Anda di halaman 1dari 107

CRITICAL BOOK REVIEW

KEPEMIMPINAN

Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan

Dosen Pengampu :

Dr. M. Joharis M. Pd

Prety Vania Akwila Napitupulu [ 2233111005 ]

Miranda Maria Magdalena Br Gultom [ 2231111051 ]

Kelas : PBSI B 2023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah senantiasa memberkati
dalam menyelesaikan Critical Book Review (CBR), adapun tugas ini dikerjakan untuk
memenuhi matakuliah Kepemimpinan . Saya telah menyusun Critical Book Review (CBR) ini
dengan sebaikbaiknya tetapi mungkin masih ada kekurangan kekurangan untuk mencapai
kesempurnaan. Saya selaku penulis menerima berbagai kritik yang sifatnya membangun agar
Critical Book Review (CBR) ini menjadi lebih baik lagi. Selanjutnya, saya berharap semoga
Critical Book Review (CBR) ini bisa memberikan manfaat serta menambah wawasan bagi para
pembaca mengenai “Keterampilan Bahasa Produktif”. Semoga Critical Book Review (CBR) ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya, saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan.

Baiklah sekian kata pembuka dari saya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Dr. M. Joharis M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
penulis tekuni.Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian tugas ini,
namun penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, baik dari segi isi, tulisan maupun
kualitasnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki tugas laporan CBR ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan CBR ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2023

Kelompok 15

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................................................... 2

C. Manfaat ................................................................................................................................. 2

D. Identitas Buku Yang Direview ............................................................................................... 3

BAB II. RINGKASAN ISI BUKU ............................................................................................. 5

Buku Utama ......................................................................................................................... 5


A. BAB 1. PENDAHULUAN ………………………………………....................................... 5
B. BAB 2. TEORI-TEORI ……………….............................................................................. 11
C. BAB 3. CONTOH FENOMENA KEPEMIMPINAN INDONESIA ……....................... 16
D. BAB 4. PEMBAHASAN .................................................................................................... 30
E. BAB 5. SIMPULAN & SARAN ……................................................................................ 31

BUKU PEMBANDING 1 ........................................................................................................... 32

A. BAB 1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN 1 ....................................................................... 32


B. BAB 2 KEPEMIMPINAN EFEKTIF DALAM ORGANISASI .................................... 40
C. BAB 3 APAKAH JENIS KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI ........................42
D. BAB 4 GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI ...........................................47
E. BAB 5 KEPEMIMPINAN ABAD 21 ................................................................................. 48
F. BAB 6 SEKOLAH SEBAGAI MANAGEMEN PENDIDIKAN …………………….... 52
G. BAB 7 KEPEMIMPINAN GENERASI MILENIAL ………………………………….. 62
H. BAB 8 KEPEMIMPINAN ERA 5.0 ……………………………………………………... 67

ii
BUKU PEMBANDING KE II

A. BAGIAN 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 74


B. BAGIAN 2 HAKEKAT PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN............................................ 75
C. BAGIAN 3 TEORI-TEORI DALAM KEPEMIMPINAN .....................................................77
D. BAGIAN 4 TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN ............................................................................80
E. BAGIAN 5 MODEL-MODEL KEPEMIMPINAN ................................. ...............................82
F. BAGIAN 6 KEKUASAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DALAM KEPEMIMPINAN ........................................................... .....84
G. BAGIAN 7 KEPEMIMPINAN DAN
BUDAYA ORGANISASI ...................................................................................................85
H. BAGIAN 8 KEPEMIMPINAN PERSPEKTIF ISLAM ..................................................87
I. BAGIAN 9 BERBAGAI KECERDASAN DALAM KEPEMIMPINAN ........................89
J. BAGIAN 10 KOMUNIKASI,KONFLIK, MOTIVASI, DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSANDALAM PROSES KEPEMIMPINAN .....................................................90
K. BAGIAN 11 TIPS PRAKTIS UNTUK
MENJADI PEMIMPIN YANG DIIDOLAKAN ................................................................. 94
L. BAGIAN 12 KESIMPULAN ........................................................................................... 95

BAB III. PEMBAHASAN

A. Keterkaitan Antar Buku ............................................................................................ 98


B. Kelebihan dan Kelemahan Isi Buku ........................................................................... 99

BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ...................................................................................................................... 100


B. Saran ..............................................................................................................................100

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….………………………………… 101

LAMPIRAN ………………………………………………………………………………………… 102

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR (Critical Book Review)

Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim disebabkan karena rendahnya minat


bacamahasiswa/i pada saat ini. Mengkritik buku merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk menaikkan ketertarikan minat membaca. Mengkritik buku (Critical Book
Review) merupakan kegiatan mengulas suatu buku agar dapat mengetahui dan
memahami apa yangdisajikan dalam suatu buku . Pada dasarnya buku menitik beratkan
pada evaluasi,(penjelasan, interpretasi dan analisis) mengenai keunggulan dan
kelemahan, apa yang menarik,dan bagaimana jurnal tersebut bisa merubah persepsi dan
cara berfikir serta menjadi pertimbangan apakah dari merubah persepsi dan cara berfikir
dari pengetahuan yang didapatmampu menambah pemahaman terhadap suatu bidang
kajian tertentu. Selain itu mengkritik buku juga dapat melatih kemampuan kita dalam
menganalisis dan mengevaluasi pembahasanyang disajikan penulis. Sehingga menjadi
masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisanlainnya.

Mengkritik buku tidak dapat dilakukan apabila pengkritik tidak membaca keseluruhan
buku tersebut. Dengan membaca keseluruhan jurnal tersebut pembaca dapat mengetahui
kualitas buku dengan membandingkan terhadap buku karya dari penulis yang sama atau
penulis lainnya serta dapat memberikan karya dari penulis yang sama atau penulis
lainnya serta dapatmemberikan masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran
terhadap sistematika penulisan, isi, dan substansi buku . Selain itu untuk para pembaca,
Critical Book Review ini mempunyai tujuan agar pembaca mendapat bimbingan dalam
memilih buku. Setelah membaca hasil review buku ini, diharapkantimbulnya minat
untuk membaca atau mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam hasil review.Dan
apabila tidak memiliki waktu untuk membaca isi buku , maka ia dapat mengandalkan
hasil review sebagai informasi

1
B. Tujuan Penulisan CBR (Critical Book Review)

Tujuan Critical Book Review ini memiliki tujuan baik untuk Penulis, Reviewers, maupun

Pembaca, berikut tujuan yang dimaksud adalah :

1. Mengulas isi buku Statisti ka Ter apan Untuk Quasidan MurniExpe rimen tolehPro .Dr.
_EdiSy ahputr a,anggota parlemen d,buku MetodeStati stika olehPro .Dr. _Sudja na,MA,M.SC
dan Pengantar Statistika oleh Pro . Husaini Usman, M.Pd., MT

2.Menambah wawasan dan informasi yang ada dalam buku

3. Melatih diri untukmenganalisis kelebihan dan kekur angan isi

C. Manfaat CBR (Critical Book Review)

Adapun manfaat dari penulisan CBR (Critical Book Review), yakni sebagai berikut.

1. Memahani mengenai bagaimana itu keterampilan menulis

2. Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi sebuah buku.

3. Untuk menambah pengetahuan tentang membandingkan kedua buku

2
D. Identitas Buku

 Buku Utama

1. Judul : Kepemimpinan Presiden Di Indonesia

2. Edisi : Cetakan Pertama, Mei 2022

3. Pengarang : Mia Sanita, S.Pd, Wahyuni Siregar, S.Pd , dr. M. Joharis Lubis, M.M., M.Pd. ,
Darwin , S.T., M.Pd.

4. Penerbit : AI Maksum Langkat Press

5. Kota terbit : Langkat

6. Tahun terbit : 2022

7. ISBN : 979-623-93909-8-3

 Buku Pembanding 1

1. Judul : Kepemimpinan Generasi Milenial Di Era 5.0

2. Edisi : cetakan pertama, Agustus 2020

3. Pengarang : Fitri Zulhandayani, S.Pd , Melky Gunawan Harefa S.Pd, Dr. M.Joharis Lubis,
M.M., M.Pd.

4. Penerbit : Kencana Emas Senjata

5. Kota terbit : Medan

6. Tahun terbit : 2022

7. ISBN : 978-623-5554-67-9

3
 Buku Pembanding 2

1. Judul : Pemimpin Dan Kepemimpinan

2. Edisi : Cetakan , Mei 2018

3. Pengarang : Dr. M. Sobry Sutikno

4. Penerbit : : Holistica Lombok

5. Kota terbit : Lombok

6. Tahun terbit : 2018

7. ISBN : 978- 602- 18045 3- 7

4
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

Buku Utama

BAB I

A. Latar belakang

Kepemimpinan berasal dari kata "pimpin" yang artinya bimbing atau tuntu. Dari kata "pimpin"
melahirkan kata kerja "memimpin" yang artinya membimbing atau menuntun dan kata benda
"pemimpin" yaitu orang yang berfungsi memimpin, atau orang yang membimbing atau
menuntun. Sedangkan kepemimpinan yaitu kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang
lain dalam mencapai tujuan. Secara etimologi "kepemimpinan" beradal dari kata "pemimpin
dalam bahasa inggris leader bentu kata kerja dari to lead, yang berarti mempimpin. Burnham
(1977) menyebutkan bahwa kualitas kepemimpinan terdiri dari empat komponen pokok yakni: 1)
Vision, 2) Creativity, 3) Sensitivity, 4) Subsidiarity. Spears (2010) juga menambahkan bahawa
kepemimpinan yang berkualitas adalah benisaha untuk melibatkan orang lain dalam pengambilan
keputusan.

Presiden merupakan sebutan dari negara yang menganut sistem presidensial. Presiden dan wakil
presiden indonesia (secara bersama-sama disebut lembaga kepresidenan indonesia) memiliki
sejarah yang hampir sama tuanya dengan sejarah indonesia. Dikatakan hampir sama sebab pada
saat proklamasi 17 agustus 1945, bangsa indonesia belum memiliki pemerintahannya. Barulah
sehari kemudian, 18 Agustus 1945, indonesia memiliki konstitusi yang menjadi dasar untuk
mengatur pemerintahan (UUD 1945) dan lembaga kepresidenan yang memimpin seluruh bangsa.
Presiden dan wakil presiden indonesia (secara bersama-sama disebut lembaga kepresidenan
indonesia) memiliki sejarah yang hampir sama tuanya dengan sejarah indonesia. Dikatakan
hampir sama sebab pada saat proklamasi 17 agustus 1945, bangsa indonesia belum memiliki
pemerintahannya. Barulah sehari kemudian, 18 Agustus 1945, indonesia memiliki konstitusi
yang menjadi dasar untuk mengatur pemerintahan (UUD 1945) dan lembaga kepresidenan yang
memimpin seluruh bangsa.

5
B. Pengertian kepemimpinan

Gaya dan model kepemimpinan secara relavan dan sesuai dipraktekkan pemimpin kelak
mendorong kelancangan penggerakan tugas dan meningkatkan kepercayaan dari para anggota.
Kepemimpinan sebagai inti dan jantung dalam setiap jenis organisasi, tanpa terkecuali. Beberapa
pengertian kepemimpinan organisasi.

1. Kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk


mencapai tujuan kelompok dalam organisasi (Kamugisha, 2017:9).

2. Kepemimpinan merupakan proses dalam memimpin, memengaruhi, memerintah, memandu,


memperbaiki, dan mencapai misi (Fattah, 2015:113).

3. Kepemimpinan merupakan keinginan untuk mencapai suatu komunikasi yang berdampak dan
berakibat dalam memengaruhi tindakan orang lain. Kepemimpinan adalah kegiatan membujuk
orang untuk bekerjasama dalam pencapaian suatu tujuan (Suryana & Bayu, 2015:167-168)¹².

4. Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan memengaruhi orang-orang dalam organisasi


untuk mencapai tujuan organisasional. Dalam hal ini para pemimpin terlibat dengan orang-orang
lain dalam pencapaian tujuanDaft (2003:313).

Kadarusman (2012), mengidentifikasi makna kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga, yaitu

a. Self Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar jangan sampai gagal
menjalani hidup.

b. Team Leadership diartikan sebagai memimpin orang lain. Pemimpinnya dikenal dengan istilah
team leader (pemimpin kelompok) yang memahami apa yang menjadi tanggung jawab
kepemimpinannya, menyelami kondisi bawahannya, kesediaannya untuk meleburkan diri dengan
tuntutan dan konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen untuk
membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga menghasilkan prestasi
tertinggi.

6
c. Organizational leadership dilihat dalam konteks suatu organisasi yang dipimpin oleh
organizational leader (pemimpin organisasi) yang mampu memahami nafas bisnis perusahaan
yang dipimpinnya, membangun visi dan misi pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk inelebur
dengan tuntutan dan konsekuensi tanggung jawab sosial, serta komitmen yang tinggi untuk
menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa berkah bagi komunitas baik di
tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

C. Syarat-Syarat Kepemimpinan

Siregar (2004:192) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk


mempengaruhi orang lain. Seorang pemimpin sejati ialah seorang yang mampu mempengaruhi
orang lain untuk menjadi pengikutnya. Ia mampu mengajak mereka untuk bergabung dan
bergerak bersama la selalu membesarkan hati orang-orang disekitarnya, agar pandangan, tujuan,
dan keberhasilannya menjadi lebih luas. Kartono (2015:36-38), mengatakan bahwa persyaratan
kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu: (1) Kekuasaan, yaitu
otoritas dan legalitas yang memberikan kewenangan kepada pemimpin guna mempengaruhi dan
menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu, (2) kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga

orang mampu mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Stogdill mengatakan bahwa pemimpin harus memiliki
beberapa kelebihan, yaitu: (1) kapasitas, yaitu kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara
atau verbal facility.

Nightingale & Schult dalam Sudriamunawar (2006:4), mengatakan bahwa seorang pemimpin
perlu memiliki kemampuan, yaitu:

(1) kemandirian, berhasrat untuk memajukan diri sendiri (individualisme)

(2) Besar rasa ingin tahu dan cepat tertarik kepada manusia dan benda-benda

(3) Multi terampil atau memiliki kepandaian yang beraneka raga

(4) Memiliki rasa humor, suka berkawan, antusiasme yang tinggi

7
(5) Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna

(6) Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi

(7) Sabar, tapi tidak berarti diam atau berhenti

(8) Waspada, peka, jujur, optimis, gigih, ulet dan realistis

(9) Komunikatif, serta pandai berbicara berpidato

(10) berjiwa wiraswasta

(11) Sehat jasmani, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat serta berani
mengambil resiko

(12) Tajam firasatnya, adil pertimbangannya

(13) Berpengetahuan yang luas dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuannya

(14) Memiliki motivasi yang tinggi, sadar akan target yang harus dicapainya dengan idealisme
yang tinggi, dan

(15) Punya imajinasi, dan sinerjik

Maka dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat menjadi pemimpin yaitu :

1. Integritas adalah merupakan kesatuan dari perkataan dengan perbuatan, dengan kata

lain bukan apa diri kita, tetapi siapa diri kita, karena dengan integritas kita dapat membangun
kepercayaan (jujur). Kredibilitas adalah kemampuan seseorang mendapatkan kepercayaan dan
keyakinan yang berakar dari masa lalu dan berhubungan dengan reputasi, karena kepercayaan
merupakan fondasi dari kepemimpinan.

Jika ketiga syarat diterapkan dalam memilih atau mengangkat para pemimpin birokrasi, maka
dapat membantu dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin birokrasi.
Jadi pemimpin yang ideal adalah I = KIK (I-Ideal dan KIK-Kapasitas, Integritas, dan
Kredibilitas).

8
D. Ciri-Ciri Kepemimpinan

Ciri-ciri pemimpin yang baik dapat ditelusuri melalui berbagai pendapat para ahli,

antara lain:

Maxwell (2005:191), memberikan rujukan bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik harus
memiliki ciri-ciri (1) Pemimpin yang baik mampu menciptakan lingkungan yang tepat. Jakarta:
PT Ardadizya Jaya

(1)Perhatian kepada mereka dengan kata-kata dan perbuatan (2) Pemimpin yang baik
mengetahui kebutuhan dasar bawahannya. (3) Pemimpin yang baik mampu mengendalikan
keuangan, personalia, dan perencanaan, (4) Pemimpin yang baik mampu menghindari tujuh dosa
yang mematikan: (a) berusaha untuk disukai bukan dihormati, (b) tidak minta russihet dan banan
kepada orang lain, (c) mengesampingkan bakat pribadi dengan menekan peraturan bukan
keahlian, (d) tidak menjaga untuk dikritik tetap konstruktif, (e) tidak mengembangkan rasa
tanggung jawab dalam diri orang lain, (f) memperlakukan setiap orang dengan cara yang sama.

Bennis & Townsend (2008:31), mengatakan bahwa ciri-ciri pemimpin yang baik adalah: (1)
Pandangan tentang ambisi pribadi yang terkendali. (3) Kemampuan untuk mengutarakan diri
(komunikasi), yaitu mampu berbicara dengan jelas sederhana dan mudah dipahami. (4)
Kemampuan menjadi pelayan bagi bawahannya, (5) Jangan memberikan kekuasaan kepada
orang yang terlalu banyak menginginkannya. Menurut Bennis orang yang mendapatkan
kepercayaan, loyalitas, gairah, dan energi dengan cepat adalah orang yang meneruskan
penghargaan kepada orang yang benar-benar melakukan pekerjaan. Kemudian ada pelajaran
pengetahuan pribadi, yaitu: (1) Kita adalah guru yang terbaik, (2) menerima tanggung jawab,
tidak menyalahkan orang lain, (3) Kita bisa mempelajari apa saja yang ingin kita pelajari, dan (4)
Pemahaman yang sesungguhnya berasal dari merenungkan pengalaman kita sendiri.

Parikkan dalam Wirjana (2006:51), mengatakan bahwa kepemimpinan yang baik adalah (1)
Memberi tekanan fokus pada masa depan, (2) Menekankan atau fokus pada penentuan arah, (3)
Pertanyaan selalu apa yang akan terjadi", (4) Memberi visi dan inspirasi, (5) Memimpin orang-
orang, dan (6) Mengutamakan hierarki, menyebar suatu otoritas. Seseorang yang akan dipilih

9
sebagai pemimpin hendaknya mempunyai ciri-ciri dan sifar sifat tertentu yang akan dapat
mendukungnya dalam menjalankan roda kepemimpinannya.Menurut George R.

Stabilitas emosi seorang pemimpin tidak boleh berprasangka jelek, dapat mengendalikan diri,
dan tidak boleh cepat marah kepada bawahan, serta mempunyai kepercayaan diri yang cukup
besar. Personal motivation: keinginan menjadi pemimpin harus besar dan dapat memotivasi diri
sendiri. Teaching skill mempunyai kecakapan untuk mengajarkan, manjelaskan, dan
mengembangkan bawahannya.

Kartono (1988:31) menyatakan bahwa untuk menjadi pemimpin harus mempunyai

1. Kekuasaan, yaitu kekuatan, otoritas, legalitas, yang memberi wewenang kepada


pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu

2. Kewibawaan, yaitu kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga mampu mengatur orang


lain untuk paruh pada pemimpin dan bersedia melakukan perbuatan- perbuatan tertentu.
Mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi untuk memikirkan dan mencarikan pemecahan
setiap persoalan yang timbul dengan cara yang tepat, bijaksana dan memungkinkan untuk
dilaksanakan. Mempunyai emosi yang stabil, tidak mudah diombang-ambingkan oleh
suasana yang senantiasa berganti-ganti dan dapat memisahkan antara persoalan pribadi,
rumah tangga, dan organis

3. Mempunyai keahlian untuk mengorganisir dan menggerakkan bawahan secara bijaksana


dalam meujudkan tujuan organisasi serta mengetahui dengan tepat kapan dan kepada siapa
tanggungjawab dan wewenang didelegasikan. Pemimpin juga harus mempunyai a) keterampilan
sosial, yaitu keterampilan untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam suatu
masyarakat, dan b) Keterampilan manajemen, yaitu keterampilan dalam menggunakan metode,
teknik dan peraltan untuk melaksanakan tugas tertentu (keterampilan teknikal), kemampuan
untuk memahami motivasi dan bekerja sama dengan orang lain (keterampilan manusiawiah), dan
kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi dan bertindak sesuai dengan tujuan
menyeluruh organisasi (keterampilan konsepsional).

Pemimpin yang mempunyai ciri-ciri diatas kiranya akan dapat memimpin organisasi dengan

10
baik, tetapi akan sulit untuk mengharapkan bahwa seorang pemimpin akan mempunyai semua
ciri tersebut. Yang penting bagi seorang pemimpin adalah bahwa dalam dirinya terdapat
perimbangan yang secukupnya dengan ciri-ciri tersebut. Memiliki Intelegensi tinggi
(intelligence), Seharusnya seorang pemimpin harus mempunyai tingkat intelegensi yang lebih
tinggi dari bawahannya.

BAB II

JENIS TUGAS FUNGSI DAN TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN

A.Jenis Jenis Kepemimpinan

Perilaku pemimpin dalam pelaksanaan tugas kepemimpinan apakah sesuai dengan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip kepetutan, dapat dicermati melalui jenis, gaya dan model kepemimpian yang
dipraktekkan pemimpin. Beragam jenis kepemimpinan disebutkan para ahli (Bush, Yulk, Luthan,
Gibson, Daft, dan Maulana) yang lazim dipraktekkan oleh pemimpin organisasi, diantaranya:

Kepemimpinan Kharismatik

Kepemimpinan kharismatik adalah suatu kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi pengikut


berdasarkan pada bakat supernatural dan kekuatan yang menarik Pengikut menikmati
karismanya pemimpin karena mereka merasa memperoleh inspirasi, kebebaran dan penting.
Gibson mengutarakan beberapa hal yang membentuk kualitas perilaku pemimpin karismatik
yaitu: 1) visi, 2) tindakan-tindakan kepahlawanan, dan 3) kemampuan untuk mengilhami.
Kemudian dengan mengutip pendapat Bernal M Bass, Gibson menyebut sejumlah perilaku dan
sifat dari para pemimpin kharismatik, yakni; (1) Kemampuan untuk mengutarakan sesuatu
dengan jelas, (2) perhatian dari pengikut, dan (3) kemampuan memberikan informasi.

Pendapat lain disebutkan oleh Daft (2008:340), bahwa kepemimpinan karismatik adalah
kemampuan seorang pemimpin untuk memotivasi para bawahan agar meningkatkan kinerja yang
diharapkan. Pemimpin kharismatik memiliki kemampuan untuk menginspirasi dan memotivasi
orang-orang untuk melakukan tugas lebih dari yang biasa yang mereka lakukan, tanpa
terpengaruh oleh rintangan-rintangan dan pengorbanan pribadi.

11
Dalam keadaan demikian pemimpin mendorong para pengikut lebih mementingkan kepentingan
organisasi diatas kepentingan diri mereka Biasanya pengaruh berasal dari penyataan visi ke masa
depan dan membentuk sistem nilai organisasi yang disetujui semua, dan pemimpin percaya
kepada bawahan dan sebaliknya bawahan memberikan kepercayaan penuh kepada pemimpin.

Suatu kepemimpinan kharismatik ditampilkan pemimpin sebagai seni kepemimpinan visioner


(visionary leadership), dimana pemimpin berbicara kepada hati dan mempersiapkan masa depan
para pengikut dalam organisasi.

Pendapat Gibson dan Daft menekankan betapa pentingnya pemimpin berpikir tentang masa
depan pengikutnya, yang dapat membuat anggota organisasi terpikat dan melaksanakan tugas
secara baik. Dengan demikian, pencapaian tujuan dalam organisasi adalah sebagai dampak dari
perilaku dan perlakuan pemimpin kepada pengikut. Dalam situasi tersebut, perilaku dan nilai
yang mengayomi pengikut harus tampil dari

Perilaku pemimpin yang menuntut sering mengandalkan pengaruh kekuasaan dalam


menggerakkan pengikut dan cenderung bersifat memaksa. Sementara perilaku menuntun dimana
pemimpin berperilaku mengajak dan bersifat manusiawi, mengerti dan memahami suasana hati
dari para anggots, kemudian mengarahkannya untuk mencintai organisasi, membawa dampak
baik pada keterpenuhan harapan-harapan anggota, dan tujuan organisasi menjadi terpenuhi
dengan baik. Dalam keadaan demikian, para pengikut melaksanakan tugasnya didorong oleh
kesadaran hatinya dan tidak merasa terpaksa atau tertekan, karena pemimpin mengilhami
pengikut secara tepat.

Menurut Ali (2013:70), kharisma bukanlah berbentuk tunggal, sehingga seseorang pemimpin
yang walau memiliki kharisma, harus menujukkan perilaku dan kepribadian yang berbeda
kepada anggota organisasi. Bagi pemimpin kharismatik, para pengikut menjadikannya sebagai
model yang diingini setiap saat, pemimpin dinilai mampu menumbuhkan antusiasme pengikut
dalam bekerja, dan mampu membuat pengikut bekerja lebih lama dan senang hati.
Kepemimpinan kharismatik memiliki kekuatan dalam memotivasi pengikut dalam melaksanakan
tugas. Pemimpin dinilai memiliki pandangan, nilai, dan tujuan yang benar dalam membawa
kemajuan organisasi.

12
Kepemmpinan Transaksional

Berikut, mengutip pendapat Miller dan Miller, Bush menyebut bahwa kepemimpinan
transaksional tidak menghasilkan komitmen jangka panjang sehubungan nilai-nilai dan visi yang
dipromosikan. (1996:84), berpendapat kepemimpinan transaksional adalah gaya pemimpin
dalam mengenalkan apa yang diinginkan atau disenangi para pengikut dan membantu mencapai
tingkat pelaksanaan yang menghasilkan penghargaan yang memuaskan pengikut.

Dalam situasi tersebut, pemimpin membantu para pengikut mengenali apa yang harus dilakukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan: mutu yang lebih baik, penjualan atau pelayanan yang
lebih banyak, biaya produksi yang lebih kecil. Dalam situasi tersebut pendekatan transaksional
menggunakan konsep-konsep jalur-tujuan sebagai kerangka kerjanya, menggunakan gaya
transaksi, pemimpin bersandar pada penghargaan yang mungkin terjadi, dan ada pengecualian
pada manajemen.

Senada dengan pendapat tersebut, menurut Ali (2013:62), proses kepemimpinan transaksional
ditunjukkan melalui dimensi perilaku kepemimpinan, yakni: contingent reward, active
management by exception, dan passive management by exception.

Kepemimpinan Kontingensi

Menurut Bush (2007:402), kepemimpinan kontingen adalah kepemimpinan yang berfokus pada
proses dimana pengaruh yang diberikan pemimpin dan ukuran dimensi kepemimpinan.
Kepemimpinan kontingen memberikan pendekatan alternatif, mengakui sifat beragam konteks
sekolah dan gaya kepemimpinan yang beradaptasi dengan situasi tertentu dapat memberi
keuntungan, daripada mengadopsi satu ukuran gaya kepemimpinan yang sesuai untuk semua
sikap. Pendekatan kontingensi mengasumsikan bahwa yang penting adalah dalam organisasi
adalah bagaimana para pemimpin menanggapi keadaan anggota organisasi dan masalah yang
unik.

13
Kepemimpinan Moral

Menurut Leithwood (dalam Bush, 2007:400), kepemimpinan moral adalah kepemimpinan yang
berfokus pada nilai-nilai, keyakinan, dan etika dari pemimpin itu sendiri. Berikut, dengan
mengutip pendapat Sergiovanni, Bush mengatakan bahwa "sekolah yang unggul memiliki fokus
sentral, terdiri dari nilai-nilai dan keyakinan yang mengambil karakteristik luhur atau budaya.
Pendekatan kepemimpinan moral,

menurut Barat-Burnham (dalam Bush, 1997:239), dikategorikan menjadi dua, yakni: 1)


pendekatan sebagai `spiritual`, 2) pendekatan berkaitan dengan "pengakuan bahwa banyak
pemimpin memiliki apa yang disebut perspektif` yang lebih tinggi, diwakili oleh afiliasi
keagamaan tertentu". Senada dengan pendapat tersebut, Sagala (2017:115) mengatakan bahwa
kepemimpinan moral, berkaitan dengan moral menyinggung ahlak, moril tingkah laku yang
susila, perilaku etis, menyinggung hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku Suatu
adat moral (morale) adalah sikap atau semangat yang ditandai secara khas oleh adanya
kepercayaan diri, motivasi kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan organisasi
yang baik.

Kepemimpinan Pelayanan

Menurut Daft (2006:347), kepemimpinan pelayan merupakan gaya kepemimpinan seseorang


pemimpin dalam menggerakkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-
tujuan para bawahan dan mencapai misi organisasi yang lebih besar. Berikutnya, memberikan
para pengikut motif- motif pekerjaan yang lebih tinggi dan menghubungkan pengikut dengan
misi dan tujuan- tujuan organisasi.

Kepemimpinan Interaktif

Menurut Daft (2006:345), kepemimpinan interaktif memberi arti bahwa pemimpin lebih
menyukai proses yang melibatkan consensus, kolaboratif, dan pengaruh yang berasal dari
hubungan manusiawi daripada posisi kekuasaan dan otoritas. Selanjutnya, kepemimpinan
interaktif adalah gaya kepemimpinan dimana nilai-nilai seperti partisifasi, kolaborasi, dan

14
hubungan manusiawi diperhatikan. Karakteristik berkenaan dengan kepemimpinan interaktif
muncul sebagai sifat-sifat yang berharga bagi pemimpin di lingkungan organisasi, dimana
karakteristik perilaku menunjukan kerendahan hati pribadi, inklusi, hubungan manusiawi, dan
perhatian atau peduli.

Kepemimpinan Otentik.

Menurut Luthan (2006:657), kepemimpinan otentik adalah sebagai proses yang berasal dari
kapasitas psikologis positif dan konteksi perkembangan organsisasi yang menghasilkan
kesadaran diri dan perilaku positif regulasi diri yang tinggi pada kepemimpinannya dan terhadap
rekan-rekannya, membantu perkembangan diri positif. Pemimpin yang otentik terlihat percaya
diri, penuh harapan, optimis, ulet, transparan, bermoral/etis, berorientasi masa depan, dan
memberi prioritas pada perkembangan rekan kerja untuk menjadi pemimpin.

Kepemimpinan Resonansi dan Disonansi.

Menurut Ali (2013:40), kepemimpinan resonansi adalah gaya seorang pemimpin yang
memancarkan gelombang emosional kepada bawahannya, masyarakatnya, atau audiensnya
dengan cara melakukan komunikasi dua arah (two traffic communication), melakukan dialog.
diskusi, dan sebagainya secara efektif".

Kemudian kepemimpinan resonansi merupakan kebalikan dari kepemimpinan resonansi, dimana


kepemimpinan disonansi adalah gaya seorang pemimpin yang memancarkan gelombang
emosional kepada hawahannya, masyarakatnya, atau audiensnya dengan cara melakukan
komunikasi secara sepihak, tidak kenal dialog dan diskusi, dan membuat organisasi tidak
harmonis. Pemimpin disonansi menciptakan gelombang yang berlawanan antara pemimpin dan
pengikut, berlaku kasar, diktator, membuat pengikut memiliki rasa takut, dan menciptakan
suasana kemarahan dalam organisasi (Ali, 2013:42).

15
BAB III BIOGRAFI, KENDALA, DAN CONTOH FENOMENA PRESIDEN INDONESIA

A. Biografi Presiden Indonesia orde baru dan orde lama

Kata biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu blas yang berarti "hidup", dab graphien yang
berarti "tulis". Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup
seseorang. Menurut KBBI biografibi o gra-fi/n berarti riwayat hidup (seseorang) yang ditulis
oleh orang lain

Presiden Indonesia

Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Sebagai kepala negara,

Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden
dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif
untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari.

Setelah berakhirnya rezim Soeharto, Indonesia di pimpin oleh B.J. Habibie yang memerintah
kurang dari 1 tahun dan di gantikan kepemimpinannya oleh presiden Abdurrahman Wahid, yang
kemudian juga di gantikan oleh Megawati Soekarnoputri yang merupakan presiden wanita
pertama di Indonesia, setelah itu kepemimpinan di pegang oleh Susilo Bambang Yudhoyono
yang menjalani masa kepemimpinan dua periode. Dan presiden yang menjabat sekarang
sekaligus presiden ke tujuh di Indonesia ialah Joko Widodo atau yang biasa disebut Jokowi.

1. Ir. Soekarno

Soekamo yang biasa dipanggi Bung Karno lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan
meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, Selepas
lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut keTHS (Technische Hooges School
atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Kemudian, beliau merumus
kanajaran.

16
Marhaenis medan mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan
Indonesia Merdeka. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat,beliau menunjukkan
kemurta dan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun
dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus
memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun
1933. Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Ir. Soekarno mengemukakan
gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila.Tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno
dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18
Agustus 1945 Ir. Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang
pertama.

2. Socharto

Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta,
tanggal 8 Juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai pembantu
lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah. Lalu pindah ke SD
Pedes, lantaran ibunya dan suaminya, Pak Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul. Soeharto
dititipkan dirumah adik perempuannya yang menikah dengan Prawirowihardjo, seorang mantri
tani.

3. Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie)

Presiden ketiga Republik Indonesia sekaligus presiden pertama era reformasi, Bacharuddin Jusuf
Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Habibie yang menikah dengan
Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar
dan Thareq Kemal. (Caso fa, 2014:18)54

Saat masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan.
Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang
punya kegemaran menunggang kuda, Habibie harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia
pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal,

17
Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Setelah
tamat SMA di bandung tahun 1954, Habibie masuk Universitas Indonesia di Bandung yang
sekarang menjadilnstitut Teknologi Bandung (ITB). Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan
pada Institut Teknologi Bandung. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van
Karman Award, itu kembali dari Jerman, Habibie selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun
kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang
di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang
terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali
ke Indonesia. Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT,
memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI,
dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto.
Habibie pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.

Sebagian Tanda Jasa atau Kehormatan BJ Habibie:

1976 - 1998 Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.

1978 - 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.

✓ Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi/ BPPT

✓1978-1998 Direktur Utama PT. Pindad (Persero).

1978 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.

1980-1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No.40, 1980)

✓1988-1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.

✓ 1989-1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.

10 Maret -20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia

18
4. Abdurrahman Wahid (Gus Dur); Jabatan 1991-2001.

Abdurrahman Wahid yang lebih akrab dipanggil Gus Dur adalah presiden Indonesia ke-4, Gus
Dur mulai menjabat menjadi presiden pada 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Gus Dur
dilahirkan di desa Denanyar, Jombang di rumah Pesantren milik kakeknya dari pihak ibu.

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Sedangkan Ibunya bernama Hj. Sholehah
adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri.Sejak masa kanak-
kanak, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajir.

Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan
buku-buku. Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo.

Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo: Di dua tempat
inilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di
Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di Mesir.
Perkawinannya dilaksanakan ketika Gus Dur berada di Mesir.

Sepulang dari pengembaraannya mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan memilih
menjadi guru. Pada tahun 1971, Gus Dur bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu
Ireng Jombang. Tiga tahun kemudian Gus Dur menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan
pada tahun yang sama Gus Dur mulai menjadi penulis. Gus Dur kembali menekuni bakatnya
sebagai penulis dan kolumnis.

Pada tahun 1974 Gus Dur diminta pamannya, K.H. Yusuf Hasyim untuk membantu di Pesantren
Tebu Ireng Jombang dengan menjadi sekretaris. Dari sini Gus Dur mulai sering mendapatkan
undangan menjadi nara sumber pada sejumlah forum diskusi keagamaan dan kepesantrenan, baik
di dalam maupun luar negeri.

Pertama di LP3ES bersama Dawam Rahardjo, Aswab Mahasin dan Adi Sasono dalam proyek
pengembangan pesantren, kemudian Gus Dur mendirikan P3M yang oleh LP3ES. (kepustakaan-
presiden perpusnas.go.id,2015:6) Gus Dur wafat pada hari Rabu, dimotori 30 Desember 2009, di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, poda pukul 18.45 WIB pada usia 69 tahun.

19
5. Megawati Soekarnoputri

Sebelum diangkat sebagai presiden, Megawati adalah Wakil Presiden RI yang ke-8 dibawah
pemerintahan Abdurrahman Wahid. Megawati adalah putri sulung dari Presiden RI pertama yang
juga proklamator, Soekarno dan Fatmawati. Megawati, pada awalnya menikah dengan pilot.

Letnan Satu Penerbang TNI AU, Surendro dan dikaruniai dua anak lelaki bernama Mohammad
Prananda dan Mohammad Rizki Pratama. (Sumarno, 2002:9) Megawati memulai pendidikannya,
dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta, Sementara, Megawati pernah belajar di dua
Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970- 1972). Kendati lahir dari keluarga politisi
jempolan, Megawati tidak terbilang piawai dalam dunia politik. Megawati bahkan dianggap
sebagai pendatang baru dalam kancah politik, yakni baru pada tahun 1987.

6. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden Republik Indonesia ke enam dan Presiden pertama
yang dipilih langsung oleh Rakyat Indonesia. Jusuf Kalla sebagai Wakil Presidennya, SBY
terpilih dalam pemilihan Presiden ditahun 2004. Susilo Bambang Yudhoyono kembali dilantik
sebagai Presiden Republik Indonesia untuk periode 2009-2014, setelah bersama pasangannya
Prof. Dr. Boediono memenangkan Pemilihan Umum Presiden pada 8 Juli 2009 dalam satu
putaran Jangsung.

Susilo Bambang Yudhoyono lahir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada tanggal 9 September
1949, dan merupakan anak tunggal dari pasangan (alm) Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Sejak
masih kecil, SBY memang punya ambisi untuk menjadi tentara. Keinginan itu merupakan titisan
darah dari ayahnya yang memang merupakan seorang pensiunan Letnan. Tak hanya itu saja SBY
juga mengidolakan mendiang Jendral (Purn) Sarwo Edhie Wibowo yang merupakan mertuanya
sendiri.

Menurutnya, Sarwo Edhie merupakan seorang tentara sejati. Semasa kecil SBY dikenal oleh
teman-temannya sebagai pribadi yang ramah, namun keinginan SBY untuk menjadi tentara

20
dipandang mustahil oleh teman-temannya, karena SBY adalah sosok yang penyabar, kutu buku,
suka musik dan melukis seria gemar menulis puisi. Susilo Bambang Yudhoyono merupakan
lulusan terbaik Angkatan Bersenjata Indonesia (AKABRI) pada tahun 1973, kemudian Pada
tanggal 30 juli tahun 1976 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melangsungkan pernikahan
dengan Kristiani Herawati atau lebih dikenal dengan Ibu Ani Yudhoyono yang merupakan putri
ketiga dari tujuh bersaudara pasangan (alm) letnan Jendral (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo dan Hj.
Sunarti Sri Hadiyah.

7. Joko Widodo (Jokowi)

Berasal dari keluarga sederhana, Jokowi lahir di Surakarta 21 Juni 1961. Jokowi bersekolah di
Sekolah Dasar Negeri 111 Tirtoyoso, menjadi seorang kuli panggul, ojek payung dan berdagang
sudah Jokowi lakoni sejak kecil hanya untuk membiayai kebutuhan sekolahnya hingga makan
sehari-hari. Kepandaiannya sebagai tukang kayu didapatnya dari ayahnya yaitu Noto Mihardjo,
ketika jokowi berusia 12 tahun Jokowi sudah bekerja sebagai tukang gergaji (Gayatri, 2013:7)

Lulus sekolah Dasar, Jokowi kemudian masuk di SMP Negeri 1 Surakarta kemudian lulus dari
sann Jokowi melanjutkan sekolahnya di SMA Negeri 6 Surakarta. di jurusan Kehutanan di
Universitas Gajah Mada, hingga kemudian banyak dikenal sebagai Juragan
Mebel.Menyelesaikan kuliahnya tahun 1985, Jokowi kemudian menikah dengan Iriana Jokowi
pada tanggal 24 Desember 1986 di Solo yang kemudian memberinya tiga orang anak bernama
Gibran Rakabuming, Kaesang Pangarep dan Kahiyang Ayu, kemudian pada tahun itu juga
Jokowi mulai bekerja di Perusahaan Kertas BUMN bernama PT. Jokowi mengundurkan diri dan
mencoba untuk berbisnis kayu di Solo. (Gayatri, 2013:7)

Di Solo, Jokowi bekerja di perusahaan milik pamannya, di CV Roda Jati, kemudian Jokowi
membuka usaha kayu sendiri dengan membuat badan usaha bernama CV. Rakabu hampir
mengalami kebangkrutan, namun pada tahun 1990 berkat pinjaman sebesar 30 juta

rupiah dari ibunya, Jokowi kemudian mencoba bangkit kembali. Keberhasilan memimpin kota
Solo kemudian membuat Jokowi untuk maju menjadi ke Kursi Gubernur. Pada tahun 2012
Jokowi mencaalon menjadi Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama.

21
Belum lama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, PDI Perjuangan memberikan perintah agar
Jokowi maju sebagai Calon Presiden bersama Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden pada tahun
2014.

B. Contoh Fenomena Presiden Indonesia

1. Joko Widodo

Lingkup kepemimpinan dapat bergradasi dari lingkup kecil, bahkan sampai lingkup yang besar
berupa negara Lingkup kepemimpinan dalam organisasi negara berada di tangan Presiden
sebagai kepala pemerintahan. Tugas dari Presiden bukan sekedar memimpin suatu negara atau
mengambil kebijakan, melainkan juga dapat memastikan kualitas kelayakan hidup untuk
rakyatnya. Kebanyakan negara menerapkan sistem lockdown, yakni menonaktifkan seluruh
kegiatan dalam negara tersebut guna mensutus tali penyebaran pandemi Covid19.

Berbeda dengan Indonesia, Presiden Jokowi menolak untuk menerapkan sistem tersebut dengan
dalih tidak semua daerah di Indonesia dapat menerimanya dikarenakan budaya yang berbeda-
beda (CNN Indonesia, 2020), sehingga alternatif yang diberikan berupa pemberlakuan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun dalam penerapannya masih banyak
masyarakat yang melakukan aktivitas di luar rumah, ditambah dengan sedikitnya dari mereka
yang memperhatikan protokol kesehatan dan keselamatan yang telah ditetapkan (Solopos, 2020),
sehingga yang terindi penyebaran pandemi Covid-19 terus bertambah, jumlah pasien yang
meninggalpun tidak berkurang. Di samping itu, penyaluran peralatan medis tersendat di tengah
bertambahnya jumlah pasien yang terdampak (BBC Indonesia,

Begitu pula dengan penyaluran bantuan sosial (Bansos) yang juga tersendatuntuk masyarakat di
daerah terpencil

2. Abdurahman Wahid

Pemberhentian Presiden Abdurrahman Wahid elite-elite partai karena presiden terlibat dalam
kasus bruneigate dan buloggate, alasan tersebut bukan merupakan alasan sesungguhnya.
Pemberhentian Presiden Abdurrahman Wahid terjadinya disebabkan persaingan antara elite-elite

22
partai memperebutkan kontrol terhadap lembaga negara beserta seluruh sumber dayanya.
Persaingan itu juga tercermin dalam perebutan kontrol atas sejumlah perusahaan negara.

3. Presiden Soekarno

Kabinet pertama Presiden Soekarno bernama kabinet presidensial, jumlah menteri kabinet
sebanyak 19 orang.

Perkembangan selanjutnya terjadi perubahan, kekuasaan presiden hanya sebatas kepala negara
dan simbol negara, kekuasaan pemerintahan berada di bawah kekuasaan perdana menteri.
Perubahan ini terjadi berdasarkan Maklumat No. X Tahun 1945 pada tanggal 16 Oktober 1945
yang di tandatangani oleh Wakil Presiden Mohammd Hatta. Berdarkan Maklumat tersebut, pada
tanggal 22 Agustus 1945, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) terbentuk. Presiden
Soekamo menerima usulan BPKNIP, kemudian Presiden Soekarno pada tanggal 14 November
1945 membubarkan kabinetnya dan sekaligus menjadi perdana menteri, Kebijakan tersebut
membawa terjdi perubahan dalam sistem pemerintahan Indonesia dari sistem presidensial
menjadi sistem parlementer.

Sistem parlementer yang baru ini, kekuasaan presiden hanya bersifat simbolik, kekuasaan
berada ditangan perdana menteri dan para menteri kabinet bertanggung jawab kepada DPR.
Kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan kekuatan-kekuatan politik yang ada
Pihak yang menolak berpandangan bahwa, kebijakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945.
Kelompok yang menyetujui beralasan bahwa perubahan dalam sistem kabinet suatu
pemerintahan merupakan hal yang biasa dan dapat dibenarkan.

Kebijakan perubahan sistem pemerintahan semacam ini pernah terjadi dalam tata negara di
Inggris.30 Sikap pemerintah dan BPKNIP tetap melakukan perubahan dalam sistem
pemerintahan, tanpa amandemen UUD 1945, dengan alasan dalam rangka menampung aspirasi
berbagai kekuatan politik yang ada di Indonesia.

4. Susilo Bambang Yudhoyono

Partai yang tidak termasuk dalam barisan koalisi yaitu PDIP, Gerindra, dan Hanura. Presiden

23
Bambang Yudoyono membangun relasi dengan DPR dan MA, sesuai prosedur kontitusi yang
berlaku. Relasi dengan DPR, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono memanfaat forum
konsultasi Presiden-DPR berkaitan dengan kebijakan-kebijakan strategis yang akan diambil,
terutama yang mungkin menimbulkan pro-kontra dalam masyarakat, seperti kasus penyelesaian
GAM di Aceh.

Penjelasan tersebut di atas memberikan gambaran kepemimpinan Presiden Soesilo Bambang


Yudhoyono tidak relevan dikatorikan apa disebut Herbert Feith dengan solidarity maker atau
administrator: Alternatifnya adalah kepemimpinan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono
memiliki gaya demokratik-responsif. Mengajak semua partai politik untuk mendukung
pemerintahan dengan imbalan memberi jatah kursi menteri bagi partai yang tergabung dalam
koalisi sesuai prosesntase jumlah kursi DPR.

Kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam menyelesaikan kelompok separatism


GAM, mengutamakan pendekatan perdamaian, dengan cara mengutamakan dialog dengan
tokoh-tokohnya, dan menyertakan aktor internasional. Kebijakan Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono tersebut memcapai hasil. Implementasi MoU Helsinki di Aceh, melibatkan aktor
internasional antara lain negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa dan negara-negara
ASEAN.

Kebijakan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono bidang internasional antara lain adalah
memprakarsai membentu Bali Democracy Forum (BDF) yakni forum tahunan antar sebagai
kerjasama dalam mengembangkan demokrasi serta platform untuk mempromosikan demokrasi
dan perdamaian sebagai solusi dan pencegahan konflik antar negara. Forum ini bertujuan untuk
memajukan dan membina kerja sama regional dan internasional di bidang perdamaran dan
demokrasi dengan memfasilitasi dialog melalui berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam
mengelola keragaman yang mendorong kesetaraan, saling pengertian, dan rasa hormat.

BDF berhasil menjadikan demokrasi sebagai agenda strategis di kawasan Asia- Pasifik. Maksud
dari prinsip tersebut adalah Indonesia, sebagai tuan rumah sekaligus inisiator BDF, berpatokan
pada praktik-praktik nyata nilai demokrasi oleh negara peserta dengan tidak berpretensi untuk
menyalahkan atau membenarkan praktik nyata tersebut. 53 berhasil ketika demokrasi bersifat

24
5. Presiden Megawati Soekarnoputri

Kepemimpinan Presiden Megawati pada Bidang Ekonomi Sejak pertama kali dilantik. sistem
pemerintahan Presiden Megawati berupaya memberikan kondisi yang kondusif untuk
membangun kembali ekonomi yang porak poranda sejak terjadinya krisis, pendarahan dan koma
ekonomi-politik sejak 1998 hingga 2001. Empat masalah utama di bidang ekonomi adalah utang
jatuh tempo, kas negara yang tidak memadai, masih lemahnya daya beli masyarakat, dan
mengembalikan kepercayaan asing kepada Indonesia. Keempat masalah ini membutuhkan
penyelesaian segera dan simultan jika tidak ingin Indonesia jatuh ke dalam krisis utang.

Sebagai seorang pemimpin, Presiden Megawati mengikuti perundingan Paris Club dan London
Club sebagai upaya untuk menegosiasikan ulang utangutang Indonesia pada saat itu. Alhasil,
Megawati berhasil meminta penundaan pembayaran utang sebesar USD 5,8 milyar pada
pertemuan Paris Club 12 April 2002. Selanjutnya, pada tahun 2003, Indonesia menganggarkan
pembayaran utang Negara sebesar 116,3 triliun rupiah.

Selain itu, sejak krisis ekonomi 1997, pendapatan per kapita bangsa Indonesia hanya sebesar
USD 465. Pada tahun 2002, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 57.158 Milyar dan impor
sebesar USD 1,229 Milyar. Selain itu, kebijakan privatisasi BUMN tahun 2003 terbukti mampu
menaikkan pertumbuhan ekonomi nasional sebanyak 4,1 menekan inflasi sebesar 5,06%
Kebijakan privatisasi ini dilakukan dalam kondisi krisis untuk melindungi perusahaan negara
dari intervensi publik dan pembayaran utang negara.

Akhirnya, CGI, IMF, dan World Bank, serta pihak-pihak Penanaman Modal Asing (PMA)
bersedia melaksanakan programprogram yang diajukan oleh Kabinet Gotong Royong

Menurut Prof. Dorodjatun KuntjoroJakti, M.A., Ph.D selaku Menteri Koordinator Perekonomian
Kabinet Gotong Royong menjelaskan bahwa kondisi tersebut membuktikan bahwa kesabaran
dan kegigihan presiden Megawati dalam mempertahankan martabat Negara Indonesia di mata
dunia berhasil. Boediono, M.Ec selaku Menteri Keuangan Kabinet Gotong Royong yang
mengungkapkan bahwa suasana politik di dalam negeri mulai membaik dan tidak lagi terdengar

25
suara-suara yang mempertanyakan kesinambungan fiskal Indonesia diantara para pelaku pasar
dunia (Dahuri dan Samah, 2019). Presiden Megawati juga berhasil membawa Indonesia keluar
dari krisis energi setelah berhasil meyakinkan banyak pimpinan perusahaan energi dunia untuk
melakukan investasi langsung di bidang perminyakan yang berhasil mencapai angka Rp. 200
triliun per tahun. Beberapa proyek raksasa migas juga terus berlangsung hingga tahun 2008
sebagaimana penjelasan Prof Purnomo Yusgiantoro, M.Sc., M.A., Ph.D yang saat itu menjabat
sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Kabinet Gotong Royong (Dahuri
& Samah, 2019).

Rokhmin Dahuri, MS sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Kabinet Gotong Royong
mengungkapkan bahwa Presiden Megawati Soekamoputri sejak awal pemerintahannya pada Juli
2001 telah menetapkan Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu prioritas pembangunan
nasional dan sektor Kepemimpinan Presiden Megawati Kemudian, pada 7 Juli 2003 Presiden
Megawati Soekarnoputri mencanangkan GERBANG MINA BAHARI (Gerakan Nasional
Pembangunan Kelautan dan Perikanan) diatas Kapal Dalpele, TNI-AL di Teluk Tomini.

Pada intinya GERBANG MINA BAHARI menetapkan sektor Kelautan dan Perikanan,
Pariwisata Bahari, Industri dan Jasa Maritim, dan Perhubungan Laut sebagai prime mover
(penghela) pembangunan ekonomi nasional. Sedangkan, dasar dari pembangunan Kelautan dan
Perikanan adalah Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan), yakni
mengharmoniskan antara upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan,
dan perlestarian lingkungan. Hasilnya sangat menggembirakan, yang tercermin pada peningkatan
volume produksi perikanan, nilai ekspor, kontirbusi sektor kelautan dan perikanan terhadap
Penerimaan Domestik Bruto (PDB), kesejahteraan nelayan, pembudidayaan ikan, dan
masyarakat pesisir, dan indeks kualitas lingkungan pesisir dan laut (Daburi & Samah, 2019). Dr.
Yusril Tha Mahendra, S.H., M.Sc. selaku Menteri Kehakiman dan HAM Kabinet Gotong
Royong juga mengungkapkan bahwa kerja sama yang baik antara Kabinet Gotong Royong
berhasil

26
Kepemimpinan Presiden Megawati pada Bidang Politik

Kestabilan pemerintahan Indonesia merupakan hal yang penting saat awal pemerintahan

Presiden Megawati. Oleh karena itu, salah satu langkah awal yang diambil oleh Presiden
Megawati saat menjabat adalah membangun tatanan politik yang baru melalui amandemen UUD
1945. Di sisi lain, pemerintah juga menyusun berbagai peraturan perundang-undangan yang
belum dimiliki dalam rangka untuk melengkapi amanat UUD 1945 setelah amandemen.
Beberapa peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah:

 Revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.


 Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi
 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Partai Politik.
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum.

Dengan kata lain, anggaran presiden ke luar negeri dapat dihemat dan dialokasikan untuk
membantu mengurangi penderitaan rakyat di daerah-daerah tersebut, tanpa harus mengabaikan
pelaksanaan politik luar negeri dan diplomasi sebagai salah satu aspek penting penyelenggaraan
pemerintah yang pelaksanaannya di bawah koordinasi Menteri Luar Negeri. Yang lebih penting,
untuk membuktikan kepada rakyat bahwa pemerintahan Megawati Soekarnoputri memiliki sense
of urgency dan sense of crisis yang belum berhasil dibangun pemerintahan sebelumnya
(Wuryandari, 2008).

Menurut Jenderal TNI Hari Sabarno, S.LP., M.M. selaku Menteri Dalam Negeri Kabinet Gotong
Royong mengungkapkan bahwa konsep pemerintahan saat itu berfokus pada kebijakan
desentralisasi, dimana penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan secara adil untuk
memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengelola daerahnya sendiri dengan tetap
berwawasan pada persatuan dan kesatuan nasional. Dalam konsep memandu otonomi daerah dan
menjaga kesatuan bangsa, arah kebijakan desentralisasi yang diambil adalah: Memberlakukan
kebijakan otonomi daerah yang proporsional dan konsisten. Pembangunan otonomi daerah ini
bertujuan untuk mendorong kemampuan daerah dalam mengelola dan mengatur masyarakat.

27
Di sisi lain, Presiden Megawati mengembalikan hak pilih kepada rakyat melalui Pemilihan
Umum (Pemilu) pada tahun 2004. Hal ini tercatat dalam sejarah demokrasi yang dilaksanakan
secara rapi, bersemangat dan terpuji. Pada tahun yang sama, Presiden Megawati
menyelenggarakan Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden secara langsung secara serentak
pada tanggal 5 April 2004. Dimana pada proses pemilu Presiden dilaksanakan dalam 2 (dua)
putaran.

> Kepemimpinan Presiden Megawati pada Bidang Sosial

Di bawah kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, Kabinet Gotong Royong berhasil


menuntaskan konflik sosial hingga peningkatan kesejahteraan sosial. Berikut adalah beberapa
konflik yang berhasil diselesaikan pada masa pemerintahan Presiden Megawati:

a. Penyelesaian Konflik Posa yang telah berlangsung sejak tahun 1998 melalui perjanjian Malino
I yang dilaksanakan di Malino selama 15 hari. Perjanjian tersebut dilaksanakan oleh Jusuf Kalla
selaku Menko Kesra era Presiden Megawati pada tanggal 20 Desember 2001.

Penyelesaian Konflik Ambon, Maluku, melalui perundingan damai. Dimana pemerintah


memfasilitasi 5 (lima) kali kegiatan perundingan dengan 2 (dua) kelompok yang berkonflik.
Pemulihan Pariwisata Pasca Bom Bali melalui 4 (empat) program pemulihan, yaitu: Rescue,
Rehabilitasi, Normalisasi dan Ekspansi. Kegiatan pemulihan tersebut berhasil meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan manca negara yang sempat merosot pasca tragedi bom Bali. Hal ini
menjadi langkah awal penanganan menyeluruh pemerintah Indonesia terhadap para pahlawan
devisa Negara. Munculnya gerakan separatis di Aceh dan Papua, serta konflik sosial yang terjadi
di Poso dan Maluku tentunya sangat mengancam keamanan nasional Indonesia. Dalam
menghadapi konflik tersebut, Presiden Megawati mencoba menyelesaikan konflik melalui upaya
perdamaian.

Melalui penerbitan kedua Perppu ini, presiden berharap proses pengungkapan kasus terorisme di
Indonesia menjadi lebih mudah dan dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku. Perppu tersebut
juga menjadi landasan hukum yang kuat bagi pihak kepolisian dalam melaksanakan operasi
pemberantasan kelompok terorisme di Indonesia (Adian, 2003).

28
Selain itu, masalah sosial lain yang dialami oleh Indonesia pada masa pemerintahan presiden
Megawati adalah masalah kemiskinan. Hal ini Kepemimpinan Presiden timbul sebgai akibat dari
krisis moneter yang menyebabkan banyak pabrik yang ditutup dan terpaksa memutus hubungan
kerja (PHK) para karyawannya. Predisen Megawati mengeluarkan beberapa kebijakan
pengentasan kemiskinan, salah satunya melalui pembentukan Komite Penanggulangan
Kemiskinan, program Jaring Pengaman Sosial, program Pemberdayaan Dalam Mengatasi
Dampak Krisis Ekonomi, dan lain sebagainya (Sumantyo, 2008).

Kepemimpinan Presiden Megawati pada Bidang Lingkungan

Pada bidang lingkungan, pemerintahan Presiden Megawati belajar dari masa lalu terkait kasus
lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan pada tahun 2002.

Mohamad Prakosa, Ph.D selaku Menteri Kehutanan Kabinet Gotong Royong, pada tahun 2003
pemerintahan Presiden Megawati meluncurkan program penanaman pohon skala besar dalam
bentuk Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN) untuk pertama kalinya.
Program GERHAN ini untuk menyikapi perlunya rehabilitasi wilayah terdegradasi yang luasnya
semakin meningkat dan kerusakan hutan dan lahan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir
ini (Dahuri dan Samah, 2019).

Salah satu peran TNI di dalam sistem politik demokratis yang dilakukan Presiden Megawati juga
secara khusus memutuskan transfer wewenang pelaksanaan operasi keamanan di Maluku dari
tangan Polisi ke tangan TNI yang terbukti efektif untuk memulihkan stabilitas keamanan pada
tahun 2002. Selanjutnya, pada tahun 2003, Megawati

Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc. selaku Menteri Kehakiman dan HAM Kabinet Gotong
Royong, perubahan yang cukup besar pada bidang militer didasarkan pada pengesahan Undang-
Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Disahkannya undang-undang tersebut
membuat perubahan yang cukup besar dan mendasar pada organisasi TNI/Polri. Dalam
kebijakan pertahanan tersebut, TNI ditempatkan sebagai komponen utama pertahanan yang
didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung.

29
Pada masa pemerintahannya, Presiden Megawati berusaha menarik lembaga pemerintah di luar
bidang pertahanan untuk membantu TNI dalam menghadapi ancaman non- militer. Di masa

kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, peningkatan kesejahteraan personel TNI dan


Polri terus digalakkan. Bantuan presiden itu sekiranya akan meningkatkan kesejahteraan anggota
TNI/Polri dan keluarganya. Selain itu, bantuan tersebut juga akan dipakai sebagai peningkatan
disiplin dan moral para prajurit TNI dan Polri.

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembahasan Dan Penjelasan Tambahan Tentang Fenomena Yang Sekarang Terjadi

Covid-19 atau dikenal dengan sebutan virus korona pertama kali muncul di daratan China,
tepatnya di kota Wuhan pada akhir Desember 2019, yang dilaporkan kepada World Health
Organization (WHO) dengan status sebagai virus yang belum diketahui namun sudah terbukti
bahayanya (Kompas, 2020). Virus ini kemudian mulai masuk ke Indonesia sekitar bulan Maret
yang diduga berasal dari pertemuan warga negara Jepang dengan dua WNI di sebuah klub di
Jakarta pada bulan Februari (Detik News, 2020).

Berkaitan dengan hal tersebut, ungkapan Indonesia "kebal" virus korona seketika patah dengan
tertularnya WNItersebut, dan menurut Peneliti dari Harvard sejauh ini belum ada manusia yang
kebal dengan keberadaan virus korona. Orang yang terkena virus tersebut tidak langsung
menunjukkan sakitnya karena siklus perkembangan virusnya yang baru tampak sekitar 1-2
minggu setelah terpapar. Namun Menteri Kesehatan mengatakan bahwa pernyataan dari peneliti
Harvard adalah sebuah penghinaan untuk Indonesia karena sebelumnya Menteri Kesehatan itu
mengatakan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang rajin berdoa sehingga
kemungkinan tertular sangat kecil. Merujuk pada pernyataan diatas, maka Presiden Jokowi
mengeluarkan kebijakan yang dirasa dapat memutus penyebaran virus korona setelah
sebelumnya menolak pendapat Gubernur Anies Baswedan perihal Indonesia sebaiknya
melakukan Lockdown atau menonaktifkan seluruh aktivitas diluar rumah (CNBC Indonesia,
2020), Disamping Jakarta, terdapat pula penolakan yang didapati Kota Tegal terkait penerapan
lockdown sebagaimana disampaikan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan (Sigi Jateng,

30
2020). Dengan diberlakukannya PSBB maka diharapkan masyarakat dapat tertib untuk tidak
keluar rumah tanpa keperluan yang mendesak, termasuk dengan peliburan tempat kerja dan
sekolah, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan penggunaan fasilitas umum, pembatasan
kegiatan 35egara, serta pembatasan moda transportasi.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan
pekerjaan dari anggota kelompok. Penting kiranya dalam organisasi untuk melaksanakan
manajemen kepemimpinan yang akan mendukung organisasi dalam mencapai tujuannya.
Kepemimpinan yang dilaksanakan di organisasi harus didukung dengan adanya karakter
kepemimpinan (leadership characters) yang kuat dan pelaksanaan prinsip-prinsip kepemimpinan
(leadership principles) secara baik dan benar. Karakter dan prinsip kepemimpinan tersebut
kemudian apabila dibudayakan ke seluruh anak buah maka mereka akan mereka memahami,
menghayati, dan melakukannya sehingga akan dapat membentuk iklim kepemimpinan
(leadership climate) dalam organisasi. Dengan demikian maka pencapaian tujuan organisasi akan
dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dan dengan hasil yang lebih baik. kepemimpinan
Presiden Soekarno, dapat juga menjelaskan kepemimpinan Presiden Soeharto, yang memiliki
kepemimpinan solidarity maker karena mengutamakan 35egara persatuan, stabilitas dalam
menjalankan kebijakannya. Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto bergaya solidarity maker
adalah 35egara budaya Masyarakat Jawa mengutamakan kepatuhan rakyat dan ketentraman
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

C. Saran
Untuk presiden joko lebih bisa untuk menangani Pandemi Covid-19 yang semakin hari
semakin memakan jumlah korban, menjadikan para pimpinan 35egara dan jajarannya
kewalahan untuk mengatasinya.

31
BUKU PEMBANDING 1

1.1 Pendahuluan

Manusia hidup berkelompok dan dari kelompok-kelompok tersebut lahir para pemimpin yang
akan memimpin ataupun memberikan pengarahan untuk kepentingan bersama. Berbagai macam
jenis pemimpin, misalnya pemimpin bidang agama, pemimpin bidang kebudayaan, pemimpin
bidang pendidikan, pemimpin formal, pemimpin informal, pemimpin politik, pemimpin
perusahaan dimana mereka melakukan kerja kepemimpinan pada bidang masing-masing. Kita
juga dapat menyampaikan bahwa, secara logis kita memahami jika ada seorang pemimpin berarti
ada pula pihak yang dipimpin. Bahkan dalam ajaran Islam sangat tegas menekankan pentingnya
seorang pemimpin dan yang dipimpin.

BAB 1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN

1.2 Pengertian Pemimpin

Untuk memulai pemahaman tentang Pemimpin ini, perlu kita memperhatikan pengertian tentang
pemimpin :

1. Menurut Hersey dan Blanchard

"Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk
melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi".
Dalam perspektif yang lebih sederhana,

2. Morgan (1996: 156) mengemukakan tiga macam peran pemimpin yang disebutnya
dengan "3A", yakni:

• alighting (menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya),

• aligning (menggabungka tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang
menuju kearah yang sama).

32
• allowing (memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara
mereka bekerja).

Adapun situasi menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang Kondusif, di mana
seorang pemimpin berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat
mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya,
tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan
pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur
yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pemimpin, yang dipimpin dan situasi
merupakan unsur yang salingterkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat
keberhasilan pemimpin.

1.3 Fungsi Pemimpin

Fungsi pokok pemimpin dalam management organisasi di bagi dalam empat

kategori, yaitu :

1) Planing (Perencanaan)

2) Organizing (Pengorganisasian)

3) Actuating/Leading (Kepemimpinan)

4) Controling (Pengawasan / Pengendalian)

Fungsi perencanaan bagi pemimpin dalam manajemen merupakan aktivitas yang berusaha
memikirkan apa saja yang akan dikerjakannya, berapa ukuran dan jumlahnya, siapa saja yang
melaksanakan dan mengendalikannya, agar tujuan organisasi dapat dicapai.

Dalam suatu organisasi, yang dipimpin mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses
tidaknya seseorang pemimpin bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang
pemimpin dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin. Adapun situasi menurut
Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pemimpin berusaha
pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya

33
dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada
beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena
memang situasinya telah berlainan.

1.3 Fungsi Pemimpin

Fungsi pokok pemimpin dalam management organisasi di bagi dalam empat

kategori, yaitu :

1) Planing (Perencanaan)

2) Organizing (Pengorganisasian)

3) Actuating/Leading (Kepemimpinan)

4) Controling (Pengawasan / Pengendalian)

Fungsi perencanaan bagi pemimpin dalam manajemen merupakan aktivitas yang berusaha
memikirkan apa saja yang akan dikerjakannya, berapa ukuran dan jumlahnya, siapa saja yang
melaksanakan dan mengendalikannya, agar tujuan organisasi dapat dicapai.

Perencanaan sering pula diartikan sebagai suatu penetapan tujuan-tujuan dan prioritas-prioritas
serta serangkaian kegiatan untuk mencapainya (Bryant & White, 1987:307). Pengertian yang
sama dikemukakan oleh Steven Ott, Hyde, Shafritz (1991:238) mengartikan perencanaan adalah
proses pembuatan keputusan formal mengenai masa depan organisasi. Perencanaan merupakan
serangkaian kegiatan.

Fungsi pengorganisasian bagi pemimpin sebagai suatu proses pembagian kerja melihat bahwa
ada unsur-unsur yang saling berhubungan, yakni sekelompok orang atau individu, ada kerja
sama, dan ada tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Interaksi akan terjadi antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Hubungan-hubungan ini
terjadi karena sudah ada pembagian kerja yang jelas dalam suatu sistem. Kerja sama dalam suatu
system yang teratur ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah disepakati
bersama terhadap kendali dan arahan pemimpin.

34
1.4.5 Teori Situational

Di samping itu dapat pula terjadi hubungan yang sifatnya informal antara individu dengan
individu maupun individu dengan kelompok. kerja yang lain. Hal ini dapat terjadi karena adanya
kepentingan-kepentingan pribadi masing-masing individu dalam suatu koordinasi yang kita sebut
proses pengorganisasian oleh pemimpin. Pengorganisasian merupakan suatu proses dalam
mencapai tujuan dan sangat diperlukan oleh masyarakat, baik dalam bidang profit maupun jasa
(pelayanan). Tujuan pengorganisasian akan tercapai bilamana tiap-tiap individu yang ada sadar
akan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya sehingga pada akhirnya tujuan akan tercapai.
Fungsi kepemimpinan bagi pemimpin adalah implementasi aransemen yang sudah disusun
pemimpin melalui dukungan orang lain. Hal ini menyiratkan bahwa kepemimpinan berlangsung
dalam interaksi antara pemimpin dan pengikut dalam situasi tertentu. Pada tataran yang lebih
tinggi, kepemimpinan dapat dijabarkan sebagai serangkaian perilaku yang jarang dapat ditiru
oleh kebanyakan orang.

1.4 Analisis Teori Pemimpin Terhadap Kepemimpinan

Dalam menjembatani pemahaman terhadap pemimpin dan kepemimpin atau Leader dan
Leadership perlu pendalaman terhadap beberapa teori dasar antara pemimpin dan kepemimpinan
tersebut, melalui suatu analisis perbandingan, yaitu :

1.4.1 Teori Genetis (Keturunan).

Inti dari teori menyatakan bahwa "Leader is born and not made" (pemimpin itu dilahirkan
(bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa
seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat
kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah
ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin.

1.4.2 Teori Sosial.

Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan
ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa "Leader is made and not born"

35
(pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori
genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap
orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

1.4.3 Teori Ekologis.

Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi
terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini
pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila
ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui
pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu

sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian,
penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa
saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.

1.4.4 Teori Trait

Teori ini mempercayai bahwa pemimpin memiliki cara yang bervariasi karena mereka memiliki
karakteristik atau disposisi yang sudah melekat dalam dirinya.

Ada 5 karakteristik yang utama menurut teori ini, yaitu:

1) percaya diri,

2) empati,

3) ambisi,

4) kontrol diri

5) rasa ingin tahu.

36
Teori ini menekankan bahwa pemimpin muncul dalam situasi yang berbeda untuk menyesuaikan
perbedaan kebutuhan dan lingkungan. Teori ini dikembangkan lebih dulu oleh Blanchard &
Hersey (1976), yang mengatakan bahwa pemimpin perlu memiliki perbedaan untuk
menyesuaikan kebutuhan dan maturitas pengikut. Pemimpin perlu mengembangkan gaya
kepemimpinan

1.4.6 Transactional and transformational Leader

Pertama kali dikembangkan oleh James McGregor Burns tahun 19 kemudian dikembangkan oleh
Bass dan lain-lain. Kepemimpinan transaksion berdasarkan pada pemikiran memberikan
motivasi kepada bawahan melal

bentuk instrument seperti uang atau system reward. Bass et al (198) berpendapat bahwa
pemimpin transformasional adalah universal dan dapa diaplikasikan tanpa memperhatikan
budaya, memberi semangat pada bawah untuk lebih mementingkan organisasi atau kelompok.

Pemimpin transformasional lebih menkonsentrasikan pada pengembangan bawahan daripada


pencapaian target dan dalam beberapa buku transformasionalsama dengan pola kepemimpinan
tetapi berlawanan dengan pola transaksional yang disamakan dengan manajemen. Kouzes dan
Posner (1987) melakukan pengamatan dan menunjukkan bahwa ketrampilan kepemimpinan
dapat dipelajari. Kouzes & Posner mengemukakan langkah proses yang mana seorang leader
dapat melakukan sesuatu:

a. Tantangan adalah proses mendorong orang lain berani mengambil risiko

b. Bersemangat untuk mencapai visi

c. Memungkinkan bawahan untuk bertindak

d. Menjadi model

e. Mendorong dan mendukung dengan hati

Penekanan utama pada pengembangan leader adalah membangun dan menggunakan kemampuan
interpersonal (Day, 2001). Kunci aspek-aspek program pengembangan yang termasuk kesadaran

37
sosial seperti orientasi pada pelayanan, empati dan pengembangan lainnya, ketrampilan sosial
seperti membangun hubungan, kolaborasi, kerjasama dan manajemen konflik. Conger et al
(1999) memperingatkan tendensi dalam organisasi untuk membiarkan pengembangan leadership
menjadi "proses yang tanpa rencana" dimana tujuan pengembangan tidak jelas, akuntabilitas
terhadap pelaksanaan dan terdapat kegagalan untuk evaluasi yang efektif. Perbedaan antara
pengembangan leadership dan pengembangan leader sebaiknya tidak membiarkan yang satu
cenderung untuk dipertimbangkan melebihi yang lain. Pengembangan leader tanpa menghormati
keterkaitan yang berhubungan dengan organisasi dan konteks sosial mengabaikan banyak
literature leadership dan sedikit untuk mempertinggi kapasitas organisasi.

1.5 Pengertian Kepemimpinan

"Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau
sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama". Theo Haiman dan William G. Scott
yang dikutip oleh Sutarto (1998: 63) dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar kepemimpinan
administras "Kepemimpinan adalah proses orang-orang diarahkan, dipimpin dan dipengaruhi
dalam pemilihan dan pencapaian tujuan."

1.6 Determinan Kepemimpinan

Menurut Joseph. L. Massie/ John Douglas determinan kepemimpinan dapat disimpulkan meliputi
tiga (3) kategori, yaitu:

a. Meliputi orang-orang

b. Bekerja dari sebuah posisi organisatoris

c. Timbul di dalam sebuah situasi yang spesifik

Kepemimpinan timbul jika ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai
contoh jika bahaya mengancam suatu kelompok dan kelompok tersebut berubah menjadi massa
yang mulai bertindak sendiri sendiri maka tindakannya sulit ditebak karena bersifat terpencar.
Jadi agar kepemimpinan menjadi operasional, maka diperlukan adanya interaksi dinamis dari
ketiga macam faktor yang disebut tadi.

38
1.7 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemimpinan

Dari ketiga determinan pada point sebelumnya perlu dilakukan pengenalan lebih jauh terhadap
faktor-faktornya untuk lebih mengulas dan efektifitas masing- masing determinan dengan rincian
sebagai berikut:

1.7.1 Faktor Orang (The Person Factor)

Untuk mencapai seorang manager menjadi efektif apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
antara lain: pada diri setiap orang terdapat sifat-sifat pribadi yang membawa mereka menjadi
sukses dan atau sifat-sifat pribadi yang menghalang mereka untuk sukses. Adakah sifat-sifat
(Traits) tertentu yang menyebabkan orang-orang tertentu menjadi pemimpin yang sukses. Studi
riset menyatakan bahwa antara pemimpin dan bukan pemimpin dapat ditunjukkan dan khusus
untuk para pemimpin memberikan petunjuk sebagai berikut:

1. Cenderung lebih mencapai kesesuaian secara psikologis

2. Cenderung memperlihatkan penilaian lebih baik.

3. Cenderung menunjukkan interaksi lebih banyak dengan para non pemimpin

4. Cenderung memberikan lebih banyak keterangan-keterangan

William Henry (1940) menemukan suatu pola personalitas yang definitive sewaktu ia
mempelajari lebih 100 orang pemimpin dunia usaha yang mencapasukses dan Hendry
menemukan sifat-sifat mereka sebagai berikut :

1. Motivasi kerja mereka kuat


2. Keinginan untuk berprestasi
3. Perasaan hangat dengan para atasan
4. Sifat obyektif terhadap bawahan
5. Konsepsi pribadi yang stabil yang digariskan dengan baik

39
1.7.2 Faktor Posisi

Faktor posisi menjadi sangat penting mengingat bahwa posisi pada suatu struktur akan
menentukan seberapa besar seseorang mampu memberikan sumbangsih dan peran
kepemimpinan pada skala struktur tersebut.

Label label yang diciptakan seperti guru, direktur, presiden, pemimpin dalam rangka
mengelompokkan peranan kelompok, professor adalah kepemimpinan. Dari label - label tersebut
dapat kita pahami arah dan langkah kepemimpinan yang seharusnya dan kepemimpinan yang
salah. Untuk melihat peranan ini lebih jauh maka dapat kita bagi menjadi tiga (3) macam harapan
tentang peranan, yaitu :

a. Harapan - harapan pribadi dimana kelompok Yang dimaksud harapan pribadi adalah
mengharapkan pada pribadi pemimpin untuk melakukan hal-hal tertenti dan tidak
melakukan hal-hal tertentu.
b. Harapan-harapan organisatoris , yang dimaksud harapan organisatoris adalah harapan
terhadap perusahaan atau organisasi yang diaplikasikan dalam pedoman-pedoman kerja
seperti SOP, Petunjuk Teknis dan Job Descriptions.
c. Harapan - harapan kultural, Harapan terhadap kualifikasi yang membudaya yang
akhirnya menjadi budaya kerja atau budaya perusahaan yang berorientasi hasil.

1.73 Faktor Tempat dan Situasi

Faktor Tempat dan situasi adalah ketepatan pemimpin dan pola kepemimpinannya pada
tempat dan waktu yang tepat.

BAB 2 EFEKTIF DALAM ORGANISASI

Menurut Boone dan Kurz (2017: 397) kepemimpinan efektif merupakan cerminan kemampuan
pemimpin dalam menggerakkan dan menginspirasi anggota (Boone & Kurz, 2017:397. Pendapat
senada dikatakan oleh Griffin & Eber (2005:396), bahwa kepemimpinan efektif adalah proses
memotivasi orang lain untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan tertentu.

40
Dalam menciptakan kepemimpinan efektif dalam organisasi, diperlukan beberapa jenis
kemampuan pemimpin, diantaranya adalah:

1. Kemampuan memotivasi dan menjadi contoh bagi yang lain,

2. Kemampuan memimpin, memengaruhi, mendistribusikan kekuasaan (wewenang), dan


memberdayakan anggotanya,

3. Membangun tim dan kerjasama kelompoknya,

4. Kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi untuk mengatasi konflik

(Hendro, 2011:179).

Menurut Tjiptono & Diana (2003:168), bahwa kepemimpinan efektif adalah perilaku
membangkitkan motivasi atau semangat orang lain, dengan jalan memberikan inspirasi atau
mengilhami. Dengan demikian, apabila pemimpin memimpin dengan rasa percaya diri, disertai
dengan perpaduan yang solid dan pembimbingan, maka anggota organisasi kelak lebih mampu,
dan dapat melakukan tugas melebih dari yang diharapkan. Senada dengan pendapat tersebut,
menurut

Menurut Maxwel (2001:24), seorang pemimpin yang efektif harus selalu

sendiri. Dengan demikian, pemimpin pantas dijadikan menjadi panutan oleh

memikirkan dan mendahulukan orang lain, ketimbang memikirkan kepentingan diri

anggota organisasi.

Menurut Cahya (2008:155), terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi pemimpin dalam
upaya praktek kepemimpinan efektif pada organisasi, diantaranya adalah:

1. Pemimpin mampu mempengaruhi orang lain karena memiliki Integritas Integritas adalah
fondasi kepemimpinan. Integritas menciptakan kepercayaan dalam hubungan antar
manusia. Integritas tidak menjadikan seseorang sebagai pemimpin, tetapi bisa
menghalanginya sebagai seorang pemimpin,
41
2. Pemimpin mampu mempengaruhi orang lain karena mereka membangun dirinya melalui
orang lain. Pemimpinmemimpin orang lain, maka pemimpin harus mampu memberikan
semangat kepada orang lain terus-menerus,

3. Pemimpin mampu mempengaruhi orang lain karena menaruh kepercayaan kepada orang lain.
Pemimpin memberikan kepercayaan pada level yang tinggi kepada setiap orang yang ditemui.
Pemimpin harus selalu memilih sikap percaya lebih dahulu kepada orang lain dari pada menaruh
sikap curiga,

4. Pemimpin mampu mempengaruhi orang lain karena suka mendengarkan orang lain dan
mampu mengerti perasaannya. Situasi kepemimpinan tersebut memberikan makna bahwa
pemimpin mempraktekkan suatu gaya kepemimpinan moral.

BAB 3 ANEKA JENIS KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

Perilaku pemimpin dalam pelaksanaan tugas kepemimpinan apakah sesuai dengan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip kepatutan, dapat dicermati melalui jenis, gaya dan model kepemimpian yang
dipraktekkan pemimpin. Beragam jenis kepemimpinan disebutkan para ahli (Bush, Yulk, Luthan,
Gibson, Daft, dan Maulana) yang lazim dipraktekkan oleh pemimpin organisasi.

3.1 Kepemimpinan Kharismatik

Menurut Gibson, dkk. (1996:78), kepemimpinan karismatik adalah suatu kemampuan pemimpin
untuk mempengaruhi pengikut berdasarkan pada bakat supernatural dan kekuatan yang menarik.
Pengikut menikmati karismanya pemimpin karena mereka merasa memperoleh inspirasi,
kebebaran dan penting.

Gibson mengutip pandangan Robert J. House menandaskan bahwa kepemimpinan karismatik


adalah pemimpin menunjukan pengaruh karismatik terhadap para pendukungnya dalam tingkat
yang tinggi secara luar biasa.

Berikutnya, Gibson mengutarakan beberapa hal yang membentuk kualitas perilaku pemimpin
karismatik yaitu; 1) visi, 2) tindakan-tindakan kepahlawanan, dan 3) kemampuan untuk
mengilhami. Kemudian dengan mengutip pendapat Bernal M.Bass, Gibson menyebut sejumlah

42
perilaku dan sifat dari para pemimpin kharismatik, yakni; (1) Kemampuan untuk mengutarakan
sesuatu dengan jelas, (2) perhatian dari pengikut, dan (3) kemampuan memberikan informasi.

Pendapat lain disebutkan oleh Daft (2008:340), bahwa kepemimpi para karismatik adalah
kemampuan seorang pemimpin untuk memotivasi agar meningkatkan kinerja yang diharapkan.
Pemimpin kharismatik memil kemampuan untuk menginspirasi dan memotivasi orang-orang
untuk melak tugas lebih dari yang biasa yang mereka lakukan, tanpa terpengaruh oleh rintanga
rintangan dan pengorbanan pribadi. Suatu kepemimpinan kharismatik ditampilkan pemimpin
sebagai

Bagan 3.1 Tahap-tahap Dalam Kepemimpinan Karismatik

Tahap Satu Mendeteks kesempatan dan kekurangan yang belum digali dalam situasi saat ini.
Sensitivitas untuk berhak memilih kebutuhan-kebutuhan. merumuskan suatu visi strategis yang
dianggap strategis

Tahap Dua Menyampaikan visi menguraikan status quo dengan jelas seperti hal yang tidak dapat
diterima dan visi seperti alternatif yang paling menarik. mengutarakan motivasi dengan jelas
kepada para pengikut terkemuka

Tahap Tiga Membangun kepercayaan melalui keahlian teknis, pengambilan resiko pribadi
pengorbanan diri dan perilaku yang tidak konvensional

Tahap Empat Mendemonstraske cara untuk mences visi melalui pembur rancangan tuga
pemberian kuasa dan taktik yang tidak konvensional Dalam keadaan demikian, para pengikut
melaksanakan tugasnya didorong oleh kesadaran hatinya dan tidak merasa terpaksa atau tertekan,
karena pemimpin mengilhami pengikut secara tepat. Pemimpin yang berperilaku menuntun kelak
membangun lahimnya partisifasi pengikut dalam pengambilan keputusan.

3.2 Kepemimpinan Manajerial

Menurut Leithwood (dalam Bush, 2007:395), kepemimpinan manajes mengasumsikan bahwa


fokus pemimpin seharusnya pada fungsi, tugas dan perilah dan bahwa jika hal tersebut dilakukan
secara kompeten maka pemimpin dan memfasilitasi pekerjaan orang lain dalam organisasi.

43
Pendekatan kepemimpinan manajerial juga menganggap bahwa sebagian bes perilaku anggota
organisasi rasional. Dalam kaitannya dengan sekolah, mengutip pendapat Caldwell,
berpandangan bahwa pemimpin sekolah har mampu mengelola diri mengembangkan dan
menerapkan siklus proses ya

melibatkan tujuh fungsi manajerial, yakni: 1) penetapan tujuan, 2) identifika kebutuhan, 3)


pengaturan prioritas, 4) perencanaan, 5) penganggaran 6) menerapkan, dan 7) mengevaluasi.

3.3 Kepemimpinan Transformasional

Menurut Yulk (2001:290-305), kepemimpinan transformasional menyerukan nilai-nilai moral


dari para pengikut dalam upaya meningkatkan kesadaran tentang masalah etis, dan memobilisasi
energi dan sumber daya anggota untuk reformasi sekolah. Kepemimpinan transformasional juga
melakukan transaksi memotivasi

para pengikut dengan menyerukan kepentingan pribadi mereka. Dengan demikian,para


transformasional menciptakan pengikut kepemimpinan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan
penghormatan terhadap pemimpin, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang
awalnya diharapkan. transformasional adalah perilaku pemimpin mengubah dan memotivasi
para pengikut dengan;

1. membuat mereka lebih menyadari pentingnya hasil tugas,

2. membujuk mereka untuk mementingkan kepentingan team atau organisasi mereka


dibandingkan dengan kepentingan pribadi; dan

3 mengaktifkan kebutuhan mereka yang lebih tinggi.

4. Menawarkan dukungan individual,

5. Pemodelan praktik terbaik dan nilai-ni organisasi yang penting,

44
3.4 Kepemimpinan Transaksional

Menurut Bush (2007:399), kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan di mana


hubungan dengan pemangku kepentingan didasarkan pada pertukaran beberapa sumber daya
berharga. Dalam kaitannya dengan sekolah, Kepala sekolah memiliki kewenangan yang timbul
dari posisinya sebagai pemimpin formal sekolah. Berikut, mengutip pendapat Miller dan Miller,
Bush menyebut bahwa kepemimpinan transaksional tidak menghasilkan komitmen jangka
panjang sehubungan nilai-nilai dan visi yang dipromosikan. Selanjutnya, Gibson, dkk. (1996:84),
berpendapat kepemimpinan transaksional adalah gaya pemimpin dalam mengenalkan apa yang
diinginkan atau disenangi para pengikut dan membantu mencapai tingkat pelaksanaan yang
menghasilkan penghargaan yang memuaskan pengikut. Dalam situasi tersebut, pemimpin
membantu para pengikut mengenali apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan: mutu yang lebih baik, penjualan atau pelayanan yang lebih banyak, biaya produksi
yang lebih kecil.Selanjutnya Active management by exception terjadi jika pimpinan menetapkan
sejumlah aturan yang perlu ditaati dan dilakukan, dan sebagai control agar bawahan terhindar
dari kesalahan dan kegagalan

3.5 Kepemimpinan Kontingensi

Menurut Bush (2007:402), kepemimpinan kontingen adalah kepemimpina yang berfokus pada
proses dimana pengaruh yang diberikan pemimpin dan ukuran dimensi kepemimpinan.
Kepemimpinan kontingen memberikan pendekata alternatif, mengakui sifat beragam konteks
sekolah dan gaya kepemimpinan yang beradaptasi dengan situasi tertentu dapat memberi
keuntungan, dari pada mengadopsi satu ukuran gaya kepemimpinan yang sesuai untuk semua
sikap. Pendekatan kontingensi mengasumsikan bahwa yang penting adalah dalam organisasi
adalah bagaimana para pemimpin menanggapi keadaan anggota organisasi dan masalah yang
unik. Variasi konteks dan respon kepemimpinan merespon individu secara berbeda menjadi
efektif dan berdampak positive.

3.6 Kepemimpinan Moral

Menurut Leithwood (dalam Bush, 2007:400), kepemimpinan moral adalah kepemimpinan yang

45
berfokus pada nilai-nilai, keyakinan, dan etika dari pemimpin itu sendiri. Otoritas dan pengaruh
yang diturunkan dari konsepsi dipertahankan dari hal yang benar atau baik. Berikut, dengan
mengutip pendapat Sergiovanni, Bush mengatakan bahwa "sekolah yang unggul memiliki fokus
sentral, terdiri dari nilai- nilai dan keyakinan yang mengambil karakteristik luhur atau budaya.
Senada dengan pendapat tersebut, Sagala (2017:115) mengatakan bahwa kepemimpinan moral,
berkaitan dengan moral menyinggung ahlak, moril tingkah laku yang susila, perilaku etis,
menyinggung hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Suatu adat moril (morale)
adalah sikap atau semangat yang ditandai secara khas oleh adanya kepercayaan diri, motivasi
kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan organisasi yang baik.

3.7 Kepemimpinan Pelayan

Menurut Daft (2006:347), kepemimpinan pelayan merupakan gaya kepemimpinan seseorang


pemimpin dalam menggerakkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-
tujuan para bawahan dan mencapai misi organisasi yang lebih besar. Pemimpin pelayan
memberikan segala kekuasaan,ide-ide, informasi, penghargaan, dan pujian untuk pencapaian-
pencapaian.

3.8 Kepemimpinan Interaktif

Menurut Daft (2006:345), kepemimpinan interaktif memberi arti ba pemimpin lebih menyukai
proses yang melibatkan consensus, kolaboratif, pengaruh yang berasal dari hubungan manusiawi
daripada posisi kekuasaan otoritas. Selanjutnya, kepemimpinan interaktif adalah gaya
kepemimpinan dim nilai-nilai seperti partisifasi, kolaborasi, dan hubungan manusiawi
diperhatikan Karakteristik berkenaan dengan kepemimpinan interaktif muncul sebagai sifat yang
berharga bagi pemimpin di lingkungan organisasi, dimana karakteritas perilaku menunjukan
kerendahan hati pribadi, inklusi, hubungan manusiawi

3.9 Kepemimpinan Otentik

Menurut Luthan (2006:657), kepemimpinan otentik adalah sebagai pro yang berasal dari
kapasitas psikologis positif dan konteksi perkembang organsisasi yang menghasilkan kesadaran

46
diri dan perilaku positif regulasi yang tinggi pada kepemimpinannya dan terhadap rekan-
rekannya, memba perkembangan diri positif. Pemimpin yang otentik terlihat percaya diri, pe
harapan, optimis, ulet, transparan, bermoral/etis, berorientasi masa depan, memberi prioritas
pada perkembangan rekan kerja untuk menjadi pemimpin.

3.10Kepemimpinan Resonansi dan Disonansi

Menurut Ali (2013:40), kepemimpinan resonansi adalah gaya seorang pemimpin yang
memancarkan gelombang emosional kepada bawahannya, masyarakatnya, atau audiensnya
dengan cara melakukan komunikasi dua arah (two traffic communication), melakukan dialog,
diskusi, dan sebagainya secara efektif.

BAB 4 GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

Gaya kepemimpinan dalam organisasi merupakan perilaku yang tercermin dari seorang
pemimpin pada saat memimpin atau memengaruhi anggota organisasi. Gaya kepemimpinan
sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pemimpin dalam memengaruhi anggota
organisasi dan dalam upaya pencapaian tujuan organisasi yang diinginkan.

Menurut Tjiptono & Anastasia (2003:161), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang
digunakan pemimpin dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan bawahan. Secara umum
terdapat macam gaya kepemimpinan yang relevan dalam organisasi, diantaranya adalah: 1) gaya
otokratis, 2) gaya demokratis, 3) gaya partisipatif, 4) gaya orientasi pada tujuan, dan 5) gaya
situasional.

Jenis gaya kepemimpinan tersebut dijelaskan lebih lanjut, sebagai berikut:

1) Gaya kepemimpinan otokratis; gaya otokratis disebut juga gaya diktator dan direktif.
Pemimpin yang menggunakan pendekatan otokratis mengambil keputusan tanpa
berkonsultasi dengan para karyawan dan sifat keputusan harus dijalankan karyawan.
berikutnya tidak ada kepastian, (3) pimpinan mendiktekan tugas-tugas yang dilaksanakan
aggota, (4) pimpinan cenderung mencela

47
2) Gaya kepemimpinan demokratis; gaya demokratis dikenal juga dengan istilah secara personal,
dan menjauhkan diri dari kegiatan-kegiatan kelompok. Pemimpin yang menganut pendekatan
demokratis melibatkan para karya kepemimpinan konsultatif atau membangun kesepakatan atau
conse dalam proses dan pelaksanaan keputusan.

3) Gaya kepemimpinan partisipatif, gaya partisifatif juga dikenal dengan istilah kepemimpinan
terbuka, bebas atau nondirective. Pemimpin yang menggunakan pendekatan partisifatif hanya
sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan.

4) Gaya kepemimpinan berorientasi pada Tujuan, gaya berorientasi itu disebut juga dengan
kepemimpinan berdasarkan hasil atau berdasarkan untuk memusatkan perhatian hanya pada
tujuan yang ada. Suatu sasaran. Pemimpin yang menganut pendekatan tujuan meminta anggota
organisasi dapat menghasilkan kontribusi nyata dan dapat diukur ketercapaian tujuan.

BAB 5 KEPEMIMPINAN ABAD 21

5.1 Perkembangan Generasi

Generasi adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan tahun lahir, umur, lokasi dan juga
pengalaman historis atau kejadian-kejadian dalam individu tersebut yang sama yang memiliki
pengaruh seignifikan dalam fase pertumbuhan mereka. Jadi, dapat dikatakan pula bahwa
generasi adalah sekelompok individu yang mengalami peristiwa-peristiwa yang sama dalam
kurun waktu yang sama pula.

Pada masa sekarang (2018), rata-rata di dunia pendidikan, generasi yang paling banyak sedang
menempuh jenjang perkuliahan adalah generasi milenial. Dimana generasi milenial biasanya
menyukai sesuatu yang out of the box, sangat suka tantangan dan penghargaan. Mereka
cenderung overconfidence, berani mengungkapkan pendapat, baik langsung ataupun lewat media
sosial. Generasi ini (milenial) tumbuh seiring dengan munculnya berbagai terobosan baru dalam
teknologi komunikasi, dari mulai SMS, E-mail, aplikasi Instant Messaging seperti BBM,
Whatsapp, Line, dan berbagai bentuk komunikasi tertulis lainnya. Bentuk komunikasi tertulis
dirasa lebih nyaman dan tepat oleh generasi milenial. Generasi milenial juga cenderung

48
menciptakan lingkungan kuliah, kerja dan percakapan sehari-hari yang tidak terlalu formal. Hal
ini menunjukkan bahwa milenial lebih menyukai semua bentuk komunikasi yang lebih
bersahabat dan nada bicara yang lebih akrab.

Perbedaan generasi dalam lingkungan kerja menjadi salah subyek yang selalu muncul dalam
perkembangan manajemen sumber daya manusia, dan konsep perbedaan generasi terus
berkembang dari waktu ke waktu. Penelitian yang pertama tentang perkembangan nilai-nilai
generasi dilakukan oleh Manheim pada tahun 1952, penelitian tersebut didasarkan pada tulisan
tulisan dalam bidang sosiologi tentang generasi pada kisaran tahun 1920 sampai dengan tahun
1930. Mannheim mengungkapkan bahwa generasi yang lebih muda tidak dapat bersosialisasi
dengan sempurna karena adanya gap antara nilai-nilai ideal yang diajarkan oleh generasi yang
lebih tua dengan realitas yang dihadapi oleh generasi muda tersebut, lebih lanjut dikatakan
bahwa lokasi sosial memiliki efek yang besar terhadap terbentuknya kesadaran individu.

kejadian bersejarah dan fenomena budaya yang terjadi dan dialami pada kehidupan mereka.
(Twenge, 2006). Kejadian serta fenomena ter menyebabkan terbentuknya ingatan secara kolektif
yang berdampak dalam kehidupan mereka. Jadi kejadian historis, sosial, dan efek budaya
bersama den

faktor-faktor lain ini akan berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku indivi nilai, dan
kepribadian.(Caspi, A., Roberts, B. W., & Shiner, 2005) Dari penjelasan tersebut ada 2 hal utama
yang mendasari pengelompok generasi, yaitu faktor demografi khususnya kesamaan tahun
kelahiran dan ya kedua adalah faktor sosiologis khususnya adalah kejadian - kejadian yang
history menurut Parry & Urwin, faktor kedua lebih banyak dipakai sebagai dasar dalam studi
maupun penelitian tentang perbedaan generasi. (Parry, E., & Urwin, 2010). Para ahli berpendapat
bahwa generasi terbentuk lebih disebabkan karena kejača atau event yang bersejarah dibanding
dengan tahun kelahiran.

5.2 Sejarah Sekolah

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian sekolah adalah banguna atau lembaga untuk
belajar dan mengajar serta tempat menerima dan member pelajaran. Sedangkan menurut kamus

49
umum bahasa Indonesia sekolah adala bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi
pelajaran.

Sejarah pendidikan zaman pemerintah kolonial Belanda dapat dibagi dalam tiga periode, yaitu;

(1) periode VOC pada abad ke-17 dan ke-18;

(2) periode pemerinta Hindia-Belanda pada abad ke-19

(3) periode Politik Etis (Etische Politiek pada awal abad ke-20. Pada zaman VOC abad ke-17
dan ke-18, pendidikan untuk kaum "inlanders" (penduduk tanah jajahan ditangani oleh
Nederlands Zendelinge Genootschap atau NZG), Gereja Kristen dari Belanda yang ikut dalam
misi VOC

Maskapai inilah yang ikut membiayai kegiatan pendidikan, dengan demikian bukan dari
pemerintah Belanda. Motto mereka terkenal dengan 3 G (Gold, Gospel, Glory)

Didirikan sejak tahun 1607, baru berikutnya juga didirikan sekolah di Batavia. Itupun hanya
sekolah berbasis agama Kristen yang pencapaiannya terbatas pada kemampuan memahami
Bible, kitab suci agama agama Kristen, dan oleh karena itu kalaupun ada pendidikan lanjutan
hanya untuk mendidik guru dan pastor (Supriadi,2003).

Perlu juga diketahui bahwa pada masa itu pendidikan tradisional sebenarnya sudah ada, terutama
pendidikan berbasis agama Islam yang tidak tersentuh oleh VOC. Materi pelajaran lebih
ditekankan pada kemampuan untuk menulis, berhitung, dan membaca dalam bahasa Melayu
yang menjadi bahasa perdagangan sehari-hari masa itu.

Ketika Gubernur Jenderal Hindia Belanda dijabat oleh Rochussen, keluar Dekrit Kerajaan yang
menetapkan komitmen Pemerintah Belanda untuk mendirikan sekolah-sekolah dasar bagi orang-
orang pribumi yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Sekolah tersebut
dinamakan Volkschool (Sekolah Rakyat) dengan pelajaran utamanya dalam menulis,
membaca bahasa Jawa dan puluhan tahun ditonjolkan dan sudah terlanjur dipercaya, mampu
bertahan. Walaupun berbagai publikasi badan-badan internasional seperti Bank Dunia (IBRD),

50
Bank Pembangunan Asia (ADB), dan UNESCO pada kurun waktu tersebut cenderung memuji
keberhasilan perkembangan pendidikan di Indonesia. Bahkan pada bulan Juni 1993, UNESCO
memberikan penghargaan “Medali Avicena" kepada Presiden Suharto karena dinilai telah
berhasil mewujudkan pendidikan dasar universal (universal primary education).

5.3 Kritik Terhadap Sekolah

Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah proses bagi seseorang untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk masa depannya. Namun, proses
pendidikan yang selama ini dijalankan, seolah telah Perspektif sosiologis memfokuskan kajian
pada proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Perspektif menurut Meighan (1981)
merupakan "frame of reference, a series or working rules by which a person is able to make
sense of complex and puzzling phenomena". Bagi seorang sosiolog, fenomena merupakan
kehidupan social dan diadopsi sebagai bagian dari sikap ataupun penilaian terhadap kehidupan
sosial. Ada tiga perspektif dasar dalam sosiologi, yaitu: perspektif fungsional, konflik dan
interaksionisme simbolik. Perspektif Fungsional. Para analis fungsional, melihat fungsi serta
konstribusi yang positif lembaga pendidikan dalam memelihara atau mempertahankan
keberlangsungan sistem sosial. Nilai-nilai universal ditanamkan melalui institusi sekolah,
sehingga keut (kelanggengan) sistem sosial dapat dipertahankan. Durkheim (dalam Henslin, 2

5.4 Kompetensi Sekolah Abad 21

Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan
ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang.pada abad ini, terutama bidang Information
and Communication Technology (ICT) yang serba canggih (sophisticated) membuat dunia ini
semakin sempit, karena kecanggihan teknologi ICT ini beragam informasi dari berbagai sudut
dunia mampu diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dari manapun, komunikasi
antar personal dapat dilakukan dengan mudah, murah kapan saja dan di mana saja.

Menurut Susanto terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu:(Susanto, 2013)

1. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam


budaya dengan kompetensi multi bahasa.
51
2. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi

makna (konsep).

3. Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.

4. Teaching and technology, mengajar dan teknologi.

5. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru mengenai
kemampuan.

6. Teaching and choice, mengajar dan pilihan.

7. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas. Untuk memecahkan masalah


tersebut di atas, guru dituntut mampu untuk membaca setiap tantangan yang ada pada masa kini.
guru harus mampu untuk

5.5 KESIMPULAN

Perbedaan karakteristik yang paling signifikan antara generasi X, Y dan z Z, informasi dan
adalah penguasaan informasi dan teknologi. Bagi generasi teknologi adalah hal yang sudah
menjadi bagian dari kehidupan mereka, karena mereka lahir dimana akses terhadap internet
sudah menjadi budaya global, sehingga berpengaruh terhadap nilai dan pandangan tujuan hidup
mereka. Abad 21 memiliki ciri yaitu informasi yang tersedia dimana saja dan dapat diakses
kapan saja, komputasi yang semakin cepat, serta komunikasi yang dapat dilakukan dari mana
saja dan kemana saja Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah untuk menghadapi abad
ke-21 yaitu dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

51
BAB 6 SEKOLAH SEBAGAI MANAGEMEN PENDIDIKAN

6.1 KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MANAGER

A. Pendahuluan

Tujuh fungsi manajemen menurut Luther Gulick adalah.

1. Perencanaan yaitu melibatkan pengembangan garis besar halhal yang harus dicapai dan
metode untuk mencapainya.

2. Pengorganisasian yakni menetapkan struktur formal wewenang yang melaluinya subdivisi


kerja diatur, didefinisikan, dan dikoordinasikan untuk melaksanakan rencana tersebut.

3. Kepegawaian melibatkan seluruh fungsi personalia dalam memilih, melatih, dan


mengembangkan staf serta mempertahankan kondisi kerja yang menguntungkan.

4. Mengarahkan yaitu berkaitan erat dengan memimpin, mengambil keputusan, berkomunikasi,


menerapkan keputusan, dan mengevaluasi bawahan dengan benar.

5. Koordinasi melibatkan semua kegiatan dan upaya yang diperlukan untuk mengikat bersama
organisasi untuk mencapai tujuan bersama.

6. Pelaporan, ialah memverifikasi kemajuan melalui catatan, penelitian, dan inspeksi.

7. Penganggaran menyangkut semua kegiatan yang menyertai penganggaran,termasuk


perencanaan fiskal, akuntansi, dan kontrol.

B. Kepala Sekolah Sebagai Manager

Peran managerial kepala sekolah dapat dijelaskan bahwa secara teknis melibatkan perencanaan
yang baik, pengorganisasian, koordinasi, pengawas sekolahan, dan teknik pengawas sekolahan.
Selain itu, dalam hubungan kemanusiaan yang berurusan dengan hubungan antarmanusia dan
keterampilan orang-orang, baik memotivasi dan semangat membangun keterampilan, serta peran

52
konseptual yang menekankan pengetahuan dan keterampilan teknis yang terkait dengan layanan
atau produk dari organisasi (untuk kepala sekolah, pengetahuan konseptual berkonotasi pada
kepemimpinan atau kurikulum, pengajaran, pengajaran, dan pembelajaran). Keterampilan
managerial diperlukan quial cocara efektif.

C. Tantangan Kepala Sekolah sebagai Manager

Simerson & Venn yang menjelaskan mengenai tiga tantangan yang han dihadapi kepala sekolah
sebagai manager, sebagai berikut.

1. Bagaimana mungkin seseorang yang memilih untuk menjadi kepala sekolah dari mana saja
dalam organisasi memengaruhi orang lain untuk melakukan kegiatan yang lebih efektif dan
efisien daripada yang kepaala sekolah anggap mungkin?

2. Bagaimana suatu organisasi dapat memperoleh kepala sekolah dari l belakang yang berbeda-
beda?

3. Bagaimana kepala sekolah dapat terus berhasil ketika lingkungan de konteks yang mereka
pimpin terus berubah?

D. Indikator Kepala Sekolah sebagai Manager

Pada kasus di lapangan dapat diketahui pola yang menggambarkan kepala sekolahsebagai
manager, antara lain.

1. Mampu mengelola sekolah dengan baik sesuai dengan peraturan yangberlaku.

2. Memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan non manusia yang dimiliki sekolah.

3. Mampu berkoordinasi dan berkomunikasi dengan warga sekolah.

4. Kepala sekolah harus tepat dan cepat dalam menyelesaikan masalah

53
6.2 PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

A. Pembinaan (Coaching)

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatk kompetensi. Pembinaan


didefinisikan oleh Ivancevich (2008: 46) sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai
dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera.
Kesimpulan yang dapat ditarik pendapat di atas mengenai pembinaan adalah adanya upaya
pemberian bantu secara terus menerus untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan layanan.

2. Pengembangan Rencana dan Komponen Pembinaan

Komponen-komponen pembinaan secara umum dijelaskan oleh Mangkunegara (2005:76), yaitu:

a) Tujuan dan sasaran pembinaan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur.

b) Para pembina yang profesional.

c) Materi pembinaan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

d) Peserta pembinaan dan pengembangan harus memenuhi persyaratanyang ditentukan.

3. Model Pembinaan

Manna (2015: 51) mengidentifikasi beberapa hal yang harus dilakukan oleh kepala sekolah, di
antaranya:

1. Menyiapkan Kepala Sekolah Yang Professional

2. Merekrut Calon Kepala Sekolah Yang Dapat Menginspirasi Dan Memberikannya Reward

3. Memberikan Persetujuan Dan Mengawasi Persiapan Pelaksanaan Program

4. Memberikan Lisensi Bagi Kepala Sekolah Baru Dan Yang Sudah Senior

5. Melakukan evaluasi terhadap kepala sekolah

54
B. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Pengembangan profesionalisme kepala sekolah berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai


serangkaian upaya untuk mengembangkan profesionalisme kepala sekolah agar yang
bersangkutan memiliki kompetensi yang memadai untuk menjalankan tugas pokok dan
fungsinya sebagai kepala sekolah.

C. Penyiapan Kepala Sekolah

Davis & Leon (2011) menunjukkan hal-hal yang tidak seharusnya

dilakukan dalam penyiapan kepala sekolah. Tindakan tersebut terbagi menjadi

langkah, yaitu.

1. Berhenti menekankan hanya pada satu subjek kurikulum yang spesifik.

2. Berhenti mempromosikan fakultas sebagai sebuah lembaga yang sangat

ahli dalam model pedagogy.

3. Berhenti menempatkan sebuah materi pengetahuan yang tidak terhubung

secara langsung dengan pengalaman siswa.

4. Berhenti menggunakan pengukuran pembelajaran siswa yang tidak sesuai

denganperforma standar.

5. Berhenti membuat program yang memisahkan peserta dari pemahaman

yang mendalam terhadap suatu hal dalam proses pembelajaran.

6. Berhenti menggabungkan rencana pembelajaran dan aktifitas pembelajaran

yang tidak mendukung perkembangan pengetahuan, ide, dan pertanyaan

yang akan membangun kebutuhan siswa.

55
D. Pembinaan Kepala Sekolah

Marcos & Loose (2014) menunjukkan bahwa dalam pertumbuhan nasional saat ini terdapat trend
di kalangan pendidikan tinggi yang menyelenggarakan berbagai macam program online dengan
berbagai macam tipe pembelajar.

6.3 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

A. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen berbasis sekolah atau MBS adalah desentralisasi wewenang dari pemerintah pusat ke
tingkat sekolah. Manajemen berbasis sekolah dapat dilihat secara konseptual sebagai perubahan
formal dari struktur tata kelola dan bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah
individual sebagai unit utama perbaikan. Manajemen berbasis sekolah bergantung pada
redistribusi otorita pengambilan keputusan sebagai sarana utama, sehingga perbaikan dapat
distimulasi dan dipertahankan.

B. Komponen-Komponen

Manajemen Berbasis Sekolah Blandford (2000: 154) menyatakan bahwa terdapat empat tim
yang terlibat dalam manajemen berbasis sekolah, yaitu.

1. Tim subjek.

2. Tim tahunan.

3. Tim kurikulum, fakultas, dan departemen

4. Tim kunci

C.Kegiatan dalam Manajemen Berbasis Sekolah

Osorio, Fasih, Patrinos, et al. (2009: 15) menyatakan bahwa program manajemen berbasis
sekolah ada dalam berbagai bentuk, baik dalam hal siapa yang memiliki kekuatan untuk
membuat keputusan dan tingkat pengambilan keputusan yang dilimpahkan ke sekolah. Terdapat
beberapa program yang mengalihkan wewenang hanya kepada kepala sekolah atau guru, tetapi

56
ada pula yang mendorong atau mengamanatkan partisipasi orang tua dan masyarakat, bahkan
anggota komite sekolah.

D.Perkembangan Manajemen Berbasis Sekolah

Beberapa model manajemen berbasis sekolah yang dikembangkan diberbagai negara

1. Model MBS yang Dikembangkan di Amerika Serikat (Zajda &

Gamage, 2009:4).

2. Model SBM di Inggris (Zajda & Gamage, 2009: 6).

3. Model SBM di Australia (Zajda & Gamage, 2009: 8).

4. Model MBS di Selandia Baru

E. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah

6.4 PEMBUATAN KEPUTUSAN

A. Konsep Pembuatan Keputusan

Berdasarkan National Research Council (2002: 1), latar belakang adanya pembuatan keputusan
yakni. masyarakat di seluruh negara dihadapkan dengan keputusan yang sulit dan kompleks
tentang bagaimana menanggapi perubahan merencanakan dengan bijaksana, dan meningkatkan
kualitas hidup untuk semua anggota masyarakat.

B. Strategi dalam Pembuatan Keputusan

Strategi dalam pembuatan keputusan antara lain dengan menerapkan konsep


danmenyederhanakan penalaran para ahli dalam upaya mengurangi beban ketika pemrosesan
informasi. Selain itu, juga membutuhkan informasi yang sempurna, sehingga keputusan dapat
dibuat secara rasional dan dengan perhitungan atau menggunakan prinsip aturan dan
kepercayaan.

57
C. Macam dan Gaya Pembuatan Keputusan

Keputusan strategis adalah dasar di mana organisasi mengidentifikasi mengklarifikasi, dan


bertindak sehubungan dengan tujuan jangka menengah dan jangka panjang.

D. Faktor Penghambat dalam Pembuatan Keputusan

National Research Council (2002: 11) menerangkan empat penghambat dalam pembuatan
keputusan, yaitu.

1. Pembuatan keputusan untuk mengatasi masalah yang kompleks

2. factor membutuhkan akses ke berbagai informasi yang lebih luas. Pembuatan keputusan sering
mengalami kekurangan data yang diperlukan dan menghadapi tantangan dalam mengembangkan
metodologi yang baik.

3. Informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang baik tidak tersediadalam bentuk
yang dapat digunakan.

4. Organisasi dan pemangku kepentingan seringkali tidak memiliki data yang konsisten atau
dapat dibandingkan, hal ini membuat analisa tentang pilihan dalam pembuatan keputusan
menjadi lebih sulit.

E. Cara Mengantisipasi Faktor Penghambat

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi factor penghambat dalampembuatan
keputusan, yakni (Harvard Business School, 2001:

1. Mengklasifikasikan masalah, apakah termasuk generik atau luar biasa, bahkanunik.

2. Menemukan masalah, yaitu hal yang sedang hadapi.

3. Menentukan jawaban untuk masalah.

4. Menentukan apa yang benar daripada apa yang dapat diterima, sehingga dapat memenuhi
batas persyaratan.

58
5. Membentuk tindakan untuk melaksanakannya dengan komitmen yang kuat dan mengetahui
pihak yang akan dilibatkan.

6. Menguji validitas dan efektifitas keputusan terhadap jalannya peristiwa yang sebenarnya.
Bagaimana keputusan tersebut akan dilakukan dan apakah asumsi yang akan dimunculkan.

6.5 MEMBANGUN JEJARING DAN KERJA SAMA

A. Pengertian Membangun Jejaring dan Kerja Sama

Membangun kerja sama adalah upaya organisasi untuk merealisasikan tujuan melalui kerja sama
dengan organisasi lain daripada bersaing dengan organisasi tersebut. Hal ini berfokus pada
manfaat yang dapat diperoleh melalui kerja sama dan bagaimana mengelola kerja sama tersebut
untuk mewujudkannya.

B. Pentingnya Membangun Jejaring dan Kerja Sama

Pentingnya membangun jejaring dan kerja sama merupakan bagian yang mendasar dari
kehidupan akademik dan dapat membawa layanan informasi ke arah multimedia. Selain itu,
membangun jejaring dan kerja sama juga penting fungsi koordinasi dan karena dapat memainkan
untuk dilaksanakan pengembangan serta memastikan bahwa jaringan yang ada telah terintegrasi
dengan rencana pengajaran dan tepat waktu

C. Jenis-Jenis Jejaring

Tiga jenis jejaring yang saling berkaitan, sebagai berikut (Boden, Epstein, & Kenway,2005: 8).

1. Jejaring Akademik

2. Jejaring Pemangku Kepentingan

3. Jejaring untuk Diseminasi

D. Langkah-Langkah Membangun Jejaring dan Kerja Sama

Bekerja dengan dan melalui jejaring pada dasarnya memerlukan keterlibatan dengan konteks
yang lebih luas di mana organisasi berada, hal ini dapat menghadirkan masalah etika yang men
59
mendasar. Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk membangun jejaring dan kerja sama

adalah melalui negosiasi. negosiasi adalah kegiatan mencari kepentingan bersama melalui proses
perilaku, bukan melalui sebuah permainan. Selain itu, dalam negosiasi yang baik, semua orang
memenangkan sesuatu atau dapat dikatakan mendapatkan keuntungan lain dari
pendekatan kerja sama ini.

F. Manfaat Membangun Jejaring dan Kerja sama

Berdasarkan pendapat dari Child, Faulkner, & Tallman (2005: 147),

diketahui bahwa manfaat dari kegiatan membangun jejaring dan kerja sama, yaitu.

1. Mengurangi Ketidakpastian

2. Memberikan Fleksibilitas

3. Menyediakan Kapasitas

4. Memberikan Kecepatan

5. Memberikan akses ke sumber daya dan keterampilan yang tidak

dimiliki olehorganisasi secara mandiri.

6.6 TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MANAJEMEN SEKOLAH

A. Konsep Teknologi Informasi

Teknologi informasi atau TI adalah topik modis saat ini sebagai alat yang ampuh, sebab secara
signifikan dapat memperluas pemahaman pengetahuan dan jangkauan interaksi seseorang. Selain
itu, teknologi informasi juga diartikan sebagai alat yang dapat meningkatkan interaksi manusia
dengan mesin, bahkan dapat menyerukan munculnya komunitas baru.

B. Manfaat Teknologi Informasi

Tujuan penggunaan teknologi informasi menurut Lucas untuk memperoleh keuntungan

60
luar biasa dalam menemukan cara untuk menerapkan teknologi informasi guna meningkatkan
pelaksanaan kegiatan, mendapatkan keunggulan kompetitif, menyediakan alat produktivitas
pribadi untuk karyawan, dan bahkan mengubah strukturorganisasi.

C. Teknologi Informasi dalam Manajemen Sekolah

Menurut Maier (2007:7), contoh sistem teknologi informasi dalam manajemen sekolah, di
antaranya.

1. Infrastruktur internet menyediakan fungsi dasar dalam komunikasi, seperti email dan
telekonferensi yang bertujuan untuk bertukar informasi, menyimpan, mencari,serta mengambil
data dan dokumen.

2. Dokumen dan sistem manajemen memiliki konten yang dapat menangani dokumen elektronik
atau masing-masing konten web di seluruh proses manajemensekolah.

3. Sistem manajemen mempunyai alur kerja yang dapat mendukung proses organisasi secara
terstruktur dan menangani pelaksanaan alur kerja.

4. Dukungan teknologi informasi membantu pencarian dan pengambilan profil pengguna serta
pencocokan profil, teks, dan pengembangan web.

5. Teknologi informasi dapat mendukung proses analisa dalam mengubah data organisasi dan
persaingan menjadi pengetahuan yang berorientasi pada tujuan dan memerlukan basis data yang
terintegrasi

6. Alat visualisasi dapat membantu dalam mengatur hubungan antara pengetahuan, orang, dan
proses manajemen sekolah.

7. Groupware dan perangkat lunak berkolaborasi untuk mendukung manajemen waktu, diskusi,
pertemuan, atau lokakarya secara kreatif untuk kelompok kerjadan tim.

8. Sistem e-learning menawarkan konten pembelajaran yang telah ditentukan secara interaktif
untuk karyawan, maka akan mendukung pengajaran dan atau proses pembelajaran.

61
BAB 7 KEPEMIMPINAN GENERASI MILLENIAL

7.1 Generasi Millenial

Generasi adalah sebuah kelompok orang yang melewati waktu dimana mereka datang untuk
berbagi kebiasaan, heksis dan budaya yang sama ( Eyerman and Turner, 1998 dalam Shrivastava,
Ikonen, & Savolainen, 2017). Generasi adalah sekelompok individu yang mengidentifikasi
kelompoknya berdasarkan kesamaan tahun kelahiran, umur, lokasi, dan kejadian-kejadian dalam
kehidupan kelompok individu tersebut yang memiliki pengaruh signifikan dalam fase
pertumbuhan mereka (Kupperschmidt 2000 dalam Jurnal Ilmiah MEA).

Milenium didefinisikan sebagai kelompok rang yang lahir antara 1981 dan 2000 (Long, 2017).
Genera milenial merupakan modal utama dalam fenomena bonus demografi. Potensi generasi
milenial yang dapat dimaksimalkan akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain
itu, peran generasi milenial yang merata tanpa adanya kesenjangan gender juga akan
mengoptimalkan manfaat dan potensi yang ada (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak & Badan Pusat Statistik, 2018 dalam Jurnal MEA).

7.2 Karakteristik Pemimpin Generasi Millenial

a. Mampu Menjadi Teladan yang Baik

Setiap manusia dalam suatu generasi adalah pemimpin yang harus siap untuk memimpin apa dan
siapa yang pimpin. Hanya saja posisi atau status turut menentukan sebesar apa tanggungjawab
kita sebagai pemimpin. Ada satu hal penting yang cukup menarik mengenai konsep
kepemimpinan untuk masyarakat milenial yakni kepemimpinan itu merupakan suatu karakter
dari seorang pemimpin yang mana salah satunya seseorang pemimpin harus menjadi teladan bagi
orang lain atau bagi masyarakat yang dipimpinnya.

b. Mempunyai Rasa Tanggung Jawab

Manusia adalah makhluk sosial yang menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan menjadi
pemimpin bagi orang lain. Menjadi pemimpin berarti menjadi seseorang yang memiliki tanggung

62
jawab lebih dalam hidup. Ada ungkapan dari Warren G. Bennis seorang pelopor studi
kepemimpinan kontemporer mengatakan bahwa mitos kepemimpinan yang paling berbahaya
adalah "bahwa pemimpin dilahirkan, bahwa ada faktor genetik yang untuk kepemimpinan

c. Berani Mengambil Resiko

Dalam sebuah diri seseorang terdapat sebuah mental yang ada pada diri dari individu tersebut,
jika pada individu mempunyai mental yang kuat maka masingmasing, dan taukah anda kalau
mental adalah sebuah kunci keberhasilan presentasi dari tingkat keberhasilannya akan besar, hal
ini dikarenakan bahwa mental sangat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan
sehingga jika seorang individu tersebut mempunyai mental yang cukup besar maka individu
tersebut dapt memutuskan suatu keputusan dengan cepat sehingga dia akan lebih cepat untuk
mengetahui apakah keputusannya tersebut adalah hal yang baik atau buruk.

d. Sense of belonging (merasa ikut memiliki),

Sense of participation (merasa ikut serta) dan Sense of responsibility (merasa ikut bertanggung
jawab) Dalam sebuah perkumpulan tidak akan terlepas dari sosok seorang leaders, mulai dari
perkumpulan sederhana sampai oranganisasi besar peran pemimpin leaders. Pemimpin adalah
sosok yang sangat berperan dalam menahkodai sebuah sangat vital. Maju mundurnya sebah
organisasi sangat tergantung dari seorang organisasi. Tetapi sehebat apapun kepemimpinan
seseorang tanpa didukung dengan managemen tim yang bagus itupun akan percuma, jadi
kesolidan sebuah organisasi juga sangat penting agar oranganisasi itu bisa terus melaju sesuai
dengan cita-citanya, pemimpin mempunyai tanggung jawab memastikan setiap anggotanya

Dengan beberapa poin di atas, tentu secara langsung teran menjadi bagian dari revolusi mental
yang ingin dibangun pemerintah sekarang. Revolusi mental pun sebagai konsep dan ide masih
sangat fleksibel untuk disempurnakan. Ketika revolusi mental ini dibangun pada tataran
pemimpin dan rakyatnya, tentu bangsa akan mengalami kemajuan pesat di tengah perkembangan
zaman yang sangat cepat. Revolusi mental tak hanya diperlukan untuk rakyatnya tapi juga untuk
para pemimpinnya yang sekarang mengemban tugas dan tanggung jawab untuk memajukan

63
7.3 Tantangan Kepemimpinan pada Era Generasi Milenial

Pada era generasi milenial saat ini pergolakan dan tantangan untuk memiliki pemimpin yang
sesuai dengan era saat ini sangatlah besar. Tak terkecuali di Indonesia. Walaupun banyak survei
yang menyebutkan bangsa Indonesia sudah ada pada jalur yang benar namun survei-survei
tersebut belum menyentuh pada lapisan-lapisan pemimpin pada pemerintahan daerah. Di mana
banyak pemimpin- pemimpin yang muncul akibat politik praktis.

dialami oleh bangsa yang terjajah. Berbeda dengan istilah "government" yang berindikasi
"mengelola kesejahteraan umum". Indikasi ini mengingatkan orang yang sedang berkuasa agar
mengayomi rakyat. Dia sekaligus merupakan abdi rakyat dan abdi negara. Pada akhirnya
pemerintahan yang efektif akan terwujud apabila para pemimpin di republik ini memenuhi
kualifikasi-kualifikasi sebagai pemimpin yang kredibel, mempunyai kemampuan, intelektual,
dan visi yang jauh kedepan. Namun pemimpin yang baik juga harus memiliki integritas,
kejujuran,

7.4 Mewujudkan Kepemimpinan Ideal pada Era Gekerasi Millenial

Praktek kepemimpinan berkembang mengikuti perkembangan zaman.Kepemimpinan pada era


milenial memiliki pendekatan yang khas karena digitalisasi yang merambah dunia kerja tidak
lagi memungkinkan pemimpin untuk bertindak secara konvensional.

Di bawah ini terdapat 6 (enam) karakter kepemimpinan yang dibutuhkan pada era generasi
milenial sebagai berikut.

a. Digital Mindset

Ruang pertemuan fisik beralih ke ruang pertemuan digital. Pemimpin pada era milenial harus
bisa memanfaatkan kemajuan teknologi ini untuk menghadirkan proses kerja yang efisien dan
efektif di lingkungankerjanya. Misalnya dengan mengadakan rapat via WA ataupun Anywhere
Pad, mengganti surat undangan tertulis dengan undangan via email ataupun Telegram, dan
membagi product knowledge via WA.

64
b. Observer and Active Listener

Pemimpin pada era milenial harus bisa menjadi observer dan pendengar aktif yang baik bagi
anggota timnya. Apalagi jika mayoritas timnya adalah kaum milenial. Hal ini dikarenakan kaum
milenial tumbuh beriringan dengan hadirnya media sosial yang membuat mereka kecanduan
untuk diperhatikan. Mereka akan sangat menghargai dan termotivasi jika diberikan kesempatan
untuk berbicara, berekspresi, dan diakomodasi ide-idenya. Mereka haus akan ilmu pengetahuan,
pengembangan diri dan menyukai untuk berbagi pengalaman.

c. Agile

Pemimpin yang agile dapat digambarkan sebagai pemimpin yang cerdas melihat peluang, cepat
dalam beradaptasi, dan lincah dalam memfasilitasi perubahan. Seperti yang disampaikan oleh
motivator Jamil Azzaini, pemimpin yang agile adalah pemimpin yang open minded dan memiliki
ambiguity acceptance, yakni bersedia menerima ketidakjelasan. Pemimpin yang agile mampu
mengajak organisasinya untuk dengan cepat mengakomodasi perubahan.

d. Inclusive

Di dalam bahasa Inggris, inclusivediartikan "termasuk di dalamnya". Secara istilah, inclusive


diartikan sebagai memasuki cara berpikir orang lain dalam melihat suatu masalah. Pemimpin
yang inclusive dibutuhkan pada era milenial dikarenakan perbedaan cara pandang antar individu
yang semakin kompleks.

e. Brave to be Different

mengambil sebuah langkah atau keputusan penting dalam pencapaian cita-citanya Pada zaman
sekarang, masih banyak orang yang tidak berani untuk karena hal tersebut bertentangan dengan
kebiasaan orangorang di sekitarnya. Hal semacam ini jika dibiarkan, akan menjadi hambatan
seseorang

f. Unbeatable (Pantang Menyerah)

Mindset pantang menyerah tentu harus dimiliki oleh semua pemimpin. Apalagi memimpin anak-

65
anak pada era milenial yang lekat dengan sikap malas, manja, dan merasa paling benar sendiri.
Pemimpin milenial wajib memiliki sikap positive thinking dan semangat tinggi dalam mengejar
goals-nya. Hambatan yangmuncul seperti kurangnya respect dari pegawai senior maupun junior
harus bisa diatasi dengan sikap ulet dan menunjukkan kualitas diri.

7.5 Peluang dan Tantangan Kepemimpinan Generasi Millenial

Hasil studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama University of
Berkeley pada tahun 2011 tentang generasi millennial sebagai berikut:

1. Minat baca Generasi millenial cenderung lebih menyukai membaca melalui Handphone
mereka daripada membaca secara konvensional.

2. Millennial dipastikan memiliki akun media sosial yang merupakan alat bagi mereka untuk
berinteraksi dan menemukan berbagai informasi.

3. Millennial dapat dipastikan memilih handphone ketimbang dengan televisi. Melihat tayangan
televisi sekarangbukan lagi menjadi bahan hiburan bagi mereka,

4. Millennial menjadikan keluarga sebagai pusat pertimbangan dan pengambilan keputusan


mereka (KEMENPPA, 2015).

7.6 Kepemimpinan Generasi Millenial pada Dunia Pekerjaan

Tenaga kerja saat ini dalam organisasi terdiri setidaknya tiga generasi, dilabeli sebagai
BabyBoomers (Boomers), Generasi X (Gen X), dan Generasi Y (Gen Y / milenium), dan
dianggap sebagai sumber daya penting untuk organisasi, mewakili luas kumpulan bakat dan
keterampilan (Glass, 2007 dalam Shrivastava etal., 2017). Setiap generasi memiliki miliknya
sendiri nilai-nilai kerja, kemampuan dan karakteristik (Burke, 2004 dalam Shrivastava et al.,
2017). Generasi ini mengembangkan kepercayaan dalam hubungannya antara pemimpin dan
pengikut serta memelihara hubungan di bawah kepemimpinan berdasarkan gaya yang disukai
(Weston, 2001; McNeese-Smith and Crook, 2003 dalam Shrivastava et al., 2017).

Menurut Suyanto, Mu'ah, Purwanti dan Sayyid(2019), kepemimpinan transformasional adalah

66
suatu gaya kepemimpinan yang efektif dalam memberikan motivasi kepada para bawahan agar
dapat berperilaku sesuai tujuan yang diinginkan, terutama dikalangan milenial. Gaya
kepemimpinan ini mencerminkan karakteristik kalangan milenial yang berorientasi pada
peningkatan produktivitas yang mengandalkan kreativitas dan inovasi. Kepemimpinan
transformasional mengutamakan prinsip-prinsip yang inspiratif dan dapat memberikan dukungan
perkembangan SDM disuatu organisasi. Dengan menerapkan kepemimpinan transformasional,
makaakan mendukung adaptasi terhadap perubahan dan perkembangan teknologi informasi
komunikasi di era revolusi industri 4.0 dan dapat milenial dalam memajukan suatu
organisasi/perusahaan. Kepemimpinan transformasional ini juga sangat cocok jikaditerapan
dalam organisasi beriklim dinamis, yang memerlukan kreativitas dan inovasi yang tinggi.

7.7 Gaya Kepemimpinan

Millenial Gaya kepemimpinan adalah pola-pola perilaku konsisten yang mereka terapkan dalam
bekerja dengan dan melalui orang lain (Toman, 2015). Para pemimpin, terutama mereka yang
menggunakan pendekatan tradisional, teru berjuang dengan memahami dan memotivasi
milenium (Long, 2017). Tidak mudah memahami sebuah generasi karena banyak faktor yang
mempengaruhi karakter

sebuah generasi. Disisi yang lain, setiap generasi boleh jadi akan berbeda memandang sebuah
kepemimpinan. Karena sekali lagi ada banyak faktor yang mempengaruhi cara pandang sebuah
generasi terhadap kepemimpinan.

BAB 8 KEPEMIMPINAN GENERASI 5.0

8.1 Kepempinan di Era 4.0

Saat ini kita sudah mulai memasuki revolusi industri yang ke 4 sangatlah berbeda dari yang
sebelumnya, saat ini kita akan bisa mendesaian dunia dan mengubah realitas di sekitar kita
dengan perubahan secara atom dan molekul, perubahan secara nano teknologi, ditambah dengan
segala sesuatunya di dunia yang terkoneksi dengan internet. Di revolusi industri 4.0 ini segala
sesuatu menjadi transparan dan perbedaan akan satu produk dengan produk yang lain akan
terlihat jelas dan hanya yang terbaiklah yang akan bertahan. Revolusi industry 4.0 yang tengah

67
berlangsung saat ini akan membawa banyak perubahan pada sector bisnis, termasuk internal
perusahaan. Pasalnya, semua akan serba berbasis IT sehingga akan berdampak juga. pada
perubahan gaya kepemimpinan yang cocok untuk sebuah tim dan perusahaan. Persaingan dunia
yang semakin ketat disertai perkembangan dunia dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
yang semakin maju, mau tidak maumenuntut kita untuk beradaptasi sesuai dengan tuntutannya.
Kita dipaksa oleh zaman untuk hidup menurut pola yang tercipta. Untuk itu dibutuhkan
pemimpin yang mampu membuat kebijakan- kebijakan penting untuk bersaing dengan
perkembangan zaman. Pemimpin juga harus berani, mau menerima, mendorong, dan memotivasi
tim untuk memberikan feedback terhadap kepemimpinannya demi kemajuan bersama.

8.2 Dampak Revolusi Industry 4.0

1. Dampak Positif Revolusi Industry 4.0

Dampak positif revolusi industry 4.0 menurut Kusnadi antara lain:

Kenaikan tingkat pendapatan global

b. Peningkatan kualitas hidup dengan teknologi tingkat yang lebih tinggi

c. Pengurangan biaya transportasi dan komunikasi

d. Penciptaan produk dan pasar baru

Terwujudnya tempat kerja yang aman bagi pekerja karena pekerjaan yang

beresiko tinggi atau berbahaya diambil alih oleh robot

f. Peningkatan layanan kesehatan yang mengarah semakin panjangnya

kesempatan hidup manusia.

2. Dampak Negatif Revolusi Industry 4.0

Dampak negative di era revolusi industry 4.0 menurut Imadudin diantaranta adalah:

68
1. Permasalahan pengangguran; Work Employment and Social Outlook Trend

2017 memprediksi jumlah orang yang menganggur secara global pada 2018

diperkirakan mencapai angka 204 juta jiwa dengan kenaikan bertambah 2,7

juta

Perlunya persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif seperti penyesuaian

kurikulum pembelajaran, meningkatkan kemampuan siswa dalam hal data

Information Techonology, Operational Technology, Internet of Things, dan Big

Data Analitic, mengintegrasikan obyek fisik, digital dan manusia untuk

menghasilkan lulusan yang kompetitif dan terampil.

8.3 Konsep Era Society 5.0

Arus perkembangan dunia senantiasa berkembang dan berubah dari masa ke masa dengan
kekhasannya masing-masing. Arus perkembangan yang terjadi menyentuh keseluruhan dinamika
kehidupan manusia. Berdasar pada realita tersebut maka menjadi sebuah tuntutan bagi setiap
manusia untuk ikut berdinamika di dalamnya. Manusia ikut mentransformasikan pola hidup atau
budaya kehidupan selama ini sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Manusia tidak dapat
menolak realita perkembangan tersebut. Karena perkembangan tersebut serentak menekan
manusia untuk ikut ambil bagian dalam proses tersebut. Hal ini agar manusia tidak ketinggalan
dalam perkembangan kehidupan manusia Pada era perkembangan sebelumnya disebut dengan
revolusi industri 4.0. Frasa "revolusi indistri 4.0" ini pertama kali diperkenalkan oleh Klaus
Schwab selaku Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF). Dalam perkenalannya ia
menjelaskan bahwa perkembangan yang terjadi akan mengubah semua pola hidup

8.4 Tantangan dan Dampak Revolusi Industri, Era Society 5.0

Perkembangan yang terjadi merupakan sebuah realita. Keadaaan ini hadir dalam kehidupan

69
manusia. Berhadapan dengan hal tersebut, maka manusia harus siap untuk menerima dan
manusia tidak dapat menolaknya. Hal ini harus diterima oleh masyarakat pada umumnya.
Kehadiran perkembanagn yang terjadi pada dasarnya untuk ikut membangun kehidupan manusia
menjadi lebih baik dan lebih sejahtera. Tetapi di balik dari perkembangan tersebut juga
fenomena yang tak dapat dihindarkan. Perkembangan yang terjadi beriringan dengan realita
penderitaan yang tak dapat dihindarkan. Masih terdapat sebagian orang yang merasakan efek
negatif dari kemajuan tersebut. Masih terdapat sebagian orang yang belum siap menerima
perkembangan tersebut sehingga mengakibatkan penderitaan.

8.5 Kepemimpinan di Era Society 5.0

Hal utama yang harus dipahami terlebih dahulu adalah arti dari kepemimpinan. Paham dari
kepemimpinan sendiri sudah dijelaskan secara jelas pada bab-bab sebelumnya. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia sendiri mengatakan bahwa seorang pemimpin berarti menjadi seorang
penuntun, menjadi pedoman, mengetuai atau mengepalai, atau orang yang mengendalikan atau
mengorganisir sebuah kegiatan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pemimpin adalah
seseorang yang dipercaya untuk menjadi panutan dan mampu mengatur jalannya sebuah
organisasi atau mengatur sebuah acara.

era 5.0 ini terdapat berbagai hal yang sangat dibutuhkan sebagai seorang pemimpin. Secara
singkat seorang pemimpin harus mampu membaca situasi atau konteks perkembangan dunia saat
ini. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin. Para Pakar teknologi
dan industri menjelaskan bahwa revolusi industry 4.0 tak terlepas dari penggunaan teknologi
robotic, mahadata, kecerdasan artificial, dan lain-lain. Namun, jika dilihat dari society 5.0 hal
tersebut harus dibarengi dengan tindakan manusia di dalamnya. Karena dengan kemampuan pada
revolusi industry 4.0 perlahan telah meninggalkan dan mengancam eksistensi manusia sebagai
makhluk pekerja dan kakhluk sosial. Dari hal itu, maka diperlukan seorang pemimpin yang
mampu memberikan kontribusi terbaik dalam memimpin dan mengorganisasikan individu,
kelompok atau masyarakat untuk ikut terlibat dalam proses perkembanagn tersebut.

70
8.6 Kepemimpinan Strategis dalam Menghadapi Era Society 5.0

Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan yang terjadi pada era revolusi industri 4.0 telah
menggantikan peran dan fungsi manusia dalam seluruh lini atau sector kehidupan manusia. Hal
tersebut serentak menjadi sebuah keunggulan dan kelemahan karenaperlahan mengancam
eksistensi kehidupan manusia. International Labour Organizational (ILO) menjelaskan bahwa
tidak menjadi sebuah kemustahilan jikasuatu saat nanti posisi robot akan menggantikan 56%
tenaga kerja manusia di berbagai sektor. Oleh sebab itu, dengan hadirnya society 5.0 diharapkan
mampu mengembalikan representasi dan peradaban manusia yang luhur mengiringi revolusi
industri 4.0.

b. Kepemimpinan PROFETIK adalah kepemimpinan yang mampu menyuarakan keadaan yang


dialami oleh mereka yang merasa tertindas.

Sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah:

8.7

a. Mempersiapkan Diri

Yang dimaksud dengan mempersiapkan diri yaitu sikap yang harus miliki oleh seorang
pemimpin untuk menghadapi realita yang ada. Seorang pemimpin harus siap dalam menghadapi
pembaharuan dinamika kehidupan tersebut karena dengan adanya pembaharuan tersebut, dari era
revolusi industri 4.0 menjadi 5.0 tidak sekali jadi.

b. Bersikap Proaktif.

Seorang pemimpin harus bersikap pro-aktif dalam menyikapi realita perubahan. Seorang
pemimpin tidak hanya bersikap diam. Pemimpin harus mengambil langkah yang tepat untuk
memberikan jalan terbaik bagi masyarakat yang dilayaninya. Dalam keadaan ini, seorang
pemimpin harus mempunyai beberapa sikap sebagai keutamaan dalam berhadapan dengan realita
yang tak dapat ditolak tersebut.

71
c. Fokus

Seorang pemimpin harus mampu mengarahkan anggotanya untuk melakukan yang terbaik dan
mencapai tujuan. Dalam usaha tersebut, seorang pemimpin harus memiliki fokus agar dapat
mengendalikan dan

8.8

d. Komunikasi yang baik dan pemikiran terbuka

Komunikasi menjadi sarana terpenting dan sarana yang baik dalam mebangun hubungan dengan
sesama. Sebagai pemimpin komunikasi yang baik bisa menjadi dasar untuk mencapai tujuan.
Pemimpin memerlukan skill khusus dalam berkomunikasi.

e. Sabar

Sikap sabar yang dimaksud di sini merupakan sabar secara umum, secara menyeluruh. Tetapi
tidak semua pemimpin bisa bersikap atau menyikapi hal tersebut dengan baik.. Kondisi naik
turun dalam dinamika kehidupan merupakan hal yang wajar dan biasa. Kesabaran diperlukan
untuk menjaga pemikiran tetap tenang dan dingin, untuk menjaga kejernihan keputusan yang
diambil.

menyatukan ide-ide yang terlahir dari pegawainya. Kondisi tersebut akan

segera ditemui dan dirasakan oleh para pemimpin dalam Era Society 5.0.

Dengan demikian, seorang pemimpin di era society

5.0 harus memiliki keterampilan dan kapabilitas yang harus dimiliki oleh

seorang pemimpin.

Para pemimpin dalam era 5.0 harus melakukan langkah-langkah sebagai

berikut :

72
a. Memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan yang terjadi, memiliki
wawasan yang luas dan persepsi terhadap

perubahan teknologi yang pesat.

tim kerja yang

b.

Memiliki kemampuan menangani sebuah

multikultural dengan berbagai latar belakang yang berbeda.

c. Memiliki kemampuan untuk melibatkan para pegawai dalam

menciptakan ide-ide dalam mengerjakan sebuah proyek.

8.9 Karakteristik Pemimpin Negara di Era Society 5.0

Menurut Fadia Pramesti dalam menghadapi revolusi industri di era society 5.0 sangat diperlukan
pemimpinan negara yang efektif, visioner, dan berkompeten. Seorang pemimpin harus
mempunyai karakteristik tersebut agar mampu mengayomi dan mengantar masyarakat yang
dipimpin menuju kesejahteraan bersama.

1. Kepemimpinan yang visioner. Berdasarkan pada kata visioner berarti merujuk pada impian,
cita-cita atau tujuan.

2. Kepemimpinan yang Mampu Membawa Perubahan Sosial. Seorang pemimpin harus


memahami konteks kehidupan yang dihadapi oleh masyarakat yang ia pimpin.

73
BUKU PEMBANDING 2

BAGIAN 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebuah ungkapan “tidak akan pernah ada suatu negaraatau organisasi yang tidak
mempunyai pemimpin, kalaupunada, pasti tidak akan bisa bertahan lama.” Dalam hal ini,
pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa tujuan manajemen akan tercapai
jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai
kemampuan mempengaruhi pendirian atau pendapat orang.

B. Rumusan Masalah
Untuk menghasilkan kajian yang fokus, maka penulis merumuskan pernyataan masalah,
yaitu: 1) Apa hakikat pemimpin dan kepemimpinan? 2) Bagaimana tipe dan model
pemimpin sebagai 79actor79tive dalam memimpin? 3) Apa 79actor-faktor yang
memengaruhi kepemimpinan? 4) Apa hubungan kepemimpinan dan budaya organisasi?
5) Bagaimana Islam? memandang kepemimpinan? 6) Bagaimana menjadi pemimpin
yang memiliki kepemimpinan efektif?

C. Manfaat atau Kontribusi


Kajian ini berkontribusi terhadap penguatan konsep pemimpin dan kepemimpinan,
khususnya bagi masyarakat yang mengabdi di bidang pendidikan. Para guru, dosen,
widyaiswara dan instruktur pendidikan lainnya, dapat menggunakannya sebagai referensi
baik pada tataran teoretis maupun praksis.

D. Metode dan Analisis Penelitian


Buku ini merupakan hasil dari kajian kualitatif dengan pendekatan kepustakaan.
Dokumen menjadi satusatunya sumber data dalam kajian ini. Dokumen yang menjadi

74
sumber kajian adalah buku-buku ilmiah yang dikumpulkan dari perpustakaan pribadi
penulis, perpustakaan kampus tempat penulis mengajar, dan perpustakan daerah. Selain
itu, ada juag-buku dalam bentuk digital, yang peroleh melalui pencarian di internet.

BAGIAN 2 HAKEKAT PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

A. Hakikat Pemimpin
1. Pengertian Pemimpin Banyak pakar memberikan definisi pemimpin dengan redaksi
yang berbeda beda. Namun pada intinya bahwa pemimpin adalah seseorang yang
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk
mencapai tujuan. Sukses tidaknya sebuah organisasi. sangat tergantung dari kemampuan
pemimpin dalam menggerakkan seluruh anggota organisasi untuk mencapai tujuan.
Courtois dalam Sutarto (2001) mengatakan “kelompok tanpa pemimpin seperti tubuh
tanpa kepala, mudah menjadi sesat, panik, kacau, anarki, dan lain-lain. Sebagian besar
umat manusia memerlukan pemimpin yang bisa menjadi tauladan.
2. Kriteria Seorang Pemimpin
Pemimpin yang benar-benar dapat dikatakan sebagai pemimpin setidaknya memiliki
beberapa kriteria, yaitu, memiliki pengikut, memiliki kekuasaan, dan memiliki
kemampuan.
a. Memiliki Pengikut Adanya pengikut merupakan keharusan bagi sosokpemimpin.
Seseorang tidak akan dikatakan sebagai seorang pemimpin, jika ia tidak memiliki
pengikut (karyawan/pegawai/staf/anggota/anak buah/bawahan).
b. Memiliki Kekuasaan Yang dimaksud dengan kekuasan di sini merupakan kekuatan,
otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna
mempengaruhi dan menggerakan bawahan untuk berbuat sesuatu.
c. Memiliki Kemampuan Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan
kecakapan atau keterampilan teknis dan sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan
anggota biasa.

75
B. Hakikat Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan faktor terpenting dalam suatu. Sebenarnya apakah yang
dimaksud dengan kepemimpinan itu? Banyak para penulis yang telah memberikan
definisi tentang kepemimpinan. Menurut Stogdill (1974) terdapat hampir sama
banyaknya definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah orang yang telah mencoba
mendefinisikannya. Stogdill menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai konsep
manajemen dapat dirumuskan dalam berbagai macam definisi tergantung dari mana titik
tolak pemikirannya.
Dalam sejarah kehidupan manusia, sangat banyak pengalaman kepemimpinan yang dapat
dipelajari. Misalnya hadis Nabi, “setiap kamu adalah pemimpin” dan memberikan
pemahaman bahwa dalam pengalaman sehari-hari, manusia telah melakukan unsurunsur
kepemimpinan seperti “mempengaruhi, mengajak, memotivasi dan mengkoordinasi”
sesama mereka.
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari
keputusan seseorang untuk mau mejadi seorang pemimpin, baik bagi dirinya sendiri,
keluarga, lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi
negerinya. Kepemimpinan adalah sebuah keputusan yang merupakan hasil proses
perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.

2. Fungsi Kepemimpinan
Sesungguhnya semua orang mempunyai potensi menjadi pemimpin, yang berbeda hanya
derajat bakatnya saja, namun demikian potensi itu harus dikembangkan. Oleh karenanya,
lembaga-lembaga yang mendidik seorang menjadi pemimpin yang baik dan efektif sangat
dibutuhkan keberadaannya. Kepemimpinan yang efektif harus dipelajari dan diraih.
Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut
harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung
dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masingmasing yang
mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar organisasi.

76
3. Keterampilan yang Harus Dimiliki oleh Pemimpin
Pada bagian ini akan dibahas secara lebih khusus tentang keterampilan-keterampilan
yang sebaiknya dimiliki oleh pemimpin.
Robert Katz dalam (Veitzhal Riva 2004) mengidentifikasi tiga keterampilan pemimpin
yang mutlak diperlukan, yaitu teknis, manusiawi, dan konseptual.
a. Keterampilan teknis, meliputi keterampilan mengaplikasikan pengetahuan khusus atau
keahlian spesialisasi.
b. Keterampilan manusiawi, dapat dipahami sebagai keterampilan bekerjasama,
memahami dan memotivasi orang lain, baik perorangan maupun kelompok banyak orang
secara teknis cakap, tetapi secara antarpribadi tidak kompeten.
c. Keterampilan konseptual, artinya para pemimpin harus mempunyai keterampilan
mental untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi yang rumit. Misalnya pengambilan
keputusan menuntut para pemimpin untuk menentukan letak masalah, mengidentifikasi
alternatif yang dapat mengoreksi masalah itu, mengoreksi, dan memilih alternatif yang
terbaik.

BAGIAN 3 TEORI-TEORI DALAM KEPEMIMPINAN

A. Teori Umum Kepemimpinan Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana


seseorang menjadi pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Teori-
teori dalam kepemimpinan pada umumnyamenunjukkan perbedaan karena setiap
teoritikus mempunyai segi penekanannya sendiri yang dipandang dari satu aspek
tertentu. m Ada beberapa teori kepemimpinan, di antaranya se bagai berikut:
1. Teori Sifat Dalam teori sifat, penekanan lebih pada sifat-sifat umum yang dimiliki
pemimpin, yaitu sifat-sifat yang dibawa sejak lahir. Menurut teori sifat, hanya
individu yang memiliki sifat-sifat tertentulah yang bisa menjadi pemimpin. Teori
ini menegaskan ide bahwa beberapa individu dilahirkan memiliki sifat-sifat
tertentu yang secara alamiah menjadikan mereka seorang pemimpin.

77
2. Teori Perilaku Teori Perilaku, lebih dikenal dengan Behaviorist Theories. Teori
ini lebih terfokus kepada tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin daripada
memperhatikan atribut yang melekat pada diri seorang pemimpin. Dasar
pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seseorang ketika
melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arahpencapaian tujuan
3. Teori Situasional Teori situasional mengatakan bahwa pembawaan yang harus
dimiliki seorang pemimpin adalah berbedabeda, tergantung dari situasi yang
sedang dihadapi. Teori Situasional dari Hersey dan Blanchard terfokus pada
karakteristik kematangan bawahan sebagai kunci pokok situasi yang menentukan
keefektifan perilaku seorang pemimpin. Menurut mereka, bawahan memiliki
tingkat kesiapan dan kematangan yang berbeda-beda sehingga pemimpin harus
mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya, agar sesuai dengan situasi
kesiapan dan kematangan bawahan.
4. Teori Jalan - Tujuan Menurut teori ini, nilai strategis dan keefektifan seorang
pemimpin didasarkan pada kemampuannya dalam menimbulkan kepuasan dan
motivasi anggotanya denganpenerapan hadiah. Tugas pemimpin menurut teori ini
adalah bagaimana bawahan bisa mendapatkan hadiah atas kinerjanya, dan
bagaimana seorang pemimpin menjelaskan dan mempermudah jalan menuju
hadiah tersebut.
5. Teori Kelebihan Teori kelebihan, beranggapan bahwa seseorang akan menjadi
pemimpin apabila ia memiliki kelebihan dari para pengikutnya. Pada dasarnya
kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin mencakup tiga hal, yaitu:
Pertama; kelebihan rasio, ialah kelebihan menggunakan pikiran, kelebihan dalam
pengetahuan tentang hakikat tujuan dari organisasi, dan kelebihan dalam memiliki
pengetahuan tentang cara-cara menggerakkan organisasi, dan pengambilan
keputusan yang cepat dan tepat. Kedua; Kelebihan Rohaniah, artinya seorang
pemimpin harus mampu menunjukkan keluhuran budi pekertinya kepada
bawahannya. Seorang pemimpin harus mempunyai moral yang tinggi karena pada
dasarnya pemimpin merupakan panutan para pengikutnya.

78
6. Teori Kharismatik, menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena
mempunyai kharisma (pengaruh) yang sangat besar. Kharisma diperoleh dari
kekuatan yang luar biasa. Dalam hal ini ada suatu kepercayaan bahwa orang
tersebut merupakan pancaran Zat Tunggal, sehingga dianggap mempunyai
kekuatan gaib. Pemimpin yang bertipe kharismatik biasanya memiliki daya tarik,
kewibawaan dan pengaruh yang sangat besar

B. Teori tentang Sebab-sebab Munculnya Pemimpin Sebelum menjelaskan teori tentang


sebab-sebab munculnya pemimpin, penulis terlebih dahulu akan menjelaskan
beberapa mitos yang berkembang di masyarakat. Mitos pemimpin adalah
pandanganpandangan atau keyakinan-keyakinan masyarakat yang dilekatkan kepada
gambaran seorang pemimpin.
Ada 3 (tiga) mitos yang berkembang di masyarakat, yaitu:
1. Mitos yang berpandangan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dihasilkan. Mitos
ini, memandang bahwa yang pantas menjadi pemimpin adalah orang yang memang
takdirnya dilahirkan sebagai pemimpin, sehingga yang bukan dilahirkan sebagai
pemimpin tidak memiliki kesempatan menjadi pemimpin.
2. Mitos yang berpandangan bahwa sekali orang itu menjadi pemimpin selamanya
dia akan menjadi pemimpin yang berhasil. Namun pada kenyataannya, keberhasilan
seorang pemimpin pada satu situasi dan kondisi tertentu belum tentu sama dengan
situasi dan kondisi lainnya.
3. Mitos yang berpandangan bahwa seorang pemimpin harus bisa bersikap tegas dan
galak, karena pekerja itu pada dasarnya akan bekerja jika didorong dengan cara yang
keras.

79
BAGIAN 4 TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN

A. Tipe Otokratik
Tipe kepemimpinan ini menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak
pribadinya (pemimpin), sehingga ia tidakperlu berkonsultasi dengan orang lain
dan tidak boleh ada orang lain yang turut campur. Seorang pemimpin yang
tergolong otokratik memiliki serangkaian karakteristik yangbiasanya dipandang
sebagai karakteristik yang negatif. Seorangpemimpin otokratik adalah seorang
yang egois. Seorang pemimpin otokratik akan menunjukkan sikap yang
menonjolkan keakuannya, dan selalu mengabaikan peranan bawahan dalam
proses pengambilan keputusan, tidak mau menerima saran dan pandangan
bawahannya.

B. Tipe Kendali Bebas/Masa Bodo (Laisez Faire)


Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otokratik.
Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku
yang pasif dan seringkali menghindari diri dari tanggung jawab. Persepsi seorang
pemimpin yang kendali bebas melihat peranannya sebagai polisi lalu lintas,
dengan anggapan bahwa anggota organisasi sudah mengetahui dan cukup dewasa
untuk taat pada peraturan yang berlaku.

C. Tipe Paternalistik
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam
kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan kepadanya.
Harapan bawahan berwujud keinginan agar pemimpin mampu berperan sebagai
bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan
untuk memperoleh petunjuk, memberikan perhatian terhadap kepentingan dan
kesejahteraan bawahannya.

80
D. Tipe Kharismatik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa “kharismatik berarti
bersifat kharisma”. Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik
khusus yaitu daya tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh
pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan
secara konkrit mengapa orang tertentu itu dikagumi. Hingga sekarang, para ahli
belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki
kharisma. Yang diketahui ialah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya
penarik yang amat besar.

E. Tipe Militeristik Pemimpin


tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Pemimpin
yang bertipe militeristik ialah pemimpin dalam menggerakkan bawahannya lebih
sering mempergunakan sistem perintah, senang bergantung kepada pangkat dan
jabatannya, dan senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan. Menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya, dan sukar menerima kritikan dari
bawahannya.

F. Tipe Pseudo-demokratik
Tipe ini disebut juga kepemimpinan manipulatif atau semi demokratik. Tipe
kepemimpinan ini ditandai oleh adanya sikap seorang pemimpin yang berusaha
mengemukakan keinginan-keinginannya dan setelah itu membuat sebuah panitia,
dengan berpura-pura untuk berunding tetapi yang sebenarnya tiada lain untuk
mengesahkan saran-sarannya.

G. Tipe Demokratik
Yang dimaksud dengan tipe demokratik adalah tipe memimpin yang demokratis, dan
bukan karena dipilihnya si pemimpin secara demokratis. Tipe kepemimpinan di mana
pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai saransaran, pendapat.

81
Berbagai tipe kepemimpinan yang sudah dijelaskan tersebut dalam prakteknya saling isi mengisi
atau saling menunjang secara bervariasi, yang disesuaikan dengan situasinya. Penerapan
kepemimpinan sangat ditentukan oleh situasi kerja atau keadaan anggota atau bawahan dan
sumber daya pendukung organisasi. Karena itu jenis organisasi dan situasi kerja menjadi dasar
pembentukan pola kepemimpinan seseorang. Dengan kata lain, untuk mencapai keefektifan
organisasi, penerapan beberapa tipe kepemimpinan di atas perlu disesuaikan dengan tuntutan
keadaan.

Inilah yang dimaksud dengan kepemimpinan situasional. Untuk dapat mengembangkan tipe
kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni: (1)
Kemampuan analitis, yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi
bawahan dalam melaksanakan tugas; (2) Kemampuan untuk fleksibel, yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi; (3)
Kemampuan berkomunikasi, yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang
perubahan gaya kepemimpinan yang diterapkan.

BAGIAN 5 MODEL-MODEL KEPEMIMPINAN

A. Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)


Model watak kepemimpinan merupakan satu di antara beberapa model
kepemimpinan yang kita kenal. Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada
tahap awal mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para
pemimpin, seperti: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan
berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain
(Bass 1960). Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor
pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas,
prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi.

B. Model Transaksional
Inti kepemimpinan transaksional adalah menekankan transaksi di antara
pemimpin dan bawahan. Dalam hai ini kepemimpinan transaksional
memungkinkan pemimpin
82
memotivasi dan mempengaruhi bawahan dengan cara mempertukarkan reward
dengan kinerja tertentu. Artinya, dalamsebuah transaksi, bawahan dijanjikan
untuk diberi reward bila ia mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat bersama.

C. Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership)


Studi-studi tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi
karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat
seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif
dan efisien membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan
lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin. Model ini menyatakan
bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin
dibandingkan dengan watak pribadinya.

D. Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders)


Model kepemimpinan selanjutnya adalah model pemimpin yang efektif. Model
kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku
pemimpin yang efektif. Tingkah laku pemimpin dapat 39 dikatagorikan menjadi
dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan dan konsiderasi. Dimensi struktur
kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin
mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi, serta sampai sejauh mana para pemimpin meng organisasikan
kegiatan-kegiatan kelompok mereka.

E. Model Kepemimpinan Visioner


Visi selalu berhubungan dengan masa depan, dan merupakan awal masa depan
yang dicita-citakan. Visi merupakan sebuah gagasan atau gambaran tentang masa
depan yang lebih baik bagi organisasi.

83
F. Contingency Model
Model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas pada
aspek-aspek yang berkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak
atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin. Model kepemimpinan Fiedler
(1967) disebut sebagai model kontingensi, karena model tersebut beranggapan
bahwa kontribusi pemimpin terhadap keefektifan kinerja kelompok tergantung
padacara atau gaya kepemimpinan dan kesesuaian situasi yang dihadapinya.
G. Kepemimpinan Transformational
Burns (1978) berpandangan bahwa kepemimpinan transformasional sebagai
sebuah proses di mana “para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke
tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi”. Karakteristik utama
kepemimpinan transformasional ini di antaranya memiliki kemampuan untuk
bertindak sebagai agen perubahan(agent of change) bagi organisasi, sehingga
dapat menciptakan strategi-strategi baru dalam mengembangkan praktik-praktik
organisasi yang lebih relevan.
H. Model Kepemimpinan Spiritual
Kepemimpinan spiritual menurut Tobroni (2010) adalah kepemimpinan yang
berbasis pada etika religius 45 atau kepemimpinan atas nama Tuhan. Atau
kepemimpinan yang terilhami oleh perilaku etis Tuhan dalam memimpin
makhluk-makhluk-Nya.

BAGIAN 6 KEKUASAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


DALAM KEPEMIMPINAN

A. Kekuasaan dalam Kepemimpinan


Kemampuan atau potensi untuk mempengaruhi keputusan dan kontrol sumber daya
adalah tanda dari kekuasaan. Kekuasan diperlukan untuk mempengaruhi orang lain. Studi
tentang kekuasaan dan pengaruhnya sangat penting untuk memahami bagaimana
organisasi dijalankan. Setiap interaksi dan setiap hubungan sosial dalam sebuah
organisasi melibatkan pelaksanaan kekuasaan.

84
BAGIAN 7 KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI

Setiap organisasi mempunyai budaya masingmasing. Tiap budaya dapat menjadi kekuatan
positif dan negatif dalam mencapai kinerja organisasi. Banyak pakar berpendapat bahwa salah
satu faktor penentu keberhasilan organisasi adalah terbentuknya budaya organisasi yang sehat.
Pada umumnya, strategi untuk membangun budaya organisasi sangat situasional dan tergantung
pada keinginan dan komitmen pemimpin atau pengelola organisasi.

A. Budaya Organisasi
Beberapa pakar manajemen memahami budaya organisasi (corporate culture) dengan
perspektif yang berbeda-beda. Greenberg & Baron (1995) menekankan budaya organisasi
sebagai suatu kerangka kognitif yang berisi sikap, nilai, norma, perilaku, dan harapan
yang dimiliki anggota organisasi. Davis (1984) menyatakan bahwa budaya organisasi
merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai (values) organisasi yang difahami, dijiwai dan
dipraktikkan oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan
menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi. Menurut Sharplin (1995), budaya
organisasi merupakan suatu sistem nilai, kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu
organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur formalnya untuk menghasilkan
norma-norma perilaku organisasi.
B. Fungsi Budaya Organisasi
Robbins (dalam Achmad Sanusi & M. Sobry Sutikno, 2009) menjelaskan bahwa budaya
organisasi melakukan sejumlah fungsi di dalam sebuah organisasi, yaitu: 1. Budaya
mempunyai suatu peran menetapkan tapal 57 batas. 2. Budaya membawa suatu rasa
identitas bagi anggotaanggota organisasi; 3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen
pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan diri individual seseorang; 4. Budaya
dapat meningkatkan kemantapan sistem sosial karena merupakan perekat sosial yang
membantu mempersatukan organisasi dengan memberi standarstandar yang tepat apa
yang seharusnya dikatakan dan dilakukan karyawan; 5. Budaya berfungsi sebagai
mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap dan
perilaku karyawan.
85
C. Profesionalisme Kepemimpinan
dalam Membentuk Budaya Organisasi yang Efektif Sebagaimana yang penulis paparkan
dalam pembahasan sebelumnya bahwa masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan
dengan dimulainya sejarah manusia, yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup
berkelompok (berorganisasi) untuk mencapai tujuan bersama. Kualitas dari
kepemimpinan seorang pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting dalam
keberhasilan atau kegagalan organisasi.
Secara umum, dalam tugas manajemen terlibat peran pokok yang ditampilkan oleh
seorang pemimpin yaitu: merencanakan, mengorganisasi, memotivasi, dan mengawasi.
Untuk melaksanakan peran pokok tersebut seorang pemimpin harus mampu menjadi
teladan yang baik bagi orang-orang yang dipimpinnya.

D. Keberadaan Pemimpin dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Organisasi


Pemimpin yang unggul adalah pemimpin yang memiliki visi ke depan, serta dibarengi
dengan tindakan strategis yang tinggi. Organisasi yang kuat merupakan hasil dari
kepemimpinan yang unggul. Secara umum makna produktivitas adalah hubungan antara
kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil.
Hasibuan (1999) menyatakan produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output)
dengan masukan (input). Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil
yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan.

E. Kepemimpinan dan Organisasi Pembelajar (Learning Organizations)


Dewasa ini adalah zaman perubahan. Perubahan itu terjadi di mana-mana dan setiap
waktu. Perubahan itu terjadi di berbagai aspek, bidang, urusan hidup dan kehidupan.
Bermacam-macam perubahan itu ada yang menuju kebersamaan dan kerukunan, namun
banyak juga yang menuju perbedaan, pertentangan bahkan serangmenyerang secara
tertutup maupun terbuka. Pada organisasi pembelajar, budaya menjadi sangat adaptif,
sehingga mampu menghadapi perubahan dan tuntutan globalisasi.

86
BAGIAN 8 KEPEMIMPINAN PERSPEKTIF ISLAM

A. Kepemimpinan dalam Islam


Kepemimpinan dalam islam adalah kemampuan untukmempengaruhi dan menggerakkan
orang lain untuk mencapai tujuan, yang didasari atas nilai-nilai Islam. Kepemimpinan
dalam Islam, sudah merupakan fitrah bagi setiap manusia. Manusia diamanahi Allah
untuk menjadi khalifah di muka bumi, yang bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai
pembawa rahmat bagi alam semesta, sekaligus sebagai hamba Allah yang senantiasa
patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Nya.

B. Kepemimpinan yang baik Perspektif Islam


Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kepemimpinan dari pimpinan
organisasi tersebut. Karena sebagai pemimpin di lembaganya, maka dia harus mampu
membawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

C. Prinsip-prinsip Pokok dalam Kepemimpinan Islam


Menurut Veithzal Rivai, dkk. (2013), setidaknya dapat diidentifikasi beberapa prinsip
pokok dalam kepemimpinan Islam secara konseptual, dan hubungan-hubungan
antarindividu atau antarkelompok dalam konteks praktis. Penjelasannya berikut ini:
1. Prinsip saling menghormati dan memuliakan
Sebagaimana Allah telah memuliakan manusia, maka suatu keharusan bagi setiap
manusia untuk saling menghormati dan memuliakan, tanpa memandang jenis suku, warna
kulit, bahasa dan keturunannya.
2. Prinsip menyebarkan kasih sayang Hal ini merupakan eksplorasi dari risalah Islam
sebagai ajaran yang utuh, karena dia datang sebagai rahmat untuk seluruh alam
(rahmatan lil ‘alamin).
3. Prinsip keadilan Secara teologis, salah satu golongan yang dijanjikan memperoleh
ganjaran surga adalah pemimpin yang adil.

87
4. Prinsip persamaan Prinsip ini adalah cabang dari prinsip sebelumnya yaitu keadilan.
Persamaan sangat ditekankan khususnya dihadapan hukum, karena yang
membedakan antara satu dengan yang lain adalah takwa dan amal saleh, (iman dan
ilmu).
5. Prinsip perlakuan yang sama Organisasi dihuni oleh orang-orang yang berbeda. Tidak
hanya memiliki perbedaan sifat dan karakter, tetapi juga perbedaan latar belakang,
tidak jarang perbedaan keyakinandan pemahaman atas sesuatu. Untuk menjaga
stabilitas organisasi, hendaknya seorang pemimpin memperhatikan prinsip ini, yaitu
memperlakukan mereka secara sama berdasarkan ukuran-ukuran tertentu.
6. Prinsip berpegang kepada akhlak yang utama , Yang dimaksud dengan akhlak utama
adalah beberapa perilaku yang mencerminkan keutamaan, khususnya yang berkaitan
dengan pergaulan hidup di antara sesama manusia.

D. Sifat-sifat Terpuji Bagi Pemimpin


Kewajiban untuk taat dan patuh kepada pemimpin dalam pandangan Islam adalah karena
ia dipilih oleh umat, dengan sifat-sifat yang terpuji. Dengan demikian, seorang pemimpin
dalam proses kepemiminannya tidak terlepas dari pandangan Allah dan umat (yang
dipimpinnya).
1. Shiddiq (Jujur) Adapun pengertian dari shiddiq adalah jujur atau berkata benar. Para
pemimpin yang memiliki sifat shiddiq, ia tidak pernah berkata bohong. Apa yang
diucapkannya selalu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Amanah (Terpercaya) Amanah atau dapat dipercaya merupakan dasar dari tanggung
jawab, kepercayaan, dan kehormatan serta prinsip-prinsip yang melekat pada mereka
yang cerdas secara ruhaniah.
3. Seorang profesional muslim dengan akidahnya yang kuat untuk memegang teguh
aturan Allah, selalu merealisasikan sifat dan teladan Rasulullah.
4. 4. Fathanah (Cerdas) Fathanah diartikan sebagai suatu kecerdasan, kemahiran, atau
penguasaan terhadap bidang tertentu.

88
BAGIAN 9 BERBAGAI KECERDASAN DALAM KEPEMIMPINAN

A. Kecerdasan Intelektual (IQ)


Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kecerdasan intelektual (IQ)? Kecerdasan
intelektual adalah kecerdasan yang berkaitan dengan pemikiran rasional, logis, dan
matematis. Kecerdasan intelektual adalah syarat minimum kompetensi yang dapat
dikembangkan secara optimal dengan memahami bagaimana sistem kerja otak manusia
dan seperangkat latihan praktis. Dengan kecerdasan intelektual berarti ia memiliki
pengetahuan, wawasan, dan kreativitas berpikir yang diperlukan.

B. Kecerdasan Emosional (EQ)


Mengandalkan kecerdasan intelektual saja seorang pemimpin tidak akan cukup untuk
membawa organisasi meraihkeberhasilan yang diperoleh bukan sekedar karena pemimpin
mampu menata serta mengembangkan aspek organisasi tertentu secara rasional, namun
lebih dari itu, ada aspek-aspek tertentu yang membutuhkan penanganan dengan sentuhan
emosi, seperti memotivasi bawahan, memunculkan rasa memiliki terhadap organisasi,
dan lain-lain. Menurut Veithzal Rivai, dkk. (2013), tanpa kecerdasan emosional,
termasuk ketenangan batin dan kemampuan mengendalikan diri (emosi), mustahil bisa
berpikir jernih. Goleman mempopulerkan pendapat para pakar teori kecerdasan bahwa
ada aspek lain dalam diri manusia yang berinteraksi secara aktif dengan aspek kecerdasan
IQ.

C. Kecerdasan Spiritual ( SQ )
Mengembangkan kecerdasan emosional saja tidaklah cukup, khususnya bagi
perkembangan kejiwaan yang berdimensi ketuhanan. Sebab kecerdasan ini lebih berpusat
hanya pada rekonstruksi hubungan yang bersifat horizontal (sosial), sementara ada dimesi
lain yang tidak kalah penting bagi manusia yang bersifat vertikal. Kemampuan dalam
membangun hubungan vertikal inilah yang sering dikenal dengan istilah kecerdasan
spiritual.

89
BAGIAN 10 KOMUNIKASI,KONFLIK, MOTIVASI, DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DALAM PROSES KEPEMIMPINAN

Mengingat kompleksnya persoalan yang harus ditangani dalam sebuah organisasi, maka dalam
proses kepemimpinaan, seorang pemimpin harus memiliki berbagai bentuk kemampuan. Seorang
pemimpin harus menyadari sikap seperti apa yang dituntut dan harus dikembangkan pada
dirinya. Kemudin bagaimana dia harus memperlakukan bawahannya agar mereka tidak tertekan
oleh beban kerja yang rutinitas dilakukannya.

A. Komunikasi

1. Arti Komunikasi Komunikasi merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan
manusia.

Secara umum komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun
nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan
yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk
mempengaruhi tingkah laku si penerima. Dalam istilah lain, komunikasi adalah suatu proses
penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling
mempengaruhi di antaranya.

2. Tujuan Komunikasi Secara garis besar ada beberapa tujuan komunikasi, yaitu:

(a) Agar apa yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain

(b) Agar mengetahui dan paham terhadap keinginan orang lain

(c) Agar gagasan bisa diterima oleh orang lain

(d) Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.

90
3. Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur yang sangat penting kedudukannya dalam proses
kepemimpinan seseorang. Orang sering berkata bahwa tinggi-rendahnya suatu capaian
mutu dipengaruhi oleh faktor komunikasi. Manusia yang normal dalam kehidupan sehari-
hari berada dalam proses komunikasi dengan sesama manusia khususnya dalam suatu
organisasi dan juga di tengah masyarakat secara timbal balik.
4. Kemampuan Pemimpin
dalam Membangun Komunikasi Efektif Ada kelompok yang berpendapat bahwa inti
kepemimpinan adalah pengambilan keputusan, sedang kelompok lain berpendapat
bahwa inti kepemimpinan adalah hubungan manusia. Dalam praktik kepemimpinan
ternyata kedua aktivitas tersebut merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan, saling
berkaitan.
B. Konflik
1. Pengertian Konflik , Manusia merupakan makhluk sosial yang berarti bahwa manusia
hanya dapat berarti jika berada dalam lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, dalam
kehidupan sosial,manusia selalu bertemu dengan manusia yang lain. Pertemuan
antarmanusia, baik dalam konteks individu maupun konteksorganisasi di satu pihak
sangat diperlukan untuk saling memenuhi seluruh kebutuhan pihak-pihak yang
bersangkutan. Namun di pihak lain, pertemuanpertemuan tadi akan menimbulkan pula
perbedaan kepentingan, keinginan dan pandangan, yang pada gilirannya akan
menyebabkan terjadinya keteganganketegangan antarpihak. Selanjutnya, ketegangan ini
lama kelamaan akan menjurus kepada terjadinya konflik atau benturan.
2. Penyebab Timbulnya Konflik dalam Organisasi
Tidak ada organisasi yang bebas konflik. Hidup akan suram tanpa adanya elemen-
elemen konflik. Konflik selalu menyediakan tantangan yang membangkitkan energi baru.
Dalam hal ini, banyak penyebab terjadinya konflik dalam organisasi. Mayoritas
bersumber dari masalah-masalah komunikasi, hubungan pribadi, atau struktur organisasi.

91
3. Upaya Pemimpin dalam Mengelola Konflik Konflik tidak bisa dihindari, sebab konflik
ada di mana-mana. Di mana ada interaksi, di situ ada konflik. Karena itu yang diperlukan
adalah bagaimana mengelola konflik secara profesional. Secara praktis setiap pemimpin
dalam menghadapi konflik organisasi harus dapat memahami terlebih dahulu konflik
yang terjadi, melalui sumber-sumber konflik sebelum menentukan cara untuk
mengatasinya.

C. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Salah satu tantangan berat bagi organisasi adalah bagaimana motivasi karyawan dapat
tumbuh dan terbina dengan baik. Mondy et al. (1980) mengartikan motivasi 111 sebagai
proses mempengaruhi dan merangsang seseorang dengan melaksanakan suatu tindakan untuk
mencapai suatu sasaran. Siagian (1995), mengartikan motivasi sebagai daya pendorong yang
mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau danrela untuk menyerahkan kemampuan
dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan
berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam
rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Sudarwan Danim (2010), “Motivasi merupakan dorongan pemimpin, termasuk
kepala sekolah, untuk bertindak dengan cara tertentu.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi .: a. Faktor Internal, yaitu faktor yang


bersumber dari dalam diri individu, meliputi: (1) Keinginan untuk dapat bertahan hidup;
(2) Keinginan untuk dapat memiliki; (3) Keinginan untuk memperoleh penghargaan; (4)
Keinginan untuk berkuasa; (5) Keinginan untuk mendapatkan perhatian, danlain-lain. b.
Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu, meliputi: (1) Kondisi
lingkungan kerja; (2) Kompensasi; (3) Supervisi yang baik; (4) Adanya jaminan
pekerjaan, dan lain-lain.

92
4. Upaya Pemimpin untuk Memotivasi Para Staf Motivasi orang tergantung pada kekuatan
motifnya. Motif yang dimaksud dalam uraian ini adalah keinginan, dorongan atau gerak
hati dalam diri individu (Hersey, Blanchard dan Johnson, 1996).

D. Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Salah satu tugas utama seorang pemimpin adalah pengambilan keputusan. Timbulnya suatu
masalah yang menimbulkan konflik memang tidak bisa dihindari, namun yang jelas bahwa
masalah tersebut harus dihadapi dengan sikap-sikap positif dan tindakan kreatif, sehingga tidak
akan mengganggu jalannya organisasi.

2. Metode Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Keputusan dari seorang pemimpin tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi berlangsung sebagai
suatu proses. Dalam kenyataannya proses itu mungkin terjadi di dalam diri pemimpin sendiri,
tetapi mungkin pula ditetapkan dengan mengikutsertakan orang-orang yang dipimpin.

3, Kemampuan Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan

Peran pemimpin dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh
seseorang sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin. Sebagaimana yang penulis katakan
sebelumnya bahwa kepemimpinan seseorang sangat besar perannya dalam setiap pengambilan
keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya
adalah salah satu tugas seorang pemimpin.

93
BAGIAN 11 TIPS PRAKTIS UNTUK MENJADI PEMIMPIN YANG DIIDOLAKAN

Esensi kepemimpinan adalah berusaha meningkatkan sesuatu yang sudah ada yang tidak bisa
ditingkatkan tanpa adanya pemimpin. Tindakan dan kata-kata Anda harus sesuai, selaras, dan
saling menguatkan. Tanpa konsistensi, Anda akan kehilangan kredibilitas dan orang tidak akan
lagi menghormati Anda sebagai pemimpin. Pemimpin yang gila akan kuasa tidak mempercayai
segenap stafnya. Bahkan ia cendrung mengatur kinerja segenap stafnya secara terperinci.
Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang takut gagal. Untuk menjadi pemimpin, seseorang
harus memberi inspirasi bagi orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan yang bermanfaat.

1. Pemimpin tidak mungkin bekerja sendiri, ia pasti membutuhkan tim dalam


menggerakkan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus bisa memimilih tim yang
baik. Pimpinan harus memilih orang-orang yang memiliki kompetensi sesuai dengan
tuntutan pekerjaan
2. Jika Anda tidak ingin organisasi yang Anda kelola dihancurkan oleh organisasi lain,
maka jangan pernah berhenti untuk berinovasi.
3. Berikan motivasi kepada para pegawai untuk terus mengembangkan diri, misalnya
dengan membaca buku dan artikel atau memberikan informasi dari internet kepada
sesama rekan.
4. Jika Anda ingin pegawai Anda menjadi orang yang kreatif, maka Anda harus memiliki
tujuan yang jelas dan menantang mereka untuk memunculkan ide-ide tertentu guna untuk
mewujudkan tujuan tersebut. Lalu, berikan waktuuntuk merealisasikan ide-ide yang telah
mereka ajukan tersebut.
5. Salah satu unsur dasar dalam kerja seorang pemimpin adalah unsur pengukuran.
Pengukuran harus ditetapkan untuk kerja semua pegawai dan kemudian hasil kerja
aktualmereka harus diperiksa berdasarkan kerja yang sudah dibagi.
6. Jadilah pendengar yang baik agar orang percaya kepada Anda. Pemimpin yang melayani
mau mendengarkan keluhan, permintaan dan persoalan dari anggotanya.
7. Apabila Anda menjadi pemimpin, tetaplah gembira dalam mejalankan tugas. Istirahat
yang cukup pada malam hari, dan sisihkan waktu lebih kurang 15 menit untuk tidur
disiang hari jika mungkin.

94
BAGIAN 12 KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan untuk memandu kajian ini, maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut:

1. Pemimpin adalah orang mampu mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk
mencapai tujuan dengan kriteria memiliki pengikut, memiliki kekuasaan, dan memiliki
kemampuan. Justeru itu, kepemimpinan pada hakikatnya merupakan kemampuan untuk
memengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya
kepemimpinan dapat dilihat dari enam aspek, yaitu: sifatnya, perilaku atau sikapnya,
kemampuan mengelola situasi, jalan-tujuan, kelebihannya, dan kharismatik yang tampak.
2. Tipe pemimpinan ada tujuh yaitu: tipe otokratik, kendali bebas, paternalistik,
kharismatik, militeristik, pseudodemokratik, dan demokratik. Sementara itu, model
kepemimpinan ada delapan, yaitu: model watak kepemimpinan, kepemimpinan
transaksional, kepemimpinan situasional, kepemimpinan yang efektif, kepemimpinan
visoner, congency model, kepemimpinan transformasional, dan kepemimpinan spiritual.
3. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi kesuksesan pemimpin dalam
kepemimpinannya adalah keharmonisan yang terbina dalam hubungan atau interaksi
yang baik antara atasan dengan bawahan, motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan
dan keleluasaan dalam hubungan sosial.
4. Kepemimpinan memiliki hubungan yang erat dengan budaya organisai. Melihat
kepemimpinan suatu organisasi itu sama dengan melihat budaya yang ada dalam
organisasi tersebut. Artinya, semakin bagus kepemimpinan, maka semakin bagus buday
organisasi sebuah kelompok/institusi.

95
BAB III.
PEMBAHASAN

A. Keterkaitan Antar Buku

BAB 1. Pada buku utama atau yang direview membahas tentang pengertian umum dari
Kepemimpinan, syarat- syarat Kepemimpinan serta Menjelaskan Ciri- ciri Kepemimpinan,
sedangkan pada buku pembanding buku 1 membahas tentang pengertian umum dari
Kepemimpinan, bagaimana fungsi kepemimpinan serta analisis teori kepemimpinan dan apa
saja factor yang mempengarauhi kepemimpinan. pada buku pembanding 2 membahas
tentang permasalah yang terjadi pada seorang pemimpn dan analisis penelitian kepemimpinan

BAB 2. Pada buku utama menjelaskan secara rinci jenis jenis dari kepemimpinan, tugas
tugas seorang pemimpin , fungsi kepemimpinan dan menjelaskan teori- teori kepemimpinan
sedangkan pada buku pembanding 1 Kepemimpinan yang efektif dalam berorganisasi .
sedangkan pada buku pembanding 2 membahas secara teperinci mengenai hakikat seorang
pemimpin dan kepemimpinan yang meliputi pengertian, fungsi dan keterampilan yang harus
dimiliki pemimpin.

BAB 3. Pada buku utama atau yang direview membahas contoh tentang peristiwa
kepemimpinan presiden Indonesia Biografi Presiden Indonesia orde baru dan orde lama seperti
presiden pertama Ir.Soekarno sampai Presiden ke- 7 Joko widodo sedangkan buku
pembanding 1 membahas secara teperinci mengenai aneka jenis kepemimpinan dalam
berorganisasi, yakni meliputi kepemimpinan kharismatik, manejerial, transformasioanl,
transaksional, moral, pelayan, interajtif, otentik dan rasional. sedangkan buku pembanding 2
Teori Umum Kepemimpinan dan Teori tentang Sebab-sebab Munculnya Pemimpin.

96
BAB 4 Pada buku utama atau yang direview membahas tambahan tentan kepemimpinan
presiden Indonesia Biografi Presiden Indonesia orde baru dan orde lama seperti presiden
pertama Ir.Soekarno sampai Presiden ke- 7 Joko widodo sedangkan buku pembanding 1
membahas secara teperinci mengenai gaya kepemimpinan dalam berorganisasi sedangkan
buku pembanding 2 menjelaskan tentang tipe- tipe kepemimpinan yang meliputi , Tipe
Otokratik , Tipe Kendali Bebas/Masa Bodo (Laisez Faire) , Tipe Paternalistik , Tipe
Kharismatik , Tipe Militeristik , F. Tipe Pseudo-demokratik , Tipe Demokratik .

BAB 5 Pada buku utama atau yang direview membuat simpulan dan saran dari keseluruhan
bab yang telah dibahas, sedangkan buku pembanding 1 membahas dan menjelaskan tentang
kepemimpinan pada abad- 21 yang meliputi perkembangan genersi, sejarah sekolah dan
bafaimana kompetensi sekolah abad 21 sedangkan buku pembanding 2 menjelaskan tentang
Model model kepemimpinan , Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)
Model Transaksional, .Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership) ,
Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders) , Model Kepemimpinan Visioner ,
Contingency Model , Kepemimpinan Transformational , Model Kepemimpinan Spiritual .

BAB 6 buku pembanding 1 membahas dan menjelaskan tentang Sekolah sebagaiManagement


Pendidikan yang meliputi kepala sekolah sebagai manger, pengembangan kompentesi kepala
sekolah, manajemen berbasis sekolah. sedangkan buku pembanding 2 menjelaskan tentang
Kekuasaan dalam Kepemimpinan , faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi dalam
Kepemimpinan.

BAB 7 buku pembanding 1 membahas dan menjelaskan tentang Kepemimpinan generasi


Milineal , Pemimpinan generasi milenial merujuk pada gaya kepemimpinan yang sesuai dengan
karakteristik, nilai, dan preferensi generasi milenial. Generasi milenial adalah kelompok orang
yang umumnya lahir antara awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an hingga awal 2000-an.
sedangkan buku pembanding 2 menjelaskan tentang Kepemimpinan dan Budaya Organiasi,
Fungsi Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi , Profesionalisme
Kepemimpinan dalam MembentukBudaya Organisasi yang Efektif , Keberadaan Pemimpin
dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Organisasi , Kepemimpinan dan Organisasi Pembelajar
(LearningOrganizations).

97

BAB 7 buku pembanding 1 membahas tentang kepemimpinan di era 5.0 meliputi


kepemimpinan di era 4.0, dampak revolusi industry 4.0 konsep era society 5.0 , kepemimpinan
era society 5.0 , langkah langkah pemimpinan di era society 5.0, teori – teori gaya kepemimpinan
dan tugas tugas kepemimpinan. sedangkan buku pembanding 2 menjelaskan tentang dalam
Islam, Kepemimpinan yang baik Perspektif Islam , Prinsip-prinsip Pokok dalam Kepemimpinan
Islam , Sifat-sifat Terpuji Bagi Pemimpin.

98
B . Kelebihan dan Kelemahan Isi Buku

a. Kelebihan buku utama Dilihat dari segi bahasa buku, bahasa nya cukup jelas,
penampilan pada buku menarik, buku ini menjelaskan isi pada bagian isi sub bab nya,
ukuran tulisan pada buku cukup bagus, dan buku memiliki ISBN serta penulisan
daftar pustaka yang sesuai.

b. Kekurangan buku pembanding2 Buku ini, penjelasan pada buku ini kurang
menjelaskan secara detail dan lengkap mengenai apa itu kepemimpinan , sehingga
pembaca kurang paham meneganai apa yang dibahas. .

c. Kelebihan buku pembanding 1 Dilihat dari segi bahasa buku, bahasa nya cukup jelas,
penampilan pada buku menarik, buku ini juga menjelaskan setiap penjelasan dengan
lengkap pada bagian sub bab nya, ukuran tulisan pada buku cukup bagus, memiliki
gambar yang sesuai, memiliki daftar isi yang lengkap dengan penulis buku yang
bernama Fitri Zulhandayani, S.Pd , Melky Gunawan Harefa S.Pd, Dr. M.Joharis
Lubis, M.M., M.Pd. dan buku memiliki juga memiliki ISBN serta penulisan daftar
pustaka yang sesuai dengan penulisan kaidah yang berlaku.

d. Kekurangan pada buku pembanding 2 ini, ialah menurut saya terletak pada Cover
buku yang kurang menarik sehingga penampilan pada buku ini sangat kurang
menarik sehingga kurang memikat para pembaca

99
BAB IV SIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Simpulan dari kepemimpinan adalah bahwa kepemimpinan memegang peranan penting dalam
menggerakkan suatu organisasi atau kelompok. Terdapat berbagai gaya kepemimpinan yang
dapat diterapkan, dan setiap gaya kepemimpinan memiliki kelebihan dan kelemahan yang
berbeda. Kepemimpinan strategis, karismatik, transaksional, dan transformasional adalah
beberapa contoh dari berbagai gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan .

Kepemimpinan strategis meliputi kemampuan mengantisipasi, memiliki visi, dan


mempertahankan fleksibilitas, sementara kepemimpinan karismatik berasal dari anugerah Tuhan,
dengan pemimpin yang memiliki kemampuan luar biasa dan ketertarikan emosional yang kuat
dari yang dipimpin kepada pemimpinnya .

Selain itu, kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan yang mengendalikan


bawahan dengan cara menggunakan kekuasaan untuk mencapai hasil, sementara kepemimpinan
transformasional menekankan perhatian, komunikasi, kepercayaan, rasa hormat, dan risiko
dalam hubungan antara pemimpin dan pengikutnya .

Dengan demikian, simpulan dari kepemimpinan adalah bahwa pemimpin harus mampu memilih
dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan organisasi atau
kelompok yang dipimpin, serta memahami kelebihan dan kelemahan dari masing-masing
gaya kepemimpinan

B. Saran
Dalam menjadi seoranng Pemimpin perlu memilih gaya kepemimpinan yang sesuai
dengan situasi dan kebutuhan organisasi atau kelompok yang dipimpin. Gaya
kepemimpinan seperti strategis, karismatik, transaksional, dan transformasional dapat
diterapkan sesuai dengan konteksnya.

100
DAFTAR PUSTAKA

Mia Sanita Siagian, S.Pd. dkk. (2022). Kepemimpinan Presiden Di Indonesia. Langkat. AI
Maksum Langkat Press.

Fitri Zulhandayani, S.Pd. dkk. (2022). Kepemimpinan Generasi Milinela Era 5.0 . Medan .
Kencana Emas Sejahtera

Sutikno Sobry. (2018). Pemimpin Dan Kepemimpinan. Lombok. Holistica Lombok.

101
LAMPIRAN

BUKU PEMBANDING 1
BUKU UTAMA BUKU PEMBANDING 2

102

Anda mungkin juga menyukai