PENDIDIKAN
5
A. PENDAHULUAN
154 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar
pembiayaan.
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria
kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat
dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara
Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-
masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan
pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring
dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap
periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi
digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan
Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.
Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan
meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau
kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok
mata kuliah.
Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa
menekankan pada kemampuan membaca dan menukus
dengan jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan mencakuo
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Mulyasana, 2015:
156).
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan
menengah umum dan menengah kejuruan bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan agar peserta didik dapat
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Sementara itu, standar kompetensi lulusan pada jenjang
pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan para
C. STANDAR ISI
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa
Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi
dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria
muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik
satuan pendidikan dan program pendidikan. Standar isi
memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan.
Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang
dikembangkan dalam kurikulum pendidikan umun,
kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas:
156 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi
4. Kelompok mata pelajaran estetika
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan
Kurikulum untuk jenis pendidikan keagamaan
formal terdiri atas kelompok mata pelajaran yang
ditentukan berdasarkan tujuan pendidikan keagamaan.
Satuan pendidikan non formal dalam bentuk kursus dan
lembaga pelatihan menggunakan kurikulum berbasis
kompetensi yang memuat pendidikan kecakapan hidup
dan keterampilan.
Setiap mata pelajaran dilaksanakan secara holistik
sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata
pelajaran memengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan
peserta didik. Semua kelompok mata pelajaran sama
pentingnya dalam menentukan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah.
Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A
atau bentuk lain yang sederajat menekankan pentingnya
kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis,
kecakapan berhitung, serta kemampuan berkomunikasi.
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
pada pendidikan formal atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan
teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian pada pendidikan formal atau bentuk lain yang
158 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya,
keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga,dan
kesehatan pada pendidikan formal atau bentuk lain
yangs ederajat dilaksanakan melalui muatan/kegiatan
pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehataan, ilmu
pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.
Kedalaman kurikulum pada setiap satuan pendidikan
dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/
atau semester sesuai dengan standar Nasional Pendidikan.
kompetensi tersebut terdiri atas standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Kompetensi mengenai kedalaman
muatan kurikulum tersebut dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan peraturan Menteri.
1. Beban Belajar
Beban belajar untuk peserta didik atau bentuk lain yang
sederajat menggunakan jam pembelajaran setiap minggu
setiap semester dengan sistem tetap tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur sesuai
kebutuhan dan ciri khas masing-masing. Sementara itu,
lingkungan madrasah atau bentuk lain yang sederajat
dapat menambahkan beban belajar untuk kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian sesuai dengan
kebutuhan dan ciri khasnya.
Beban belajar untuk pendidikan formal tingkat
menengah dan atas untuk bentuk lain yang sederajat dapat
dinyatakan dalam Satuan Kredit Semester (SKS). Beban
belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan
yang menerapkan sistem SKS ditetapkan dengan Peraturan
Mentri berdasarkan usul dari BSNP.
Beban belajar pada pendidikan kesetaraan disampaikan
dalam bentuk tatap muka, praktek keterampilan dan
160 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
dan keperibadian, pendidikan kelompok mata pelajaran
ilmu pengfetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok
mata pelajaran estetika, atau kelompok mata pelajaran
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh
peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan
atau dari satuan pendidikan non formal yang sudah
memperoleh akreditasi
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Penyusunan kurikulum pada satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan
yang disusun oleh BSNP. Panduan tersebut berisi seurang-
kurangnya :
162 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
kuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan, serta
mata kuliah statistika dan/atau matematika.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kedalaman
muatan kurikulum pendidikan tinggi diatur oleh perguruan
tinggi masing-masing. Beban SKS minimal dan maksimal
program pendidikan pada pendidikan tinggi dirumuskan
oleh BSNP dan ditetapkan dengan peraturan menteri.
Beban SKS efektif program pendidikan pada pendidikan
tinggi diatur oleh masing-masing perguruan tinggi.
D. STANDAR PROSES
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah
satu standar yang harus dikembangkan adalah standar
proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.
Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah pada jalur formal, balk pada sistem paket
maupun pada sistem kredit semester.
Standar proses meliputi perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif
dan efisien. Dalam tulisan ini akan dikaji pada standar
pelaksanaan proses pembelajaran.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, insfiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi
aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
164 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
pengawasan proses pembelajaran dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan dengan peraturan menteri.
1. Kompetensi pedagogis
2. Kompetensi keperibadian
3. Kompetensi profesional, dan
4. Kompetensi sosial
Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau
sertifikat keahlian sebagai mana dimasud diatas tetapi
memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat
diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan
dan kesetaraan. Kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud di
166 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
3. Sertifikat profesi guru untuk SMA/MA.
Pendidik pada SMK/MAK atau bentuk lain yang
sederajat memiliki:
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma
empat (D-IV) atau sarjana (S1);
2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan, dan
3. Sertifikat profesi guru untuk SMK/MAK
Pendidik pada SDLB/SMPLB/SMALB atau bentuk
lain yang sederajat memiliki:
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma
empat (D-IV) atau sarjana (S1);
2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan, dan
3. Sertifikat profesi guru untuk SD/SMPLB/SMALB
Pendidik pada TK/ RA sekurang kurangnya terdiri
atas guru kelas yang penugasannya ditetapkan oleh masing-
masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
Pendidik pada SD/MI sekurang-kurangnya terdiri dari
guru kelas dan guru mata pelajaran yang penugasannya
ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai
dengan kebutuhan.
Guru mata pelajaran sebagaimana dimaksud diatas
sekurang-kurangnya mencakup guru kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia serta guru kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang
sederajat dan SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat
terdiri atas guru mata pelajaran yang penugasannya
168 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
a. Tenaga kependidikan
Tenaga kependidikan pada TK/RA atau bentuk lain
yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala TK/
RA dan tenaga kebersihan TK/RA. Sedangkan untuk SD/
MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya
terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi,
tenaga perpustakaan dan tenaga ebersihan sekolah/
madrasah.
Untuk SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat
dan SMA/MA atau bentk lain yang sederajat sekurang-
kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga
administrasi, nenaga perpustakaan, tenaga laboratorium,
dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah. SMK/MAK
atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri
atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, nenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan
sekolah/madrasah.
SDLB, SMPLB, SMALB atau bentuk lain yang
sederajat sekurang-kurangnya terdiri dari kepala sekolah/
madrasah, tenaga administrasi, nenaga perpustakaan,
tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/
madrasah, teknisi sumber belajar, psikolog, pekerja sosial,
dan terapis.
Paket A, B, dan C sekurang-kurangnya terdiri atas
pengelola kelompok belajar, tenaga administrasi, dan
tenaga perpustakaan.
Lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan
sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola atau
penyelengggara, teknisi, sumber belajar, pustakawan,
dan laboran. Tenaga kependidikan di lembaga kursus
dan pelaithan harus memiliki kualifikasi dan kompetensi
minimum yang dipersyaratkan. Ketentuan lebih lanjut
tentang standar tenaga kependidikan pada lembaga kursus
170 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan
kewirausahaan di bidang pendidikan.
Kriteria untuk menjadi kelapa SMP/MTs/SMA/MA/
SMK/MAK;
1. Berstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/
SMK/MAK
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun di SMP/MTs/SMA/
MA/SMK/MAK; dan
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan
kewirausahaan di bidang pendidikan.
Kriteria untuk menjadi kelapa SDLB/SMPLB/
SMALB;
1. Berstatus sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun di SDLB/SMPLB/
SMALB di satuan pendidikan khusus; dan
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan,
pengelolaan, dan kewirausahaan di bidang
pendidikan.
c. Pengawas
Pengawas pada pendidikan formal dilakukan oleh
pengawas satuan pendidikan. Kriteria minimal untuk
menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi:
172 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
F. STANDAR PENGELOLAAN
Standar pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen
berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
tinggi menerapkan otonomi perguruan tinggi yang dalam
batas-batas yang diatur dalam ketentuan perundang-
undangan yang berlaku memberikan kebebasan dan
mendorong kemandirian dalam pengelolaan akademik,
operasiol, personalia, keuangan, dan area fungsional
pengelolaan lainnya yang diatur oleh masing-masing
perguruan tinggi.
Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang
mengatur hal-hal berikut diantaranya: a) kurikulum tingkat
satuan pendidikan dan silabus, b) kalender pendidikan/
akademik, yang menunjukkan seluruh kategori aktifitas
satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara
semesteran, bulanan dan mingguan, c) struktur organisasi
satuan pendidikan (pedomannya diputuskan oleh komite
sekolah dan ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan), d)
pembagian tugas diantara pendidik, e) pembagian tugas
diantara tenaga kependidikan, f ) peraturan akademik, g)
tata tertib satuan pendidikan, minimal meliputi tata tertib
pendidik,tenaga kependidikan, dan peserta didik serta
penggunaan dan pemeliharaan sarana prasarana sekolah,
h) kode etik hubungan antar sesama warga di dalam
lingkungan satuan pendidikan dan hubungan antara warga
satuan pendidikan dengan masyarakat, i) biaya operasional
satuan pendidikan, j) pedoman tersebut sebagaimana
disebut pada ayat 1 butir a, b, d, e, f, dan h diputuskan oleh
rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala satuan
pendidikan.
174 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
11. Jadwal rapat dewan dosen dan rapat senat
akademik untuk jenjang pendidikan tinggi
12. Rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan
pendidikan untuk masa kerja satu tahun
13. Jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan
kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun
terakhir
Pengelolaan satuan pendidikan dilakukan secara
mandiri, efisien, efektif dan akuntabel. Pelaksanaan
pengelolaan satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah yang tidak sesuai dengan rencana kerja
tahunan sebagaimana dimaksud diatas harus mendapat
persetujuan dari rapat dewan pendidik dan komite
sekolah. Pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah menjadi tanggung jawab
kepala satuan pendidikan dalam rapat dewan pendidik dan
komite sekolah.
Pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan untuk
jenjang pendidikan tinggi yang tidak sesuai dengan
rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud di atas
harus mendapat persetujuan dari lembaga berwenang
sebagaimana diatur oleh masing-masing perguruan
tinggi sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada
jenjang pendidikan tinggi dipertanggung jawabkan oleh
kepala satuan pendidikan kepada lembaga berwenang,
sebagaimana diatur oleh masing-masing perguruan tinggi
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pengawas Satuan Pendidikan
Pengawas satuan pendidikan meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil
pengawasan. Pemantauan dilakukan oleh pimpinan satuan
176 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
semester. Setiap pihak yang menerima laporan sebagaimana
dimaksud di atas wajib menindak lanjuti laporan tersebut
untuk meningkatkan mutu satuan pendidikan, termasuk
memberikan sanksi atas pelanggaran yang ditemukannya.
c. Standar Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah menuyusun rencana kerja tahunan
bidang pendidikan dengan memprioritaskan program:
1. Wajib belajar
2. Peningkatan angka partisipasi angka pendidikan
untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi
3. Penuntasan pemberantasan buta aksara
4. Penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik
yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat.
5. Peningkatan status guru sebagai profesi
6. Peningkatan mutu dosen
7. Standarisasi pendidikan
8. Akreditasi pendidikan
9. Peningkatan relevansi pendidikan terhadap
kebutuhan masyarakat lokal, nasional dan global
10. Pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM)
bidang pendidikan
11. Penjaminan mutu pendidikan nasional
12. Realisasi rencana kerja tahunan disetujui dan
dipertanggungjawabkan oleh Gubernur atau
Bupati/Wali Kota sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pemerintah pusat bersama-sama dengan pemerintah
daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf
G. STANDAR PEMBIAYAAN
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,
biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan
pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja
tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya
operasi satuan pendidikan meliputi:
1. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai
2. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya,
air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, pajak, asuransi,
dan lain sebagainya
3. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan
dalam peraturan menteri berdasarkan usulan BNSP.
178 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain,
dan ruang atau tempat lainnya yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
Standar keberagaman jenis peralatan laboratorium
IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer dan
peralatan pembelajaran lainnya pada satuan pendidikan
dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimalperalatan
yang harus tersedia dengan rasio minimal jumlah peralatan
per peserta didik. Standar buku perpustakaan dinyatakan
dalam jumlah judul dan jenis buku di perpustakaan satuan
pendidikan, standar jumlah buku teks pelajaran dinyatakan
dalam rasio minimal jumlah buku teks pelajaran untuk
masing-masing mata pelajaran pada satuan pendidikan
untuk setiap peserta didik. Standar sumber belajar lainnya
untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio
jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai dengan
jenis sumber belajar dan karakteristik satuan pendidikan.
Lahan sebagaimana dimaksud di atas digunakan
untuk bangunan satuan pendidikan, lahan praktek, lahan
untuk sarana penunjang dan lahan pertamanan untuk
menjadikan satuan pendidikan menjadi nyaman dan sehat.
Standar lahan satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio
luas lahan per peserta didik. Standar letak lahan satuan
pendidikan mempertimbangkan letak lahan di dalam
cluster satuan pendidikan sejenis dan sejenjang serta letak
lahan di dalam cluster satuan pendidikan yang menjadi
pengumpan masukan peserta didik. Standar letak lahan
mempertimbangkan jarak tempuh maksimal yang harus
dilalui peserta didik untuk menjangkau satuan pendidikan
tersebut. Standar letak lahan mempertimbangkan
I. STANDAR PENILAIAN
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah terdiri atas: penilaian hasil belajar oleh
pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan,
penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian pendidikan
pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas penilaian hasil
belajar oleh pendidik dan penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan tinggi. Penilaian pada jenjang pendidikan
180 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
tinggi diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan
dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian,
ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester.
Penilaian sebagaimana dimaksud digunakan untuk menilai
pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan
laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses
pembelajaran.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan meliputi:
1. Pengamatan terhadap perubaha perilaku dan
sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan
kepribadian peserta didik.
2. Ujian, ulangan dan atau penugasan untuk
mengukur aspek kognitif peserta didik.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan,
penugasan, dan atau bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik materi yang dinilai. Penilaian hasil belajar
kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan afeksi dan psikomotorik peserta
didik.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga dan kesehatan dilakukan melalui:
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta
182 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani
olahraga dan kesehatan. Ketentuan mengenai penilaian
akhir dan ujian sekolah diatur lebih lanjut dalam peraturan
menteri berdasarkan usulan BSNP.
c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah
Penilaian hasil belajar yang diatur pada pasal 63 ayat
1 butir c PP nomor. 19/2005 bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata
pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam bentuk
ujian nasional. Ujian nasional dilakukan secara objektif,
berkeadilan, dan akuntabel. Ujian nasional diadakan
sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua
kali dalam satu tahun pelajaran.
Pemerintah menugaskan BSNP untuk
menyelenggarakan ujian nasional yang diikuti peserta didik
pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan
dasar dan menengah serta jalur non formal kesetaraan.
Dalam penyelenggaraan ujian nasional BSNP bekerja
sama dengan instansi terkait di lingkungan pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan
satuan pendidikan. Ketentuan mengenai ujian nasional
diatur lebih lanjut dalam peraturan menteri.
Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu
pertimbangan untuk pemetaan mutu, program dan atau
satuan pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang berikutnya,
penentuan kelulusan peserta didik, dan pembinaan serta
pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Setiap peserta didik jalur pendidikan formal dan
non formal berhak mengikuti ujian nasional dan berhak
mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus dari
SOAL LATIHAN
Petunjuk
1. Bacalah soal dengan baik!
2. Tulis jawaban kertas dengan rapi!
3. Kumpulkan jawaban untuk diperiksa oleh teman
sejawat!
184 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
Soal
1. Apa yang dimaksud dengan standar kompetensi
lulusan?
2. Jelaskan 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik!
3. Kemukakan gagasan Anda untuk melakukan
penjaminan kualitas melalui pemenuhan standar isi!
TES FORMATIF
Petunjuk
1. Bacalah soal dengan seksama!
2. Jawaban di ketik dalam bentuk power point!
3. Power point ditampilkan di depan kelas!
Soal
Meskipun standar proses (pembelajaran), standar
pendidik, standar prasarana dan sarana sudah disiapkan, dan
pendekatan “pembelajaran berpusat pada siswa” (student
centered approach) telah lama dikumandangkan, namun
suasana pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif, inovatif
dan menyenangkan bisa dikatakan belum terinternalisasi
dalam proses pembelajaran. Mengapa hal ini bisa terjadi?
RANGKUMAN
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi
Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan
standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar
pembiayaan.
DAFTAR PUSTAKA
186 • D r. I Wa y a n K a r t a , M . S . , d k k
Saing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nanang, F. (2001). Landasan Manajemen Pendidikaan.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 19
Tahun 2007. Standar Pengelolaan Pendidikan oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan
Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Pidarta, M. (1997). Landasan Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta
Rahmat, A. (2014). Pengantar Pendidikan (Teori, Konsep, dan
Aplikasi). Gorontalo: Ideas Publishing.