Anda di halaman 1dari 4

Dalam memenuhi ketercapaian tujuan pembelajaran diperlukan kesesuain antara

pemilihan asesmen dengan proses pembelajaran. [1] Proses pembelajaran dapat


diaplikasikan dalam 3 hal yaitu sebagai perumusan tujuan pendidikan, penentuan
bagaimana pembelajaran hingga asesmen yang akan di lakukan. dan yang terakhir dapat
digunakan untuk menentukan kesesuaian antara asesmen yang digunakan dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Sehingga penerapan proses pembelajaran harus
memperhatikan pemilihan penilaian yang tepat agar tujuan sebuah pembelajaran dapat
tercapai.
Dalam prosesnya, penilaian dapat dibagi menjadi beberapa aspek diantaranya adalah
aspek psikomotorik (keterampilan), aspek kognitif (pengetahuan), dan afektif (sikap). Salah
satu aspek yang paling mendasar dalam hal interaksi pada saat proses pembelajaran adalah
aspek keterampilan sosial. Keterampilan sosial dimaksudkan sebagai kemampuan individu
untuk berkomunikasi secara efektif antar individu secara verbal maupun nonverbal dan dapat
memberikan manfaat kepada peserta didik untuk menyongsong kehidupan yang akan datang,
dengan dibekali keterampilan sosial peserta didik mampun menjalin komunikasi dan
hubungan yang lebih baik dengan lingkungan sekitarnya. Maka dari itu pentingnya
pemilihan instrumen penilaian yang tepat sehingga tujuan dari aspek keterampilan sosial
dapat termanfaatkan dengan baik khususnya dalam kehidupan sehari hari.[2]
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai studi telah mendalami tentang validitas sebuah
instrumen tes pada aspek keterampilan sosial. Penelitian mengenai aspek keterampilan sosial
(sikap) dengan hasil validitas empiris dengan rentangan 0,85-0,89 [3]–[5] , dengan validitas
logis[6] dan berkategori baik[7], [8]. Dari artikel diatas dapat disimpulkan tentang berbagai
macam versi instrumen penilaian pada aspek keterampilan sosial (sikap) yang tepat secara
logis serta empiris. Namun penelitian tersebut belum diketahui apakah sesuai penilaian yang
dipilih tepat atau tidak dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, oleh karena itu
pendidik atau pendidik yang sedang magang atau praktikan diharuskan memiliki banyak
literasi tentang instrument penilaian khususnya pada ranah keterampilan sosial (sikap) yang
valid dan berkesesuaian dengan komponen yang hendak diukur dan pada akhirnya pendidik
dapat memilih penilaian keterampilan sosial yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Namun faktanya, guru yang memiliki pengalaman akan lebih mudah untuk memilih asesmen
yang tepat karena memiliki jam terbang dalam menganalisis penilaian aspek keterampilan
sosial yang tepat dan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Di sisi lain, ditemukan
sulitnya menentukan jenis penilaian yang tepat sesuai tujuan pembelajaran pada calon guru.
[9] Hal inilah membuat masih banyak sekali calon guru menyatakan perlu banyak pelatihan
baik dari segi wawasan pengetahuan maupun praktek.
Merujuk pada buku panduan pelaksanaan asistensi mengajar yang di terbitkan oleh LP3
Universitas Negeri Malang[10], Universitas Negeri Malang selaku kampus yang melahirkan
lulusan sebagai calon guru, mengadakan program lanjutan dari Kemendikbud yakni MBKM
yang salah satunya adalah program Asistensi Mengajar (AM) untuk membekali para
mahasiswa pengalaman, khususnya pada prodi PJKR untuk terjun secara langsung ke
lapangan (sekolah) selama 20 pekan untuk mempraktikkan keterampilan serta
pengetahuannya dalam bidang akademik, non akademik, serta administrasi. Dalam program
akademik,yang dilakukan yakni praktik mengajar dan menyusun perangkat pembelajaran
berupa modul ajar, media pembelajaran dan rubrik penilaian pada khususnya aspek
keterampilan sosial akan diawasi dan dibimbing oleh dosen serta guru pamong. Pemilihan
penilaian khususnya aspek keterampilan sosial yang tepat menjadi indikator kesuksesan guru
magang dalam hal ini pada program AM sehingga perlu dilakukan penyelidikan lebih dalam
mengenai kemampuan mahasiswa yang mengikuti progras AM dalam ketepatan pemilihan
penilaian pada aspek keterampilan sosial agar tercapainya tujuan pembelajaran.
Bukan hanya untuk mengetahui kemampuan mahasiswa PJKR yang sedang
melaksanakan program AM dalam memilih penilaian yang tepat sesuai dengan tujuan
pembelajaran, studi ini memiliki tujuan tersendiri yaitu untuk mengetahui kesuksesan dalam
hal ini program AM dalam menyiapkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam hal
penilaian khususnya pada aspek memilih penilaian pada aspek keterampilan sosial (sikap)
yang tepat. Penelitian ini penting untuk diteliti agar menghindarkan mahasiswa dari
kemampuan dalam memilih penilaian pada ranah keterampilan sosial yang buruk sehingga
program Asistensi Mengajar menjadi sukses dan memiliki kemanfaatan.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian survei dengan
pendekatan kuantitaif serta kualitatif. Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa prodi S1 PJKR yang sedang melaksanakan program Asistensi Mengajar
di Semester Gasal 2023-2024. Pengambilan data menggunakan Teknik dokumentasi berupa
pengumpulan modul ajar yang diperoleh dari subjek yang diteliti dan Teknik wawancara
yang dilakukan untuk mengkaji argumentasi pemilihan penilaian internalisasi nilai. Modul
ajar yang diperoleh selanjutnya akan dinilai pada aspek ketepatan pemilihannya
menggunakan rubrik penilaian yang dikembangkan. Data yang diperoleh dari rubrik penilaian
akan ditelaah menggunakan presentase dan data wawancara dianalisis menggunakan teknik
reduksi, penyajian data di lapangan serta pengambilan kesimpulan.

Daftar Rujukan
[1] N. Khalishah dan N. Iklilah, “Taksonomi Bloom (Revisi): Tujuan Pendidikan dan
Implementasinya dalam Pembelajaran Matematika,” dalam SANTIKA: Seminar Nasional Tadris
Matematika, 2021, vol. 1, hlm. 248–266.
[2] R. Kurniawan, F. P. Heynoek, dan P. I. Sholikhah, “INOVASI PERANGKAT
PEMBELAJARAN SPORT EDUCATION MODEL UNTUK KETERAMPILAN SOSIAL
PADA MATERI PERMAINAN SOFTBALL,” Gelangg. Pendidik. Jasm. Indones., vol. 6, no. 1,
hlm. 60–72, 2022.
[3] D. P. Parmiti, N. N. Rediani, I. Antara, dan M. G. Jayadiningrat, “The effectiveness of local
culture-integrated science learning through project-based assessment on scientific attitudes and
science process skills of elementary school students,” J. Pendidik. IPA Indones., vol. 10, no. 3,
hlm. 439–446, 2021.
[4] A. Sangwan, A. Sangwan, dan P. Punia, “Development and validation of an attitude scale towards
online teaching and learning for higher education teachers,” TechTrends, vol. 65, hlm. 187–195,
2021.
[5] M. Syaifuddin, “Implementation of Authentic Assessment on Mathematics Teaching: Study on
Junior High School Teachers.,” Eur. J. Educ. Res., vol. 9, no. 4, hlm. 1491–1502, 2020.
[6] F. Bruno, V. Laganà, R. Pistininzi, F. Tarantino, L. Martin, dan R. Servidio, “Validation and
psychometric properties of the Italian Vaccination Attitudes Examination (VAX-I) scale,” Curr.
Psychol., hlm. 1–11, 2022.
[7] B. O. Akinbadewa dan O. A. Sofowora, “The effectiveness of multimedia instructional learning
packages in enhancing secondary school students’ attitudes toward Biology,” Int. J. Stud. Educ.,
vol. 2, no. 2, hlm. 119–133, 2020.
[8] D. Wahyudiati, “The Critical Thinking Skills and Scientific Attitudes of Pre-Service Chemistry
Teachers Through the Implementation of Problem-Based Learning Model,” J. Penelit. Pendidik.
IPA, vol. 8, no. 1, hlm. 216–221, 2022.
[9] M. Mariyani, U. Chotimah, A. A. Mauilida, dan I. Khairunisa, “Analisis Kemampuan Mahasiswa
Calon Guru Menyusun Instrumen Penilaian Kognitif dan Afektif,” Ideas J. Pendidik. Sos. Dan
Budaya, vol. 9, no. 1, hlm. 95–102, 2023.
[10]“Panduan-Pelaksanaan-Asistensi-Mengajar-rev1.pdf.” Diakses: 13 Maret 2023. [Daring].
Tersedia pada: https://kampusmerdeka.um.ac.id/wp-content/uploads/2021/10/Panduan-
Pelaksanaan-Asistensi-Mengajar-rev1.pdf

Anda mungkin juga menyukai