Anda di halaman 1dari 44

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSI

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI DENGAN SENSOR


FOTODIODA BERBASIS IOT

Proposal Skripsi
Program Studi Teknik Komputer

RAFIANTO RILO PMBUDI


19030100009

PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2023
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSI
INTENSITAS CAHAYA MATAHARI DENGAN SENSOR
FOTODIODA BERBASIS IOT

Proposal Skripsi
Program Studi Teknik Komputer

RAFIANTO RILO PAMBUDI


19030100009

PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul :

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSI


INTENSITAS CAHAYA MATAHARI DENGAN SENSOR
FOTODIODA BERBASIS IOT

Oleh:
RAFIANTO RILO PAMBUDI
19030100009

Telah dilakukan pembimbingan proposal skripsi dan dinyatakan layak


untuk mengikuti ujian proposal skripsi pada Program Studi Teknik
Komputer Fakultas Sains, Teknologi, dan Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
Lamongan, Tgl Bulan 2023
Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Heri Ardiansyah, S.T., M.T Mala Rosa Apprilya, S.T., M.T


NIDN. 0715128001 NIDN. 0701049502

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi dengan judul :

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSI


INTENSITAS CAHAYA MATAHARI DENGAN SENSOR
FOTODIODA BERBASIS IOT

Oleh:
RAFIANTO RILO PAMBUDI
1903010009

Telah dilakukan ujian proposal skripsi dan dinyatakan layak untuk


dilanjutkan dalam penelitian skripsi pada Program Studi Teknik
Komputer Fakultas Sains, Teknologi, dan Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
Lamongan, bulan 2023
Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Heri Ardiansyah, S.T., M.T Mala Rosa Apprilya, S.T., M.T


NIDN. 0715128001 NIDN. 0701049502

Penguji I Penguji II

Bagus Dwi Saputra, S.Kom.,M.Kom


NIDN. 0724099402 NIDN.
Ketua Program Studi
Teknik Komputer

Mufti Ari Bianto, S.Kom., M.Kom


NIDN. 0710069501

1.1 Latar Belakang

iv
Greenhouse, atau rumah kaca, adalah struktur yang dirancang untuk
menanam tanaman di lingkungan yang terkendali. Tujuan utama dari greenhouse
adalah untuk menciptakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan tanaman
dengan mengontrol suhu, kelembaban, pencahayaan, dan faktor lingkungan
lainnya.

Pencahayaan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman.


Tanaman membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis, proses di
mana tanaman menggunakan energi cahaya untuk mengubah karbon dioksida dan
air menjadi gula dan oksigen. Intensitas cahaya yang tepat sangat penting untuk
mengoptimalkan pertumbuhan tanaman.

Untuk mengontrol pencahayaan di dalam greenhouse, sensor fotodioda


digunakan sebagai bagian dari sistem otomatisasi. Sensor fotodioda adalah jenis
sensor cahaya yang terdiri dari sebuah dioda semikonduktor yang menghasilkan
arus listrik berdasarkan intensitas cahaya yang diterimanya.

Sensor fotodioda di greenhouse bertujuan untuk mengukur intensitas cahaya


di sekitar tanaman. Sensor ini umumnya ditempatkan di beberapa titik strategis di
dalam greenhouse untuk memantau tingkat pencahayaan. Data yang dikumpulkan
oleh sensor fotodioda digunakan untuk mengatur sistem pencahayaan di dalam
greenhouse, seperti lampu tumbuh atau tirai penutup jendela otomatis.

Keuntungan menggunakan sensor fotodioda di greenhouse adalah sebagai


berikut:

Pengontrolan pencahayaan yang akurat: Sensor fotodioda dapat mendeteksi


perubahan intensitas cahaya yang sangat kecil, sehingga memungkinkan sistem
otomatisasi untuk menyesuaikan pencahayaan dengan sangat tepat sesuai dengan
kebutuhan tanaman.

Efisiensi energi: Dengan menggunakan sensor fotodioda, sistem otomatisasi


dapat mengatur penggunaan lampu tumbuh atau tirai penutup jendela secara

v
efisien. Pencahayaan dapat diatur secara otomatis berdasarkan tingkat cahaya
alami yang ada di dalam greenhouse, mengurangi penggunaan energi yang tidak
perlu.

Pertumbuhan tanaman yang lebih baik: Dengan mengontrol pencahayaan


secara optimal, tanaman dapat menerima intensitas cahaya yang tepat untuk
melakukan fotosintesis. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas
tanaman yang tumbuh di dalam greenhouse.

Monitoring lingkungan: Selain mengontrol pencahayaan, sensor fotodioda


juga dapat digunakan untuk memantau perubahan lingkungan di dalam
greenhouse. Misalnya, sensor fotodioda yang dipasang di beberapa titik dapat
membantu mengidentifikasi area dengan tingkat pencahayaan yang tidak merata,
yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Dengan demikian, penggunaan sensor fotodioda di greenhouse


memungkinkan pengendalian pencahayaan yang akurat, efisiensi energi, dan
pengawasan lingkungan yang lebih baik. Hal ini dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produktivitas tanaman serta membantu menciptakan kondisi
optimal di dalam greenhouse.

Pendeteksian intensitas cahaya merupakan hal yang penting dalam berbagai


aplikasi teknologi, seperti fotografi, pengukuran sensor pada perangkat elektronik,
otomasi gedung, pencahayaan cerdas, dan banyak lagi. Sistem pendeteksi
intensitas cahaya yang akurat dan dapat diandalkan sangat dibutuhkan dalam
memastikan kualitas dan performa optimal pada berbagai aplikasi tersebut.

Salah satu jenis sensor yang sering digunakan dalam sistem pendeteksi
intensitas cahaya adalah sensor fotodioda. Sensor ini memiliki sensitivitas tinggi
terhadap cahaya dan respon yang cepat, sehingga cocok untuk digunakan dalam
berbagai aplikasi yang memerlukan pengukuran intensitas cahaya.

Namun, meskipun sensor fotodioda telah digunakan secara luas, masih


terdapat kebutuhan untuk merancang dan mengimplementasikan sistem

vi
pendeteksi intensitas cahaya berbasis sensor fotodioda yang lebih efisien, akurat,
dan dapat diaplikasikan dalam berbagai kondisi..

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dirumuskan berdasarkan latar belakang tersebut adalah:


1. Bagaimana merancang dan mengimplementasikan sistem pendeteksi
intensitas cahaya berbasis sensor fotodioda yang dapat memberikan hasil
pengukuran yang akurat dan dapat diandalkan?
2. Merancang kontrol intensitas cahaya berbasis iot

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan menjadi lebih jelas dan terarah. Maka, diperlukan


beberapa batasan masalah seperti berikut:
1. Sistem pendeteksi intensitas cahaya dirancang untuk mengukur intensitas
cahaya dalam rentang 0-1000 lux.
2. Sistem pendeteksi intensitas cahaya dirancang menggunakan sensor
fotodioda
3. Sistem pendeteksi intensitas cahaya diimplementasikan menggunakan
sensor fotodioda
4. Pengukuran disimulasikan di luar ruangan / tempat terbuka

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut. Tujuan dari rumusan masalah


tersebut adalah sebagai berikut:
1. Merancang dan mengimplementasikan sistem pendeteksi intensitas
cahaya berbasis sensor fotodioda.
2. Menguji dan mengevaluasi performa sistem pendeteksi intensitas cahaya
yang dirancang dan diimplementasikan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang diharapkan:


1. Menyediakan solusi untuk pendeteksian intensitas cahaya yang akurat
dan dapat diandalkan.

vii
2. Memberikan dasar untuk pengembangan teknologi pendeteksi intensitas
cahaya yang lebih canggih dan efisien.

3. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang prinsip kerja sensor


fotodioda dan sirkuit elektronik pada mahasiswa.
4. Dapat dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya.

viii
2. Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori
2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Analisis Penggunaan Cahaya Yang Berbasis Sensor Pada Pekerja


Pabrik Tahu di Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo
Tahun 2018
Desa Sepande, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo memiliki
jumlah industri tahu sebanyak 4 (empat) industri dengan total 25 pekerja.
Dengan banyaknya industri tahu di Desa Sepande, maka memungkinkan
konsentrasi peningkatan penggunaan cahaya juga meningkat. Efek yang
ditimbulkan akibat paparan ammonia akan merugikan bagi kesehatan,
terutama bagi para pekerja pabrik tahu. Tujuan penelitian ini yaitu
menganalisis risiko pajanan gas ammonia pada pekerja pabrik tahu di Desa
Sepande, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo Tahun 2018 menggunakan
pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) dengan
langkah-langkah identifikasi bahaya, analisis dosis respon, analisis pajanan
dan karakterisasi risiko. Tingkat risiko dikatakan aman bila RQ ≤ 1, dan
tingkat risiko dikatakan tidak aman bila RQ > 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi gas
ammonia (Nh3) 44,5 mg/m3, konsentrasi tertinggi 90,4 mg/m 3, konsentrasi
terendah 11,2 mg/m3. Lingkungan fisik udara didapatkan rata-rata suhu
udara 31C, rata-rata kelembaban udara 59,5%, rata-rata kecepatan angin
1,18 m/s dan arah angin saat pengukuran berhembus dari arah Barat dan
Timur. Agen yang berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada pekerja
pabrik tahu adalah gas amonia (Nh3) di udara ambien yang bersumber dari
limbah cair tahu yang terurai oleh mikroorganisme, serta didapatkan
sebanyak 56% pekerja pabrik tahu memiliki riwayat gangguan saluran
pernafasan. Dosis respon gas ammonia (Nh3) adalah 5x10-1 mg/m 3. Seluruh
pekerja pabrik tahu didapatkan nilai RQ > 1. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa tingkat risiko pajanan gas ammonia (Nh3) pada pekerja

ix
pabrik tahu adalah tidak aman dan berisiko mengalami gangguan saluran
pernafasan. (Prasetya dkk., 2019)
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis adalah penulis menggunakan Rule Based System sebagai perbedaan
mendasar untuk memecahkan sebuah masalah dengan aturan menggunakan
If-Then rule sebagai representasi pengetahuan paling umum yang digunakan
dalam sistem pakar.

2.1.2 Penerapan Internet of Things (IoT) Pada Sistem Monitoring


Penggunaan Air PDAM Rumah Tangga
Air merupakan sumber kehidupan yang sangat diperlukan oleh
makhluk hidup. Banyak masyarakat yang sudah beralih menggunakan air
PDAM untuk memenuhi kehidupan air sehari-hari, sehingga dalam proses
pendistribusian tersebut pihak PDAM membutuhkan proses pengecekan
atau pencatatatn oleh petugas dalam penggunaan jumlah penggunaan air
yang dialirkan ke masing-masing pelanggan. Hal ini menimbulkan
permasalahan yaitu sering terjadinya ketidak sesuaian antara banyaknya
pemakaian air dan biaya yang harus dibayar dan dalam meter air yang
digunakan PDAM juga masih bersifat analog sehingga data pemakaian air
sulit diketahui oleh pelanggan. Maka dibutuhkan sebuah alat untuk
memudahkan pihak PDAM dan pelanggan air PDAM dalam melakukan
monitoring penggunaan air sekaligus jumlah pembayarannya. Alat tersebut
berupa sebuah Rancang Bangun Sistem Monitoring Penggunaan Air PDAM
menggunakan teknologi Internet of Things dengan menggunakan water flow
sensor yang akan mendeteksi penggunaan air yang digunakan, RTC untuk
menentukan sebuah tanggal dan waktu dalam tampilan aplikasi BLYNK,
diolah lewat Node MCU ESP32 dan ditampilkan pada LCD sebagai output
pemakaian saat ini serta tagihan yang harus dibayar. Hasil data yang sudah
diolah akan dikirim kedalam web server BLYNK dan dapat dilihat melalui
aplikasi BLYNK pada smartphone android. Nilai eror dari hasil pembacaan
water flow sensor 1% yang artinya tingkat akurasinya sebesar 99%.

x
Sedangkan data hasil pembacaan sistem penghitung biaya penggunaan air
PDAM tidak tedapat eror sehingga akurasi datanya mencapai 100%.
(Gunawan dkk., 2023)

xi
2.1.3 Pemanfaatan Teknologi Internet of Things (IoT) Pada Bidang Pertanian
Kemajuan teknologi diera saat ini membuat bermacam-macam hal
wajib mengutamakan efesiensi serta kemudahan dalam melaksanakan
pekerjaan yang sering dilakukan tiap hari, hal itu menjadikan banyak
manusia menghasilkan bermacam jenis teknologi yang otomatis dan dapat
membantu memudahkan pekerjaan serta efisien terhadap waktu. Internet of
Things (IoT) merupakan sebuah teknologi yang dibangun untuk
memberikan kemudahan didalamnya, dengan memungkinkan kita dapat
terhubung dengan alat melalui internet. Sektor pertanian merupakan sumber
penghasilan yang cukup memberikan dampak besar bagi perekonomian di
Indonesia, contohnya seperti padi, jagung, kelapa sawit, lada, kopi, teh dan
lain-lain. Hasil dari penulisan karya ilmiah ini adalah gambaran mengenai
apa saja pemanfaatan teknologi IoT di bidang pertanian yang nantinya dapat
membantu masyarakat untuk meningkatkan hasil dan kualitas pertaniannya.
(Sandi dan Fatma, 2023)

2.1.4 Penerapan Sistem Monitoring dan Kontroling Pada Keamanan


Brankas Berbasis IoT (Internet of Things)
Kasus pencurian terhadap barang berharga semakin meningkat,
terutama menyimpan barang berharga di dalam brankas. Mengantisipasi
tindakan pencurian pada brankas, diperlukan keamanan dengan sistem
terintegerasi. Metode yang digunakan yaitu menggunakan sistem Internet of
Things sebagai komunikasi antar sistem yang bisa monitoring dan
kontroling sistem keamanan brankas. Hasil penelitian pada sistem keamanan
brankas ini adalah mampu melindungi barang berharga yang disimpan pada
sistem brankas ini dari pencuri maupun dari orang yang tidak bertanggung
jawab. (Nudin dan Wisjhnuadji, 2023)

xii
2.1.5 Kunci Pintu Berbasis Internet of Things (IoT)
Pengendalian Kunci Pintu Rumah menggunakan berbasis Internet of
Things merupakan pengembangan kunci pintu rumah yang didukung dengan
teknologi cloud computing sebagai penyimpan data. Dibuatnya alat
pengendali kunci pintu rumah guna meminimalisir terjadinya perampokan,
pencurian, dan pembobolan rumah, Juga memberi kemudahan untuk tidak
perlu lagi membawa kunci. Metode pengembangan yang ada pada sistem ini
adalah menggabungkan teknologi ESP 8266, Smartphone dan Wi-Fi yang
digunakan untuk menyimpan data secara online di http://192.158.4.1/L. ESP
32 mampu melakukan komunikasi dengan jalur komunikasi jaringan
internet. Smartphone digunakan sebagai pengendali dan Wi-Fi digunakan
sebagai penghubung. Alat ini menerapkan kaidah Internet of Things.
(Kurniawan, 2023)

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Sensor Fotodioda


Sensor fotodioda adalah jenis sensor optoelektronik yang dapat mengubah
intensitas cahaya menjadi sinyal listrik. Sensor ini umumnya terdiri dari sebuah
fotodioda, yang merupakan semikonduktor yang memiliki kemampuan
menghasilkan arus listrik ketika diterangi cahaya. Fotodioda memiliki
karakteristik responsif terhadap cahaya yang dapat diukur dan diubah menjadi
sinyal output

2.2.2 Sistem Monitoring


Sistem monitoring merupakan suatu proses yang dilakukan secara
terus menerus dan merupakan bagian yang bersifat integral dari sebuah
manajemen yang meliputi penilaian yang bersifat sistematis akan kemajuan
suatu pekerjaan (Mudjahidin dan Putra, 2012). Sistem monitoring atau
sistem pengawasan merupakan suatu usaha yang sistematik untuk
menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem
umpan balik suatu informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan

xiii
standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu
penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau
organisasi telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna untuk
mencapai tujuan perusahaan atau organisasi tersebut (Widiastuti dan
Susanto, 2014). Sistem monitoring merupakan penilaian yang skematis dan
terus menerus dilakukan terhadap kemajuan suatu pekerjaan (Hutahaen,
2015). Sistem monitoring merupakan suatu proses untuk mengumpulkan
data dari berbagai sumber daya yang ada (Haryanto dan Permata, 2016).
Sistem monitoring merupakan penilaian secara berkelanjutan terhadap
sebuah fungsi dari kegiatan-kegiatan program dalam hal jadwal penggunaan
input/output oleh kelompok sasaran yang berkaitan dengan harapan yang
telah direncanakan (Panggabean dkk., 2017).

2.2.3 Sensor Fotodioda


Sensor photodioda adalah salah satu jenis sensor peka
cahaya (photodetector). Jenis sensor peka cahaya lain yang sering digunakan
adalah phototransistor. Photodioda akan mengalirkan arus yang membentuk
fungsi linear terhadap intensitas cahaya yang diterima. dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sensor Fotodioda (Sucipto dkk., 2023)

xiv
.

2.2.4 Green House

Greenhouse adalah struktur atau bangunan yang dirancang khusus untuk


menanam tanaman dengan memanfaatkan efek rumah kaca. Tujuan utama dari
greenhouse adalah menciptakan lingkungan yang terkendali untuk mendukung
pertumbuhan optimal tanaman.

Greenhouse biasanya terbuat dari bahan transparan seperti kaca atau plastik
yang memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam struktur dan menjaga suhu di
dalamnya. Cahaya matahari yang masuk ke dalam greenhouse dipancarkan
kembali sebagai radiasi panas, tetapi sebagian besar radiasi ini tidak dapat
melarikan diri dari greenhouse karena sifat transparan bahan penutupnya.
Akibatnya, suhu di dalam greenhouse menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
lingkungan luar.

Keuntungan utama dari menggunakan greenhouse adalah:

1. Kontrol lingkungan: Dengan menggunakan greenhouse, faktor-faktor


lingkungan seperti suhu, kelembaban udara, pencahayaan, dan kualitas
udara dapat dikendalikan dengan lebih baik. Hal ini memungkinkan
pertanian atau budidaya tanaman untuk dilakukan di daerah yang memiliki
kondisi iklim yang tidak cocok atau ekstrem.
2. Perlindungan dari gangguan eksternal: Greenhouse melindungi tanaman
dari cuaca buruk, hama, dan serangan penyakit. Dengan menjaga
lingkungan di dalam greenhouse tetap stabil, tanaman memiliki peluang
yang lebih baik untuk tumbuh dengan sehat dan menghasilkan hasil yang
baik.
3. Memperpanjang musim tanam: Greenhouse memungkinkan petani atau
tukang kebun untuk memperpanjang musim tanam. Tanaman dapat

xv
ditanam sepanjang tahun tanpa tergantung pada musim atau kondisi cuaca
di luar.
4. Peningkatan produksi: Dengan mengendalikan lingkungan dan
memberikan kondisi optimal bagi pertumbuhan tanaman, greenhouse
dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen. Tanaman
sering kali tumbuh lebih cepat dan menghasilkan lebih banyak buah,
sayuran, atau tanaman hias dibandingkan dengan pertanian konvensional
di luar ruangan.
5. Greenhouse digunakan secara luas dalam pertanian komersial, pembibitan
tanaman, penelitian ilmiah, dan juga di tingkat rumah tangga untuk kebun
pribadi. Greenhouse dapat disesuaikan dengan berbagai skala dan
kebutuhan, mulai dari struktur kecil di halaman belakang hingga kompleks
besar yang digunakan dalam pertanian industri.

Greenhouse: Menciptakan Lingkungan Terkendali untuk Pertumbuhan Tanaman

Greenhouse, juga dikenal sebagai rumah kaca, adalah struktur yang


dirancang khusus untuk menanam tanaman dengan memanfaatkan efek rumah
kaca. Konsep greenhouse telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu, dan
hingga saat ini tetap menjadi metode yang populer dalam pertanian modern.
Tujuan utama dari greenhouse adalah menciptakan lingkungan yang terkendali
untuk mendukung pertumbuhan optimal tanaman.

Greenhouse biasanya terdiri dari struktur bangunan yang dilengkapi


dengan bahan penutup transparan seperti kaca atau plastik. Bahan penutup ini
memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam greenhouse dan menjaga suhu di
dalamnya. Ketika sinar matahari masuk ke dalam greenhouse, sebagian besar
energi cahaya diubah menjadi panas oleh tanaman dan permukaan tanah. Namun,
radiasi panas ini tidak dapat melarikan diri dari greenhouse dengan mudah karena
sifat transparan bahan penutupnya. Akibatnya, suhu di dalam greenhouse
meningkat, menciptakan kondisi yang lebih hangat dan stabil dibandingkan
dengan lingkungan luar.

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan,


termasuk suhu, kelembaban, pencahayaan, dan kualitas udara. Keunggulan utama
dari menggunakan greenhouse adalah kemampuannya untuk mengontrol faktor-
faktor ini secara efektif. Pertama, suhu di dalam greenhouse dapat diatur dengan
menggunakan ventilasi, pemanas, dan sistem pendingin. Hal ini memungkinkan
para petani untuk menyesuaikan suhu sesuai dengan kebutuhan tanaman yang
mereka tanam. Selain itu, kelembaban udara di dalam greenhouse juga dapat

xvi
dikendalikan dengan menggunakan sistem irigasi dan penggunaan perlengkapan
yang sesuai.

Greenhouse juga memungkinkan pengaturan pencahayaan yang optimal


bagi pertumbuhan tanaman. Cahaya matahari yang masuk ke dalam greenhouse
dapat diatur melalui penggunaan tirai penutup jendela atau penggunaan lampu
tumbuh (grow lights) pada kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Dengan
mengatur intensitas dan durasi pencahayaan, tanaman dapat menerima cahaya
yang tepat untuk melakukan proses fotosintesis, yang penting bagi pertumbuhan
dan perkembangan mereka.

Selain itu, greenhouse juga melindungi tanaman dari cuaca buruk,


serangan hama, dan penyakit. Dengan menjaga lingkungan di dalam greenhouse
tetap stabil, tanaman memiliki peluang yang lebih baik untuk tumbuh dengan
sehat dan menghasilkan hasil yang baik. Greenhouse juga dapat memperpanjang
musim tanam dengan menciptakan kondisi yang sesuai sepanjang tahun, tidak
tergantung pada musim atau kondisi cuaca di luar. Dengan demikian, petani dapat
meningkatkan produktivitas dan mendapatkan hasil panen yang lebih berlimpah.

Greenhouse digunakan secara luas dalam pertanian komersial, pembibitan


tanaman, penelitian ilmiah, dan juga di tingkat rumah tangga untuk kebun pribadi.
Ukuran greenhouse dapat bervariasi mulai dari struktur kecil di halaman belakang
hingga kompleks besar yang digunakan dalam pertanian industri. Kehadiran
greenhouse telah memberikan manfaat besar dalam meningkatkan produksi
tanaman, menyediakan makanan sepanjang tahun, dan menciptakan peluang untuk
eksperimen dan inovasi di bidang pertanian.

Dalam kesimpulannya, greenhouse merupakan solusi yang efektif untuk


menciptakan lingkungan terkendali yang mendukung pertumbuhan optimal
tanaman. Dengan mengontrol suhu, kelembaban, pencahayaan, dan faktor
lingkungan lainnya, greenhouse memungkinkan petani dan tukang kebun untuk
meningkatkan produktivitas, melindungi tanaman dari faktor eksternal yang
merugikan, dan memperpanjang musim tanam. Dengan demikian, greenhouse
memainkan peran penting dalam pertanian modern dan berkontribusi pada
ketahanan pangan global.

2.2.5 Internet of Things


Internet of Things (IoT) merupakan jaringan perangkat yang
terhubung langsung satu sama lain dengan tujuan untuk menangkap dan
berbagi data melalui lapisan layanan yang aman dan terhubung ke server

xvii
perintah serta kontrol pusat di cloud (Aggarwal dkk, 2018). Berbagai jumlah
kemajuan teknologi yang telah menyatu untuk memungkinkan internet dari
segala bidang. Menghubungkan setiap benda yang tertanam dengan alat
elektronik, perangkat lunak dan sensor ke internet yang memungkinkan
benda tersebut untuk mengumpulkan data dan bertukar data tanpa campur
tangan manusia yang bisa disebut sebagai Internet of Things (IoT)
(Tamrakar dkk., 2022). Internet of Things (IoT) merupakan sesuatu yang
mengacu pada interkoneksi jaringan objek sehari-hari yang sering kali
dilengkapi dengan kecerdasan tiruan yang ada di mana saja. IoT akan
meningkatkan keberadaan internet di mana-mana dengan mengintegrasikan
setiap objek untuk bisa interaksi melalui sistem yang telah tertanam atau
bisa disebut dengan Embedded System, yang mengarah ke jaringan yang
sangat terdistribusi dengan jaringan perangkat yang berkomunikasi dengan
manusia ataupun sesama perangkat lainnya (Xia dkk., 2012). Sensor dan
aktuator yang tertanam dalam objek fisik dari jalan raya hingga alat pacu
jantung dihubungkan melalui jaringan kabel ataupun nirkabel, seringkali
menggunakan Internet Protokol (IP) yang sama dan dapat terhubung ke
internet. Jaringan ini menghasilkan volume data yang sangat besar yang
mengalir ke komputer untuk dianalisis. Ketika objek dapat merasakan
lingkungan melalui sensor dan berkomunikasi, mereka menjadi alat untuk
memahami sebuah kompleksitas dan merespon hal tersebut dengan cepat.
Dan yang revolusioner dari semua ini adalah alat yang bekerja pun sebagian
besar tanpa campur tangan manusia (Chui dkk., 2010).

2.2.6 Sistem Berbasis Aturan (Rule Based)


Sistem berbasis aturan (Rule Based System) merupakan suatu bentuk
program komputer yang dapat mengolah informasi yang terdapat di dalam
working memory dengan sekumpulan aturan yang terdapat di dalam basis
pengetahuan untuk menghasilkan informasi baru (Mahmud, 2013). Rule
Based Reasoning (RBR) merupakan aturan-aturan logis dimana setiap

xviii
aturannya didapat dari studi literatur dan informasi dari ahli tanpa melihat
kasus yang dihadapi. Selain itu ada beberapa cara alternatif lain untuk
memperoleh aturan-aturan tersebut, yaitu menggunakan metode
pembelajaran mesin berdasarkan data empiris yang tersedia. Satu aturan
direpresentasikan dengan: IF <kondisi> dan THEN <kesimpulan>, dimana
di setiap kondisi-kondisi dari aturan ke aturan yang lainnya terhubung satu
dengan yang lain melalui penghubung logika seperti kata penghubung yaitu
dan atau negasi, serta kata penghubung lainnya sehingga membentuk sebuah
fungsi logis (Irfandi dkk., 2015). RBS (Rule Based System) merupakan
suatu metode pengambilan keputusan berdasarkan pada aturan-aturan (rule)
tertentu yang telah ditetapkan (Nordiansyah dkk,. 2014). Rule based
merupakan sebuah metode dimana aturan yang ada di dalam sistem dibuat
sendiri berdasarkan pengetahuan linguistik. Analisis dilakukan pada
tingkatan sintaksis dan semantik secara lebih mendalam merupakan
kelebihan dari metode ini (Utami dan Hartanti, 2007). If-Then rule
merupakan salah satu bentuk representasi pengetahuan yang paling umum
digunakan dalam sistem pakar. Sistem yang menggunakan peraturan seperti
paradigma representasi utama disebut Rule Based System (Hidayatullah,
2018).

2.2.7 NodeMCU ESP8266

NodeMCU merupakan papan pengembangan produk


Internet of Things (IoT) yang berbasiskan Firmware eLua dan y
(SoC) ESP8266-12E. ESP8266 sendiri merupakan chip WiFi
dengan protocol stack TCP/IP yang lengkap.
NodeMCU dapat dianalogikan sebagai board arduino-nya
ESP8266. Program ESP8266 sedikit susah karena diperlukan
beberapa teknik wiring serta tambahan modul USB to serial untuk

xix
mengunduh program.Namun NodeMCU telah me-package
ESP8266 ke dalam sebuah board yang kompak dengan berbagai
fitur layaknya mikrokontroler kapabilitas akses terhadap Wifi juga
chip komunikasi USB to serial. Sehingga untuk memprogramnya
hanya diperlukan ekstensi kabel data USB persis yang digunakan
charging smarphone.

Alasan penulis memilih NodeMCU ESP8266 ialah


karena mudah diprogram dan memiliki pin I/O yang memadai
dan dapat mengakses jaringan Internet untuk mengirim atau
mengambil data
melalui koneksi WiFi. Spesifikasi dari NodeMCU sebagai berikut
:
1. 10 port pin GPIO
2. Fungsionalitas PWM
3. Antarmuka I2C dan SPI
4. Antarmuka 1 Wire
5. ADC
. Bentuk Arduino Esp-8266 dapat dilihat pada Gambar 2.2.

xx
Gambar 2.2 NodeMCU ESP826 dan Skema Pin

Gambar diatas merupakan kaki pin yang ada pada


NodeMCU. Berikut penjelasan dari pin – pin NodeMCU tersebut.
1. ADC: Analog Digital Converter. Rentang tegangan
masukan 0- 1v,dengan skup nilai digital 0-1024.
2. RST : berfungsi mereset modul
3. EN: Chip Enable, Active High
4. IO16 :GPIO16, dapat digunakan untuk membangunkan
chipset dari mode deep sleep
5. IO14 : GPIO14; HSPI_CLK
6. IO12 : GPIO12: HSPI_MISO
7. IO13: GPIO13; HSPI_MOSI; UART0_CTS
8. VCC: Catu daya 3.3V (VDD)
9. CS0 :Chip selection
10. MISO : Slave output, Main input.
11. IO9 : GPIO9

xxi
12. IO10 GBIO10
13. MOSI: Main output slave input
14. SCLK: Clock
15. GND: Ground
16. IO15: GPIO15; MTDO; HSPICS; UART0_RTS
17. IO2 : GPIO2;UART1_TXD
18. IO0 : GPIO0
19. IO4 : GPIO4
20. IO5 : GPIO5
21. RXD : UART0_RXD; GPIO3
22. TXD : UART0_TXD; GPIO1

Untuk tegangan kerja ESP8266 menggunakan


standar tegangan JEDEC (tegangan 3.3V) untuk bisa
berfungsi. Tidak seperti mikrokontroler AVR dan sebagian
besar board Arduino yang memiliki tegangan TTL 5 volt.
Meskipun begitu, NodeMCU masih bisa terhubung dengan 5V
namun melalui port micro USB atau pin Vin yang disediakan
oleh board-nya.

2.2.8 Flowchart Sistem


Flowchart sistem dilakukan dengan merancang diagram alur kerja sistem yang
menunjukkan urutan tugas dan proses yang dilakukan oleh sistem.

xxii
berikut adalah contoh flowchart sistem untuk sistem pendeteksi intensitas cahaya
berbasis sensor fotodioda:

Flowchart sistem ini menunjukkan urutan proses dalam sistem pendeteksi


intensitas cahaya berbasis sensor fotodioda, dimulai dari mengukur intensitas

xxiii
cahaya dengan sensor fotodioda, kemudian meningkatkan amplitudo sinyal listrik
dengan amplifier, mengolah data pada mikrokontroler Esp-8266, dan
menampilkan hasil pengukuran pada Website. Flowchart ini membantu
memvisualisasikan alur kerja sistem dan memudahkan dalam memahami proses
yang terjadi dalam sistem

2.2.9 OOAD (Object Oriented Analisys and Design)


OOAD (Object Oriented Analisys and Design) merupakan sebuah
analisis dan desain yang berorientasi pada objek, dan merupakan salah satu
cara baru dalam memikirkan suatu permasalahan dengan menggunakan
model yang dibuat menurut konsep yang ada di sekitar dunia nyata. Dasar
pembuatan adalah objek yang merupakan kombinasi antara struktur data dan
perilaku dalam satu entitas (Neyfa dan Tamara, 2016). OOAD (Object
Oriented Analisys and Design) merupakan metode terstruktur yang
berfungsi untuk menganalisis dan merancang sistem dengan menerapkan
konsep berorientasi objek serta mengembangkan serangkaian model sistem
grafis selama siklus hidup pengembangan perangkat lunak (Mujilahwati dan
Fauziah, 2018).
Berikut adalah contoh Object-Oriented Analysis and Design (OOAD)
untuk perancangan dan implementasi sistem pendeteksi intensitas cahaya
matahari dengan sensor fotodioda berbasis IoT:

1. Identifikasi Kelas-Kelas Utama:


- SensorFotodioda: Kelas yang merepresentasikan sensor fotodioda,
memiliki atribut seperti sensitivitas, nilai intensitas cahaya, dan metode
untuk membaca intensitas cahaya.
- Mikrokontroler: Kelas yang merepresentasikan mikrokontroler,
memiliki atribut seperti jenis mikrokontroler, pin untuk koneksi sensor, dan
metode untuk mengambil data dari sensor fotodioda.

xxiv
- ModulIoT: Kelas yang merepresentasikan modul IoT, memiliki
atribut seperti tipe modul, koneksi jaringan, dan metode untuk mengirim
data ke platform IoT.
- PlatformIoT: Kelas yang merepresentasikan platform IoT,
memiliki atribut seperti URL, token otentikasi, dan metode untuk menerima
data dan menyimpannya.

2. Identifikasi Interaksi Antar Kelas:


- SensorFotodioda berinteraksi dengan Mikrokontroler untuk
mengirimkan data intensitas cahaya.
- Mikrokontroler berinteraksi dengan ModulIoT untuk mengirimkan
data ke PlatformIoT melalui koneksi jaringan.
- ModulIoT berinteraksi dengan PlatformIoT untuk mengirim dan
menyimpan data intensitas cahaya.

3. Identifikasi Fungsi-Fungsi Utama:


- BacaIntensitasCahaya(): Fungsi yang digunakan oleh
SensorFotodioda untuk membaca intensitas cahaya dari lingkungan sekitar.
- KirimData(): Fungsi yang digunakan oleh Mikrokontroler untuk
mengirim data intensitas cahaya ke PlatformIoT melalui ModulIoT.
- TerimaData(): Fungsi yang digunakan oleh PlatformIoT untuk
menerima data intensitas cahaya dari ModulIoT dan menyimpannya.

4. Identifikasi Responsibilitas Masing-Masing Kelas:


- SensorFotodioda: Bertanggung jawab membaca intensitas cahaya
dan menyimpan nilai intensitas cahaya.
- Mikrokontroler: Bertanggung jawab mengambil data intensitas
cahaya dari SensorFotodioda dan mengirimkannya ke ModulIoT.
- ModulIoT: Bertanggung jawab mengirimkan data intensitas cahaya
ke PlatformIoT melalui koneksi jaringan.

xxv
- PlatformIoT: Bertanggung jawab menerima data intensitas cahaya
dari ModulIoT, memvalidasi, dan menyimpannya.

5. Identifikasi Atribut-Atribut Penting:


- SensorFotodioda: sensitivitas, nilai intensitas cahaya.
- Mikrokontroler: jenis mikrokontroler, pin koneksi sensor.
- ModulIoT: tipe modul, koneksi jaringan.
- PlatformIoT: URL, token otentikasi.

6. Identifikasi Relasi Antar Kelas:


- SensorFotodioda memiliki hubungan asosiasi dengan
Mikrokontroler.
- Mikrokontroler memiliki hubungan asosiasi dengan ModulIoT.
- ModulIoT memiliki hubungan asosiasi dengan PlatformIoT.

Setelah melakukan analisis OOAD, hasilnya dapat digunakan untuk


merancang diagram kelas, diagram sekuen, atau diagram lainnya sesuai
kebutuhan. Dalam rancangan sistem ini, pemodelan OOAD membantu
mengidentifikasi kelas-kelas utama, fungsi-fungsi utama, dan responsibilitas
masing-masing kelas, sehingga memudahkan pemahaman dan implementasi
sistem yang diinginkan.

2.2.10 Use Case Diagram


Use Case Diagram merupakan seperangkat skenario yang diikat
bersama oleh user untuk mencapai tujuan dan Use Case pun juga
merupakan deskripsi fungsi dari sebuah sistem dari perspektif atau sudut
pandang para pengguna sistem (Setiyani, 2021). Use Case merupakan
langkah pertama dalam memodelkan sebuah sistem. Use Case merupakan

xxvi
pemodelan untuk kebutuhan sebuah sistem fungsional, setiap Use Case
digambarkan sebagai kunci dari suatu skenario yang dilakukan oleh aktor
dan diringkas dalam sebuah batas sistem, setiap Use Case dihubungkan
dengan sebuah garis notasi (Aliman, 2021). Bentuk dari Use Case diagram
dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.4 Simbol Use Case Diagram (Finandhita, 2018)

xxvii
xxviii
3. Metodologi Penelitian
3.1 Bahan dan Alat Penelitian

3.1.1 Bahan Penelitian


Bahan penelitian yang digunakan menggunakan cahaya yang berada
di bangunan green houseatau diluar ruangan, di Kota Lamongan sebagai
bahan utama dari penelitian ini.

3.1.2 Alat Penelitian


Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan 2 (dua) jenis
alat, yaitu software dan hardware, antara lain:
1. Hardware yang digunakan:
a. Laptop dengan spesifikasi Intel® Core™ i5-8250U CPU @ 1.60GHz
(8 CPUs), ~1.8GHz, RAM 8 GB DDR4, dengan OS Windows 11
Home 64-bit.
b. 1 (satu) buah sensor Modul snsor photodioda sebagai alat pendeteksi
cahaya.
2. Software yang digunakan:
a. PHP sebagai Bahasa Pemrograman.
b. MySQL sebagai database.
c. Arduino Uno sebagai code system.
d. Google Chrome sebagai web browser.
e. Xampp sebagai web server.
f. Visual Studio Code sebagai tempat code editing.
g. Bahasa C sebagai Bahasa Pemrograman untuk sensor MQ-135.

xxix
3.2 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Waterfall.
Metode Waterfall merupakan metode perangkat lunak dengan 5 (lima)
langkah pemodelan. Lima fase tersebut meliputi analisis dan definisi
kebutuhan, desain sistem, implementasi dan pengujian, integrasi dan
pengujian sistem, serta pengoperasian dan pemeliharaan. Prosedur penelitian
dengan menggunakan penerapan metode Waterfall pada sistem monitoring
kadar cahaya dapat dilihat seperti yang di tunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

3.2.1 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah merupakan bagian dari proses penelitian yang
dapat dipahami sebagai upaya mendefinisikan problem serta membuat
definisi tersebut menjadi lebih terukur atau measurable sebagai suatu
langkah awal penelitian.

xxx
3.2.2 Desain Sistem
Pada langkah ini, alat dibuat sesuai dengan diagram desain alat yang
akan dibuat dengan menambah lebih banyak komponen, merakit sensor dan
membuat pemrograman alat, perancangan ini menggunakan OOAD (Object
Oriented Analisys and Design) berupa use case dan rancangan interface.

3.2.3 Implementasi
Pada langkah ini, implementasi dari sebuah sensor dilakukan dalam
bahasa C untuk mengumpulkan dan memasukkan data ke database MySQL.
Lalu ditampilkan dari database MySQL ke sistem menggunakan PHP dan
Bootstrap yang implementasi antarmuka atau user interface sesuai dengan
desain sistem.

3.2.4 Pengujian
Memasukkan teori yang didapatkan dari penelitian lain, yaitu memulai
proses perancangan alat, merakit alat dan menguji hasil alat yang digunakan
dalam penelitian guna untuk mengetahui hasil yang ditargetkan.
Tujuan dari proses pengujian sistem adalah untuk mengetahui apakah
alat dan sistem pemonitoringan kadar cahaya bekerja dan berfungsi sesuai
rencana atau tidak, serta tujuan lainnya yaitu agar dapat menemukan
kekurangan atau kesalahan (error) yang mungkin terjadi pada alat dan
sistem yang telah dibuat dan digunakan.
Kondisi dan situasi pada tempat yang akan dilaksanakan sebagai
tempat penelitian memiliki uraian masalah yang sedang terjadi, yaitu
dengan kondisi pada pagi,siang,dan sore hari, kadar cahaya pada waktu
tersebut apakah akankah berbeda.

xxxi
Jadwal Penelitian

Tabel. 4.1 Agenda Penelitian


Agenda Bulan
NO.
Penelitian Maret April Mei Juni Juli
Identifikasi
1
Masalah
2 Desain Sistem
3 Implementasi
4 Pengujian
Penyusunan
5
Laporan

xxxii
BAB 4

4.1 Perancangan Sistem

Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai perancangan keseluruhan sistem


pendeteksi intensitas cahaya matahari dengan sensor fotodioda berbasis IoT.
Penjelasan ini meliputi komponen-komponen yang digunakan dalam sistem,
skema perancangan, dan alur kerja sistem.

4.1.1 Komponen Sistem

Sistem pendeteksi intensitas cahaya matahari dengan sensor fotodioda berbasis


IoT terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain:

1. Sensor Fotodioda: Komponen ini digunakan untuk mendeteksi intensitas


cahaya matahari. Sensor fotodioda yang digunakan harus memiliki sensitivitas
yang baik terhadap cahaya matahari.

2. Mikrokontroler: Mikrokontroler bertugas sebagai pusat pengendalian sistem.


Mikrokontroler akan mengambil data dari sensor fotodioda dan mengirimkannya
ke platform IoT melalui koneksi jaringan.

3. Modul IoT: Modul IoT digunakan untuk menghubungkan sistem dengan


platform IoT. Modul ini dapat menggunakan teknologi seperti Wi-Fi, Bluetooth,
atau protokol jaringan lainnya.

4. Platform IoT: Platform IoT merupakan tempat data dari sistem akan dikirim
dan disimpan. Platform ini dapat berupa aplikasi web atau server yang dapat
diakses secara online.

xxxiii
4.1.2 Skema Perancangan

Berikut adalah skema perancangan sistem pendeteksi intensitas cahaya matahari


dengan sensor fotodioda berbasis IoT:

1. Sensor fotodioda dipasang di tempat yang terbuka dan menerima cahaya


matahari secara langsung.

2. Sensor fotodioda akan mengubah intensitas cahaya menjadi sinyal listrik yang
kemudian diteruskan ke mikrokontroler.

3. Mikrokontroler akan mengambil data dari sensor fotodioda dan melakukan


pemrosesan sederhana untuk mengubah sinyal analog menjadi digital.

4. Data digital yang sudah diproses akan dikirimkan ke modul IoT melalui
koneksi jaringan.

5. Modul IoT akan mengirimkan data ke platform IoT melalui koneksi internet.

6. Platform IoT akan menerima data dan menyimpannya untuk pemantauan dan
analisis lebih lanjut.

4.1.3 Alur Kerja Sistem

Berikut adalah alur kerja sistem pendeteksi intensitas cahaya matahari dengan
sensor fotodioda berbasis IoT:

xxxiv
1. Sensor fotodioda mendeteksi intensitas cahaya matahari secara real-time.

2. Data intensitas cahaya yang diperoleh oleh sensor fotodioda dikirim ke


mikrokontroler.

3. Mikrokontroler melakukan pemrosesan data dan mengubahnya menjadi format


yang sesuai.

4. Data yang sudah diproses dikirimkan ke modul IoT melalui koneksi jaringan.

5. Modul IoT mengirimkan data ke platform IoT melalui koneksi internet.

6. Platform IoT menerima data dan menyimpannya dalam database.

7. Pengguna dapat mengakses platform IoT untuk melihat data intensitas cahaya
matahari secara real-time dan melakukan analisis.

4.2 Implementasi Sistem

Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai implementasi sistem pendeteksi


intensitas cahaya matahari dengan sensor fotodioda berbasis IoT. Penjelasan ini
meliputi tahapan implementasi, perangkat yang digunakan, dan hasil yang dicapai.

4.2.1 Tahapan Implementasi

Tahapan implementasi sistem pendeteksi intensitas cahaya matahari dengan


sensor fotodioda berbasis IoT adalah sebagai berikut:

xxxv
1. Mempersiapkan perangkat keras: Memasang sensor fotodioda dan
menghubungkannya dengan mikrokontroler.

2. Mempersiapkan perangkat lunak: Menginstal firmware atau program yang


dibutuhkan pada mikrokontroler dan modul IoT.

3. Menghubungkan sistem ke jaringan: Mengatur koneksi jaringan pada modul


IoT agar dapat terhubung dengan platform IoT.

4. Mengkonfigurasi platform IoT: Membuat akun pengguna pada platform IoT


dan mengkonfigurasikan pengaturan yang diperlukan.

5. Menguji sistem: Melakukan uji coba untuk memastikan sistem berfungsi


dengan baik dan mengirimkan data intensitas cahaya matahari ke platform IoT.

4.2.2 Perangkat yang Digunakan

Perangkat yang digunakan dalam implementasi sistem pendeteksi intensitas


cahaya matahari dengan sensor fotodioda berbasis IoT dapat mencakup:

1. Sensor fotodioda: Contoh sensor fotodioda yang dapat digunakan adalah


TSL2561, BH1750, atau sensor sejenis.

2. Mikrokontroler: Mikrokontroler seperti Arduino atau ESP32 dapat digunakan


sebagai pusat pengendalian sistem.

xxxvi
3. Modul IoT: Modul Wi-Fi seperti ESP8266 atau ESP32 dapat digunakan untuk
menghubungkan sistem ke platform IoT.

4. Platform IoT: Contoh platform IoT yang dapat digunakan adalah Thingspeak,
Adafruit IO, atau platform sejenis.

4.2.3 Hasil Implementasi

Setelah sistem pendeteksi intensitas cahaya matahari dengan sensor fotodioda


berbasis IoT diimplementasikan, hasil yang dapat dicapai antara lain:

1. Data intensitas cahaya matahari secara real-time dapat dikirimkan dan disimpan
dalam platform IoT.

2. Pengguna dapat memantau data intensitas cahaya matahari melalui platform


IoT dengan menggunakan perangkat yang terhubung ke internet.

3. Data intensitas cahaya matahari dapat digunakan untuk analisis, seperti


memprediksi pola cahaya matahari harian atau mengukur efisiensi energi surya.

Berikut adalah contoh implementasi sistem pendeteksi intensitas cahaya matahari


dengan sensor fotodioda berbasis IoT:

1. Perangkat Keras yang Digunakan:

- Sensor fotodioda: Misalnya, menggunakan sensor TSL2561.

- Mikrokontroler: Menggunakan Arduino Uno.

- Modul IoT: Menggunakan modul ESP8266 Wi-Fi.

- Platform IoT: Menggunakan Thingspeak sebagai platform IoT.

xxxvii
2. Perangkat Lunak yang Digunakan:

- Arduino IDE: Digunakan untuk mengembangkan program untuk


mikrokontroler.

- Thingspeak API: Digunakan untuk mengirim data ke platform Thingspeak.

3. Langkah Implementasi:

a. Persiapan Perangkat Keras:

- Sambungkan sensor fotodioda dengan Arduino Uno.

- Hubungkan modul ESP8266 dengan Arduino Uno melalui koneksi serial.

b. Pengembangan Program:

- Buat program menggunakan Arduino IDE untuk membaca data dari sensor
fotodioda dan mengirimkannya ke modul ESP8266.

- Program harus mengambil data dari sensor fotodioda dengan menggunakan


pustaka atau library yang sesuai.

- Program juga harus mengatur koneksi Wi-Fi pada modul ESP8266 dan
mengirim data ke Thingspeak menggunakan API yang disediakan oleh
Thingspeak.

c. Konfigurasi Platform Thingspeak:

- Buat akun di Thingspeak (jika belum memiliki).

- Buat saluran (channel) baru untuk menyimpan data intensitas cahaya


matahari.

- Konfigurasikan saluran dengan menambahkan bidang (field) untuk intensitas


cahaya.

xxxviii
d. Pengujian dan Evaluasi:

- Pasang sensor fotodioda di tempat terbuka yang terkena cahaya matahari


secara langsung.

- Upload program ke Arduino Uno.

- Periksa apakah Arduino Uno dapat membaca data intensitas cahaya dengan
benar dari sensor fotodioda.

- Pastikan modul ESP8266 terhubung ke jaringan Wi-Fi dan dapat mengirim


data ke Thingspeak.

- Monitor data yang dikirim ke Thingspeak untuk memastikan bahwa data


intensitas cahaya tercatat dengan benar.

4. Dokumentasi dan Analisis:

- Dokumentasikan semua langkah implementasi yang telah dilakukan, termasuk


perangkat keras yang digunakan, kode program, dan konfigurasi platform IoT.

- Lakukan analisis terhadap data intensitas cahaya matahari yang tercatat di


Thingspeak untuk menarik kesimpulan atau melakukan pemodelan lebih lanjut
jika diperlukan.

Dengan implementasi sistem tersebut, Anda dapat mendapatkan sistem pendeteksi


intensitas cahaya matahari yang dapat mengirimkan data secara real-time ke
platform IoT untuk pemantauan dan analisis lebih lanjut.

4.3 Ringkasan

Pada bab ini, telah dijelaskan perancangan dan implementasi sistem pendeteksi
intensitas cahaya matahari dengan sensor fotodioda berbasis IoT. Skema
perancangan meliputi komponen sistem, skema perancangan, dan alur kerja
sistem. Tahapan implementasi mencakup

persiapan perangkat keras dan lunak, pengaturan koneksi jaringan, konfigurasi


platform IoT, dan pengujian sistem. Hasil implementasi mencakup pengiriman

xxxix
data ke platform IoT, pemantauan data intensitas cahaya matahari, dan
kemungkinan analisis data yang dapat dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Realization of Economic Green-Crop-House to Improve Horticulture Diversity
H Ardiansyah, R Agustina, S Suhaili
Twitter social media sentiment analysis in tourist destinations using algorithms
Naive Bayes classifier
DT Hermanto, M Ziaurrahman, MA Bianto, A Setyanto
Journal of Physics: Conference Series 1140 (1), 012037
Kontribusia (Research Dissemination for Community Development) 4 (1), 379-
381
Arganata, F. Z. (2017). Beberapa Faktor Penyebab Gangguan Faal Paru Pada
Penjual Unggas Di Pasar Burung Kupang Surabaya. The Indonesian Journal
of Occupational Safety and Health, 5(1), 31.
Ashari, I. A., Widodo, A. P., & Suryono, S. (2019). The Monitoring System for
Ammonia Gas (NH3) Hazard Detection in the Livestock Environment uses
Inverse Distance Weight Method. Proceedings of 2019 4th International
Conference on Informatics and Computing, ICIC 2019, 2, 3–8.
Brigden, K., & Stringer, R. (2000). Ammonia and Urea Production : Incidents of
Ammonia Release from the Profertil Urea and Ammonia Facility, Bahia
Blanca, Argentina 2000. Greenpeace Research Laboratories, December, 4.
Brightling, J. (2018). Ammonia and the fertiliser industry: The development of
ammonia at Billingham. Johnson Matthey Technology Review, 62(1), 32–47.
Daniel Panggabean, R. A., Budiman, E., & Pohny. (2017). Monitoring Kegiatan
Kapal Pada Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Di Samarinda.
Prosiding Seminar Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi, 2(1), 1–5.
Dwicahyo, H. B. (2017). Analisis Kadar NH3, Karakteristik Individu Dan
Keluhan Pernapasan Pemulung Di TPA Sampah Benowo Dan Bukan
Pemulung Di Sekitar TPA Sampah Benowo Surabaya. Jurnal Kesehatan

xl
Lingkungan, 9(2), 135–144.
Environments, V. (n.d.). Implementasi Perilaku Agen Berbasis. 1.
Finandhita, A. (2018). Pengenalan UML dan Diagram Use Case. Akademia.Ac.Id,
38.
Findawati, Y. (2018). Buku Ajar Rekayasa Perangkat Lunak. In Buku Ajar
Rekayasa Perangkat Lunak.
Firdaus, A. R. (2018). Analisis Risiko Pajanan Nh3 Dan H2S Terhadap Gangguan
Pernapasan Pada Penduduk Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Bukit Pinang Samarinda. KESMAS UWIGAMA: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 2(1), 49–56.
Gumelar, D. M., Rivai, M., & Tasripan, T. (2017). Rancang Bangun Wireless
Electronic Nose Berbasis Teknologi Internet of Things. Jurnal Teknik ITS,
6(2), 6–10.
Gunawan, I., Wasil, M., & Mahpuz, M. (2023). Penerapan Internet Of Things
(IoT) Pada Sistem Monitoring Penggunaan Air PDAM Rumah Tangga.
Infotek : Jurnal Informatika Dan Teknologi, 6(1), 115–126.
Hafidhin, M. I., Saputra, A., Ramanto, Y., & Samsugi, S. (2020). Alat
Penjemuran Ikan Asin Berbasis Mikrokontroler Arduino UNO. Jurnal
Teknik Dan Sistem Komputer, 1(2), 26–33.
Haryanto, H., & Permata, E. (2016). Sistem Monitoring Proses Produksi pada
Mesin Bardi di PT. Tirta Investama (Danone Aqua) Sukabumi Berbasis Web.
Setrum : Sistem Kendali-Tenaga-Elektronika-Telekomunikasi-Komputer,
3(1), 26.
Hidayatullah, A. A. (2018). Identifikasi konflik peminjaman menggunakan rule-
based pada sistem informasi peminjaman ruangan dan fasilitas kampus.
hutahaen. (2015). Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Management Fee Jasa
Outsourcing Berbasis Web Pada PT. Trisakti Manunggal Jaya. Journal …,
1–2.
Ichwan, M., Husada, M. G., & M. Iqbal Ar Rasyid. (2013). Pembangunan
Prototipe Sistem Pengendalian Peralatan Listrik Pada Platform Android.
Jurnal Informatika, 4(1), 13–25.

xli
Iera, A., Floerkemeier, C., Mitsugi, J., & Morabito, G. (2010). The Internet of
things. IEEE Wireless Communications, 17(6), 8–9.
Irfandi, M. A., Romadhony, A., & Saadah, S. (2015). Implementasi Sistem Pakar
Diagnosa Penyakit Gigi Dan Mulut Menggunakan Metode Hybrid Case-
Based Dan Rule-Based Reasoning. April 2017.
Jabastian, A. H., Erwansyah, K., Sri, M., & Saiful, W. (2023). Monitoring Anti
Maling Sepeda Motor Menggunakan IOT Berbasis NodeMCU. 2, 34–42.
Jannah, W. (2021). Optimasi Rute Pengangkutan Sampah Di Kota Lamongan
Dengan Menggunakan Metode Saving Matrix. Indonesian Journal of Spatial
Planning, 1(2), 57.
Justiani, A. A. (2021). Hubungan paparan gas Amonia dengan gangguan
pernapasan pada pekerja peternakan ayam. Jurnal Medika Hutama, 2(2),
750–756.
Kurniawan, M. F. (2023). KUNCI PINTU BERBASIS INTERNET OF THINGS
( IoT ). 3(1), 1–16.
Kusumo, A. T., Vito Triantori, & Ishak Komarudin. (2021). Rancang Bangun
Sistem Informasi Penjualan Berbasis Web pada Smooth-Tee dengan Metode
Waterfall. Jurnal Sistem Informasi, 10(2), 82–88.
Latifa, U., & Slamet Saputro, J. (2018). Perancangan Robot Arm Gripper Berbasis
Arduino Uno Menggunakan Antarmuka Labview. Barometer, 3(2), 138–141.
León, O., Hernández-Serrano, J., & Soriano, M. (2010). Securing cognitive radio
networks. International Journal of Communication Systems, 23(5), 633–652.
Mahmud, A. (2013). Mesin penjawab otomatis al-hadits menggunakan metode
rule based. Skripsi.
Mudjahidin, M., & Dita Pahang Putra, N. (2012). Rancang Bangun Sistem
Informasi Monitoring Perkembangan Proyek Berbasis Web. Jurnal Teknik
Industri, 11(1), 75–83.
Mujilahwati, S., & Fauziah, S. N. (2018). Pemodelan Ooad Aplikasi Prediksi
Harga Sembako Berbasis Android. Antivirus : Jurnal Ilmiah Teknik
Informatika, 12(1), 1–7.
Neyfa, B. C., & Tamara, D. (1976). Special meeting of Council--private practice

xlii
and juniors’ contract. Bmj, 1(6001), 107–109.
Novelan Muhammad Syahputra. (2020). Infotekjar : Jurnal Nasional Informatika
Studi Pustaka. 2, 1–5.
Nudin, M. I., & Wisjhnuadji, T. W. (2023). Penerapan Sistem Monitoring dan
Kontrolling Pada Keamanan Brankas Berbasis IoT. 11, 93–97.
Nurpandi, F., & Sanjaya, A. P. (2017). Inkubator Penetasan Telur Ayam Berbasis
Arduino. Media Jurnal Informatika, 9(2), 66–77.
Permana, F. S. P. S. M. N. R. S. (2018). Pemanfaatan Teknologi Cloud Blynk
Dalam Sistem Kontrolling Stop Kontak Lampu Rumah Berbasis Aplikasi
Android. Jurnal Teknik Informatika Atmaluhur, 6(1), 40.
Pindrayana, K., Indra Borman, R., Prasetyo, B., & Samsugi, S. (2018). Prototipe
Pemandu Parkir Mobil Dengan Output Suara Manusia Mengunakan
Mikrokontroler Arduino Uno. CIRCUIT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik
Elektro, 2(2), 71–82.
Pohan, A. H., & Prawirawan, B. U. (2023). Rancang bangun pemotong kabel
otomatis sesuai panjang yang diprogram berbasis arduino uno. 12(01), 100–
113.
Prasetya, A., Khambali, I., & . R. (2019). Analisis Risiko Pajanan Gas Amonia
(Nh3) Pada Pekerja Pabrik Tahu Di Desa Sepande Kecamatan Candi
Kabupaten Sidoarjo Tahun 2018. Gema Lingkungan Kesehatan, 17(1), 44–
49.
Puspita, N., & Sari, Tri Rima Setyawati, A. H. Y. (2014). Kondisi hematologi
pemulung yang terpapar gas amoniak di tempat pembuangan akhir ( TPA )
sampah Batu Layang Pontianak. Protobiont, 3(September 2013), 31–39.
Rosa, A. A., Simon, B. A., & Lieanto, K. S. (2020). Sistem Pendeteksi
Pencemaran Udara Portabel Menggunakan Sensor MQ-7 dan MQ-135.
Ultima Computing : Jurnal Sistem Komputer, 12(1), 23–28.
Sandi, G. H., & Fatma, Y. (2023). Pemanfaatan Teknologi Internet of Things ( Iot
) Pada Bidang Pertanian. JATI (Jurnal Mahasiswa Teknik Informatika), 7(1),
1–5.
Satria, M. B., & Ardiansyah, H. (2023). Analisis dan Perancangan Sistem Raport

xliii
Digital Metode Waterfall. Journal on Education, 5(2), 5143–5151.
Setiyani, L. (2021). Desain Sistem : Use Case Diagram Pendahuluan. Prosiding
Seminar Nasional : Inovasi & Adopsi Teknologi 2021, September, 246–260.
Silvia, A. F., Haritman, E., & Muladi, Y. (2014). Rancang Bangun Akses Kontrol
Pintu Gerbang Berbasis Arduino Dan Android. Electrans 2014, 13(1), 1–10.
Siswanti, A., & Suryono, D. (2016). Wireless Sensor System Untuk Pemantauan
Kadar Gas Amonia (Nh3) Menggunakan Algoritma Berbasis Aturan.
Youngster Physics Journal, 5(2), 59–68.
Sucipto, A., Brilliantina, A., Kurnia, E., Sari, N., Wijaya, R., & Adhamatika, A.
(2023). Rancang Bangun Alat Deteksi Dan Pengukur Gas Emisi
Karbondioksida ( CO2 ) Dan Gas Emisi Metana ( CH4 ) Berbasis
Mikrokontoler Abstrak Abstrac PENDAHULUAN Perubahan iklim yang
terjadi di bumi saat ini sangat dipengaruhi oleh gas emisi rumah kaca yang
dihas. 2(1), 122–126.
Tamrakar, A. K., Shukla, A., Kalifullah, A. H., Reegu, F. A., & Shukla, K.
(2022). extended review on internet of things (IoT) and its characterisation.
International Journal of Health Sciences, 7(26), 8490–8500.
Technology, B. O. F., & Engineering, C. (n.d.). IOT BASED AIR AND SOUND
POLLUTION MONITORING Candidate ’ s Declaration. 141085.
Utami, E., & Hartati, S. (2007). Pendekatan Metode Rule Based Dalam
Mengalihbahasakan Teks Bahasa Inggris Ke Teks Bahasa Indonesia. Jurnal
Informatika, 8, 42–53.
Utami, J. H. (2022). Analisis Kadar Gas Amonia (NH3) Terhadap Faktor
Lingkungan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Piyungan Yogyakarta.
Widiastuti, N. I., & Susanto, R. (2014). Kajian sistem monitoring dokumen
akreditasi teknik informatika unikom. Majalah Ilmiah UNIKOM, 12(2), 195–
202.
Du Bintaosha, Lu Jing, Li Yuanyuan, Ma Leilei, Wang Cuicui, & Amaliyyah, R.
(2021). Analisis struktur co-dispersion dari indikator terkait kesehatan No.6
(Februari),6.

xliv

Anda mungkin juga menyukai