31
2. Penyusunan Dokumen teknis lapangan
a. Izin Kerja
32
c. Single Line Diagram
33
e. Surat Perintah Kerja
34
C. Pekerjaan Teknis Pengoperasian Gardu Distribusi
1. Berkomunikasi dengan pengatur / posko untuk pengoperasian instalasi Gardu
Distribusi
2. Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan alat bantu yang diperlukan dan alam kondisi
siap pakai dan aman.
3. Memeriksa hasil ukur atau mengukur indikator kondisi peralatan instalasi gardu :
a. Tahanan isolasi trafo sesuai ketentuan
b. Nilai MV Fuse sesuai dengan kapasitas trafo
c. Nilai NH fuse sesuai dengan ukuran kabel dan kapasitas trafo –
d. Mengukur Tahanan pembumian kerangka peralatan/ konstruksi instalasi
gardu.
4. Menghubungi pihak-pihak yang berwenang untuk memastikan bahwa pekerjaan
telah Dikoordinasikan secara efektif dengan pihak-pihak terkait
5. Periksa keadaan disekitar gardu dan yakinkan aman untuk dioperasikan
6. Melaporkan kepada pihak yang berwenang untuk pengoperasian gardu dan tunggu
izin pengoperasian keluar
7. Masukkan PMB 1, periksa adanya kelainan, lanjutkan pengoperasian bila tidak ada
kelainan
8. Masukkan PMB 2, periksa adanya kelainan, lanjutkan pengoperasian bila tidak ada
kelainan
9. Masukkan PMB 3, periksa adanya kelainan, lanjutkan pengoperasian bila tidak ada
kelainan
35
10. Periksa urutan fasa keluaran trafo dengan phase sequence indikator.
11. Mengukur tegangan sisi TR, pastikan penyetelan sadapan trafo sudah benar
37
Kapasitas = 160 Kva
Tegangan TM = 20 Kv = 20.000 Volt
Jenis Trafo 3 Phasa
Besar Fuse Link = 160.000 / 20.000 x 1,73
= 16/3,46
Besaran Arus. = 4,62 Ampere
KHA Fuse Link. = 5 Ampere
Dari hasil pengecekan besaran fuse link sebesar 5 ampere, sesuai dengan
standart yang digunakan untuk trafo daya 160 Kva
• Dilakukan pengukuran tahanan isolasi pada trafo distribusi, berikut hasil
pengukuran trafo distribusi pada gardu distribusi dalam studi kasus ini.
Pengujian Tahanan Isolasi MΩ
Tahanan Isolasi
1 Menit 5 Menit
Primer - Ground 5000 5000
Primer - Sekunder 5000 5000
Sekunder - Ground 3000 3000
Dengan data hasil pengukuran isolaso pada bushing trafo memenuhi
spesifikasi layak untuk dipoperasikan sesuai dengan standart.
• Dilakukan pengukuran pembumian , berikut hasil pengukuran pembumian
pada gardu distribusi dalam studi kasus ini.
Grounding / Pembumian Nilai Pembumian
Grounding Arrester 1Ω
Grounding Grounds Trafo 2Ω
Grounding PHB-TR 2Ω
Dari hasil pengukuran pembumian / grounding mengindikasi bahwa
hasilnya baik, nilai tahanan pentanahan yang dipersyaratkan oleh PUIL
2000 yaitu dibawah 5 Ohm. Semakin mendekati nilai potensial tanah (nol)
maka sistem pentanahan dikatakan semakin baik. Dari hasil pengukuran
yang ditampilkan bahwa kondisi trafo tersebut layak untuk di operasikan
seusai dengan starndart.
• Pengecekan putaran phasa pada gardu distribusi setelah dilakukan
pengoperasian dengan memasukan PMB, pada pengecekan dengan alat
phase sequence indikator menampilakan putaran phasa tidak searah jarum
jam, hal ini menunjukan bahwa terdapat kesalahan dalam mengkoneksi
38
kabel jurusan dari bushing sekunder trafo ke PHBT-TR, dimana salah satu
kabel phasa terbalik dalam pemasangan ke saklar utama, maka untuk
memperbaiki adalah dengan membuka PMB kembali dan merubah jalur
koneksi kabel dari bushing sekunder ke PHB-TR, dengan mengkoneksi
kabel phasa ke saklar utama sesuai urutan jalur dan dilakukan pengecekan
ulang putaran pada alat phase sequence indikator berputar searah jarum
jam, dan dengan ini pengoperasian Gardu distribusi telah selesai dilakukan
dan layak untuk digunakan.
39