Anda di halaman 1dari 7

Macam-macam Hadits Dhaif

1.Muallaq
Muallaq adalah setiap hadits yang tidak disebutkan rangkaian sanadnya dari awal
sanad, baik satu orang rawi yang tidak disebutkan, dua rawi, maupun lebih. Yang
terpenting, perawi hadits tidak disebutkan dari awal sanad.

Hadits Mu’allaq adalah hadits yang sebagaimana didefinisikan oleh para


ahli hadits :
“ Hadits yang dari pangkal sanadnya dihilangkan satu rawi atau lebih
secara berurutan ”

Gambaran Hadits Mu’allaq


Yang termasuk gambaran dan bentuk dari hadits muallaq diantaranya :
1. Dihilangkannya semua sanad kemudian dikatakan misalnya :
Rasulullah bersabda : begini !
2. Di antaranya juga dihilangkannya seluruh sanadnya kecuali satu orang
shahabat, atau tersisa seorang shahabat dan satu orang tabi’in saja.

Contoh :
Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari rahimahullah pada
pembukaan bab : “Hadits-Hadits Yang Disebutkan Tentang Paha ” :

‫وقال أبو موسى غطى النبي صلى هللا عليه و سلم ركبتيه حين دخل عثمان‬

“Abu Musa radiyallahu 'anhu berkata : “Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam


menutup dua lutut beliau ketika Utsman masuk”

Hadits ini adalah hadits Mu’allaq, karena Imam Bukhari menghilangkan


seluruh sanadnya kecuali satu orang shahabat yaitu Abu Musa al-Asy’ari.

Hukum Hadits Mu’allaq


Hadits Mu’allaq adalah tertolak karena tidak adanya salah satu syarat
hadits maqbul (yang diterima) yaitu tersambungnya sanad.
Itu karena dalam Mu’allaq ada satu rawi atau lebih yang dihilangkan,
padahal kita tidak tahu keadaan rawi yang dihilangkan.

Hukum Hadit-Hadits Mu’allaq Dalam Kitab Shahihain


Hukum yang tadi dimana hadits Mu’allaq adalah tertolak, itu adalah untuk
hadits Mu’allaq secara umum. Namun apabila hadits Mu’allaq terdapat
dalam kitab yang menyebutkan hadits shahih saja seperti Shahih Bukhari
dan Muslim, maka dia punya hukum tersendiri, yaitu sebagai berikut :
 Bila disebutkan dengan bentuk jazm (pasti) seperti “telah
berkata” , “telah menyebutkan” , “telah
menghikayatkan” dan yang semisalnya, maka dihukumi
keshahihannya dari siapa yang disandarkan.
 Bila disebutkan dengan bentuk tamridh (tidak pasti) seperti “telah
dikatakan”, “telah disebutkan”, “telah dihikayatkan” dan yang
semisalnya, maka tidak dihukumi keshahihannya dari siapa yang
disandarkan.

Wallahu a'lam
( Abu Maryam Abdusshomad, diambil dari : Taisir Musthalah Hadits oleh
Dr. Mahmud Thahhan )

2.Mursal
Maksudnya hadits yang tidak disebutkan nama sahabat dalam rangkaian
sanadnya. Periwayatan hadits pasti melalui sahabat, karena tidak mungkin tabi’in
bertemu Rasulullah langsung. Bila ada hadits yang tidak menyebutkan sahabat
dalam rangkaian sanadnya, dari tabi’in langsung lompat kepada Rasulullah, maka
hadits itu bermasalah. Misalnya, Imam Muslim bin Hajjaj pernah meriwayatkan
hadits dari Muhammad bin Rafi’, dari Hujain, dari Al-Laits, dari ‘Uqail, dari Ibnu
Syihab, dari Sa’id bin Musayyab, bahwa Rasulullah pernah melarang jual beli
dengan
cara muzabanah, yaitu jual beli tanpa takaran.

Hadis Mursal
‫المرسل‬
Al-Irsal menurut bahasa berarti melepaskan atau yang dilangsungkan, sedangkan
dalam istilah muhadditsin, mereka berselisih pendapat tentang definisi hadis mursal
disebabkan perbedaan tempat terjadinya irsal itu.
Namun definisi yang masyhur adalah:
‫سوا ٌء كان التابعي كبيرًا أو‬....‫ قال رسول هللا صلّى هللا عليه و سلّم‬:‫المرسل هو ما رفعه التابعي بأن يقول‬
‫صغيرًا‬
Hadits Mursal adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi oleh seorang tabiin
dengan mengatakan, “Rasulullah Saw. berkata...” baik ia tabiin besar maupun tabiin kecil.
Jelasnya dalam sanad itu, tabi’in tidak pernah menyebut nama orang yang
mengkhabarkan hadits itu kepadanya, tetapi langsung menyebut nama Nabi Saw saja.
Contoh hadits mursal:
‫ أن ال‬:‫ لعمرو بن ح[[زم‬.‫أن في الكتاب الّذي كتبه رسول هللا ص‬
ّ ‫عن مالك عن عبد هللا بن أبي بكر بن حزم‬
‫يمسَّ القرأن إاَّل طاه ٌر‬
Artinya: Dari Malik, dari ‘Abdillah bin Abi Bakar bin Hazm, bahwa dalam surat yang
Rasulullah Saw. tulis kepada ‘Amr bin Hazm (tersebut): “Bahwa tidak menyentuh al-Quran
melainkan orang yang bersih.” (Al-Muwaththa 1: 157)

Gambaran susunan sanad rawi-rawi Hadits itu demikian:


1.      Malik,s
2.      ‘Abdullah bin Abi Bakar,
3.      Rasulullah Saw.

3.Mu’dhal
Mu’dhal berarti:
‫ اثنان فأكثر على التوالي‬ ‫ ما سقط من إسناده‬Artinya, “Hadits yang dalam rangkaian sanadnya
terdapat dua perawi yang dihilangkan secara berturut-turut.” Maksudnya, dalam
rangkaian sanad ada dua perawi yang dihilangkan, syaratnya harus berturut-turut.
Kalau tidak berturut-turut, misalnya di awal sanadnya ada perawi yang hilang,
kemudian satu lagi di akhir sanad, maka ini tidak bisa dinamakan hadits mu’dhal.

Contoh Hadits Mu'dhal :


Adapun salah satu contoh hadits mu'dhal, maka berikut ini adalah hadits yang
diriwayatkan dari Imam Malik :
‫ف ِم ْن ال َْع َم ِل إِاَّل َما يُ ِط ْي ُق‬
ُ َّ‫لِل َْم ْملُ ْو ِك طَ َع ُامهُ َوكِ ْس َوتُهُ َواَل يُ َكل‬
"Seorang budak itu berhak mendapatkan makan dan pakaian (dari tuannya) dan
janganlah dia dibebani atas suatu pekerjaan melainkan sesuai dengan
kemampuannya".

Imam Maliki meriwayatkan hadits tersebut langsung dari Sahabat Abu Hurairah ra.
Jelas hal itu tidak mungkin terjadi, karena Imam Maliki termasuk seorang tabi'it
tabi'in, sedangkan Abu Hurairah seorang sahabat Nabi SAW. Jadi, di dalam sanadnya
ada beberapa rawi yang gugur dan terputus, kemugkinan ada 2 rawi yang terputus
karena Imam Malik berasal dari golongan tabi'it tabi'in.

Nah, setelah dilakukan penelaahan hadits, ternyata sanad-sanad hadit tersebut


ditemukan di dalam hadits riwayat Imam Muslim (HR. Muslim No. 3141). Hadits
tersebut diriwayatkan dari Imam Muslim, dari Ibnu Wahab, dari Amru bin Al-Harits,
dari Bukair bin Al-Asyaj, dari Muhammad bin Al-Ajlan, dari Sahabat Abu Hurairah
ra, dari Nabi SAW.

4. Munqathi
Munqathi’ berarti:
‫ ما لم يتصل إسناده على أي وجه كان انقطاعه‬Artinya, “Hadits yang rangkaian sanadnya terputus
di manapun terputusnya.” Persyaratan hadits munqathi’ lebih longgar daripada
sebelumnya. Hadits munqathi’ tidak mensyaratkan harus berturut-turut atau
jumlah perawi yang hilang ditentukan, selama ada dalam rangkaian sanad itu rawi
yang hilang atau tidak disebutkan, baik di awal, pertengahan, maupun akhir
sanad, maka hadits itu disebut munqathi’.

Contoh Hadits Munqathi’


Contoh dari hadits Munqathi adalah hadits yang diriwayatkan oleh
Abdurrazzaq dari Tsauri dari Abi Ishaq dari Zaid bin Yutsai’ dari
Hudzaifah secara marfu’ :

‫إن وليتموها أبا بكر فقوي أمين‬

“Kalau kalian menjadikan Abu Bakar sebagai wali (pemimpin)


maka dia adalah kuat dan terpercaya”

Dalam sanad ini telah gugur seorang rawi di tengah sanadnya,


yaitu Syarik, gugur antara Tsauri dan Abu Ishaq,
dimana Tsauri tidak mendengar hadits langsung dari Abu
Ishaq, namun mendengar dari Syarik dan Syarik mendengar
dari Abu Ishaq.
Terputusnya sanad (inqitha’) ini, bukan termasuk jenis Mursal,
bukan juga Mu’allaq dan bukan juga Mu’dhal, jadi dia adalah
Munqathi’.

Hukum Hadits Munqathi’


Hadits Munqathi adalah hadits dhaif menurut ijma’ ulama karena
tidak adanya salah satu syarat diterimanya hadits, yaitu
tersambungnya sanad dan juga karena tidak diketahuinya
keadaan rawi yang gugur.
Wallahu A’lam

( Abu Maryam Abdusshomad, diambil dari : Taisir Musthalah


Hadits oleh Dr. Mahmud Thahhan, dengan sedikit perubahan )

Hadist mudallas terbagi menjadi 2 bagian


6.Mudallas Ulama membagi dua macam hadits mudallas: tadlis isnad dan tadlis
syuyukh.
Hadits yang diriwayatkan Imam Hakim (dalam kitab Ma’rifat Ulumil Hadits halaman
130) dengan sanadnya sampai ke Ali bin Khasyram, dia berkata :

‫ وال ممن سمعه‬، ‫ ال‬: ‫ فقال‬، ‫ سمعته من الزهري‬: ‫ فقيل له‬، ‫ عن الزهري‬، ‫قال لنا ابن عيينة‬
"‫ عن الزهري‬، ‫ عن معمر‬، ‫ حدثني عبد الرزاق‬، ‫من الزهري‬

Ibnu Uyainah telah berkata kepada kami : dari Zuhri. Kemudian Ibnu Uyainah
ditanya : “Apakah anda mendengar langsung dari Zuhri?”. Dia menjawab : “Tidak,
bahkan tidak mendengar dari orang yang dia mendengar langsung dari Zuhri,
Abdurrozzaq menceritakan padaku dari Ma’mar dari Zuhri”.

Pada contoh ini, Ibnu Uyainah telah menghilangkan (membuang) dua orang rawi


antara dia dan Zuhri.

1. Tadlis Isnad adalah: ‫أن يروي الراوي عمن قد سمع منه ما لم يسمع منه من غير أن يذكر أنه سمعه منه‬
Artinya, “Perawi hadits meriwayatkan hadits dari gurunya, tetapi hadits
yang dia sampaikan itu tidak didengar langsung dari gurunya tanpa
menjelaskan bahwa dia mendengar hadits darinya.” Maksudnya, seorang
rawi mendapatkan hadits dari orang lain, tetapi dia meriwayatkan dengan
mengatasnamakan gurunya, di mana sebagian hadits dia terima dari
gurunya tersebut. Padahal untuk kasus hadits itu dia tidak mendengar dari
gurunya, tetapi dari orang lain.
2. Tadlis Syuyukh adalah: ‫ فيسميه أو يكنيه أو ينسبه أو يصفه‬،‫أن يروي الراوي عن شيخ حديثا سمعه منه‬
‫ بما ال يعرف به كي ال يعرف‬Artinya, “Seorang perawi meriwayatkan hadits yang
didengar dari gurunya, tetapi dia menyebut gurunya tersebut dengan
julukan yang tidak populer, tujuannya supaya tidak dikenal orang lain.”
Perawi sengaja menyebut gurunya dengan nama atau gelar yang tidak
populer supaya orang lain tidak tahu siapa guru sebenarnya. Karena kalau
disebut nama asli gurunya, bisa jadi guru perawi itu tidak tsiqah (dipercaya)
dan haditsnya nanti menjadi bermasalah. Untuk menutupi kekurangan itu,
dia mengelabui orang dengan menyebut nama yang tidak populer untuk
gurunya.

7.Mursal Khafi Mursal khafi berarti: ‫ لقيه أو عاصره مالم يسمع منه بلفظ يحتمل السماع‬0‫أن يروي عمن‬
‫ وغيره‬Artinya, “Perawi meriwayatkan hadits dari orang yang semasa dengannya,
tetapi sebenarnya dia tidak mendengar hadits itu darinya, dia sendiri
meriwayatkannya dengan redaksi sima’ (seolah-olah dia mendengar langsung).”
Maksudnya, perawi menerima hadits dari orang yang semasa dengannya dan dia
bertemu langsung dengan orang tersebut, namun sebenarnya dia tidak
mendengar langsung hadits itu dari orang yang semasa dengannya. Namun
persoalannya, dia meriwayatkan hadits seolah-olah dia mendengar langsung,
padahal tidak seperti itu. Ini disebut dengan hadits mursal khafi, hukumnya dhaif.
Wallahu a’lam.
ِ ‫س ْال َح َر‬
Contoh: ‫س) ـ‬ َ ‫ار‬
ِ ‫(ر ِح َم هللاُ َح‬ ِ ‫ َعنْ ُع ْق َب َة‬،‫ْن َع ْب ِد ْال َع ِزيْز‬
َ :‫بن َعامِر َمرْ فُ ْوعًا‬ ِ ‫َما َر َواهُ إِبْنُ مَاجَّ ه مِنْ َط ِري‬
ِ ‫ر ب‬0َ ‫ْق ُع َم‬
Artinya, “Seperti contoh sebuah hadits riwayat Ibn Majjah dari jalur Umar bin Abdul Aziz
dari Uqbah bin Ami, yang diriwayatkan secara marfu (dari Rasul Saw). “Allah Swt
mengampuni para pengawal atau tentara.” Berdasarkan penuturan al-Mîzî dalam kitab
al-Aṭrâf, Umar ibn Abd al-Azîz tidak bertemu dengan Uqbah. Namun dalam hadits ini ia
meriwayatkan dari Uqbah, sehingga hadits ini tergolong sebagai Mursal Khafi. Hadits
Mursal Khafi bisa diketahui dengan beberapa hal: Pertama, pengakuan para ulama
bahwa rawi tersebut tidak pernah mendengar hadits dari gurunya.

8.Definisi hadist mubham


‫ْال ُم ْب َه ُم َمنْ َل ْم ي َُس ِّم فِي ال َّس َن ِد م َِن الرُّ َوا ِة‬

Yang dinamakan Mubham adalah; Rawi yang tidak disebutkan namanya


di dalam sanad.

Contohnya, hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud di dalam as-


Sunan (3790) dengan jalan

َ ِ ‫ِص َة َعنْ َرج ٍُل َعنْ أَ ِبي َسلَ َم َة َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َر َف َعاهُ َجمِي ًعا َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫صلَّى اللَّهم‬ َ ‫ْن فُ َراف‬
ِ ‫اج ب‬ ْ
ِ َّ‫َع ِن ال َحج‬
ْ ْ َّ
‫َعلَ ْي ِه َو َسل َم الم ُْؤمِنُ غِ رٌّ َك ِري ٌم َوال َفا ِج ُر خِبٌّ لئِي ٌم‬
َ

dari Al Hujjaj bin Farafshah, dari seseorang, dari Abu Salamah, dari Abu
Hurairah, ia berkata; Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;
Mu’min itu sopan lagi mulia, dan pendosa penipu lagi keji

Rawi di dalam sanad yang dinisbatkan kepada negerinya, pekerjaan,


atau penyakit, juga termasuk mubham.

Contoh; hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud (1299) dengan jalan
dari

‫صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل ل َِجعْ َفر … َف َذ َك َر‬ ِ ‫اري أَنَّ رّ س ُْو َل‬
َ  ‫هللا‬ ِ ‫ص‬َ ‫رُوي ٍْم َح َّد َثنٍي ْاألَ ْن‬
َ ‫ْن‬ِ ‫َم َح َّم ُد بْنُ ُم َها ِج ٍر َعنْ عُرْ َو َة ب‬
ِ ‫صالَ ِة ال َّتسْ ِبي‬
‫ْح‬ َ ‫َح ِدي‬
َ ‫ْث‬

Muhammad bin Muhajir, dari Urwah bin Ruwaim, ia berkata; Al Anshari


berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda
kepada Ja’far … beliau menyebutkan hadits tentang shalat tasbih.

Hukum Hadits Mubham
Hadits Mubham hukumnya sama dengan hadits Majhul ‘ain, karena
periwayatnya tidak dikenal, pribadinya dan keadaannya sehingga
haditsnya tidak dapat diterima dan digunakan sebagai argumen, kecuali
dapat diketahui siapa orang yang dimubhamkan itu. Apabila ia telah
diketahui, maka dapat dinilai haditsnya sesuai dengan kaidah-kaidah
penilaian hadits. Tetapi apabila yang dimubhamkan itu sahabat, maka
tidak berpengaruh apa-apa karena semua shahabat itu adil.
Mubham Matan
Kadang-kadang mubham terdapat di dalam matan, hal ini tidak
mempengaruhi keshahihan hadits, karena penyebutan rawi
secara mubham tidak terdapat pada sanad.

Contohnya, hadits yang dikeluarkan oleh Muslim (2/603) dengan jalur


sanad dari Jabir;

‫صاَل ِة َق ْب َل ْال ُخ ْط َب ِة‬ َّ ‫صاَل َة َي ْو َم ْالعِي ِد َف َبدَ أَ ِبال‬َّ ‫صلَّى هَّللا َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ال‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ت َم َع َرس‬ ُ ‫ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َقا َل َش ِه ْد‬
ِ ‫َعنْ َج ِاب ِر ب‬
‫ضى‬ ُ َّ
َ ‫اس َوذك َر ُه ْم ث َّم َم‬ َ َّ َ
َ ‫اع ِت ِه َو َو َعظ الن‬ َ َ َّ ‫هَّللا‬ ْ َ ‫اَل‬ َ ً
َ ‫ان َو إِ َقا َم ٍة ث َّم َقا َم ُم َت َوكئا َعلى ِب ٍل َفأ َم َر ِب َتق َوى ِ َو َحث َعلى ط‬ِّ ُ ‫اَل‬ ٍ ‫ِب َغي ِْر أَ َذ‬
‫ت امْ َرأَةٌ مِنْ سِ َط ِة ال ِّن َسا ِء َس ْف َعا ُء‬ ِ ‫ص َّد ْق َن َفإِنَّ أَ ْك َث َر ُكنَّ َح َطبُ َج َه َّن َم َف َقا َم‬ َ ‫َح َّتى أَ َتى ال ِّن َسا َء َف َو َع َظهُنَّ َو َذ َّك َرهُنَّ َف َقا َل َت‬
‫ِين فِي‬ َ ‫ص َّد ْق َن مِنْ ُحلِي ِِّهنَّ ي ُْلق‬ َ ‫ير َقا َل َف َج َع ْل َن َي َت‬ َ ِ‫ت لِ َم َيا َرسُو َل هَّللا ِ َقا َل أِل َ َّن ُكنَّ ُت ْكثِرْ َن ال َّش َكا َة َو َت ْكفُرْ َن ْال َعش‬ ِ ‫ْال َخ َّدي‬
ْ َ‫ْن َف َقال‬
َ َ
َّ‫ب ِباَل ٍل مِنْ أ ْق ِرطت ِِهنَّ َو َخ َوا ِتم ِِهن‬ ِ ‫َث ْو‬

Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Aku menghadiri salat Id bersama


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau memulai salat sebelum
khutbah, tanpa adzan dan iqamah, kemudian berdiri bersandar pada
Bilal, beliau memerintahkan untuk taqwa kepada Allah, dan
mendorongan untuk taat kepada Allah, mengajarkan kepada manusia
dan mengingatkan mereka, kemudian berlalu sehingga datang seorang
perempuan, maka beliau mengajar mereka dan mengingatkan mereka
seraya bersabda; Bersedekahlah karena kebanyakan di antara kalian
akan menjadi kayu bakar api neraka, lalu berdirilah salah seorang
perempuan, yang merupakan pilihan para wanita, yang  kedua pipinya
berwarna merah kehitam-hitaman, lalu ia bertanya, “Mengapa demikian,
Ya Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab,
“Engkau banyak mengeluh dan ingkar kepada kepada suamimu. Jabir
berkata; Lalu mereka menyedekahkan sebagian perhiasan mereka yang
berupa cincin dan anting mereka dengan memasukkannya ke dalam kain
Bilal

Contohnya, hadis yang dikeluarkan oleh Abu Dawud di dalam as-Sunan (3790)


dengan jalan
ِ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّهم علَي ِه وسلَّم الْمؤ ِمن ِغٌّر َك ِرمي والْ َف‬
ُ ‫صةَ َع ْن َر ُج ٍل َع ْن أَيِب َسلَ َمةَ َع ْن أَيِب ُهَر ْيَر َة َر َف َعاهُ مَجِ ًيعا قَ َال قَ َال َر ُس‬ ِ
‫اجُر‬ ٌَ ُ ُْ َ َ َ ْ َ َ َ ‫اج بْ ِن ُفَراف‬
ِ ‫َع ِن احْلَ َّج‬
‫يم‬ ِ ٌّ ‫ِخ‬
ٌ ‫ب لَئ‬
Artinya: Dari al-Hujjaj bin Farafshah, dari seseorang, dari Abu Salamah, dari
Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah saw bersabda; Mu’min itu sopan lagi mulia,
dan pendosa penipu lagi keji
Rawi di dalam sanad yang dinisbatkan kepada negerinya, pekerjaan, atau
penyakit, juga termasuk mubham.

Anda mungkin juga menyukai