Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TEORI JARINGAN SOSIAL DAN DUKUNGAN


SOSIAL, ASPEK SOSIAL DALAM KESEHATAN
REPRODUKSI DAN KELUARGA

DIBUAT OLEH :
Lia Aprilia Wardianti (2213201019)
DOSEN PENGAMPU:
Adi Cahya Murfi M.K.M
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
KATA PENGANTAR

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

Pertama-tama kami mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat, bimbingan, dan pertolongan-Nya
sehingga Makalah yang berjudul “teori jaringan sosial dan dukungan
sosial, aspek sosial dalam kesehatan reproduksi dan keluarga” ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Salawat dan salam kepada panutan kebenaran,Nabi Muhammad
SAW yang membimbing hamba-hambanya menuju kehadirat Sang
Pencipta dalam naungan cahaya suci.
Dalam penyusunan makalah ini,tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang dihadapi oleh penulis. Mulai dari penyusunan kata-
katanya hingga sampai pada referensi yang menjadi acuan oleh penulis,
namun dengan bantuan, bimbingan, dorongan, dan petunjuk dari
berbagai pihak, akhirnya semua hambatan dan rintangan tersebut dapat
teratasi dengan baik.
Akhirnya, dengan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,kepada para pengguna dan pendidik, penulis selalu
mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................4
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................................4
BAB II....................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
2.1. Teori Jaringan Sosial dan Dukungan Sosial............................5
2.2. Aspek Sosial................................................................................9
2.3. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga.....................................12
2.4. Masalah Aspek Sosial dalam Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga....................................................................................16
BAB III PENUTUP.............................................................................21
3.1. Kesimpulan...............................................................................21
3.2. Saran..........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................22

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan
manusia .Di eraglobalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang
begitu ekstrem menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial
budaya
Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan
masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan
lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.Disadari atau tidak,
faktor-faktor kepercayaan atau pengetahuan budaya seperti konsepsi-
konsepsi mengenai berbagai pantangan,hubungan sebab- akibat antara
makanan kondisi sehat-sakit,kebiasaan dan ketidaktahuan,seringkali
membawa dampak baik positif maupun negatif terhadapa kesehatan ibu da
anak.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini,adalah:
Teori jaringan sosial dan dukungan sosial
kesehatan reproduksi dan Keluarga
-Aspek sosial dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Jaringan Sosial dan Dukungan Sosial

Istilah integrasi sosial telah digunakan untuk menunjuk pada adanya


ikatan sosial.istilah jaringan sosial mengacu pada jaringan hubungan sosial
yangan mengelilingi individu.Ketentuan dukungan sosial merupakan salah
satu fungsi penting hubungan sosial,jaringan sosia adalah keterkaitan
dukungan antara orang-orang yang mungkin (atau mungkin tidak)
memberikan dukungan sosial dan yang dapat melayani funsi selain
memberikan dukungan.
Dukungan sosial telat di definisikan dan di ukur dengan berbagai
cara.menrut Home (1981),dukungan sosial adalah komten fungsional
hubungan yang dapatdikategorikan kedalam empat jenis perilaku pendukung
yang mendukung:
 Dukungan emosional melibatkan penyediaan empati, cinta, kepercayaan,
dan perhatian.
 Dukungan instrumental melibatkan penyediaan bantuan dan layanan
yang nyata yang secara langsng membantu seseorang yang
membutuhkan.
 Dukungan informasi melibatkan penyediaan saran,dan informasi yang
dapat digunakan seseorang untuk mengatasi masalah.
 Dukungan penilaian melibatkan penyediaan informasi yang berguna
untuk tujuan evaluasi diri,dengan kata lain,umpan balik yang konstruktif,
penegasan dan perbandinga sosial.

5
Konsep Devinisi

Jaringan sosial Jaringan hubungan sosial yang


berpusat pada orang
Karakteristik jaringan sosial
yang dipilih:
Timbal balik Sejauh mana sumber daya dan dukungan
diberikan dan diterima dalam suatu
hubungan
Intensitas Sejauh mana hubungan sosial
menawarkan kedekatan emosional
Kerumitan Sejauh mana hubungan sosial
menyelamatkan banyak fungsi
Kepadatan Sejauh mana anggota jaringan
mengetahui dan berinteraksi satus sama
lain
Homogenitas Luasnya anggota jaringan yang
demografis serupa
Dispersi geografis Luasnya anggota jaringan yang tinggal
berdekatan dengan focal person
Dukungan sosial Bantuan dan bantuan ditukar melalui
hubungn sosial dan transaksi
interpersonal
Jenis dukungan sosial:
Bantuan emosional Ungkapan empati,cinta,kepecayaan,dan
kepedulian
Dukungan instrumental Bantuan layanan yang nyata
Dukungan informasi Nasihat saran dan informasi
Dukungan penilaian Infprmasi yang berguna untuk evaluasi
diri

MODEL KONSEPTUAL HUBUNGAN JARINGAN SOSIAL DAN


DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KESEHATAN
Mekanisme yang di lalui jejaring sosial dan dukungan sosial mungkin
memiliki dampak positif terhadap kesehatan fisik, mental, dan sosial yang
dirangkum dalam Gambar 9.1. Model tersebut menggambarkan jejaring

6
sosial dan dukungan sosial sebagai titik awal pemrakarsa arus sebab akibat
menuju hasil kesehatan. Sebenarnya, banyak hubungan yang ada pada
gambar 9.1 mengandung pengaruh timbal balik; Misalnya, status kesehatan
akan mempengaruhi sejauh mana seseorang mampu mempertahankan dan
memobilisasi jaringan

JARINGAN SOSIAL DAN INTERVENSI DUKUNGAN SOSIAL


Jenis intervensi Contoh kegiatan Referensi yang
intervensi dipilih
Meningkatkan  Pelatihan anggota Heaney, 1991
hubungan jaringan dalam
jaringan sosial yang keterampilan untuk Sandler and others
ada memberikan 1992 Wing and
dukungan. Jeffery, 1999
 Pelatihan individu
fokus
dalam memobilisasi
dan
mempertahankan
jaringan sosial.

7
 Pendekatan
sistem
(misalnya. konseling
perkawinan dan
terapi .keluarga)
Mengembangkan  Membuat hubungan Heller and others,
jejaring sosial baru dengan mentor 1991
 Mengembangkan Helgeson and gottlieb,
sistem persahabatan 2000 Chelsler and
 Mengkoordinasikan Chesney, 1995
kelompok swadaya
Meningkatkan  Identifikasi Eng and hatch, 1991
jaringan pembantu alami
melalui penggunaan di masyarakat Earp and others, 1997
tenaga  Analisis jaringan
alami asli sosial alami yang
ada
 Pelatihan pembantu
alam dalam topik
kesehatan dan
strategi pemecahan
masalah masyarakat
Meningkatkan  Identifikasi jaringan Minkler, 2001
jaringan yang tumpang tindih
melalui di dalam masyarakat Boutilier, cleverly and
pengembangan  Pemeriksaan labonte, 2000
kapasitas karakteristik jaringan
masyarakat dan sosial anggota
masyarakat kelompok sasaran
pemecahan masalah yang dipilih
 Fasilitasi identifikasi
masalah masyarakat
yang sedang
berlangsung dan
pemecahan masalah

8
2.2. Aspek Sosial
A. DEVINISI
Pengertian Sosial adalah Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu
'socius' yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang
dalam kehidupan bersama (Salim, 2002). Sudaro (dalam Salim, 2002)
menekankan pengertian sosial pada strukturnya, yaitu suatu tatanan dari
hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan
pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) didalam
posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma
yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu.
Cakupan sosial menurut Sudarno ada dua yaitu interaksi sosial dan
hubungan sosial. Interaksi sosial didefenisikan sebagai interaksi
lembaga sosial, individu, dalam tata hubungan yang dikendalikan oleh
kepentingan tertentu (Salim, 2002), sedangkan Soerjono Sockanto
mendefenisikan interaksi sebagai hubungan timbal balik antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok
dengan kelompok (Ibrahim, 2003). Hubungan sosial merupakan
hubungan antara lembaga. individu yang bersifat umum yang memiliki
dasar kegiatan kemasyarakatan (Soedarno dalam Salim, 2002).
B. Perubahan Sosial Budaya
Dalam teori HL blum tentang status ksehatan,maka dijelaskan tentang
1. beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain:
Lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik. sosial budaya
ekonomi prilaku,keturunan,dan pelayanan kesehatan
2. Belum juga menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut
tidak saja mempengaruhi status kesehatan, tetapi juga
mempengaruhi perilaku kesehatan. Sebagaimana kita ketahui
bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang
mempunyai latar budaya yang beraneka ragam lingkungan budaya
tersebut sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki
budaya tersebut, sehingga dengan beranekaragam
budaya,menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala
hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.

9
Dengan masalah tersebut,maka petugas kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang
beraneka ragam, perlu sekali mengetahui budaya dan masyarakat yang
dilayaninya,agar pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat akan memberikan hasil yang optimal yaitu meningkatkan
kesehatan masyarakat
C. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Kesehatan
Determinan Sosial yang mempengaruhi Kesehatan:
 Pendapatan dan ekonomi: kesempatan kerja, akses pendidikan
Lingkungan sosial dan status sosial: jaringan yang mendukung,
paparan terhadap diskriminasi • Lingkungan fisik
 Budaya dan faktor masyarakat kesehatan diri dan praktik seksual,
gender, ras. tekanan dan perilaku masyarakat, biologi, genetik
 Pelayanan kesehatan : akses yang setara dalam aspek pengobatan
dan pencegahan melalui pendekatan gender dan sosial budaya,
pelayanan yang mendukung akses tersebut.
Menurut H. Ray Elling (1970) dan G.M Foster (1973) aspek sosial yang
akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam bidang kesehatan
diantaranya adalah:
a. Pengaruh self Concept terhadap perilaku Self Concept ditentukan
oleh tingkatan kepuasan yang dirasakan oleh diri sendiri terutama
bagaimana cara individu itu dapat merefleksikan kepuasannya
kepada orang lain. Apabila orang lain merasakan kepuasan yang
kita berikan direspon sebagai hal yang positif maka orang lain akan
merasakan kepuasan yang yang sama. Tetapi sebaliknya apabila
kepuasan yang kita berikan direspon negatif oleh masyarakat maka
dalam jangka waktu lama masyarakat akan merasa tidak puas.
Kondisi semacam ini kita harus melakukan promosi bagai mana
tingkat kepuasan yang kita terima akan direspon positip bagi orang
lain. Misal : apabila kita merasa puas dengan sistem kartu gosok
pendaftaran, sedangkan orang lain merasa lebih repot, maka Rumah
Sakit harus melakukan upaya penjelasan sistem tersebut justru akan
lebih memudahkan. Self Contact adalah hal yang penting dalam
upaya kesehatan, karena akan mempengaruhi perilaku masyarakat

10
b. Pengaruh Image kelompok terhadap perilaku kesehatan Image
perorangan akan sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai
Contoh: seorang guru apabila sakit akan berobat ke dokter,
sedangkan bapak petani apabila sakit pergi ke dukun, maka akan
berpengaruh pada keluarga petani juga akan berobat ke dukun,
walaupun sekolah menganjurkan ke Puskesmas.Image masyarakat
bahwa patah tulang harus disembuhkan pada dukun sangkal putung
maka apabila ada keluarga kita patah tulang akan dibawa ke sangkal
putung bukan ke dokter orthopedia
c. Pengaruh Indentifikasi Individu dalam kelompok terhadap perilaku
kesehatan Beberapa indentitas sosial yang mempengaruhi status
kesehatan diantaranya:
1. Umur
2. Jenis kelamin.
3. Pekerjaan.
4. Sosial ekonomi
Dalam segi epidemiologi faktor individu sangat berpengaruh dalam
status kesehatan disamping, lingkungan dan agent.Indentifikasi tersebut
akan mempengaruhi dalam pembentukan kelompok sosial dan cara
aktifitasnya, dimana kelompok sosial kemudian membentuk budaya
perilaku kelompok Contoh Perilaku anak muda yang merokok dimulai
dari individu dalam kelompok, Kelompok kerja dengan debu akan
merangsang orang lain pakai masker dll. Perilaku kelompok suatu desa
lebih senang BAB disungai ternyata ketika mereka BAB di sungai
terbiasa terjadi transaksi pekerjaan, perjodohan dll. sehingga walaupun
dibuatkan tempat BAB yang baik mereka tetap akan kembali disungai
Jika dilihat dari aspek umur, maka ada perbedaan golongan penyakit
berdasarkan golongan umur, misalnya dikalangan balita banyak yang
menderita penyakit infeksi, sedangkanpada golongan dewasa atau usia
lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis. Demikian juga dengan
aspek golongan menurut jenis kelamin, dikalangan wanita lebih banyak
menderit kanker payudara.sedangkan pada pria,lebih banyak menderita
kanker prosat. Begitu juga dengan jenis pekerjaan, dikalangan petani
lebih banyak menderita penyakit cacingan, karena aktifiasnya banyak
dilakukan disawah, sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak
11
menderita penyakit salura pemafasan karena banyak terpapar debu.
Keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola
penyakit.bahkan juga berpengaruh pada kematian, misalnya angka
kematian lebih tinggi pada golongan yang status ekonominya rendah
dibandingkan dengan status ekonominya tinggi. Demikian juga obesitas
lenih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonominya
tinggi.

2.3. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


A. Definisi
Menutut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah
kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan. Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sejahtera fisik.mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Menurut Depkes RI, 2000
kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat,
fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi
bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana
seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
sebelum dan sesudah menikah..Keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota
keluarga (Duvall dan Logan, 1986). Keluarga adalah dua atau lebih
individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978).Keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

12
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen
Kesehatan RI, 1988).

13
B. Ruang Lingkup
Menurut Depkes RI (2001) ruang lingkup kesehatan reproduksi
sebenarnya sangat luas, sesuai dengan definisi yang tertera di atas,
karena mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga
mati. Dalam uraian tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang
lebih rinci digunakan pendekatan siklus hidup (life- cycle approach),
sehingga diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat
dilaksanakan. Secara lebih luas, ruang lingkup kespro meliputi:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
trmasuk PMS-HIV/AIDS
4. Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks,
mutilasi genetalia, fistula dll.
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup
kesehatan reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti
memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi
pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar-fase kehidupan
tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap
fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik
maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya
1. Ibu hamil dan konsepsi
2. Bayi dan anak
3. Remaja
4. Usia subur
5. Usia lanjut

C. Hak Reproduksi
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang,
baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas
14
sosial, suku, umur, agama, dll) untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab (kepada diri. keluarga, dan masyarakat) mengenai
jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan waktu kelahiran anak dan
akan melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan akan
hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia internasional (Depkes RI.
2002).
Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan
secara praktis, antara lain:
1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan
reproduksi yang terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin
keselamatan dan keamanan klien
2. Setiap orang perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau
sebagai individu) berhak memperoleh informasi selengkap-
lengkapnya tentang seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek
samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk
pelayanan dan/atau mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang
aman.efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa
paksaan dan tidak melawan hukum.
4. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam
menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang
sehat.
5. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan yang
didasari penghargaan
6. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan
kondisi yang diinginkan bersama tanpa unsure pemaksaan, ancaman,
dan kekerasan
7. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh
informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat
berperilaku sehat dalam menjalani kehidupan seksual yang
bertanggungjawab 8. Setiap laki-laki dan perempuan berhak
mendapat informasi dengan mudah,lengkap, dan akurat mengenai
penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS

15
Menurut ICPD (1994) hak-hak reproduksi antara lain:
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak 6. Hak atas
kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya
6. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan
seksual
7. Hak mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
8. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan
dan kehidupan reproduksinya
9. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
10. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi
11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
Menurut Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual
adalah:
1. Hak untuk hidup
2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4. Hak privasi
5. Hak kebebasan berpikir
6. Hak atas informasi dan edukasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak
9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena
politik
12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

16
17
D. Bagaimana Hak Reproduksi dapat Terjamin?
1. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan
individu yang menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan
kesehatan seksualnya terpenuhi;
2. Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan
untuk mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang
berhubungan dengan sekualitas dan masalah reproduksi; dan
3. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui
haknya, mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini
serta membangun dukungan atas hak-hak tersebut melalui
pendidikan dan advokasi.
4. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan
ini diambil dari hasil kerja International Women's Health Advocates
Worldwide.
5. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta
mengetahui bahwa kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan
saling terkait satu dengan yang lain.
Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:
1. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat.
terbebas dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan,
kesakitan, atau kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan
seksualitas
2. Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan
keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan
menjaga kehamilan sampai waktu persalinan Mendorong dan
membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika mereka
menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri.
2.4. Masalah Aspek Sosial dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
1. Masalah kematian Ibu dan Anak
Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan
kesehatan ibu di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian ibu
yang berhubungan dengan persalinan. Menghadapi masalah ini maka

18
pada bulan Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang
mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan kesehatan wanita
terutama pada masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator pembangunan kesehatan dan
indikator pemenuhan hak reproduksi perempuan serta kualitas
pemanfaatan kesehatan secara umum. Salah satu penyebab tingginya
angka kematian ibu di Indonesia adalah keterbatasan pengetahuan
masyarakat tentang perawatan kehamilan dan adanya pengaruh budaya
yang telah diwariskan leluhur secara turun-temurun. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Wa Ode Puji Lestari 2016 di wilayah
pesisir Kecamatan Abeli (studi kasus) Kota Kendari dalam perawatan
kehamilan ibu hamil rutin memeriksakan kehamilan di puskesmas, masih
ada kepercayaan berpantang makanan dan anjuran makanan dan masih
adanya peran dukun bayi dimanfaatkan untuk mengurut perut terutama
dalam acara yang berkaitan dengan perawatan kehamilan.

2. Kekerasan dalam Rumah Tangga


Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi tren
kehidupan masyarakat sejak dahulu sampai sekarang. KDRT terjadi
pada seluruh lapisan masyarakat, kelas bawah dan paling Bawah (lower
and lower-lower class), kelas menengah (middle class) dan kelas atas
(high class).Hasil survei Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
tahun 2006 oleh BPS dan Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan menyebutkan bahwa sebanyak 51.1 persen pelaku KDRT
adalah suami, 11,7 persen orang tua/mertua, anak/cucu. dan famili).
19,6 persen tetangga, 2,5 persen atasan majikan, 2,9 persen rekan kerja.
0,2 persen guru, dan 8,0 persen pelaku lainnya (sumber BPS, 2000: 24)
Narkoba dan seks Bebas Pada Remaja Penelitian yang dilakukan oleh
Lembaga Studi Cintadan Kemanusiaan (LSCK) yang melibatkan
respondensebanyak 1.660 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di
Yogyakarta mendapatka hasil bahwa 97,5% dari responden mengaku
telah melakukan perilaku seksualpranikah (Administrator, 2011)
Penelitian lainnya oleh LSM Sahara Indonesia terhadap 1000 orang
mahasiswa dikota Bandung pada tahun 2002 menemukan bahwa
44,8%mahasiswi remaja kota Bandung sudah pernah melakukan

19
hubungan intim. (Masunah. 2012) Faktor penyebab seks bebas yang
dialami remaja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:
a. Faktor Intemal. Faktor internal atau lebih lazimnya dari dalam diri
seseorang remaja itu. Keinginan untuk dimengerti lebih dari orang
lain bisa menjadi penyebab remaja melakukan tindakan
penyimpangan, sikap yang terlalu merendahkan diri sendiri atau
selalu meninggikan diri sendiri, jika terlalu merendahkan diri
sendiri orang remaja lebih mencari jalan pintas untuk
menyelesaikan sesuatu dia beranggapan jika saya tidak begini saya
bisa dianggap orang lain tidak gaul, tidak mengikuti perkembangan
zaman.
b. Faktor Eksternal. Faktor Eksternal/ faktor dari luar pribadi
seseorang remaja. Faktor paling terbesar memberi terjadinya prilaku
menyimpang seseorang remaja yaitu lingkungan dan sahabat.
Seseorang sahabat yang sering berkumpul bersama dalam satu
geng, otomatis dia akan tertular oleh sikap dan sifat kawannya
tersebut. Kasih sayang dan perhatian orang tua tidak sepenuhnya
tercurahkan. membuat seorang anak tidak betah berada di dalam
rumah tersebut, mereka lebih senang untuk berada di luar bersama
kawan-kawannya. Apalagi keluarga yang kurang harmonis dan
kurangnya komunikasi dengan orang tua dapat menyebabkan
seorang anak melakukan penyimpangan sosial serta seks bebas
yang melanggar nilai-nilai dan norma sosial. Apabila ayah dan ibu
mereka yang memiliki kesibukan di luar rumah akan membuat
anak-anak remaja semakin menjadi-jadi, sehingga mereka merasa
tidak diperdulikan lagi.Selain faktor internal dan eksternal di atas,
ada juga faktor lain yang secara umum dapat menyebabkan
terjadinya seks bebas yaitu:
Pergaulan.
Kita tahu pergaulan punya pengaruh besar terhadap perilaku kita.
Maka jika seseorang mempunyai lingkungan pergaulan dari
kalangan teman- teman yang suka melakukan seks bebas, maka dia
juga bisa terpengaruh dan akhirnya ikut melakukan seks
bebas.Pengaruh materi pornografi (film, video, internet dsb). Jika
seseorang berulang kali mengakses materi pornografi, maka ini bisa
mendorong terjadinya perilaku seks bebas.Pengaruh obat narkoba
20
dan alkohol. Seseorang yang bebas dari pengaruh narkoba dan
alkohol bisa berfikir jemih dan ini mencegah dia melakukan
perilaku berisiko. Dalam keadaan dipengaruhi oleh narkoba dan
alkohol, maka pemikiran jernih bisa menurun dan ini bisa
mendorong terjadinya perilaku seks bebas.Jadi kombinasi dari
sejumlah faktor diataslah yang merupakan penyebab seks bebas dan
bukan kondom. Jadi untuk mereka yang khawatir bahwa kondom
akan mendorong seks bebas, marilah merenungkan kembali hal ini
dengan jernih dan bijaksana. Adalah sangat kecil kemungkinannya
bahwa hanya gara-gara tahu tentang kondom atau menerima
pembagian kondom gratis maka seseorang mendadak lalu jadi
berani jajan seks atau melakukan hubungan seks
berisiko.Pendekatan sosial kesehatan Reproduksi disamping
bervariasi pada tingkat sosial, juga bervariasi pada metode yang
digunakan. Ilmu-ilmu sosial mempunyai dua macam metode,yaitu
metode kuantitatif dan metode kualitatif.
Metode Kuantitatif
Mengutamakan pengumpulan besar angka melalui pendekatan
survai, analisis dengan statistika-matematika,disajikan dalam bentuk
tabel dan diagram.
Metode Kualitatif
mengutamakan pengumpulan data melalui wawancara terbuka,
observasi partisipasi dan focus group discussion(FGD). Analisis
kualitatif tidak menggunakan perangkat statistik dan data yang
dihasilkan dapat berbentuk keterangan verbal (Sudarti et al. 1987:
iii-iv).Kedua metode tersebut masingmasing mempunyai
keuntungan dan kerugian.
Metode kuantitatif dipandang menguntungkan karena antara lain:
jumlah responden banyak,dapat menjangkau responden yang
tersebar. Metode ini juga menyandang kelemahan, yang antara lain
adalah biaya relatif mahal, informasi yang digali terasa
dangkal,tidakmendalam.
Metode kualitatif mempunyai Keuntungan antara lain informasi
dapat digali secara mendalam, biaya relatif murah,mempunyai

21
metode dokumentasi yang baik,keterlibatan peneliti sangat besar di
dalam penelitian sehingga memberikan data yang akurat.Metode ini
tidak lepas dari kelemahan, yakni antara lain: adanya tradisi untuk
mengumpulkanterlalu banyak data, ... wawancara membutuhkan
orang yang terlatih (Sudartiet al., 1987: iii-iv). Kriteria yang paling
penting dalam pemilihan metodologi adalah tujuan penelitian
karena metode yang kita gunakan harus dapat menghasilkan data
yang tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian.Biasanya metode kuantitatif digunakan untuk
menggambarkan besarnya dan distribusi masalah, misalnya: jumlah
kehamilan, distribusi praktik aborsi,distribusi tingkat kesehatan
reproduksi tergantung kelompok ekonomi dan tingkat pendidikan,
dan hubungan antara perubahan ekonomi dengan pertambahan
penduduk. Metode kualitatif lebih banyak dipakai untuk
mengetahui pendapat dan perilaku responden terhadap satu hal atau
lebih,misalnya: perilaku seksual pelanggan pekerja seks, pendapat
ibu rumah tangga tentang AIDS, danpengalaman klien dengan
kualitas pelayanan kontrasepsi.

22
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Mekanisme yang di lalui jejaring sosial dan dukungan sosial memiliki
dampak positif terhadap kesehatan fisik, mental, dan sosial serta
memiliki hubungan timbal balik satu dengan yang lainnya.
2. Aspek sosial memiliki pengaruh yang besar dalam masalah kesehatan
reproduksi dan keluarga
3.2. Saran
Uraian sebelumnya telah memperlihatkan bahwa dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan reproduksi dan keluarga melalui program-
program pembangunan kesehatan perlu memperhatikan aspek-aspek sosial-
budaya masyarakat. Menempatkan petugas kesehatan dan membangun
fasilitas kesehatan semata tidaklah cukup untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan reproduksi di suatu daerah. Seperti diketahui ternyata perilaku-
perilaku kesehatan di masyarakat baik yang menguntungkan atau merugikan
kesehatan banyak sekali dipengaruhi oleh faktor sosial budaya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Buku The Adolescent Health National Symposia; Current Challenges in


Management.
Buku Keluaran dari BKKBN (Bahan Buku Saku Sosialisasi KB Pria)
Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Muzaham, F. (1995). Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta: UI Press.
Bobak, I. M. Lowderwilk. D. L. L., Jensen, M. D. (2005). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas (terjemahan, edisi 4). Jakarta: EGC
Friedman, M. M (1992). Keperawatan keluarga. Teori dan Praktik, edisi ketiga.
Jakarta: EGC.
Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan "Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan dalam Rumah Tangga", Jakarta Utara, pada 4 Juli 2012 di Rawa Badak,
Jakarta Utara.
Masunah, Juju. 2012. Profil Pendidikan, Kesehatan, dan Sosial Remaja Kota
Bandung: Masalah dan Alternatif Solusinya.
http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil...a Kota Bandung Masalah dan
Alternatifnya.pdf. Bandung :LPPM Universitas Pendidikan Indonesia. (15
September 2017)
Kuntjoro, Z. S. (2002), Dukungan pada Lansia. Dibuka pada tanggal 2 Desember
2006, dari http://www.e-psikologi.com/usia/160802.htm
Salim, A. (2002), Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana
jurnal pendekatan sosial dalam penelitian kesehatan reproduksi:RosaliaSciortino

24

Anda mungkin juga menyukai