Oleh:
Dewi Meylinta Sembiring
231102146
Dosen Pembimbing
Dr. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Tanda dan gejala luka bakar dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan luka bakar
tersebut. Berdasarkan klasifikasinya, Luka bakar dibedakan menjadi:
Luka bakar dibedakan menjadi: derajat pertama, kedua superfisial, kedua tengah, kedua
dalam, dan derajat ketiga. Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis yang disertai eritema
dan nyeri. Luka bakar derajat kedua superfisial meluas ke epidermis dan sebagian lapisan dermis
yang disertai lepuh dan sangat nyeri. Luka bakar derajat kedua dalam meluas ke seluruh dermis.
Luka bakar derajat ketiga meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis, seringkali kapiler
dan vena hangus dan darah ke jaringan tersebut berkurang (Rahayuningsih, 2012).
a. Luka bakar superfisial
Luka bakar superfisial adalah luka bakar yang dapat sembuh secara spontan dengan bantuan
epitelisasi. Luka bakar superfisial dibagi dua yaitu luka bakar epidermal dan superficial dermal.
Luka bakar epidermal. Luka bakar yang hanya terkena pada bagian epidermis pasien. Penyebab
tersering luka bakar ini adalah matahari dan ledakan minor. Lapisan epidermis yang bertingkat
terbakar dan mengalami proses penyembuhan dari regenerasi lapisan basal epidermis. Akibat dari
produksi mediator inflamasi yang meningkat, luka bakar ini menjadi hiperemis dan cukup
menyakitkan. Dapat sembuh dalam waktu cepat (7 hari), tanpa meninggalkan bekas luka
kosmetik.
Luka bakar superficial dermal. Luka bakar yang terkena pada bagian epidermis dan
bagian superfisial dermis (dermis papiler). Ciri khas dari tipe luka bakar ini adalah munculnya
bula. Bagian kulit yang melapisi bula telah mati dan terpisahkan dari bagian yang masih viable
dengan membentuk edema. Edema ini dilapisi oleh lapisan nekrotik yang disebut bula.
Bula dapat pecah dan mengekspos lapusan dermis yang dapat meningkatkan kedalaman dari
jaringan yang rusak pada luka bakar. Oleh karena saraf sensoris yang terekspos, luka bakar
kedalaman ini biasanya sangat nyeri. Dapat sembuh secara spontan dengan bantuan epiteliassi
dalam 14 hari yang meninggalkan defek warna luka yang berbeda dengan kulit yang tidak terkena.
Namun eskar tidak terjadi dalam tipe luka bakar ini.
• Durasi paparan.
• Suhu dan Kondisi air, jika penyebab luka bakar adalah air panas.
• Kecepatan proyektil.
• Jarak.
Pemilihan cairan resusitasi yang digunakan adalah yang dapat secara efektif
mengembalikan volum plasma pada pasien tanpa munculnya efek samping. Cairan
kristaloid, hipertonik dan koloid sering diganakan untuk memenuhi tujuan ini.
Penggunaan yang cukup popular dan direkomendasikan yaitu cairan Ringer Lactate
(RL) yang mengandung 130 meq/L sodium.
• Jalur pemberian cairan
Rute oral, dengan larutan-garam-seimbang dapat diberikan jika peralatan untuk
resusitasi formal (intravena) terbatas, tidak lupa untuk memperhatikan kondisi saluran
cerna pasien. Resusitasi dengan rute oral dapat dilakukan juga pada TBSA < 20%.
Cairan rumatan harus diberikan pada pasien anak sebagai tambahan, diluar dari
perhitungan cairan awal yang berdasarkan KgBB dan % TBSA.
• Monitor kecukupan cairan dan elektrolit
Pemantauan
- Lakukan pemantauan intake dan output setiap jam .
- Lakukan pemantauan gula darah, elektrolit Na, K, Cl, Hematokrit, albumin .
• Pemantauan resusitasi
Cara yang paling mudah dan dapat dipercaya untuk memonitor kecukupan
resusitasi adalah pemasangan kateter urin. Pemasangan kateter urin menjadi
sangat penting pada pemantauan dan menjadi suatu keharusan dilakukan pada:
• Asidosis yang jelas (pH <7.35) pada analisis gas darah menunjukkan adanya perfusi
jaringan yang tidak adekuat yang menyebabkan asidosis laktat, maka harus dilakukan
pemantauan hemodinamik dan titrasi cairan resusitasi/jam jika diperlukan, sampai
tercapai target Urine Output (UO) harus dipertahankan dalam level 0.5-1.0
ml/kgBB/jam pada dewasa dan 1.0-1.5 ml/kgBB/jam pada anak.
• Hemoglobinuria: kerusakan jaringan otot akibat termal trauma listrik tegangan tinggi,
iskemia menyebabkan terlepasnya mioglobin dan hemoglobin. Urine yang
mengandung hemochromogen ini berupa warna merah gelap. Gagal ginjal akut,
merupakan kondisi yang sangat mungkin ditemui karena penimbunan deposit
hemochromogen di tubulus proksimal dan dibutuhkan terapi yang sesuai yaitu:
Penambahan cairan hingga produksi urin mencapai 2ml/Kg/jam. Dianjurkan
pemberian manitol 12,5 g dosis tunggal selama 1 jam/L bila tidak tercapai produksi
urin 2cc/kgBB/jam meskipun sudah ditambahkan titrasinya.
• Oliguria: Masalah yang sering dijumpai saat resusitasi selama pemantauan ketat dapat
terjadi oliguria. Dapat ditindak lanjuti dengan meningkatkan jumlah titrasi cairan
(diuretikum hanya diberikan pada pasien dengan hemokromogen di urin dan kadang
pada pasien luka bakar luas).
b. Kebutuhan nutrisi
Pasien luka bakar memerlukan kebutuhan nutrisi (makro dan mikronutrien) yang
adekuat, karena mengalami perubahan dan peningkatan metabolisme (hipermetabolik),
serta peningkatan kehilangan nitrogen yang tinggi (pemecahan protein 80-90%).
Apabila asupan nutrisi pasien ini tidak terpenuhi, maka akan meningkatkan risiko
malnutrisi pada pasien, gangguan penyembuhan luka, disfungsi berbagai organ,
peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan kematian. Pada lebih dari 40% pasien
luka bakar dapat mengalami penurunan BB 30% dalam beberapa minggu. Proses
hipermetabolisme dan katabolisme ini pada pasien luka bakar berat masih terus terjadi
sampai dengan satu tahun pasca trauma Jalur pemberian nutrisi enteral dini lebih
direkomendasikan dibandingkan nutrisi parenteral total karena dengan masuknya
makanan melalui saluran cerna, dapat melindungi mukosa usus halus dari kerusakan
yang timbul pasca trauma, mencegah translokasi bakteri melalui dinding usus,
perbaikan fungsi imun,kadar hemoglobin dan kadar albumin serum lebih baik
menurunkan insiden infeksi, lama waktu pemberian antibiotik, sehingga dapat
mencegah terjadinya sepsis.
• Kebutuhan energi pasien luka bakar
Kebutuhan energi pasien luka bakar, idealnya menggunakan alat kalorimetri
indirek yang merupakan metode baku emas (gold standard), namun memerlukan alat
khusus, sehingga sulit pada pelaksanaan di lapangan. Terdapat berbagai metode
perhitungan yang dapat digunakan untuk menetapkan kebutuhan energi pada pasien
luka bakar, seperti rumus Harris Benedict, Rule of Thumb, Toronto, Xie, Curreri dan
lain sebagainya.
Hingga saat ini belum ada bukti klinis yang kuat untuk menyokong salah satu
dari metode penghitungan kebutuhan energi tersebut. Perhitungan kebutuhan energi
pasien luka bakar dewasa dapat dihitung menggunakan salah satu cara berikut:
Keterangan:
KEB = kebutuhan energi basal
BB = berat badan ideal dalam kilogram
TB = tinggi badan dalam centimeter
U = umur
BSA = Burn Surface Area (Luas luka bakar)
• Komposisi makronutrien:
1) Karbohidrat :55-60% kalori total.
Pada pemberian nutrisi via parenteral glucose infusion rate (GIR) tidak melebihi 5
mg/kg/menit atau 7g/kg/hari
2) Protein 1,5 – 2 gram/kgBBI/hari atau 20-25% total kalori, pada anak 1,5-3 gram/kg
BB/hari.
3) Lemak : pada dewasa < 25% kalori total, pada anak t< 35%
• Komposisi mikronutrien:
1) Vitamin C dosis rumatan 500 -1000 mg/hari
2) Zinc : 25- 50mg
3) Copper : 2-3 mg
4) Vitamin A (total) :10000 IU/hari/ Beta karoten minimal 30 mg/hari
5) Vitamin B 2-3x RDA, Asam folat 1 mg/hari
6) Vitamin E: minimal 100 mg/ hari
Suplementasi diberikan selama:
1) 7-8 hari : pada pasien dengan luka bakar 20 -40%TBSA
2) 14 hari : pada pasien dengan luka bakar 40-60% TBSA
3) 30 hari : pada pasien dengan luka bakar >60% TBSA
• Nutrien spesifik
Glutamin dianjurkan dengan dosis 0,35g/kgBB/hari dapat dalam bentuk enteral atau
parenteral. Peranan suplementasi glutamin efektif jika asupan protein telah memenuhi
kebutuhan pasien. Salah satu bahan makanan sumber tinggi glutamin adalah ikan gabus.
Pemberian ekstrak ikan gabus 4.5 g disertai seng selama 14 hari pada pasien luka bakar,
dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen pasien luka bakar. Kebutuhan asam lemak
omega-3 : 1 g/hari.
• Monitoring
Dilakukan monitoring setiap hari meliputi: kondisi klinis, tanda vital, dan
Penyembuhan luka, toleransi saluran cerna, analisis asupan energy dan zat gizi,
pemeriksaan laboratorium, dan penunjang lainnya sesuai kondisi pasien, antropometri
(seminggu sekali, segera setelah edema berakhir), kapasitas fungsional, dan kebutuhan
nutrisi tindak lanjut saat pasien rawat jalan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. N DENGAN LUKA BAKAR
A. Pengkajian
I. BIODATA
a. Identitas Pasien
Inisial : Ny N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Medan
Tanggal Masuk RS : 15 Oktober 2023
No. Register : 90996472
Ruangan/Kamar : ULB
Golongan Darah : B+
Tanggal Pengkajian : 16 Oktober 2023
Tanggal Operasi :-
Diagnosis Medis : Flame Burn Injury mid to deep dermal TBSA 90% o/t
Head,Thorax,Abdomen,Upper and lower ekstermities
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny O
Hubungan dengan Pasien : Kakak Kandung
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Medan
II. KELUHAN UTAMA
Nyeri akibat Luka Post debridement akibat ledakan gas
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
a. Provocative/palliative
Apa penyebabnya : Ledakan Gas
Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
b. Quantity/quality
Bagaimana dirasakan : Pasien mengatakan nyeri dan sesak
Bagaimana dilihat : Pasien tampak meringis dan gelisah
c. Region
Dimana lokasinya : Badan yang terkena luka bakar
(wajah,lehertangan,kaki,badan)
Apakah menyebar : tidak
d. Severity : yang meringankan ialah pemberian obat fentanyl 300
mcg, 3 ml/jam
e. Time : Hilang timbul selama 10-15b menit
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Penyakit yang pernah dialami :-
b. Pengobatan/tindakan yang dilakukan :-
c. Pernah dirawat/dioperasi :-
d. Lamanya dirawat :-
e. Alergi :-
f. Imunisasi :-
Keterangan :
= Laki=laki
= Perempuan
= Klien
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
a. Bahasa yang digunakan : Indonesia
b. Persepsi pasien tentang penyakitnya : Klien mengatakan ini adalah cobaan dari
Allah
c. Konsep diri
1. Body image : baik
2. Ideal diri : baik
3. Harga diri : Harga diri rendah
4. Peran diri : baik
5. Personal identity : baik
d. Keadaan emosi : klien mudah menangis
e. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara : Klien mampu menatap lawan bicara
f. Hubungan dengan keluarga : baik
g. Hubungan dengan orang lain : baik
h. Kegemaran : Masak
i. Daya adaptasi :
j. Mekanisme pertahanan diri :
VII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan kepada dana leher
b. Keadaan umum :
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : mmHg
Suhu tubuh : 36 oC
Frekuensi denyut nadi : x/menit
Frekuensi pernafasan : x/menit
Tinggi badan : cm
Berat badan : kg
d. Pemeriksaan head to toe
1. Kepala dan rambut kepala
a) Bentuk : Bulat simetris
b) Ubun-ubun : Simetris
c) Kulit kepala : Berminyak
Rambut
a) Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut berminyak dan kasar
b) Bau : Rambut bau
c) Warna kulit kepala : Putih
Wajah
a) Warna kulit : Kulit wajah terdapat luka bakar, kondisi kulit bewarna
putih ke kuningan
b) Struktur wajah : licin
2. Mata
a) Kelengkapan dan kesimetrisan : mata simetris
b) Palpebra : normal
c) Konjngtiva dan sklera : normal tidak ada menunjukan gejala anemis
d) Pupil : normal
e) Cornea dan iris : normal
f) Visus :
g) Tekanan bola mata :
3. Hidung
a) Tulang hidung dan posisi septum nasi: simetris
b) Lubang hidung : simetris
c) Cuping hidung : normal
4. Telinga
a) Bentuk telinga : normal, terdapat luka bakar pada daun telinga
b) Ukuran telinga : normal
c) Lubang telinga : normal
d) Ketajaman pendengaran : mampu mendengar dengan baik
5. Mulut dan faring
a) Keadaan bibir : sekitar area bibir terdapat luka bakar
b) Keadaan gusi dan gigi : gigi tidak berlubang,gusi tidak bengkak
c) Keadaan lidah : lidah bersih
d) Orofaring :
6. Leher
a) Posisi trachea : simetris
b) Thyroid : tidak ada pembengkakan
c) Suara : normal
d) Kelenjar limfe :
e) Vena jugularis : teraba
f) Denyut nadi karotis : teraba
7. Pemeriksaan integument
a) Kebersihan : Seluruh kulit terkena luka bakar dan terbalut perban
b) Kehangatan : Normal
c) Warna : Luka bakar pada kulit bewarna merah
d) Turgor : seluruh permukaan kulit ditutup perban
e) Kelembaban : seluruh permukaan kulit ditutup perban
f) Kelainan pada kulit : -
8. Pemeriksaan payudara dan ketiak
a) Ukuran dan bentuk payudara : seluruh permukaan badan ditutup
perban
b) Warna payudara dan putting : seluruh permukaan badan ditutup
perban
c) Aksila dan clavicular : seluruh permukaan badan ditutup
perban
9. Pemeriksaan thoraks/dada
1. Inspkesi
thoraks
Pernapasan
a) Bentuk thoraks : normal
b) Frekuensi pernapasan : 18x/menit
c) Irama pernapasan : normal
d) Tanda kesulitan bernafas : terpasang ETT
Pameriksaan paru-paru
a) Palpasi getaran suara :
b) Perkusi :
c) Auskultasi :
Suara nafas : vesikular
Suara ucapan : normal
Suara tambahan :-
g. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
a. Bentuk abdomen : simetris, terdapat luka bakar diseluruh abdomen
dan terbalut perban
b. Benjolan massa :-
c. Bayangan pembuluh darah :-
2. Auskultasi
a. Suara peristaltik usus : normal
b. Frekuensi peristaltic usus : 25
3. Palpasi
Tidak dikaji karena seluruh badan pasien mengalami luka bakar dan terbalut
perban
4. Perkusi
1. Suara abdomen
2. Pemeriksaan ascites
h. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
1. Genitalia
a. Rambut pubis : Tidak ada luka bakar, rambut pubis hitam dan bersih
b. Lubang uretra : normal, terpasang kateter
c. Kelainan pada genitalia eksterna : -
2. Anus dan perineum
a. Lubang anus : normal tidak ada kelainan
b. Kelainan pada anus :-
c. Perineum : normal
i. Pemeriksaan musculoskeletal/ekstemitas
1. Kesimetrisan otot : normal
2. Edema : terdapat luka bakar
3. Kekuatan otot : lemah
4. Kelainan pada ekstremitas dan kuku : terdapat luka bakar dan terbalut
perban.
j. Pemeriksaan Neurologi
1. KIMIA KLINIK
3. pH 7.2777 7,35-7,45
DO : tidak adekuat
TD : 118/90mmHg
HR : 98x/menit; Gangguanventilasi
RR : 18x/menit;
DO :
- Terdapat luka bakar pada
daerah wajah dengan luas 3,5%,
leher depan belakang 2%,daerah
badan bagian depan dengan luas
18% dan punggung belakang
18% daerah tangan kanan
dengan luas 9% dan kiri dengan
luas 9% , paha kanan 15,5% dan
paha kiri luas 15%, luka tampak
kemerahan dan terbalut dengan
modern dresing. - Pasien
tampak meringis saat berpindah
posisi - Tampak lemas, gelisah,
tegang, dan pucat. - Skala nyeri
5 dari (1-10) rentang skala nyeri
yang diberikan
TD : 118/90mmHg
HR : 98x/menit;
RR : 18x/menit;
Temp : 36 C
SpO2 : 97%.
Terpasang ETT yang
terhubung ke ventilator
G. Diagnosa Keperawatan
dibantu ventilator
melalui
trakeostomi,
kental.
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Senin, 16 Oktober Nyeri Akut 1. Pemantauan nyeri Jam 16.30
2023 2. 2. Pemberian S :Pasien
Analgesik mengatakan nyeri
berhubungan
3. 3. Manajemen Nyeri pada area luka
4. Terapi relaksasi bakar, nyeri
dengan agen dirasakan hilang
timbul seperti
pencederaan fisik panas dan
tertusuk, nyeri
(terbakar) (D 0077) dirasakan lebih
berat jika
bergerak, merasa
takut untuk
merubah posisi
karena
takut nyeri.
- Merasa khawatir
dengan kondisi
yang dihadapi saat
ini
O :- Terdapat luka
bakar pada daerah
wajah dengan luas
3,5 leher depan
belakang 2%,daerah
badan bagian depan
dengan luas 18% dan
punggung belakang
18% daerah tangan
kanan dengan luas
9% dan kiri dengan
luas 9% , paha kanan
15,5% dan paha kiri
luas 15%, luka
tampak kemerahan
dan terbalut dengan
modern dresing.
- Pasien tampak
meringis saat
berpindah posisi
- Tampak lemas,
gelisah, tegang, dan
pucat.
- Skala nyeri 5 dari
(1-10) rentang skala
nyeri yang diberikan
TD :
118/90mmHgHR:
98x/menit; RR :
18x/menit; Temp :
36 C
SpO2 :97%.
Terpasang ETT
yang terhubung ke
ventilator
A : Nyeri Akut
P : Manajemen
nyeri dan
perawatan luka
bakar dilanjutkan
Selasa, 17 Oktober Gangguan 1. Monitor Jam 15.30
(SDKI D.0004) O : RR :
2. Melakukan
31x/menit, SpO2 :
suction
99%, pO2 : 97.7,
trakeostomi
4. Monitor saturasi
dibantu oleh alat
oksigen
ventilator,
5. Posisi pasien produksi sputum
supinasi berwarna kuning
dan kental
6. Monitor PO2 dan
A : masalah belum
PCO2
teratasi
:melanjutkan
intervensi pantau
respirasi setiiap
jam
Selasa, 17 Oktober Nyeri Akut 1. Pemantauan nyeri Jam 17.00
4. 2. Pemberian
2023 berhubungan Analgesik S = Klien
5. 3. Manajemen Nyeri
6. 4. Terapi relaksasi mengatakan
dengan agen
nyeri sudah
pencederaan fisik
mulai berkurang
(terbakar) (D 0077)
dan sudah mulai
bisa tidur
O = TD :
120/80, Spo2 :
99%, Hr : 79 ,
RR : 20, T: 36,
Pasien tampak
tenang
A = Nyeri akut
P = Intervensi
dilanjutkan
oksigen A : masalah
Sebagian teratasi
4. Posisi
P : intervensi
pasien supinasi
dilanjutkan,
pantaurespirasi
setiap jam
bisa tidur
O = TD :
120/80, Spo2 :
99%, Hr : 79 ,
RR : 20, T: 36,
Pasien tampak
tenang
A = Nyeri akut
P = Intervensi
dilanjutkan
REFERENSI
Anggowarsito, J. L. (2014). Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Jurnal WidyaMedika, 2(2),
115–120. Anggraeni, L., & Bratadiredja, M. A. (2018). Review Artikel: Tanaman Obat yang
Memiliki Aktivitas Terhadap Luka Bakar. Farmaka, 16(2), 51-59.