaran lalu lintas, maupun juga untuk mencapai keseimbangan
sebagai keberlanjutan kota.
Mari kita melihat system transportasi umum yang berhasil di luar negeri, seperti Jepang.
Transporasi publik di Jepang terkenal sebagai salah satu sistem transportasi terbaik di dunia,
karena kenyamanan, keamanan dan ketepatannya (sitasi Transportation System in Japan: A
Literature Study hal. 3). Hampir semua orang Jepang memilih transportasi umum daripada
kendaraan pribadi, untuk menghindari keramaian kendaraan lalu lintas dan kemacetan. Ada dua
hal yang penting: satu, bahwa terkenalnya sistem transportasi umum di Jepang merupakan hasil
kinerja baik dari pemerintah; dua, adanya kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kelancaran
kendaraan lalu lintas untuk mengatasi kemacetan sehingga memilih transportasi umum. Jadi
selain dibutuhkan system yang baik, masyarakat juga perlu dibina dalam membentuk sistem
kesadaran akan kebutuhan dalam memilih kendaraan umum. Kedua hal ini harus berjalan
beriringan untuk menciptakan keselarasan harapan, baik kebijakan pemerintah maupun
kebutuhan masyarakat.
Teori Rational Choice sebagai Landasan Minat Masayarakat terhadap Angkot

(HUBUNGANNYA DENGAN PENELITIAN) Dihubungkan bahwa masyarakat


sekarang terutama dalam hal ini adalah para informan (subjek penelitian) bahwa minat mereka
terhadap angkot sebagai moda transportasi ditentukan berkaitan dengan pilihan yang rasional
(lih. Penilaian Ketertarikan Masyarakat Terhadap Angkutan Umum (Angkot) Di Kawasan
Pendidikan Tinggi Tembalang Dengan Pendekatan Structural Equation Modeling hal 12). Pilihan
rasional

Anda mungkin juga menyukai