Anda di halaman 1dari 82

MAKNA DISTRIBUSI ZAKAT DALAM AL-QUR’AN

(STUDI ANALISIS Q.S AL-TAUBAH AYAT 60)

SKRIPSI

OLEH:

SHAFWATIL WIDAD

NIM. 18382052056

Oleh:

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

NOVEMBER 2023
MAKNA DISTRIBUSI ZAKAT DALAM AL-QUR’AN
(STUDI ANALISIS Q.S AL-TAUBAH AYAT 60)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Madura Untuk Memenuhi Salah

Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Al-Qur‟an dan

Tafsir

OLEH:

SHAFWATIL WIDAD

NIM. 18382052056

Oleh:

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

NOVEMBER 2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi penelitian berjudul " Makna Distribusi Zakat dalam Al-Qur’an


(Studi Analisis Q.S At-Taubah Ayat 60)" yang disusun oleh Shafwatil
Widad telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Pamekasan, 25 Oktober 2023


Dosen Pembimbing

Khairul Muttaqin,M.Th.I
198710012015031003

iii
iv
ABSTRAK

Shafwatil Widad, 18382052056, 2023, Makna Distribusi Zakat dalam Al-Qur‟an


(Studi analisis Q.S At-Taubah Ayat 60), Skripsi, Program Studi Ilmu AL-Qur‟an
dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri
Madura (IAIN), Pembimbing: Khairul Muttaqin,M.Th.I.
Kata Kunci: Al-Qur’an, Zakat, Komparasi, Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-
Azhar
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang diwajibkan bagi setiap umat
muslim yang mampu, kedudukannya sangat penting dalam Islam. Bisa dilihat
dalam Al-Qur‟an Surat At-Taubah ayat 60 yang artinya “Sesungguhnya Zakat itu
hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan
hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan)
orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana.” Dengan ini ada beberapa tradisi penyaluran zakat yang kurang
sesuai dengan petunjuk al-Qur‟an Q.S At-Taubah diantaranya adalah teradisi
penyaluran zakat kepada mustahiq yang tidak terlalu di prioritaskan di dalam
penyaluran zakat dengan menyampingkan mustahiq yang sudah di prioritaskan.
Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengkaji zakat dalam Al-Qur‟an ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Komparasi dari Tafsir
Al-Munir (Marah Labid) karya Imam nawawi Al-Bantani dengan Tafsir Al-Azhar
karya Hamka dan peneliti Menganalisi kata kunci yang terdapat dalam pada Tafsir
Al-Munir dan Tafsir Al-Azhar yang mana Zakat itu sebagian harta yang
dikeluarkan oleh orang-orang kaya untuk saudara-saudaranya yang fakir dan
untuk kepentingan umum yang menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat itu
sendiri atau untuk penertibannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan 2 hal yang mana : (1) Makna Distribusi
Zakat pada Tafsir Al-Munir dan Al-Azhar dalam Al-qur‟an Surah At-Taubah
Ayat 60 yang mana apabila dilihat dari mustahiq zakat nya ialah, Fakir Orang
yang memikul beban berat kehidupan, Miskin Yang disebut dengan miskin ini
orang yang menahan penderitan hidupnya sendiri, Para amil ini berhak
mendapatkan bagian. Karena tanggung jawab amil zakat itu berat dan
pekerjaannya atau usahanya yang lain berhenti dikarenakan mengurus zakat
tersebut. (2) Sintesa Makna Dsitribusi zakat pada Tafsir Al-Munir dan Al-Azhar
Kelebihan Tafsir Al-Munir (Marah labid) jelas dan mudah dipahami, bebas dari
penafsiran Israiliyat sedangkan kekurangannya menjadikan petunjuk Al-Qur‟an
tidak utuh dan Penafsirannya tidak mendalam yang mana Metode tafsir ini tidak
menyediakan ruangan untuk memberikan uraian atau pembahasanyang mendalam
dan memuaskan pembacanya berkenaan dengan pemahaman suatu ayat. Sintesa
Kreatif dilihat dari apa yang sudah di jelaskan dari awal jadi sekarang saya akan
mengkomparasikan tentang Tafsir Al-Munir dan Al-Azhar yang mana dilihat dari
Dengan ini kata Fisabillah orang yang berjasa dipeperangan itu disebut sabilillah
akan tetapi tidak hanya orang yang berperang dijalan Allah.

v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal skripsi ini

dengan baik.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir kuliah dan

kewajiban saya sebagai mahasiswa serta agar mahasiswa yang lain dapat

melakukan kegiatan seperti yang saya lakukan. Dalam proposal skripsi ini saya

akan membahas mengenai “Makna Distribusi Zakat dalam Al-Qur’an (Studi

Analisis Q.S At-Taubah Ayat 60)”. Dengan ini saya mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung saya terutama

kepada dosen pembimbing saya yakni bapak Khairul Muttaqin, M.Th.I

Tiada gading yang tak retak, demikian pepatah mengatakan. Saya sadari

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga saya dapat

memperbaiki kesalahan saya. Ucapan ribuan terima kasih, penulis sampaikan atas

segala doa, dukungan, motivasi, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak demi

terselesainya penelitian ini, di antaranya adalah:

1. Bapak Dr. H.Saiful Hadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Madura beserta jajarannya.

2. Bapak Dr. Ah.Fawaid, MA.,. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura beserta jajarannya.

3. Bapak Dr.DeltaYaumin Nahri, Lc., M.Th.I., selaku Ketua Program Studi

Ilmu AL-Qur‟an dan Tafsir yang telah menyetujui pengajuan judul skripsi ini,

sehingga penulis dapat melanjutkan penelitian ini dengan baik.

vi
4. Bapak Khairul Muttaqin M.Th.I selaku dosen pembimbing yabf telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selema

menyusun tugas akhir, sehingga penelitian ini selesai tepat pada waktunya.

5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir khususnya serta

dosen-dosen IAIN Madura yang telah memberikan ilmunya selema penulis

menjadi mahasiswa.

6. Kedua orang tua dan suami tercinta yang menjadi panutan terhebat penulis.

Terimakasih atas kasih saynag, kesabaran, motivasi, dan perjuangan yang

tiada henti untuk menghantarkan penulis sampai pada titik ini.

7. Teman-teman IQT angkatan 2018 khususnya IQT-A yang selalu

menyemangati dan membantu dalam proses penyusunan skripsi penulis.

Terimakasih telah menciptakan kenangan indah dan penuh warna selama ini.

Akhirnya, penulis juga minta maaf apabila terdapat kesalahan maupun

kekurangan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak, khususnya bagi penulis.

Pamekasan, 25 Oktober 2023


Penulis

Shafwatil Widad
NIM. 18382052056

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

ABSTRAK ..............................................................................................................v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ...........................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................17

C. Tujuan Penelitan..................................................................................17

D. Kegunaan Penelitian............................................................................18

E. Definisi Istilah .....................................................................................19

F. Kajian Terdahulu .................................................................................20

G. Kajian Pustaka .....................................................................................23

BAB II METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................................31

B. Sumber Data ............................................................................................31

C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................32

D. Analisis Data ...........................................................................................32

E. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................................33

viii
BAB III PEMBAHASAN

A. Makna Distribusi zakat dalam Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-Azhar ....35

B. Sintesa makna distribusi zakat pada Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-

Azhar dalam Surah At-Taubah Ayat 60 ..................................................39

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................60

B. Saran........................................................................................................61

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................................... 62

SURAT KEASLIAN TULISAN .................................................................................... 66

LAMPIRAN ................................................................................................................... 67

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 71

ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama


‫أ‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba B Be

‫ت‬ Ta T Te

‫ث‬ Ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ Ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

‫خ‬ Kha Kh ka dan ha

‫د‬ Dal d De

‫ذ‬ Żal ż Zet (dengan titik di atas)

‫ر‬ Ra r er

‫ز‬ Zai z zet

‫س‬ Sin s es

‫ش‬ Syin sy es dan ye

‫ص‬ Ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

‫ض‬ Ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

‫ط‬ Ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬ Ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

‫ع‬ `ain ` koma terbalik (di atas)

‫غ‬ Gain g ge

‫ؼ‬ Fa f ef

‫ؽ‬ Qaf q ki

‫ؾ‬ Kaf k ka

‫ؿ‬ Lam l el

‫ـ‬ Mim m em

x
‫ف‬ Nun n en

‫و‬ Wau w we

‫ﮬ‬ Ha h ha
‫ء‬ Hamzah „ apostrof

‫ي‬ Ya y ye

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama kesatuan penyelarasan antara aqidah, syariat, akhlaq,

material dan spiritual, nilai-nilai ekonomi dan moral duniawi dan uhkrawi. Dari

sekala dan ruang lingkup yang luas ini, Islam menetapkan beberapa ketentuan

tentang arah dan batas yang wajar dan adil. Seluruh aspek kegiatan dan nilai di

atas menuntut adanya keseimbangan dan keadilan baik secara hissiyyah maupun

ma‟nawiyah. 1

Salah satu pilar utama dalam rukun Islam adalah perintah zaat. Disebut

demikian karena perintah zakat bukan sekedar praktik ibadah yang memiliki

dimensi spiritual, tetapi juga sosial. Zakat merupakan ibadah dan kewajiban

sosial bagi kaum muslim yang kaya (aghniya‟) ketika memenuhi nisab (batas

minimal) dan hawl (waktu satu tahun). Secara sosiologis zakat bertujuan untuk

memeratakan kesejahteraan dari orang kaya kepada orang miskin secara adil dan

mengubah penerima zakat menjadi pembayar zakat, oleh karena itu, jika zakat

diterapakan dalam format yang benar, selain dapat meningkatkan keimanan, juga

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara luas.2

Zakat merupakan ibadah maliyah ijtima‟iyyah yang memiliki posisi

sangat penting, strategis, dan menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam

maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok,

1
Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial,( jakarta: Raja Grafindo
persada, 1998), 99.
2
Muhammad Hadi, Problematika Zakat Profesi dan Solusinya, (Celeban Timur Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2010), 1.

1
2

zakat termasuk salah satu rukun (rukun ketiga) dari rukun Islam yang lima.

Zakat juga mampu membangun relasi yang harmonis antara kedua golongan

tersebut, yang kaya bisa memperhatikan yang miskin dan yang miskin selalu

mendoakan dan ikut menjaga yang kaya. 3

Zakat ini juga salah satu dari rukun Islam dan yang hukumnya wajib bagi

setiap muslim. Zakat ini dilakukan cara mengeluarkan sejumlah harta tertentu

dari orang yang mampu mengeluarkannya dan diberikan kepada golongan yang

berhak menerimanya seperti kaum fakir miskin dan sebagainya. Zakat ini juga

disyariatkan dalam Islam karena mengandung banyak manfaat, baik bagi orang

yang memberikan zakat maupun bagi yang menerimanya. Dengan berzakat,

setiap muslim dapat membersihkan hartanya yang sesungguhnya menjadi hak

orang lain. Dan saking banyaknya manfaat yang diperoleh dari zakat membuat

iabadah menjadi sangat penting dalam Islam.4

Ada tiga sektor penting dalam perekonomian menurut al-Qur‟an,

pertama, sektor riil (jual beli) yaitu bisnis dan perdagangan, kedua, sektor

keuangan dan moneter dan ketiga, zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Zakat, infak

dan sedekah merupakan satu pilar tersendiri terkait dengan perannya dalam

distribusi pendapatan dari kelompok aghniya‟ (orang yang memiliki kelebihan

harta) kepada kelompok yang mengalami kekurangan harta (sebagaimana telah

dijelaskan dalam QS. al-Taubah (9) ayat 60 terkait dengan 8 Asnaf, yaitu firman

Allah

3
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern,(Jakarta: Gema Insani, 2002), 1.
4
Jamhari, Ayo memahami Fiqih, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2021), 25
3

‫اب‬ ِّ ‫ني َعلَيۡ َها َوٱؿۡ ُم َؤلمَف ِة قُػلُوبػُ ُهمۡ َوِِف‬


ِ َ‫ٱلرق‬ ِِ
َ ‫ني َوٱؿۡ ََٰعمل‬ِ ‫ت لِلۡفُػ َقراۡ ِء وٱؿۡ َم َٰس ِك‬ُ َ‫ص َد َٰق‬
‫امَّنَا ٱل م‬
َ َ َ
‫يم َح ِكيم‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ني َوِِف َسبِ ِيل ٱللمه َوٱبۡ ِف ٱل مسبِ ِيلۡ فَ ِر‬
ٌ ‫ ِّم َن ٱللمهۡ َوٱللمهُ َعل‬,‫يضة‬ َ ‫َوٱؿۡ ََٰغ ِرم‬
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana).5

Di samping itu zakat juga menjadi salah satu pilar dari rukun Islam.

Esensi zakat di sini tidak hanya sebatas materi yang hanya dikeluarkan 2,5

persen, kemudian setelah itu masalah kemiskinan dan ketimpangan menjadi

berkurang. Tapi lebih jauh lagi, zakat adalah tools yang menjadi penggerak

dalam roda perekonomian, sehingga dengan zakat ekonomi bisa tumbuh,

berkembang sesuai dengan mana zakat itu sendiri.6

Islam sebagai raḥmatan li al „alamin sebenarnya telah menyediakan

instrumen dalam menangani masalah ekonomi manusia. Zakat sebagai salah satu

kewajiban umat Islam dapat berperan dalam penanganan masalah kesejahteraan

dan ketimpangan pendapatan. Masalah distribusi pendapatan Indonesia ini dapat

ditangani dengan menerapkan metode distribusi konsep Islam. Konsep Islam

menjamin sebuah distribusi pendapatan yang memuat nilai-nilai insani, karena

dalam konsep Islam distribusi pendapatan,7 antara lain meliputi :

1. Kedudukan manusia yang berbeda antara satu dan yang lain merupakan

kehendak Allah swt. Firman-Nya :

5
Nurul Huda dkk, Zakat Perspektif Mikro-Makro,(Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), 107.
6
Ibid.,107.
7
Ibid.,108.
4

ٍ ‫ض در َٰج‬ ٰۤ ِ
‫ت لِّيَْبػلَُوُك ْم ِ ِْف‬ َ َ ٍ ‫ض ُك ْم فَػ ْو َؽ بَػ ْع‬َ ‫ض َوَرفَ َع بَػ ْع‬ِ ‫ف ْاْلَْر‬ َ ‫َو ُه َو المذ ْي َج َعلَ ُك ْم َخ َٰل ِٕى‬
‫ابۡ َواِنمه لَغَ ُف ْوٌر مرِحْي ٌم‬ ِ ‫ك س ِريْع الْعِ َق‬ ِ
ُ َ َ ‫َماۡ اَٰ َٰتى ُك ْمۡ ا مف َربم‬
Artinya :Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di
bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang
lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhan-mu amat cepat
siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha pengampun lagi Maha
penyayang.8

Dari ayat ini menerangkan sesungguhnya Allah telah menjadikan

kalian sebagai penguasa di atas bumi, yang telah menggantikan umat dan

masyarakat yang sebelummu, juga Allah telah mengangkat sebagian dari

kamu beberapa derajat, tingkat dari yang lain, kekuasaan dan ketinggian

derajat itu tidak lain Allah akan menguji kalian, bagaimana menerima,

menggunakan dan mensyukuri pemberian Tuhanmu itu. Allah

mengangkat sebagian manusia atas sebagian lainnya tentang kekayaan,

kekafiran, kekuatan, kelemahan, ilmu, kebodohan, supaya Dia menguji

manusia tentang apa yang Dia berikan kepada makhluk-Nya. Artinya

Allah memperlakukan sebagian manusia sebagai penguji terhadap yang

lainnya, kemudian pada semua itu lalu di berikan balasan atas amal dari

setiap perbuatan yang di lakukan. Allah meninggikan sebagian derajat

yang satu dari sebagian (yang lain) beberapa derajat. Hal ini karena

adanya kekhalifahan itu kita menjadi tidak sama, kita menjadi berbeda. 9

Zakat sebagai amal kebaikan, disamping memiliki dimensi

ibadah juga memiliki dimensi sosial. Zakat digunakan bagi kepentingan

8
Al-Quran,(al-An‟am:06), 165.
9
Nurul Huda dkk, Zakat Perspektif Mikro-Makro.,109.
5

umum dan menanggulangi problem-problem sosial, bencana, serta

membantu sekian banyak kelompok yang memerlukannya. Zakat

berfungsi mengecilkan perbedaan antara masyarakat yang ekonominya

lemah dan masyarakat yang ekonominya kuat karena Sebagian harta

masyarakat yang kaya dapat membantu dan menumbuhkan kehidupan

ekonomi masyarakat yang miskin, sehingga keadaan ekonomi golongan

ini dapat diperbaiki. Derajat yang berbeda antara satu manusia dan yang

lainnya adalah sebagai ujian bagi manusia tersebut. Adanya satu manusia

yang diberikan kelebihan harta, agar manusia-manusia itu saling

berinteraksi dan berbagi, di mana yang memiliki kelebihan

mendistribusikan kepada pihak yang mengalami kekurangan. Zakat

adalah salah satu sarana untuk menjembatani interaksi tersebut.10

2. Islam menganjurkan untuk membagikan harta lewat zakat, sedekah,

infak, dan lainnya guna menjaga keharmonisan dalam kehidupan sosial.

Allah berfirman:

ۡ‫ني ْاْلَ ْغيِيَاِٰۤء ِمْي ُك ْم‬


َْ ‫َك ْي َْل يَ ُك ْو َف ُد ْولَ ًة ۡ بَػ‬
Artinya : Supaya harta itu jangan hanya be redar di antara orang-
orang kaya saja di antara kamu.11

Firman Allah ini secara nyata memerintahkan tiap orang berlaku

adil apabila mendapatkan harta, bahwa Islam tidak menghendaki

terjadinya peenumpukan harta pada sekelompok orang. Dengan kata lain,

harta yang hanya berputar di antara orang-orang kaya perlu untuk

10
Ibid.,109.
11
Al-Quran,(al-Hasyr:59), 7.
6

dihindari. Jika tidak, akan ada sekelompok orang yang selalu kaya,

sementara kelompok lainnya selalu miskin.

Jadi, keadilan distributif dalam masyarakat Islami membolehkan

adanya perbedaan dalam pendapatan yang sesuai dengan nilai kontribusi

atau layanan yang diberikan di mana setiap individu memperoleh

pendapatan sesuai dengan nilai sosial dari layanan yang ia berikan

kepada masyarakat. Namun perlu dicatat bahwa jaminan terhadap standar

hidup yang manusiawi bagi semua anggota masyarakat melalui

pengaturan zakat.12

Zakat didistribusikan kepada golongan yang telah ditetapkan dalam

al-Qur‟an dan sunnah. Zakat diberikan atas golongan tertentu karena

mengandung niali-nilai ekonomi, sosial, dan spiritual. Tujuan tersebut

dapat tercapai karena zakat dialokasikan kepada 8 golongan. Penetapan

terhadap kedelapanan golongan tersebut bukan berarti harta zakat wajib

dibagikan kepada mereka. Dana zakat boleh dialokasikan kepada delapan

golongan tersebut jika dimungkinkan dan memadai. Namun, zakat boleh

saja hanya diberikan kepada salah satu golongan tersebut. Diriwayatkan

dari an-Nasa‟i, “Jika harta zakat banyak dan cukup untuk dibagikan

kepada delapan golongan, maka harus dibagikan. Namun, jika tidak

memadai boleh diberikan hanya pada satu golongan.” Imam Malik

12
Nurul Huda dkk, Zakat Perspektif Mikro-Makro.,110.
7

berkata, “Zakat harus diprioritaskan kepada golongan yang paling

membutuhkan.”13

Zakat merupakan instrumen ekonomi yang diperuntukkan sebagai

pengurangan kesenjangan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Secara

khusus zakat dalam pendistribusiannya diutamakan kepada mereka yang

serba kekurangan di dalam harta. Selain memiliki aspek muamalah, yaitu

adanya hubungan sosial antara sesama manusia, zakat memilki pula

aspek ibadah yang merupakan proses penghambaan diri kepada Sang

Khaliq, Allah SWT. Karena zakat adalah bentuk ibadah kepada Allah

yang merupakan cara pensucian terhadap harta kekayaan seseorang di

hadapan Allah SWT.14

Ajaran Islam tidak menyukai adanya penumpukan kekayaan

(taqshid al-amwal) hanya terpusat pada beberapa gelintir orang saja

dalam suatu masyarakat, karena akan melahirkan pola kehidupan mewah

pada sekelompok kecil, juga dapat mendorong timbulnya penindasan dan

penderitaan. Oleh karena itu sebagai makhluk sosial, manusia (umat

Islam) harus mengeluarkan atau memberikan sebagian harta kekayaannya

ketika sudah mencapai satu nishab kepada mereka yang berhak

(mustahiq), sebagai pelaksanaan atas perintah Allah.15

13
Ibid.,110.
14
Ibid.,111.
15
Kutubuddin Aibak, Kajian Fiqih Kontemporer, (Depok Sleman Yogyakarta: Kalimedia, 2017),
155.
8

Harta kekayaan yang ditumpuk dan tidak dikeluarkan zakatnya,

kelak di hari kiamat akan diubah menjadi bara api neraka kemudian

orang-orang yang tidak mengeluarkan zakatnya semasa di dunia akan

dibakar dengan bara tersebut. Bahkan, al-Qur‟an menyebutkan bahwa

hartanya yang telah diubah menjadi bara itu akan dikalungkan

kepadanya. Nabi juga menegaskan siapa saja yang Allah berikan harta

kepadanya, kemudian ia tidak menunaikan zakat harta tersebut maka di

hari kiamat harta itu akan datang kepadanya dalam wujud ular berbisa

kemudian dikalungkan kepadanya. Selanjutnya ular itu menggigitnya

seraya berkata, “Sayalah harta dan simpananmu.” Kemudian ia membaca

ayat16 ;

ۡ ‫ضلِه ُه َو َخْيػًرا مَّلُ ْم‬ َٰ


ْ َ‫َب الم ِذيْ َن يَػْب َخلُ ْو َف ِِبَاۡ اَٰ َٰت ُىه ُم اللّهُ ِم ْن ف‬
‫َوَْل ََْي َس َ م‬
Artinya : Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa
yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya.17

Permasalahan yang selalu dihadapi setiap bangsa dan tidak pernah

ada penyelesaiannya khususnya bagi negara sedang berkembang yaitu

ketimpangan pendapatan dan kemiskinan. Salah satu cara untuk

mengatasi masalah ketimpangan pendapatan dan kemiskinan tersebut

adalah dengan menghimpun dana zakat dan menyalurkan dana zakat

tersebut tepat sasaran.18.

16
Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, (Jakarta: Amzah,2015), 112.
17
Al-Quran, (Ali „Imran, 3), 180.
18
Nurul Huda dkk, Zakat Perspektif Mikro-Makro.,73.
9

Secara empiris, kesejahteraan sebuah negara karena zakat terjadi

pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, meskipun beliau hanya

memerintah selama 22 bulan karena meninggal dunia, negara sangat

makmur, yaitu dengan pemerintahan yang bersih dan jujur dan zakatnya

yang ditangani dengan baik, hingga kala itu negara yang cukup luas

hampir sepertiga dunia tidak ada yang berhak menerima zakat karena

semua penduduk muslim sudah menjadi muzakki, itulah pertama kali ada

istilah zakat ditransfer ke negeri lain karena tidak ada lagi yang patut

disantuni. Zakat dapat menumbuhkan etos kerja dengan membayar zakat

seseorang akan bekerja dengan baik, dengan demikian gerakan sadar

zakat pada dasarnya adalah gerakan menciptakan etos kerja yang baik

yang memberi kesejahteraan dan kemakmuran yang merata bagi semua.19

Dalam buku zakat perspektif mikro-makro disebutkan bahwa zakat

dan sistem pewarisan dalam islam cenderung berperan sebagai sistem

distribusi harta yang egaliter sehingga harta akan selalu berputar dan

beredar kepada seluruh lapisan rakyat, karena memang akumulasi harta

ditangan seseorang atau suatu kelompok saja sangat ditentang oleh al-

Qur‟an.20

Untuk membangun kesadaran umat Islam baik muzakki dalam

menunaikan zakat, maupun badan pengelola zakat perlu dilihat beberapa

ayat al-Qur‟an secara tegas menunjukan kewajiban zakat, baik dalam al-

19
Ibid.,73.
20
Ibid.,74.
10

Qur‟an maupun dalam hadis-hadis banyak dijumpai keterangan-

keterangan yang mewajibkan mengeluarkan zakat. Zakat adalah salah

satu di antara rukun Islam yang lima, setingkat kedudukannya dengan

shalat, puasa, dan haji. Ada 82 ayat dalam al-Qur‟an yang

memerintahkan untuk menunaikan zakat, salah satunya dijelaskan dalam

QS. al- Baqarah (2) : 43 yaitu :

‫ني‬ ِ ِ ‫ص َٰلوَة واَٰتُوا المزَٰكوَة وارَكعوا مع‬ ِ


َْ ‫الرَٰكع‬
ّ َ َ ُْ ْ َ َ ‫َواَقْي ُموا ال م‬
Artinya : dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku‟.21

Syehk Muhammad Abu Zahrah menegaskan bahwa zakat

merupakan sistem sosial dan pada zaman sekarang, hal itu perlu

mendapat perhatian penuh. Dia mengatakan bahwa kalau zakat dianggap

sebagai suatu sistem sosial, itu bukan mengada-ada bid‟ah karena

mengikuti kehedak zaman atau meniru-niru ilmu pengetahuan masa kini,

tetapi itu benar-benar kembali pada sumber pertama syariat dan alirannya

yang masih jernih. Nabi saw pun ketika menyuruh pembantu-

pembantunya mengumpulkan zakat, beliau menyatakan bahwa zakat itu

diambil dari orang-orang kaya dalam masyarakat, untuk dikembalikan

lagi kepada orang-orang fakir mereka.22

Sistem organisasi dan manajemen persoalan zakat di kalangan

masyarakat secara umum masih bersifat klasikal, sedangkan upaya

menstabilkan kehidupan perekonomian dan pemberdayaan ekonomi umat

21
Al-Qur‟an, (al-Baqarah: 2),43.
22
Syauqi Ismail Sahhatih, Penerapan Zakat Dalam Bisnis Modern, ( Bandung : Pustaka setia,
2007), 26.
11

melalui institusi zakat berada pada posisi seadanya, sehingga

pendayagunaan zakat terkesan masih berkisar pada bentuk konsumtif

karikatif yang kurang atau tidak menimbulkan dampak sosial ekonomi

yang berarti, selain itu pendistribusian zakat masih didominasi oleh

bentuk peringanan beban sesaat (temporary relief) dan tindakan

sementara (temporary action) sehingga mustahik zakat sebagaimana

yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat al-Taubah ayat 60 dapat

terberdayakan dan tidak selalu menjadi mustahik zakat namun meningkat

menjadi muzakki, sebagaimana firman Allah SWT QS. al-Taubah (9) :

60 yaitu :

ِ ِ ِ ِ ‫ص َد َٰقت لِلْ ُف َقراِٰۤء والْم َٰس ِك‬ ِ


‫ني َوِ ِْف‬
َْ ‫اب َوالْ َٰغ ِرم‬ ِّ ‫ني َعلَْيػ َها َوالْ ُم َؤلمَف ِة قُػلُ ْوبػُ ُه ْم َوِِف‬
ِ َ‫الرق‬ َْ ‫ني َوالْ َٰعمل‬ْ َ َ َ ُ ‫امَّنَا ال م‬
‫ض ًة ِّم َن ال َٰلِّه ۡ َوال َٰلّهُ َعلِيْ ٌم َح ِكْي ٌم‬ ِ َٰ
َ ْ‫َسبِْي ِل اللّه َوابْ ِن ال مسبِْي ِلۡ فَ ِري‬
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 23
Menurut Abdul Rahman Al Jaziri zakat menurut syara‟ adalah

memberikan harta secara khusus kepada yang berhak menerimanya

dengan syarat-syarat tertentu. Dan pengertiannya yaitu orang-orang

mempunyai batas minimal harta yang wajib dizakati, maka diwajibkan.

23
Al-Quran, (at-Taubah: 09), 60
12

bagi mereka untuk memberikannya kepada orang-orang fakir dan orang-

orang yang berhak menerima zakat itu". 24

Zakat memiliki nilai-nilai yang sangat penting. Ibadah zakat dapat

mencakup dua hal yakni nilai ketuhanan dan nilai kemanusiaan. Dalam

hubungannya dengan manusia, zakat dapat memberikan nilai-nilai sosial

berupa membantu mensejahterakan kehidupan manusia. Ini terbukti

dengan sejarah kepemimpinan Rasulullah saw yang menjadikan zakat

sebagai pendapatan negara dan dalam pelaksanaannya zakat diharapkan

mampu menopang perekonomian, perkembangan ilmu pengetahuan serta

mengembangkan sarana dan prasarana. Pentingnya zakat tersebut sangat

sesuai dengan kondisi perekonomian masyarakat sekarang yanag mana

apabila mau memberikan zakatnya yang tidak perbatokan kepada yang

berhak menerima zakat, tetapi karna rasa belah kasih dan keringanan

untuk familinya.

Demikian pula Ahli Kitab pada umumnya kewajiban zakat telah

diterapkan bersamaan dengan kewajiban shalat sebagaimana diungkap

dalam surat al-Bayyinah ayat 5:

‫ني لَهُ الدِّيْ َن ەۡ ُحيَػ َفاٰۤءَ َويُِقْي ُموا ال م‬


‫ص َٰلوةَ َويػُ ْؤتُوا‬ ِ ِ َٰ ِ ِ ِ
َْ ‫َوَماۡ اُم ُرْوۡا امْل ليَػ ْعبُ ُدوا اللّ َه ُمُْلص‬
ۡ‫ك ِديْ ُن الْ َقيِّ َم ِة‬ ِ
َ ‫المزَٰكوَة َو َٰذل‬
Artinya : Dan supaya mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
dan yang demikian itulah agama yang lurus.25

24
Abdul Al Rahman Al Jaziri, Kitab al Fiqh 'Ala al-Mazahib al Arba‟ah, (Beirut: Dar al-Fikr, tt.),
120.
25
Al-Qur‟an, (al-Bayyinah: 98), 05.
13

Namun demikian penerapan zakat pada agama-agama sebelum

Islam belum merupakan suatu kewajiban muthlak yang ilzami, tetapi ia

bersifat solidaritas sosial dan rasa belas kasihan dalam rangka

menyantuni orang-orang miskin. Barulah dalam syariat agama Islam

zakat ditetapkan menjadi suatu kewajiban yang bersifat ilzami-ibrari

(kewajiban muthlak) sehingga dijadikan rukun Islam.26

Adapun dengan adanya Zakat ini pasti ada yang berhak menerima

zakat dan ada yang tidak berhak menerima zakat ini . Dan yang tidak

berhak menerima zakat ini tergolong dari 4 golongan yang tidak berhak

menerima zakat;

1. Keturunan Nabi Muhammad saw Dalam sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah bersabda:"Pada suatu hari

Hasan (cucu Rasulullah) telah mengambil sebuah kurma dari

zakat lalu dimasukkan ke mulutnya. Rasulullah berkata (kepada

Hasan), 'jijik, jijik, muntahkan kurma itu, sesungguhnya tidak

halal bagi kita (Nabi dan keturunannya) mengambil sedekah atau

zakat," (HR Muslim).Kemudian, Abu Hurairah pernah berkata

dalam hadits, "Bahwasanya Nabi saw apabila diberi makanan,

beliau menanyakannya. Apabila dijawab hadiah, beliau memakan

sebagiannya. Apabila zakat, beliau tidak memakannya," (HR

Muslim dan Bukhari).

26
Ibid., 52.
14

2. Orang yang Berada di Bawah Tanggungan Orang yang Berzakat.

Apabila seseorang tidak mampu namun ada yang

menanggungnya, maka ia tidak berhak atas zakat. Golongan

tersebut tidak boleh menerima zakat kecuali ada sebab lain yang

memperbolehkan, contohnya ia berlaku sebagai amil zakat.

3. Orang Kaya, Orang dengan harta yang berlimpah termasuk ke

dalam golongan yang tidak berhak menerima zakat. Ini

disebabkan mereka mampu untuk memenuhi kebutuhan diri dan

keluarganya.

4. Tidak Memiliki Agama dan Non-Islam Mereka yang tidak

memiliki agama tidak berhak menerima zakat, begitu pun dengan

non-muslim. Meski orang tersebut tidak berkecukupan dan umat

Islam ingin membantu, maka hal itu tidak dapat dianggap sebagai

zakat melainkan pemberian biasa.27

Zakat juga dicanangkan sebagai salah satu cara yang paling efektif

untuk mengatasi kesenjangan sosial di bidang ekonomi. Islam

mewajibkan kepada orang kaya untuk memberikan sebagian dari

hartanya kepada mereka yang kurang mampu. Apabila shalat

ditempatkan pada konteks hubungan manusia dengan Allah swt. (habl

minallah), maka zakat diposisikan pada hubungan antar sesama manusia

(habl min al-nas). Dengan ini Di masyarakat, distribusi Zakat lebih

sering diberikan pada Guru Ngaji, padahal harus lebih mengutamakan

27
Mengambil dari https://www.detik.com/hikmah/ziswaf/d-6672477/catat-ini-golongan-yang-
tidak-berhak-menerima-zakat-fitrah, hari. Senin, Tanggal. 22 mei 2023, Jam. 02.13
15

Fakir miskin atau yang berhak menerimanya. Dengan demikian, zakat

merupakan ibadah ritual yang mezmiliki dimensi sosial yang dinyatakan

sebagai hikmahnya, sedangkan zakat merupakan ibadah sosial yang

berdimensi ritual („ibadah mâliyyah ijtimâ‟iyyah).28

Seorang muslim yang mengeluarkan zakat akan dapat membersihkan

dirinya dari sifat kikir dan dosa, dia akan mendapat berkah dalam

hartanya, keluarga dan peninggalannya. Dan dengan ini yang berhak

menerima Zakat di antaranya:

a. Orang Fakir

Orang orang fakir adalah orang orang yang tidak

mempunyai sesuatu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka dan

mereka tidak mampu berusaha. Atau, mereka adalah orang orang

hanya memiliki sedikit harta untuk memenuhi kebutuhan mereka.

b. Orang Miskin

Orang orang miskin adalah orang yang mempunyai harta

yang hanya cukup untuk memenuhi setengah atau lebih dari

kebutuhan mereka. Dan, mereka diberi bagian dari zakat yang dapat

menutupi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan mereka selama

satu tahun.

c. Para Amil Zakat

Mereka adalah para petugas yang ditunjuk oleh pemimpin

kaum muslimin untuk mengumpulkan zakat dari para pembayarnya,

28
Muhyiddin Khotib, Rekontruksi Fijih Zakat, (Kepanjeng Malang: Literasi Nusantara, 2019), 1.
16

menjaganya dan membaginya kepada orang orang yang berhak

menerimanya.

d. Orang Muallaf

Orang orang muallaf ada dua macam yaitu orang orang kafir

dan orang orang muslim. Orang kafir di beri bagian zakat apa bila

dengannya, maka kemungkinan besar ia akan masuk islam. Jadi

pemberian zakat kepadanya adalah untuk menguatkan niat dan

keinginannya dalam masuk Islam. Atau juga apabila diberi bagian

zakat, maka ia akan menghentikan kejahatan terhadap orang lain.

Adapun muallaf muslim maka diberi bagian zakat untuk menguatkan

imannya atau untuk menarik temannya agar masuk Islam.

e. Ar-Riqab

Ar-Riqab adalah para budak yang ingin memerdekakan diri

namun tidak memiliki uang tebusan untuk membayarnya.

f. Al-Gharim

Al-Gharim adalah orang yang menanggung hutang tetapi

tidak memiliki harta.

g. Fii Sabiilillah

Fii Sabiilillah adalah orang orang yang berada di jalan Allah.

h. Ibnu Sabil

Ibnus sabiil adalah musafir yang terlantar dalam

perjalanannya karena bekal yang ia miliki telah habis atau hilang.


17

Hal ini menjadi problema tersendiri bagi masyarakat dalam

memahami dan mengaplikasikan firman-firman Allah swt terkait

penyaluran zakat. Menurut penulis ada beberapa Makna distribusi zakat

yang kurang sesuai dengan petunjuk al-Qur‟an (al-Taubah:60),

diantaranya adalah teradisi penyaluran zakat kepada mustahiq yang tidak

terlalu di prioritaskan di dalam penyaluran zakat dengan menyampingkan

mustahiq yang sudah di prioritaskan.

Dari uraian di atas penulis melakukan pengkajian dan penelitian

ilmiah dalam sebuah skripsi yang berjudul “ Makna Distribusi Zakat

Dalam Al-Quran (Studi Analisis QS. al-Taubah ayat 60)”.

B. Rumusan Masalah

Dari Permasalahan yang telah peneliti paparkan di awal, maka peneliti

merumuskan beberpa masalah supaya penelitian ini fokus pada yang diinginkan.

Pokok masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Makna Distribusi zakat dalam Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-

Azhar?

2. Bagaimana Sintesa makna Distribusi zakat pada Tafsir Al-Munir dan Tafsir

Al-Azhar dalam Al-Qur‟an Surah At-Taubah ayat 60?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Makna Distribusi zakat dalam Tafsir Al-Munir dan

Tafsir Al-Azhar
18

2. Untuk mengetahui Sintesa makna Distribusi zakat pada Tafsir Al-Munir dan

Tafsir Al-Azhar dalam Al-Qur‟an Surah At-Taubah ayat 60

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis hasil dari penelitian ini adalah untuk menambah khazanah

keilmuan terkait dengan pemahaman terhadap al-Qur‟an dalam masalah

penyaluran zakat. Dan Memberikan tambahan referensi untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Ilmu Al-

Qur‟an dan Tafsir. Selain itu, penelitian ini juga dapat memperkaya

pengetahuan tentang zakat dalam Al-Qur‟an kepada masyarakat dan kepada

penulis sendiri.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan oleh

mahasiswa terutama mahasiswa prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IQT)

untuk penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan sumber refrensi bagi setiap

muslim sehingga penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran

terhadap pendidikan Islam, selain itu juga diharapkan penelitian ini jadi

refrensi dan tolak ukur dalam penyaluran zakat dalam Islam.

a. Bagi Perpustakaan IAIN Madura

Menjadi salah satu referensi dan koleksi di perpustakaan. Bisa dijadikan

sebagai bahan pembelajaran atau untuk kepentingan penelitian-penelitian

yang akan dilakukan berikutnya.


19

b. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan masyarakat

tentang zakat dalam Al-Qur‟an. Sehingga, bisa mengetahui bagaimana

sebenarnya zakat di bagikan dan berusaha menjauhi memberikan zakat

pada orang yang sudah mampu (kaya) dan sebagainya.

c. Bagi Penulis

Dapat menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari

E. Definisi Istilah

Untuk memperjelas topik yang dibahas, maka penulis perlu menjelaskan

istilah-istilah yang terkait sebagai berikut :

Penyaluran adalah pendistribusian (pembagian, pengiriman) kepada

beberapa orang atau kebeberapa tempat atau pembagian barang keperluan

sehari-hari.29

Zakat adalah nama dari harta tertentu yang wajib diberikan kepada orang

yang berhak menerimanya (mustahiq).30

Sedangkan al-Qur‟an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw. dengan perantaraan malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami

dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.31

29
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008),
339.
30
Tim Penulis, Fikih Kita di Masyarakat, (Sidogiri: Pustaka Sidogiri,1429),67.
31
https://kbbi.web.id/Al-Qur‟an.
20

F. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan poin penting dalam sebuah penelitian.

Karena penelitian terdahulu memberikan kepastian bahwa dalam penelitian yang

dilakukan tidak adanya plagiasi, penelitian terdahulu antara lain :

1. Sintha Dwi Wulansari pada tahun 2013 Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro Semarang dengan judul “ Analisis Peranan Dana

Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik (Penerima

Zakat) (Studi Kasus Rumah Zakat Kota Semarang)”32 merupakan sebuah

penelitian yang difokuskan terhadap analisis penyaluran dana dari rumah

zakat kepada mustahik untuk digunakan sebagai modal usaha mikro dengan

tujuan dan harapan bahwa mustahik yang sebelumnya mendapatkan bagian

dari pembagian zakat dapat berubah menjadi muzakki.

Penelitian ini lebih mengkaji tentang dasar mengetahui sistem

pengimpunan, pengelolaan, dan pemberdayaan dana zakat dirumah zakat

kota semarang serta sejauh mana potensi zakat produktif yang diberikan

oleh ruah zakat kepada mustahik untuk digunakan sebagai modal usaha

mikro.

2. Erlina Afiyanti pada tahun 2011 Jurusan Dakwah Fakultas Dakwah

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta telah menulis skripsi

dengan judul “Manajemen Zakat Produktif Unit Pengumpulan Zakat Kantor

32
Sintha Dwi Wulansari, Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha
Mikro Mustahik ( Penerima Zakat) (Studi Kasus Rumah Zakat Kota Semarang), Skripsi,
(Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, 2013).
21

Kementerian Agama Kabupaten Wonogiri”.33 ini merpakan sebuah

penelitian yang didasarkan ada sebuah lembaga negara yang berwenang

didalam bidang zakat dengan menelaah proses perencanaan, pengornisasian,

pegumulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat yang mana

keunggulan dari penulisan ini adalah pemotongan gaji karyawan secara

langsung yang semuanya di alokasikan untuk zakat serta mengunakan

metode actuating terhadap tiga teori, yakni pemberian motivasi, bingbingan,

dan penyelenggaraan komunikasi untuk seluruh pengurus.

Penulisan ini lebih mengkaji tentang pelaksanaan pengupulan zakat

yang dilakukan oleh Unit Pengumpulan Zakat Kantor Kementrian Agama

Kabupaten Wonogiri yang mana dari segi perencanaan, pengorganisasian,

pengumpulan, pendistribusian dan pedayagunaan zakat telah berjalan

dengan baik yang sehingga diperlukan fungsi actuating yang merupakan

proses praktis lapangan dari manajemen.

3. Munif Solikhan “Analisis Perkembangan Manajemen Zakat untuk

Permberdayaan Masyarakat di Indonesia” (2020). Kajian ini bertujuan

menganalisis perkembangan manajemen zakat untuk pemberdayaan

masyarakat di Indonesia. Hal ini didasarkan atas potensi zakat yang ada

Indonesia bernilai cukup besar mencapai ratusan trilun rupiah. Akan tetapi

dampak dari zakat belum dirasakan secara optimal oleh masyarakat luas.

Tulisan ini menggunakan metode Semantik dengan pendekatan kajian

33
Erlina Afiyanti, “Manajemen Zakat Produktif Unit Pengumpulan Zakat Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Wonogiri”, Skripsi (Yogyaakarta: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2011).
22

pustaka, yaitu dengan mengambil data dari hasil penelitian, media, serta

website lembaga maupun stakeholder zakat.

Dari hasil analisis tersebut ditemukan bahwa secara histori, manajemen

zakat sudah ada sejak Islam masuk ke negeri ini, berlanjut ke zaman

kolonial, zaman kemerdekaan, masa orde baru kemudian berlanjut di masa

reformasi. Perkembangan manajemen zakat berjalan cukup masif ketika

pemerintah menerbitkan UU No 38 tahun 1999 tentang manajemen zakat.

Lembaga Amil Zakat mulai bermunculan dan berlomba mengeluarkan

program untuk membantu mencari solusi permasalahan masyarakat.

4. Skripsi Ulin Ulfa “Pendayagunaan Zakat Secara Produktif Dalam Persektif

Hukum Islam”. Dalam penelitiannya, dalam islam kegiatan perdayagunaan

zakat dapat dibenarkan, sepanjang memperhatikan kebutuhan pokok bagi

masing-masing mustahiq dalam bentuk konsuntif yang bersifat mendesak

untuk seangera diatasi. Selain itu perdayagunaan dan pengelolaan zakat

untuk usaha produktif dibolehkan oleh hukum islam selama harta zakat

tersebut cukup untuk dikembangkan.

5. Abdul Kholid yang berjudul “Analisis Pendayagunaan Zakat, Infak, Dan

Sedekah Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Di Kota

Semarang” yang menyimpulkan bahwa, model pendayagunaan zakat untuk

pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah pemanfaatan dana zakat untuk

mendorong mustahik mampu memiliki usaha mandiri dengan

pengembangan modal usaha mikro baik yang sudah ada maupun perintisan

usaha mikro baru. Tahapan yang dilakukan yaitu, 1) pendaftaran calon


23

penerima bantuan, 2) survey kelayakan, 3) strategi pengelompokan, 4)

pendampingan, 5) pembinaan secara berkala, 6) melibatkan mitra kerja, 7)

pengawasan, kontrol, dan evaluasi. Model pendayagunaan 10 tersebut tidak

hanya berdampak pada ekonomi saja, namun juga pada sosial dan

spiritual.34

G. Kajian Pustaka

a) Komparasi

Komparasi ini disebut dengan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengetahui dan atau menguji perbedaan dua kelompok atau lebih.

Penelitian komparasi juga adalah penelitian yang dilakukan untuk

membandingkan suatu variabel (objek penelitian), antara subjek yang

berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan hubungan sebab-

akibatnya. Dengan menggunakan metode komparasi ini peneliti bermaksud

untuk menarik sebuah konklusi dengan cara membandingkan ide-ide,

pendapat-pendapat dan pengertian agar mengatahui persamaan dari ide dan

perbedaan dari standar pelayanan minimal Bus Trans Jogja dan Peraturan

Menteri 29 tahun 2015.35

Metode komparasi adalah suatu metode yang digunakan untuk

membandingkan data-data yang ditarik ke dalam konklusi baru. Komparasi

sendiri dari bahasa inggris, yaitu compare, yang artinya membandingkan

34
Abdul Kholid, “Analisis Pendayagunaan Zakat, Infak dan Sedekah Untuk Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Miskin di Kota Semarang”, Jurnal Pengabdian Masyarakat, Vol. 1, No. 1,
2012.
35
http://e-journal.uajy.ac.id/8883/3/2MTS02204.pdf, pada tanggal 11 Agustus 2023 pukul 20.01
WIB
24

untuk menemukan persamaan dari kedua konsep atau lebih. Menurut Nazir

(2005: 58) penelitian komparasi adalah sejenis penelitian deskriptif yang

ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan

menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu

fenomena tertentu. Studi komparasi adalah suatu suatu bentuk penelitian

yang membandingkan antara variable-variabel yang saling berhubungan

dengan mengemukakan perbedaan-perbedaan ataupun persamaan-

persamaan dalam sebuah kebijakan dan lain-lain.36

Dengan memakai riset perbandingan ini seseatu itu menjadi lebih

jelas secara ontologis, dan secara metodologis, tujuan penelitian komparasi

adalah sebagai berikut:

1. Mencari aspek persamaan dan perbedaan.

2. Mencari kelebihan dan kekurangan masing-masing pemikiran tokoh

3. Mencari sintesa kreatif dari hasil analisis pemikiran kedua tokoh

tersebut.37

b) Tafsir Al-Munir atau Marah Labid karangan Syaikh Nawawi Al-

Bantani

Berbagai metode penafsiran pun hadir menghiasi dan memperkaya

khazanah intelektual Islam mulai dari yang menekankan pada teks hingga

membebaskan akal untuk melakukan interpretasi. Begitu juga pendekatan

penafsiran yang semakin banyak seiring bertambahnya disiplin ilmu baik

pengetahuan umum maupun pengetahuan Islam itu sendiri. Yang mana


36
Ibid,. http://e-journal.uajy.ac.id/8883/3/2MTS02204.pdf
37
Abdul Mustaqim, “Metode penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir” (Yogyakarta: CV. Idea Sejahtera,
2014). h. 135
25

Tafsir Marah Labid berbeda dengan literatur tafsir karya ulama nusantara

lainnya, karena diperkirakan bahwa kitab ini merupakan satu-satunya

tafsiran lengkap Al-Qur‟an yang ditulis dengan bahasa arab oleh ulama

nusantara.38

Adapun latar belakang penulisan kitab Tafsir Marah Labid adalah

karena adanya desakan dari orang-orang terdekat Syaikh Nawawi Al-

Bantani untuk menuliskan tafsir Al-Qur‟an secara lengkap, Pada awalnya

beliau sempat ragu karena khawatir akan ancaman Rasulullah saw berupa

neraka bagi orang yang berbicara mengenai Al-Qur‟an dengan akalnya,

terutama bila terdapat kekeliruan yang beliau tulis sehingga beliau

merasakan beratnyatanggung jawab tersebut. Tapi kemudian beliau

menyadari bahwa menulis tafsir merupakan salah satu sunnah yang

dilakukan oleh para ulama salaf (terdahulu) dan perlu dilakukan tajdid

(pembaharuan) dan mungkin juga penyesuaian zaman, maka beliau

membulatkan tekad untuk menulis tafsir hingga menghasilkan dua jilid kitab

tafsir.39

Kedatangannya saat itu membuat pesantren ayahnya membludak

didatangi oleh santri yang datang dari berbagai pelosok. Dan pengaruh kuat

dari Syekh Nawawi dan pesantrennya waktu itu cukup mendapat perhatian

pemerintah Belanda yang terauma terhadap gerakan pemberontakan santri

Diponegoro (1825-1830). Menurut Chaidar, sebagaimana dikutip oleh

Mamat, karena didorong oleh jiwa kepahlawanannya untuk melawan


38
Naufal Cholily, “Humanisme Dalam Tafsir Marah Labid Karya Nawawi Al-Bantani”, Maraji‟:
Jurnal Studi Keislaman, Vol. 2 No. 2, (Maret 2016), h. 472.
39
Ibid. 474
26

intervensi kekuatan kafir Belanda dan semangat melestarikan kerajaan Islam

Banten, Syekh Nawawi memutuskan untuk kembali ke Makkah dan

menetap selamanya di sana.40

a. Karya-karya ilmiyah

Diantara Pemikiran Syaikh Nawawi ialah:

1) Ilmu kalam (Teologi Islam), kitab-kitab karangannya ialah:

Kitab Fathul Majid (1298 H), Tijn ad- Darari (1301 H),

kasyfatus Syaja (1292 H), an-Najhatul Jadidah (1303 H),

Dazari‟atul Yaqin alaummil Barahil (1317 H), ar-Risalah al-

Jami‟ah baina Ushuluddin wal Fiqh wat-Tasawwuf (1292 H),

ats-Tsimar al-Yani‟ah (1299 H), Nur adh-Dhulam (1329 H).

2) Ilmu fiqih kitab-kitab karangannya ialah: At-Tausyeh (1314 H),

Sulamut Munajat (1297 H), Nihayatuz Zain (1297 H), Mirqar

ash-Shu‟ud at-Tasdiq (1297 H), Uqud al-Lujjain fi Bayani

Huquq az-Zaujain (1297 H), Qutub habib al-Gharib (1301 H).

3) Akhlak dan Tasawwuf, kitab-kitab karangannya adalah:

Salalimul Fudhala (1315 H), Misbah adh-dhuln ala Manhaj al-

Atam fi Tabwibil Hukmi (1324 H).

4) Kitab Tafsir, al-Tafsir al-Munir li Ma‟alim al-Tanzil/Tafsir

marah Labid.

40
Mamat S. Burhanuddin, Hermenutika al-Qur‟an ala Pesantren Analisis terhadap Tafsir Marah
Labid,. h.21
27

c) Tafsir Al-Azhar Karangan Hamka

Penamaan Tafsir al-Azhar tidak terlepas dari penamaan “Masjid

agung Kebayuran Baru” dengan “Masjid Agung Al-Azhar” oleh Rektor

Universitas al-Azhar, Syaikh Mahmoud Syaltout pada tahun 1960. Kuliah

subuh yang disampaikan oleh hamka di Masjid Agung Al-Azhar, Mulai

tahun 1959. Pada saat itu Masjid tersebut belum bernama Al-Azhar. Pada

waktu yang bersamaan, Hamka bersama dengan KH. Fakih Usman dan

H.M. Yusuf Ahmad menerbitkan sebuah majalah yang bernama Panji

Masyarakat.41

Adapun yang memotivasi Hamka dalam menulis tafsir Al-Azhar

adalah Pertama ia melihat bahwa mufassir-mufasir klasik sangat gigih atau

ta‟assub (fanatik) terhadap mazhab yang mereka anut, bahkan ada di antara

mereka yang sekalipun redaksi suatu ayat nyata-nyata lebih dekat kepada

satu mazhab tertentu, akan tetapi ia tetap menggiring pemahaman ayat

tersebut kepada mazhab yang ia anut. Kedua adanya suasana baru di negara

Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim, dan mereka haus akan

bimbingan agama serta haus untuk mengetahui rahasia Al-Qur‟an, Ketiga

ingin meninggalkan sebuah pusaka yang semoga mempunyai harga untuk

ditinggalkan bagi bangsa dan umat muslim Indonesia dan yang ke Empat

hendak memenuhi sebaik-baiknya Husn al-Dzan (Baik sangka) Al-Azhar

41
Malkan, “Tafsir Al-Azhar Suatu tinjuan Biografis dan Metodologis” Jurnal Hunafa, Vol. 6, No.
3 (Desember: 2009)h. 366
28

dan hutang budi yang mendalam padanya, yang telah memberinya

penghargaan yang begitu tinggi (Gelar Doktor Honoris Causa). 42.43

Secara kronologis, karir Hamka yang tersirat dalam perjalanan

hidupnya adalah sebagai berikut:

a) Pada tahun 1927 Hamka memulai karirnya sebagai guru Agama di

Perkebunan Medan dan guru Agama di Padang Panjang.

b) Ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia (1947), Konstituante

melalui partai Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan

Raya Umum (1955).

c) Pembicara konggres Muhammadiyah ke 19 di Bukittinggi (1930)

dan konggres Muhammadiyah ke 20 (1931).

d) Anggota tetap Majelis Konsul Muhammadiyah di Sumatera Tengah

(1934).

e) Pendiri Majalah al-Mahdi (Makassar, 1934)

f) Pimpinan majalah Pedoman Masyarakat (Medan, 1936)

g) Menjabat anggota Syu Sangi Kai atau Dewan Perwakilan Rakyat

pada pemerintahan Jepang (1944).

h) Ketua konsul Muhammadiyah Sumatera Timur (1949).

i) Pendiri majalah Panji Masyarakat (1959), majalah ini dibrendel oleh

pemerintah karna dengan tajam mengkritik konsep demikrasi

terpimpin dan memaparkan pelanggaran-pelanggaran konstitusi yang

42
Ibid., 367
43
Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Islami,
2006),h. 64.
29

telah dilakukan Soekarno. Majalah ini diterbitkan kembali pada

pemerintahan Soeharto.

j) Departemen Agama pada masa KH Abdul Wahid Hasyim, Penasehat

Kementerian Agama, Ketua Dewan Kurator PTIQ.

k) Imam Masjid Agung Kebayoran Baru Jakarta, yang kemudian

namanya diganti oleh Rektor Universitas al-Azhar Mesir, Syaikh

Mahmud Syaltut menjadi Masjid Agung al-Azhar. Dalam

perkembangannya, al-Azhar adalah pelopor sistem pendidikan Islam

modern yang punya cabang di berbagai kota dan daerah, serta

menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah modern berbasis Islam.

l) Ketua MUI (1975-1981), Buya Hamka, dipilih secara aklamasi dan

tidak ada calon lain yang diajukan untuk menjabat sebagai ketua

umum dewan pimpinan MUI. Ia dipilih dalam suatu musyawarah,

baik oleh ulama maupun pejabat.44

Buya Hamka bukan saja sebagai pujangga, wartawan, ulama, dan

budayawan, tapi juga seorang pemikir pendidikan yang pemikirannya

masih relevan dan dapat digunakan pada zaman sekarang, itu semua

dapat dilihat dari karya-karya peninggalan beliau.

44
Rusydi Hamka, Hamka di Mata Hati Umat (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), h.55
BAB II

METODE PENELITIAN

Secara etimologi, metode merupakan suatu kata yang berasal dari bahasa

Yunani yaitu “methodos” berarti suatu cara atau suatu jalan yang dilalui.

Sedangkan secara terminologi, metode adalah suatu cara yang digunakan untuk

mencapai maksud atau tujuan tertentu. Metode merupakan salah satu sarana yang

digunakan seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Sehingga, metode adalah

suatu sarana yang digunakan peneliti dalam memecahkan suatu permasalahan.45

Adapun penelitian secara etimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu

research. Kata research terdiri dari dua kata antara lain kata re berarti kembali

dan kata search berarti mencari. Sehingga, research adalah mencari kembali

untuk memperoleh sesuatu. Sedangkan secara terminologi, penelitian adalah suatu

proses pencarian atau penyelidikan atas sesuatu yang dilakukan secara terencana,

teliti dan sistematis untuk mencari suatu kebenaran dan teori baru dengan

menggunakan langkah-langkah tertentu.46

Metode penelitian adalah cara yang digunakan seseorang saat melaksanakan

suatu penelitian. Hal ini bertujuan agar mencapai tujuan-tujuan tertentu dan dapat

menjawab masalah-masalah yang ada. Sedangkan, metode penelitian Al-Qur‟an

dan tafsir adalah suatu cara yang digunakan peneliti dalam melakukan riset pada

Al-Qur‟an dan kitab-kitab tafsir. Dalam penelitian Al-Qur‟an dan tafsir, metode

45
Basuki, Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif (Jawa Barat: Media Sains Indonesia, 2021), 2
46
Ma‟mun Mu‟min, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Idea Press, 2016), 73-74.

30
31

merupakan suatu hal yang penting untuk mencapai pemahaman yang benar

tentang maksud Al-Qur‟an.47

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif kepustakaan

(library research) yaitu telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan

suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaah kritis dan

mendalam yang terdapat pada bahan-bahan pustaka yang relevan. 48 Data

tersebut akan diperoleh dari sumber-sumber data yaitu kitab tafsir dan

bahan tertulis ataupun buku-buku literatur yang berhasil dikumpulkan

sebagai bahan tambahan.

b. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan yang dipilih adalah studi komparasi, yaitu dengan

cara menjelaskan data mengenai topik pembahasan yang berkenaan

dengan ayat-ayat penyaluran zakat dalam surah al-Taubah ayat 60,

kemudian melakukan analisis terhadap data tersebut.49

B. Sumber Data

Sumber Data merupakan suatu hal yang penting dalam suatu

penelitian. Karena, semua penelitian membutuhkan data sesuai dengan tema

yang diteliti. Sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua

antara lain:

47
Andra Tersiana, Metode Penelitian (Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia, 2020), 3-4.
48
Sojono dan Abdurrahman, Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta:
PT.Renika Cipta,1999), 14-15.
49
Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), 98.
32

a. Sumber data primer

Adapun sumber data primernya yaitu dikumpulkan dari Tafsir Al-

Munir Karya Syaikh Nawawi Al-Bantani dan Tafsir Al-Azhar Karya

Hamka.

b. Sumber data sekunder

Adalah sumber-sumber yang diambil dari sumber lain sebagai

pelengkap dari primer, data ini berisi tentang tulisan-tulisan yang

berhubungan dengan materi yang akan dikaji. Dalam skripsi ini sumber

sekunder yang dimaksud adalah tulisan yang berupa buku, artikel, jurnal,

tulisan ilmiah, dan lain sebagainya yang dapat melengkapi data-data

primer di atas.

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini penulis

menggunakan dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan

data dengan melihat dan menyelidiki data-data tertulis yang ada dalam

buku, majalah, dokumen, catatan harian, dan sebagainya 50. Dengan ini maka

penulis menggunakan buku-buku atau kitab yang berkaitan dengan judul

yang akan dibahas.

D. Analisis Data

Analisis data adalah langkah konkret dalam mengolah dan menganalisa

data. Dan Biklen analisis data adalah suatu proses mencari dan menyusun

50
Imron Rosidi, Sukses Menulis Karya Ilmiyah. 21.
33

data-data yang diperoleh secara sistematis, sehingga mudah dipahami dan

hasil dari penelitiannya dapat diinformasikan pada orang lain.51

Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data dalam

penelitian ini yaitu :

1. Menentukan Menentukan tokoh Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-Azhar

2. Membedakan distribusi Zakat antara Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-

Azhar

3. Menyusun dan merumuskan distribusi zakat dalam al-Qur‟an surah at-

Taubah ayat 60 secara utuh berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan.

4. Membuat Sintesa Kreatif atau Mengkomparasi Imam Nawawi dan

Hamka yang menjelaskan tentang zakat

5. Menarik kesimpulan dari masalah yang diteliti, yaitu pandangan dunia

Al-Qur‟an tentang Distribusi zakat dalam surah al-Taubah ayat 60

dalam Al-Qur‟an.

E. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dilakukan guna mengetahui kualitas dan

kebenaran data dalam suatu penelitian. Hal ini dapat diketahui melalui

beberapa teknik pemeriksaan yang telah ditentukan. Pada penelitian ini,

51
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2014), 334.
34

pengecekan keabsahan data didasarkan pada beberapa teknik pemeriksaan

data antara lain:52

1. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan adalah peneliti hendaknya melakukan

pengamatan secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap objek

penelitian. Dalam hal ini penulis akan mengamati secara teliti tentang

zakat yang mana setiap muslim harus mengeluarkan zakat kepada orang

yang berhak menerimanya sehingga penelitian ini dapat memberikan

kontribusi pemikiran terhadap pendidikan Islam, selain itu juga

diharapkan penelitian ini jadi refrensi dan tolak ukur dalam penyaluran

zakat dalam Islam.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah suatu teknik pemeriksaan keabsahan data

dengan memanfaatkan sesuatu di luar data untuk pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam hal ini penulis

mencoba membandingkan sumber data utama yaitu tafsir Al-Munir

dengan tafsir Al-Azhar. Dalam hal kebahasaan, membandingkan definisi

kebahasaan yang dipaparkan Syaikh Nawawi Al-Bantani dengan kitab

tentang kebahasaan lainnya.

52
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 324-
330.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Makna Distribusi zakat dalam Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-Azhar

1. Makna Distribusi Zakat dalam Tafsir Al-Munir

Adapun Makna Distribusi zakat dalam Tafsir Al-Munir Apabila

dilihat dari Mustahiq nya diantaranya ialah:

a. Fakir dan miskin Menurut Tafsir Al-Munir (Marah Labid) ialah

mempunyai artian bahwa zakat yang dibayarkan kepada orang-orang

miskin, dan mereka adalah orang-orang fakir yang tidak

mendapatkan apa-apa, atau mereka bertanya kepada orang-orang,

dan mereka adalah penduduk Masjid Nabawi, semoga Allah

memberkati dia dan memberinya kedamaian, dan mereka terganggu

oleh apa yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki rumah, dan

orang-orang miskin adalah para pengembara yang mereka bertanya

orang-orang seperti yang dikatakan oleh ibnu Abbas, dan siapa yang

meminta akan menemukannya, maka orang miskinlah yang paling

sedikit kebutuhannya

b. Budak Menurut tafsir Al-Munir Ada golongan yang masuk Islam

dengan niat yang lemah, ada yang berkumpul untuk membuktikan

diri, ada pula yang mendapat kehormatan di kalangan umatnya,

kecemrlangan mereka menuntut masuknya rekan-rekan mereka ke

islam, Imam Syafi‟i dan para sahabatnya. Menegaskan bagian dari

kedua golongan ini. Dan ada golongan yang hendak kita pahami,

35
36

bahwa mereka berperang melawan orang-orang kafir dan orang-

orang yang enggan membayar zakat dengan bantuan pedang mereka.

Tetapi mereka boleh melakukanya, karena Al-Mawardi

mengeluarkan fatwa tentang Budak, yang mana untuk

memerdekakan budak, maka bagian mereka ditempatkan di para

penjual buku untuk membeaskannya, seperti ditempatkan untuk

emansipasi budak, yang dengannya budak di beli dan mereka

dibebaskan seperti doktrin Malik dan Ahmad Ishaq Al-zuhri

mengatakan bahwa budak-budak itu akan di bebaskan dalam dua

bagian, setengahnya untuk ahli-ahli Taurat Islam, dan setengahnya

lagi dibelikan untuk budak-budak orang yang telah di doakan,

diwariskan, dan rezeki oleh Allah.

c. Sedangkan orang yang berhutang menurut Tafsir Al-Munir berbicara

tentang berhutang ini, berhutang nya karena ketaatan kepada Allah,

maka penyerbu boleh mengambil dari uang zakat itu, sekalipun ia

kaya.

d. Sabilillah ini menurut Tafsir Al-Munir diperbolehkan kepada orang

yang berperang, mengambil dari harta zakat meskipun iya adalah

orang yang kaya. Abu hanifah berkata orang yang berperang tidak di

kasih harta zakat kecuali iya membutuhkan, dan sebagian dari ulama

fiqih mengatakan bahwa membolehkan harta zakat terhadap seluruh

macam kegiatan kebaikan dari pada seperti hal membungkus mayat,

membangun masjid, membuat benteng atau bangunan, meramaikan


37

masjid karena sesungguhnya yang disebut Sabilillah itu umum dari

segalanya

e. Sedangkan menurut Tafsir Al-Munir ialah orang yang melakukan

perjalanan tanpa kemaksiatan tetapi tidak mampu mencapai

perjalanannya dengan bantuan, dan zakat uang dibelanjakannya pada

empat kategori pertama sampaiia dapat memperolehnya sesuai

keinginannya, atau pada empat kategori terakhir uang tersebut tidak

dibelanjakan untuk itu, melainkan di belanjakan untuk tujuan nya

dan kebutuhannya tersebut.

2. Makna Distribusi Zakat dalam Tafsir Al-Azhar

a. Fakir menurut Tafsir Al-Azhar asal artinya ialah dari “membungkuk

tulang punggung”. Diambil jadi nama sebutan buat orang yang telah

bungkuk memikul beban berat kehidupan

b. Miskin menurut Al-Azhar miskin dari kata sukun yang artinya

berdiam diri saja, menahankan penderitaan hidup. Oleh sebab itu

tidaklah ada salahnya kalau sekiranya ada orang berpendapat bahwa

fakir dan miskin itu adalah satu jenis. Dan inilah dua jenis pertama

atau satu jenis pertama yang berhak menerima zakat

c. Budak Menurut tafsir Al-Azhar agama Islam menyediakan lagi

bagian harta zakat itu untuk menebus dan memerdekakan budak.

Sebagian dari harta zakat itu dipergunakan pembeli budak, langsung

budak itu di merdekakan. Termasuk juga di dalamnya, misalnya

seorang yang empunya budak memberikan janji kepada budaknya,


38

asal dapat membayar ganti kerugiannya membeli ke sekian

banyaknya, engkau aku merdekakan. Si budak melaporkan kepada

pengumpul zakat, atau kepada pemberi zakat, lalu uang itu di

serahkan kepada penghulu tadi, dan si budakpun merdekalah. Ini

yang dinamakan budak Mukaatab yang artinya telah mengikat janji

merdeka dengan surat-menyurat dengan tuannya. Atau bagian harta

zakat itu digunakana untuk menebus orang yang dalam tawanan,

sehingga dia merdeka dari tawanan itu.

d. Orang yang berhutang Menurut Tafsir Al-Azhar orang yang

berhutang ini maksudnya orang yang sudah terdesak, dia sedang

keadaan tidak sanggup membayar hutang, itu boleh melaporkan

kepada yang bertugas pembagian zakat, sehingga hutang itu di bayar

dengan zakat. Atau kalau di zaman sekarang di beritahu kepada

panitia zakat. Dan beritahu kepada panitia berapa jumlah hutang itu.

Dan panitia wajib membayar, setelah mengadakan penelitian atar

musyawarah dengan seksama.

e. Fi Sabilillah menurut tafsir Al-Azhar dengan sebagai persambungan

dari mengeluarkan zakat untuk menolong kemerdekaan manusia dari

perbudakan di atas. Maka ulama Fiqh zaman dahulu banyak sekali

memberi arti bahwa dengan harta zakat, disediakan juga untuk

perbelanjaan perang karena masa itu sabilillah, lebih banyak kepada

perjuangan perang.
39

f. Menurut tafsir Al-Azhar musafir itu menyatakan bahwa orang yang

terputus hubungannya dengan kampung halamannya karena suatu

perjalanan, berhak menerima zakat. Meskipun dia seorang yang kaya

di negerinya, namun dalam musafir adalah dia termasuk miskin.

Sebagaimana islam sangat menganjurkan supaya orang banyak

musafir untuk menambah pengetahuan, menambah pengalaman,

menambah persahabatan dan perbandingan. Tentu saja ulama-ulama

pun berhati-hati di dalam menentukan perjalanan itu, bukan

perjalanan untuk maksiat. Sehingga seorang musafir yang telah

membuat maksiat dalam perjalanan, meskipun orang tidak tahu,

memakan harta haramlah dia kalau zakat orang di tempatnya singgah

itu diterimanya juga.

B. Sintesa Makna Dsitribusi zakat pada Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-

Azhar dalam Surah At-Taubah Ayat 60.

1. Kelebihan dan kekurangan dari Penafsir

Tafsir Al-Munir menguraikan sisi qiraat, sababun nuzul, serta

munasabah ayat. Selain itu tafsir ini juga memiliki karakteristik khusus

dibanding karya tafsir nusantara lainnya karena menggunakan bahasa

arab. Tafsir Al-Munir dalam hal akidah mengadopsi teologi Asy‟ari dan

dalam bidang fikih bermadzhab Syafi‟i, serta bercorak tasawuf. Karya

tafsir Al-Munir memiliki keistimewaan berupa penyebutan makna dari

nama suatu surat dan juga pencantuman qiraat bacaan ayat yang ringkas

dan jelas. Sedangkan tafsir Al-Azhar itu merupakan tafsir yang


40

bernuansa Indonesia yang ditulis dari Ulama Nusantara dan tafsir ini

salah satu tafsir yang mengambil corak Adabi Ijtima‟i yakni pemikiran

keterbagai permasalahan yang berkaitan dengan kandungan ayat yang

ditafsirkan.

Sedangkan apabila dilihat dari Mustahik atau orang yang berhak

menerima zakat itu:

1. Fakir

Fakir menurut Tafsir Al-Azhar asal artinya ialah dari

“membungkuk tulang punggung”. Diambil jadi nama sebutan buat orang

yang telah bungkuk memikul beban berat kehidupan.53

Sedangkan Miskin menurut Al-Azhar miskin dari kata sukun yang

artinya berdiam diri saja, menahankan penderitaan hidup. Oleh sebab itu

tidaklah ada salahnya kalau sekiranya ada orang berpendapat bahwa fakir

dan miskin itu adalah satu jenis. Dan inilah dua jenis pertama atau satu

jenis pertama yang berhak menerima zakat.54

Fakir dan miskin Menurut Tafsir Al-Munir (Marah Labid) ialah

mempunyai artian bahwa zakat yang dibayarkan kepada orang-orang

miskin, dan mereka adalah orang-orang fakir yang tidak mendapatkan

apa-apa, atau mereka bertanya kepada orang-orang, dan mereka adalah

penduduk Masjid Nabawi, semoga Allah memberkati dia dan

memberinya kedamaian, dan mereka terganggu oleh apa yang dilakukan

oleh orang yang tidak memiliki rumah, dan orang-orang miskin adalah

53
Hamka, “Tafsir Al-Azhar juz 10-11-12” (jakarta: PUSTAKA PANJIMAS, 1985), h. 248
54
Ibid, h. 249
41

para pengembara yang mereka bertanya orang-orang seperti yang

dikatakan oleh ibnu Abbas, dan siapa yang meminta akan

menemukannya, maka orang miskinlah yang paling sedikit

kebutuhannya.55

2. Budak

Menurut tafsir Al-Azhar agama Islam menyediakan lagi bagian harta

zakat itu untuk menebus dan memerdekakan budak. Sebagian dari harta

zakat itu dipergunakan pembeli budak, langsung budak itu di

merdekakan. Termasuk juga di dalamnya, misalnya seorang yang

empunya budak memberikan janji kepada budaknya, asal dapat

membayar ganti kerugiannya membeli ke sekian banyaknya, engkau aku

merdekakan. Si budak melaporkan kepada pengumpul zakat, atau kepada

pemberi zakat, lalu uang itu di serahkan kepada penghulu tadi, dan si

budakpun merdekalah. Ini yang dinamakan budak Mukaatab yang artinya

telah mengikat janji merdeka dengan surat-menyurat dengan tuannya.

Atau bagian harta zakat itu digunakana untuk menebus orang yang dalam

tawanan, sehingga dia merdeka dari tawanan itu.

Menurut tafsir Al-Munir Ada golongan yang masuk Islam dengan

niat yang lemah, ada yang berkumpul untuk membuktikan diri, ada pula

yang mendapat kehormatan di kalangan umatnya, kecemrlangan mereka

menuntut masuknya rekan-rekan mereka ke islam, Imam Syafi‟i dan para

sahabatnya. Menegaskan bagian dari kedua golongan ini. Dan ada

55
Al-Allamah Asy-Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi (Banten), “Tafsir Al-Munir (Marah Labid)
jilid 2 An-Nisa 148 s/d At-Taubah 93”, (Jawa tengah: Sinar Baru Algensido, 2011), h. 368
42

golongan yang hendak kita pahami, bahwa mereka berperang melawan

orang-orang kafir dan orang-orang yang enggan membayar zakat dengan

bantuan pedang mereka. Tetapi mereka boleh melakukanya, karena Al-

Mawardi mengeluarkan fatwa tentang Budak, yang mana untuk

memerdekakan budak, maka bagian mereka ditempatkan di para penjual

buku untuk membeaskannya, seperti ditempatkan untuk emansipasi

budak, yang dengannya budak di beli dan mereka dibebaskan seperti

doktrin Malik dan Ahmad Ishaq Al-zuhri mengatakan bahwa budak-

budak itu akan di bebaskan dalam dua bagian, setengahnya untuk ahli-

ahli Taurat Islam, dan setengahnya lagi dibelikan untuk budak-budak

orang yang telah di doakan, diwariskan, dan rezeki oleh Allah.

3. Orang yang berhutang

Menurut Tafsir Al-Azhar orang yang berhutang ini maksudnya

orang yang sudah terdesak, dia sedang keadaan tidak sanggup membayar

hutang, itu boleh melaporkan kepada yang bertugas pembagian zakat,

sehingga hutang itu di bayar dengan zakat. Atau kalau di zaman sekarang

di beritahu kepada panitia zakat. Dan beritahu kepada panitia berapa

jumlah hutang itu. Dan panitia wajib membayar, setelah mengadakan

penelitian atar musyawarah dengan seksama.

Sedangkan orang yang berhutang menurut Tafsir Al-Munir

berbicara tentang berhutang ini, berhutang nya karena ketaatan kepada

Allah, maka penyerbu boleh mengambil dari uang zakat itu, sekalipun ia

kaya.
43

4. Pada jalan Allah (Fi sabilillah)

Fi Sabilillah menurut tafsir Al-Azhar dengan sebagai

persambungan dari mengeluarkan zakat untuk menolong kemerdekaan

manusia dari perbudakan di atas. Maka ulama Fiqh zaman dahulu banyak

sekali memberi arti bahwa dengan harta zakat, disediakan juga untuk

perbelanjaan perang karena masa itu sabilillah, lebih banyak kepada

perjuangan perang.

Ada juga ulama sebagai Imam Ahmad mengatakan bahwa

sabilillah itu, termasuk juga pergi haji, sebab itu tidaklah boleh dia

dibatasi pada satu macam saja. Termasuk didalamnya segala usaha-usaha

yang baik, seumpama memberi kafan jenazah orang miskin, membuat

jembatan penghubung dua pinggir sungai, membangun benteng,

mendirikan masjid dan lainya. Beliau pun menyatakan pendapat bahwa

yang telah mengurbankan seluruh waktunya untuk memperdalam

pengetahuan agama dan memimpikannya kepada orang banyak, itupun

berhak mendapak bagian zakat dari Sabilillah, biarpun dia kaya apalagi

kalau dia miskin.

Sedangkan menurut Tafsir Al-Munir Sabilillah ini diperbolehkan

kepada orang yang berperang, mengambil dari harta zakat meskipun iya

adalah orang yang kaya. Abu hanifah berkata orang yang berperang tidak

di kasih harta zakat kecuali iya membutuhkan, dan sebagian dari ulama

fiqih mengatakan bahwa membolehkan harta zakat terhadap seluruh

macam kegiatan kebaikan dari pada seperti hal membungkus mayat,


44

membangun masjid, membuat benteng atau bangunan, meramaikan

masjid karena sesungguhnya yang disebut Sabilillah itu umum dari

segalanya 56

5. Ibnu Sabil

Menurut tafsir Al-Azhar musafir itu menyatakan bahwa orang

yang terputus hubungannya dengan kampung halamannya karena suatu

perjalanan, berhak menerima zakat. Meskipun dia seorang yang kaya di

negerinya, namun dalam musafir adalah dia termasuk miskin.

Sebagaimana islam sangat menganjurkan supaya orang banyak musafir

untuk menambah pengetahuan, menambah pengalaman, menambah

persahabatan dan perbandingan. Tentu saja ulama-ulama pun berhati-hati

di dalam menentukan perjalanan itu, bukan perjalanan untuk maksiat.

Sehingga seorang musafir yang telah membuat maksiat dalam perjalanan,

meskipun orang tidak tahu, memakan harta haramlah dia kalau zakat

orang di tempatnya singgah itu diterimanya juga.

Sedangkan menurut Tafsir Al-Munir ialah orang yang melakukan

perjalanan tanpa kemaksiatan tetapi tidak mampu mencapai

perjalanannya dengan bantuan, dan zakat uang dibelanjakannya pada

empat kategori pertama sampaiia dapat memperolehnya sesuai

keinginannya, atau pada empat kategori terakhir uang tersebut tidak

dibelanjakan untuk itu, melainkan di belanjakan untuk tujuan nya dan

kebutuhannya tersebut.

56
Al-Allamah Asy-Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi (Banten), “Tafsir Al-Munir. h. 368
45

1) Ayat distribusi Zakat dalam Surat At-Taubah Ayat 60 beserta

Terjemahannya

ِّ ‫ني َعلَْيػ َها َوالْ ُم َؤلمَف ِة قػُلُ ْوبػُ ُه ْم َوِِف‬


ِ َ‫الرق‬
‫اب‬ ِِ ِ ْ ‫ت لِلْ ُف َقراِٰۤء والْم َٰس ِك‬
َْ ‫ني َوالْ َٰعمل‬ َ َ َ ‫اِمَّنَا ال م‬
ُ ‫ص َد َٰق‬
‫ضةً ِّم َن ال َٰلِّه ۡ َوال َٰلّهُ َعلِْي ٌم َح ِكْي ٌم‬ ِ َٰ
َ ْ‫ني َوِ ِْف َسبِْي ِل اللّه َوابْ ِن ال مسبِْي ِلۡ فَ ِري‬
ِ
َْ ‫َوالْ َٰغ ِرم‬
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

2) Asbab An-Nuzul Qs. At-Taubah Ayat 60

Untuk lebih memahami Al-Qur‟an, perlu diketahui latar belakang

turunnya atau sering disebut dengan asbab nuzulnya. Dalam hal ini

Imam al-Wahidy berpendapat bahwa untuk mengetahui tafsir suatu

ayat al-Qur‟an tidak mungkin jika tidak dengan mengetahui latar

belakang peristiwanya dan kejadian turunnya ayat merupakan jalan

yang kuat untuk mengetahui makna al-Qur‟an . Ibnu Taimiyah

berpendapat bahwa dengan mengetahui asbab nuzul ayat menolong

kita untuk bisa memahami makna ayat, karena mengetahui kejadian

turunnya memberikan dasar untuk mengetahui penyebabnya. 57

Asbab al-Nuzul terdiri dari dua kata yaitu asbab (jamak dari sabab)

yang memiliki arti sebab atau latar belakang dan nuzul yang berarti

turun. Menurut Al-Zarqani sebgaimana yang dikutip Muhammad

Chirzin, asbab al-nuzul adalah keterangan mengenai suatu ayat atau

57
Qamaruddin Saleh, Latar belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-
Qur‟an,(Bandung:Diponegoro,2007),h. 12.
46

rangkaian ayat yang berisi sebab-sebab turunnya atau menjelaskan

hukum suatu kasus pada kejadian.

Menurut Subhi Shalih, asbab al-nuzul itu sangat bertautan dengan

sesuatu yang menjadi sebab turunnya ayat atau beberapa ayat, atau

suatu pertanyaan yang menjadi sebab turunnya ayat sebagai jawaban,

atau sebagai penjelasan yang diturunkan pada waktu terjadinya suatu

peristiwa58.

Sedangkan menurut Quraish Shihab, asbab al-nuzul adalah

peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa turunnya ayat, baik

sebelum maupun sesudah turunnya, dimana kandungan ayat tersebut

berkaitan atau dapat dikaitkan dengan peristiwa itu. Peristiwa yang

dimaksud bisa jadi berupa kajian tertentu, bisa juga dalam bentuk

pertanyaan yang diajukan, sedang yang dimaksud sesudah turunnya

ayat adalah bahwa peristiwa tersebut terjadi pada masa turunnya al-

Qur‟an pertama kali sampai ayat terakhir turun.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas asbab al-nuzul dapat

diartikan secara singkat yaitu sebab turunnya al-Qur‟an. Sehingga,

dengan adanya asbab al-nuzul dapat membantu seseorang untuk

memahami kandungan ayat, atau memperjelasnya. Bahkan, ada ayat

yang tidak dapat dipahami dengan benar tanpa mengetahui sebabnya.

Namun dibalik itu, dalam penurunan ayat al-Qur‟an ada dua

macam, yaitu turunnya didahului oleh sebab dan turunnya tanpa

58
Ibid.,20-21.
47

didahului oleh suatu sebab. Jadi, secara garis besar tidak semua ayat

al-Qur‟an diturunkan dengan adanya sebab-sebab tertentu. Bagi yang

diturunkan dengan sebab, karena menjawab dan memberi tanggapan

tentang pertanyaan umat Nabi. Namun yang lain yang mengisahkan

hal ihwal para nabi beserta umatnya masing-masing pada umumnya

tidak ada sebabnya. Bila dikatakan punya sebab hanya ada satu alasan

yaitu guna menghibur Nabi.59

QS. al-Taubah ayat 60 :

ِّ ‫ني َعلَْيػ َها َوالْ ُم َؤلمَف ِة قُػلُ ْوبػُ ُه ْم َوِِف‬


ِ َ‫الرق‬
‫اب‬ ِِ ِ ْ ‫ت لِلْ ُف َقراِٰۤء والْم َٰس ِك‬
َْ ‫ني َوالْ َٰعمل‬ َ َ َ ‫اِمَّنَا ال م‬
ُ ‫ص َد َٰق‬
‫ض ًة ِّم َن ال َٰلِّه ۡ َوال َٰلّهُ َعلِْي ٌم َح ِكْي ٌم‬ ِ َٰ
َ ْ‫ني َوِ ِْف َسبِْي ِل اللّه َوابْ ِن ال مسبِْي ِلۡ فَ ِري‬
ِ
َْ ‫َوالْ َٰغ ِرم‬
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-
orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang
sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 60

Ayat tersebut, turun sebagai pembenaran terhadap sikap

Nabi saw., yang membagikan zakat kepada para pengembala dan

lain-lain, selain pembenaran terhadap sikap Nabi saw., ayat tersebut

juga menjelaskan bahwa zakat bukan diberikan kepada orang-orang

yang telah mencaci Nabi saw., tetapi zakat hanya untuk delapan

golongan yaitu : fakir, miskin, yang mengelola zakat, muallaf, untuk

memerdekakan hamba sahaya, untuk orang-orang yang berhutang,

bukan dalam kedurhakaan kepada Allah Swt., fī Sabīlillāh dan ibnu

59
Efendi & Fatchurrohman. Studi Al-Qur‟an Memahami Wahyu Allah secara Lebih Integral dan
Komprehensif. (Yogyakarta: Teras.2017), 79.
60
Al-Quran, (al-Taubah: 09), 60.
48

sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan, hal

tersebut merupakan ketentuan dari Allah swt., yang wajib diterapkan

dalam pembagian zakat, karena hanya Allah yang maha mengetahui

siapa saja yang berhak menerima zakat, oleh sebab itu maka zakat

tidak boleh diberikan kepada selain delapan golongan tersebut.

Ayat sebelumnya yaitu QS. at-Taubah ayat 58 :

‫ض ْوا َواِ ْف مَّلْ يػُ ْعطَ ْوا ِمْيػ َهاۡ اِ َذا ُه ْم‬ ِ ِ ِ ‫ص َد َٰق‬
ُ ‫تۡ فَا ْف اُ ْعطُْوا مْيػ َها َر‬ ‫َوِمْيػ ُه ْم م ْن يػملْ ِم ُزَؾ ِِف ال م‬
‫يَ ْس َخطُْو َف‬
Artinya : Dan di antara mereka ada yang mencelamu tentang
(pembagian) sedekah (zakat); jika mereka diberi bagian, mereka
bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi bagian, tiba-tiba
mereka marah.61

Ayat tersebut, menggambarkan bahwa ada seorang

munafik yang keberatan tentang pembagian Nabi Saw. Sambil

berkata bahwa ia tidak adil karena membagikan kepada para

pengembala dan lain-lain. Kemudian turunlah ayat ini

membenarkan sikap yang diambil oleh Nabi Saw, sambil

menjelaskan bahwa sesungguhnya harta zakat bukanlah untuk

mereka yang telah mencemooh, tetapi harta tersebut hanyalah

dibagikan untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,

pengelola-pengelolanya, yakni yang mengumpulkan zakat,

mencari dan menetapkan siapa yang wajar menerima lalu

membaginya, dan diberikan juga kepada para mu‟allaf, yakni orang-

orang yang dibujuk hatinya serta untuk memerdekakan para

61
Al-Quran, (al-Taubah: 09), 58.
49

hamba sahaya, dan orang-orang yang berhutang bukan dalam

kedurhakaan kepada Allah, dan disalurkan juga kepada Sabīlillāh

dan orang-orang yang kehabisan bekal yang sedang dalam

perjalanan. Semua itu sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

Allah, dan Allah maha mengetahui siapa yang wajar menerima dan

Dia maha bijaksana dalam menetapkan ketentuan-ketentuan-Nya.

Karena itu zakat tidak boleh dibagikan kecuali kepada yang

ditetapkan-Nya itu selama mereka ada.62

Dalam ayat di atas Allah swt. menjelaskan dan sebagai

penegasan bahwa Dialah yang mengatur pembagiannya, menetapkan

hukumnya dan golongan-golongan orang yang patut mendapatkan

bagian daripadanya. Sehingga sebab disebutkannya ayat ini tidak

lain merupakan sebuah peringatan bagi orang-orang munafik bahwa

mereka sama sekali tidak mempunyai hak atas harta zakat.

3) Munasabah Ayat

Secara etimologi munasabah berarti keserasian dan kedekatan.

Isitilah ini berasal dari akar kata nasab yang memiliki arti kedekatan

hubungan antara seseorang dengan yang lain disebabkan oleh

hubungan darah atau keluarga.

Sedangkan menurut tinjauan terminologi munasabah dapat

didefinisikan sebagai berikut: yaitu menurut al-Zarkaysi bahwa

munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami tatkala dihadapkan

62
M. Quraisy Syihāb, Tafsīr al-Mishbāh, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. VI, h. 141.
50

pada akal, dan akal menerimanya. Sedangkan menurut Manna al-

Qathan, munasabah adalah sisi keterkaitan antara beberapa ungkapan

di dalam satu ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat, atau antar surat

di dalam al-Qur‟an.

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa

munasabah adalah ilmu yang mempelajari mengenai korelasi atau

hubungan antar ayat dan antar surat dalam al-Qur‟an.

Untuk meneliti susunan ayat atau surat dalam al-Qur‟an,

diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. Menurut al-

Suyuthi ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan, yaitu:

Pertama, memperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi

obyek pencarian. Kedua, memperhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai

dengan tujuan yang dibahas dalam surat. Ketiga, menentukan

tingkatan uraian-uraian itu, apakah ada hubungannya atau tidak, dan

dalam mengambil kesimpulan, hendaknya memperhatikan ungkapan-

ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan.63

Meskipun sebagian besar ulama telah mengakui adanya

munasabah dalam al-Qur‟an, namun ada juga yang berbeda pendapat

mengenai munasabah dalam al-Qur‟an, dengan kata lain menolak

adanya munasabah dalam al-Qur‟an dengan alasan bahwa ayat-ayat

al-Qur‟an turun dalam masa yang berbeda-beda dan tidak mungkin

ada kaitannya antara uraian masa lalu dan masa depan.

63
Efendi & Fatchurrohman., . Studi Al-Qur‟an Memahami Wahyu Allah secara Lebih Integral dan
Komprehensif., h. 113
51

Adapun berkenaan dengan langkah-langkah yang digunakan

peneliti untuk mengetahui munasabah dalam penelitian ini, lebih

tepatnya munasabah surat al-Taubah terbagi menjadi dua yaitu

munasabah surat dan munasabah ayat. Adapun munasabahnya adalah

sebagaimana berikut:

a. Munasabah Surat

Telah kita ketahui bersama bahwa surat yang terletak

sebelum surat al-Taubah adalah surat al-Anfal, dan surat al-Taubah

ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan surah sebelumnya.

keterkaitan itu dapat dilihat dalam beberapa hal, misalnya; pada

kedekatan isinya yang sama-sama mengemukakan beberapa

persoalan pokok agama dan cabangnya, serta perundang-undangan

yang menyangkut hukum peperangan, sebab-sebab memperoleh

kemenangan dalam peperangan, hukum-hukum perjanjian, hukum

perwalian dalam peperangan. Selain dari hal tersebut, diantaranya;

adalah sifat-sifat mukmin dan munafik serta orang-orang yang

berpenyakit hati.

Menurut Imam Nawawi Al-Bantani, surat al-Taubah

merupakan pelengkap bagi surat sebelumnya. Jika dalam surat al-

Anfal persoalan-persoalan diatas dikemukakan secara umum saja,

maka dalam surat al-Taubah persoalan-persoalan tersebut

dikemukakan secara lebih terperinci. Dengan demikian maka apa


52

yang dikemukakan didalam surat al-Anfal kemudian

disempurnakan oleh surat al-Taubah.64

Selain yang sudah disebutkan diatas, terkait munasabah

surat al-Taubah dengan surat yang sebelumya menurut Hasbi al-

Shiddieqi yaitu dengan surat al-Anfal memiliki beberapa

persesuaian. Adapun persesuaian dari keduanya yaitu; Pertama,

kedua surat tersebut menggambarkan sejarah dakwah Rasulullah

Muhammad saw serta jihad fī Sabīlillāh. Kedua, dalam surat al-

Anfal isinya menerangkan sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam

berdakwah, menjelaskan umat Islam sebelum berhijrah dan hal-hal

yang memotivasi untuk berhijrah, perang badar, serta keingkaran

orang-orang Yahudi. Dan yang ketiga pada Surat at-Taubah

memberikan isyarat titik-titik kemenangan, menyebutkan

peperangan Hunain, dan peristiwa hijrah. Dalam surat tersebut juga

menjelaskan perbuatan ahlu al-kitab dan kaum musyrikin, serta

menerangkan tindakan-tindakan kaum munafik, perang Tabuk,

perang Mut‟ah, perdamaian Hudaibiyah, dan menjelaskan tentang

Nabi Muhammad saw yang mengirim surat kepada raja-raja di

negeri Arab.65

Lain dai hal itu, disebutkan pula bahwa antara surat al-

Taubah dan surat al-Anfal terdapat hubungan yang sangat erat

sekali seakan-akan keduanya adalah satu surat. Munasabah surat


64
Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, h. 50-51.
65
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur‟anul Majid An-Nur, (Semarang,
Pustaka Rizki Putra, 2000), jil II, 1618.
53

al-Taubah dengan surat al-Anfal adalah bahwa keduanya

menerangkan tentang inti ajaran agama dan furu‟iahnya,

sunnatullah, syari‟at, hukum perjanjian dan janji setia, hukum

perang serta hukum damai.66

Adapun munasabah surat al-Taubah dengan surat

sesudahnya yaitu dengan surat Yunus adalah bahwasanya dalam

surat al-Taubah diakhiri dengan menerangkan tentang risalah Nabi

Muhammad saw, sedangkan dipermulaan surat Yunus

menerangkan tentang risalah Nabi Muhammad saw juga.

Sedangkan mengenai isi surat diantara keduanya, keduanya

mempunyai persesuaian tentang keadaan serta permasalahan orang-

orang munafik dan orang-orang kafir ketika al-Qur‟an turun.67

b. Munasabah Ayat

Setelah ayat-ayat yang lalu menerangkan tentang

beberapa hal yang berhubungan dengan tingkah laku orang-orang

munafik antara lain tentang keinginan mereka untuk menerima

pembagian harta zakat meskipun mereka tidak berhak

menerimanya, namun mereka mencela Nabi Saw. tidak berlaku

adil. Sehingga dalam ayat ini Allah Swt. menerangkan lebih

tegas tentang siapa yang berhak menerima zakat tersebut.68

Adapun terkait celaan orang-orang munafik tersebut,

Nabi Saw. menanggapi dengan sebuah penjelasan yang


66
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya , h.50.
67
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur‟anul Karim., h. . 1769.
68
Ibid., 141.
54

menegaskan bahwa penerima zakat diperuntukkan hanya bagi

delapan golongan. Sementara itu sungguh harta zakat bukan

semestinya menjadi bagian dari seseorang yang telah membantah,

mengkritik, atau bahkan menikam Nabi Saw. Sebab keinginan

yang mereka lontarkan kepada Nabi merupakan sebuah kesalahan

karena bukan merupakan hak yang bisa mereka terima, dalam hal

ini jelas menunjukkan sifat keserakahan yang dimiliki oleh

orangorang munafik.69

Dari ayat di atas juga mengisyaratkan akan pentingnya

menyalurkan zakat dengan benar dan adil dan itu artinya orang

kaya tidak diperbolehkan menerimanya tetapi harus disalurkan

kepada yang membutuhkan. Tentunya para muzakki juga

mempunyai kewajiban untuk menyedekahkan hartanya sebagai

wujud dari hak orang-orang yang membutuhkan daripadanya

juga sebagai bentuk keriḍaannya mendapatkan sebuah amanat

atas harta yang sudah semestinya tidak menjadi kecintaan yang

berlebihan.70

3. Sintesa Kreatif

Berangkat dari Tafsir Al-Munir (Marah labid) yang dikarang

oleh Imam Nawawi Al-Bantani dan Tafsir Al-Azhar Karya Hamka

Setelah membahas dari konsep distribusi ataupun kelebihan atau

kekurangannya, disini peneliti menggunakann sebagai objek kajian

69
Wahbah al-Zuhaili, Tafsīr al-Munīr, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2005), Juz 5, 260.
70
Ibid., 34.
55

penelitian, maka selanjutnya peneliti akan melakukan komparasi.

Dan apabila berbicara tentang komparasi, Imam nawawi dan Hamka

menjelaskan tentang zakat atau menjelaskan tentang siapa saja yang

berhak menerima zakat tersebut.

NO Mustahiq Menurut Tafsir Al- Menurut Tafsir Al-


Zakat Azhar (Hamka) Munir (Imam Nawawi
Al-Bantani)
1 Fakir Orang yang memikul Orang yang tidak
beban berat kehidupan mendapatkan apa-apa
atau orang yang sangat
membutuhkan, orang
yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2 Miskin Yang disebut dengan Para pengembara yang
miskin ini orang yang Mengemis kepada
menahan penderitan orang yang dikatakan
hidupnya sendiri oleh ibnu abbas yang
mana, barang siapa
yang meminta akann
menemukannya, maka
orang miskinlah yang
paling sedikit
kebutuhannya.
3 Para Amil Para amil ini berhak Para amil zakat ini
Zakat mendapatkan bagian. berhak menerima zakat
Karena tanggung jawab karena mereka
amil zakat itu berat dan melakukan kegiatannya
pekerjaannya atau itu dengan sungguh-
usahanya yang lain sungguh dan
berhenti dikarenakan menyebabkan
mengurus zakat tersebut keletihan, jadi alasan
mereka berhak
menerima karena upaya
mereka yang berat dan
karena upaya tersebut
mencakup kepentingan
sedekah.
4 Orang Muallaf Muallaf ini berhak Orang yang baru masuk
menerima zakat tapi Islam, baik dari
hanya dapat dipakai golongan Yahudi
untuk orang yang baru maupun Nasrani,
56

masuk Islam, kalau sekalipun dia seorang


mereka telah Islam, lalu yang kaya, berhak
miski dan apabila mereka menerima zakat dengan
masih diberi zakat, maka tujuan kemaslahatan
ia bukan lagi orang atas dirinya serta
muaaf, melainkan ia fakir menambah kekuatan
atau miskin . dan keyakinannya
terhadap Islam.
5 Ar-Riqab Perbudakan ini Budak ini seumpanya
menyediakan sebagian ada seorang penghulu
harta zakatnya untuk budak memberikan
menebus dan janji kepada budaknya,
memerdekakan budak, ia berkata, engkau aku
atau sebagian dari harta merdekakan dan
zakat itu untuk sibudak tersebut
digunakan pembeli melaporkan kepada
budak, dan langsunglah amil zakat, lau ia diberi
sibudak tersebut di uang dan setelah itu
merdekakan. diserahkan kepenghulu
tadi, dan dengan itu
sibudakpun
merdekalah.
6 Al-Gharim Al-Ghariim atau orang Berhutang ini apabila
yang berhutang dan ia berhutang untuk
sangat terdesak tidak bisa ketaatan kepada Allah,
membayar ataupun tidak maka orang mengasihi
sanggup membayar ia hutang itu boleh
hutangnya maka ia boleh mengambil dari uang
melapor kepada yang zakat itu, meskipun ia
bertugas bahwa dirinya orang kaya.
tidak bisa membayar
hutang-hutangnya,
sehingga hutangnya itu
dibayar dengan zakat.
7 Fii Sabilillah Orang yang bepergi haji Imam nawawi
itu bisa dikatakan mengatakan bahwa
sabilillah, sebab itu tidak Sabilillah ini orang
dia membatasi pada satu yang berperang itu
macam saja karna orang diperbolehkan
yang membangun menerima zakat
benteng, dan membuat meskipun ia orang
jembatang penghubung kaya, dan ia berkata
dua pinggir sungai juga bukan untuk orang
bisa disebut sabilillah, yang berperang saja
menurut beliau orang yang bisa menerima
yang telah zakat tetapi orang yang
57

mengorbangkan seluruh membungkus mayat,


waktunya untuk membangun masjid itu
memperdalam juga bisa disebut
pengetahuan agama itu Sabilillah, jadi ia
berhak menerima zakat. berhak menerima zakat.
Biapun ia kaya apalagi
miskin.
8 Ibnu Sabil Musafir ini Orang yang Orang yang melakukan
terputus hubungannya perjalanan tanpa
dengan keluarga atau kemaksiatan dan ia
kampung halamannya kehabisan bekal tetapi
karena suatu perjalanan tidak mampu mencapai
dan perjalanannya itu perjalanannya dengan
bukan perjalanan maksiat bantuan, maka ia diberi
maka ia berhak zakat sekalipun di
menerima zakat. negeri asalnya ia orang
kaya. Dan pemberian
ini hanya sebatas pada
kebutuhan di
perjalanannya sampai ia
kembali ke negaranya
atau kampung
halamannya.
Namun apabila kita melihat sekilas dari kekurangan dan kelebihannya

ada beberapa yang saling tumpang tindih karena memiliki maksud yang

bersambungan yang mana. Imam Nawawi penafsirannya nya jelas dan mudah

dipahami karna ia memakai metode Ijmali sebagaimana iya menafsirkan

suatu ayat nya itu tidak berbelit-belit ia menafsirkan secara ringkas, jelas dan

mudah dipahami. Sedangkan Hamka penafsirannya memakai metoden Tahlili

atau ia menganalisisnya dengan menggunakan urutan penafsiran sesuai

dengan urutan surah dan ayat sebagaimana yang tercantum dalam mushaf Al-

Qur‟an sehingga ia mempunyai tafsir yang ber jili-jilid.

Tafsir Al-Munir juga menguraikan sisi qiraat, sababun nuzul, serta

munasabah ayat. Selain itu tafsir ini juga memiliki karakteristik khusus

dibanding karya tafsir nusantara lainnya karena menggunakan bahasa arab.


58

Tafsir Al-Munir dalam hal akidah mengadopsi teologi Asy‟ari dan dalam

bidang fikih bermadzhab Syafi‟i, serta bercorak tasawuf. Karya tafsir Al-

Munir memiliki keistimewaan berupa penyebutan makna dari nama suatu

surat dan juga pencantuman qiraat bacaan ayat yang ringkas dan jelas.

Sedangkan tafsir Al-Azhar itu merupakan tafsir yang bernuansa Indonesia

yang ditulis dari Ulama Nusantara dan tafsir ini salah satu tafsir yang

mengambil corak Adabi Ijtima‟i yakni pemikiran keterbagai permasalahan

yang berkaitan dengan kandungan ayat yang ditafsirkan.

Dengan ini kata Fakir disini Tidak hanya untuk orang yang memikul

beban berat kehidupan akan tetapi orang yang kekurangan asupan makan

ataupun yang mau dimakan sekarang masih mencari sekarang itu juga disebut

orang fakir. Dan beda lagi dengan orang miskin karna Hamka memaparkan

bahwa yang disebut Miskin itu orang yang menahan penderitaan hidupnya

sendiri tetapi imam Nawawi Menjelaskan bahwa Miskin ini orang yang tidak

mempunyai sesuatu apapun.

Sedangkan Fisabillah orang yang berjasa dipeperangan itu disebut

sabilillah akan tetapi tidak hanya orang yang berperang dijalan Allah yang

disebut sabillah tetapi orang yang berangkat umroh maupun haji, membangun

benteng-benteng, jembatan penghubung dua pinggir sungai dan membungkus

mayit pun itu juga disebut sabilillah dan ia berhak menerima zakat.

Dilihat dari langkah-langkah Imam nawawi Al-bantani dan hamka

initidak saling bertentangan, ataupun seakan-akan mereka itu bertentangan


59

tapi pada hakikatnya tidak bertentangan dan saling melengkapi karena dua

tafsir ini dikarang pada waktu yang berbeda kondisi dan zamanya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Makna Distribusi zakat pada Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-Azhar yang

mana apabila dilihat dari mustahiq zakat nya ialah, Fakir Orang yang

memikul beban berat kehidupan, Miskin Yang disebut dengan miskin ini

orang yang menahan penderitan hidupnya sendiri, Para amil ini berhak

mendapatkan bagian. Karena tanggung jawab amil zakat itu berat dan

pekerjaannya atau usahanya yang lain berhenti dikarenakan mengurus zakat

tersebut, Orang yang bepergi haji itu bisa dikatakan sabilillah, sebab itu

tidak dia membatasi pada satu macam saja karna orang yang membangun

benteng, dan membuat jembatang penghubung dua pinggir sungai juga bisa

disebut sabilillah, menurut beliau orang yang telah mengorbangkan seluruh

waktunya untuk memperdalam pengetahuan agama itu berhak menerima

zakat. Biapun ia kaya apalagi miskin. Konsep distribusi zakat ini

Dinamakan zakat, karena zakat tersebut diharapkan ada keberkahan dan

menyucikan jiwa, menyuburkan sifat-sifat kebaikan, dan akan bertambah

subur kesucian dan keberkahan.

2. Sintesa Makna Dsitribusi zakat pada Tafsir Al-Munir dan Al-Azhar

Kelebihan Tafsir Al-Munir (Marah labid) jelas dan mudah dipahami, bebas

dari penafsiran Israiliyat sedangkan kekurangannya menjadikan petunjuk

Al-Qur‟an tidak utuh dan Penafsirannya tidak mendalam yang mana Metode

tafsir ini tidak menyediakan ruangan untuk memberikan uraian atau

pembahasanyang mendalam dan memuaskan pembacanya berkenaan

60
61

dengan pemahaman suatu ayat. Adapun kelebihan dari Tafsir Al-Azhar

ialah metodenya memakai tafsir tahlili, menjelaskan ayat secara

konpherensif, corak tafsir nya dimasukkan kedalam tafsir ijtima‟i.

Sedangkan kekurangannya Hamka menghindari pembahasan tentang

persoalan Nahwu dan Sorof. Sintesa Kreatif dilihat dari apa yang sudah di

jelaskan dari awal jadi sekarang saya akan mengkomparasikan tentang

Tafsir Al-Munir dan Al-Azhar yang mana dilihat dari Dengan ini kata

Fisabillah orang yang berjasa dipeperangan itu disebut sabilillah akan tetapi

tidak hanya orang yang berperang dijalan Allah yang disebut sabillah tetapi

orang yang berangkat umroh maupun haji, membangun benteng-benteng,

jembatan penghubung dua pinggir sungai dan membungkus mayit pun itu

juga disebut sabilillah dan ia berhak menerima zakat.

B. Saran

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih

banyak kekurangan, baik dari bahasa maupun isi. Oleh karena itu, penulis

mengharap kritik yang membangun untuk memperbaiki tulisan ini. Penulis

mengharap penelitian tentang Distribusi Zakat tidak berhenti sampai di sini saja,

tetapi bisa berlanjut pada pembahasan dan permasalahan yang lebih luas lagi.

Demikianlah penelitian mengenai Distribusi Zakat dalam Al-Qur‟an dengan

menggunakan Komparasi Antara Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-Azhar. Semoga

penelitian ini bermanfaat dan bisa menambah khazanah keilmuan Islam,

khususnya dalam bidang ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.


DAFTAR RUJUKAN

Abdul Al Rahman Al Jaziri, Kitab al Fiqh 'Ala al-Mazahib al Arba‟ah, Beirut:


Dar al-Fikr, tt.

Mustaqim Abdul, Metode penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir Yogyakarta: CV. Idea
Sejahtera, 2014

Abdullah, Al-Zakah wa Tathbigatuha al-Mu‟ashirah Dar al-Wathan, Riyadh :


1414 H

Qadir Abdurrachman, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, jakarta: Raja
Grafindo persada, 1998

Abi „Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, al-Jami‟ li


Ahkam al-Qur‟an, Jilid IV, Kairo: Dar al-Kutub al-Mishriyyah, 1976

Al-Mansur Ad-Dauru , Tafsīr Al-Mansur, Terj. oleh Abdurrahman Jalaludin


AsSuyuthī, Jilid IV, Beirut: Dar Al-Fikr

Al-Allamah Asy-Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi (Banten), Tafsir Al-Munir


(Marah Labid) jilid 2 An-Nisa 148 s/d At-Taubah 93, Jawa tengah: Sinar
Baru Algensido, 2011

Aminuddin, Semantik Pengantar Studi tentang Makna, Bandung: Sinar Baru


Algesindo, 2016

Tersiana Andra, Metode Penelitian, Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia, 2020

Furchan Arief, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Surabaya: Usaha


Nasional, 1992

Basuki, Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif, Jawa Barat: Media Sains


Indonesia, 2021

Budi Munawar Rahman, Rekontruksi fiqih perempuan, Yogyakarta:Psi Uii, 1996

Chaidar, Sejarah Pujangga Islam Syekh Nawawi al-Bantani Indonesia. Jakarta:


CV. Sarana Utama, 1978

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Tafsirnya, Jilid VI


Yogyakarta; PT. Dana Bakti Wakaf, 1991

62
63

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Gramedia, 2008

Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani,


2002

Dogarawa, Proverty Alleviation trough Zakah and Waqf institution, MPRA:


Paper, 2010

Efendi & Fatchurrohman. Studi Al-Qur‟an Memahami Wahyu Allah secara


Lebih Integral dan Komprehensif. Yogyakarta: Teras, 2017

Erlina Afiyanti, Manajemen Zakat Produktif Unit Pengumpulan Zakat Kantor


Kementerian Agama Kabupaten Wonogiri”, Skripsi. Yogyaakarta:
Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, 2011

Fakhr al-Dīn al-Rāzi, Tafsīr al-Kabīr au Mafātih al-Ghaib, Juz XVI, Beirut: Dar
al-Kutub alIlmiah, 1990

Fathurrahman, Al-Qur‟an dan Tafsirnya dalam Perspektif Toshihiko Izutsu,


Tesis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

Hasbi Ash Shiddiqi, Pedoman Zakat. Jakarta: Bulan Bintang, 1991

Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Jakarta:


Gema Islami, 2006

http://e-journal.uajy.ac.id/8883/3/2MTS02204.pdf, pada tanggal 11 Agustus


2023 pukul 20.01 WIB

Hudlor, M.A.B Sholahuddin. Konsep Kidhb dalam Al-Qur‟an(Kajian semantik


Toshiko Itsuzhu). Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya,2019.

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zaad al-Ma‟ad, Kuwait: Daar El-Fikr, 1995

Imam Muttaqin, Urgensi Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta:


Rineka Cipta, 2009

Kadar M. Yusuf, Tafsīr Ayat Ahkām : Tafsīr Tematik Ayat-ayat Hukum,


Jakarta: AMZAH, 2012

Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, Jakarta: Amzah, 2015


64

Khoirur Rifqi Robiansyah, Tadabbur dalam Al-Qur‟an (Perspektif Semantik


Toshihiko Izutsu, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2019

Kutubuddin Aibak, Kajian Fiqih Kontemporer, Depok Sleman Yogyakarta:


Kalimedia, 2017

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2012

Ma‟mun Mu‟min, Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Idea Press, 2016

Ma‟ruf Amin, Pemikiran Syekh Nawawi al-Bantani, Jurnal, Vol. VI, No. 1
(1989)

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara


Penerjemah

Malkan, Tafsir Al-Azhar Suatu tinjuan Biografis dan Metodologis. Jurnal


Hunafa, Vol. 6, No. 3 Desember: 2009

Mamat S. Burhanuddin, Hermenutika al-Qur‟an ala Pesantren Analisis


terhadap Tafsir Marah Labid Karya KH. Nawawi Banten. Yogyakarta:
UII Press, 2006

Muhammad Bagir al-Habsyi, Fiqh Praktis, Bandung: Mizan,1999

Muhammad Hadi, Problematika Zakat Profesi dan Solusinya, Celeban Timur


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010

Muhyiddin Khotib, Rekontruksi Fijih Zakat, Kepanjeng Malang: Literasi


Nusantara, 2019

Mukhlisin, Analisis Makna Ṣīrāț dan Sabīl dalam Al-Qur‟an (Studi Tematik
Ayat-ayat Mutaraddifât. Skripsi, Universitas Negeri Wali Songo,
Semarang, 2015

Naufal Cholily, Humanisme Dalam Tafsir Marah Labid Karya Nawawi Al-
Bantani, Maraji‟: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 2 No. 2, Maret 2016

Nurul Huda dkk, Zakat Perspektif Mikro-Makro, Jakarta: Prenadamedia Group,


2015

Penafsiran al Quran, tt.)

Qardhawi, Hukum Zakat, Jakarta: Pustaka litera Antar Nusa, 2010


65

Rusydi Hamka, Hamka di Mata Hati Umat. Jakarta: Sinar Harapan, 1984

Saiful Fajar, Konsep Syaițān dalam Al-Qur‟an (Kajian Semantik Toshihiko


Izutsu) Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2018

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka


tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008

Sintha Dwi Wulansari, Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap


Perkembangan Usaha Mikro Mustahik ( Penerima Zakat) (Studi Kasus
Rumah Zakat Kota Semarang), Skripsi, Semarang: Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Diponegoro, 2013

Siti Fahimah, Al-Qur‟an dan Semantik Toshihiko Izutsu: Pandangan dan


Aplikasi dalam Pemahaman Konsep Maqam, Al-Fanar 3 no. 2 (2020)

Sojono dan Abdurrahman, Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan,


Jakarta: PT.Renika Cipta,1999

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung:


Alfabeta, 2014

Syauqi Ismail Sahhatih, Penerapan Zakat Dalam Bisnis Modern, Bandung :


Pustaka setia, 2007

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur‟anul Majid An-Nur,


jilid II. Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2000

Tim Penulis, Fikih Kita di Masyarakat, Sidogiri: Pustaka Sidogiri,1429

Wahbah al-Zuhaili, Tafsīr al-Munīr, Juz 5. Damaskus: Dar al-Fikr, 2005

Yusuf Al-Qardhawi, Hukum Zakat (Study Konferatif Mengenai Status filsafat


Zakat, Berdasarkan Al Qur‟an dan Al-Hadits, Jakarta: Litera Antar Nusa,
1987
66
67
68
69
70
71

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Shafwatil Widad lahir di Sampang pada 19 Februari 2001. Sebelum

penulis menempuh pendidikan di Instutut Agama Islam Negeri (IAIN Madura),

penulis merupakan alumni MI Nurus Salafiyah, MTS Mambaul ulum Bata-bata

dan SMKS Nazhatut Thullab. Setelah penulis lulus dari sekolah menengah atas,

penulis melanjukan ke Instutut Agama Islam Negeri (IAIN Madura) dengan

mengambil program studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir. Karya inilah yang

merupakan bentuk fisik sebagai tugas akhir untuk menjadi Sarjana Strata Satu

(S1) Ushuluddin dan Dakwah (Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir) di IAIN Madura.

Apabila ingin menyampaikan kritik dan masukan yang membangun penulis bisa

dihubungi melalui alamat email: widadshafwatil35@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai