Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dicky Cahyana Mukti

NIM : 042930806
Mata Kuliah : Perkembangan Tumbuhan PEBI 4309

JAWABAN
1. Pada tumbuhan lumut, seperti lumut daun, spora tumbuh menjadi protonema. Protonema tumbuh
menjadi tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut akan menghasilkan anteridium atau alat
perkembangbiakan jantan dan arkegonium atau alat perkembangbiakan betina. Organ ini bisa berada
dalam satu tumbuhan (berumah satu) atau bisa juga berada pada tumbuhan yang berbeda (berumah
dua). Anteridium akan menghasilkan sperma, dan arkegonium akan menghasilkan ovum (sel telur).
Itulah sebabnya, tumbuhan lumut disebut sebagai gametofit atau tumbuhan penghasil gamet.
Tumbuhan lumut bersifat haploid (n).

Pertemuan sperma dan ovum akan menghasilkan zigot yang akhirnya berkembang menjadi sporofit
atau tumbuhan penghasil spora. Sporofit bersifat diploid (2n). Pada lumut daun, sporofit tetap
menempel pada ujung tumbuhan (gametofit). Pembentukan spora pada sporofit terjadi melalui
pembelahan sel induk spora dalam spongarium.

Metagenesis merupakan mekanisme yang


paling sesuai bagi reproduksi lumut karena Lumut mengalami pergiliran keturunan yang disebut
dengan metagenesis tumbuhan lumut, yang mana tumbuhan lumut dapat berkembang biak secara
generatif dan vegetatif.
Metagenesis adalah peristiwa pergiliran dari sporofit ke generasi gametofit dan sebaliknya.
Tumbuhan sporofit menghasilkan spora dapat disebut diploid karena merupakan pertumbuhan dari
zigot sebagai hasil peleburan antara sel kelamin jantan dan betina. Contoh organisme yang
mengalami metagenesis adalah tumbuhan lumut dan tumbuhan paku.
2. Dalam pengertian sehari-hari kita mengenal kulit pohon sebagai bagian batang yang terdapat di
sebelah luar kambium pembuluh. Bagian ini secara anatomi tersusun oleh floem sekunder,
parenkima, kambium gabus serta jaringan gabus, gabungan dari semua jaringan ini disebut pula
pepagan (bark). Akibat terdorong oleh pertumbuhan xilem sekunder, sebagian floem sekunder
terputus dari arus transportasi nutrisi, Sehingga lapisan floem yang terdapat pada bagian luar mati.
Floem sekunder yang berfungsi sebagai penyalur hanyalah bagian yang terdekat dengan kambium
pembuluh yang merupakan lapisan foen termuda. Lapisan floem yang mati bersama dengan jaringan
gabus serta kambium gabus merupakan penyusun pepagan luar Yang disebut pula sebagai ritidoma.
Ritidoma memiliki struktur yang sangat bervariasi, sehingga dapat dipergunakan sebagai ciri
pengenal suatu tumbuhan. Pada beberapa tumbuhan ritidoma menunjukkan alur-alur yang dalam, ada
pula ritidoma yang menampakkan barisan lentisel dalam deretan melintang.

3. Gymnospermae memiliki sistem reproduksi yang berbeda karena dalam 2 jenis alat reproduksi
terpisah. Pada strobilus jantan, mikrosporangium akan berkembang sedangkan strobilus betina
berkembang menjadi megasporangium. Megasporangium akan membentuk sel induk megaspora dan
terus berkembang menjadi megaspora. Pada strobilus jantan mikrosporangium membentuk sel induk
mikrospora dan membentuk mikrospora. Setelah itu strobilus betina akan berkembang membentuk sel
telur sedangkan strobilus jantan berkembang dari serbuk sari menjadi spermatozoid.

Sebelum membentuk spermatozoid, strobilus jantan berkembang membentuk buluh serbuk sari.
Pertemua antara spermatozoid dari strobilus jantan dengan sel telur dari strobilus betina akan
menghasilkan zigot. Kemudian zigot akan berkembang menjadi embrio. Lalu embrio berkembang
menjadi biji yang nantinya akan tumbuh menjadi tumbuhan gymnospermae baru. Setelah itu
tumbuhan gymnospermae bisa berkembang lagi tergantung dari strobilus yang dihasilkan pada
perkawinan sebelumnya. Perkawinan antara strobilus jantan dan betina bisa terjadi melalui ciri-ciri
penyerbukan anemogami dengan perantara angin. Sehingga siklus perkembangbiakannya sangat lama
karena tidak setiap saat angin bisa membantu penyerbukannya.

Sumber : BMP PEBI 4309


Dosenbiologi.com

Anda mungkin juga menyukai