Anda di halaman 1dari 5

1.

Joint Production (Produksi Gabungan)

Sudah umum kita jumpai di dalam praktek dimana satu perusahaan industri dengan bahan
baku yang sama dihasilkan (diproduksikan) output lebih dari satu macam.
Ada beberapa produk dihasilkan secara bersama-sama dari bahan baku yang sama dan dalam satu proses
produksi yang sama.
Contoh :
1. Bensin, Minyak Tanah, dan Minyak Pelumas adalah produk-produk yang dihasilkan dari
penyulingan Petroleum.
2. Perusahaan industri plastik dengan bahan baku biji plastik diproduksikan bermacam-
macam jenis barang antara lain ialah: kaleng plastik, baskom plastik, gelas plastik dan
lain-lain.
3. Perusahaan industri perabot dengan bahan baku kayu; dihasilkan berbagai-bagai perabot
rumah tangga antara lain : Meja, Kursi, Lemari dan lain-lain.
Saat atau titik berpisahnya produk-produk itu dari proses produksi disebut Split-Off Point.
Biaya produksi yang terjadi dari produk-produk ini sampai dengan titik pisah disebut Joint Cost
(Biaya Bersama) atau Common Costs (Biaya Gabungan).
Output yang lebih dari satu macam, yang dihasilkan dari satu jenis bahan baku disebut Joint
Product (Produk Gabungan) dan sedangkan keseluruhan biaya produksinya disebut Joint
Cost (Biaya Gabungan)
Oleh karena biaya produksi untuk masing-masing jenis produk itu, harus diketahui maka Joint Cost
tersebut harus dialokasikan secara adil dan teliti ke Joint Product.
Pengalokasian secara adil dan teliti merupakan masalah yang harus dicari pemecahannya. Salah satu
pemecahannya adalah mengalokasi Biaya Bersama (Joint Costs) dengan menggunakan Nilai Jual
Relatif dari produk-produk tersebut.

Dalm kasus tertentu, setelah titik pemisahan semua produk adalah produk akhir dapat dijual lansung
kepada pelanggan. Tetapi dalam kasus lain, setelah titik pemisah, ada satu atau lebih produk dapat
langsung dijual kepada pelanggan, dan ada pula yang harus diproses lebih lanjut.
Jika sebuah produk harus d ipro se s lebih lanjut, maka sudah barang tentu dibutuhkan biaya produksi
Tambahan. Tentu saja setelah proses produksi lanjutan ini selesai, produk dijual dengan harga yang lebih
tinggi dibanding dengan harga seandainya produk langsung dijual setelah titik pemisahan.

1.1. Alokasi Joint Cost (Biaya Gabungan)

Sehubungan dengan produksi gabungan tersebut maka sangat perlu diketahui harga pokok
dari masing-masing jenis output; sebab tanpa mengetahui harga pokok masing-masing jenis
output maka tidak ada pedoman untuk menentukan :

a. Harga Jual Masing-Masing Output


b. Laba Dari Masing-Masing Output

Perlu pula diketahui bahwa harga pokok masing-masing output berguna pula untuk
perencanaan dan pengembalian keputusan. Dengan mengetahui harga pokok produksi
masing-masing output maka dapat disusun perencanaan mengenai jumlah yang harus
diproduksi untuk masa yang akan datang sesuai dengan laba yang diinginkan dan dapat pula
dipergunakan untuk mengambil keputusan apakah output jenis perlu distop atau perlu
dikembangkan. Sudah barang tentu output yang tidak menguntungkan akan distop dan output
yang akan menguntungkandikembangkan terus.

Apakah satu jenis output tertentu menguntungkan atau merugikan perlu diketahui harga
pokok produksi-nya untuk masing-masing jenis output. Untuk menghitung harga pokok
produksi masing-masing output maka seluruh biaya produksi (joint cost) perlu dialokasikan
kepada masing-masing jenis output.

Sehubungan dengan alokasi Joint Cost itu, ada beberapa metode antara lain ialah metode :
1. Average Unit Cost Method.
2. Weighted Average Method.
3. Sales Value Method (Metode Nilai Jual Relatif).
Ad.1. Average Unit Cost Method (Metode Rata-Rata Biaya Per Unit)

Menurut method ini, harga pokok per unit dari setiap jenis output adalah sama besarnya.
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana karena perhitungannya sangat mudah
sekali. Di dalam menggunakan metode ini perlu pula berhati-hati; karena metode ini hanya
ideal diterapkan seandainya masing-masing jenis output relative sama kualitasnya tapi
berlainan merek.
Contoh : PT Deli Jaya memproduksi korek api dengan merek yaitu:

I Merek 555 jumlah = 10.000 bal


II Merek Cabai jumlah = 8.000 bal
III Merek Kansas jumlah= 20.000 bal
IV Merek Hero jumlah = 10.000 bal
V Merek Rumah jumlah= 30.000 bal
= 78.000 bal
Biaya produksi terdiri dari :
- Biaya Bahan Baku Langsung Rp. 1.000.000,-
- Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 500.000,-
- Biaya Pabrikasi Tidak Langsung Rp. 450.000,-
Jumlah Rp. 1.950.000,-

Diminta : Hitunglah jumlah harga pokok produksi untuk masing-masing merek, berdasarkan
Average Unit Cost Method.

Jawaban :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑃𝑃 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
1. Average Unit Cost (Unit Cost Rata-Rata) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑅𝑝 1.950.000
AUC = = Rp 25,00
78.000𝑢

2. Jumlah Harga Pokok Produksi Untuk Masing2 Jenis Produk :


Korek Api Merek 555 = 10.000 bal x Rp 25 = Rp. 250.000,00
Korek Api Merek Cabai = 8.000 bal x Rp 25 = Rp. 200.000,00
Korek Api Merek Kansas = 20.000 bal x Rp 25 = Rp. 500.000,00
Korek Api Merek Hero = 10.000 bal x Rp 25 = Rp. 250.000,00
Korek Api Merek Rumah = 30.000 bal x Rp 25 = Rp. 750.000,00
Jumlah = Rp. 1.950.000,00

Ad.2. Weighted Average Method (Metode Rata-Rata Tertimbang)

Menurut method ini semua Join Cost dialokasikan berdasarkan berat atau besarnya
output. Selanjutnya dengan memakai metode ini output yang paling berat atau besar akan
dibebankan biaya yang paling besar pula. Metode ini sangat ideal dipergunakan pada
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi dan/atau pada perusahaan-
perusahaan percetakan dan lain-lain. Metode ini tidak ideal digunakan pada perusahaan-
perusahaan kerajinan tangan, karena pada perusahaan-perusahaan semacam ini, semakin
kecil outputnya semakin mahal biaya produksinya terutama biaya tenaga kerjanya.

Contoh Soal :

PT. Parengge-Rengge adalah sebuah perusahaan industri plastik yang menghasilkan 2 jenis
output, yaitu :

1. Kaleng Plastik denga berat 1 kg per buah


1
2. Baskom Plastik dengan berat 2 kg per buah

Jumlah produksi untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 adalah :
1. Kaleng Plastik = 100.000 buah
2. Baskom Plastik = 80.000 buah

Perincian biaya produksi adalah sebagai berikut :


1. Biaya Bahan Baku Rp. 1.000.000,00
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 500.000,00
3. Biaya Pabrikasi Tidak Langsung Rp. 180.000,00
Total biaya produksi Rp. 1.680.000,00

Diminta : Hitunglah harga pokok produksi untuk masing-masing output, berdasarkan


Weighted Average Method.
Jawab :
Jumlah Berat Semua Output adalah :
Kaleng plastik 100.000 buah x 1 kg 100.000 kg
Baskom plastik 80.000 buah x ½ kg 40.000 kg
140.000 kg

Pembebanan biaya untuk masing – masing output adalah sbb:

100.000 kg
Kaleng plastik x Rp 1.680.000 = Rp 1.200.000,00
140.000 kg
40.000 kg
Baskom plastik x Rp 1.680.000 = Rp 480.000,00
140.000 𝑘𝑔

Harga Pokok Produksi Per Unit :


𝑅𝑝 .1.200.000
Kaleng Plastik = = Rp 12,00
100.000 𝑘𝑔
𝑅𝑝 .480.000
Baskom Plastik = 80.000 𝑘𝑔 = Rp 6,00

Ad.3. Sales Value Method ( Method Harga Jual atau Nilai Jual Relatif )

Menurut metode ini distribusi biaya atau alokasi biaya didasarkan atas perbandingan
harga jual masing – masing output. Dengan demikian maka output yang harga jualnya
lebih tinggi akan dibebani biaya yang lebih tinggi, demikian pula sebaliknya.

Perlu pula dijelaskan bahwa dasar teori ini didasarkan atas satu asumsi bahwa makin tinggi
harga pokok satu unit maka semakin tinggi pula harga jualnya.

Contoh :

PT. Dainang adalah salah satu perusahaan industriyang menghasilkan 3 jenis produksi yaitu:

I. Produksi A harga jualnya Rp 100,- per kg


II. Produksi B harga jualnya Rp 40,- per kg
III. Produksi C harga jualnya Rp 50,- per kg

Data produksi untuk tahun 2018 adalah :


Produk A 10.000 kg
Produk B 20.000 kg
Produk C 5.000 kg

Perincian biaya produksi sebagai berikut :


- Bahan baku Rp 600.000,00
- Upah langsung Rp 300.000,00
- Biaya tidak langsung Rp 125.000,00
Jumlah Rp 1.025.000,00

Diminta : Hitunglah harga pokok produksi per unit untuk masing – masing jenis output.
berdasarkan Sales Value Method.

Jawaban :

1. Jumlah Harga Jual :

Produk A 10.000 x Rp 100,- Rp 1.000.000,00


Produk B 20.000 x Rp 40,- Rp 800.000,00
Produk C 5000 x Rp 50,- Rp 250.000,00
Rp 2.050.000,00
2. Alokasi Biaya
𝑅𝑝 .1.000.000
Produk A = 𝑅𝑝 .2.050.000 x Rp 1.025.000 = Rp 500.000,00
𝑅𝑝 . 800.000
Produk B = 𝑅𝑝 .2.050.000 x Rp 1.025.000 = Rp 400.000,00
𝑅𝑝 . 250.000
Produk C = x Rp 1.025.000 = Rp 125.000,00
𝑅𝑝 .2.050.000

3. Harga Pokok Produksi Per Unit adalah :

𝑅𝑝 .500.000
Produk A = = Rp 50,00
10.000 𝑘𝑔
𝑅𝑝 .400.000
Produk B = = Rp 20,00
20.000 𝑘𝑔
𝑅𝑝 .125.000
Produk C = = Rp 25,00
10.000 𝑘𝑔

2.2. Biaya Setelah Pemisahan (Setelah Titik Split Off)

Sering pula di jumpai di dalam satu perusahaan industri yang berproduksi secara gabungan,
masih memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk masing – masing jenis output, setelah
adanya pemisahan (split-off).

Misalnya satu perusahaan industri yang memakai bahan baku minyak sawit menghasilkan 2
jenis output yaitu : output A dan output B. Selanjutnya output dicampur dengan bahan baku
X untuk menghasilkan susu.

Seandainya dijumpai seperti di atas maka harga pokok masing – masing output terdiri dari
harga pokok pada saat pemisahan ditambah seluruh biaya setelah adanya pemisahan.

3. Pertanyaan Teori

1. Berikan pengertian joint product dan join cost


2. Sebutkan ciri – ciri joint product
3. Berikan alasan mengapa joint cost dialokasikan dan berikan pula method alokasi yang
saudara ketahui
4. Berikan pengertian tentang by product
5. Apakah perbedaan antara by product dan joint product
6. Berikanlah pengertian split – off dan apa hubungannya dengan by product maupun
joint product
7. Jelaskan secara singkat bagaimana memeperlakukan by product di dalam laporan
keuangan
8. By product ada 2 jenis. Sebutkan dan jelaskan

Anda mungkin juga menyukai