Anda di halaman 1dari 3

Pengalaman yang Paling Berharga

Penulis : Muhammad Abdi Fauzan

Teettt..., suara itu membuat jantung kami berdetak kencang. Seolah-olah jantung ini
rasanya ingin lepas. Setelah bel itu berbunyi kami segera memulai syarahan kami. Aku dan
dua temanku yaitu Ahmad dan Mahmud mengikuti perlombaan pada MTQ yang ke XXI
dalam bidang syarhil qur’an.

Setelah berlatih selama kurang lebih satu bulan, akhirnya hari yang kami
tunggu-tunggu pun tiba. Tepat pada hari Sabtu pukul 09.00 WIB perlombaan kami di
mulai. Kami bersaing dengan lima tim lainnya. Satu hal yang membuat hati kami sedikit
tenang, yaitu kami tampil pada urutan yang ke empat. Namun hal itu tidak berlangsung
lama, saat salah satu tim yaitu senior kami sendiri akan menampilkan syarahan mereka.
Perasaan kami sudah tidak enak karena senior kami ini adalah mantan pemain syarhil
tingkat provinsi.

Dan benar saja, penampilan mereka sangat memukau, sehingga mereka mendapat
tepukan dan sorakan dari penonton. Harapan kami semakin tergoncang, namun datanglah
seorang lelaki menghampiri kami, sosok itu adalah pelatih kami yaitu bang Ali. Dia berkata
“ Jangan goyah dek, jangan sia-siakan latihan kalian selama ini, jika mereka bisa, maka
kalian juga pasti bisa”. Setelah mendengar kata-kata dari bang Ali, semangat kami pun
kembali lagi.

Kemudian tibalah saatnya penampilan dari kami. Setelah bel dibunyikan oleh
dewan juri, kami langsung memulai syarahan kami, karena waktu penampilan oleh satu tim
tidak boleh lebih dari 17 menit. Pada saat penampilan kami sangat gemetar, ditambah lagi
ada salah satu dewan juri yang selalu menatap kami dengan tatapan yang serius. Ada satu
hal yang sampai saat ini menjadi candaan bagi kami, yaitu tubuh Mahmud yang bergetar
begitu kencang sampai membuat panggung juga bergetar. Seiring dengan berjalannya
waktu, rasa gugup dan gemetar kami mulai hilang. Setelah 15 menit berlalu syarahan kami
akhirnya selesai. Dan tibalah saat-saat yang paling menegangkan bagi kami, yaitu
pengumuman siapa yang akan lanjut menuju ke babak final.

Setelah menunggu beberapa saat, juri pun mengumumkan hasil penilaian tiap tim.
Dan Alhamdulillah kami masuk ke babak final. Saat itu kami sangat gembira,
sampai-sampai aku, Mahmud dan Ahmad berpelukan. Satu hal kami tidak sangka, yaitu juri
mengatakan bahwa babak final dilakukan pada malam harinya. Setelah itu kami pulang ke
kafilah untuk istirahat. Kami terus menghapal dan berlatih materi kami untuk babak final.
Aku sedikit lupa tentang materi yang telah ku hafal. Aku tidak tahu kenapa aku bisa
lupa. Aku berpikir bahwa aku lupa karena kurang istirahat. Tak lama kemudian aku tertidur
sambil mukaku tertutupi oleh kertas materi hafalanku. Di dalam tidurku, aku bermimpi
kami mendapat juara, disitu kami sangat bahagia. Namun mimpi itu pun hilang karena aku
mendengar suara adzan. Tak lama kemudian datanglah Ahmad menghampiriku. Dia
mengajakku untuk salat berjamaah di masjid.

Seteah selesai salat kami pergi mencari makanan karena Mahmud merasa sangat
lapar. Saat tiba di sebuah kedai kami tergiur dengan es krim yang ada disitu. Karena sudah
tidak tahan akhirnya kami membeli es krim itu. Kami menghabiskannya dengan sangat
cepat karena rasanya sangat enak. Sampai-sampai aku dan Mahmud membeli es krimnya
satu lagi. Kami merasa sangat senang, karena sudah lebih dari satu bulan kami harus
menjaga makanan kami. Selama satu bulan kami tidak boleh minum es dan memakan
makanan berminyak. Kami merasa bahwa hari itu adalah hari kebebasan bagi kami.

Tak lama kemudian adzan magrib pun berkumandang. Kami segera menuju masjid
untuk melaksanakan salat berjamaah. Kemudian kami pulang ke kafilah untuk bersiap-siap
dan makan malam. Pada saat makan aku termenung memikirkan penampilan kami yang
tinggal beberapa jam lagi. Ahmad menegurku sambil berkata “ Hei, sudahlah jangan terlalu
berpikir berlebihan, kita pasti bisa”. Setelah mendengar kata-kata dari Ahmad aku merasa
bahwa aku memang terlalu berlebihan berpikir, sampai-sampai aku terkadang memikirkan
hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan.

Kemuadian tibalah saatnya penampilan final kami. Kami sedikit gugup karena kami
kembali bertanding dengan senior kami tadi. Walaupun dia lebih banyak makan garam dari
kami, kami tetap yakin bisa bersaing dengannya. Sebelum tampil kami berdo’a bersama
yang dipimpin oleh Ahmad. Beberapa saat kemudian tibalah penampilan dari kami.
Walaupun sedikit gugup kami terus berusaha agar penampilan kami pada babak final ini
harus bisa maksimal.

Di tengah-tengah penampilan aku sedikit lupa dengan materi syarahan kami.


Namun aku tetap berusaha merangkai kata-kata walaupun kalimatnya tidak sesuai dengan
materi yang telah kami buat. Walaupun sedikit lupa, tetapi kami bisa menyelesaikan
syarahan kami sampai akhir. Setelah turun dari panggung aku menangis sedih karena aku
lupa materi syarahan kami. Aku merasa jika kami tidak juara, itu karena kesalahanku. Aku
merasa sudah mengecewakan Ahmad dan Mahmud. Namun Ahmad, Mahmud dan bang Ali
datang menghampiriku. Mereka datang untuk menghiburku.

Setelah tangisku sudah mulai reda kami kembali ke kafilah untuk istirahat.
Pengumuman final dilakukan keesokan harinya. Sesampainya di kafilah aku meminta maaf
kepada Ahmad dan Mahmud. Lalu Ahmad berkata “ Tidak apa-apa penampilan kita sudah
bagus, lagian inikan pengalaman pertama kita, aku rasa pengalaman pertama kita sudah
cukup bagus”. Setelah itu kami bergegas untuk tidur.

Pada keesokan harinya tibalah pengumuman dari dewan juri. Saat itu suasananya
sangat menegangkan. Kemudian tibalah saatnya juri mengumumkan bahwa kami mendapat
juri tiga. Kami merasa sangat bahagia, sampai-sampai Ahmad menangis terharu. Kami
tidak menyangka kami bisa mendapat juara tiga. Juara satunya adalah senior kami dan juara
duanya adalah teman satu sekolah kami juga. Walaupun kami bersaing untuk mendapatkan
juara, tetapi itu tidak menjadi penghalang untuk kami berteman. Karena kami beranggapan
bahwa kami bersaing hanya pada saat pertandingan saja, di luar itu kami adalah seorang
teman.

Selesai pengumuman kami lanjut berfoto dan kemudian lanjut pulang ke rumah
masing-masing. Sesampainya di rumah aku menghampiri orang tuaku sambil mengatakan
bahwa aku mendapat juara. Orang tuaku sangat senang dan bangga aku mendapat juara
pada MTQ ini.

Anda mungkin juga menyukai