Anda di halaman 1dari 4

3.1.

Solusi Mengatasi Kemacetan di DKI Jakarta Menggunakan Pendekatan

Transdisiplinaritas

Kemacetan merupakan suatu polemik yang sangat sulit untuk diatasi. Meningkatnya populasi manusia

menyebabkan kebutuhan-kebutuhan akan sumber daya alam meningkat pula seperti rumah,

transportasi, lapangan pekerjaan, pendidikan dan lain sebagainya. Peningkatan populasi ini tentu saja

tidak bisa lepas tangan dari permasalahan kemacetan karena kemacetan terjadi akibat dari penggunaan

kendaraan pribadi oleh manusia. Jadi, semakin tinggi laju populasi manusia akan berdampak kepada

semakin tingginya kemungkinan terjadinya kemacetan.

Beberapa solusi yang dapat mengatasi kemacetan di kota-kota besar seperti DKI Jakarta diantaranya

adalah :

1. Skywalk.

Pembangunan skywalk sebagai solusi kemacetan sudah diterapkan sebelumnya di kota

Bandung yang diberi nama Skywalk Cihampelas1. Bandung yang merupakan kota wisata

dengan jumlah wisatawan yang selalu meningkat setiap tahunnya menjadi sebuah potensi bagi

masyarakat sekitar untuk meraih pundi-pundi pendapatan sebanyak mungkin sehingga mulai

muncullah pedagang-pedagang kaki lima yang menghiasi sepanjang bahu jalan sekitar tempat

wisata yang akhirnya menyebabkan kemacetan. Permasalahan di Bandung memiliki

persamaan dengan DKI Jakarta yaitu kemacetan namun, perbedaannya adalah Bandung

merupakan kota wisata sedangkan DKI merupakan kota bisnis dan pusat pemerintahan.

Beban yang dipikul oleh DKI Jakarta tentu lebih besar dibandingkan Bandung tetapi,

permasalahannya yang dihadapi sama yaitu, kemacetan yang disebabkan oleh pedagang kaki

lima. Di DKI Jakarta seperti daerah Tanah Abang, PGC, belum lagi pasar-pasar yang berada

di pinggir jalan dan lain sebagainya sangat rawan terjadinya kemacetan karena pedagang kaki

lima yang tumpah ruah ke jalan dan kendaraan-kendaraan yang berhenti sembarangan untuk

membeli sesuatu. Selain itu, pemakaian trotoar yang diperuntukkan seharusnya untuk pejalan

1
Eliyanto, Eel. Skywalk Solusi Kemacetan Kota Wisata. https://www.indonesiana.id/read/110184/skywalk-
solusi-kemacetan-kota-wisata. 2017. Diakses pada 02 Mei 2019 pukul 14.33 WIB
kaki seringkali digunakan oleh pengendara-pengendara motor sehingga pejalan kaki mulai

kehilangan haknya untuk memakai fasilitas trotoar. Penggunaan skywalk menurut kami

merupakan suatu solusi yang dapat mengatasi kemacetan di DKI Jakarta. Dengan membuat

area khusus untuk pejalan kaki dan pedagang kaki lima diatas titik-titik kemacetan yang

terjadi karena adanya pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima yang sebelumnya menempati

trotoar atau bahu jalan dapat dipindahkan ke skywalk sehingga selain dapat mengurangi

kemacetan akibat pedang kaki lima juga dapat mengatur tata kota yang lebih baik dan

pengguna jalanpun dapat menikmati haknya tanpa adanya gangguan. Tentu saja

pembangunan skywalk ini membutuhkan anggaran atau dana yang cukup fantastis. Namun,

dengan membangun skywalk yang baik dapat menjadikannya potensi untuk mendatangkan

wisatawan. Melihat dengan fenomena selfie, youtuber, vloger, dan lain sebagainya yang

seringkali melakukan perjalanan untuk memperkenalkan tempat-tempat yang dinilai cukup

bagus untuk rekreasi keluarga dapat menjadi modal memperkenalkan skywalk sebagai tempat

wisata baru tentu saja pedagang-pedagang kaki lima yang menempati skywalk harus diatur

dengan sedemikian rupa sehingga tidak menjadi semraut.

2. Peningkatan fasilitas transportasi publik.

Beberapa faktor penyebab beralihnya pengguna angkutan umum kepada angkutan pribadi,

antara lain2 :

a. Aktivitas ekonomi belum mampu dilayani oleh angkutan umum yang memadai, baik dari

segi kualitas maupun kuantitas layanan angkutan umum.

b. Meningkatnya harga tanah dipusat kota akan menyebabkan lokasi pemukiman jauh dari

pusat kota atau bahkan sampai keluar kota yang tidak tercakup oleh sistem jaringan

layanan angkutan umum, sehingga akan menambah biaya transportasi bagi masyarakat.

c. Dibukanya jalan baru akan merangsang pengguna angkutan pribadi, karena biasanya

dijalan baru tersebut pada saat itu belum terdapat jaringan layanan angkutan umum.

2
Setyawan, Henri. Kualitas Layanan Transportasi (strudi Kasus Transjakarta Busway di Privinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta). Jakarta. Universitas Indonesia. 2012. Hal. 5
d. Tidak tersedianya angkutan lingkungan atau angkutan pengumpan yang dapat

menjembatani perjalanan dari-sampai ke jalur utama layanan angkutan umum.

Berdasarkan faktor penyebab beralihnya pengguna angkutan umum kepada angkutan pribadi

diatas dapat diambil solusi dengan cara meningkatkan fasilitas transportasi publik seperti

penambahan armada transjakarta, penambahan gerbong kereta komuterline, ketepatan waktu

kedatangan, penambahan halte-halte transjakarta dititik-titik tertentu dan lain sebagainya

dinilai dapat membuat masyarakat beralih menggunakan moda transportasi publik. Seperti

contoh, transjakarta seringkali mengalami keterlambatan kedatangan atau tidak sesuai dengan

jadwal yang tertera hal ini akan menyebabkan seseorang yang menggunakan transportasi

publik tersebut tidak dapat mengistimasi jadwal kedatangannya ketempat tujuan misalnya

kantor, kuliah, dan lain sebagainya yang akhirnya menyebabkannya terlambat sehingga

pengguna tersebut akhirnya lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi yang tidak perlu

menunggu. Selain karena keterlambatan, fasilitas gerbong kereta atau jumlah armada

transjakarta yang tidak sebanding dengan pengguna menyebabkan terjadinya kelebihan

muatan dan tak jarang pengguna harus berhimpit-himpitan ketika jam-jam tertentu. Hal ini

menyebabkan pengguna-pengguna transportasi publik tidak nyaman dan kemudian lebih

memilih kendaraan pribadi yang tentunya pasti dinilai lebih nyaman dibandingkan dengan

menggunakan transportasi publik yang harus berhimpit-himpitan.

3. Pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi.

Penyebab utama kemacetan adalah karena banyaknya kendaraan pribadi yang

menumpuk di jalanan. Mudahnya orang memperoleh kendaraan pribadi seperti hanya

dengan uang muka Rp. 500.000 seseorang sudah bisa membawa pulang sebuah

kendaraan bermotor. Begitu mudahnya persyaratan untuk memiliki suatu kendaraan

menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi tersebut

sehingga menyebabkan tingginya angka kemacetan diberbagai titik di DKI Jakarta.

Dengan adanya pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi tentu saja tidak dapat
mengurangi kemacetan apabila tidak diimbangin dengan peningkatan fasilitas

transportasi publik oleh karena itu, pembatasan tersebut ada baiknya diterapkan

apabila pemerintah telah siap dalam menyediakan transportasi publik yang memadai.

Pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi ini dapat diterapkan dengan cara

memberikan syarat-syarat khusus bagaimana seseorang dapat memperoleh kendaraan

pribadi. Selain menghindari penggunaan kendaraan pribadi pada anak dibawah umur,

juga diharapkan menurunkan angka kematian di jalan raya.

Anda mungkin juga menyukai