Anda di halaman 1dari 36

Bab STANDAR NASIONAL

PENDIDIKAN
5

A. PENDAHULUAN

P endidikan merupakan suatu usaha yang


dilakukan secara sengaja dengan tujuan
memberikan perubahan kepada manusia dari
tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan Nasional Indonesia
harus sejalan dengan amanat pasal 31 UUD Negara RI
Tahun 1945 tentang Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu
bahwa: (1) Setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
serta (3) Pemerintah mengusahaan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka
menrdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan akan
dicapai tujuan nasional.
Melalui pendidikan nasional setiap warga negara
Indonesia diharapkan menjadi manusia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas,
produktif, berdaya saing tinggi, dan bermartabat di tengah
pergaulan internasional. Dalam hubungan ini segala upaya
perlu dilakukan agar pelaksanaan pendidikan nasional
dapat berhasil sehingga tujuan pendidikan nasional dapat
tercapai.

Pengantar Pendidikan • 153


Oleh karena itu, pemerintah terus menerus berupaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sejalan
dengan hal itu, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan
Rakyat telah menetapkan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-
undang ini mengamanatkan pembaharuan yang besar
dalam sistem pendidikan di Indonesia. Selanjutnya untuk
menjamin mutu terselenggaranya pendidikan ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang
Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Standar Nasional Pendidikan meliputi berbagai standar
yang meliputi: standar kompetensi lulusan, standar isi,
standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, serta standar penilaian. Yang dimaksud
dengan standar tersebut menurut peraturan pemerintah
19/2005 antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.

B. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan
yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan. Dalam
penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus
dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi
Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan
standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,

154 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar
pembiayaan.
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria
kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat
dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara
Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-
masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan
pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring
dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap
periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi
digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan
Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.
Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan
meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau
kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok
mata kuliah.
Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa
menekankan pada kemampuan membaca dan menukus
dengan jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan mencakuo
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Mulyasana, 2015:
156).
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan
menengah umum dan menengah kejuruan bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan agar peserta didik dapat
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Sementara itu, standar kompetensi lulusan pada jenjang
pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan para

Pengantar Pendidikan • 155


mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang berakhlak
mulia, memiliki pengetahuan,keterampilan, kemandirian,
dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta
menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat
bagi kemanusiaan.
Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan
menengah dan pendidikan nonformal dikembangkan
oleh BSNP dan ditetapkan dengan peraturan Menteri,
sedangkan standar kompetensi lulusan pendidikan tinggi
ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi.

C. STANDAR ISI
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa
Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi
dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria
muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik
satuan pendidikan dan program pendidikan. Standar isi
memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan.
Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang
dikembangkan dalam kurikulum pendidikan umun,
kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas:

156 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi
4. Kelompok mata pelajaran estetika
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan
Kurikulum untuk jenis pendidikan keagamaan
formal terdiri atas kelompok mata pelajaran yang
ditentukan berdasarkan tujuan pendidikan keagamaan.
Satuan pendidikan non formal dalam bentuk kursus dan
lembaga pelatihan menggunakan kurikulum berbasis
kompetensi yang memuat pendidikan kecakapan hidup
dan keterampilan.
Setiap mata pelajaran dilaksanakan secara holistik
sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata
pelajaran memengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan
peserta didik. Semua kelompok mata pelajaran sama
pentingnya dalam menentukan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah.
Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A
atau bentuk lain yang sederajat menekankan pentingnya
kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis,
kecakapan berhitung, serta kemampuan berkomunikasi.
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
pada pendidikan formal atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan
teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian pada pendidikan formal atau bentuk lain yang

Pengantar Pendidikan • 157


sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegaiatan
agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni, dan
budaya, dan pendidikan jasmani.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada SD/MI/SDLB/Paket A atau bentuk lain
yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan
muatan lokal yang relevan.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada SMP/MTs/SMPLB/Paket B atau bentuk
lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan/
atau teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan
lokal yang relevan.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada SMA/MA/SMALB/Paket C atau bentuk
lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan/
atau teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan
lokal yang relevan.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
sosial, keterampilan/kejuruan, dan/atau teknologi
informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang
relevan.
Kelompok mata pelajaran estetika pada pendidikan
formal atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan

158 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya,
keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga,dan
kesehatan pada pendidikan formal atau bentuk lain
yangs ederajat dilaksanakan melalui muatan/kegiatan
pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehataan, ilmu
pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.
Kedalaman kurikulum pada setiap satuan pendidikan
dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/
atau semester sesuai dengan standar Nasional Pendidikan.
kompetensi tersebut terdiri atas standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Kompetensi mengenai kedalaman
muatan kurikulum tersebut dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan peraturan Menteri.
1. Beban Belajar
Beban belajar untuk peserta didik atau bentuk lain yang
sederajat menggunakan jam pembelajaran setiap minggu
setiap semester dengan sistem tetap tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur sesuai
kebutuhan dan ciri khas masing-masing. Sementara itu,
lingkungan madrasah atau bentuk lain yang sederajat
dapat menambahkan beban belajar untuk kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian sesuai dengan
kebutuhan dan ciri khasnya.
Beban belajar untuk pendidikan formal tingkat
menengah dan atas untuk bentuk lain yang sederajat dapat
dinyatakan dalam Satuan Kredit Semester (SKS). Beban
belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan
yang menerapkan sistem SKS ditetapkan dengan Peraturan
Mentri berdasarkan usul dari BSNP.
Beban belajar pada pendidikan kesetaraan disampaikan
dalam bentuk tatap muka, praktek keterampilan dan

Pengantar Pendidikan • 159


kegiatan mandiri yang terstruktur sesuai dengan
kebutuhhan. Beban belajar efektif per tahun ditentukan
dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.
Ketentuan mengenai beban belajar, jam pembelajaran,
waktu efektif tatap muka, dan persentase beban belajar
setiap kelompok mata pelajaran ditetapkan dengan
Peraturan Menteri berrdasarkan usulan BSNP.
2. Kurikulum-Kecakapan Hidup dan Keunggulan
Lokal
Kurikulum untuk pendidikan formal tingkat
menengah dan atas atau bentuk lain yang sederajat dapat
memasukkan pendidikan kecakapan hidup. Pendidikan
kecakapan hidup mencakup kecakapan pribadi, kecakapan
sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.
Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan
bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan keperibadian, pendidikan kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok
mata pelajaran pendidikan estetika, atau kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani, olehraga, dan kesehatan.
Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta
didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari
satuan pendidikan non formal yang sudah memperoleh
akreditasi.
Kurikulum untuk SMP/MTS/SMPLB atau bentuk lain
yang sederajat dan kurikulum untuk SMS/MA/SMALB atau
bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan
berbasis keunggulan lokal. Pendidikan berbasis keunggulan
lokal dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan
kelompok mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

160 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
dan keperibadian, pendidikan kelompok mata pelajaran
ilmu pengfetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok
mata pelajaran estetika, atau kelompok mata pelajaran
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh
peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan
atau dari satuan pendidikan non formal yang sudah
memperoleh akreditasi
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Penyusunan kurikulum pada satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan
yang disusun oleh BSNP. Panduan tersebut berisi seurang-
kurangnya :

1. Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan


tingkat sekolah dasar sampai menengah atas pada
jalur pendidikan pendidikan formal kategori
standar.
2. Model-model kurikulum tingkat satuan
pendidikan untuk sekolah dasar/menengah
sampai menengah atas pada jalur pendidikan
normal kategori mandiri.
Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan
pendidikan jenjang satuan dasar dan menengah keagamaan
berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP.
Panduan tersebut berisi sekurang-kurangnya model-
model kurikulum satuan pendidikan keagamaan jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan
sekurang-kurangnya meliputi model kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket dan

Pengantar Pendidikan • 161


kurikulum tingkat satuan pendidikan yang menggunakan
sistem kredit semester.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan atau bentuk
lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
Sekolah dan komite sekolah atau madrasah dan
komite madrasah mengembangkan kurikulum tingkat
satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka
dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan dibawah
supervisi dinas kabupaten/ kota yang bertanggung jawab
di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK,
dan departemen yang menangani urusan pemerintahan
dibidang agama untuk MI, MTS, MA, dan MAK.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
untuk program paket A, B, dan C ditetapkan oleh dinas
kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan berdasarkan kerangka dasar kurikulum sesuai
dengan peraturan pemerintah ini dan dan standar kompetensi
lulusan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap
program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan
ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan.
4. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Pendidikan
Tinggi
Kerangka dasar dan struktur untuk perguruan tinggi
dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan
untuk setiap program studi. Kurikulum tingkat satuan
pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan
Agama, pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
dan Bahasa Inggris. Kurikulum tingkat satuan pendidikan
tinggi program sarjana dan Diploma wajib memuat mata

162 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
kuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan, serta
mata kuliah statistika dan/atau matematika.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kedalaman
muatan kurikulum pendidikan tinggi diatur oleh perguruan
tinggi masing-masing. Beban SKS minimal dan maksimal
program pendidikan pada pendidikan tinggi dirumuskan
oleh BSNP dan ditetapkan dengan peraturan menteri.
Beban SKS efektif program pendidikan pada pendidikan
tinggi diatur oleh masing-masing perguruan tinggi.

D. STANDAR PROSES
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah
satu standar yang harus dikembangkan adalah standar
proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.
Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah pada jalur formal, balk pada sistem paket
maupun pada sistem kredit semester.
Standar proses meliputi perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif
dan efisien. Dalam tulisan ini akan dikaji pada standar
pelaksanaan proses pembelajaran.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, insfiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi
aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

Pengantar Pendidikan • 163


kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya pembelajaran yang
efektif dan efisien. Perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar.
Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan
mengembangkan budaya membaca dan menulis serta
dilaksanakan dengan memperhatikan jumlah maksimal
peserta didik perkelas dan beban mengajar maksimal
pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran setiap
peserta didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik
setiap pendidik. Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai
tekhnik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang
harus dikuasai. Teknik penilaian tersebut dapat nerupa teks
tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan perseorangan
atau kelompok.
Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah, teknik penilaian pendidikan secara
individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satukali
dalam satu semester. Pengawasan proses pembelajaran
meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi,pelaporan, dan
pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.
Standar perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan

164 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
pengawasan proses pembelajaran dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan dengan peraturan menteri.

E. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA


KEPENDIDIKAN
Tenaga pendidikan atau guru harus mempunyai
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat rohani dan jasmani serta mampu
mewujudkan tujuan pendidikan nasioanal.
Pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagai
mana dimaksud tersebut adalah tingkat pendidikan minimal
yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relefan
sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia
dini meliputi :

1. Kompetensi pedagogis
2. Kompetensi keperibadian
3. Kompetensi profesional, dan
4. Kompetensi sosial
Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau
sertifikat keahlian sebagai mana dimasud diatas tetapi
memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat
diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan
dan kesetaraan. Kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud di

Pengantar Pendidikan • 165


atas dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.
Pendidik pada Pendidikan Anak Usia Dini memiliki:
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma
empat (D-IV) atau sarjana (S1);
2. Latar belakang pendidikan tinggi di bidang Pendidikan
Anak Usia Dini, kependidikan lain, atau psikologi, dan
3. Sertifikasi profesi guru untuk PAUD
Pendidik pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat
memiliki:
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1);
2. Latar belakang pendidikan tinggi di bidang SD/
MI, kependidikan lain, atau psikologi, dan
3. Sertifikasi profesi guru SD/MI.
Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang
sederajat memiliki:
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma
empat (D-IV) atau sarjana (S1);
2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan, dan
3. Sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs.
Pendidik pada SMA/MA atau bentuk lain yang
sederajat memiliki:
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1);
2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran
yang diajarkan, dan

166 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
3. Sertifikat profesi guru untuk SMA/MA.
Pendidik pada SMK/MAK atau bentuk lain yang
sederajat memiliki:
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma
empat (D-IV) atau sarjana (S1);
2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan, dan
3. Sertifikat profesi guru untuk SMK/MAK
Pendidik pada SDLB/SMPLB/SMALB atau bentuk
lain yang sederajat memiliki:
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma
empat (D-IV) atau sarjana (S1);
2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan, dan
3. Sertifikat profesi guru untuk SD/SMPLB/SMALB
Pendidik pada TK/ RA sekurang kurangnya terdiri
atas guru kelas yang penugasannya ditetapkan oleh masing-
masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
Pendidik pada SD/MI sekurang-kurangnya terdiri dari
guru kelas dan guru mata pelajaran yang penugasannya
ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai
dengan kebutuhan.
Guru mata pelajaran sebagaimana dimaksud diatas
sekurang-kurangnya mencakup guru kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia serta guru kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang
sederajat dan SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat
terdiri atas guru mata pelajaran yang penugasannya

Pengantar Pendidikan • 167


ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai
dengan keperluan.
Pendidik pada SDLB, SMPLB, dan SMALB terdiri dari
guru mata pelajaran dan pembimbing yang penugasannya
ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai
dengan keperluan. Pendidik pada satuan pendidikan paket
A, B, dan C teridiri atas tutor penanggung jawab kelas, tutor
penanggung jawab mata pelajaran, dan narasumber teknis
yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan
pendidikan sesuai dengan keperluan. Sedangkan Pendidikan
pada lembaga kursus dan pelatihan keterampilan terdiri
atas pengajar, pembimbing, pelatih dan penguji.
Pendidik pada pendidikan tinggi memiliki kualifikasi
pendidikan minimum:
1. Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1) untuk program
Diploma;
2. Lulusan program Magister (S2) untuk program Sarjana
(S1) dan program Doktor (D3)
3. Selain kualifikasi pendidik, khusus pendidik pada
program vokasi harus memiliki sertifikat kompetensi
sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang
diajarkan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.
4. Selain kualifikasi pendidik, untuk program sarjana pada
program profesi harus memiliki sertifikat kompetensi
setelah sarjana sesuai dengan tingkat dan bidang
keahlian yang diajarkan yang dihasilkan oleh perguruan
tinggi.
Pendidik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai
dengan jenjang kewenangan mengajarnya. Selain syarat
tersebut, menteri yang menangani urusan pemerintahan
di bidang agama dapat memberikan kriteria tambahan.

168 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
a. Tenaga kependidikan
Tenaga kependidikan pada TK/RA atau bentuk lain
yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala TK/
RA dan tenaga kebersihan TK/RA. Sedangkan untuk SD/
MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya
terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi,
tenaga perpustakaan dan tenaga ebersihan sekolah/
madrasah.
Untuk SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat
dan SMA/MA atau bentk lain yang sederajat sekurang-
kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga
administrasi, nenaga perpustakaan, tenaga laboratorium,
dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah. SMK/MAK
atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri
atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, nenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan
sekolah/madrasah.
SDLB, SMPLB, SMALB atau bentuk lain yang
sederajat sekurang-kurangnya terdiri dari kepala sekolah/
madrasah, tenaga administrasi, nenaga perpustakaan,
tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/
madrasah, teknisi sumber belajar, psikolog, pekerja sosial,
dan terapis.
Paket A, B, dan C sekurang-kurangnya terdiri atas
pengelola kelompok belajar, tenaga administrasi, dan
tenaga perpustakaan.
Lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan
sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola atau
penyelengggara, teknisi, sumber belajar, pustakawan,
dan laboran. Tenaga kependidikan di lembaga kursus
dan pelaithan harus memiliki kualifikasi dan kompetensi
minimum yang dipersyaratkan. Ketentuan lebih lanjut
tentang standar tenaga kependidikan pada lembaga kursus

Pengantar Pendidikan • 169


danpelatihan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
dengan peraturan Menteri.
Standar untuk setiap jenis tenaga
kependidikansebagaimana dimaksud di atas dikembangkan
oleh BSNP dan ditetapkan dengan peraturan Menteri.
Tenaga kependidikan pada pendidikan tinggi harus memiliki
kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi sebagaimana
dimaksud di atas dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
dengan peraturan Menteri.
b. Kriteria kepala sekolah
Dalam rangka meningkatkan kualitas kepala sekolah/
madrasah, pemerintah menetapkan kriteria kepala sekolah/
madrasah sesuai peraturan pemerintah nomor 19 tahun
2005 (Mulyasana, 2015: 161-162).
Kriteria untuk menjadi kepala TK/RA meliputi:
1. Berstatus sebagai guru TK/RA
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan
kewirausahaan di bidang pendidikan.
Kriteria untuk menjadi kepala SD/MI meliputi:
1. Berstatus sebagai guru SD/MI
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun di SD/MI; dan

170 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan
kewirausahaan di bidang pendidikan.
Kriteria untuk menjadi kelapa SMP/MTs/SMA/MA/
SMK/MAK;
1. Berstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/
SMK/MAK
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun di SMP/MTs/SMA/
MA/SMK/MAK; dan
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan
kewirausahaan di bidang pendidikan.
Kriteria untuk menjadi kelapa SDLB/SMPLB/
SMALB;
1. Berstatus sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun di SDLB/SMPLB/
SMALB di satuan pendidikan khusus; dan
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan,
pengelolaan, dan kewirausahaan di bidang
pendidikan.
c. Pengawas
Pengawas pada pendidikan formal dilakukan oleh
pengawas satuan pendidikan. Kriteria minimal untuk
menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi:

Pengantar Pendidikan • 171


1. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan)
tahun atau
2. Kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun
pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan
pendidikan yang diawasi
3. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai
pengawas satuan pendidikan
4. Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan
Kriteria pengawas suatu satuan pendidikan
sebagaimana di atas dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan peraturan Menteri. Pengawasan pada
pendidikan nonformal dilakukan oleh penilik satuan
pendidikan. Kriteria minimal untuk menjadi penilik
adalah:
1. Berstatus sebagai pamong belajar/pamong atau
jabatan sejenis di lingkungan pendidikan luar sekolah
dan pemuda sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun atau
pernah menjadi pengawas satuan pendidikan formal
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku; memiliki sertifikat pendidikan
fungsional sebagai penilik dan lulus seleksi sebagai
penilik.
Kriteria penilik suatu satuan pendidikan sebagaimana
yang dimaksudkan di atas dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan peraturan Menteri. Setiap satuan
pendidikan yang melaksanakan pendidikan inklusif
harus memiliki tenaga kependidikan yang mempunyaii
kompetensi menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta
didik dengan kebutuhan khusus. Kriteria penyelenggaraan
pembelajaran dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.

172 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
F. STANDAR PENGELOLAAN
Standar pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen
berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
tinggi menerapkan otonomi perguruan tinggi yang dalam
batas-batas yang diatur dalam ketentuan perundang-
undangan yang berlaku memberikan kebebasan dan
mendorong kemandirian dalam pengelolaan akademik,
operasiol, personalia, keuangan, dan area fungsional
pengelolaan lainnya yang diatur oleh masing-masing
perguruan tinggi.
Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang
mengatur hal-hal berikut diantaranya: a) kurikulum tingkat
satuan pendidikan dan silabus, b) kalender pendidikan/
akademik, yang menunjukkan seluruh kategori aktifitas
satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara
semesteran, bulanan dan mingguan, c) struktur organisasi
satuan pendidikan (pedomannya diputuskan oleh komite
sekolah dan ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan), d)
pembagian tugas diantara pendidik, e) pembagian tugas
diantara tenaga kependidikan, f ) peraturan akademik, g)
tata tertib satuan pendidikan, minimal meliputi tata tertib
pendidik,tenaga kependidikan, dan peserta didik serta
penggunaan dan pemeliharaan sarana prasarana sekolah,
h) kode etik hubungan antar sesama warga di dalam
lingkungan satuan pendidikan dan hubungan antara warga
satuan pendidikan dengan masyarakat, i) biaya operasional
satuan pendidikan, j) pedoman tersebut sebagaimana
disebut pada ayat 1 butir a, b, d, e, f, dan h diputuskan oleh
rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala satuan
pendidikan.

Pengantar Pendidikan • 173


a. Rencana Kerja Kepala Sekolah
Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana
kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari rencana
kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa
4 tahun. Rencana kerja tahunan yang dimaksud meliputi:

1. Kalender pendidikan/akademik yang meliputi


jadwal pembelajaran
2. Ulangan, ujian, kegiatan ekstrakulikuler dan hari
libur
3. Jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan untuk tahun ajaran berikutnya
4. Matapelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan
pada semester gasal, semester genap, dan semester
pendek bila ada
5. Penugasan pendidik pada mata pelajaran atau
mata kuliah dan kegiatan lainnya
6. Buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-
masing mata pelajaran
7. Jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pembelajaran
8. Pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal
bahan habis pakai
9. Program peningkatan mutu dan tenaga
kependidikan
10. Jadwal rapat dewan pendidik, rapat konsultasi
satuan pendidikan dengan orang tua/wali peserta
didik, dan rapat satuan pendidikan dengan komite
sekolah untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah

174 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
11. Jadwal rapat dewan dosen dan rapat senat
akademik untuk jenjang pendidikan tinggi
12. Rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan
pendidikan untuk masa kerja satu tahun
13. Jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan
kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun
terakhir
Pengelolaan satuan pendidikan dilakukan secara
mandiri, efisien, efektif dan akuntabel. Pelaksanaan
pengelolaan satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah yang tidak sesuai dengan rencana kerja
tahunan sebagaimana dimaksud diatas harus mendapat
persetujuan dari rapat dewan pendidik dan komite
sekolah. Pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah menjadi tanggung jawab
kepala satuan pendidikan dalam rapat dewan pendidik dan
komite sekolah.
Pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan untuk
jenjang pendidikan tinggi yang tidak sesuai dengan
rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud di atas
harus mendapat persetujuan dari lembaga berwenang
sebagaimana diatur oleh masing-masing perguruan
tinggi sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada
jenjang pendidikan tinggi dipertanggung jawabkan oleh
kepala satuan pendidikan kepada lembaga berwenang,
sebagaimana diatur oleh masing-masing perguruan tinggi
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pengawas Satuan Pendidikan
Pengawas satuan pendidikan meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil
pengawasan. Pemantauan dilakukan oleh pimpinan satuan

Pengantar Pendidikan • 175


pendidikan dan komite sekolah atau bentuk lain dari
lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan
secara teratur dan berkesinambungan untuk menilai
efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas satuan pendidikan.
Supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik
dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh
pengawas atau penilik satuan pendidikan dan kepala satuan
pendidikan.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
laporan oleh pendidik ditujukan kepada pimpinan satuan
pendidikan dan orang tua/wali peserta didik, yang berisi
hasil evaluasi dan penilaian dimaksud dilakukan sekurang-
kurangnya pada setiap akhir semester. Laporan oleh
tenaga kependidikan ditujukan kepada pimpinan satuan
pendidikan berisi pelaksanaan teknis dari tugas masing-
masing dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir
semester.
Untuk pendidikan dasar dan menengah, laporan oleh
pimpinan satuan pendidikan ditujukan kepada komite
sekolah dan pihak pihak lain yang berkepentingan yang
berisi hasil evaluasi dan dilakukan sekurang-kurangnya
setiap akhir semester. Untuk pendidikan dasar menengah
dan non formal laporan oleh pengawas dan penilik satuan
pendidikan ditujukan kepada bupati/wali kota melalui
dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab dibidang
pendidikan dan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Untuk pendidikan dasar menengah dan keagamaan, laporan
oleh pengawas satuan pendidikan ditujukan kepada kantor
departemen agama kabupaten/kota dan satuan pendidikan
yang bersangkutan.
Untuk jenjang pendidikan tinggi laporan oleh kepala
satuan pendidikan ditujukan kepada menteri berisi hasil
evaluasi yang dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir

176 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
semester. Setiap pihak yang menerima laporan sebagaimana
dimaksud di atas wajib menindak lanjuti laporan tersebut
untuk meningkatkan mutu satuan pendidikan, termasuk
memberikan sanksi atas pelanggaran yang ditemukannya.
c. Standar Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah menuyusun rencana kerja tahunan
bidang pendidikan dengan memprioritaskan program:
1. Wajib belajar
2. Peningkatan angka partisipasi angka pendidikan
untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi
3. Penuntasan pemberantasan buta aksara
4. Penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik
yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat.
5. Peningkatan status guru sebagai profesi
6. Peningkatan mutu dosen
7. Standarisasi pendidikan
8. Akreditasi pendidikan
9. Peningkatan relevansi pendidikan terhadap
kebutuhan masyarakat lokal, nasional dan global
10. Pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM)
bidang pendidikan
11. Penjaminan mutu pendidikan nasional
12. Realisasi rencana kerja tahunan disetujui dan
dipertanggungjawabkan oleh Gubernur atau
Bupati/Wali Kota sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pemerintah pusat bersama-sama dengan pemerintah
daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf

Pengantar Pendidikan • 177


internasional. Menteri menyelenggarakan sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
tinggi untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan
bertaraf internasional.

G. STANDAR PEMBIAYAAN
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,
biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan
pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja
tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya
operasi satuan pendidikan meliputi:
1. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai
2. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya,
air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, pajak, asuransi,
dan lain sebagainya
3. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan
dalam peraturan menteri berdasarkan usulan BNSP.

H. STANDAR SARANA DAN PRASARANA


Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang
meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lainnya yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang
meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang

178 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain,
dan ruang atau tempat lainnya yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
Standar keberagaman jenis peralatan laboratorium
IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer dan
peralatan pembelajaran lainnya pada satuan pendidikan
dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimalperalatan
yang harus tersedia dengan rasio minimal jumlah peralatan
per peserta didik. Standar buku perpustakaan dinyatakan
dalam jumlah judul dan jenis buku di perpustakaan satuan
pendidikan, standar jumlah buku teks pelajaran dinyatakan
dalam rasio minimal jumlah buku teks pelajaran untuk
masing-masing mata pelajaran pada satuan pendidikan
untuk setiap peserta didik. Standar sumber belajar lainnya
untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio
jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai dengan
jenis sumber belajar dan karakteristik satuan pendidikan.
Lahan sebagaimana dimaksud di atas digunakan
untuk bangunan satuan pendidikan, lahan praktek, lahan
untuk sarana penunjang dan lahan pertamanan untuk
menjadikan satuan pendidikan menjadi nyaman dan sehat.
Standar lahan satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio
luas lahan per peserta didik. Standar letak lahan satuan
pendidikan mempertimbangkan letak lahan di dalam
cluster satuan pendidikan sejenis dan sejenjang serta letak
lahan di dalam cluster satuan pendidikan yang menjadi
pengumpan masukan peserta didik. Standar letak lahan
mempertimbangkan jarak tempuh maksimal yang harus
dilalui peserta didik untuk menjangkau satuan pendidikan
tersebut. Standar letak lahan mempertimbangkan

Pengantar Pendidikan • 179


keamanan kenyamanan dan kesehatan lingkungan. Standar
rasio ruang kelas per peserta didik dan standar rasio luas
bangunan per peserta didik dirumuskan oleh BSNP dan
ditetapkan dalam peraturan menteri.
Standar kualitas bangunan minimal pada satuan
pendidikan dasar dan menengah adalah kelas B. standar
kualitas bangunan pada satuan pendidikan tinggi adalah
kelas A. pada daerah rawan gempa bumi dan tanah labil
bangunan satuan pendidikan harus memenuhi ketentuan
standar bangunan tahan gempa. Standar kualitas bangunan
satuan pendidikan sebagaimana diatas mengacu pada
ketetapan menteri yang menangani urusan pemerintahan
di bidang pekerjaan umum.
Satuan pendidikan yang memiliki peserta
didik, pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
memerlukan layanan khusus wajib menyediakan akses
ke sarana dan prasarana yang sesuai kebutuhan mereka.
Ketersediaan penyediaan akses sarana dan prasarana
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dalam
peraturan menteri. Pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan menjadi tanggung jawab satuan pendidikan
bersangkutan. Pemeliharaan dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan dengan memperhatikan masa pakai
yang ditetapkan dalam peraturan menteri.

I. STANDAR PENILAIAN
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah terdiri atas: penilaian hasil belajar oleh
pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan,
penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian pendidikan
pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas penilaian hasil
belajar oleh pendidik dan penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan tinggi. Penilaian pada jenjang pendidikan

180 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
tinggi diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan
dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian,
ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester.
Penilaian sebagaimana dimaksud digunakan untuk menilai
pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan
laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses
pembelajaran.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan meliputi:
1. Pengamatan terhadap perubaha perilaku dan
sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan
kepribadian peserta didik.
2. Ujian, ulangan dan atau penugasan untuk
mengukur aspek kognitif peserta didik.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan,
penugasan, dan atau bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik materi yang dinilai. Penilaian hasil belajar
kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan afeksi dan psikomotorik peserta
didik.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga dan kesehatan dilakukan melalui:
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta

Pengantar Pendidikan • 181


didik, dan ulangan penugasan untuk mengukur aspek
kognitif peserta didik.
Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah
BNSP menerbitkan panduan penilaian untuk kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran dan kepribadian, kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olahraga
dan kesehatan.
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi
lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar
dimaksud untuk semua mata pelajaran pada kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran dan kepribadian, kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olahraga
dan kesehatan yang merupakan penilaian akhir untuk
menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
Penilaian akhir harus mempertimbangkan hasil penilaian
peserta didik oleh pendidik yang sudah diatur pada Pasal
64 Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005. Penilaian
hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok
ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian
sekolah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan.
Untuk dapat mengikuti ujain sekolah sebagaimana
dimaksud pada ayat 4 permendiknas 19/2005, peserta didik
harus mendapatkan nilai yang sama atau lebih besar dari
nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP
pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok mata pelajaran dan kepribadian, kelompok mata

182 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani
olahraga dan kesehatan. Ketentuan mengenai penilaian
akhir dan ujian sekolah diatur lebih lanjut dalam peraturan
menteri berdasarkan usulan BSNP.
c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah
Penilaian hasil belajar yang diatur pada pasal 63 ayat
1 butir c PP nomor. 19/2005 bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata
pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam bentuk
ujian nasional. Ujian nasional dilakukan secara objektif,
berkeadilan, dan akuntabel. Ujian nasional diadakan
sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua
kali dalam satu tahun pelajaran.
Pemerintah menugaskan BSNP untuk
menyelenggarakan ujian nasional yang diikuti peserta didik
pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan
dasar dan menengah serta jalur non formal kesetaraan.
Dalam penyelenggaraan ujian nasional BSNP bekerja
sama dengan instansi terkait di lingkungan pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan
satuan pendidikan. Ketentuan mengenai ujian nasional
diatur lebih lanjut dalam peraturan menteri.
Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu
pertimbangan untuk pemetaan mutu, program dan atau
satuan pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang berikutnya,
penentuan kelulusan peserta didik, dan pembinaan serta
pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Setiap peserta didik jalur pendidikan formal dan
non formal berhak mengikuti ujian nasional dan berhak
mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus dari

Pengantar Pendidikan • 183


satuan pendidikan. Peserta didik pendidikan informal dapat
mengikuti ujian nasional setelah memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh BSNP. Peserta ujian nasional memperoleh
surat keterangan hasil ujian nasional yang diterbitkan oleh
satuan pendidikan penyelenggara ujian nasional.
d. Kelulusan
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan
pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
2. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian
akhir untuk seluruh mata pelajaran pada
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia, kelompok mata pelajaran dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi, kelompok mata pelajaran estetika, dan
kelompok mata pelajaran jasmani olahraga dan
kesehatan.
3. Lulus ujian sekolah untuk kelompok pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Lulus ujian nasional.
Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
ditetapkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan
sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dalam peraturan menteri.

SOAL LATIHAN

Petunjuk
1. Bacalah soal dengan baik!
2. Tulis jawaban kertas dengan rapi!
3. Kumpulkan jawaban untuk diperiksa oleh teman
sejawat!

184 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
Soal
1. Apa yang dimaksud dengan standar kompetensi
lulusan?
2. Jelaskan 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik!
3. Kemukakan gagasan Anda untuk melakukan
penjaminan kualitas melalui pemenuhan standar isi!

TES FORMATIF

Petunjuk
1. Bacalah soal dengan seksama!
2. Jawaban di ketik dalam bentuk power point!
3. Power point ditampilkan di depan kelas!
Soal
Meskipun standar proses (pembelajaran), standar
pendidik, standar prasarana dan sarana sudah disiapkan, dan
pendekatan “pembelajaran berpusat pada siswa” (student
centered approach) telah lama dikumandangkan, namun
suasana pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif, inovatif
dan menyenangkan bisa dikatakan belum terinternalisasi
dalam proses pembelajaran. Mengapa hal ini bisa terjadi?

RANGKUMAN
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi
Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan
standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar
pembiayaan.

Pengantar Pendidikan • 185


Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang
lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar proses meliputi perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif
dan efisien. Dalam tulisan ini akan dikaji pada standar
pelaksanaan proses pembelajaran.
Pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagai
mana dimaksud tersebut adalah tingkat pendidikan minimal
yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan
sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (1991). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta


Aziz, A. (2018). Landasan Pendidikan. Jakarta: Haja
Mandiri
Azzet, A. M. (2011). Pendidikan yang Membebaskan.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Daryanto. (2013). Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja
Guru Profesional. Yogyakarta: Gava Media.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Mulyasana, D. (2015). Pendidikan Bermutu dan Berdaya

186 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
Saing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nanang, F. (2001). Landasan Manajemen Pendidikaan.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 19
Tahun 2007. Standar Pengelolaan Pendidikan oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan
Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Pidarta, M. (1997). Landasan Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta
Rahmat, A. (2014). Pengantar Pendidikan (Teori, Konsep, dan
Aplikasi). Gorontalo: Ideas Publishing.

Pengantar Pendidikan • 187

Anda mungkin juga menyukai