Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

TUGAS PERANCANGAN
LAMPU HEMAT ENERGI BERBASIS SENSOR GERAK DAN CAHAYA

Diusulkan oleh :

Masnurojak Bin Khanif; 2010502046; 2020


Noviana Sari; 2010502055; 2020
Panca Putra Hasugian; 2010502060; 2020
Tegar Samodro; 2010502064; 2020
Khotibul Umam; 2010502068; 2020
Husen Khalwani; 2010502129; 2020

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2023
2

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan mata kuliah tugas perancangan dengan judul “Laporan Lampu Hemat
Energi Berbasis Sensor Gerak Dan Cahaya” dipersiapkan dan
disusun oleh:
NO Nama/NPM Progam Studi Uraian Tugas
1 Masnurojak Bin Khanif S1 Teknik - Perancangan Alat
/2010502046 Mesin -Perhitungan harga
bahan kebutuhan
- Desain Alat
2 Noviana S1 Teknik -Latar Belakang,
Sari/2010502055 Mesin -Studi Pustaka
3 Panca Putra Hasugian/ S1 Teknik -Pemrograman
2010502060 Mesin -Skema electric
4 Tegar Samudro/ S1 Teknik - Perancangan Alat
2010502064 Mesin - Editor Proposal
5 Khotibul Umam/ S1 Teknik -Pemrograman
2010502068 Mesin -Skema electric
6 Husen Khalwani/ S1 Teknik - Perhitungan harga
2010502129 Mesin bahan kebutuhan

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tugas Perancangan Program


Studi Teknik Mesin (S1), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Tidar.
Magelang, 03 Maret 2023
Menyetujui,

Dosen Pengampu Mata Kuliah,


3

DAFTAR ISI
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lampu adalah salah satu teknologi yang paling senior diantara teknologi
modernsaat ini. Mulai dari lampu pijar dengan desain filamen karbon tipis sampai
pada lampu Light-Emitting Diode (LED) yang lebih terkini dengan desain
semikonduktor dapat memancarkan cahaya monokromatik yang mengandung zat
kimia di dalamnya dan mengeluarkan cahaya jika elektron melewatinya (Agam, et
al., 2015). Perkembangan ilmu pengetahuan telah membantu perkembangan
teknologi. Dengan perkembang teknologi sekarang mendorong manusia untuk
berpikir efisien dalam melakukan berbagai macam kegiatan. Salah satu yang
berkembang adalah teknologi di bidang otomatisasi lampu pada ruang.
Pada program ini, tim terinspirasi dari lampu penerangan jalan yang pada
awalnya berpikir bahwa bagaimana cara menghidupkan dan mematikan lampu yang
sekian banyak di sepanjang jalan? Apakah memiliki sakelar disetiap tiang lampu atau
di sebuah pos khusus? Ternyata itu tergantung pada mekanisme apa yang sebenarnya
diterapkan pada lampu jalan. Beberapa negara menggunakan timer untuk mengontrol
lampu jalan, sementara beberapa negara lain menggunakan foto detektor untuk
mengontrolnya dengan periode waktu penyalaan dimulai pukul 18.00-06.00 (Riyanti,
2022). Artinya otomatisasi ini menggunakan sensor cahaya dalam operasinya.
Pencahayaan jalan umum atau sering disebut sebagai Penerangan Jalan Umum
(PJU) merupakan aspek penting dalam penataan suatu daerah/kota. PJU memiliki
peranan sebagai pedoman navigasi pengguna jalan di malam hari, meningkatkan
keamanan dan keselamatan pengguna jalan, menambah unsur estetika, dan juga dapat
memberikan nilai tambah ekonomi bagi suatu daerah (Rudini, et al., 2021).
Fitur sensor cahaya terdiri dari Light Dependent Resistor (LDR), Photo
transistor, Photo Dioda, Infrared, dan Ultraviolet (Arga, 2021). Lalu ada juga sensor
yang mendeteksi gerakan seperti Passive Infra Red (PIR). Penggunaan sensor PIR
banyak ditemukan di gedung-gedung seperti mall yang memiliki pintu otomatis.
Berdasarkan uraian diatas, tim menargetkan untuk menciptakan lampu
otomatisbertajuk Automatic Self-Light Up Lamp dengan sensor cahaya dan sensor
gerak yang diharapkan dapat terprogram berdasarkan gelap-terangnya intensitas
5

cahaya maupun ada-tidaknya aktivitas di dalam ruangan untuk mengefisiensikan


konsumsi daya.
Selain itu diperlukan suatu perancangan guna menarik daya minat masyarakat
serta dapat memiliki sifat sifat material yang sesuai dengan tujuan pembuatan alat
baik indoor atau outdoor.
Maka dari itu, dalam proses perancangan dan pembuatan alat sebaiknya
mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya adalah kemampuan alat untuk
mempunyai ketahanan degan lingkungan panas dan hujan, memiliki efesiensi tinggi,
mampu menarik minat masyarakat dan lain sebagainya. Kemudian alat tersebut juga
harus mudah diaplikasikan, sensor responsif. Hal lainnya yang juga harus dipikirkan
adalah harga alat yang terjangkau dan mampu dibeli oleh masyarakat umum.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka permasalahan yang


akan dibahas adalah:
1. Bagaimana rancangan alat lampu hemat energi berbasis sensor gerak dan cahaya?
2. Bahan yang sesuai untuk alat lampu hemat energi berbasis sensor gerak dan
cahaya yang aman?
3. Bagaimana mekanisme lampu hemat energi berbasis sensor gerak dan cahaya?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan ini mempunyai tujuan, yaitu:


1. Menciptakan lampu otomatis dengan sensor cahaya dan sensor gerak yang
diharapkan dapat terprogram dari segi gelap-terangnya intensitas cahaya maupun
ada-tidaknya aktivitas di dalam ruangan.
2. Memproduksi secara tepat dan berkualitas serta ramah lingkungan.
3. Menargetkan pasar smart building maupun millennials yang simpel dan estetik.

1.4 Batasan masalah

Dalam penulisan ini akan lebih terfokus pada perancangan bahan serta skema
electrical Lampu Hemat Energi Berbasis Sensor Gerak Dan Cahaya.
6

1.5 Luaran Yang Diharapkan

Luaran yang diharapkan dari program ini adalah menciptakan sebuah alat yang
dapat memodernisasi aktivitas sederhana manusia seperti mematikan dan
menghidupkan lampu secara otomatis.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam Laporan Perancangan Alat ini terdiri dari 5 bab yang terdiri dari
pendahuluan, tinjauan pustaka, perancangan, penutup. Bab I Pendahuluan berisi
tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah dan kerangka
penulisan. Bab II Pembahasan berisi teori desain dan analisis morfologi. Bab III
Peracangan berisi ide pokok, matriks morfologi, sket konsep, dan pembobotan. Bab
VI Metode analisis berisi perhitungan perancangan produk dan analisis perhitungan.
Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Desain Perancangan


2.2 Teknologi Otomatisasi Lampu dengan Sensor
2.2.1 Pengertian Teknologi Otomatisasi Lampu dengan Sensor
Menurut Wildian, et al. (2013), sensor PIR dapat mendeteksi objek dalam rentang sudut 60o, yaitu
30o ke kanan dan -30o ke kiri pada arah horizontal. Begitu pula arah vertikal, yaitu 30o ke atas dan -30o ke
arah bawah bidang horizontal sensor. Sensor dapat mendeteksi objek sejauh 4 meter pada sudut 0o
sedangkan pada sudut 30o sensor mampu mendeteksi objek pada jarak 2 meter. Daya tembus radiasi
infrared sangat mempengaruhi kerja sensor.
Hal senada juga diungkapkan oleh Suhartinah, et al. (2019), bahwa sensor PIR dapat mendeteksi
objek/manusia dari jarak 1 m hingga jarak maksimal 7 m. Manusia yang dapat dideteksi dalam rentang
jarak tersebut harus dalam keadaan bergerak. Sensor juga diuji untuk manusia dalam keadaan diam,
namun hanya mampu mendeteksi manusia dalam keadaan diam pada jarak maksimal 30 cm. Manusia
pada jarak 50 cm dari sensor harus melakukan sedikit gerakan agar bisa dideteksi oleh sensor. Manusia
yang dapat dideteksi dalam rentang jarak tersebut harus dalamkeadaan bergerak, karena manusia yang
bergerak dapat menghasilkan panjang gelombang yang bervariasi dari sinyal infrared yang dihasilkan
sehingga sensor dapatdengan mudah mendeteksi sinyal tersebut. Teknologi inilah yang akan dicoba
untuk diimplementasikan terhadap lampu yang mengusung konsep otomatisasi.
Untuk dapat mengenali sebuah objek visual, manusia membutuhkan sebuah penerangan yang
mempengaruhi penglihatan manusia. Oleh karena itu diperlukan lampu sebagai sumber penerangan
untuk dapat menunjang aktivitas visual manusia serta memberikan pengaruh terhadap fungsi ruangan
tersebut. Dengan perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi, keadaan peradaban manusia berubah
menjadi lebih baik. Salah satunya di bidang teknologi kontrol yang saat ini sudah mulai bergeser kearah
otomatisasi yang menuntut penggunaan komputer, sehingga campur tanganmanusia dalam pengontrolan
menjadi minim (Turesna, et al., 2015).
Konsep teknologi tidak hanya berhubungan dengan teknologi di dalam produk, tetapi juga terkait
dengan pengetahuan atau informasi penggunaannya, aplikasi, dan proses dalam pengembangan produk
(Bozeman, et al., 2015).

2.2.2 Tujuan Otomatisasi Lampu


Dengan perkembang teknologi sekarang mendorong manusia untuk berfikir efisien dalam

7
melakukan berbagai macam kegiatan. Salah satu yang berkembang adalah teknologi di bidang
otomatisasi lampu pada ruang. Teknologi yang dibutuhkan merupakan sebuah sistem dimana dapat
memberikan efek pencahayaan yang otomatistanpa menyalakan atau memadamkan lampu secara
konvensional (Hadie, 2018).
Lampu penerangan suatu ruangan akan menyala sendiri apabila ada orang dalamruangan tersebut
dengan intensitas cahaya redup, dan akan padam dengan sendirinya bila orang tersebut keluar ruangan.
Dengan kata lain sensor kehadiran orang dan sensor intensitas cahaya ini akan diaplikasikan sebagai
saklar otomatis. Ide penggunaan saklar otomatis ini muncul sebagai upaya menghindari pemborosan
energi listrik (Sutono, 2015).
Pengendalian pada alat-alat listrik khususnya lampu merupakan hal yang pentingdalam pengelolaan
energi dalam suatu tempat, misalnya saja di rumah, gedung perkantoran ataupun area lainnya yang lebih
luas dan mempunyai banyak lampu. Otomatisasi atau pengendalian terhadap suatu komponen elektronik
ataupun listrik menjadi sangat penting di masa sekarang ini dimana keefisienan dan kecepatandituntut
dalam segala bidang agar tercapai suatu sistem yang handal serta memudahkan dalam penggunaannya
(Fatimah, et al., 2021).

Electrical wearing

Coding

8
BAB III
PERANCANGAN

3.1 Ide Pokok

Lampu dengan sensor gerak dan cahaya adalah lampu yang hanya akan menyala ketika ada
gerakan dan kondisi cahaya kurang, sehingga dapat menghemat listrik dan mengurangi biaya tagihan
listrik. Dengan menghindari lampu yang terus-menerus menyala tanpa ada orang di dalam ruangan atau
dengan kondisi cahaya yang cukup, maka lampu dengan sensor gerak dan cahaya akan lebih efisien
dalam penggunaannya serta memperpanjang masa umur pakai lampu tersebut.
Perancangan alat ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi listrik dengan menggunakan sensor
gerak dan cahaya dengan tingkat durabilitas yang tinggi serta harga ang terjangkau. Penulis juga
memastika adanya safety electrical pada lampu dan sensor, sehingga dapat meningkatkan keamanan dan
mengurangi risiko short pada produk.

3.2 Quality Function Deployment (QFD)

Quality Function Deployment merupakan suatu metodologi yang digunakan oleh perusahaan
untuk mengantisipasi dan menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen, serta
menggabungkan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut dalam produk atau jasa yang disediakan
bagi konsumen. Beberapa definisi dari QFD adalah sebagai berikut:
1. QFD adalah metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan
produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi
secara sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen (Cohen;1995).
2. QFD adalah metodologi untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam suatu
rancangan produk yang memiliki persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu. (Akao;1990
; Urban;1993).
Penggunaan QFD dalam proses perancangan produk akan membantu manajemen dalam
memperoleh keunggulan kompetitif melalui proses penciptaan karakteristik dan atribut kualitas produk
atau jasa yang mampu meningkatkan kepuasan konsumen. Penerapan QFD juga mampu menjamin
bahwa informasi mengenai kebutuhan konsumen yang diperoleh pada tahap awal proses perencanaan
diterapkan pada seluruh tahapan siklus produk, mulai tahap konsep desain, perencanaan komponen,
perencanaan proses dan produksi, hingga produk sampai ke tangan konsumen.
Dalam pengumpulan kebutuhan dari atribut untuk merancang lampu low energy berbasis sensor
cahaya dan gerak dilakukan dengan penyusunan kuisioner tahap awal. Tahap awal merupakan tahap

9
penyusunan kuisioner berdasarkan kebutuhan konsumen yang ada. Teknik pengumpulan data dengan
memberikan sejumlah pertanyaan kepada narasumber. Dari hasil pengumpulan data tersebut di dapatkan
7 atribut lampu yaitu:
1. Alat mudah diaplikasikan;
2. Sensor responsif;
3. Harga alat terjangkau;
4. Safety electrical berlapis;
5. Arus listrik yang setabil;
6. Memilki kapasitas watt yang tinggi;
7. Hemat listik.

Tabel 3. 1. Data Responden

Responden Butir Soal


1 2 3 4 5 6 7
Responden 1 4 3 4 5 4 5 5
Responden 2 5 3 4 5 5 5 5
Responden 3 4 3 4 5 4 5 5
Responden 4 4 4 4 4 4 4 5
Responden 5 4 4 4 4 4 4 5
Responden 6 4 5 5 4 4 5 5
Responden 7 3 3 4 5 5 5 4
Total 28 25 29 32 30 31 34

10
Tabel 3. 2. Hasil Responden

Material Electrical konduktifitas rendah


Massa jenis material komponen ringan

Komponen mudah diperoleh di pasar

Material ttahan terhadap cuaca dan


Material komponen tahan panas

Harga komponen murah

Dimensi alat ergonomis


Desain modular

korosi
lokal
Alat Mudah dioprasikan 5 5 9
28
Sensor responsif 25 5 1 9 5
Harga alat terjangkau 29 5 5 5 9 9
Safety electrical berlapis 9 9 9 1 9
32
Arus listrik yang setabil 30 1 1 5 9
Memiliki kapasitas watt 9 5 1
yang tinggi 31
Hemat Listrik 34 5 9
997 463 658 551 988 31 413 513

Hasil akhir HoQ menunjukkan prioritas karakteristik teknik. Nilai tertinggi menunjukkan prioritas
tertinggi. Urutan prioritas karakteristik teknik dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3. 3. Urutan Prioritas Karakteristik Teknik

Tingkat
No. Karakteristik Teknik
Kepentingan
1 Massa jenis material komponen ringan 997

5 Harga komponen murah 988

3 Material komponen tahan panas 658

4 Desain modular 551

8 Dimensi alat ergonomis 513

2 Material Electrical konduktifitas rendah 463

6 Material tahan terhadap cuaca dan korosi 413

11
5 Komponen mudah diperoleh di pasar lokal 31

Setelah penyusunan kuisioner awal, dilakukan penyebaran kuisioner kepada responden dengan
jumlah responden sebanyak 7 orang. Pertanyaan dalam bentuk angket dengan pilihan jawaban dan
menggunakan skala Likert yang dimodifikasikan.

3.3 Model Kano

Mengemukakan terdapat dua aspek untuk tiap atribut kualitas yaitu aspek objektif yang melibatkan
pemenuhan kualitas dan aspek subjektif melibatkan persepsi konsumen atas kepuasan. Kedua aspek ini
dituangkan dalam sebuah model yang dikenal sebagai model Kano (Gambar 3.1). Dalam metode Kano,
kategori dari suatu produk dapat dibedakan menjadi:
1. Must-be atau Basic needs atau Thereshold : pelanggan tidak puas apabila kinerja dari atribut yang
bersangkutan rendah. Tetapi kepuasan pelanggan tidak akan meningkat jauh diatas netral meskipun
kinerja dari atribut tersebut tinggi.
2. One dimensional atau performance needs atau linear: tingkat kepuasan pelanggan berhubungan
linier dengan kinerja atribut, sehingga kinerja atribut yang tinggi akan mengakibatkan tingginya
kepuasan pelanggan pula.
3. Attractive atau Excitement needs atau delighters: tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat
sangat tinggi dengan meningkatnya kinerja atribut. Akan tetapi penurunan kinerja atribut tidak akan
menyebabkan penurunan tingkat kepuasan.
4. Reverse apabila tingkat kepuasan pelanggan berbanding terbalik dengan hasil kinerja atribut,
Questionable Result apabila tingkat kepuasan pelanggan tidak dapat didefinisikan (terdapat
kontradiksi pada jawaban pelanggan) atau Indifferent apabila tingkat kepuasan pelanggan tidak
berpengaruh dari hasil kinerja atribut.

12
Gambar 3. 1. Model Kano
Analisis kepuasan pengguna terhadap fungsionalitas pada Sistem Informasi Kepegawaian PDD
Pelalawan dilakukan dengan melakukan survei kepada pengguna menggunakan kuisioner yang berisikan
pendapat atau penilaian pengguna akan fungsi-fungsi yang dimiliki sistem.

Atribut ke- Atribut


1 Modul tahan panas

2 Modul ringan

3 Modul tahan air

4 Modul hemat listrik

5 Modul mampu kapasitas tinggi

13
6 Harga modul sesuai kualitas

7 Tercantum spesifikasi

8 Informasi produk mudah didaptakan

9 Tersedia perbaikan modul

10 Packing modul rapi

11 Packing menggunakan matrial kuat

12 Garansi akibat kerusakan pengiriman

14
Atribu Atribut O A M I R Q O+A+ I+R+ Grad
t ke- M Q e
1 Modul tahan panas 1 4 1 1 5 I

2 Modul ringan 1 1 4 1 5 R

3 Modul tahan air 1 1 1 3 2 4 R

4 Modul hemat 3 2 1 6 I
listrik

5 Modul 4 2 6 I
mampu
kapasitas
tinggi

6 Harga modul 1 1 4 1 5 R
sesuai
kualitas

7 Tercantum 4 1 1 5 1 A
spesifikasi

8 Informasi 3 1 2 4 2 A
produk
mudah
didaptakan

9 Tersedia 1 3 1 1 4 2 M
perbaikan
modul

10 Packing 1 4 1 1 5 I
modul rapi

11 Packing 1 1 2 2 1 5 R
menggunaka
n matrial
kuat

12 Garansi 1 4 1 5 1 M
akibat
kerusakan
pengiriman

Keterangan : O = One-dimensinal (SatuUkuran), A = Attractie (Menarik), M = Mustbe (Keharusan) I

15
= Indefferent (Netral), R = Reverse (Kemunduran), Q = Questionable (Diragukan

3.5 Diagram Fungsi

Diagram juga dapat berarti gambaran (sketsa, buram) yang menggunakan garis dan simbol untuk
menerangkan atau memperlihatkan sesuatu serta mempermudah dalam memperinci data yang berisi
angka.
• Blok Fungsi
Dalam tahap ini dilakukan penetapan blok fungsi menggunakan metode analisis fungsi untuk
menjelaskan masukan (input) dan keluaran (output) dari suatu rancangan alat yang ingin dibuat seperti
pada gambar 3.2. dibawah ini.

Input Fungsi
Output

Sensor Gerak Mendeteksi gerakan

Sensor Cahaya Mendeteksi cahaya


MODUL

Aliran listrik Memberi daya lampu

Arduino Menjalankan perintah


program

Gambar 3. 2. Diagram Fungsi


3.6 Matriks Morfologi

Dalam menentukan alternatif alat, matiks morfologi digunakan untuk mendapatkan klasifikasi
kebutuhan komponen-komponen yang nantinya akan membentuk rancangan alat yang digunakan untuk
dapat bekerja secara cepat. Matriks morfologi berisi beberapa sub fungsi yang nantinya akan
dikombinasikan dengan beberapa alternatif untuk menghasilkan rancangan lampu hemat energi yang
optimal, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.4 Rancangan Lampu Hemat Energi
Subfungsi Alternatif
1 2 3
A Komputasi Mikrokontroler Arduino Uno R3 Mikrokontroler

16
fisik STM32 PIC18

Rp.113.000
Rp. 25.000 Rp.65.000
B Cover/body Akrilik 3 mm Kayu 3mm Polikarbonat plat
(𝑚2 ) 5mm

Rp. 20.000 Rp. 10.000


Rp. 150.000
C Sensor Modul LDR
cahaya

Rp. 7.000
D Dimmer Dimmer SRC IGBT (Insulated
(Silicon Bipolar
Controlled Transistor)
Rectifier)

Rp. 16.800 Rp.49.800

E Sensor PIR (Passive

17
Gerak Infrared)

Rp. 14.000

3.7 Model Varian

Setelah menentukan alternatif-alternatif bagian dari matriks morfologi, maka didapat sebuah
model-model variasi dengan nilai tertinggi untuk lampu hemat energi berbasis sensor, yaitu :
1. Varian 1 : A2 + B1 + C1+ D1 + E1 Keterangan : Arduino Uno R3 + Akrilik 3 mm+ Modul LDR+
Dimmer SRC(Silicon Controlled Rectifier) + PIR(Passive Infrared).
2. Varian 2 : A3 + B3 + C1 + D2 + E1 Keterangan : Mikrokontroler PIC18 + Polikarbonat plat Modul
LDR+ IGBT(Insulated Bipolar Transistor) + PIR(Passive Infrared).
3. Varian 3 : A1+ B2 + C1 + D1 + E1 Keterangan : Mikrokontroler STM32 + Kayu 3mm + Modul
LDR + Dimmer SRC(silicon Controlled Rectifier) + PIR(Passive Infrared).

3.8 Sket Konsep

1. Varian 1 : A2 + B1 + C1+ D1 + E1 = Rp170.800


Pada konsep variasi pertama mempertimbangkan antara harga murah dengan kualitas yang cukup
memumpuni
2. Varian 2 : A3 + B3 + C1 + D1 + E2 =Rp 150.800
Pada varian ke 2 adalah varian terbaik yang mana memilki responsif sensor tertinggi namun harga
yang terjangkau
3. Varian 3 : A1+ B2 + C1 + D1 + E1 = Rp72.000
Pada varian ke 3 adalah varian paling ekonomis dari segi harga namun dari segi kualitas masih di
bawah dari 2 variasi di atas.

18
4 7

1 5

Gambar 3. 3. Rancangan Produk


Keterangan:
1. Sensor Cahaya/ Modul LDR
Adalah modul guna mendeteksi cahaya yang penempatannya sejajar dengan sensor gerak.
2. Penutup Cover
Adalah penutup cover body dan berguna melindungi sensor dari debu, air dan lain sebagainya.
3. Sensor PIR (Passive Infrared).
Adalah modul sensor gerak yang berguna mendeteksi gerakan.
4. Pin Output
Adalah tempat output yang akan menuju lampu.
5. Body cover
Berguna melindungi kompnen sensor PCB dan lain-lain, serta menjaga dari lingkungan.
6. Arduino R3
Komputas fisik guna menerjemahkan bahasa progam C++ dan sensor.
7. Pin Input
Guna memasok ke listrik lampu dan sesor perangkat.
Gambar di bawah merupakan salah satu gambar rancangan produk jadi dalam bentuk skema
wiring yang berisi komponen lebih lengkap.

19
Gambar 3. 4. Electrical Wiring

20
Lampiran
Lampiran 1. Formulir Kano (Disfungctioal Question)

21
Lampiran 2. Formulir Kano (fungctioal Question)

22
23
24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai