Anda di halaman 1dari 6

Mardud(ditolak) karena terputusnya sanad

Muallaq

Muallaq adalah setiap hadits yang tidak disebutkan rangkaian sanadnya dari awal sanad, baik satu orang
rawi yang tidak disebutkan, dua rawi, maupun lebih. Yang terpenting, perawi hadits tidak disebutkan
dari awal sanad.

Misalnya, bila seseorang mengatakan “Rasulullah berkata” atau “Dari Sahabat Abu Hurairah bahwa
Rasulullah berkata” tanpa menyebutkan rangkaian sanadnya dari awal, maka hadits tersebut dinamakan
hadits mu’allaq.

Mursal berarti:

‫ما سقط من آخر اسناده من بعد التابعي‬

Artinya, “Hadits yang dihilangkan perawi setelah thabi’in (sahabat) dari akhir sanadnya.” Maksudnya
hadits yang tidak disebutkan nama sahabat dalam rangkaian sanadnya. Periwayatan hadits pasti melalui
sahabat, karena tidak mungkin tabi’in bertemu Rasulullah langsung. Bila ada hadits yang tidak
menyebutkan sahabat dalam rangkaian sanadnya, dari tabi’in langsung lompat kepada Rasulullah, maka
hadits itu bermasalah. Misalnya, Imam Muslim bin Hajjaj pernah meriwayatkan hadits dari Muhammad
bin Rafi’, dari Hujain, dari Al-Laits, dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin Musayyab, bahwa
Rasulullah pernah melarang jual beli dengan cara muzabanah, yaitu jual beli tanpa takaran. Redaksi
haditsnya sebagai berikut:

‫عن سعيد ابن المسيب أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم نهى عن بيع المزابنة‬

Artinya, “Dari Sa’id bin Musayyab bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli dengan cara muzabanah.”
Ulama menghukumi hadits di atas dengan mursal karena Sa’id bin Musayyab adalah seorang tabi‘in yang
tidak mungkin bertemu Rasulullah SAW. Pasti Sa’id bin Musayyab mendengar hadits itu dari sahabat.
Tetapi dalam rangkaian sanad hadits di atas tidak disebutkan nama sahabat yang menjadi perantara
antara Sa’id bin Musayyab dan Rasulullah.

Mu’dhal.
Mu’dhal berarti:

‫ما سقط من إسناده اثنان فأكثر على التوالي‬

Artinya, “Hadits yang dalam rangkaian sanadnya terdapat dua perawi yang dihilangkan secara berturut-
turut.” Maksudnya, dalam rangkaian sanad ada dua perawi yang dihilangkan, syaratnya harus berturut-
turut. Kalau tidak berturut-turut, misalnya di awal sanadnya ada perawi yang hilang, kemudian satu lagi
di akhir sanad, maka ini tidak bisa dinamakan hadits mu’dhal.

Munqathi’.

Munqathi’ berarti:

‫ما لم يتصل إسناده على أي وجه كان انقطاعه‬

Artinya, “Hadits yang rangkaian sanadnya terputus di manapun terputusnya.” Persyaratan hadits
munqathi’ lebih longgar daripada sebelumnya. Hadits munqathi’ tidak mensyaratkan harus berturut-
turut atau jumlah perawi yang hilang ditentukan, selama ada dalam rangkaian sanad itu rawi yang hilang
atau tidak disebutkan, baik di awal, pertengahan, maupun akhir sanad, maka hadits itu disebut
munqathi’.

Mudallas.

Ulama membagi dua macam hadits mudallas: tadlis isnad dan tadlis syuyukh.

-Tadlis Isnad adalah:

‫أن يروي الراوي عمن قد سمع منه ما لم يسمع منه من غير أن يذكر أنه سمعه منه‬
Artinya, “Perawi hadits meriwayatkan hadits dari gurunya, tetapi hadits yang dia sampaikan itu tidak
didengar langsung dari gurunya tanpa menjelaskan bahwa dia mendengar hadits darinya.” Maksudnya,
seorang rawi mendapatkan hadits dari orang lain, tetapi dia meriwayatkan dengan mengatasnamakan
gurunya, di mana sebagian hadits dia terima dari gurunya tersebut. Padahal untuk kasus hadits itu dia
tidak mendengar dari gurunya, tetapi dari orang lain.

-Tadlis Syuyukh adalah:

‫ فيسميه أو يكنيه أو ينسبه أو يصفه بما ال يعرف به كي ال يعرف‬،‫أن يروي الراوي عن شيخ حديثا سمعه منه‬

Artinya, “Seorang perawi meriwayatkan

hadits yang didengar dari gurunya, tetapi dia menyebut gurunya tersebut dengan julukan yang tidak
populer, tujuannya supaya tidak dikenal orang lain.” Perawi sengaja menyebut gurunya dengan nama
atau gelar yang tidak populer supaya orang lain tidak tahu siapa guru sebenarnya. Karena kalau disebut
nama asli gurunya, bisa jadi guru perawi itu tidak tsiqah (dipercaya) dan haditsnya nanti menjadi
bermasalah. Untuk menutupi kekurangan itu, dia mengelabui orang dengan menyebut nama yang tidak
populer untuk gurunya.

Mursal Khafi.

Mursal khafi berarti:

‫أن يروي عمن لقيه أو عاصره مالم يسمع منه بلفظ يحتمل السماع وغيره‬

Artinya, “Perawi meriwayatkan hadits dari orang yang semasa dengannya, tetapi sebenarnya dia tidak
mendengar hadits itu darinya, dia sendiri meriwayatkannya dengan redaksi sima’ (seolah-olah dia
mendengar langsung).” Maksudnya, perawi menerima hadits dari orang yang semasa dengannya dan dia
bertemu langsung dengan orang tersebut, namun sebenarnya dia tidak mendengar langsung hadits itu
dari orang yang semasa dengannya. Namun persoalannya, dia meriwayatkan hadits seolah-olah dia
mendengar langsung, padahal tidak seperti itu. Ini disebut dengan hadits mursal khafi, hukumnya dhaif.
Mardud Karena Cacat Pada Rawi

Mardudu karena ada cacat pada rawi maksudnya adalah adanya aib yang menjadi pembicaraan/bahasan
dari segi keadilan dan agamanya serta dari sisi ketelitian, hafalan dan perhatiannya.

Sebab-sebab cacatnya seorang rawi ada sepuluh, lima hal berkaitan dengan keadilannya ( adalah ) dan
lima lainnya berkaitan dengan ketelitiannya ( dhabth )

Yang berkaitan dengan keadilannya adalah :

Dusta ( kidzb )

Tuduhan dusta ( ittihamul kadzib )

Kefasikan ( fisq )

Bid’ah

Ketidak jelasan identitas ( jahalah )

Yang berkaitan dengan ketelitiannya ( dhabth ) adalah :

Kesalahan fatal ( fakhsyul gholath )

Hafalan jelek ( su’ul hifdz )

Lalai ( ghoflah )

Banyak wahm/ragu-ragu ( kastratul auham )

Berbeda dengan yang lebih kuat ( mukholafatusstiqot )

Dan yang termasuk dalam kategori Mardu karena cacat pada rawi sebagai berikut :

MAUDHU’

Dalam pengertian bahasa maudhu’berarti yang diletakkan, karena lemahnya. Dalam pengertian istilah
berarti dusta yang diada-adakan dan dinisbahkan kepada Rasulullah SAW. Dengan kata lain hadist
maudhu’ adalah hadist palsu.
AL-MATRUK

Artinya yang ditinggalkan, yaitu manakala dalam sanadnya ditemukan rawi yang tertuduh sebagai
pendusta. Hal itu bisa diketahui melalui kebiasaannya sehari-hari atau dia hanya mempunyai satu jalur
sanad yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan umum. Jenis ini termasuk yang sangat lemah dan
harus ditolak, posisinya berada setelah maudhu’.

AL-MUNKAR

Artinya yang diingkari, yaitu manakala sebab cacatnya rawi adalah salah satu dari tiga hal : fahsyul
gholath ( kesalahan yang fatal ), ghoflah ( lali, ceroboh) dan fisq ( kefasikan – melakukan yang dilarang
syareat ).

AL-MU’ALLAL ( AL – MA’LUL )

Hadist ma’lul berarti mengandung cacat/aib ( penyakit ). Biasanya peneyebabnya adalah “ wahm “
keraguan. Secara lahiriah hadist ini tampak selamat dari cacat tetapi bila diselidiki secara mendalam
akan ditemukan aibnya.

AL-MUKHOLAFAH LISSTIQOT ( BERTENTANGAN DENGAN YANG LEBIH KUAT )

Cacatnya rawi karena bertentangan dengan tsiqot ( yang lebih kuat ) melahirkan lima jenis hadist,
masing-masing : Mudroj, maqlub, al-mazid fi muttashilissanad, al-mutthorib dan al- mushahhaf.

AL-JAHALAH BIRRAWWI

Yaitu rawi hadist yang tidak diketahui identitasnya dengan jelas, karena ia mempunyai banyak sebutan,
gelar dan nama atau karena ketidak populerannya, sehingga tidak dikenal. Bisa juga sengaja namanya
tidak disebut dengan jelas dan hal ini disebut mubham.

AL-BID’AH

Artinya adalah tambahan baru dalam agama setelah disempurnakan.


SU’UL HIFDZI

Artinya lemah hafalan, dimana seorang rawi lebih sering salah dari pada benarnya

Anda mungkin juga menyukai