Kelompok 2
Michael Tandya 150120011
Syela Margareth W 150120038
Ardina Rachma F 150120201
Syela Hlm 11-15
Introduction
Riset menunjukkan bahwa antara 20% dan 30% performa bisnis dapat ditentukan oleh mood
dari para karyawan. Penelitian menunjukkan apabila dalam perusahaan diciptakannya hal positif
seperti sesuatu yang ‘heart-felt’ akan berpengaruh terhadap ketercapaian pertumbuhan individu dan
organisasi dan fungsi optimal dari waktu ke waktu. Konsep positivity dapat menciptakan emosi
seperti cinta, sukacita rasa syukur, minat, dan harapan yang meningkatkan pola pikir. Positivity
merupakan suatu keadaan yang muncul dari sistem limbik otak mamalia yang memberikan efek
kepada bagaimana perasaan kita serta mempengaruhi bagaimana kita bertindak.
Vacharkulksemsuk & Fredrickson (2013) mengatakan luaran dari emosi positif dapat
memberikan keuntungan dalam lingkungan pekerjaan baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Luaran ini dijelaskan ini apabila emosi positif diterapkan dalam tindakan kecil dan pengakuan
dalam lingkungan bekerja akan memberikan luaran seperti perilaku prososial, pengembangan
kelompok, budaya etika dalam bekerja yang baik, dan pembelajaran.
Joy Kegembiraan muncul ketika keadaan seseorang saat ini menghadirkan nasib
baik yang tak terduga. Hal ini menciptakan dorongan untuk bermain dan
terlibat serta memungkinkan kita memperoleh keterampilan yang diperoleh
melalui pembelajaran eksperimental.
Gratitude Rasa syukur muncul ketika seseorang mengakui orang lain sebagai sumber
rejeki yang tak terduga. Hal ini menciptakan dorongan untuk secara kreatif
mempertimbangkan cara-cara baru untuk bersikap baik dan murah hati serta
membangun keterampilan untuk menunjukkan kepedulian, kesetiaan, dan
ikatan sosial.
Serenity Ketenangan muncul ketika orang menafsirkan keadaan mereka saat ini sebagai
hal yang sangat disayangi, benar, atau memuaskan. Hal ini menciptakan
dorongan untuk menikmati keadaan saat ini dan mengintegrasikannya ke dalam
prioritas atau nilai-nilai baru.
Interest Ketertarikan muncul pada keadaan yang dinilai aman namun menawarkan hal
baru. Hal ini menciptakan dorongan untuk mengeksplorasi, belajar,
membenamkan diri dalam hal-hal baru dan dengan demikian mengembangkan
diri.
Hope Harapan muncul dalam keadaan yang mengerikan di mana orang-orang takut
akan hal terburuk namun mendambakan hal yang lebih baik. Hal ini
menciptakan dorongan untuk memanfaatkan kemampuan dan daya cipta diri
sendiri untuk membalikkan keadaan dan membangun sumber daya optimisme
dan ketahanan.
Pride Kebanggaan muncul ketika orang menerima penghargaan yang pantas atas hasil
baik yang bernilai sosial. Hal ini menciptakan dorongan untuk berkeinginan
tentang pencapaian yang lebih besar di bidang serupa dan membuat kita merasa
percaya diri
Amusement Kegembiraan terjadi ketika kita menilai keadaan kita saat ini melibatkan
semacam keganjilan sosial yang tidak serius. Hal ini menciptakan dorongan
untuk berbagi tawa dan menemukan cara kreatif untuk melanjutkan
kegembiraan yang membantu kita membangun dan memperkuat ikatan sosial
yang langgeng.
Awe Kekaguman muncul ketika manusia menjumpai kebaikan dalam skala besar.
Pengalaman rasa kagum memaksa orang untuk menyerap dan mengakomodasi
keluasan baru yang mereka temui dan menciptakan pandangan dunia baru.
Love Cinta, emosi positif yang paling sering dirasakan orang, muncul ketika emosi
positif lainnya dirasakan dalam konteks hubungan atau hubungan antarpribadi
yang aman. Ini menciptakan persepsi sesaat tentang hubungan sosial dan
pengembangan diri serta membangun ikatan sosial dan komunitas.
Positivity Ratios
- Pentingnya positivitas dalam bisnis dan kehidupan pribadi : penelitiannya Marcial Losada
dan Fredrickson menyoroti pentingnya rasio positivitas terhadap negativitas dalam tim
bisnis dan kehidupan individu. Rasio positif tinggi dikaitkan dengan kinerja yang lebih baik
dan kebahagiaan individu
- Perkembangan konsep rasio positivitas : awalnya dikenal sebagai rasio lasada lalu
berkembang lagi jadi rasio positivitas. Tapi ada perdebatan disini terkait metode
perhitungannya
- Pengaruh positivitas dalam hubungan : ada penelitian yang menunjukkan bahwa rasio
positivitas dapat mempengaruhi hubungan antar pasangan. Rasio positivitas yang lebih
tinggi daripada negativitas berkaitan dengan keberhasilan pernikahan dan kepuasan
pernikahan yang lebih tinggi
Positivity at Work
- Efek “hal buruk lebih kuat daripada hal baik” : adanya penemuan terkait kecenderungan
manusia yang lebih memperhatikan atau berfokus pada hal hal negatif daripada positif. Hal
ini tentunya dapat berdampak pada suasana kerja dan kinerja organisasi
- Kebutuhan akan penekanan pada praktik sosial : para peneliti mencatat bahwa dalam
lingkungan kerja sering diperlukan penekanan ekstra pada praktik praktik positif untuk
mencapai efek positif. Tapi fakta lapangan, masih banyak perusahaan atau organisasi yang
masih terlalu berfokus pada masalah dan aspek negatif
- Sejarah penelitian emosi di tempat kerja : penelitian ini sudah ada sejak tahun 1930 an dan
memang benar apabila emosi positif dapat meningkatkan efisiensi kerja
- Manfaat emosi positif di tempat kerja : emosi positif di tempat kerja punya banyak manfaat
seperti meningkatkan kreativitas, perhatian, kerjasama dan kinerja keseluruhan. Emosi
positif juga dapat memediasi hubungan antara lingkungan kerja dan sumber daya pribadi
- Pendekatan berdasarkan budaya, karyawan dan kepemimpinan : penting untuk memahami
dan menerapkan pendekatan positif dalam 3 jalur utama yaitu budaya organisasi,
keterlibatan praktik karyawan dan kepemimpinan
Leadership
Kemampuan seorang pemimpin juga tak kalah pentingnya dalam menghasilkan atau
memanfaatkan emosi positif karyawan/anggota organisasi untuk keefektifan organisasi. Keberadaan
pemimpin sendiri dapat mempengaruhi perasaan karyawan di tempat kerja, dimana emosi yang
diekspresikan pemimpin atau atasan dapat mempengaruhi suasana dalam organisasi, yang
berkontribusi pada efektivitas organisasi.
Pemimpin sendiri sangat berperan dalam membentuk perilaku positif anggota tim ataupun
organisasi. Dengan adanya perubahan yang signifikan dalam agenda di banyak organisasi, sangat
berharga untuk merefleksikan bagaimana pemimpin mempengaruhi perilaku perubahan yang positif
dari anggota organisasi, dan mempertimbangkan apakah perilaku positif mampu mendorong
keterbukaan karyawan yang lebih besar terhadap perubahan. Terdapat dua perilaku khusus yang
berorientasi pada perubahan: kinerja kreatif & mengambil inisiatif. Pada penelitian sebelumnya,
ditemukan adanya hubungan pemimpin dan karyawan yang positif dipromosikan melalui tingkat
modal psikologis yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya personal internal
meningkatkan kapasitas seseorang untuk menghasilkan dan melaksanakan ide-ide baru dan inovatif,
namun juga menyebabkan peningkatan sumber daya diskresioner dalam perubahan.
Pemanfaatan strengths (kekuatan) di tempat kerja menjadi salah satu pendekatan yang
paling menjanjikan untuk meningkatkan kepositifan di tempat kerja. Manager atau atasan dapat
berdampak positif dengan berfokus pada kekuatan karyawan. Sedangkan karyawan yang merasa
diabaikan oleh atasan cenderung tidak terlibat dalam pekerjaan. Ketika atasan berfokus pada
kelemahan seorang karyawan maka kinerja rata-rata mereka menurun, sedangkan ketika atasan
berfokus pada kekuatan karyawan maka kinerja rata-rata meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
atasan memilih untuk menghabiskan lebih banyak waktu, energi, dan usaha untuk membangun
kekuatan.
Tampaknya banyak manfaat yang ditimbulkan dari kepositifan individu menggunakan
kekuatan mereka di tempat kerja, penting juga bagi karyawan dan atasan untuk menyadari situasi
orang lain yang terkadang dapat merasa kecewa, tidak terlibat, atau merasa tertekan sebagai hasil
penggunaan kekuatan. Karena memanfaatkan kekuatan di tempat kerja cenderung memberikan rasa
lebih percaya diri dan optimis pada individu, maka ketika terjadi kegagalan akan merasa lebih
kecewa. Individu dapat mencegah terjadinya resiko tersebut, dengan menciptakan harapan yang
realistis dan menjadikan kegagalan sebagai pembelajaran. Organisasi dan atasan juga harus sadar
bahwa pengembangan kekuatan tidak selalu tepat dilakukan bergantung pada situasi karyawan.
Future Research
Meskipun pada chapter ini telah memberikan landasan yang kuat dari
penelitian-penelitian sebelumnya mengenai manfaat sikap positif di tempat kerja, tentu saja
masih diperlukan penelitian lebih lanjut. Penelitian selanjutnya dibutuhkan untuk terus
membangun “business case” untuk sikap positif di tempat kerja dengan hubungan yang
lebih kuat terhadap efektivitas organisasi secara keseluruhan menggunakan pengukuran
objektif.
Namun, perlu diingat bahwa penelitian dalam psikologi organisasi industri telah
memberikan bukti substansial mengenai hubungan antara perilaku individu positif dan hasil
organisasi (seperti profitabilitas, penurunan turnover). Oleh karena itu, diperlukan penelitian
lebih lanjut sehingga dapat membantu kita dalam memahami hubungan langsung antara
afek positif dan kinerja organisasi. Khususnya, bagaimana kepositifan mempengaruhi
keberhasilan yang objektif dan eksternal. Saat ini berfokus pada penelitian yang membahas
perilaku positif terukur meningkatkan keterlibatan karyawannya. Untuk itu, pemimpin dan
praktisi psikologi organisasi yang bekerja sama perlu berkomitmen pada intervensi jangka
panjang dan mengukur dampak terhadap kinerja karyawan dan keuangan.
Terdapat peluang untuk mengeksplorasi lebih lanjut mengenai manfaat sikap positif
di tempat kerja. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, SNA mengeksplorasi cara anggota
saling berhubungan. Praktik ini juga dapat diterapkan dalam berbagai bidang lainnya,
seperti manajemen, psikologi, ilmu politik, dsb. Dengan memanfaatkan SNA dalam
mengeksplorasi keterhubungan jaringan interaksi dapat memberi pemahaman yang kuat
mengenai emosi dan kesejahteraan anggota organisasi dan dampak selanjutnya terhadap
efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Untuk mendukung penelitian di masa depan, menghubungkan studi tentang afek
positif dan analitik karyawan menjadi hal yang menarik. Analitik membantu memacu
pengambilan keputusan yang lebih efektif. Mengukur dampak emosi positif pada human
capital seperti perekrutan bakat, keberagaman, kesuksesan pekerjaan, dan retensi dapat
menyebabkan komitmen organisasi terhadap praktik peningkatan afek positif.
Kesimpulan
Dengan adanya sejumlah penelitian yang signifikan menunjukkan: dukungan
manfaat dari emosi positif dan sikap positif secara lebih luas, manfaat individu yang terlibat
dalam interaksi psikologi positif, maka disarankan bahwa pola kepositifan &
ketidaknyamanan yang menjadi ciri komunikasi suatu organisasi dapat berpengaruh secara
signifikan terhadap faktor individual (kesejahteraan, keterlibatan, dan kepuasan).
Dapat disimpulkan, penemuan dari penelitian terdahulu perlu dipertimbangkan untuk
menjadi alat yang berguna untuk para pemimpin, anggota organisasi dalam memupuk emosi
positif, hubungan positif, dan kinerja positif dalam diri individu. Sehingga pada suatu waktu
kepositifan ini dapat menciptakan spiral positif ke seluruh organisasi dan menghasilkan
peningkatan efektivitas organisasi.