Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERADABAN ISLAM

PERADABAN ISLAM DI SPANYOL

Dosen Pengampu: Dr. Nia Wardhani, MA

1. Mardiana (202221035) Email: anamardiana5402@gmail.com

2. Nabila Riski Aulian(202221038) Email:nabilariskiaulia40150@gmail.com

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LHOKSEUMAWE

Abstrac

During the reign of the Umayyad Caliph, the expansion of Islam in various regions,
both East and West, was very successful. Under the leadership of Caliph Al-Walid Ibn Al-
Malik, one of the Umayyads based in Damascus, Muslims began to conquer the Iberian
peninsula. In the early 5th century AD, this region was controlled by the Vandals and became
known as Vandalusia. However, since 711 AD, the Iberian peninsula and southern France fell
into the hands of Islamic rulers appointed by Arabs and Barbarians. This region is known as
Andalusia. Spain has become the main place and golden bridge for Europe in adopting
Islamic civilization and achieving Islamic culture, both in political, social, economic and
inter-state relations aspects. During the period when Spain was under Islamic rule, Europe
experienced significant delays in the development of thought and science.

Abstrak

Pada masa pemerintahan Khalifah Bani Umayyah, ekspansi islam di berbagai


wilayah, baik Timur maupun Barat, sangat berhasil. Dibawah kepemimpinan Khalifah Al-
Walid Ibn Al-Malik, salah satu dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, umat islam
mulai menakhlukan semenanjung Iberia. Pada awal abad ke-5 Masehi, wilayah ini dikuasai
oleh bangsa Vandals dan dikenal sebagai Vandalusia. Namun, sejak tahun 711 Masehi,
semenanjung Iberia dan Selatan Prancis jatuh ketangan penguasa islam yang diangkat oleh
orang-orang Arab dan Barbar. Wilayah ini dikenal sebagai Andalusia. Spanyol menjadi
tempat utama dan jembatan emas bagi Eropa dalam mengadopsi peradaban islam dan
pencapaian budaya islam, baik dalam aspek politik, sosial, ekonomi, maupun hungan antar-

1
negara. Selama masa ketika spanyol berada dibawah kekuasaan islam, Eropa mengalami
keterlambatan signifikan dalam perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan.

PENDAHULUAN

Setelah priode klasik islam berakhir dan ketika islam mulai mengalami penurunan,
Eropa mulai mengatasi keterbelakangannya. Kemajuan ini tidak hanya terlihat di bidang
politik, tetapi juga dalam keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan ketika islam
mengalami kemunduran dan Eropa mulai bangkit, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi, perkembangan ini memberikan kontribusi penting terhadap keberhasilan
politik Eropa. Kemajuan dalam ilmu dan teknologi mendukung prestasi politok mereka.

Perkembangan Eropa ii juga sangat terkait dengan pengaruh islam si Spanyol. Islam
Spanyol berperan besar dalam mentransmisikan pengetahuan. Pada masa klasik ketika islam
mencapai puncaknya, Spanyol menjadi pusat penting dalam peradaban islam, bahkan
bersaing dengan Baghdad di Timur. Banyak orang kristen Eropa belajar di perguruan islam di
Spanyol menarik perhatian sejarawan dan memiliki dampak yang signifikan dalam
pertukaran pengetahuan antara budaya-budaya tersebut.

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI SPANYOL

Spanyol jatuh ke tangan umat islam pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid
(705-715 M), salah satu Khalifah dari Dinasti Bani Umayyah yang bermarkas di
Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat islam telah mengasai wilayah Afrika Utara
dan memasukkannya kedalam salah satu provinsi Dinasti Bani Umayyah. Pengambil alihan
penuh atas Afrika Utara terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik (685-705 M).
Khalifah Abdul Malik menunjuk Hasan Ibn Nu’man Al-Ghassani sebagai Gubernur di
wilayah tersebut. Kemudian, pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid Hasan Ibn Mu’man
diganto oleh musa Ibn Nushair.

Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid, Musa Ibn Nushair memperluas wilayah
kekuasaannya dengan menaklukan Aljazair dan Maroko. Selain itu, dia berhasil memperbaiki
hubungan dengan daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa barbar di pegunungan. Akibatnya,
mereka berjanji dan berkomitmen untuk tidak melakukan kekacauan seperti yang mereka
2
lakukan sebelumnya. Penaklukan wilayah Afrika Utara menjadi provinsi yang kuat adalah
sebuah pencapaian yang memakan waktu lama dalam priode pemerintahan Khalifah Bani
Umayyah, yakni selama 53 tahun, dimulai dari tahun 30 H (selama masa pemerintahan
Sufyan) hingga tahun 83 H (selama masa pemerintahan Al-Walid). 1

Dalam proses penaklukan Spanyol, ada tiga pahlawan islam yang dapat dianggap
sebagai pemimpin paling berjasa dalam mengordinasikan pasukan mereka. Mereka adalah
Thariq Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad, dan Musa Ibn Nhusair. Thariq bisa di anggap sebagai
pelopor dan penjelajahan karena ia memimpin pasukan perang melintasi selat yang
memisahkan Maroko dan bunua Eropa dengan satu kelompok prajurit. Dari mereka, lima
ratus orang adalah ksatria berkuda yang naik empat kapal yang disediakan oleh Julian.2

Dalam serangan itu, Thariq menghadapi sedikit atau bahkan tidak ada perlawanan
sama sekali. Ia meraih kemenangan dan pulang ke Afrika Utara dengan banyak harta
rampasan. Keberhasilan Thariq, bersama dengan krisis yang sedang berkecamuk didalam
kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol saat itu, serta hasrat besar untuk mendapatkan
harta perang, mendorong Musa Ibn Nusair pada tahun 711 M untuk mengirimkan pasukan
sebanyak 7.000 orang ke Spanyol di bawah komando Thariq Ibn Ziyad.3

Thariq Ibn Ziyad lebih terkenal sebagai penakluk Spanyol karena memiliki pasukan
yang lebih besar dan mencapai hasil yang lebih nyata. Pasukannya terdiri sebagoian besar
dari suku-suku Barbar yang di dukung oleh Musa Ibn Nusair, sementara sebgian lainnya
adalah orang Arab yang dikirim oleh Khalifah Al-Walid. Pasukan ini kemudian
menyeberangi selat di bawah komando Thariq Ibn Ziyad. 4 Mereka mendarat pertama kali di
sebuah gunung yang dikenal sebagai Gibraltar (Jabal Thariq), tempat mereka menyiapkan
pasukan. Dengan berhasil menguasai wilayah ini, pintu menuju Spanyol secara luas terbuka
bagi mereka.

Pasukan Thariq yang awalnya 7.000 orang, menjadi 12.000 orang setelah menerima
tambahan pasukan dari Musa ibn Nushair sebanyak 5.000 persone Pasukan Gothik yang
berjumlah 100.000 orang memang memiliki kekuatan yang besar. Namun, pada akhirnya,
penyerangan mereka ke Prancis dibatalkan dan mereka mundur setelah menghadapi Charles

1
A, Syalabi, islam sejarah dan kebudayaan, jilid 2, (jakarta: Pustaka Alhusna, 1983, cetakan pertama), hlm.154
2
Ibid., hlm.158
3
Philip K. Hitti, History of the Arabs, (london: Macmillan Press, 1970),hlm.493
4
Carl, Brockelmann, History of the Islamicpeoples, (london): Rotledge dan kegan paul, 1980), hlm. 161

3
Martel. Charles Martel dikenal karena memenangkan Pertempuran Tours pada tahun 732 M,
yang juga dikenal sebagai Pertempuran Poitiers, dan menghentikan ekspansi pasukan Muslim
di wilayah Prancis. Hal ini memiliki dampak besar pada sejarah Eropa.

Pada masa Bani Umayyah, ada serangkaian penyerangan dan penaklukan yang
dilakukan oleh pasukan Islam di berbagai wilayah, termasuk Avignon, Lyon, dan pulau-pulau
di Laut Tengah seperti Majorca, Corsica, Sardinia, Kreta, Rhodes, Cyprus, dan sebagian dari
Sicilia. Faktor-faktor eksternal dan internal memainkan peran penting dalam keberhasilan
ekspansi Islam pada saat itu.5

Faktor eksternal meliputi situasi politik dan sosial di wilayah-wilayah yang diserang,
ketidakstabilan dalam pemerintahan setempat, dan potensi konflik internal di kerajaan-
kerajaan tersebut. Faktor internal mencakup kekuatan militer yang terorganisir dengan baik,
strategi yang efektif, serta motivasi dan semangat para pejuang Selain itu, kepemimpinan
yang kuat, seperti Khalifah Umar ibn Abdil Aziz dan pemimpin militer seperti Abd Al-
Rahman ibn Abdullah Al-Ghafiqi, juga memainkan peran dalam kesuksesan ekspansi
tersebut. Ini adalah bagian penting dari sejarah yang memengaruhi perkembangan Eropa,
Timur Tengah, dan wilayah-wilayah sekitarnya.6

faktor eksternal yang Anda benar, faktor eksternal yang memengaruhi penaklukan
Spanyol oleh orang-orang Islam pada masa itu juga mencakup kondisi internal di Spanyol
sendiri. Situasi sosial, politik, dan ekonomi yang tidak stabil di Spanyol telah memfasilitasi
penaklukan tersebut. Secara politik, pecah belahnya wilayah Spanyol ke dalam beberapa
negara kecil membuatnya lebih mudah bagi pasukan Islam untuk mengambil alih wilayah-
wilayah tersebut satu per satu. Ketidakstabilan politik dan konflik internal di antara
penguasa-penguasa lokal juga melemahkan pertahanan Spanyol.7

Selain itu, sikap tidak toleran terhadap aliran agama yang berbeda, seperti Monofisit
dan Yahudi, juga menciptakan ketegangan dalam masyarakat Spanyol pada saat itu.
Diskriminasi dan penganiayaan terhadap penganut agama yang berbeda dapat memengaruhi
dukungan mereka terhadap penguasa setempat dan memudahkan bagi pasukan Islam untuk

5
A. Syalabi op.cit.,hlm.161
6
Harun Nasution, islam di tinjau dari berbagai aspeknya, jilid 1 (Jakarta: UI Press, 1985, cetakan
kelima),hlm.62
7
Thomas W.Arnold, sejarah da’wah islam, (jakarta: Wijaya, 1983), hlm, 118.

4
memperluas pengaruh mereka. Sejarah penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam adalah
hasil dari kombinasi faktor eksternal dan internal yang kompleks.8

Hal ini memainkan peran penting dalam perkembangan sejarah wilayah tersebut. Jika
Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut atau ingin mempelajari lebih lanjut tentang topik ini,
silakan beri tahu saya. penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam pada masa itu juga
mencakup kondisi internal di Spanyol sendiri. Situasi sosial, politik, dan ekonomi yang tidak
stabil di Spanyol telah memfasilitasi penaklukan tersebut.9

faktor internal dalam penaklukan wilayah Spanyol oleh orang-orang Islam mencakup
kondisi yang terdapat dalam tubuh pengasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para perajurit Islam
yang terlibat dalam kampanye tersebut. Ini adalah faktor-faktor internal yang memainkan
peran penting dalam keberhasilan penaklukan tersebut. Beberapa faktor internal yang relevan
meliputi:

1. Kepemimpinan yang Kuat: Kepemimpinan yang kuat dari pemimpin militer seperti Abd Al-
Rahman ibn Abdullah Al-Ghafiqi adalah faktor kunci dalam keberhasilan penaklukan.
Kemampuan strategi dan kepemimpinan yang efektif dapat memotivasi pasukan dan
mengarahkan mereka menuju tujuan yang diinginkan.

2. Motivasi Agama: Motivasi agama adalah faktor internal yang signifikan. Banyak pejuang
Islam yang terlibat dalam penaklukan tersebut melihatnya sebagai jihad, yaitu perang suci
dalam rangka meluaskan wilayah Islam. Keyakinan agama ini memberi semangat dan
ketekunan kepada pasukan.

3. Keorganisasian Militer: Keorganisasian militer yang baik dan pelatihan yang solid adalah
faktor internal lainnya. Pasukan Islam memiliki taktik yang terkoordinasi dengan baik dan
strategi yang efektif dalam menghadapi pasukan lawan.

4. Solidaritas Internal: Kesatuan dan solidaritas di antara pasukan Islam merupakan faktor
penting. Mereka memiliki tujuan bersama dan kerjasama yang baik di medan perang.

Semua faktor-faktor internal ini bersama-sama dengan faktor eksternal seperti situasi
politik di Spanyol telah berperan dalam keberhasilan penaklukan wilayah Spanyol oleh
orang-orang Islam pada masa itu.

8
Thomas W. Arnold, op, cit., hlm. 125
9
Ibid., hlm.120

5
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI SPANYOL

sejarah Islam di Spanyol dapat dibagi menjadi enam periode utama yang mencakup
lebih dari tujuh setengah abad. Inilah enam periode tersebut:

1. Priode Pertama (711-755 M)

Periode awal ketika pasukan Muslim yang dipimpin oleh Tariq ibn Ziyad menaklukkan
Spanyol pada tahun 711 M, membuka jalan bagi perkembangan Islam di wilayah ini.

2. Priode Kedua ( Kekhalifahan Cordoba 755-912 M)

Masa kejayaan ketika Spanyol menjadi bagian dari Kekhalifahan Cordoba. Ini adalah
periode perkembangan budaya, ilmiah, dan ekonomi yang signifikan di bawah
pemerintahan Muslim.10

3. Priode ketiga (Pembagian dan Keruntuhan 912-1013 M)

Setelah keruntuhan Kekhalifahan Cordoba, Spanyol Islam terpecah menjadi berbagai


taifas (kerajaan kecil) dan mengalami perang saudara serta tekanan dari penguasa
Kristen.11

4. Priode Keempat (Pemerintahan Almoravid dan Almohad (1013-1086 M)

Periode di mana dinasti Almoravid dan Almohad mencoba menguatkan kembali


kekuasaan Muslim di Spanyol.12

5. Priode Kelima (1086-1248 M)

Priode ini adalah periode panjang di mana kerajaan-kerajaan Kristen di Spanyol


berusaha merebut kembali wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Muslim.13

6. Priode Keenam (Jatuhnya Granada 1232-1492 M)

10
Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-tarikh al-islami wa al-hadharah al- islamiyah, jilid 4, (kairo: Maktabah Al-
Nahdhah Al-Mishriyah, 1979 M), hlm. 41-50
11
Jurji Zaidan, Tarikh al-tamaddun al-islami, juz III, (kairo : Dar Al- Hilal, tanpa tahun), hlm.200.
12
Bertold Spuler, op,cit., hlm. 106.
13
Ahmad Syalabi,op,cit., hlm.76.

6
Periode akhir di mana Granada, kerajaan Islam terakhir di Spanyol, jatuh ke tangan
Raja Katolik Ferdinand II dari Aragon dan Ratu Isabella I dari Castile pada tahun 1492,
menandai berakhirnya kekuasaan Islam di Spanyol.

Ini adalah sejarah yang sangat penting dalam perkembangan Spanyol dan wilayah
sekitarnya, yang mencerminkan pengaruh Islam yang kuat selama berabad-abad.

KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN ISLAM DI SPANYOL

1. Konflik Islam dengan Kriste

Faktanya, para penguasa Muslim yang memerintah Spanyol, terutama selama masa
Kekhalifahan Cordoba, cenderung menerapkan kebijakan toleransi terhadap orang-orang
Kristen dan Yahudi. Mereka mengenakan upeti atau pajak kepada penduduk non-Muslim dan
membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka. Meskipun ada toleransi
dalam banyak hal, konflik budaya dan agama tetap ada. Keberadaan Arab-Islam di Spanyol
memengaruhi perkembangan budaya dan identitas nasional Spanyol. Ini juga menyebabkan
konflik antara Islam dan Kristen, yang tercermin dalam Reconquista, usaha keras oleh
kerajaan-kerajaan Kristen untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang dikuasai oleh
Muslim.14

Pada abad ke-11, umat Kristen di Spanyol memang mengalami kemajuan pesat, terutama
selama periode Rekonquista. Ini adalah fase penting dalam sejarah Spanyol yang akhirnya
mengarah pada pengusiran Muslim dari semenanjung Iberia pada tahun 1492. Sejarah
Spanyol selama periode ini adalah contoh yang bagus dari bagaimana interaksi budaya,
agama, dan politik dapat membentuk perkembangan suatu negara dan masyarakat selama
berabad-abad.

2. Tidak Adanya Idiologi Pemersatu

Memang benar bahwa ada ketidaksetaraan dalam perlakuan terhadap orang-orang Arab
dan mukalaf (orang bukan-Arab yang memeluk Islam) di Spanyol Islam pada beberapa
periode. Penggunaan istilah "ibad" dan "muwalladun" dengan konotasi merendahkan dapat
mencerminkan ketidaksetaraan dalam masyarakat Muslim Spanyol. Ketidaksetaraan sosial

14
Luthfi Abd Al-Badi’, op,cit., hlm.10.

7
dan politik ini, bersama dengan ketidaksetujuan dan persaingan antar kelompok etnis dan
budaya, telah berdampak besar pada stabilitas sosio-ekonomi Spanyol Islam.

Kurangnya persatuan dalam ideologi dan figur yang dapat mewakili ideologi tersebut
dapat mengakibatkan ketegangan internal yang merusak perdamaian dan stabilitas. Sejarah
Spanyol selama masa itu mencerminkan kompleksitas hubungan antara berbagai kelompok
etnis, budaya, dan agama, dan juga menggambarkan tantangan dalam mencapai persatuan
dalam masyarakat yang beragam. Ini adalah topik yang sangat penting dalam studi sejarah
dan perkembangan sosial di wilayah tersebut. Terima kasih atas penjelasan Anda yang
mendalam mengenai sejarah ini.

3. Kesulitan Ekonomi

Pada beberapa titik dalam sejarah, para penguasa Muslim di Spanyol memusatkan
perhatian mereka pada pembangunan kota dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ini bisa
menjadi hasil dari kemakmuran yang mereka nikmati sebelumnya atau fokus pada
pencapaian budaya dan intelektual. Namun, sementara pengembangan ilmu pengetahuan dan
pembangunan kota adalah prestasi yang mengagumkan, dapat terjadi ketidakseimbangan
dalam manajemen ekonomi. Kurangnya perhatian terhadap perekonomian bisa
mengakibatkan kesulitan ekonomi yang serius. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas politik
dan kemampuan militer negara tersebut untuk melindungi wilayahnya.

Kondisi ekonomi yang tidak stabil dapat menyebabkan ketegangan dalam masyarakat dan
juga melemahkan kemampuan negara untuk mempertahankan diri dari ancaman eksternal.
Sejarah Spanyol Islam mencerminkan banyak perubahan dan tantangan yang dihadapi oleh
penguasa dan masyarakat selama berabad-abad, menciptakan gambaran yang kompleks dan
bervariasi dari perkembangan sejarah di wilayah tersebut.

4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan

Persaingan antara ahli waris dan ketidakstabilan dalam kepemimpinan dapat mengarah
pada konflik internal dan melemahkan kekuasaan sentral. Ketidakstabilan ini juga
memainkan peran penting dalam keruntuhan Kekhalifahan Cordoba dan munculnya "Muluk
Al-Thawaif" atau "Raja-raja Taifas," yang merupakan periode di mana berbagai kerajaan
kecil muncul di Spanyol Islam. Ini memecah-belah wilayah dan membuatnya lebih rentan
terhadap serangan dari penguasa Kristen.

8
Akhirnya, Granada, kerajaan Islam terakhir di Spanyol, juga jatuh akibat konflik internal
dan tekanan dari Raja Katolik Ferdinand dan Ratu Isabella. Kekuasaan yang terpecah-belah
dan perselisihan internal telah memengaruhi perkembangan sejarah Spanyol selama berabad-
abad dan merupakan faktor penting dalam penutupan babak sejarah Islam di wilayah tersebut.

5. Keterpencilan

Terletak di ujung barat dunia Islam, Spanyol Islam memang seringkali merasa terpencil
dari pusat-pusat kekuatan utama dunia Muslim di Timur Tengah. Selama beberapa periode,
Spanyol Islam mengandalkan bantuan dari Afrika Utara, terutama dalam upaya mereka untuk
menghadapi serangan dan kemajuan kerajaan-kerajaan Kristen di Semenanjung Iberia.

Ketidakmampuan untuk mendapatkan dukungan yang kuat dari dunia Islam yang lebih
luas mengakibatkan isolasi Spanyol Islam dalam pertempuran melawan Reconquista. Ini
membuatnya berjuang sendirian melawan kerajaan-kerajaan Kristen yang semakin kuat di
Spanyol. Isolasi ini adalah salah satu faktor yang berkontribusi pada berakhirnya dominasi
Islam di Spanyol pada tahun 1492 ketika Granada jatuh ke tangan Raja Katolik Ferdinand
dan Ratu Isabella. Hal ini juga menyoroti kompleksitas geopolitik dan sejarah yang dapat
memengaruhi nasib sebuah wilayah dalam konteks yang lebih luas.

Kesimpulan

Spanyol jatuh ke tangan umat islam pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid
(705-715 M), salah satu Khalifah dari Dinasti Bani Umayyah yang bermarkas di
Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat islam telah mengasai wilayah Afrika Utara
dan memasukkannya kedalam salah satu provinsi Dinasti Bani Umayyah. Pengambil alihan
penuh atas Afrika Utara terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik (685-705 M).
Khalifah Abdul Malik menunjuk Hasan Ibn Nu’man Al-Ghassani sebagai Gubernur di
wilayah tersebut. Kemudian, pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid Hasan Ibn Mu’man
diganto oleh musa Ibn Nushair.

sejarah Islam di Spanyol dapat dibagi menjadi enam periode utama yang mencakup
lebih dari tujuh setengah abad. Inilah enam periode tersebut:

1) Priode Pertama (711-755 M)

9
2) Priode Kedua ( Kekhalifahan Cordoba 755-912 M)

3) Priode ketiga (Pembagian dan Keruntuhan 912-1013 M)

4) Priode Keempat (Pemerintahan Almoravid dan Almohad (1013-1086 M)

5) Priode Kelima (1086-1248 M)

6) Priode Keenam (Jatuhnya Granada 1232-1492 M)

Kemunduran dan kehancuran islam di spanyol

1. Konflik Islam dengan Kriste

2. Tidak Adanya Idiologi Pemersatu

3. Kesulitan Ekonomi

4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan

5. Keterpencilan

DAFTAR PUSTAKA

10
A Syalabi, islam sejarah dan kebudayaaan, jilid 2, (jakarta: Pustaka Alhusna,1983,
cetakan pertama), hlm.154
Philip K. Hitti, History of the Arabs , (london: Macmillan Press, 1970), hlm. 493.
Carl, Brockelmann, History of the Islamicpeoples, (london): Rotledge dan Kegan Paul,
1980), hlm. 161.
A Harun Nasution, islam di tinjau dari berbagai aspeknya,jilid 1 (jakarta: UI press, 1985,
cetakan kelima), hjm.62.
Thomas W. Arnold, sejarah da’wah islam, (jakarta: Wijaya, 1983), hlm. 118.
Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-tarikh al-islami wa al-hadharah al- islamiyah, jilid 4, (kairo:
Maktabah Al- Nahdhah Al-Mishriyah, 1979 M), hlm. 41-50.

11

Anda mungkin juga menyukai