DIBUAT OLEH :
Lia Aprilia Wardianti (2213201019)
DOSEN PENGAMPU:
Adi Cahya Murfi M.K.M
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................4
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................................4
BAB II....................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
2.1. Teori Jaringan Sosial dan Dukungan Sosial............................5
2.2. Aspek Sosial................................................................................9
2.3. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga.....................................12
2.4. Masalah Aspek Sosial dalam Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga....................................................................................16
BAB III PENUTUP.............................................................................21
3.1. Kesimpulan...............................................................................21
3.2. Saran..........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................22
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Konsep Devinisi
6
sosial dan dukungan sosial sebagai titik awal pemrakarsa arus sebab akibat
menuju hasil kesehatan. Sebenarnya, banyak hubungan yang ada pada
gambar 9.1 mengandung pengaruh timbal balik; Misalnya, status kesehatan
akan mempengaruhi sejauh mana seseorang mampu mempertahankan dan
memobilisasi jaringan
7
Pendekatan
sistem
(misalnya. konseling
perkawinan dan
terapi .keluarga)
Mengembangkan Membuat hubungan Heller and others,
jejaring sosial baru dengan mentor 1991
Mengembangkan Helgeson and gottlieb,
sistem persahabatan 2000 Chelsler and
Mengkoordinasikan Chesney, 1995
kelompok swadaya
Meningkatkan Identifikasi Eng and hatch, 1991
jaringan pembantu alami
melalui penggunaan di masyarakat Earp and others, 1997
tenaga Analisis jaringan
alami asli sosial alami yang
ada
Pelatihan pembantu
alam dalam topik
kesehatan dan
strategi pemecahan
masalah masyarakat
Meningkatkan Identifikasi jaringan Minkler, 2001
jaringan yang tumpang tindih
melalui di dalam masyarakat Boutilier, cleverly and
pengembangan Pemeriksaan labonte, 2000
kapasitas karakteristik jaringan
masyarakat dan sosial anggota
masyarakat kelompok sasaran
pemecahan masalah yang dipilih
Fasilitasi identifikasi
masalah masyarakat
yang sedang
berlangsung dan
pemecahan masalah
8
2.2. Aspek Sosial
A. DEVINISI
Pengertian Sosial adalah Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu
'socius' yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang
dalam kehidupan bersama (Salim, 2002). Sudaro (dalam Salim, 2002)
menekankan pengertian sosial pada strukturnya, yaitu suatu tatanan dari
hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan
pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) didalam
posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma
yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu.
Cakupan sosial menurut Sudarno ada dua yaitu interaksi sosial dan
hubungan sosial. Interaksi sosial didefenisikan sebagai interaksi
lembaga sosial, individu, dalam tata hubungan yang dikendalikan oleh
kepentingan tertentu (Salim, 2002), sedangkan Soerjono Sockanto
mendefenisikan interaksi sebagai hubungan timbal balik antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok
dengan kelompok (Ibrahim, 2003). Hubungan sosial merupakan
hubungan antara lembaga. individu yang bersifat umum yang memiliki
dasar kegiatan kemasyarakatan (Soedarno dalam Salim, 2002).
B. Perubahan Sosial Budaya
Dalam teori HL blum tentang status ksehatan,maka dijelaskan tentang
1. beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain:
Lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik. sosial budaya
ekonomi prilaku,keturunan,dan pelayanan kesehatan
2. Belum juga menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut
tidak saja mempengaruhi status kesehatan, tetapi juga
mempengaruhi perilaku kesehatan. Sebagaimana kita ketahui
bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang
mempunyai latar budaya yang beraneka ragam lingkungan budaya
tersebut sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki
budaya tersebut, sehingga dengan beranekaragam
budaya,menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala
hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.
9
Dengan masalah tersebut,maka petugas kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang
beraneka ragam, perlu sekali mengetahui budaya dan masyarakat yang
dilayaninya,agar pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat akan memberikan hasil yang optimal yaitu meningkatkan
kesehatan masyarakat
C. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Kesehatan
Determinan Sosial yang mempengaruhi Kesehatan:
Pendapatan dan ekonomi: kesempatan kerja, akses pendidikan
Lingkungan sosial dan status sosial: jaringan yang mendukung,
paparan terhadap diskriminasi • Lingkungan fisik
Budaya dan faktor masyarakat kesehatan diri dan praktik seksual,
gender, ras. tekanan dan perilaku masyarakat, biologi, genetik
Pelayanan kesehatan : akses yang setara dalam aspek pengobatan
dan pencegahan melalui pendekatan gender dan sosial budaya,
pelayanan yang mendukung akses tersebut.
Menurut H. Ray Elling (1970) dan G.M Foster (1973) aspek sosial yang
akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam bidang kesehatan
diantaranya adalah:
a. Pengaruh self Concept terhadap perilaku Self Concept ditentukan
oleh tingkatan kepuasan yang dirasakan oleh diri sendiri terutama
bagaimana cara individu itu dapat merefleksikan kepuasannya
kepada orang lain. Apabila orang lain merasakan kepuasan yang
kita berikan direspon sebagai hal yang positif maka orang lain akan
merasakan kepuasan yang yang sama. Tetapi sebaliknya apabila
kepuasan yang kita berikan direspon negatif oleh masyarakat maka
dalam jangka waktu lama masyarakat akan merasa tidak puas.
Kondisi semacam ini kita harus melakukan promosi bagai mana
tingkat kepuasan yang kita terima akan direspon positip bagi orang
lain. Misal : apabila kita merasa puas dengan sistem kartu gosok
pendaftaran, sedangkan orang lain merasa lebih repot, maka Rumah
Sakit harus melakukan upaya penjelasan sistem tersebut justru akan
lebih memudahkan. Self Contact adalah hal yang penting dalam
upaya kesehatan, karena akan mempengaruhi perilaku masyarakat
10
b. Pengaruh Image kelompok terhadap perilaku kesehatan Image
perorangan akan sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai
Contoh: seorang guru apabila sakit akan berobat ke dokter,
sedangkan bapak petani apabila sakit pergi ke dukun, maka akan
berpengaruh pada keluarga petani juga akan berobat ke dukun,
walaupun sekolah menganjurkan ke Puskesmas.Image masyarakat
bahwa patah tulang harus disembuhkan pada dukun sangkal putung
maka apabila ada keluarga kita patah tulang akan dibawa ke sangkal
putung bukan ke dokter orthopedia
c. Pengaruh Indentifikasi Individu dalam kelompok terhadap perilaku
kesehatan Beberapa indentitas sosial yang mempengaruhi status
kesehatan diantaranya:
1. Umur
2. Jenis kelamin.
3. Pekerjaan.
4. Sosial ekonomi
Dalam segi epidemiologi faktor individu sangat berpengaruh dalam
status kesehatan disamping, lingkungan dan agent.Indentifikasi tersebut
akan mempengaruhi dalam pembentukan kelompok sosial dan cara
aktifitasnya, dimana kelompok sosial kemudian membentuk budaya
perilaku kelompok Contoh Perilaku anak muda yang merokok dimulai
dari individu dalam kelompok, Kelompok kerja dengan debu akan
merangsang orang lain pakai masker dll. Perilaku kelompok suatu desa
lebih senang BAB disungai ternyata ketika mereka BAB di sungai
terbiasa terjadi transaksi pekerjaan, perjodohan dll. sehingga walaupun
dibuatkan tempat BAB yang baik mereka tetap akan kembali disungai
Jika dilihat dari aspek umur, maka ada perbedaan golongan penyakit
berdasarkan golongan umur, misalnya dikalangan balita banyak yang
menderita penyakit infeksi, sedangkanpada golongan dewasa atau usia
lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis. Demikian juga dengan
aspek golongan menurut jenis kelamin, dikalangan wanita lebih banyak
menderit kanker payudara.sedangkan pada pria,lebih banyak menderita
kanker prosat. Begitu juga dengan jenis pekerjaan, dikalangan petani
lebih banyak menderita penyakit cacingan, karena aktifiasnya banyak
dilakukan disawah, sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak
11
menderita penyakit salura pemafasan karena banyak terpapar debu.
Keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola
penyakit.bahkan juga berpengaruh pada kematian, misalnya angka
kematian lebih tinggi pada golongan yang status ekonominya rendah
dibandingkan dengan status ekonominya tinggi. Demikian juga obesitas
lenih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonominya
tinggi.
12
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen
Kesehatan RI, 1988).
13
B. Ruang Lingkup
Menurut Depkes RI (2001) ruang lingkup kesehatan reproduksi
sebenarnya sangat luas, sesuai dengan definisi yang tertera di atas,
karena mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga
mati. Dalam uraian tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang
lebih rinci digunakan pendekatan siklus hidup (life- cycle approach),
sehingga diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat
dilaksanakan. Secara lebih luas, ruang lingkup kespro meliputi:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
trmasuk PMS-HIV/AIDS
4. Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks,
mutilasi genetalia, fistula dll.
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup
kesehatan reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti
memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi
pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar-fase kehidupan
tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap
fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik
maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya
1. Ibu hamil dan konsepsi
2. Bayi dan anak
3. Remaja
4. Usia subur
5. Usia lanjut
C. Hak Reproduksi
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang,
baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas
14
sosial, suku, umur, agama, dll) untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab (kepada diri. keluarga, dan masyarakat) mengenai
jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan waktu kelahiran anak dan
akan melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan akan
hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia internasional (Depkes RI.
2002).
Menurut Depkes RI (2002) hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan
secara praktis, antara lain:
1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan
reproduksi yang terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin
keselamatan dan keamanan klien
2. Setiap orang perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau
sebagai individu) berhak memperoleh informasi selengkap-
lengkapnya tentang seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek
samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk
pelayanan dan/atau mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang
aman.efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa
paksaan dan tidak melawan hukum.
4. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam
menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang
sehat.
5. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan yang
didasari penghargaan
6. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan
kondisi yang diinginkan bersama tanpa unsure pemaksaan, ancaman,
dan kekerasan
7. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh
informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat
berperilaku sehat dalam menjalani kehidupan seksual yang
bertanggungjawab 8. Setiap laki-laki dan perempuan berhak
mendapat informasi dengan mudah,lengkap, dan akurat mengenai
penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS
15
Menurut ICPD (1994) hak-hak reproduksi antara lain:
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak 6. Hak atas
kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya
6. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan
seksual
7. Hak mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
8. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan
dan kehidupan reproduksinya
9. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
10. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi
11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
Menurut Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual
adalah:
1. Hak untuk hidup
2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4. Hak privasi
5. Hak kebebasan berpikir
6. Hak atas informasi dan edukasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak
9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena
politik
12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan
16
17
D. Bagaimana Hak Reproduksi dapat Terjamin?
1. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan
individu yang menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan
kesehatan seksualnya terpenuhi;
2. Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan
untuk mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang
berhubungan dengan sekualitas dan masalah reproduksi; dan
3. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui
haknya, mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini
serta membangun dukungan atas hak-hak tersebut melalui
pendidikan dan advokasi.
4. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan
ini diambil dari hasil kerja International Women's Health Advocates
Worldwide.
5. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta
mengetahui bahwa kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan
saling terkait satu dengan yang lain.
Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:
1. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat.
terbebas dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan,
kesakitan, atau kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan
seksualitas
2. Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan
keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan
menjaga kehamilan sampai waktu persalinan Mendorong dan
membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika mereka
menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri.
2.4. Masalah Aspek Sosial dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
1. Masalah kematian Ibu dan Anak
Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan
kesehatan ibu di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian ibu
yang berhubungan dengan persalinan. Menghadapi masalah ini maka
18
pada bulan Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang
mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan kesehatan wanita
terutama pada masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator pembangunan kesehatan dan
indikator pemenuhan hak reproduksi perempuan serta kualitas
pemanfaatan kesehatan secara umum. Salah satu penyebab tingginya
angka kematian ibu di Indonesia adalah keterbatasan pengetahuan
masyarakat tentang perawatan kehamilan dan adanya pengaruh budaya
yang telah diwariskan leluhur secara turun-temurun. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Wa Ode Puji Lestari 2016 di wilayah
pesisir Kecamatan Abeli (studi kasus) Kota Kendari dalam perawatan
kehamilan ibu hamil rutin memeriksakan kehamilan di puskesmas, masih
ada kepercayaan berpantang makanan dan anjuran makanan dan masih
adanya peran dukun bayi dimanfaatkan untuk mengurut perut terutama
dalam acara yang berkaitan dengan perawatan kehamilan.
19
hubungan intim. (Masunah. 2012) Faktor penyebab seks bebas yang
dialami remaja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:
a. Faktor Intemal. Faktor internal atau lebih lazimnya dari dalam diri
seseorang remaja itu. Keinginan untuk dimengerti lebih dari orang
lain bisa menjadi penyebab remaja melakukan tindakan
penyimpangan, sikap yang terlalu merendahkan diri sendiri atau
selalu meninggikan diri sendiri, jika terlalu merendahkan diri
sendiri orang remaja lebih mencari jalan pintas untuk
menyelesaikan sesuatu dia beranggapan jika saya tidak begini saya
bisa dianggap orang lain tidak gaul, tidak mengikuti perkembangan
zaman.
b. Faktor Eksternal. Faktor Eksternal/ faktor dari luar pribadi
seseorang remaja. Faktor paling terbesar memberi terjadinya prilaku
menyimpang seseorang remaja yaitu lingkungan dan sahabat.
Seseorang sahabat yang sering berkumpul bersama dalam satu
geng, otomatis dia akan tertular oleh sikap dan sifat kawannya
tersebut. Kasih sayang dan perhatian orang tua tidak sepenuhnya
tercurahkan. membuat seorang anak tidak betah berada di dalam
rumah tersebut, mereka lebih senang untuk berada di luar bersama
kawan-kawannya. Apalagi keluarga yang kurang harmonis dan
kurangnya komunikasi dengan orang tua dapat menyebabkan
seorang anak melakukan penyimpangan sosial serta seks bebas
yang melanggar nilai-nilai dan norma sosial. Apabila ayah dan ibu
mereka yang memiliki kesibukan di luar rumah akan membuat
anak-anak remaja semakin menjadi-jadi, sehingga mereka merasa
tidak diperdulikan lagi.Selain faktor internal dan eksternal di atas,
ada juga faktor lain yang secara umum dapat menyebabkan
terjadinya seks bebas yaitu:
Pergaulan.
Kita tahu pergaulan punya pengaruh besar terhadap perilaku kita.
Maka jika seseorang mempunyai lingkungan pergaulan dari
kalangan teman- teman yang suka melakukan seks bebas, maka dia
juga bisa terpengaruh dan akhirnya ikut melakukan seks
bebas.Pengaruh materi pornografi (film, video, internet dsb). Jika
seseorang berulang kali mengakses materi pornografi, maka ini bisa
mendorong terjadinya perilaku seks bebas.Pengaruh obat narkoba
20
dan alkohol. Seseorang yang bebas dari pengaruh narkoba dan
alkohol bisa berfikir jemih dan ini mencegah dia melakukan
perilaku berisiko. Dalam keadaan dipengaruhi oleh narkoba dan
alkohol, maka pemikiran jernih bisa menurun dan ini bisa
mendorong terjadinya perilaku seks bebas.Jadi kombinasi dari
sejumlah faktor diataslah yang merupakan penyebab seks bebas dan
bukan kondom. Jadi untuk mereka yang khawatir bahwa kondom
akan mendorong seks bebas, marilah merenungkan kembali hal ini
dengan jernih dan bijaksana. Adalah sangat kecil kemungkinannya
bahwa hanya gara-gara tahu tentang kondom atau menerima
pembagian kondom gratis maka seseorang mendadak lalu jadi
berani jajan seks atau melakukan hubungan seks
berisiko.Pendekatan sosial kesehatan Reproduksi disamping
bervariasi pada tingkat sosial, juga bervariasi pada metode yang
digunakan. Ilmu-ilmu sosial mempunyai dua macam metode,yaitu
metode kuantitatif dan metode kualitatif.
Metode Kuantitatif
Mengutamakan pengumpulan besar angka melalui pendekatan
survai, analisis dengan statistika-matematika,disajikan dalam bentuk
tabel dan diagram.
Metode Kualitatif
mengutamakan pengumpulan data melalui wawancara terbuka,
observasi partisipasi dan focus group discussion(FGD). Analisis
kualitatif tidak menggunakan perangkat statistik dan data yang
dihasilkan dapat berbentuk keterangan verbal (Sudarti et al. 1987:
iii-iv).Kedua metode tersebut masingmasing mempunyai
keuntungan dan kerugian.
Metode kuantitatif dipandang menguntungkan karena antara lain:
jumlah responden banyak,dapat menjangkau responden yang
tersebar. Metode ini juga menyandang kelemahan, yang antara lain
adalah biaya relatif mahal, informasi yang digali terasa
dangkal,tidakmendalam.
Metode kualitatif mempunyai Keuntungan antara lain informasi
dapat digali secara mendalam, biaya relatif murah,mempunyai
21
metode dokumentasi yang baik,keterlibatan peneliti sangat besar di
dalam penelitian sehingga memberikan data yang akurat.Metode ini
tidak lepas dari kelemahan, yakni antara lain: adanya tradisi untuk
mengumpulkanterlalu banyak data, ... wawancara membutuhkan
orang yang terlatih (Sudartiet al., 1987: iii-iv). Kriteria yang paling
penting dalam pemilihan metodologi adalah tujuan penelitian
karena metode yang kita gunakan harus dapat menghasilkan data
yang tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian.Biasanya metode kuantitatif digunakan untuk
menggambarkan besarnya dan distribusi masalah, misalnya: jumlah
kehamilan, distribusi praktik aborsi,distribusi tingkat kesehatan
reproduksi tergantung kelompok ekonomi dan tingkat pendidikan,
dan hubungan antara perubahan ekonomi dengan pertambahan
penduduk. Metode kualitatif lebih banyak dipakai untuk
mengetahui pendapat dan perilaku responden terhadap satu hal atau
lebih,misalnya: perilaku seksual pelanggan pekerja seks, pendapat
ibu rumah tangga tentang AIDS, danpengalaman klien dengan
kualitas pelayanan kontrasepsi.
22
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Mekanisme yang di lalui jejaring sosial dan dukungan sosial memiliki
dampak positif terhadap kesehatan fisik, mental, dan sosial serta
memiliki hubungan timbal balik satu dengan yang lainnya.
2. Aspek sosial memiliki pengaruh yang besar dalam masalah kesehatan
reproduksi dan keluarga
3.2. Saran
Uraian sebelumnya telah memperlihatkan bahwa dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan reproduksi dan keluarga melalui program-
program pembangunan kesehatan perlu memperhatikan aspek-aspek sosial-
budaya masyarakat. Menempatkan petugas kesehatan dan membangun
fasilitas kesehatan semata tidaklah cukup untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan reproduksi di suatu daerah. Seperti diketahui ternyata perilaku-
perilaku kesehatan di masyarakat baik yang menguntungkan atau merugikan
kesehatan banyak sekali dipengaruhi oleh faktor sosial budaya.
23
DAFTAR PUSTAKA
24