Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDUAL 3

HUKUM KELUARGA

Nama : I Kadek Darmana Adi Putra

NIM : 2014101070

No. Absen : 11

Soal beserta Pembahasan:

1) Jelaskan kedudukan anak kandung, anak tiri, anak angkat, anak Akuan dalam

hukum keluarga masyarakat Eropa (Hukum Barat), hukum adat patriarki dan

hukum adat parental.

Pembahasan:

Kedudukan anak dalam berbagai sistem hukum berbeda-beda, dan di bawah ini, saya

akan menjelaskan kedudukan anak kandung, anak tiri, anak angkat, dan anak Akuan

dalam tiga sistem hukum yang berbeda: hukum keluarga masyarakat Eropa (Hukum

Barat), hukum adat patriarki, dan hukum adat parental.

a) Hukum Keluarga Masyarakat Eropa (Hukum Barat):

1. Anak Kandung: Anak kandung memiliki kedudukan hukum yang jelas sebagai

keturunan biologis orang tua mereka. Mereka memiliki hak-hak hukum

terhadap orang tua, seperti warisan, dukungan, dan wewenang dalam perkara

perwalian. Diakui sebagai anak sah dari kedua orang tua dan biasanya

memiliki hak waris penuh. Hak dan tanggung jawab orang tua terhadap anak

kandung diatur dengan ketat oleh hukum.


2. Anak Tiri: Anak tiri adalah anak dari satu orang tua dan pasangan yang bukan

orang tua biologis mereka. Dalam hukum barat, anak tiri sering memiliki hak-

hak hukum yang dilindungi, terutama jika mereka diadopsi oleh pasangan

tersebut. Di banyak negara Barat, anak tiri tidak secara otomatis mendapatkan

hak waris dari orang tua tiri kecuali ditentukan dalam surat wasiat.

3. Anak Angkat: Anak angkat adalah anak yang secara resmi diadopsi oleh orang

tua angkat mereka. Mereka memiliki kedudukan hukum yang setara dengan

anak kandung dalam banyak kasus. Hak dan tanggung jawabnya biasanya

sama dengan anak kandung setelah proses adopsi selesai.

4. Anak Akuan: Anak Akuan adalah anak yang diakui oleh seorang individu atau

pasangan sebagai anak mereka tanpa perlu adopsi formal. Dalam banyak

yurisdiksi, anak Akuan dapat memiliki hak-hak tertentu tergantung pada

hukum setempat. Tetapi jika merujuk pada pengakuan terhadap anak di luar

nikah, di banyak negara Barat, anak tersebut memiliki hak yang serupa dengan

anak kandung setelah diakui oleh orang tuanya.

b) Hukum Adat Patriarki:

1. Anak Kandung: Dalam banyak sistem hukum adat patriarki, status anak

biasanya sangat terkait dengan garis keturunan ayah. Anak yang sah adalah

anak laki-laki yang diakui oleh ayah biologis, sementara anak perempuan

sering kali kehilangan hak-hak tertentu atau tidak memiliki status yang setara.

2. Anak Tiri: Kedudukannya mungkin berbeda-beda tergantung adat. Dalam

beberapa tradisi, anak tiri mungkin tidak mendapatkan hak waris atau

memiliki kedudukan yang lebih rendah.


3. Anak Angkat: Terkadang diakui dan diberi hak tertentu, tetapi mungkin tidak

setara dengan anak kandung, terutama dalam hal warisan.

4. Anak Akuan: Kedudukannya mungkin bervariasi. Dalam beberapa adat, anak

di luar nikah mungkin tidak mendapatkan hak yang sama dengan anak

kandung.

c) Hukum Adat Parental:

1. Anak Kandung: Dalam beberapa sistem hukum adat parental, garis keturunan

bisa lebih berfokus pada ibu. Anak yang sah adalah anak yang diakui oleh ibu

biologis. Diakui dan kedudukannya seringkali ditentukan oleh hubungan

kedua orang tua.

2. Anak Tiri: Kedudukannya mungkin berbeda-beda tergantung adat. Dalam

beberapa tradisi, anak tiri mungkin mendapatkan hak waris atau kedudukan

yang lebih rendah.

3. Anak Angkat: Terkadang diakui dan diberi hak tertentu, namun mungkin tidak

setara dengan anak kandung.

4. Anak Akuan: Kedudukannya berbeda-beda tergantung adat dan bagaimana

masyarakat tersebut memandang hubungan di luar nikah.

2) Anak mempunyai peran penting dalam hukum keluarga masyarakat adat.

Jelaskan

Pembahasan:

Dalam masyarakat adat, peran anak sering kali diperkuat oleh norma-norma dan nilai-

nilai yang menghormati dan memuliakan anak-anak sebagai ahli waris budaya dan

agen perubahan dalam komunitas mereka. Dengan begitu, anak-anak memiliki peran

yang sangat penting dalam menjaga keberlanjutan budaya, identitas, dan kehidupan
masyarakat adat. Dalam masyarakat adat, peran anak dapat mencerminkan berbagai

aspek, dan di bawah ini adalah beberapa alasan mengapa anak memegang peran

penting dalam konteks hukum keluarga masyarakat adat:

a) Penerus Keturunan: Anak-anak adalah generasi muda yang akan tumbuh dewasa

dan melanjutkan masyarakat adat. Kehidupan dan perkembangan anak-anak di

masyarakat adat berpengaruh langsung pada kelangsungan budaya dan komunitas

tersebut.Di banyak masyarakat adat, anak-anak dianggap sebagai penerus garis

keturunan. Mereka menjaga kontinuitas keluarga dan mewarisi tanggun g jawab

untuk memelihara tanah, harta, dan tradisi keluarga.

b) Sistem Sosial dan Kekeluargaan: Anak-anak adalah bagian dari sistem sosial dan

kekeluargaan dalam masyarakat adat. Mereka memiliki peran sebagai anggota

keluarga yang harus dilindungi, diurus, dan diajarkan nilai-nilai serta etika dalam

interaksi sosial.Perkawinan dalam masyarakat adat di Indonesia seringkali

merupakan alat untuk membentuk aliansi antarklan atau antar masyarakat. Anak

yang dihasilkan dari perkawinan tersebut seringkali menjadi simbol dari

penyatuan tersebut dan memiliki peran penting dalam memperkuat hubungan

antara kelompok-kelompok tersebut.

c) Warisan dan Hak-hak Hukum: Dalam beberapa kasus, hukum keluarga

masyarakat adat mengatur hak warisan dan kepemilikan tanah atau aset-aset lain.

Anak-anak mungkin memiliki hak atas warisan dan hak-hak kepemilikan yang

diakui dalam hukum adat.Dalam beberapa masyarakat adat, hak waris dan

kepemilikan tanah diteruskan melalui garis keturunan. Anak-anak memiliki hak

tertentu atas tanah dan sumber daya keluarga, dan hal ini diatur secara ketat oleh

hukum adat.
d) Peran Ritual: Banyak masyarakat adat memiliki ritual khusus yang berkaitan

dengan kelahiran, sirkumsisi, inisiasi ke dewasa, dan peristiwa penting lainnya

dalam kehidupan seorang anak. Partisipasi anak dalam ritual-ritual ini menandai

langkah penting dalam perkembangan mereka dalam komunitas.

e) Pewarisan Budaya dan Tradisi: Anak-anak merupakan pewaris budaya dan tradisi

masyarakat adat. Mereka memainkan peran kunci dalam menjaga pengetahuan,

nilai-nilai, dan praktik budaya yang telah diwariskan dari generasi sebelumnya.

Dalam banyak kasus, anak-anak diajarkan nilai-nilai tradisional dan adat yang

menjadi bagian penting dari identitas budaya mereka.Anak-anak diharapkan

mempelajari, memahami, dan meneruskan tradisi dan nilai-nilai masyarakat adat

kepada generasi berikutnya. Melalui pendidikan informal dan cerita rakyat,

mereka mewarisi kebijaksanaan dan pengetahuan masyarakat adat.

f) Kontribusi Ekonomi: Di banyak masyarakat adat yang bergantung pada pertanian

subsisten atau kegiatan ekonomi tradisional lainnya, anak -anak berkontribusi

pada ekonomi keluarga sejak usia dini, apakah itu dalam pertanian, perikanan,

atau kegiatan lainnya.

3) Jelaskan kedudukan janda akibat putusnya perkawinan.

Pembahasan:

Kedudukan janda (istri yang ditinggalkan oleh suaminya karena suaminya meninggal

atau mereka berpisah karena perceraian) dapat berbeda tergantung pada hukum dan

budaya yang berlaku di suatu negara atau wilayah. Berikut adala h beberapa aspek

yang umumnya relevan dalam menjelaskan kedudukan janda akibat putusnya

perkawinan:
a) Warisan dan Harta Peninggalan: Dalam banyak hukum keluarga, janda memiliki

hak atas warisan dan harta peninggalan suami yang meninggal. Hal ini bertujuan

untuk melindungi janda dan memberikannya sumber daya finansial setelah

kehilangan suami. Dalam hukum waris Indonesia, seorang janda berhak

mendapatkan bagian dari harta warisan suami yang meninggal, sesuai dengan

ketentuan hukum waris, baik itu berdasarkan KUH Perdata, hukum Islam, atau

hukum adat setempat.

b) Dukungan Finansial: Beberapa yurisdiksi mewajibkan mantan suami memberikan

dukungan finansial kepada mantan istri setelah perceraian. Ini bertujuan untuk

memastikan bahwa mantan istri yang mungkin tidak memiliki sumber

penghasilan yang cukup dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Agama: Dalam

konteks agama, terutama Islam yang mayoritas di Indonesia, ada ketentuan-

ketentuan tertentu yang berkaitan dengan janda, seperti masa 'iddah (periode

menunggu) sebelum menikah lagi setelah perceraian atau kematian suami.

Namun, agama juga memberikan perlindungan dan hak-hak tertentu bagi janda.

c) Kepentingan Anak: Dalam kasus di mana ada anak-anak dari perkawinan tersebut,

hukum seringkali menempatkan kepentingan anak sebagai prioritas utama. Ini

berarti bahwa janda dan mantan suami harus bekerja sama untuk memastikan

anak-anak mendapatkan perawatan dan dukungan yang diperlukan.

d) Stigma Sosial: Dalam beberapa masyarakat di Indonesia, terutama di daerah-

daerah tertentu, masih ada stigma sosial terhadap janda. Ini mungkin

mempengaruhi peluang mereka dalam hal pernikahan kembali, serta interaksi

sosial mereka dalam komunitas. Namun, pandangan ini mulai berubah seiring

dengan perkembangan zaman dan pemberdayaan wanita.


e) Dalam konteks perceraian, hak asuh anak seringkali menjadi isu yang sensitif.

Meskipun dalam banyak kasus, ibu (janda) mendapatkan hak asuh anak, ayah

tetap memiliki hak untuk ikut serta dalam pendidikan dan pengasuhan anak. Janda

biasanya memiliki peran dalam pemeliharaan anak dan mendapatkan hak asuh

atau hak kunjungan terhadap anak-anak tersebut. Ini bertujuan untuk menjaga

kesejahteraan anak dan memberikan kehadiran kedua orang tua dalam hidup

mereka.

Anda mungkin juga menyukai