LAPORAN PRAKTIKUM Cairan Semen Kel 1
LAPORAN PRAKTIKUM Cairan Semen Kel 1
Disusn oleh :
Kelompok II-2B
Judul : Laporan Praktikum urinalisa dan cairan tubuh Pemeriksaan Makroskois Dan
Mikroskopis Semen
Oleh : Kelompok II
Mengetahui
Dosen Pengampu
Instruktur
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul
“Pemeriksaan Makroskopis Dan Mikroskopis Semen” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah urinalisa dan cairan tubuh. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis urine
dikehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sitti Mardianti Mandar S.Tr.Kes, selaku
instruktur mata kuliah urinalisa dan cairan tubuh yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.
Kelompok II
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan Praktikum...........................................................................................2
A. Makroskopis Semen........................................................................................3
B. Mikroskopis Semen........................................................................................6
BAB IV PENUTUP....................................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................................12
B. Saran ...............................................................................................................12
DOKUMENTASI.......................................................................................................13
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Spermatozoa atau sel sperma adalah hasil produksi dari testis yang terdiri dari beberapa
sel germinal yang sudah matang (Dorland, 2011). Spermatozoa bersama dengan plasma
seminalis merupakan komposisi dari cairan yang dikeluarkan pada saat seorang pria
mengalami ejakulasi disebut sebagai semen, Pemeriksaan morfologi ini bertujuan untuk
mengamati normal tidaknya morfologi spermatozoa. Kemudian pemeriksaan vitalitas
sperma, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar jumlah spermatozoa
yang mati. Pemeriksaan vitalitas sperma bertujuan untuk mengkonfirmasi pemeriksaan
motilitas dengan hasil yang Immotil. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa
spermatozoa yang Immotil itu disebabkan karena kelainan flagel atau karena spermatozoa
yang sudah mati. Pemeriksaan mikroskopis selanjutnya adalah pemeriksaan pada
motilitas sperma. Motilitas merupakan kemampuan gerak sperma yang diamati pada 200
spermatozoa. Menurut WHO (2010), motilitas sperma harus dinilai sesegera mungkin
setelah pencairan sampel. Pemeriksaan sperma sebaiknya dilakukanpada 30 menit. Jika
pemeriksaan dilakukan lebih dari 1 jam setelah ejakulasi dapat menyebabkan efek buruk.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, sarana pelayanan kesehatan
yang berada di daerah Denpasar sebagian besar tidak memiliki fasilitas ruang khusus
untuk pengambilan spesimen sperma. Sehingga beberapa pasien tidak nyaman saat
mengeluarkan sperma di lokasi pelayanan kesehatan dan memilih untuk mengeluarkan
sperma dirumah pasien. Jika pengambilan spesimen sperma dilakukan di rumah pasien
maka faktor lingkungan dapat mempengaruhi stabilitas sperma sebelum dilakukan
analisis.Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nilani, Eswaramohan and
Balasubramaniam ( 2012), penyimpanan sperma pada suhu 4-8℃ dapat menurunkan
motilitas dan vitalitas sperma secara signifikan setelah 24 jam penyimpanan. Dalam
melakukan analisis sperma, sel sperma sangat sensitif terhadap perubahan suhu di
sekitarnya. Suhu yang terlampau rendah dapat menurunkan motilitas sperma, sehingga sel
sperma terlihat kurang aktif dan tidak prima. Sedangkan suhu yang terlampau tinggi akan
menyebabkan rusaknya protein pelindung sel sperma sehingga motilitas sperma akan
rendah.
Menurut penelitian yang dilakukan Mohamed et al., (2012), suhu saat liquefasi sangat
berpengaruh terhadap motilitas sperma, karena dapat merubah karakteristik sperma.
Perubahan suhu saat liquefasi menyebabkan protein sel sperma mudah rusak.
Berdasarkan simpulan penelitian tersebut, suhu yang optimum saat liquefasi adalah 25oC.
Sperma memiliki pergerakan progresif dan viabilitas yang tinggi pada suhu 25oC
dibandingkan dengan suhu 4°C dan 37°C. Sperma yang disimpan pada suhu 25°C
menunjukkan struktur morfologi normal sedangkan terjadi perubahan morfologi pada
suhu penyimpanan 4°C dan 37°C. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang membandingkan motilitas spermatozoa pada suhu
penyimpanan yang berbeda-beda yaitu 4oC, 25oC, dan 37oC. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat mengetahui suhu yang optimal yang dapat digunakan dalam
penyimpanan sperma selama penundaan pemeriksaan berlangsung. Pemeriksaan
morfologi ini bertujuan untuk mengamati normal tidaknya morfologi spermatozoa.
Kemudian pemeriksaan vitalitas sperma, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar jumlah spermatozoa yang mati.Pemeriksaan vitalitas sperma bertujuan
untuk mengkonfirmasi pemeriksaan motilitas dengan hasil yang Immotil. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk memastikan bahwa spermatozoa yang Immotil itu disebabkan karena
kelainan flagel atau karena spermatozoa yang sudah mati (Mohamed et al., 2012).
Pemeriksaan mikroskopis selanjutnya adalah pemeriksaan pada motilitas sperma.
Motilitas merupakan kemampuan gerak sperma yang diamati pada 200 spermatozoa.
Menurut WHO (2010), motilitas sperma harus dinilai sesegera mungkin setelah pencairan
sampel. Pemeriksaan sperma sebaiknya dilakukanpada 30 menit. Jika pemeriksaan
dilakukan lebih dari 1 jam setelah ejakulasi dapat menyebabkan efek buruk.
B. Rumusan Praktikum
C. Tujuan Praktikum
BAB II
DASAR TEORI
A. Makroskopis Semen
Pemeriksaan secara makroskopis hal yang perlu diperhatikan adalah volume, pH,warna,
kekeruhan dan viskositas/kekentalan. Pengukuran volume dilakukan dengan
memindahkan ejakulat ke dalam gelas ukur 5 ml atau 10 ml sesuai dengan volume semen.
Catatlah volume sampai ketepatan skala 0,2 ml. volume baru dapat diukur setelah cairan
semen mencair. Biasanya didapat antara 2,5-5 ml cairan semen. Apabila volume semen
hanya 1 ml atau kurang dari 1 ml maka di indikasikan dengan infertilitas, begitu pula
apabila volume lebih dari 6 ml. Mencatat warna dan kekeruhan selalu dikerjakan,
meskipun sudah terbukti bahwa ciri-ciri itu tidak ada hubungan langsung dengan
banyaknya spermatozoa. Cairan semen biasanya berwarna putih atau kekuning-kuningan
dan terlihat keruh. Tidak ada manfaat untuk menilai derajat kekeruhan. Pada saat
dikeluarkan cairan semen kental sekali, sehingga sukar berpindah tempat dalam
wadahnya. Pada suhu kamar mani mencair pada waktu 10-20 menit. Apabila lebihdari 20
menit cairan semen belum juga mencair maka dapat dinyatakan bahwa ada cairan tersebut
abnormal dan harus dilaporkan. Derajat keasaman cairan semen ditentukan dengan
menggunakan kertas indikator, biasanya memiliki pH 7,0-7,8. Nialai kurang dari 6,0 dan
lebih dari 8,0 dapat terjadi akibat dari kurang bersihhnya wadah penampung. Apabila
memiliki pH 6,0-7,0 maka cairan semen hanya berisi sekret dari prostat saja tanpa
bercampur dengan sekret dari vesicular seminalis.
B. Mikroskopis Semen
Pada pemeriksaan secara mikroskopis hal yang perlu di periksa adalah nilai motilitas,
jumlah dan morfologi dari spermatozoa. Uji motilitas dengan cara meletakkan setetes
cairan semen yang sudah mencair diatas object glass dan ditutup dengan deck glass.
Pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektif 40 X. nilailah persentase (%) dari sel
sperma yang masih bergerak, jumlah beserta waktunya. Angka dapat dikorelasikan
dengan waktu sejak ejakulasi, semakin lama waktunya maka harusnya semakin berkurang
motilitas dari spermatozoa itu sendiri. Biasanya didapatkan waktu 1 jam memiliki tingkat
motilitas 70% dan apabila sudah lewat dari 5 jam sejak ejakulasi didapatkan tingkat
motilitas 50%. Dalam pemeriksaan rutin penelusuran dari jam ke jam kurang memberi
manfaat yang besar, karena berkurangnya motilitas banyak dipengaruhi oleh cara
penyimpanan sampel. Penyataan itu juga berlaku bagi usaha mencoba membagi-bagikan
motilitas sperma menjadi sangat aktif, aktif dan kurang aktif.
Jika ingin membedakan antara spermatozoa yang tidak bergerak dengan yang mati adalah
campurkan sedikit cairan semen dengan larutan eosin 5% dalam aquadest, dan didapatkan
hasil spermatozoa yang mati akan menyerap warna dari larutan eosin tadi menjadi
kemerah-merahan sedangkan pada spermatozoa yang non-aktif tidak akan menyerap zat
warna. Menghitung jumlah spermatozoa dilakukan dengan bilik hitung “Neubauer
Improved” dan pipet leukosit dan dengan bahan pengencer aquadest. Caranya adalah isi
pipet leukosit hingga tanda 0,5 dengan cairan semen yang sudah mencair, kemudian hisap
aquadest hingga tanda 11, homogenkan. Hitunglah spermatozoa dalam bilik hitung pada
permukaan seluas 1 mm2, hasil yang didapat dikalikan dengan 200.000untuk
mendapatkan jumlah spermatozoa dalam 1 ml cairan semen.
Biasanya didapatkan 70 juta atau lebih jumlah spermatozoa per ml, jika jumlah kurang
dari 20 juta per ml, maka ada kemungkinan cairan semen tersebut kurang memadahi
dalam hal fertilitas. Akan tetapi kita perlu berhati-hati mengambil kesimpulan semacam
itu. Tidak jarang dilihat bahwa hasil analisa semen berikutnya atau sebelumnya berbeda
jauh. Sikap yang paling baik ialah mengulang analisa semen pada waktu lain.Sikap
tersebut juga berlaku apabila pada pemeriksaan motilitas hanya didapatkan sedikit sekali
spermatozoa yang bergerak aktif, karena kualitas dari cairan semen seseorang dapat
berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain.
Yang terdapat dalam sediaan adalah spermatozoa, spermatosit yang boleh diangap
spermatozoon muda, sel sertoli serta beberapa sel epitel dan leukosit. Perhatikanlah
terutama bentuk kepala dan ekor dari spermatozoa dengan mencatat persentase (%) yang
memiliki kelainan jika dibandingkan dengan yang normal seperti kepala yang terlalu
besar, terlalu kecil, terlalu memanjang, inti terpecah dan sebagainya. Jika didapatkan
tidak memiliki ekor,double tail(ekor dua), berkekor pendek dan bentuk ekor aneh
lainnya.Tidak perlu dilakukan penggolongan spernatosit dan sel sertoli tersendiri, selain
jarang ditemukan sel-selitu sangat sukar apabila tidak menggunakan pengecatan
“Papaniculau”.
Nilai normal dari kelainan bentuk morfologi spermatozoa adalah kurang dari 20%.Jika
didapatkah lebih besar dari nilai normal, ada kemungkinan berkurangnya tingkat
fertilitas. Terjadinya peningkatan angka abnormal inisejalan dengan berkurangnya jumlah
spermatozoa dan segera laporan apabila terdapat leukosit yang melebihi nilai normal.
BAB III
METODE KERJA
1. Likuefikasi (pencairan)
a. Pra analitik
Alat dan bahan:
Gelas ukur 5 ml atau 10 ml
Stopwatch
Tissue
Sampel : sperma
b. Analitik
Prosedur pemeriksaan:
Sampel ditampung ke dalam gelas ukur 5 ml atau 10 ml
Jalankan stopwach
Catatlah waktu pencairan dari sperma
Nilai normal : 15-20 menit
c. Pasca analitik
Interpertasi hasil: 20 menit
2. Volume semen
a. Pra analitik
Alat dan bahan:
Gelas ukur 5 ml atau 10 ml
Sampel : sperma
b. Analitik
Prosedur pemeriksaan:
Sampel ditampung ke dalam gelas ukur 5 ml atau 10 ml
Amati dan catatlah volume cairan ejakulasi tersebut
Volume sperma diukur setelah proses likuefikasi
Nilai normal : 2,5 ml-5 ml
c. Pasca analitik
Interpertasi hasil: 1,1 ml
3. pH sperma
a. Pra analitik
Alat dan bahan:
gelas ukur 5 ml atau 10 ml
kertas pH
tissue
sampel : sperma
b. Analitik
Prosedur pemeriksaan:
Sampel yang telah mencair dan diukur volume sperma
Celupka keras pH ke dalam cairan semen
Amati perubahan warna pada kertas pH dengan menggunakan standar
pH.
Nilai normal : 7-7,8 pH
c. Pasca analitik
Interpertasi hasil: 8 pH
4. Bau semen
Sperma yang keluar memiliki bau khas yang spesifik, bau khas seperti bunga
akasia
5. Viskositas (kepekatan) semen
Untuk mengukur viskositas dari sperma yang mudah dapat dilakukan dengan cara
menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian
ditarik maka akan terjadi benang panjang antara 3-5 cm. Pengukuran viskositas
yang lebih tepat dapat dilakukan dengan viskositas yang lebih tepat dapat
dilakukan dengan pipet standar yang disebut pipet Eliasson. Pipet ini memiiki
volume 0,1 ml. Pengukuran diukur dengan stopwatch.
Nilai normal : 1-2 detik.
Interpertasi hasil : 1 detik
B. Pemeriksaan Mikroskopis Semen
1. Pra analitik
Alat dan bahan:
Wadah atau pot dengan penutup
Kertas label
Gelas ukur 5 ml atau 10 ml
Mikroskop
Pipet leukosit
Aquadest
Minyak imersi
Objek glas dan deck glas
Eosin 0,5%
Giemsa
Methanol
Carbol fuchsin 0,25%
Bunsen
2. Analitik
Prosedur pemeriksaan:
a. Uji motilitas
Teteskan semen sebanyak 1 tetes yang sudah mencair diatas objek glas
dan tutup dengan cover glas
Pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektive 40×
Perhatikan berapa % spermatozoa yang bergerak aktif dan hitung pula
waktu yang sudah berlalu sejak saat ejakulasi
Campurlah sedikit cairan semen dengan larutan eosin 0,5% dalam air,
untuk membedakan spermatozoa yang tidak aktif dari yang mati, untuk
spermatozoa yang mati akan memberi warna kemerah-merahan dan
yang tidak aktif tidak berwarna.
b. Morfologi spermatozoa : cara carbol fuchsin
Setelah semen dibuat hapusan diatas objek glas
Difiksasi dengan nyala api 2-5×
Diwarnai dengan carbol fuchsin 0,25% selama 5 menit, dicuci dengan
aquadest
Dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 ×100
dalam 100 spermatozoa.
c. Morfologi spermatozoa : cara giemsa
Sediaan apus difiksasi dengan methanol selama 10 menit
Sisa methanol dibuang, sediaan dibiarkan kering diudara
Sediaan dicat denan larutan giemsa (17 tetes giemsa dicampur dengan 5
ml aquadest) selama 20 menit
Sediaan di bilas dengan aquadest dan di keringkan. Diperiksa dibawah
mikroskop pembesaran 10×100 spermatozoa.
3. Pasca analitik
Interpertasi hasil:
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spermatozoa atau sel sperma adalah hasil produksi dari testis yang terdiri dari beberapa
sel germinal yang sudah matang (Dorland, 2011). Spermatozoa bersama dengan plasma
seminalis merupakan komposisi dari cairan yang dikeluarkan pada saat seorang pria
mengalami ejakulasi disebut sebagai semen
B. Saran
Bagi orang percobaan (OP), disarankan melakukan analisa sperma dengan beberapa kali
agar didapatkan hasil yang representative. Bagi praktikan, saat praktikum diharapkan agar
lebih fokus memperhatikanmateri yang akan dilakukan, tahapan-tahapan pada praktikum
serta faktor-faktorapa saja yang dapat mempengaruhi hasil pada tahapan pemeriksaan
(tahapanalitik) karena kurangnya teliti dapat mengakibatkan tingginya tingkat kesalahan
prosedur kerja yang berpengaruh pada hasil. Kemudian harus memperhatikansampel pada
praktikum (abstinensi cukup) sehingga didapatkan hasil praktikumyang optimal,
perhatikan menit sampel diejakulasikan serta keefektifan kerjakarena lamanya prosedur
dilakukan maka akan mempengaruhi hasil.
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA