Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENGENDALIAN PROSES DAN INSTRUMENTASI

Disusun Oleh:
KURNILAH AZZAHRA NIM. 03031282025079

Dosen Pengampu:
Elda Melwita, S.T., M.T., Ph.D.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
1. Hand Dryer

Sistem kendali pada hand dryer melibatkan tiga komponen utama: sensor, controller,
dan aktuator. Berikut adalah penjelasan lengkap tentang cara ketiga komponen ini bekerja
bersama untuk mengontrol operasi hand dryer:
 Sensor
Sensor pada hand dryer berfungsi untuk mendeteksi keberadaan tangan di dekat alat. Ini
memberikan fungsi otomatis sehingga hand dryer hanya aktif ketika ada tangan yang
hendak dikeringkan. Sensor yang sering digunakan adalah tipe :
 Infrared Sensor (IR): Sensor IR umumnya digunakan pada hand dryer. Ketika tangan
berada di bawah sensor, objek tersebut memantulkan atau memperbesar pantulan
cahaya inframerah, yang kemudian dideteksi oleh sensor.
 Ultrasonik Sensor: Beberapa hand dryer menggunakan sensor ultrasonik yang
mendeteksi perubahan gelombang ultrasonik yang dipantulkan oleh tangan.
 Controller :
Controller adalah otak sistem yang menerima informasi dari sensor dan mengontrol
operasi hand dryer. Ketika sensor mendeteksi tangan, controller memberikan perintah
untuk mengaktifkan aktuator. Jenis controller yang digunakan adalah microcontroller.
Kontroler ini memiliki kecerdasan terprogram dan mampu mengatur berbagai fungsi hand
dryer, seperti suhu, kecepatan kipas, dan waktu aktif.
 Aktuator
Aktuator pada hand dryer adalah komponen yang menghasilkan efek fisik sebagai
tanggapan terhadap perintah dari controller. Pada hand dryer, ini biasanya berupa pemanas
dan kipas. Jenis aktuator yang digunakan yaitu :
 Pemanas (Heater): Menghasilkan udara panas untuk meningkatkan efisiensi
pengeringan.
 Kipas (Fan): Membuat aliran udara yang diarahkan ke tangan pengguna untuk
mengeringkannya.
Berikut mekanisme umum dari hubungan ketiga komponen tersebut pada hand dryer:
 Deteksi Tangan: Sensor mendeteksi keberadaan tangan melalui sinar inframerah atau
gelombang ultrasonik.
 Sinyal ke Controller: Sensor mengirimkan sinyal ke controller ketika mendeteksi tangan.
 Proses Pengolahan: Controller memproses informasi dari sensor dan mengatur parameter
operasi hand dryer.
 Aktivasi Aktuator: Controller mengirimkan perintah ke aktuator, seperti mengaktifkan
pemanas dan kipas.
 Pengeringan Tangan: Pemanas menghasilkan udara panas, dan kipas mengarahkannya ke
tangan pengguna.
 Matikan Hand Dryer: Setelah sejumlah waktu atau ketika tangan ditarik kembali,
controller mematikan aktuator dan hand dryer berhenti beroperasi.

2. Pintu Otomatis

Sistem kendali pintu otomatis terdiri dari beberapa komponen utama, termasuk sensor,
controller, dan aktuator. Berikut adalah penjelasan lengkap tentang komponen-komponen
tersebut serta beberapa jenis sensor, controller, dan aktuator yang umumnya digunakan pada
pintu otomatis:
 Sensor
Sensor pada pintu otomatis digunakan untuk mendeteksi keberadaan objek, orang, atau
kendaraan di sekitar pintu. Ini memungkinkan pintu untuk merespons secara otomatis
terhadap situasi di sekitarnya. Jenis sensor yang sering digunakan yaitu :
 Sensor PIR (Passive Infrared): Mendeteksi perubahan suhu yang disebabkan oleh
gerakan objek di dekatnya.
 Sensor Ultrasonik: Mengukur jarak dengan mengirimkan dan menerima gelombang
ultrasonik.
 Sensor Inframerah: Mendeteksi keberadaan objek dengan mengukur radiasi
inframerah yang dipancarkan oleh objek.
 Controller :
Controller pada pintu otomatis mengelola informasi dari sensor dan mengontrol aktuator
(motor pintu) sesuai dengan kondisi yang terdeteksi. Jenis controller yang sering
digunakan yaitu :
 Mikrokontroler: Kontroler kecil yang dapat diprogram untuk mengambil keputusan
berdasarkan input sensor dan mengatur operasi pintu otomatis.
 PLC (Programmable Logic Controller): Kontroler industri yang dapat digunakan
untuk mengontrol sistem otomatis yang lebih kompleks.
 Aktuator :
Aktuator pada pintu otomatis adalah komponen yang merespons perintah dari controller
dan bertanggung jawab untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanis untuk
membuka atau menutup pintu. Aktuator pada pintu otomatis yaitu berupa :
 Motor Pintu: Motor elektrik yang digunakan untuk membuka atau menutup pintu. Ada
berbagai jenis motor, seperti motor DC atau motor stepper, tergantung pada desain
pintu dan kebutuhan sistem.
 Hidraulis atau Pneumatik: Beberapa pintu otomatis menggunakan sistem hidraulis
atau pneumatik untuk menggerakkan pintu.
Berikut mekanisme umum dari hubungan ketiga komponen tersebut pada pintu otomatis :
 Deteksi Keberadaan: Sensor mendeteksi keberadaan objek atau orang di dekat pintu.
 Sinyal ke Controller: Sensor mengirimkan sinyal ke controller, memberi tahu bahwa ada
objek atau orang yang mendekati pintu.
 Keputusan Controller: Controller memproses informasi dari sensor dan membuat
keputusan apakah harus membuka atau menutup pintu.
 Aktuasi Pintu: Controller mengirimkan perintah ke aktuator, yang dapat berupa motor
pintu atau sistem hidraulis/pneumatik, untuk membuka atau menutup pintu sesuai
keputusan.
 Pengaturan Kecepatan dan Waktu: Pintu otomatis dapat diatur untuk membuka atau
menutup dengan kecepatan tertentu dan beroperasi dalam rentang waktu yang ditentukan.
 Keamanan dan Pengamanan: Beberapa pintu otomatis dilengkapi dengan sensor tambahan
untuk menghindari tabrakan atau untuk memastikan pintu tetap terbuka ketika ada objek di
antara pintu.

3. Lampu Otomatis

Sistem kendali pada lampu otomatis melibatkan beberapa komponen utama, yaitu sensor,
controller, dan aktuator. Berikut adalah penjelasan lengkap tentang komponen-komponen
tersebut beserta beberapa jenis sensor, controller, dan aktuator yang umum digunakan pada
lampu otomatis:
 Sensor :
Sensor pada lampu otomatis digunakan untuk mendeteksi keadaan sekitar dan
mengidentifikasi apakah pencahayaan sudah mencukupi atau tidak. Jenis sensor yang
dapat digunakan yaitu :
 Sensor Cahaya (LDR - Light Dependent Resistor): Mengukur intensitas cahaya di
sekitarnya. Pada kondisi gelap, resistansi LDR tinggi, dan sebaliknya.
 Sensor PIR (Passive Infrared): Mendeteksi perubahan suhu yang disebabkan oleh
gerakan. Digunakan untuk mendeteksi kehadiran manusia atau hewan.
 Sensor Ultrasonik: Dapat digunakan untuk mendeteksi gerakan atau jarak dengan
mengukur waktu perjalanan gelombang ultrasonik.
 Controller :
Controller pada lampu otomatis mengelola informasi dari sensor dan mengambil
keputusan untuk mengontrol lampu. Jenis controller yang digunakan yaitu :
 Mikrokontroler: Kontroler kecil yang dapat diprogram untuk mengambil keputusan
berdasarkan input sensor dan mengatur operasi lampu otomatis.
 PLC (Programmable Logic Controller): Kontroler industri yang lebih kompleks dan
dapat digunakan untuk sistem lampu otomatis yang lebih besar.
 Aktuator :
Aktuator pada lampu otomatis adalah komponen yang merespons perintah dari controller
dan bertanggung jawab untuk mengubah energi listrik menjadi energi cahaya. Jenis
aktuator yang digunakan :
 Relay: Komponen elektromekanis yang dapat mengontrol aliran listrik ke lampu.
Biasanya digunakan pada sistem yang lebih sederhana.
 Triac atau SCR: Komponen semikonduktor yang dapat mengontrol aliran listrik dan
biasanya digunakan pada sistem yang lebih canggih atau untuk mengatur intensitas
cahaya.
Berikut mekanisme umum dari hubungan ketiga komponen tersebut pada lampu otomatis:
 Deteksi Cahaya atau Gerakan: Sensor mendeteksi tingkat cahaya atau perubahan suhu
(gerakan) di sekitarnya.
 Sinyal ke Controller: Sensor mengirimkan sinyal ke controller, memberi tahu kondisi
cahaya atau kehadiran gerakan.
 Keputusan Controller: Controller memproses informasi dari sensor dan membuat
keputusan apakah harus menyalakan atau mematikan lampu.
 Aktuasi Lampu: Controller mengirimkan perintah ke aktuator (relay, triac, atau SCR)
untuk menyalakan atau mematikan lampu sesuai keputusan.
 Pengaturan Intensitas Cahaya (Opsional): Pada beberapa sistem, terutama yang lebih
canggih, controller dapat mengatur intensitas cahaya dengan mengontrol aliran listrik ke
lampu.
 Pengaturan Waktu (Opsional): Beberapa sistem lampu otomatis dapat diatur untuk
menyalakan atau mematikan lampu pada waktu-waktu tertentu.
 Pemantauan dan Penghematan Energi (Opsional): Beberapa sistem dilengkapi dengan fitur
pemantauan yang dapat mengukur penggunaan energi dan mengoptimalkan penggunaan
lampu untuk menghemat energi.

4. Kran Otomatis
Sistem kendali kran otomatis melibatkan beberapa komponen utama, termasuk sensor,
controller, dan aktuator. Berikut adalah penjelasan lengkap tentang komponen-komponen
tersebut serta beberapa jenis sensor, controller, dan aktuator yang umumnya digunakan pada
kran otomatis:
 Sensor
Sensor pada kran otomatis digunakan untuk mendeteksi keberadaan objek atau tanda-
tanda tertentu, seperti tangan pengguna atau kelembaban di sekitar kran. Sensor yang
dapat digunakan yaitu :
 Sensor Inframerah (IR): Digunakan untuk mendeteksi kehadiran tangan di bawah
kran. Sensor ini bisa mengukur perubahan suhu atau pantulan cahaya inframerah dari
objek.
 Sensor Proximity atau Sensor Gerak: Digunakan untuk mendeteksi keberadaan objek
atau gerakan di sekitar kran.
 Sensor Kelembaban atau Tekanan: Digunakan untuk mendeteksi kelembaban atau
tekanan air, memungkinkan sistem untuk mengenali apakah ada wadah di bawah kran
atau tidak.
 Controller
Controller pada kran otomatis mengelola informasi dari sensor dan mengambil keputusan
untuk mengontrol aliran air atau fungsi kran lainnya. Jenis controller yang digunakan
yaitu:
 Mikrokontroler: Kontroler kecil yang dapat diprogram untuk mengambil keputusan
berdasarkan input sensor dan mengatur operasi kran otomatis.
 PLC (Programmable Logic Controller): Kontroler industri yang lebih kompleks,
sering digunakan pada sistem kran otomatis yang lebih besar atau lebih rumit.
 Aktuator
Aktuator pada kran otomatis adalah komponen yang merespons perintah dari controller
dan bertanggung jawab untuk mengubah energi listrik menjadi gerakan fisik pada kran.
Aktuator yang digunakan yaitu :
 Servo Motor atau Stepper Motor: Digunakan untuk mengontrol posisi katup pada
kran, membuka atau menutup aliran air sesuai kebutuhan.
 Elektromagnetik atau Solenoid Valve: Digunakan untuk mengontrol aliran air dengan
membuka atau menutup katup dengan menggunakan elektromagnet.
Berikut mekanisme umum dari hubungan ketiga komponen tersebut pada kran otomatis:
 Deteksi Keberadaan atau Tanda-Tanda: Sensor mendeteksi keberadaan objek (seperti
tangan pengguna) atau tanda-tanda tertentu (seperti kelembaban atau gerakan).
 Sinyal ke Controller: Sensor mengirimkan sinyal ke controller, memberi tahu kondisi di
sekitar kran.
 Keputusan Controller: Controller memproses informasi dari sensor dan membuat
keputusan apakah harus membuka atau menutup aliran air.
 Aktuasi Kran: Controller mengirimkan perintah ke aktuator (servo motor, stepper motor,
atau solenoid valve) untuk membuka atau menutup katup kran sesuai keputusan.
 Pengaturan Waktu atau Volume Air (Opsional): Beberapa sistem kran otomatis dapat
diatur untuk membuka atau menutup selama periode waktu tertentu atau untuk
memberikan volume air tertentu.
 Penggunaan Energi yang Efisien (Opsional): Sistem dapat dirancang untuk
mengoptimalkan penggunaan air dengan memperhitungkan faktor-faktor seperti tekanan
air dan kebutuhan aktual.

5. Pompa Infus Otomatis

Sistem kendali pada pompa infus otomatis dirancang untuk memberikan dosis obat atau
cairan intravena secara terkontrol dan akurat. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai
komponen-komponen utama dan jenis sensor, controller, serta aktuator yang umumnya
digunakan pada pompa infus otomatis:
 Sensor
Sensor pada pompa infus otomatis berperan penting dalam memonitor dan mengukur
berbagai parameter yang terkait dengan infus, seperti laju aliran cairan, tekanan di dalam
saluran infus, dan keberadaan vena. Jenis sensor :
 Sensor Laju Aliran (Flow Sensor): Mengukur laju aliran cairan yang masuk ke dalam
tubuh pasien.
 Sensor Tekanan (Pressure Sensor): Memantau tekanan di dalam saluran infus untuk
memastikan kestabilan dan mencegah potensi kerusakan pada pembuluh darah atau
sistem infus.
 Sensor Keberadaan Cairan (Fluid Presence Sensor): Mendeteksi apakah ada cairan
yang mengalir di dalam saluran infus atau tidak.
 Controller
Controller pada pompa infus otomatis bertanggung jawab untuk mengambil keputusan
berdasarkan informasi dari sensor dan mengontrol laju aliran cairan atau dosis obat sesuai
dengan pengaturan yang telah ditentukan. Jenis controller :
 Mikrokontroler atau Mikroprosesor: Kontroler ini dapat memproses data dari sensor
dan mengendalikan aktuator sesuai dengan algoritma dan program yang telah
diprogramkan.
 PID Controller (Proportional-Integral-Derivative): Digunakan untuk mengontrol laju
aliran atau dosis obat dengan lebih tepat, mempertimbangkan perbedaan antara nilai
setpoint dan nilai aktual.
 Aktuator
Aktuator pada pompa infus otomatis adalah perangkat yang merespons perintah dari
controller dan mengubah energi listrik menjadi gerakan fisik atau tindakan yang
mengontrol aliran cairan. Jenis aktuator :
 Motor Stepper atau Motor DC: Motor digunakan untuk menggerakkan perangkat
peristaltik atau katup yang mengatur laju aliran cairan.
 Katup Infus (Infusion Valve): Katup digunakan untuk mengatur pembukaan dan
penutupan saluran infus, mengontrol aliran cairan sesuai dengan instruksi dari
controller.
Berikut mekanisme umum dari hubungan ketiga komponen tersebut pada pompa infus
otomatis:
 Sensor Monitoring: Sensor laju aliran, tekanan, dan keberadaan cairan memonitor kondisi
infus.
 Sinyal ke Controller: Sensor mengirimkan data dan sinyal ke controller, memberi tahu
kondisi dan parameter infus.
 Keputusan Controller: Controller memproses data dari sensor dan membuat keputusan
untuk mempertahankan laju aliran atau tekanan yang diinginkan.
 Aktuasi Motor atau Katup: Controller mengirimkan perintah ke motor stepper atau katup
infus untuk mengontrol aliran cairan sesuai dengan kebutuhan medis.
 Pemantauan Terus-Menerus: Selama proses infus, sistem terus memantau dan
menyesuaikan laju aliran atau tekanan untuk memastikan kestabilan dan keamanan infus.
 Alarm Kesalahan (Opsional): Sistem dapat dilengkapi dengan alarm yang akan aktif jika
terjadi kesalahan, seperti tekanan yang berlebihan atau berkurang, kebocoran, atau jika
infus telah selesai.

Anda mungkin juga menyukai